• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menguraikan kesepakatan-kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Kulon

Progo dan DPRD Kabupaten Kulon Progo terhadap PPAS Perubahan APBD

Tahun 2017.

II - 1

BAB II

PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD

2.1. Perubahan Kebijakan Umum

2.1.1 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Nasional

Memasuki pertengahan tahun 2017, Indonesia harus mampu membangun

optimisme untuk menghadapi setiap situasi ekonomi, baik global maupun domestik.

Namun, kondisi ini harus tetap diwaspadai karena mengingat kondisi ekonomi global

yang lebih rentan dengan krisis karena mudah berubah-ubah.

Dalam penyusunan anggaran APBN berpedoman pada kerangka ekonomi

makro dan pokok pokok kebijakan fiskal tahun 2017 juga mempertimbangkan kondisi

ekonomi, sosial, perkembangan internasional dan domestik dalam beberapa bulan

terakhir, serta berbagai langkah antisipatif yang telah ditempuh dalam tahun 2016,

maupun rencana kebijakan yang akan dilaksanakan di tahun 2017. Selain hal

tersebut diatas penetapan target target ekonomi makro juga perkembangan terkini

faktor eksternal dan internal. Dari sisi eksternal, perekonomian global masih diliputi

ketidakpastian arah kebijakan moneter negara maju dan perkembangan harga

komoditas internasional serta tren perlambatan ekonomi Tiongkok. Dari sisi internal,

pertumbuhan ekonomi diharapkan akan didorong oleh belanja infrastruktur

Pemerintah dalam rangka penguatan sektor produktif sebagai penggerak

pertumbuhan perekonomian. Berbagai paket kebijakan yang telah diterbitkan

diharapkan juga mampu mendorong tumbuhnya investasi swasta yang akan

mempercepat pertumbuhan ekonomi, dengan tetap menjaga stabilitas ekonomi

makro.

Upaya menjaga stabilitas ekonomi makro tersebut ditempuh melalui kebijakan

fiskal, moneter, dan sektor riil yang terkoordinasi. Namun demikian, kondisi stabilitas

ekonomi makro tersebut masih akan menghadapi beberapa tantangan yang berasal

dari potensi risiko atas gejolak ketidakpastian likuiditas pasar keuangan global

sebagai dampak ketidakpastian kebijakan peningkatan suku bunga Amerika Serikat,

berlanjutnya moderasi pertumbuhan ekonomi Tiongkok, serta masih lemahnya harga

komoditas. Risiko lainnya adalah ketidakpastian ekonomi Eropa pasca hasil

referendum di Inggris (Brexit) dan penurunan harga komoditas dunia.

Mengacu pada perkembangan kondisi tersebut, asumsi dasar ekonomi makro

yang sudah pakai dalam APBN tahun 2017 berubah pada penyusunan APBNP 2017,

adapun perubahan perubahan tersebut terjadi pada :

II - 2

a. Pertumbuhan ekonomi yang di RAPBN-P 2017 lebih optimistis dibanding

target sebelumnya. Hal ini sejalan dengan perbaikan ekonomi global, yaitu

ekonomi AS, Eropa, dan Jepang serta proyeksi dari lembaga

internasional, yakni IMF sebesar 3,5 persen. Di samping itu, lembaga

internasional IMF juga mengoreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di

2017 sebesar 5,1 persen, Bank Dunia 5,2 persen, Fitch memproyeksikan

ekonomi Indonesia tumbuh 5,4 persen, dan Standard & Poors 5,3 persen.

Pertumbuhan ekonomi 5,2 persen di RAPBN-P 2017 bersumber dari

konsumsi rumah tangga dan LNPRT 5,1 persen, konsumsi pemerintah 4,6

persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 5,4 persen, ekspor 4,8

persen, dan impor 3,9 persen.

b. Inflasi bergerak lebih tinggi 4,3 persen di RAPBN-P 2017 karena ada

tekanan dari harga-harga yang diatur pemerintah, seperti tarif listrik.

