• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI PONDOK PESANTREN TERHADAP PEMBENTUKAN KUALITAS MAHASISWA IAIN SALATIGA (STUDI KASUS PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA SALATIGA DAN SEKITARNYA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONTRIBUSI PONDOK PESANTREN TERHADAP PEMBENTUKAN KUALITAS MAHASISWA IAIN SALATIGA (STUDI KASUS PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA SALATIGA DAN SEKITARNYA)"

Copied!
278
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI PONDOK PESANTREN TERHADAP

PEMBENTUKAN KUALITAS MAHASISWA IAIN

SALATIGA (STUDI KASUS PADA PONDOK

PESANTREN DI KOTA SALATIGA DAN

SEKITARNYA)

Oleh :

YUSUF ALI IMRON NIM. M1.11.045

Tesis Diajukan Kepada Program Pascasarjana

Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Sebagai Pelengkap Persyaratan untuk

Gelar Magister Pendidikan Islam

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRACT

Yusuf Ali Imron. 2015. Contribution of Islamic Boarding School to Develop the IAIN Salatiga students‟ Quality (Case Study at Islamic Boarding School In Salatiga and Around Salatiga Area). Thesis, Post Graduated Program in Islamic Education Concentration State Institute for Islamic Studies (IAIN) Salatiga. First counselor Dr. H. M Zulfa, M.Ag and second counselor Dr. Winarno, S. Si, M. Pd.

Keywords: Contributions, Islamic Boarding Schools, Quality

The purpose of this study is to find out (1) how is the institutional relationship IAIN Salatiga with Islamic boarding school in Salatiga City and surrounding areas, (2) how are the students' interest IAIN Salatiga to study in Islamic boarding schools, (3) the curriculum and learning activities Islamic boarding school in Salatiga and around Salatiga areas, (4) how is the contribution of the Islamic boarding school in Salatiga and Salatiga area to develop quality of students IAIN Salatiga. The focus of this research is contributing Islamic boarding school in Salatiga and around Salatiga areas and to develop the quality of students IAIN Salatiga. The subjects of the study are kyai, religious teacher and students. To measure the contribution Islamic boarding school in Salatiga the writer uses comparative data between the value of students who stay in Islamic boarding school and do not stay in Islamic boarding school.

This study is a qualitative research, the place of research is Al Falah Islamic Boarding School, Edi Mancoro Islamic Boarding School, Nurul Asna Islamic Boarding School, Al Hasan Islamic Boarding School. Data collection method by conducting in-depth interviews, observation, and documentation. The sampling technique used is purposive sampling (purposive sample). Data analysis was performed using a qualitative descriptive analysis by the steps: data reduction, data display and conclusions with the inductive methods of data interviews as evidenced by observation and documentation.

(6)

ABSTRAK

Yusuf Ali Imron. 2015. Kontribusi Pondok Pesantren Terhadap Pembentukan Kualitas Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi Kasus Pada Pondok Pesantren di Kota Salatiga dan Sekitarnya). Tesis. Program Pasca Sarjana Konsentrasi Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing I Dr. H. M. Zulfa, M.Ag dan Pembimbing II Dr. Winarno, S. Si, M. Pd.

Kata kunci : kontribusi, pondok pesantren, kualitas

Penelitian ini bertujuan untuk (1)mengetahui bagaimana hubungan kelembagaan IAIN Salatiga dengan pondok pesantren di Kota Salatiga dan sekitarnya, (2) mengetahui bagaimana minat mahasiswa IAIN Salatiga untuk belajar di pondok pesantren, (3) mengetahui kurikulum dan kegiatan pembelajaran pondok pesantren di Kota Salatiga dan sekitarnya, (4) mengetahui bagaimana kontribusi pondok pesantren di Kota Salatiga dan sekitarnya terhadap pembentukan kualitas mahasiswa IAIN Salatiga. Fokus penelitian ini adalah kontribusi pondok pesantren di Kota Salatiga dan sekitarnya dalam pembentukan kualitas mahasiswa IAIN Salatiga. Adapun subyek penelitiannya adalah kyai, ustadz dan santri. Untuk mengukur seberapa besar kontribusi pondok pesantren di Kota Salatiga dan sekitarnya terhadap pembentukan kualitas mahasiswa IAIN Salatiga penulis menggunakan data pembanding yaitu nilai IPK Mahasiswa IAIN yang tidak mondok.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil lokasi di Pondok Pesantren Al Falah Salatiga, Pondok Pesantren Edi Mancoro Kab. Semarang, Pondok Pesantren Nurul Asna Salatiga dan Pondok Pesantren Al Hasan Salatiga. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan wawancara mendalam,observasi, dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan adalah sampel bertujuan (purposive sample). Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan langkah: reduksi data, display

data dan pengambilan kesimpulan dengan metode induktif dari data-data hasil wawancara yang dibuktikan dengan observasi dan juga dokumentasi.

