• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pondok Pesantren 1. Pengertian Pondok

Pondok berasal dari bahasa Arab yaitu funduk yang berarti yang berarti hotel atau asrama.36 Dalam Bahasa Indonesia nama pondok dan

pesantren sering dipergunakan bersama untuk menyebut “pondok pesantren”, namun dalam pembahasan ini penulis ingin menjelaskan

terlebih dahulu tentang pengertian pondok itu sendiri. Pondok adalah suatu tempat untuk kediaman para santri atau siswa dimana di tempat itu terjadi proses belajar mengajar.

Adapun penggabungan dua kata ini sesuai dengan sifat pesantren yang yang di dalamnya terdapat unsur atau komponen yang berhubungan satu sama lain yaitu hubungan dimana di dalamnya terdapat sarana pendidikan keagamaan dan sarana kehidupan bersama dalam suatu kelompok belajar yang berdampingan dan berjalan secara selaras dan seimbang.

Pondok atau asrama merupakan ciri khas tradisi pesantren yang diwariskan turun-menurun sebagai pusat pencarian ilmu. Dahulu, ada perbedaan antara sistem pondok pesantren dengan pendidikan di luar pesantren, perbedaan itu adalah pondok pesantren masih berbentuk

36

H. M. Yacub, M, Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa. Bandung: Angkasa, 2000, 65.

tradisional dalam segi tempat seperti masjid, rumah kyai, dan dari segi pelajaran pondok pesantren lebih cenderung pada pengkajian kitab-kitab kuning atau kitab salafi, berbeda dengan pendidikan di luar sekolah yang sudah menggunakan kurikulum di sistem pendidikannya. Namun dewasa ini, pondok pesantren juga telah menerapkan kurikulum dalam sistem pembelajarannya dan hubungan antara santri dan elemen-elemen pondok lebih dominan karena berada dalam satu lingkungan dan bertemu selama 24 jam penuh di pondok.

Alasan utama pesantren harus menyediakan tempat sebagai pondok atau asrama adalah37:

a. Kemashuran seorang kyai dan kedalaman pengetahuannya tentang Islam yang dapat menarik minat santri yang datang dari jauh untuk dapat menggali ilmu dari kyai tersebut secara teratur dan rela meninggalkan kampung halaman dan menetap di dekat kyai.

b. Hampir semua pesantren berada di desa-desa dimana tidak ada perumahan yang cukup untuk menampung santri-santri, dengan demikian adanya asrama atau pondok sangatlah penting.

c. Adanya sikap timbal balik antara kyai dan santri, dimana para santri menganggap kyai adalah orang tua mereka, begitu pula kyai menganggap santri sebagai titipan Tuhan yang harus senantiasa dilindungi.

37

Zamakh Syari Dhofier, Tradisi Pesantren, Study Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES, 1985, 46-47.

Pondok biasanya terdiri dari dua yaitu pondok wanita dan pondok laki-laki. Biasanya pondok wanita dipisahkan dengan pondok laki-laki. Adapun keadaan kamar antara dua pondok ini tidak jauh berbeda.

2. Pengertian Pesantren

Pesantren sebagai „kampung peradaban” dengan segala

kesederhanaan dan kekurangannya menyimpan potensi besar yang telah terbukti dapat melakukan transformasi peradaban Islam yang lebih kosmopolit.38

Pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran an

yang berarti tempat tinggal para santri, Profesor Jhons berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji, sedangkan C.C Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah

shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tau buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu.

Selanjutnya menurut Chaturverdi dan Tiwari, kata “shastri” berasal dari kata “shastra” yang berarti buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.39 Sementara menurut Ziemek pesantren berasal dari istilah pasantrian yang berarti tempat santri.40

38

Djohan Efendi, Pesantren Kampung Peradaban, dalam Hasbi Indra, Pesantren

dan Transformasi Sosial Study Atas Pemikiran K.H. Abdullah Syafi’i Bidang Pendidikan

Islam, Jakarta: Paramadina, 2003, xviii. 39

Zamakh Syari Dhofier, Tradisi Pesantren, Study Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES, 1985, 18.