Sementara untuk inflasi dari gejolak harga pangan, pemerintah mengklaim

cukup berhasil mengendalikannya. Untuk mengendalikan laju inflasi,

pemerintah menunda kenaikan harga elpiji, dan BBM belum naik

meskipun risikonya anggaran subsidi naik

c. Kurs rupiah diproyeksikan 13.400 per dolar AS di RAPBN-P 2017 atau

sedikit melemah dari APBN yang sebesar 13.300 per dolar AS lantaran

ada faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi laju nilai mata uang

Garuda. Disamping hal tersebut Quantitatve Easing di Eropa pun masih

berlangsung dan AS masih akan menaikkan Fed Fund Rate satu kali lagi

menjadi 1,4 persen-1,6 persen di akhir 2017 yang mana ini akan

menekan rupiah.

d. Tingkat bunga SPN 3 bulan bergerak turun, karena ada tekanan kebijakan

kenaikan suku bunga AS, kondisi likuidtas di pasar keuangan global yang

masih akan didukung pelonggaran moneter di zona Eropa, Inggris, dan

Jepang.

Adapun perubahan perubahan asumsi ekonomi makro dalam penyusunan

APBN 2017 dan RAPBN-P 2017 pada tabel berikut

Tabel 2.1

Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN Tahun 2017 dan RAPBN-P 2017

No Indikator Makro APBN 2017 RAPBN-P 2017

1 Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,1 % 5,2%

2 Inflasi (%) 4,0 % 4,3%

II - 3

No Indikator Makro APBN 2017 RAPBN-P 2017

4 Nilai Tukar (Rp/USD) Rp. 13.300/USD Rp. 13.4000/USD

5 Harga Minyak (USD/barel) USD 45/Barel USD 50/Barel

6 Lifting Minyak (ribu barel per hari) 815 ribu barel/hari 815 ribu barel/hari

7 Lifting Gas (ribu barel per hari) 1.155 ribu barel/hari 1.150 ribu barel/hari

Sumber: Kementerian Keuangan, 2017

2.1.2 Asumsi Dasar Ekonomi Makro DIY

Keberhasilan pembangunan suatu daerah dapat dilihat dari beberapa

indikator, salah satu indikator yang paling umum digunakan dan paling sederhana

adalah dengan melihat pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

daerah tersebut atau yang biasa disebut dengan pertumbuhan ekonomi daerah.

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dipengaruhi banyak faktor, baik itu faktor-faktor

yang merupakan variabel ekonomi maupun faktor-faktor pendukung non-ekonomi.

Kinerja ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dilihat dari nilai PDRB

harga konstan tahun 2010 pada pada tahun 2011 hingga tahun 2016 cenderung

mengalami kenaikan. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan nilai PDRB atas harga

konstan tahun 2010. Pada tahun 2011 nilai PDRB sebesar 68,049 triliun rupiah

mengalami kenaikan menjadi 71,702 triliun rupiah pada tahun 2012 dan terus

mengalami kenaikan hingga 87,688 triliun rupiah pada tahun 2016, dan diprediksikan

kembali naik pada tahun 2017 menjadi 91.209 triliun rupiah.

Sedangkan dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya, DIY mengalami pasang

surut. Pada tahun 2011 hingga 2013 laju pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan

sebesar 5,2 persen pada tahun 2011 menjadi 5,4 persen di tahun 2012 dan menjadi

5,5 persen di tahun 2013. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2013

disebabkan oleh meningkatnya sektor pembentuk PDRB DIY, semua sektor tersebut

mengalami peningkatan.Pada tahun 2014 laju pertumbuhan ekonomi DIY mengalami

penurunan sebesar 5,20 persen dan pada tahun 2015 menurun menjadi 4,95 persen.

Pada Tahun 2016 kembali mengalami kenaikan menjadi 5,05 persen dan

diprediksikan naik kembali pada tahun 2017 hingga mencapai 5,46 persen.