(7)

PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan limpahan

rahmat dan hidayahNya kepada kita semua. Shalawat dan salam kita sanjungkan

kepada Nabi Besar Muhammad saw, keluarga, sahabat serta para pengikutnya

sampai akhir zaman. Alhamdulillah penulisan tesis dengan judul Kontribusi

Pondok Pesantren Terhadap Pembentukan Kualitas Mahasiswa Iain Salatiga

(Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Di Kota Salatiga Dan Sekitarnya) telah

selesai.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Tanpa adanya bantuan serta

dorongan dari berbagai pihak yang secara moril maupun materiil, dimungkinkan

tesis ini tidak akan dapat selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan ucapan

terima kasih kepada:

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga, yang telah

memberikan berbagai sarana dan fasilitas dalam menyelesaikan studi di IAIN

Salatiga.

2. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN

Salatiga.

3. Dr. H. M. Zulfa, M.Ag selaku dosen pembimbing I yang telah menyetujui,

memberikan bimbingan, pengarahan dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan

mencurahkan pikiran, tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam

membimbing penyelesaian tesis ini.

4. Dr. Winarno, S. Si, M. Pd selaku dosen pembimbing II yang telah

mendampingi dan memberikan motivasi untuk menyelesaikan penulisan tesis

ini.

5. Staf pegawai program Pascasarjana beserta para dosen yang telah memberikan

ilmunya kepada penulis dari awal kuliah hingga selesainya tesis ini.

6. Pengasuh pondok pesantren Al Falah, Ponpes Nurul Asna, Ponpes Edi

(8)

7. Orang tuaku tercinta Zumroni, S. Ag dan Latifah, terima kasih atas doa dan

dukungannya baik itu dukungan moril maupun dukungan materiil dalam

penyelesaian tesis ini.

8. Adik-adikku Mukhlis Ali Imron, S.Pd.I, Fitrotun Hidayatus Sholikhah, S.Pd.I

dan Zubair Al Hakim Budi Al Ikrima terima kasih atas dukungan dan doa

kalian selama ini.

9. Adindaku tercinta Umi Nur Khairiyah, S.Pd.I orang yang selalu setia

mendampingi penulis, terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini

sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

Dengan memohon ridha dan mengucapkan syukur alhamdulillah,

karena hanya Allah swt penulis memohonkan semoga amal baik yang telah

diberikan menjadi amal sholeh dan dapat diterima disisiNya. Akhirnya penulis

berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan

umumnya bagi masyarakat.

Salatiga, 25 September 2015

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PENGESAHAN ………. ii

HALAMAN PERSETUJUAN TESIS ……… iii

HALAMAN PERNYATAAN ……… iv

ABSTRACT ……… v

ABSTRAK ……… vi

PRAKATA ……… vii

DAFTAR ISI ……… ix

DAFTAR TABEL ……… xiii

DAFTAR PENGKODEAN ……… xv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xix

BAB 1 PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Rumusan Masalah ………... 4

C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian ………. 5

D. Kajian Pustaka ………. 6

E. Metode Penelitian ……… 9

1. Jenis Penelitian ……….. 9

2. Lokasi Penelitian ……… 10

3. Sumber Data ………... 11

(10)

5. Metode Pengumpulan Data ………. 12

6. Teknik Sampling ………. 20

7. Analisis Data ………... 22

F. Sistematika Penulisan ………... 25

BAB II KAJIAN TEORI……… 27

A. Pengertian Pondok Pesantren ………... 27

1. Pengertian Pondok ……….. 27

2. Pengertian Pesantren ……….. 29

3. Pengertian Pondok Pesantren ……… 32

4. Sejarah Pondok Pesantren ……….. 33

5. Tipologi Pondok Pesantren ………. 35

6. Elemen-elemen Pondok Pesantren ………. 38

7. Undang-undang yang Mengatur Pendidikan Pesantren ………. 46

8. Peran Pondok Pesantren ………. 47

9. Fungsi Pondok Pesantren ………... 49

10. Tujuan Pondok Pesantren ……….. 50

11.Permasalahan yang Dihadapi Pondok Pesantren ………. 52

12.Metode Pengajaran di Pondok Pesantren ………. 55

B. Pengertian Kontribusi Pondok Pesantren ………... 58

C. Pengertian Kualitas Mahasiswa ……….. 59

1. Pengertian Kualitas………. 59

(11)

