• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah:

1. Dari 20 bank yang menjadi sampel penelitian (10 bank konvensional dan 10 bank syariah), hanya terdapat tiga bank yang selalu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen selama periode 2008-2012, terdiri dari dua bank konvensional dan satu bank syariah, yaitu Bank Danamon Indonesia dan Panin Bank untuk bank konvensional, dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah untuk bank syariah. Sedangkan 11 bank lainnya mengalami kondisi efisiensi yang fluktuatif, yaitu Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Central Asia (BCA), Bank Negara Indonesia, Bank Permata, Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Syariah Mega Indonesia. Bank pendatang baru di tahun 2009 yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen adalah Bank Bukopin Syariah. Selanjutnya bank pendatang baru di tahun 2010 adalah Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA Syariah, BJB Syariah, dan BNI Syariah. Seluruh bank tersebut mengalami tingkat efisiensi yang fluktuatif setiap tahunnya. Rata-rata pencapaian efisiensi baik bank konvensional maupun bank syariah mengalami fluktuasi selama periode 2008-2012 dengan rata-rata efisiensi bank

130 konvensional sebesar 88,74 persen dan bank syariah sebesar 92,56 persen.

2. Ketidakefisienan 15 bank tersebut terjadi pada semua variabel input (simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja) dan variabel outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Ketidakefisienan input simpanan hampir dialami oleh setiap bank. Sedangkan input aset dan biaya tenaga kerja hanya dialami oleh beberapa bank. Hal ini menandakan penggunaan input yang berlebihan dan tidak sesuai target. Pada sisi output, ketidakefisienan pembiayaan dan pendapatan terjadi pada semua bank yang mengalami inefisiensi setiap tahunnya. Hal tersebut menandakan bahwa output yang dihasilkan masih belum maksimal dan belum mencapai target yang ditentukan.

3. Berdasarkan hasil uji beda dengan menggunakan metode parametrik independent sample t-test dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai efisiensi antara bank konvensional dan bank syariah selama periode 2008-2012 dengan melihat nilai signifikasi 2-sisi (H1 ditolak). Dengan tidak ditemukannya perbedaan efisiensi antara bank konvensional dan bank syariah, maka hal ini mengindikasikan bahwa 20 bank yang diteliti telah menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik meskipun kedua kelompok bank belum berada pada tingkat efisiensi 100 persen.

131 B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuaraikan diatas, terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan:

1. Bank konvensional dan bank syariah yang belum mampu mencapai efisiensi teknik 100 persen, dapat melakukan upaya kebijakan internal dengan cara:

a. Ketidakefisienan penggunaan input simpanan oleh bank konvensional dan bank syariah terlihat dengan jumlah input simpanan yang masih lebih besar dibandingkan targetnya. Hal ini menandakan bahwa perannya sebagai input tidak maksimal untuk menghasilkan output. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengalokasikan input simpanan yang berlebih ke bagian total aset khususnya aset yang bersifat produktif. Cara ini dapat dilakukan dengan peningkatan jumlah pemberian kredit/pembiayaan seperti kredit produktif dan kredit perdagangan untuk bank konvensional, serta pembiayaan mudharabah, istishna, dan ijarah untuk bank syariah. Salah satu cara lainnya adalah dengan menaikkan biaya administrasi pada dana simpanan seperti tabungan, sehingga pendapatan bank dapat lebih baik lagi. Kenaikan biaya administrasi juga harus diikuti dengan peningkatan kualitas pelayanan bank agar bank tersebut tetap dapat mampu bersaing.

b. Ketidakefisienan input aset terjadi karena penggunaan jumlah aset melebihi target yang dibutuhkan. Aset adalah seluruh kekayaan yang