Percepatan pertumbuhan ekonomi DIY terjadi seiring dengan terjadinya percepatan

pertumbuhan ekonomi nasional. Hampir semua sektor pertumbuhan ekonomi DIY

mengalami kenaikan. Berdasarkan laporan Bank Indonesia meningkatnya

pertumbuhan Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan didukung oleh

keberhasilan kebijakan pemerintah dalam mendorong tercapainya ketahanan

pangan. Sektor perdagangan juga mengalami peningkatan akibat dari tingginya

II - 4

permintaan pada saat perayaan hari raya keagamaan, libur nasional dan libur

sekolah.

Proyeksi inflasi DIY mengalami kenaikan dari 3,09 pada tahun 2015 menjadi

3,95 pada tahun 2016 dan diprediksikan pada tahun 2017 menurun mencapai angka

3,36. Faktor pertumbuhan ekonomi dan tingkat suku bunga BI merupakan faktor yang

dapat mempengaruhi tingkat inflasi di DIY. Ketika pertumbuhan ekonomi terjadi maka

pendapatan masyarakat cenderung naik dan kegiatan ekonomi juga akan semakin

besar. Kondisi tersebut akan mempengaruhi kegiatan ekonomi riil, perdagangan

serta kegiatan di sektor moneter. Ketika suku bunga BI naik maka masyarakat

cenderung untuk menginvestasikan dananya pada tabungan sehingga akan

mengurangi Jumlah Uang Beredar (JUB) dan pada akhirnya akan menurunkan

tingkat inflasi.

ICOR DIY untuk tahun 2014 hingga tahun 2017 diperkirakan mengalami

kenaikan dan penurunan sekaligus. ICOR sebesar 5,77 pada tahun 2016

diperkirakan menjadi sebesar 5,51 di tahun 2017. Kenaikan angka ICOR yang sangat

kecil ini menunjukkan bahwa terjadi sedikit kurang efisien dalam penggunaan

investasi untuk menghasilkan output di DIY. Hal ini menunjukkan juga bahwa ketika

ICOR rendah maka dengan investasi yang sama akan dapat menghasilkan output

yang lebih besar sehingga nilai PDRB akan dapat naik. Jika nilai PDRB naik maka

dapat mendorong terjadinya laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Faktor-faktor lain akan dapat menentukan ICOR antara lain adalah besarnya penambahan

Investasi dan komposisi atau alokasi investasi menurut sektor produksi yang tepat.

Tabel 2.2

Asumsi Dasar Ekonomi Makro DIY Tahun 2017

No Indikator Makro APBD 2017 RAPBD-P 2017

1. Laju Pertumbuhan

Ekonomi (%) 4,3 5,46

2. Inflasi (%) 4,91-4,93 3,36

3. ICOR 4,72-5,43 5,51

Sumber : Bappeda DIY 2017.

2.1.3 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Kulon Progo

Seiring pertumbuhan ekonomi nasional yang melambat, pertumbuhan

ekonomi DIY mengalami penurunan dari 5,17 persen pada tahun 2014 dan menjadi

sebesar 4,95 persen pada tahun 2015, dan kembali naik pada tahun 2016 sebesar

II - 5

5,05 bahkan pada tahun 2017 diprediksikan kembali mengalami kenaikan laju

pertumbuhan ekonomi sebesar 5,20 persen. Hal tersebut secara umum juga akan

mempengaruhi kondisi ekonomi makro di Kabupaten Kulon Progo. Hampir semua

sektor mengalami kenaikan laju pertumbuhan ekonomi khususnya sektor pertanian.

Hal tersebut sebenarnya sangat menguntungkan bagi Kabupaten Kulon Progo

karena kontribusi terbesar penyusun nilai PDRB dari sektor pertanian. Meningkatnya

pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian disebabkan oleh kebijakan yag dilakukan

oleh pemerintah daerah seperti perbaikan jaringan irigasi, perbaikan infrastruktur

pertanian, bantuan bibit unggul dan alat pertanian hingga kerja sama dengan

berbagai pihak yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan.