BAB III Kontribusi Pondok Pesantren Al Falah Dan Pondok Pesantren Edi Mancoro Terhadap Pembentukan Kualitas Mahasiswa IAIN Salatiga………... 68

A. Deskripsi Subyek Penelitian ……… 68

1. Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam (PPTI) Al Falah ………… 68 2. Pondok Pesanten Edi Mancoro ……….. 102 B. Hubungan Kelembagaan IAIN Salatiga Dengan Pondok Pesantren

Di Salatiga Dan Sekitarnya ………... 121

C. Minat mahasiswa IAIN Salatiga untuk belajar di pondok pesantren125

1. Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam (PPTI) Al Falah …………. 125 2. Pondok Pesanten Edi Mancoro ……….. 128 D. Kurikulum dan Metode Pembelajaran Pondok Pesantren ………... 130 1. Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam (PPTI) Al Falah …………. 130 2. Pondok Pesantren Edi Mancoro Kab. Semarang ………...134 E. Kontribusi Pondok Pesantren Al Falah dan Edi Mancoro Dalam

Pembentukan Kualitas Mahasiswa IAIN Salatiga ……….... 136 1. Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam (PPTI) Al Falah …………. 136 2. Pondok Pesantren Edi Mancoro Kab. Semarang ………... 140

BAB IVKontribusi Pondok Pesantren Nurul Asna Dan Pondok Pesantren Al Hasan Terhadap Pembentukan Kualitas Mahasiswa

IAIN Salatiga……… 142

A. Deskripsi Subyek Penelitian ………. 142

(12)

2. Pondok Pesantren Al Hasan ……… 155

B. Hubungan Kelembagaan IAIN Salatiga Dengan Pondok Pesantren Di Salatiga Dan Sekitarnya ………... 165

C. Minat mahasiswa IAIN Salatiga untuk belajar di pondok pesantren 169 1. Pondok Pesantren Nurul Asna ……… 169

2. Pondok Pesantren Al Hasan ……… 171

D. Kurikulum dan Metode Pembelajaran Pondok Pesantren ………… 173

1. Pondok Pesantren Nurul Asna ……… 173

2. Pondok Pesantren Al Hasan ……… 175

E. Kontribusi Pondok Pesantren Nurul Asna dan Al Hasan Dalam Pembentukan Kualitas Mahasiswa IAIN Salatiga ……… 177

1. Pondok Pesantren Nurul Asna ……… 177

2. Pondok Pesantren Al Hasan ……… 179

BAB V PENUTUP ……….. 183

A. Kesimpulan ………. 183

B. Saran ………. 186

DAFTAR PUSTAKA………. 187

LAMPIRAN ……… 190

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Nama Santri Putri PPTI Al- Falah Salatiga ……….. 72

Tabel 3.2 Daftar Nama Santri Putra PPTI Al Falah ……….. 78

Tabel 3.3 Susunan Kepengurusan PPTI Al-Falah Masa Khidmah 2014-201……… 84

Tabel 3.4 Jadwal Santri Harian PPTI Al Falah Salatiga……… 86

Tabel 3.5 Daftar Nama Pengajar PPTI Al Falah Salatiga ……… 93

Tabel 3.6 Daftar santri Pondok Pesantren Edi Mancoro ………... 112 Tabel 3.7 Daftar Nama Santri Mukim Pondok Pesantren Edi Mancoro … 112 Tabel 3.8 Daftar Santri Non Mukim Pondok Pesantren Edi Mancoro ……. 114 Tabel 3.9 Struktur Organisasi Ponpes Edi Mancoro ……… 114

