• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pendidikan Islam

Syari‟at Islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan. Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai ajaran Islam dengan berbagai metoda dan pendekatan. (Nata Abuddin, 2009)

Istilah “Islamic Studies” atau studi Islam kini telah

dipergunakan dalam jurnal-jurnal profesional, departemen akademik, dan lembaga-lembaga perguruan tinggi yang mencakup bidang pengkajian dan penelitian yang luas, yakni

seluruh yang memiliki dimensi “Islam” dan keterkaitan

dengannya. ( Al ab Rasyi Mohd Athiyah, 1970: 45)

Kebutuhan manusia akan pendidikan merupakan suatu yang sangat mutlak dalam hidup ini, dan manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pendidikan, John Dewey (dalam Zakiyah Darajat, 1982:1) menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia guna (Darajat Zakiah, 2011: 7)

membentuk dan mempersiapkan pribadinya agar hidup dengan disiplin.(Makmur Haris Fathoni,dkk .2011:15)

Penyataan Dewey tersebut mengisyaratkan bahwa sejatinya suatu komunitas kehidupan manusia, di dalamnya telah terjadi dan selalu memerlukan pendidikan, mulai dari model kehidupan masyarakat primitif sampai pada model kehidupan masyarakat modern. (Baidhawy Zakiyuddin 2011:3)

Dalam bahasa indonesia kata agama identik (berpadan) dengan kata din (Arab dan Semit), religion (Inggris). Secara

bahas, kata agama berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti

tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun temurun. (Makbuloh Deden, 2011:1)

Istilah agama digunakan dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah religion. Dalam bahasa Arab digunakan istilah al-din (baca: addin). Berbeda dalam bahasa lain-lainnya. (Yasin A. Fatah. 2008:3)

Manusia butuh terhadap agama, selain karena agama menyediakan berbagai faktor tersebut, juga karena keyakinan keagamaan menyebabkan pengaruh-pengaruh positif yang luar biasa dipandang dari kemampuannya.

Di dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam terutama karya-karya ilmiah bahasa Arab, terdapat berbagai istilah yang digunakan oleh ulama dalam memberikan pengertian tentang

“pendidikan Islam” dan sekaligus untuk diterapkan dalam konteks yang berbeda-beda.(Luthfiah Zeni, 2011: 4)

Pengertian pendidikan Islam ialah “usaha yang ditekankan

untuk mengembangkan fitrah keberagamaan (religiousitas) subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam”.(Achmadi, 2005: 2)

Di dalam ajaran Islam, baik Al-Qur‟an, Al-Sunnah maupun pendapat para pakar pendidikan Islam tidak dijumpai pengertian kurikulum sebagaimana yang dikembangkan oleh para pakar pendidikan modern.(Nata Abuddin, 2012: 35)

Diakui bahwa pada sistem madrasah lahir sebagai jawaban atas kebutuhan belajar atau pendidikan yang tumbuh di masyarakat, sehingga eksistensinya bergantung pada masyarakat sebagai pengelolanya.(Barizi Ahmad,2011: 45)

Pengembangan Ilmu Pendidikan Islam dengan

menggunakan konsep education academic, akan menuju kepada ilmu yang bersifat terbuka, luwes, dan menuntut redefenisi secara terus-menerus. Dengan menggunakan konsep education academic,

Ilmu Pendidikan Islam akan menerima pengaruh yang luas dari berbagai disiplin ilmu yang sesuai dan terus berkembang, yaitu ilmu psikologi, filsafat, sejarah, sosiologi, kebudayaan, politik, manajemen, teknologi informasi (TI), hukum dan lainnya. Berdasarkan pada konsep education (Jamaludin,dkk , 2015 :21)

academic ini Ilmu Pendidikan Islam berkonsentrasi pada dataran

teoritis dan idealis yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar epistemologi bagi keperluan rancang bangun desain pendidikan. Desain dan rumusan konsep tentang visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, guru, murid, manajemen, sarana prasarana, pembiayaan, lingkungan, evaluasi, dan aspek pendidikan lainnya, akan mengambil manfaat dari Ilmu Pendidikan Islam yang berbasis education academic ini.