Dengan nilai PDRB di Kabupaten Kulon Progo yang diprediksikan mengalami

peningkatan pada tahun 2016 menjadi 8,312 trilyun rupiah dari 7,671 trilyun rupiah

pada tahun 2015 merupakan sebuah harapan besar untuk memberdayakan

perekonomian masyarakat, sehingga diprediksikan pada tahun 2017 akan kembali

mengalami peningkatan nilai PDRB sebesar 8,814 Trilyun rupiah.

Selama kurun waktu 2010-2017, nilai PDRB per kapita Kabupaten Kulon Progo atas

dasar harga berlaku terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, nilai PDRB per

kapita Kabupaten Kulon Progo tercatat sebesar 12,91 juta rupiah dan terus

mengalami peningkatan hingga pada tahun 2016 mencapai 20,146 juta rupiah, dan

diprediksikan pada tahun 2017 mencapai 21,177 juta rupiah. Peningkatan PDRB per

kapita yang cukup tinggi ini disebabkan masih dipengaruhi oleh faktor inflasi, oleh

karena itu untuk melihat peningkatan PDRB per kapita secara riil dapat dilihat dari

angka PDRB per kapita berdasarkan harga konstan 2010. Selama periode

2010-2016, PDRB per kapita atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari 12,91

juta rupiah pada tahun 2010 menjadi 15,949 juta rupiah pada tahun 2016. Dan

dipredikskan pada tahun 2017 terus mengalami peningkatan hingga mencapai

16,396 juta rupiah.

Tabel 2.3

Asumsi Dasar Ekonomi Makro Kulon Progo Tahun 2017

No Indikator Makro APBD 2017 RAPBD-P 2017

1. PDRB ADHB 8,058 trilyun rupiah 8,813 trilyun rupiah

2. Laju Pertumbuhan Ekonomi 5,15 % 4.88 %

3. PDRB Per Kapita 19,48 Juta Rupiah 21,177 Juta Rupiah

4. Inflasi 4,72-5,43 5,51

II - 6

2.2. Perubahan Kebijakan Pendapatan Daerah

Pada prinsipnya kebijakan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam

perencanaan pendapatan daerah untuk KUA Perubahan tahun 2017 tetap mengacu

pada kebijakan APBD 2017, yaitu akan menekankan pada peningkatan pendapatan

daerah tanpa memberikan beban langsung kepada masyarakat. Pendapatan melalui

pos pendapatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat akan dilakukan

melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan. Intensifikasi pemungutan pajak

dan retribusi akan ditingkatkan sekaligus melakukan perbaikan dan peningkatan

kualitas layanan administrasi pajak dan retribusi. Adapun kebijakan Pendapatan

Daerah pada perubahan APBD Tahun 2017 Kabupaten Kulon Progo memperhatikan

hal-hal berikut:

1. Perhitungan APBD Kabupaten Kulon Progo Tahun Anggaran 2016

2. Realisasi pendapatan daerah sampai dengan semester I tahun 2017.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Hak

Keuangan Dan Administratif Pimpinan Dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2017 Perubahan Atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2014 Tentang Pedoman

Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam Apbd, Dan Tertib Administrasi

Pengajuan, Penyaluran, Dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan

Bantuan Keuangan Partai Politik.

5. Penyesuaian atas Dana Perimbangan/Transfer yang bersumber dari

pemerintah pusat sesuai Rincian Dana Alokasi Umum dan Tambahan Dana

Alokasi Khusus Fisik menurut Provinsi,Kabupaten/Kota Dalam APBN - P 2017

yang dipublikasi oleh Humas DJPK tanggal 9 Agustus 2017

6. Surat dari Kementerian Keuangan Nomor : S-432/PK/2017 tanggal 15 Juni

2017 tentang Pelaksanaan Penyaluran DAK Non Fisik berbasis Kinerja .