Tabel 3.10 Dafatr Nama Pengajar Ponpes Edi Mancoro ……… 116

Tabel 3.11 Kurikulum pondok pesantren Edi Mancoro ……… 117

Tabel 3.12 Kurikulum pondok pesantren Edi Mancoro ……… 135

Tabel 4.1 Daftar nama Ustadz/Ustadzah Ponpes Nurul Asna ……… 144

Tabel 4.2 Data Santri Putra PP Nurul Asna ……… 145

Tabel 4.3 Daftar Nama santri Putri PP Nurul Asna……… 146

Tabel 4.4 Struktur Organisasi Ponpes Nurul Asna ………. 149

Tabel 4.5 Kegiatan harian PP Nurul Asna ……….. 150

Tabel 4.6 Kegiatan Mingguan PP Nurul Asna Salatiga ………. 151

Tabel 4.7 Kegiatan tahunan PP Nurul Asna Salatiga ………. 151

(14)

Tabel 4.9 Tata tertib Ponpes Nurul Asna ……… 154

Tabel 4.10 Sarana dan prasarana Ponpes Al Hasan Salatiga ……….. 157

Tabel 4.11 Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al Hasan ……… 158

Tabel 4.12 Data Santri Putri Pondok Pesantren Al-Hasan………. 159

Tabel 4.13 Daftar Nama Santri Putra Ponpes Al Hasan Salatiga ……….. 161

Tabel 4.14 Data Ustadz Pondok Pesantren Al-Hasan ……… 162

Tabel 4.15 Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Al Hasan ……….. 163

Tabel 4.16 Kurikulum dan metode pembelajaran Pondok Pesantren Al Hasan ……….. 176

(15)

DAFTAR PENGKODEAN Wawancara (W)

1. Pihak IAIN Salatiga

a. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd : W. REK.1a

2. Pondok Pesantren Al Falah Salatiga (AF)

a. Pihak pondok

1) K.H Zoemri RWS : W.AF.1a

2) Ustadz Gunawan Aji : W.AF.1b

3) Lurah Al Falah : W.AF.1c

4) Azkal Murtadlo : W.AF.1d

5) Bendahara : W.AF.1e

b. Pihak santri

1) Ani Maftukhah : W.AF.2a

2) Ashiyatul Lailiya Fauzi : W.AF.2b

3) Fitrotun Ummah : W.AF.2c

4) Sayyidatul Hajar : W.AF.2d

5) Evi Arfiyanti : W.AF.2e

3. Pondok Pesantren Edi Mancoro Kab. Semarang (EM)

a. Pihak pondok

1) Kyai Machfud : W.EM.1a

2) Ustadz Tajudin Umroni : W.EM.1b

b. Pihak santri

(16)

2) Muhammad Muchlas : W.EM.2b

3) Nur asyiyah : W.EM.2c

4) Nur Hikmah : W.EM.2d

5) Latifah Listiyanti : W.EM.2d

6) Tajudin Umroni : W.EM.2e

7) Durotul Yatimah : W.EM.2f

8) Munirotul Azizah :W.EM.2g

4. Pondok Pesantren Nurul Asna Salatiga (NA)

a. Pihak pondok

1) Ustadz Nur Cholis : W.NA.1a

2) Ustadzah Aminah : W.NA.1b

b. Pihak santri

1) Laili syafa‟ah : W.NA.2a

2) Setyoning Triya Utami : W.NA.2b

3) Fitri Nur Khasanah : W.NA.2c

4) Ira Nurushofa : W.NA.2d

5) Nur hikmah : W.NA.2e

6) Asri Nareswari. H : W.NA.2f

7) Nurul Annisa : W.NA.2g

8) Nurul Hikmah : W.NA.2h

5. Pondok Pesantren Al Hasan Salatiga (AH)

a. Rif‟an N.R : W.AH.2a

(17)

c. Didik Sujatmiko : W.AH.2c

d. Nur Asiah : W.AH.2d

e. M.syukron : W.AH.2e

f. Umi Khoirotunn Nisa‟ : W.AH.2f

g. Arina Sa‟diyah : W.AH.2g

Mahasiswa Tidak Mondok atau Mahasiswa Biasa (MTM)

1. Agung Nur Shidiq : MTM.1

2. Akbar Fathoni : MTM.2

3. Akhlis Nurul Majid : MTM.3

4. Choerul Amri : MTM.4

5. Anif Ginanjar Nugroho : MTM.5

6. Budi Setyaningsih : MTM.6

7. Enggar Sayekti : MTM.7

8. Hoerul Huda : MTM.8

9. Kunto Hadiningrat : MTM.9

10.Yuli Susanti : MTM.10

11.Muhlisin : MTM.11

12.Monica Lolita Meyty : MTM.12

13.Nanda Dwi Putri : MTM.13

14.Rizka Ratih D.P : MTM.14

15.Wildan Andi Saputra : MTM.15

16.Khoerul Fatikhin : MTM.16

(18)