Selanjutnya, Ilmu Pendidikan Islam menurut konsep

peadegogie hanya akan memperhatikan interaksi-interaksi yang

terjadi antara seorang dewasa dengan anak-anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan, dengan menempatkan masalah perkembangan kesadaran nilai dan tata nilai sebagai pusat dan akhir dari segenap tindakan pendidikan. Sementara itu, tindakan pengajaran merupakan medium untuk membawa peserta didik kepada tata nilai tersebut. Dalam kaitan ini, maka

pendidikan mau tidak mau harus berkonsentrasi pada wilayah kajian yang membahas masalah nilai dan tata nilai (filsafat) , perkembangan tata nilai dalam masyarakat (antrhopologie dan

sociologie) , pertumbuhan kesadaran nilai dan tata nilai dari

peserta didik (psikologi) , dan cara-cara mengkomunikasikan nilai dan tata nilai kepada peserta didik (sibernetika) yang menopang ditaktik dan metodik.(Arief Armai, 2002: 30)

Motivasi adalah modal utama seseorang dapat melakukan aktivitas belajar, pada dasarnya motivasi dimiliki oleh masing-masing individu. (Jalal Abdul Fatah, 1977: 25)

Dengan demikian, sesungguhnya antara Ilmu Pendidikan Islam yang berdasarkan konsep education academic dan

paedagogie dapat dipertemukan. Ilmu Pendidikan yang

berdasarkan konsep education academic memberikan landasan epistemologis dan teoritis bagi rancang bangun pendidikan, sedangkan Ilmu Pendidikan dengan konsep paedagogie

memberikan landasan bagi praktik pendidikan.(Achmadi, 1992: 32)

Ajaran akhlak atau norma Islam yang bersumber pada agama tersebut memiliki hubungan yang erat dengan filsafat perenialis.

Sebagai sebuah disiplin ilmu, Ilmu Pendidikan Islam sungguh pun bersifat ilmiah akademik, namun tidak sepenuhnya tunduk kepada budaya ilmu modern yang cenderung anti agama, atau menjauhkan ilmu pengetahuan dari campur tangan agama. Budaya ilmu pengetahuan modern (Barat) , misalnya memandang sifat, metode, struktur sains dan agama jauh berbeda, kalau tidak mau dikatakan kontradiktif. Agama mengasumsikan atau melihat suatu persoalan dari segi normatif (bagaimana seharusnya), sedangkan sains meneropongnya dari segi objektifnya (bagaimana adanya). Agama melihat problematika dan solusinya melalui petunjuk Tuhan, sedangkan sains melihat problematika melalui eksperimen dan rasio manusia semata-mata. Ajaran agama diyakini sebagai petunjuk Tuhan dan kebenarannya dinilai mutlak, sedangkan kebenaran sains bersifat relatif. Agama banyak berbicara tentang yamg ghaib, sementara sains hanya berbicara mengenai hal-hal yang empiris.(Aziz Safrudin,2015: 20)

Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan kata

“Manhaj” yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh

pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan.

Tujuan umum pendidikan dan pengetahuan dalam Islam ialah menjadikan manusia-seluruh manusia, sebagai abdi atau hamba Allah Swt.

Adapun pengertian pendidikan Islam ialah “usaha yang

lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman subjek didik agar lebih mampu memahami ajaran

Islam”.

Islam menganjurkan dengan sangat supaya belajar, dan umat Islam ternyata menerima baik anjuran ini sehingga pendidikan berkembang pesat di langgar-langgar.

Pemikiran pendidikan Islam sampai kapanpun akan memiliki daya tarik tersendiri untuk selalu ditelaah dan menjadi sebuah kajian yang tidak membosankan.