7. Surat dari Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum tertanggal 11-1–2017 tentang

bantuan parpol yang belum dicairkan di tahun 2015 dan 2016 dapat

dianggarkan di Tahun 2017

8. Penyesuaian Bantuan Keuangan dari Provinsi.

9. SiLpa Tunjangan Profesi Guru

10. Silpa Dana Tambahan Penghasilan guru

11. Kegiatan mendahului Perubahan APBD

II - 7

Perubahan pendapatan terjadi karena adanya penyesuaian target

pendapatan daerah sehubungan dengan perkembangan realisasi penerimaan

pendapatan, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 2.4.

Target Pendapatan dan Target Perubahan Pendapatan Tahun 2017

KELOMPOK PENDAPATAN

TARGET

PENDAPATAN TAHUN

2017

PERUBAHAN TARGET

PENDAPATAN TAHUN

2017

BERTAMBAH /

(BERKURANG) %

2 3 4 5 = 4-3 6

PENDAPATAN DAERAH 1,402,546,137,805.59 1,441,739,297,277.90 39,193,159,472.31 2.79

PENDAPATAN ASLI DAERAH 221,215,012,961.59 241,037,946,598.61 19,822,933,637.02 8.96

DANA PERIMBANGAN 979,213,034,000.00 972,753,561,500.00 (6,459,472,500.00) (0.66)

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 202,118,090,844.00 227,947,789,179.29 25,829,698,335.29 12.78

Sumber data : Badan Keuangan dan Aset Daerah, 2017

Pendapatan daerah pada Perubahan APBD Tahun 2017 diperkirakan naik

sebesar Rp. 39.193.159.472,31 (2,79%) yaitu dari Rp1.402.546.137.805,59 menjadi

Rp1.441.739.297.277,90. Kenaikan tersebut berasal dari kenaikan penerimaan

pendapatan asli daerah sebesar Rp19.822.9933.637,02 (8,96%) yaitu dari

Rp221.215.012.961,59 menjadi Rp241.037.946.598,61 dan pendapatan dari

Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar Rp25.829.698.335,29 (12,78%) yaitu

dari Rp202.118.090.844,00 menjadi Rp227.947,789,179,29. Selain kenaikan

tersebut juga disebabkan oleh adanya penurunan dana perimbangan daerah

sebesar Rp6.459.472.500,00 (0,66%) yaitu dari Rp979.213.034.000,00 menjadi

Rp972.753.561.500,00.

Pendapatan Asli Daerah diperkirakan mengalami kenaikan sebesar

Rp32.552.661.081,16 atau sebesar 2,32%. Rincian kenaikan Pendapatan Asli

Daerah dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.5.

Target Pendapatan Asli Daerah dan Target Perubahan Pendapatan Asli

Daerah Tahun 2017

KELOMPOK PENDAPATAN

TARGET

PENDAPATAN TAHUN

2017

PERUBAHAN TARGET

PENDAPATAN TAHUN

2017

BERTAMBAH /

(BERKURANG) %

2 3 4 5 = 4-3 6

PENDAPATAN ASLI DAERAH 221,215,012,961.59 241,037,946,598.61 19,822,933,637.02 8.96

Hasil Pajak Daerah 81,519,038,320.79 43,024,098,351.29 (38,494,939,969.50) (47.22)

Hasil Retribusi Daerah 8,840,603,205.00 7,407,197,578.13 (1,433,405,626.87) (16.21)

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 13,806,411,232.81 15,783,395,763.54 1,976,984,530.73 14.32

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah 117,048,960,202.99 174,823,254,905.65 57,774,294,702.66 49.36

II - 8

Kenaikan tersebut berasal dari prediksi Pendapatan Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang Dipisahkan naik sebesar Rp1.964.750.540,23 (14,23%) dan

Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah sebesar Rp57.731.967.661,66

(49,32%). Selain hal tersebut di atas kenaikan juga disebabkan karena adanya

penurunan pada pendapatan Hasil Pajak Daerah sebesar Rp38.494.939.969,50

(47,22%) dan Hasil Retribusi Daerah sebesar Rp1.433.405.626,87 (16,21%).