40

Manfred Ziemek, Pesantren dan Perubahan Sosial Terjemahan Burche B. Soenddjojo, Jakarta: P3M, 1986, 16.

Nurcholis Madjid mengemukakan, ada dua pendapat yang bisa dijadikan acuan untuk meneliti asal-usul kata “santri”. Pertama, santri

berasal dari bahasa Sansekerta sastri artinya melek huruf, karena kaum santri dengan kitab-kitab yang mereka pelajari adalah kelas literary bagi orang Jawa. Kedua, kata santri berasal dari Bahasa Jawa Cantrik yang berarti seseorang yang mengabdi kepada seorang guru. Cantrik selalu mengikuti kemana saja gurunya menetap dengan tujuan dapat mempelajari sebuah keahlian. Pola hubungan guru-cantrik ini terus berlanjut dan berubah menjadi guru-santri yang kemudian menjadi kyai-santri dalam dunia pesantren.41

Pesantren sering disebut sebagai lembaga pendidikan tradisional yang telah ada sejak dulu sebelum sekolah-sekolah barat ada di Indonesia. Sistem pendidikan pesantren di Indonesia sangatlah unik dibandingkan dengan lembaga-lembaga pendidikan formal lainnya.

Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran- ajaran islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Pengertian “tradisional” dalam

batasan ini menunjukkan bahwa lembaga ini hidup sejak ratusan tahun lalu dan telah menjadi bagian yang penting dari sistem kehidupan sebagian besar umat Islam di Indonesia, yang merupakan golongan mayoritas dan telah mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perjalanan

41

Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta: Paramadina, 2007, 19-20.

umat.42 Jadi, pengertian tradisional disini sebatas sumber-sumber hukum dan kitab-kitabnya yang digunakan pondok pesantren sebagai acuan sistem pembelajarannya. Sedangkan, metode pengkajian serta relevansi permasalahan yeng terjadi dianalogikan oleh pondok pesantren dengan sumber-sumber terdahulu agar tidak menyimpang dari Al-qur‟an dan As -Sunnah. Jadi, tradisional disini tidak berrti ketinggalan zaman. Namun, di zaman sekarang pondok pesantren tidak bisa dikatakan tradisional karena pondok pesantren sudah menerapkan kurikulum pembelajarannya dan telah menerapkan berbagai macam bahasa asing dalam pembelajarannya.

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang umumnya dilaksanakan dengan cara klasikal, pengajarnya adalh seseorang yang menguasai ilmu agama melalui kitab kiatb Islam klasik atau yang lebih penulis kenal kenal dengan kiatb salafi atau kitab kuning yang menggunakan tulisan Arab dengan Bahasa Arab dan Bahasa Melayu kuno. Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan agama Islam yang sangat penting untuk tetap memposisikan manusia dalam dimensi spiritual. Kehadiran pesantren berfungsi sebagai wadah untuk memperdalam ilmu-ilmu agama Islam, mengamalkannya dan terus memelihara kontinuitas tradisi-tradisi Islam dan terus mewariskannya pada generasi berikutnya.

Jadi, pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang mengajarkan agama, mengamalkan agam Islam secara mendalam, selain itu pondok pesantren merupakan lembaga kegamaan dan lembaga

42

penyiaran Islam untuk masyarakat di sekitar pondok pesantren itu sendiri maupun daerah santrinya berasal.