Selain itu, Ilmu Pendidikan Islam tidak memiliki karakter yang sekuler sebagaimana yang terdapat dalam budaya Barat.

“kata” Islam yang berada dibelakang kata Ilmu “Pendidikan”

selain menjadi sumber motivasi, inspirasi, sublimasi, dan integrasi bagi pengembangan Ilmu Pendidikan, juga sekaligus menjadi karakter dari Ilmu Pendidikan Islam itu sendiri. Islam yang menjadi karakter Ilmu Pendidikan ini memberikan prinsip tentang keharusan berserah diri dan mengikuti perintah serta aturan Tuhan

jika ingin sukses, tidak ada pemisahan antara urusan dunia dan akhirat, menyandingkan ilnu dan agama, memadukan akal, hati, dan perasaan, memperhatikan kepentingan individu dan sosial, serta saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa, keterbukaan untuk menerima pendapat dari mana pun dengan cara selektif dan kritis, berorientasi masa depan dengan memanfaatkan hal-hal positif di masa lalu, menghargai menunjang tinggi nilai-nilai kemanusiaan, menjunjung tinggi kebenaran, memiliki komitmen untuk menegakkan kejujuran, kebaikan, dan keadilan, memperjuangkan tegaknya kedamaian dan keselamatan bagi umat manusia, berbaik sangka (huzn al-dzan) kepada setiap orang dan nilai-nilai moral Islami lainnya.

Ilmu Pendidikan Islam yang berkarakter Islam itu adalah Ilmu Pendidikan yang sejalan dengan nilai-nilai luhur yang terdapat di dalam Al-Qur‟an dan Sunnah. Karakter ajaran Islam

yang selanjutnya menjadi karakter Ilmu Pendidikan Islam tersebut menjadi pembeda antara pendidikan yang berasal dari Barat dengan Ilmu Pendidikan Islam. Sebagian orang ada yang berkata, bahwa ilmu pendidikan itu netral dan tak ada hubungannya dengan agama, dengan alasan jika ada Ilmu Pendidikan Islam, maka ada Ilmu Pendidikan Kristen, Ilmu Pendidikan Hindu, Ilmu

Pendidikan Budha, dan sebagainya. Pendapat yang demikian itu menggambarkan tentang ketidaktahuannya terhadap ajaran Islam. Islam bukanlah agama sekuler yang memisahkan urusan agama dan dunia. Dalam Islam, agama mendasari aktivitas dunia, dan aktivitas dunia dapat menopang pelaksanaan ajaran agama. Islam bukan hanya sekedar mengatur hubungan manusia dengan Tuhan sebagaimana yang terdapat pada agama lain, melainkan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan dunia. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Sebagai rasul. Islam pada hakikatnya, membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengatur satu segi, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan manusia. Sumber ajaran-ajaran yang

mengambil berbagai aspek itu ialah Al-Qur‟an dan al- Sunnah.

Dengan karakternya yang demikian itu, maka Ilmu Pendidikan Islam tidak mendikotomi agama dan Ilmu. Dalam Islam agama menetapkan tujuan yang harus dicapai manusia, sedangkan ilmu membantu mempercepat sampainya pada tujuan tersebut. Seseorang yang ingin melaksanakan ajaran agama dalam bentuk menunaikan ibadah haji, misalnya, ia membutuhkan

produk ilmu dan teknologi berupa pesawat udara. Islam juga memandang bahwa manusia adalah makhluk, yang disamping memiliki keunggulan dan keistimewaan, juga memiliki keterbatasan. Fisik, akal, perasaan, dan potensi lainnya yang dimiliki manusia serba terbatas. Dengan demikian, ilmu pengetahuan atau sains juga terbatas. Untuk itulah agama datang melengkapinya, menolong dan menyempurnakan pengetahuan yang terbatas itu. Ilmu yang bersumber pada rasio memerlukan agama yang berasal dari Tuhan. Ilmu yang kebenarannya relatif harus tunduk kepada agama yang kebenarannya mutlak. Ilmu yang hanya berbicara hal-hal yang bersifat empiris perlu disempurnakan dengan agama yang berbicara tentang yang ghaib. Demikian seterusnya.