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan naik sebesar

Rp1.964.750.540,23 (14,23%) sebagai akibat dari naiknya deviden BPD DIY sebesar

Rp2.562.908.564,20 (34,02%) dan PD. Aneka Usaha yang mengalami kenaikan

sebesar Rp44.285.326,00 atau 21,53%. Selain disebabkan adanya kenaikan

pendapatan juga disebabkan adanya penurunan dari deviden Bank Pasar dan

penurunan dari pendapatan PT SELO ADI KARTO. Deviden Bank Pasar mengalami

penurunan sebesar Rp521.263.724,00 (15,12%) dikarenakan menyesuaikan dengan

hasil RUPS, sedangkan PT SELO ADI KARTO mengalami penurunan sebesar

Rp90.349.487,00 atau turun sebesar 3,57%. Hal ini dikarenakan menyesuaikan

dengan hasil RUPS. Sedangkan BUKP penurunan sebesar Rp30.830.138.97

(34,62%) disebabkan karena adanya kebijakan dari Provinsi D.I.Yogyakarta

berkenaan dengan pembatasan kredit maksimal Rp20.000.000,00 dan unsur PNS,

TNI, dan Polri tidak lagi diperbolehkan meminjam di BUKP.

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah mengalami kenaikan sebesar

Rp57.731.967.661,66 (49,32%). Adapun kenaikannya hampir di semua sub sektor

mengalami kenaikan kecuali pada sub sektor pendapatan penerimaan bunga

deposito, hasil dari pemanfaatan kekayaan daerah sewa dan pendapatan dari

pengelolaan BUKP.

Hasil Pajak Daerah mengalami penurunan sebesar Rp44.151.877.329,15 (54,16%)

penurunan ini disebabkan karena penurunan dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah

dan Bangunan dan bangunan sebesar Rp47.494.890.054,54 atau 79,69% sebagai

akibat tidak dibayarnya BPHTB pembebasan lahan Bandara oleh PT Angkasa Pura.

Dana Perimbangan pada Perubahan APBD 2017 ini mengalami penurunan

sebesar Rp6.459.472.500,00 atau 0,66%. Secara rinci dapat dilihat pada tabel

berikut :

II - 9

Tabel 2.6.

Target Pendapatan Dana Perimbangan dan Target Perubahan

Pendapatan Dana Perimbangan Tahun 2017

KELOMPOK PENDAPATAN

TARGET

PENDAPATAN TAHUN

2017

PERUBAHAN TARGET

PENDAPATAN TAHUN

2017

BERTAMBAH /

(BERKURANG) %

2 3 4 5 = 4-3 6

DANA PERIMBANGAN 979,213,034,000.00 972,753,561,500.00 (6,459,472,500.00) (0.66)

Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 29,250,013,000.00 33,047,279,933.00 3,797,266,933.00 12.98

Dana Alokasi Umum 718,490,508,000.00 705,868,940,000.00 (12,621,568,000.00) (1.76)

Dana Alokasi Khusus 231,472,513,000.00 233,837,341,567.00 2,364,828,567.00 1.02

Sumber data : Badan Keuangan dan Aset Daerah, 2017

Penurunan pendapatan Dana Perimbangan disebabkan karena Penyesuaian atas

Dana Perimbangan/Transfer yang bersumber dari pemerintah pusat sesuai Rincian

Dana Alokasi Umum dan Tambahan Dana Alokasi Khusus Fisik menurut

Provinsi,Kabupaten/Kota Dalam APBN-P Tahun 2017 yang dipublikasikan oleh

Humas DJPK tanggal 9 Agustus 2017 dan Surat dari Kementerian Keuangan Nomor:

S-432/PK/2017 tanggal 15 Juni 2017 tentang Pelaksanaan Penyaluran DAK Non

Fisik berbasis Kinerja.

Lain-Lain Pendapatan yang Sah diprediksikan naik sebesar

Rp25.829.698.335,29 atau 12,78%. Secara rinci kenaikan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 2.7.