18.Imroatus Sholikhah : MTM.18

19.Venti Rindani : MTM.19

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Desain Penelitian ……… 190

LAMPIRAN 2 Panduan Wawancara ………. 192

LAMPIRAN 3 Panduan Observasi ……… 193

LAMPIRAN 4 Panduan Dokumentasi ……… 194

LAMPIRAN 5 Catatan Wawancara ……… 195

LAMPIRAN 6 Catatan Wawancara ……… 197

LAMPIRAN 7 Catatan Wawancara ……… 198

LAMPIRAN 8 Catatan Wawancara ……… 200

LAMPIRAN 9 Catatan Wawancara ……… 202

LAMPIRAN 1 0 Catatan Wawancara ……… 204

LAMPIRAN 1 1 Catatan Wawancara ……… 206

LAMPIRAN 1 2 Catatan Wawancara ……… 208

LAMPIRAN 1 3 Catatan Wawancara ……… 210

LAMPIRAN 1 4 Catatan Wawancara ……… 212

LAMPIRAN 1 5 Catatan Wawancara ……… 214

LAMPIRAN 1 6 Catatan Wawancara ……… 216

LAMPIRAN 1 7 Catatan Wawancara ……… 218

LAMPIRAN 1 8 Catatan Wawancara ……… 220

LAMPIRAN 1 9 Catatan Wawancara ……… 222

LAMPIRAN 20 Catatan Wawancara ……… 224

LAMPIRAN 21 Catatan Wawancara ……… 226

LAMPIRAN 2 2 Catatan Wawancara ……… 228

LAMPIRAN 2 3 Catatan Wawancara ……… 230

(20)

LAMPIRAN 2 5 Catatan Wawancara ……… 234

LAMPIRAN 2 6 Catatan Wawancara ……… 235

LAMPIRAN 2 7 Catatan Wawancara ……… 236

LAMPIRAN 28 Daftar Nama Santri Putri PPTI Al Falah ………… 237 LAMPIRAN 29 Daftar Nama Santri Putra PPTI Al Falah ………… 241 LAMPIRAN 30 Daftar Nama Santri Mukim Ponpes Edi Mancoro... 244

LAMPIRAN 31 Daftar Nama Santri Putra Ponpes NA ………… 245

LAMPIRAN 32 Daftar Nama Santri Putri Ponpes NA ………….. 246 LAMPIRAN 33 Daftar Nama Santri Putri Al Hasan ……….. 248

LAMPIRAN 34 Daftar Nama Santri Putra Al Hasan ………. 250

LAMPIRAN 35 Perbandikan IPK Mahasiswa di Ponpes

dan Mahasiswa Biasa ……….. 251

LAMPIRAN 36 Transkip Nilai Narasumber

LAMPIRAN 37 Foto-foto Kegiatan Ponpes

LAMPIRAN 38 Surat Izin Penelitian

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem pendidikan pesantren diperkenalkan pertama kali di Indonesia

oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim,1 yang dikenal dengan nama Syaikh

Maghribi dari Gujarat, India, yang mendirikan pondok pesantren di Jawa.2

Perintisan pondok pesantren ini kemudian dilanjutkan oleh Raden Rahmat

atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel. Dari rintisan pondok

pesantren ini munculah pondok-pondok pesantren lain di Indonesia. Oleh

karena itu, pesantren merupakan sumber tipologi yang sangat unik dari sistem

pendidikan yang telah berusia ratusan tahun. Pesantren merupakan tonggak

awal atau asal muasal lahirnya lembaga pendidikan penting di tengah

masyarakat.3

Dewasa ini perkembangan pesantren begitu pesat, dari desa-desa

pedalaman sampai di tengah kota metropolitan sekalipun. Image pesantren sebagai lembaga pendidikan non formal yang hanya mempelajari ilmu-ilmu

agama, khususnya kitab-kitab kuning seiring perkembangan zaman mulai

berubah sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada.

Pesantren di zaman sekarang sudah mulai mengkombinasikan

kurikulum berbasis agama dengan kurikulum berbasis nasional bahkan

1

Soekama Karya dkk, Ensiklopedia Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Logos, 1996, 36.