Berdasarkan analisis diatas, tidak pada tempatnya untuk mengatakan bahwa di dalam Al-Qur‟an terdapat seluruh ilmu

pengetahuan. Karena walaupun pernyataan tersebut secara lahiriah ingin mengagungkan Al-Qur‟an, tetapi sebaliknya

pernyataan tersebut dapat menjatuhkan kedudukan Al-Qur‟an.

Ilmu pengetahuan kebenarannya relatif, bisa salah dan suatu saat tidak diperlukan lagi. Jika di dalam Al-Qur‟an terdapat seluruh ilmu pengetahuan, boleh jadi akan ada ayat-ayat Al-Qur‟an yang

relatif kebenarannya sehingga bisa dibatalkan. Keadaan ini tidak boleh terjadi.

Menghubungkan Islam (Al-Qur‟an) dengan ilmu

pengetahuan, termasuk dengan Ilmu Pendidikan, bukan dengan melihat, misalnya adakah teori relativitas atau bahasan tentang angkasa luar; adakah ilmu komputer tercantum dalam Al-Qur‟an

dan sebagainya; tetapi yang lebih diutamakan oleh Al-Qur‟an

ilmu pengetahuan atau sebaliknya, serta adakah satu ayat

Al-Qur‟an yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang

telah mapan? Dengan kata lain, Al-Qur‟an meletakkan ilmu

pengetahuan pada sisi social psychology (psikologi sosial)-nya, dan bukan pada isi history of scientific progress (sejarah perkembangan ilmu pengetahuan)-nya.

Selanjutnya perlu ditambahkan, bahwa sekalipun terdapat kata Islam dalam Ilmu Pendidikan Islam, namun Ilmu Pendidikan Islam bukanlah Al-Qur‟an atau setara dengan Al-Qur‟an.

Bagaimanapun hebatnya, Ilmu Pendidikan Islam sebagai sebuah hasil ijtihad yang tidak luput dari kesalahan. Namun demikian, ilmu Pendidikan Islam bukan pula ilmu yang liberal atau bebas nilai. Ilmu Pendidikan Islam adalah hasil ijtihad yang dibimbing oleh ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur‟an dan al-Sunnah.

Bimbingan tersebut antara lain terlihat pada adanya nilai-nilai ajaran Al-Qur‟an sebagaimana tersebut diatas yang menjadi

prinsip pengembangan ilmu pendidikan Islam tersebut, dan sekaligus menjadi karakternya.

Dengan demikian, ilmu pendidikan Islam adalah ilmu yang dihasilkan melalui ijtihad yang terbimbing oleh nilai-nilai ajaran Al-Qur‟an dan al-Sunnah, dan bukan ilmu pendidikan Barat yang didasarkan pada hasil ijtihad manusia semat-mata.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat diperoleh pengertian bahwa Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu yang membahas berbagai teori konsep, dan desain tentang berbagai aspek atau komponen pendidikan: visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar dan sebagainya yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana terdapat didalam Al-Qur‟an

dan al-Sunnah. Kata Islam yang berada dibelakang kata “Ilmu Pendidikan”, selain berfungsi sebagai sumber inspirasi, motivasi,

dan tujuan, juga menjadi karakter Ilmu Pendidikan Islam, yang selanjutnya membedakan dirinya dengan Ilmu Pendidikan yang berasal dari Barat. Dengan karakternya yang demikian itu, Ilmu Pendidikan Islam, bukan ilmu yang bersifat eksklusif dan statis, melainkan ilmu yang terbuka, menerima berbagai pengaruh dari

luar, dan terus mengalami perkembangan sepanjang pengaruh tersebut tetap sejalan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.