3. Pengertian Pondok Pesantren

Pondok pesantren adalah tempat berkumpulnya para santri atau asrama tempat mengkaji ilmu agama Islam, di mana santri mempunyai

image sebagai seorang yang mengerti lebih jauh mengenai perihal agama di banding masyarakat umum. Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaaan yang mempunyai ciri khasnya sendiri dibanding dengan lembaga pendidikan lainnya. Sebagai lembaga pendidikan yang sudah lama berkembang di Indonesia, pesantren berhasil membina dan mengembangkan kehidupan beragama masyarakat.43

Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitarnya, dengan sistem asrama (pemondokan di dalam komplek) dimana santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya di bawah kedaulatan kepemimpinan seorang atau beberapa orang Kyai.44

Pondok pesantren merupakan sarana untuk menyiapkan para santri sebagai mutafaqqih fi ad-din (mengkaji ilmu agama) yang mampu mencetak kader-kader ulama dan pendakwah yang menyebarkan agama Islam, serta membentuk akhlak. Selain itu, pondok pesantren juga dimanfaatkan masyarakat sebagai sarana mengembangkan kepercayaaan

43

Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren …, 5. 44

Farida Anik, Modernisasi Pesantren, Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 1993, 8.

Islam, dan khususnya untuk mengembangkan kemampuan menafsirkan inti ajaran Islam.

4. Sejarah Pondok Pesantren

Menelusuri tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan keagamaan Islam di Indonesia, termasuk awal berdirinya pondok pesantren tidak terlepas dari hubungannya dengan sejarah masuknya Islam di Indonesia. Pendidikan Islam di Indonesia bermula ketika orang-orang yang masuk Islam ingin mengetahui lebih banyak tentang isi ajaran Islam yang baru dipeluknya, baik mengenai cara beribadah, membaca Al-Qur‟an dan pengetahuan Islam yang lebih luas

dan mendalam. Mereka biasanya belajar di rumah, masjid, langgar atau surau.

Dalam perkembangannya, keinginan untuk lebih memperdalam ilmu-ilmu agama telah mendorong tumbuhnya pesantren yang merupakan tempat untuk melanjutkan belajar agama setelah tamat belajar di surau, langgar atau masjid. Sejarah pendidikan Indonesia mencatat, bahwa pondok pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di Indonesia. Lembaga ini telah berkembang khususnya di Jawa selama berabad-abad. Maulana Malik Ibrahim salah satu spiritual father

Walisongo yang meninggal tahun 1419 di Gresik, dalam masyarakat Jawa biasanya dipandang sebagai gurunya guru tradisi pesantren di tanah Jawa.

Dalam catatan sejarah, pondok pesantren dikenal di Indonesia sejak zaman Walisongo. Ketika itu pula Sunan Ampel mendirikan sebuah

padepokan di Ampel Surabaya dan menjadikannya pusat pendidikan di Jawa. Para santri yang berasal dari pulau Jawa datang untuk menuntut ilmu agama. Bahkan di antara para santri ada yang berasal dari Gowa dan Talo, Sulawesi.

Pesantren Ampel merupakan cikal bakal berdirinya pesantren-pesantren di tanah air. Sebab para santri setelah menyelesaikan studinya merasa berkewajiban mengamalkan ilmunya di daerahnya masing-masing. Maka di dirikanlah pondok-pondok pesantren dengan mengikuti pada apa yang mereka dapatkan di Pesantren Ampel.

Mengenai pendirian dan pelembagaan pesantren pertama kali, baru muncul pada pertengahan abad ke-18 M. Dari pesantren-pesantren kuno yang terlacak, pesantren Tegalsari Panaraga yang didirikan tahun 1742 adalah pesantren paling tua. Pada akhir abad 18 M, lembaga pesantren di Jawa semakin bertambah dan mengalami perkembangan pesat. Hal itu terjadi pada rentang abad ke-19 M. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pesantren muncul pada abad ke-18 M dan melembaga pada abad ke-19 M.45

5. Tipologi Pondok Pesantren

Pondok pesantren adalah sebuah sistem yang unik, bukan hanya dalam pendekatan pembelajarannya tapi juga pandangan hidup dan tata nilai yang dianut, masing-masing pondok pesantren mempunyai

45

Departemen Agama RI, Pondok Pesantren dan Mdrasah Diniyah Pertumbuhan dan Perkembangannya. Jakarta: Depag RI, 1990, 7-8.