2

Manfred Ziemik, Terjemahan Boerje B. SoendjojoPesantren dalam Perubahan Sosial, Jakarta: P3M, 1986,180.

3

(22)

mungkin kurikulum berbasis internasional dalam mencetak santri-santrinya.

Sehingga generasi islam masa depan siap dan mampu terjun di tengah-tengah

masyarakat tidak hanya sebagai tokoh agama melainkan juga berperan

sebagai ilmuan yang memiliki wawasan dan ilmu pengetahuan yang luas di

ilmu-ilmu pengetahuan umum yang dibutuhkan masyarakat.

Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang ada

dalam masyarakat mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas

sumber daya manusia, pendidikan pesantren tidak saja memberikan

pengetahuan dan keterampilan teknis tetapi yang jauh lebih penting adalah

menanamkan nilai-nilai moral dan agama. Filosofi pendidikan pesantren

didasarkan atas hubungan yang bermakna antara manusia, ciptaan atau

makhluk, dan Allah SWT. Hubungan tersebut baru bermakna jika bermuatan

atau menghasilkan keindahan dan keagungan. Ibadah yang dijalani oleh

semua guru dan santri di pondok pesantren diutamakan dalam hal mencari

ilmu, mengelola pelajaran, mengembangkan diri, mengembangkan kegiatan

bersama santri dan masyarakat.4

Saat ini kebanyakan pesantren berfungsi sebagai komunitas belajar

bagi para santri yang menimba ilmu di pondok pesantren tersebut, jadi

hubungan pondok pesantren dengan orang-orang yang terkait di dalamnya

sangatlah erat. Para santri bisa mendapatkan ilmu agama sekaligus ilmu

pengetahuan umum yang mereka dapatkan di lembaga pendidikan formalnya.

4 Nafi‟ Dian.M, dkk,

(23)

Dari fungsi pesantren di atas mengindikasikan bahwa pondok

pesantren berfungsi sebagai wadah ilmu untuk para santrinya. Fenomena ini

juga terjadi di pondok pesantren di Kota Salatiga dan sekitarnya. Banyak

santri pondok pesantren juga menimba ilmu di lembaga pendidikan formal di

Kota Salatiga dan sekitarnya.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kota Salatiga adalah salah satu

lembaga pendidikan Islam tertinggi di kota Salatiga yang memiliki ribuan

mahasiswa baik yang dari pulau Jawa maupun yang dari luar pulau Jawa,

Sehingga agar niat dari rumah untuk menuntut ilmu terlaksana dengan baik

banyak mahasiswa IAIN Salatiga yang juga menimba ilmu di Pondok

Pesantren di Kota Salatiga dan sekitarnya. Sehingga kebutuhan ilmu formal

dan non-formal para mahasiswa tersebut terpenuhi.

Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pondok

pesantren yang ada di salatiga dan sekitarnya, sebagai tempat menempa

wacana yang matang bagi mahasiswa IAIN Salatiga selain mereka menempuh

ilmu keislaman di kampus mereka, jadi peran pondok pesantren di kota

Salatiga dan sekitarnya sangatlah berperan dalam membentuk kualitas lulusan

suatu lembaga pendidikan Islam, seperti di IAIN Salatiga.

Penulis melakukan penelitian yang fokus di pondok pesantren yang

terdapat di Kota Salatiga dan sekitarnya yang setiap pondok pesantren

mempunyai santri yang statusnya sebagai mahasiswa IAIN Salatiga.

Dari setiap pondok pesantren itu mempunyai sistem pendidikan yang

(24)

menerapkan kurikulum yang berbeda-beda pula dalam menyiapkan santri

yang mampu terjun langsung dalam kehidupan masyarakat, yaitu santri yaang

berpengetahuan agama sekaligus santri yang mempunyai wawasan luas di

bidang ilmu pengetahuan umum.

Dari problematika itu penulis meneliti masalah yang fokus pada

kontribusi pondok pesantren terhadap pembentukan kualitas mahasiswa IAIN

Salatiga. Pondok pesantren yang menerapkan sistem pendidikan yang seperti

apa dalam membentuk kualitas mahasiswa IAIN Salatiga, sejauh mana

pondok pesantren berpengaruh pada pembentukan kualitas mahasiswa IAIN

Salatiga, dan sejauh mana pondok pesantren berperan dalam pembentukan

kualitas mahasiswa IAIN Salatiga.