132 dimiliki oleh bank meliputi kas, giro pada Bank Indonesia, penempatan pada bank lain, surat berharga yang dimiliki, pembiayaan atau kredit, dan aktiva tetap yang dimiliki. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menambah porsi pembiayaan yang merupakan bagian dari aset total itu sendiri. Meningkatnya jumlah pembiayaan akan memperlancar proses intermediasi baik bank konvensional maupun bank syariah dan menambah pendapatan operasional terutama yang berasal dari penyaluran dana. Sedangkan aset tetap yang telah dimiliki oleh bank tidak perlu dikurangi, hanya saja harus digunakan secara maksimal agar tidak terjadi inefisiensi. Pembelian aset tetap seyogyanya harus sejalan dengan penggunaannya secara maksimal sehingga berpengaruh positif terhadap pendapatan bank.

c. Kebijakan mengenai inefisiensi input biaya tenaga kerja dapat dilakukan adalah dengan adanya aturan internal bank untuk menggunakan sistem kontrak untuk pegawainya dan yang bekerjasama dengan lembaga pendidikan atau Universitas-universitas dalam hal penyediaan SDM yang berkualitas. Dengan melakukan cara diatas, diharapkan dapat memperkecil biaya tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas bank karena memiliki SDM yang berkualitas.

d. Kebijakan yang berkaitan dengan output pembiayaan adalah dengan cara tetap melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam pembiayaannya

133 dengan tidak menghambat target yang telah ditentukan dan melakukan pengawasan secara ketat setelah memberikan kredit. Cara lainnya adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga kredit untuk kredit produktif. Hal ini dilakukan agar banyak masyarakat baik perorangan atau perseroan mengajukan pembiayaan, imbasnya adalah target pembiayaan dapat tecapai serta ikut turut andil dalam pembangunan ekonomi.

e. Perbaikan inefisiensi output pendapatan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, peningkatan pembiayaan dengan cara inovasi produk dan biaya-biaya pelayanan jasa terkait dengan input simpanan (safe deposit box, biaya administrasi dan lainnya). Langkah tersebut akan meningkatkan pendapatan bunga/bagi hasil dan pendapatan operasional. Kedua, total aset hendaknya digunakan dan dialokasikan secara optimal sehingga diharapkan berpengaruh positif terhadap pendapatan bank. Ketiga, perbaikan kualitas SDM harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan operasional dan pendapatan operasional lainnya, karena hal ini berhubungan dengan produktivitas kerja dan kreativitas karyawan (inovasi produk) untuk menghasilkan output yang maksimal.

f. Bank yang belum mencapai tingkat efisiensi 100 persen hendaknya mengacu kepada bank-bank yang telah efisien dengan menggunakan bobot input-output yang telah ditentukan.

134 2. Efisiensi perbankan merupakan indikator penting untuk melihat bagaimana kinerja bank. Semakin efisien suatu bank, maka akan semakin baik bank tersebut dalam mengelola input secara optimal dan menghasilkan output dengan maksimal. Diharapkan pihak-pihak yang terkait dengan bank konvensional dan bank syariah terus meningkatkan efisiensinya agar mampu bersaing dalam dunia perbankan nasional yang berkembang semakin pesat.

3. Dengan tidak ditemukannya perbedaan nilai efisiensi antara bank konvensional dan bank syariah berdasarkan hasil uji hipotesis diatas, maka baik nasabah maupun calon nasabah dapat menjadikan seluruh bank yang diteliti sebagai referensi sebagai tempat untuk menitipkan dananya. Namun jika ingin terhindar dari riba, maka bank syariah merupakan pilihan yang tepat.

4. Bagi peneliti yang hendak mengadakan penelitian sejenis, hendaknya mencoba menggunakan analisis efisiensi DEA dengan dengan asumsi VRS (Variable Return to Scale) sehingga seluruh unit yang diukur akan menghasilkan perubahan pada berbagai tingkat output, bahwa suatu teknologi dan skala produksi akan mempengaruhi tingkat efisiensi. Selain itu, menggunakan variabel input biaya-biaya lainnya selain biaya tenaga kerja, sehingga dapat diketahui biaya lain selain biaya tenaga kerja yang mempengaruhi efisiensi suatu bank. Disarankan juga menggunakan sampel lebih banyak dan tahun pengamatan lebih panjang, sehingga diharapkan mendapat hasil yang lebih komprehensif.

135

Dokumen terkait