keistimewaan tersendiri, secara garis besar pondok pesantren dapat dikategorikan dalam tiga kategori46:

a. Pondok Pesantren Salafiyah

Salaf artinya lama, dahulu atau tradisional. Pondok pesantren Salafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan pemebelajaran dengan pendekatan tradisional, sebagaimana yang berlangsung sejak awal pertumbuhannya. Pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam dilakukan secara individual atau kelompok dengan konsentrasi pada kitab-kitab klasik berbahasa Arab, penjenjangan tidak didasarkan pada waktu tetapi berdasarkan tamatnya (khatam) kitab yang di pelajari. Dengan selesai satu kitab tertentu maka santri dapat naik jenjang dengan mempelajari kitab yang tingkat kesulitannya lebih tinggi. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip pendidikan modern yang di kenal dengan sistem belajar tuntas. Dengan cara ini, santri dapat lebih intensif mempelajari suatu cabang ilmu.

b. Pondok Pesantren Khalafiyah (Ashriyah)

Khalaf artinya kemudian, atau belakang. Sedangkan ashri

artinya sekarang atau modern. Pondok pesantren khalafiyah adalah

46

pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan pendekatan modern, melalui satuan pendidikan formal baik madrasah atau sekolah umum, tetapi dengan pendekatan klasikal. Pembelajaran pada pondok pesantren ini, dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan, dengan satuan program didasarkan pada satuan waktu, seperti catur wulan, semester, tahun atau kelas dan seterusnya. Pada pondok pesantren tipe ini pondok lebih banyak berfungsi sebagai asrama dan memberikan lingkungan yang kondusif untuk pendidikan agama.

c. Pondok Pesantren Campuran/Kombinasi

Pondok pesantren salafiyah dan khalafiyah dengan penjelasan di atas adalah salafiyah dan khalafiyah dalam bentuknya yang ekstrim. Barangkali kenyataan di lapangan tidak ada atau sedikit sekali pondok pesantren salafiyah atau khalafiyah dengan pengertian tersebut. Sebagian besar yang ada sekarang adalah pondok pesantren yang berada di antara rentangan dua pengertian di atas. Sebagian besar pondok pesantren yang mengaku atau menanamkan diri pesantren salafiyah, pada umum menyelenggarakan pendidikan secara klasikal dan berjenjang, walaupun tidak dengan nama madrasah atau sekolah. Demikian juga pesantren khalafiyah pada umumnya juga menyelenggarakan pendidikan dengan pendekatan pengajian kitab klasik sebagai salah satu identitas pondok pesantren.

Disamping tipologi pesantren berdasarkan model pendekatan pendidikan yang dilakukan, ada juga tipologi berdasarkan konsentrasi ilmu-ilmu agama yang diajarkan yang di kenal dengan pesantren

Al-Qur‟an yang lebih berkonsentrasi pada pendidikan Al-Qur‟an, mulai qira‟ah sampai tahfizh. Ada pesantren hadits yang lebih

berkonsentrasi pada pembelajaran hadits. Ada pesantren fiqh, pesantren ushul fiqh, pesantren tasawuf.

Ada tipologi lain di buat berdasarkan penyelenggaraan fungsinya sebagai lembaga pengembangan masyarakat melalui program-program pengembangan usaha, seperti pesantren pertanian, pesantren keterampilan, pesantren agribisnis dan sebagainya. Maksudnya pesantren ini selain juga menyelenggarakan pendidikan agama juga mengembangkan pertanian, keterampilan, dan agribisnis tertentu.

Dilihat dari berbagai tipologi pesantren di atas, menunjukkan bahwa eksistensi pesantren dari masa ke masa semakin berkembang melalui berbagai macam evaluasi. Sehingga pesantren tidak lagi di pandang sebagai lembaga pendidikan Islam yang kuno, dan alumni pondok pesantren hanya bisa menguasai pendidikan Islam saja melainkan mereka mampu bersaing dengan lembaga pendidikan umum yang sarat dengan teknologi modern.