Berdasarkan uraian dan analisis sebagaimana tersebut diatas dapat dikemukakan kesimpulan Ilmu pendidikan Islam sebagai berikut.

Pertama, Ilmu pendidikan Islam sebagai sebuah sistem

atau bangunan, memerlukan dasar, asas, dan prinsip-prinsip bagi tegaknya sistem dan bangunan tersebut.

Kedua, sebagai sebuah ilmu baru, Ilmu pendidikan Islam

memiliki keterkaitan dengan bidang-bidang ilmu lainnya, yakni psikologi, sejarah, filsafat, sosiologi, budaya, hukum, ilmu pengetahuan dan teknologi, manajemen, politik, dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Berbagai disiplin ilmu ini sekaligus menjadi dasar bagi tegaknya Ilmu Pendidikan Islam tersebut.

Ketiga, kata Islam, sebagaimana yang terdapat kata Ilmu

Pendidikan Islam, disamping menjadi karakter yang membedakan Ilmu Pendidikan Islam dengan Ilmu Pendidikan lainnya, juga sekaligus menjadi dasar, asas, dan prinsip-prinsip Ilmu tersebut. Pendapat mengenai dasar dan asas pendidikan Islam

tersebut terlihat sudah demikian lengkap, namun belum sempurna, karena belum memasukkann dasar atau asas Islam.

B.Pengertian Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner

Adapun pengertian pendidikan Islam ialah menjadikan manusia sebagai abdi atau hamba Allah, untuk mengembangkan fitrah keberagamaan agar lebih mampu memahami ajaran Islam.

Ilmu pendidikan Islam tidak memiliki karakter yang sekuler sebagaimana yang terdapat dalam budaya Barat “kata” Islam yang berada dibelakang kata “ilmu pendidikan” selain menjadi sumber

motivasi, inspirasi, sublimasi, dan integrasi bagi pengembangan ilmu pendidikan.

Pendidikan Islam multidisipliner ,mencakup beberapa aspek ilmu pendidikan yaitu, pendidikan Islam pendekatan sejarah ilmu yang membahas berbagai peristiwa atau kejadian dimasa lalu dengan memperhatikan dari segi waktu, tempat, pelaku, latar belakang dan hikmah yang terdapat dalam peristiwa tersebut.

Selanjutnya, Pendidikan Islam pendekatan Psikologi, pendekatan yang bersifat menyeluruh yang mencakup aspek perkembangan fisik dan gerakan motorik, sosial, intelektual, moral, emosional, religi, dan sebagainya

Sedangkan pendekatan yang digunakan untuk mengkaji ilmu pendidikan ini adalah pendekatan multidisiplin, yaitu sebuah pendekatan yang berusaha membangun konsep ilmu pendidikan Islam dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu agama Islam (normatif perenialis), sejarah, filsafat, psikologi, sosiologi, manajemen, ilmu pengetahuan, dan teknologi khususnya Teknologi Informasi (TI), kebudayaan, etika, politik, dan hukum.

Melalui berbagai pendekatan tersebut diatas, diketahui dengan jelas bahwa Ilmu Pendidikan Islam memiliki tujuan yang mendasar dan strategis. Dikatakan mendasar, karena melalui Ilmu Pendidikan Islam dapat ditemukan teori, konsep, dan prinsip-prinsip yang dapat digunakan dalam merumuskan berbagai komponen pendidikan: visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar-mengajar dan seterusnya. Dan dikatakan strategis, karena dengan Ilmu Pendidikan Islam, proses pendidikan akan berjalan secara sistematis dan efektif dalam rangka menghasilkan lulusan pendidikan yang bermutu dalam segala aspeknya: pengetahuan, wawasan, keterampilan, mental spiritual, akhlak, dan kepribadiannya. Keterbelakangan pendidikan Islam yang umumnya terjadi saat ini, antara lain karena kegiatan pendidikan yang umumnya berlangsung di masyarakat masih dilaksanakan secara konvensional, bermodalkan niat dan semangat.