Target Pendapatan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah dan Target

Perubahan Pendapatan Tahun 2017

KELOMPOK PENDAPATAN

TARGET

PENDAPATAN TAHUN

2017

PERUBAHAN TARGET

PENDAPATAN TAHUN

2017

BERTAMBAH /

(BERKURANG) %

2 3 4 5 = 4-3 6

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 202,118,090,844.00 227,947,789,179.29 25,829,698,335.29 12.78

Pendapatan Hibah 2,249,215,544.00 6,293,736,576.00 4,044,521,032.00 179.82

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi 71,351,328,300.00 73,711,441,230.29 2,360,112,930.29 3.31

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 50,890,070,000.00 50,890,070,000.00 -

-Bantuan Keuangan dari Provinsi atau pemda lainnya - 19,425,064,373.00 19,425,064,373.00

-Dana Desa 77,627,477,000.00 77,627,477,000.00 -

-Sumber data : Badan Keuangan dan Aset Daerah, 2017

Kenaikan pendapatan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah disebabkan karena :

a. kenaikan hibah pembangunan air minum, SPM Dikdas dan hibah air minum

II - 10

b. kenaikan dana bagi hasil pajak dari provinsi; dan

c. bantuan keuangan dari provinsi.

2.3. Upaya-upaya Daerah Dalam Mencapai Target Pendapatan Daerah

Sebagai upaya untuk mewujudkan target pendapatan agar dapat terealisasi pada

tahun 2017, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan. Untuk Peningkatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) diupayakan dengan melakukan intensifikasi dan

ekstensifikasi terhadap sumber-sumber PAD. Intensifikasi lebih dikaitkan dengan

usaha untuk melakukan pungutan secara intensif dan mengoptimalkan

sumber-sumber pendapatan, termasuk didalamnya adalah upaya memperbaiki data

perpajakan dengan melakukan pendataan ulang dan pendataan baru bagi pembayar

pajak dan retribusi daerah, juga melakukan penyuluhan untuk meningkatkan

kesadaran dalam membayar pajak/retribusi daerah.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, antara lain

melalui:

2.3.1 Pendapatan Asli Daerah

a. Melakukan penjaringan objek dan wajib pajak serta objek dan wajib

retribusi daerah guna meperoleh data perpajakan yang terbaru;

b. Mengintensifkan penagihan pajak dan retribusi daerah;

c. Meningkatkan pelayanan terhadap wajib pajak dan retribusi daerah

untuk menuju pelayanan prima;

d. Memperbaiki fasilitas-fasilitas obyek retribusi melalui berbagai perbaikan

infrastruktur pendukung obyek retribusi;

e. Melakukan penyesuaian retribusi melalui peninjauan terhadap Peraturan

Daerah.

f. Memperbaiki kinerja dan efisiensi manajemen pada badan usaha milik

daerah melalui pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap

BUMD;

g. Melaksanakan Optimalisasi anggaran melalui pengaturan anggaran

(Cash Budgeting) agar tercapai efisiensi dan efektivitas anggaran

dengan tetap menjaga likuiditas keuangan

2.3.2 Dana Perimbangan

a. Membuat dan mengirimkan data-data dasar DAU dan DAK serta

proposal DAK kepada Kementerian Keuangan, Bappenas, Kementerian

Dalam Negeri dan Kementerian Terkait;

II - 11

b. Melakukan koordinasi dan kerjasama terhadap upaya peningkatan

penerimaan pajak negara (pusat) yang berdampak pada peningkatan

alokasi perimbangan untuk bagi hasil pajak dan bukan pajak;

c. Melakukan koordinasi dengan pemerintah (pusat) maupun provinsi

dalam rangka optimalisasi penerimaan dana bagi hasil pajak dan bukan

pajak, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus.