Sebuah pondok pesantren biasanya mempunyai elemen-elemen yang mendukung eksistensi pondok pesantren tersebut. Elemen-elemen pondok pesantren setidaknya terdiri atas47:

a. Pondok

Pondok adalah asrama bagi para santri yaitu sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswa tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang atau lebih guru yang di kenal dengan sebutan kyai.48

Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seseorang (atau lebih) guru yang

lebih di kenal dengan sebutan ” kyai”. Asrama untuk para santri

biasanya berada di lingkungan komplek pesantren di mana kyai bertempat tinggal yang menyediakan sebuah tempat ibadah dan ruang untuk belajar dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain. Kompleks pesantren ini biasanya dikelilingi dengan tembok untuk dapat mengawasi keluar dan masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu, Pondok sebagai wadah pendidikan manusia seutuhnya sebagai operasionalisasi pendidikan yakni mendidik dan mengajar. Mendidik secara keluarga berlangsung di pondok sedangkan mengajarnya berlangsung di kelas

47

Zamakh Syari Dhofier, Tradisi Pesantren, Study Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES,1983, 44-45.

48

dan mushola. Hal inilah merupakan fase pembinaan dan peningkatan kualitas manusia sehingga ia bisa tampil sebagai kader masa depan, oleh karena itu pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang pertama mengembangkan lingkungan hidup dalam arti kata pengembangan manusia dari segi mentalnya.

Sistem pondok bukan saja elemen yang paling penting dari tradisi pesantren, tetapi juga penopang utama bagi pesantren untuk dapat terus berkembang. Meskipun keadaan pondok sangat sederhana namun anak-anak muda yang pertama meninggalkan desanya untuk melanjutkan pelajaran di suatu wilayah yang baru tidak perlu mengalami kesukaran dalam tempat tinggal atau penyesuaian diri dengan lingkungan sosial yang baru.

Selain sebagai tempat tinggal pondok/asrama merupakan tempat belajar, bermasyarakat baik dengan sesama santri maupun masyarakat sekitar serta tempat untuk menimba ilmu agama Islam sebanyak-banyaknya sebagai bekal di masyarakat dan bekal di akhirat nanti.

b. Masjid

Masjid pada hakikatnya merupakan sentral kegiatan muslimin baik dalam dimensi ukhrawi maupun maknawi masjid

memberikan indikasi sebagai kemampuan seorang abdi dalam mengabdi kepada Allah yang disimbolkan dengan adanya masjid.49

Masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan pesantren dan di anggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik santri, terutama dalam praktek-praktek keberagaamaan misalnya, shalat lima waktu, khotbah, dan pengajaran kitab-kitab klasik. Kedudukan masjid yang sangat penting sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren yang merukan manivestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional.

Sejak zaman Nabi, masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam dan mereka selalu menggunakan masjid sebagai tempat pertemuan, pusat pendidikan, dan sebagainya. Bahkan di zaman sekarang seringkali kita temukan para ulama penuh pengabdian menggunakan masjid sebagai tempat mengajar murid-muridnya, memberikan nasehat dan apa saja yang berhubungan dengan ilmu pendidikan.

Seorang kyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren, biasanya akan mendidrikan masjid di dekat rumahnya. Langkah ini biasanya di ambil atas perintah gurunya yang telah menilai bahwa ia akan sanggup memimpin sebuah pesantren.

49

Ghozali, Bahri, Pesantren Berwawasan Lingkungan, Jakarta: PT Prasasti, 2001, 19.