BAB III

PAPARAN DATA

A. Biografi Naskah

Pendidikan Islam pendekatan Normatif Perenialis dinyatakan, bahwa ajaran yang bersifat normatif yang bersumber dari ajaran agama-agama di dunia, termasuk agama Islam, merupakan ajaran yang dapat menyelamatkan umat manusia dari keterpurukan hidup dan kesesatan sebagaimana yang dialamai oleh masyarakat modern saat ini.

Pendidikan Islam pendekatan Sejarah, melalui pendekatan sejarah ditemukan informasi tentang pendidikan sebagai berikut.

Pertama, bahwa sejak kedatangan Islam, umat Islam tergerak hati, pikiran, dan perasaannya untuk memberikan perhatiaannya yang besar terhadap penyelenggaraan pendidikan.

Kedua, model lembaga pendidikan Islam yang diadakan oleh umat Islam adalah model lembaga pendidikan informasi non-formal dan non-formal.

Ketiga, sebagai sebuah ilmu baru, Ilmu pendidikan Islam memiliki keterkaitan dengan bidang-bidang ilmu lainnya.

Pendidikan Islam pendekatan Filsafat, upaya mencari keridhaan, hikmah, dan keutamaan dengan cara berpikir secara sistematik, radikal, universal, logis, dan spekulatif.

Pendidikan Islam pendekatan Psikologi, pendekatan yang bersifat menyeluruh yang mencakup aspek perkembangan fisik dan gerakan motorik, sosial, intelektual, moral, emosional,religi, dan sebagainya.

Pendidikan dengan pendekatan Sosiologis dapat diartikan sebagai studi yang memanfaatkan sosiologi untuk menjelaskan konsep pendidikan dan memecahkan berbagai problema yang dihadapi. Melalui pendekatan ini, interaksi antara pendidikan dan masalah sosial dikaji secara saksama. Pendidikan, menurut pendekatan sosiologis ini, dipandang sebagai salah satu kontruksi sosial, atau diciptakan oleh interaksi sosial. Para sosiolog pendidikan mengkaji praktik-praktik pendidikan untuk membuktikan hubungannya dengan kelembagaan, tujuan, kurikulum, proses belajar-mengajar, dan berbagai komponen pendidikan lainnya.

Pendekatan sosiologi, dalam praktiknya, bukan saja digunakan dalam memahami masalah-masalah pendidikan, melainkan juga dalam memahami berbagai bidang lainnya,

seperti hukum dan agama sehingga muncullah studi tentang sosiologi hukum dan sosiologi agama.

Pendidikan Islam pendekatan Manajemen diartikan sebagai sebuah konsep yang menerapkan fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, penilaian, perbaikan dalam kegiatan pendidikan.

Pendidikan Islam pendekatan Information Technology (IT), dapat diartikan pengetahuan yang telah memenuhi syarat dan rukun ilmiah, yakni selain memiliki kejelasan tujuan, objek dan metodologinya, juga terdapat tokoh yang mengembangkannya serta dibutuhkan oleh masyarakat.

Pendidikan Islam pendekatan Kebudayaan dapat diartikan sebagai bagian dari persoalan yang harus diketahui dan diantisipasi serta dijadikan salah satu bahan pertimbangan oleh para pengambil kebijakan.

Pendidikan Islam pendekatan Politik,secara harfiah, politik diartikan sebagai usaha atau rekayasa yang diatur sedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, politik yang dalam bahasa Arabnya dikenal dengan istilah al-siyasah berlaku pada semua aspek kehidupan, yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar.

seperti pendidikan, keluarga, ekonomi, budaya, kenegaraan, dan lain sebagainya.