2.3.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

a. Mengupayakan berbagai usulan program pembangunan yang dapat

didanai melalui hibah dari pemerintah;

b. Mendorong upaya peningkatan pajak provinsi yang berkonsekuensi

pada peningkatan bagi hasil pajak provinsi;

2.4. Perubahan Kebijakan Belanja Daerah

Perubahan kebijakan belanja daerah pada perubahan APBD Tahun 2017

didasarkan pada hasil evaluasi realisasi belanja sampai semester I sehingga

diketahui ada belanja yang pengganggarannya kurang dan ada yang diprediksikan

lebih, adanya kebijakan pengurangan pendapatan transfer dan bantuan keuangan

Provinsi serta karena adanya belanja mendahului perubahan. Dengan adanya

perubahan tersebut sehingga kebijakan anggaran pada Perubahan APBD Tahun

2017 sebagai berikut:

1. Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung mengalami kenaikan sebesar

Rp17.563.585.301,00. Kenaikan tersebut disebabkan oleh :

a. Dampak dari terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18

Tahun 2017 Tentang Hak Keuangan Dan Administratif Pimpinan Dan

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2017 Perubahan Atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2014 Tentang Pedoman

Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD, Dan Tertib

Administrasi Pengajuan, Penyaluran, Dan Laporan Pertanggungjawaban

Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik;

c. SiLPA Tunjangan Profesi Guru dan tambahan penghasilan guru non

sertifikasi;

d. Kurang bayar Belanja Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Retribusi ke

Pemerintah Desa;

II - 12

e. Belanja hibah yang dipergunakan untuk BOS SD/SMP swasta, tambahan

belanja tali asih sebagai penghargaan prestasi olah raga, dan hibah air bersih

dan sanitasi;

f. Belanja bantuan sosial untuk bantuan modal kerja transmigran.

Disamping kenaikan tersebut di atas terdapat penurunan Belanja Bagi Hasil Pajak

ke Pemerintah Desa sebesar Rp4.192.676.479,00 sebagai akibat pembebasan

pajak BPHTB kepada PT. Angkasa Pura dan menurunnya target penerimaan

hasil retribusi daerah antara lain pada retribusi pengendalian menara

telekomunikasi dan IMB.

Belanja Tidak Terduga APBD Murni 2017 dianggarkan di PPKD sebesar

Rp2.000.000.000,00. Anggaran tersebut telah direalisasikan melalui belanja

PPKD sebesar Rp132.205.654,00 yang digunakan untuk tanggap darurat

bencana alam tanah longsor di ruas jalan Keji-Sulur Desa Purwoharjo Samigaluh,

serta digunakan/digeser ke belanja Langsung SKPD melalui Perubahan Perkada

sebesar Rp1.731.606.661,00 untuk kegiatan pemeliharaan berkala jalan

kabupaten dan pembayaran listrik Rusunawa pada DPU, kegiatan pemeliharaan

sarpras PKB pada Dinas Perhubungan, serta pencegahan dan pemberantasan

penyakit hewan pada Dinas Pertanian dan Pangan sehingga sisa belanja tak

terduga sebesar Rp136.187.685,00.

Pada perubahan APBD 2017 belanja tak terduga yang sudah digunakan/digeser

ke belanja langsung SKPD tersebut dikembalikan lagi ke belanja tak terduga

sebesar Rp1.000.000.000,00.

Selain itu pada belanja tak terduga ditambahkan ganti rugi asset terdampak

bandara sebesar Rp6.651.666.125,00, namun digunakan sebesar

Rp4.203.784.876,00 untuk kebutuhan belanja yang mendesak. Sehingga secara

keseluruhan belanja tidak terduga hanya mengalami kenaikan sebesar

Rp1.716.274.588,11.

2. Belanja Langsung

Belanja Langsung pada Perubahan APBD Tahun 2017 mengalami kenaikan

sebesar 7,12% atau Rp43.303.825.475,00 yaitu dari Rp607.990.125.458,65

menjadi Rp651.293.950.934,00. Kenaikan belanja langsung diantaranya karena

BOS untuk SD/SMP Negeri, Jamkesda, pemanfaatan SiLPA BLUD RSUD Wates

Dokumen terkait