Keberadaan masjid juga digunakan para kyai untuk menyelenggarakan pengajian yang sifatnya umum yakni pengajian kitab-kitab klasik yang diikuti para santri dengan masyarakat sekitar pesantren.

c. Pengajaran Kitab-Kitab Islam Klasik

Pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik terutama di kalangan-kalangan ulama yang mengandung paham

syafi‟iyah merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Pengajaran ini sering diterapkan bagi para santri yang tinggal di pesantren dalam jangka waktu pendek (kurang dari satu tahun) yang bertujuan untuk mencari pengalaman dalam hal pengalaman perasaan keagamaan. Adapun santri yang ingin mengembangkan keahliannya dalam berbahasa Arab melalui sistem sorogan dalam pengajian sebelum pergi ke pesantren mengikuti sistem bandongan.

Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di sebuah pesantren biasanya dapat digolongkan menjadi 8 macam meliputi: nahwu dan saraf, fiqh, usul fiqh, hadits, tafsir, tauhid, tasawuf dan etika, dan cabang-cabang lain seperti balaghah dan tarikh. Kesamaan kitab yang diajarkan dan sistem pengajarannya akan menghasilkan homogenitas pandangan hidup, kultural, dan praktik kaberagamaan di kalangan para santri.

Meskipun sekarang kebanyakan pesantren telah memasukkan pengajaran umum sebagai suatu bagian penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik tetap diberikan sebagai tradisi yang merupakan ciri khas dan upaya meneruskan tujuan utama pesantren dalam mendidik santri yang sesuai faham Islam tradisional.

d. Santri

Istilah santri hanya ada di pesantren sebagai pengejawantahan adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kyai yang memimpin sebuah pesantren, oleh karena itu santri pada dasarnya berkaitan erat dengan keberadaan kyai dan pesantren.50

Sesuai dengan pengertian yang dipakai oleh lingkungan orang-orang pesantren, seorang kyai apabila memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren dan mempelajari kitab-kitab Islam klasik, maka dari itu santri merupakan elemen penting dalam lembaga pesantren. Dengan demikian sesuai tradisi pesantren, santri dapat dikelompok menjadi 2 macam; pertama santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah jauh dan menetap dalam kelompok pesantren, dan santri yang telah lama bermukim atau tinggal di pesantren biasanya memegang tanggung jawab dan mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari. Santri mukim adalah

50

para santri datang dari tempat yang jauh sehingga ia tinggal dan menetap di pondok pesantren.51 Kedua santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa sekitar pesantren yang biasanya tidak menetap dalam pesantren dan hanya mengikuti proses pembelajarannya saja, mereka bolak balik (nglaju) dari rumahnya sendiri. Selain itu, santri kalong adalah santri yang berasal dari wilayah sekitar pesantren sehingga mereka tidak memerlukan untuk tinggal dan menetap di pondok pesantren mereka bolak balik dari rumahnya masing-masing.52

Biasanya perbedaan antara santri mukim dan santri kalong dapat di lihat dari besarnya sebuah pesantren, dengan kata lain apabila semakin besar sebuah pesantren maka santri mukimnya juga akan semakin banyak jumlah pula sedangkan sebuah pesantren yang kecil maka akan terlihat lebih banyak santri kalongnya.

e. Kyai

Ciri yang paling memasyarakat di pondok pesantren adalah kyai. kyai pada hakikatnya adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai ilmu dibidang agama dalam hal ini agama Islam.53

Keberadaan kyai sangat sentral sekali suatu lembaga pendidikan Islam disebut pesantren apabila memiliki tokoh sentral

51

Maksum, dkk, Pola Pembelajaran Pendidikan Pesantren, Departemen Agama RI, Jakarta: Depag RI, 2003, 14.

52Maksum, dkk, Pola Pembelajaran…, 15. 53

yang di sebut kyai, kyai di dalam dunia peantren sebagai penggerak dalam mengemban dan mengembangkan pesantren sesuai denga pola yang di kehendaki, dengan demikian kemajuan dan kemunduran pondok pesantren benar-beenar terletak pada kemampuan kyai dalam mengatur operasionalisasi pendidikan di dalam pesantren, sebab kyai sebagai penguasa baik dalam pengertian fisik ataupun yang non fisik yang bertanggung jawab demi kemajuan pesantren.

Dokumen terkait