Pendidikan Islam pendekatan Hukum dapat diartikan peraturan yang dibuat oleh sesuatu kekuasaan atau adat yang dianggap berlaku oleh dan untuk orang banyak.

Sebagaimana telah disebutkan diatas, perkembangan masyarakat amat mempengaruhi konsep pendidikan. Kuatnya pengaruh perkembangan masyarakat terhadap visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, manajemen, saran prasarana, biaya dan aspek pendidikan lainnya dapat dikemukakan sebagai berikut. 1. Ilmu Pendidikan Islam dengan Ajaran Normatif Perenialis

dalam Pendidikan Islam (hlm. 47- 49)

Melalui pendekatan pereniali, yakni kembali kepada Al-Qur‟an

dan As-Sunnah dijumpai sejumlah istilah yang mengacu kepada hakikat pendidikan. Istilah-istilah tersebut antara lain: pertama, kata al-ta’lim yang berasal dari kata „allamayu’allimu yang berarti memberikan pemahaman dan wawasan melalui berbagai ilmu pengetahuan dan informasi dalam rangka mengubah pola pikir (mindset) manusia. Kajian Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan normatif perenialis secara lebih sempurna menggunakan pendekatan tematik.

2. Ilmu Pendidikan Islam Pendekatan Sejarah (hlm. 85-87)

Melalui pendekatan sejarah ditemukan informasi tentang pendidikan Islam sebagai berikut.

Sejumlah lembaga pendidikan Islam yang pernah memainkan peranan dan sumbangan bagi pengembangan ajaran Islam dan pemberdayaan umat. Sejumlah lembaga pendidikan tersebut antara lain Rumah, seperti (1) Rumah arqam (dar

al-arqam) dan rumah para ulama (bait al-ulama); (2) suffah, yaitu

tempat belajar yang menggunakan bagian dari ruangan masjid di Madinah.Bahwa sejak kedatangan Islam umat Islam tergerak hati, pikiran, dan perasaannya untuk memberikan perhatiannya yang besar terhadap penyelenggaraan pendidikan.

3. Ilmu Pendidikan Islam Pendekatan Filsafat

A. Sifat dan Objek Kajian Filsafat serta Hubungan dengan Ilmu Pendidikan (hlm. 106-123)

1) Sifat dan Karakternya

Filsafat adalah upaya mencari keridhaan, hikmah, dan keutamaan dengan cara berpikir secara sistematik, radikal, universal, logis, dan spekulatif.

Seorang filosof adalah orang yang mencintai, menyukai, dan mendambakan lahirnya kebenaran, kebaikan, dan

keindahan dan keutamaan.Cara berpikir seperti ini diperlukan untuk memecahkan berbagai masalah pendidikan.

2) Objek Kajian Filsafat

a) Metafisika, Seperti ilmu pengetahuan yang lain, metafisika merupakan kegiatan abstraksi manusia. Metafisika, sebagai sebuah cabang ilmu, menunjukkan dan menggaris bawahi bahwa manusia adalah makhluk rasional. Hanya makhluk rasional yang mampu melaksanakan abtraksi.

b) Etika

Etika adalah studi mengenai tingkah laku yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang nilainya tinggi. Menurut Socrates, etika sebagai pengetahuan tentang baik, buruk, jahat, dan mengenai kebijakan hidup.

c) Estetika

Estetika adalah studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan, yang sesungguhnya merupakan filsafat mengenai kesenian. Estetika merupakan salah satu objek formal filsafat.

d) Logika

Logika adalah studi mengenai metode-metode ideal mengenai berpikir (thinking) dan meneliti (research)

dalam melakukan observasi, intropeksi, deduksi, induksi, hipotesis, dan analisis eksperimental dan lain-lain yang merupakan bentuk-bentuk aktivitas manusia melalui upaya logika agar dapat dipahami.

Dokumen terkait