Maka dari itulah penulis akan mengangkat tema “Kontribusi Pondok

Pesantren Terhadap Pembentukan Kualitas Mahasiswa IAIN Salatiga

(Studi Kasus Pada Pondok Pesantren di Kota Salatiga dan Sekitarnya)”,

untuk menggali dan mengetahui lebih mendalam dan terperinci bagaimana

kontribusi pondok pesantren terhadap pembentukan kualitas mahasiswa IAIN

Salatiga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan di atas,

maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan kelembagaan IAIN Salatiga dengan pondok

(25)

2. Bagaimana minat mahasiswa IAIN Salatiga untuk belajar di pondok

pesantren?

3. Bagaimana kurikulum dan metode pembelajaran pondok pesantren di kota

Salatiga dan sekitarnya?

4. Bagaimana kontribusi pondok pesantren di kota Salatiga dan sekitarnya

dalam pembentukan kualitas Mahasiswa IAIN Salatiga?

C. Tujuan Dan Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis adalah

sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bagaimana hubungan kelembagaan IAIN

Salatiga dengan pondok pesantren di Salatiga dan sekitarnya?

b. Untuk mengetahui bagaimana minat mahasiswa IAIN Salatiga

untuk belajar di pondok pesantren?

c. Untuk mengetahui bagaimana kurikulum dan kegiatan

pembelajaran pondok pesantren di kota Salatiga dan sekitarnya?

d. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi pondok pesantren di kota

Salatiga dan sekitarnya dalam pembentukan kualitas mahasiswa

IAIN Salatiga?

2. Manfaat Penelitian

1) Manfaat teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan khazanah

(26)

pesantren terhadap kualitas lulusan suatu lembaga pendidikan

islam pada umumnya dan IAIN Salatiga pada khususnya.

2) Manfaat Praktis

a. Bagi Lembaga Pendidikan Islam, sebagai bahan dokumentasi

historis begitu pentingnya pondok pesantren di kota Salatiga

dan sekitarnya dalam kontribusinya terhadap pembentukan

kualitas lulusan lembaga formal pendidikan islam yang ada di

kota Salatiga.

b. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan pengalaman yang

berharga untuk memperluas cakrawala pemikiran dan

memperluas wawasan.

c. Bagi pondok pesantren, memberikan bahan pertimbangan

dalam menentukan kebijakan yang berorientasikan kepada

pengembangan yang baik terhadap kualitas pendidikan islam

santri pondok pesantren.

D. Kajian Pustaka

Penelitian tentang kontribusi atau peranan pondok pesantren

merupakan pembahasan yang mungkin sudah beberapa kali dikaji oleh para

peneliti, seperti penelitian Yusuf Sidiq menjelaskan tentang peran pondok

pesantren terhadap masyarakat, pondok pesantren dapat memberikan

pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat seperti pengaruh pondok

pesantren dalam meningkatkan kualitas ibadah masyarakat, yang awalnya

(27)

pondok pesantren masyarakat tekun melaksanakan sholat 5 waktu dan

ibadah-ibadah lainnya.5

Penelitian penelitian Samsul Bahri dalam penelitiannya beliau

menjelaskan bahwa pondok pesantren sangat berpengaruh dalam

pembentukan perilaku keagamaan masyarakat disekitarnya, masyarakat yang

pada awalnya sangat kolot dalam hal keagamaan dengan adanya pesantren

mereka semakin mengerti tentang ajaran Islam dan pendidikan

masyarakatnya lebih maju dengan adanya pondok pesantren disana, selain itu

perilaku masyarakat mulai berubah dengan adanya pondok pesantren mereka

mulai membuat dan menjalankan kegiatan sehari-hari yang syarat akan ajaran

agama Islam yang sesuai dengan Al qur‟an dan As sunnah.6

Penelitian Wahyu Nugroho menjelaskan tentang pengaruh pondok

pesantren dalam pembinaan keberagamaan remaja, dalam penelitian ini

difokuskan pengaruh pondok pesantren dalam pembinaan remaja di

sekitarnya, Keberadaan pondok pesantren sedikit banyak memberikan peran

bagi masyarakat khususnya para remaja sekitar pondok pesantren, Sebagian

remaja telah memanfaatkan sarana yang disediakan sebagai tempat

mengembangkan ilmu agama dan bertukar informasi kepada santri. Sehingga

diharapkan program pembinaan berjalan secara maksimal.7

5

Yusuf Sidiq, Sejarah pesantren dan Kontribusinya Terhadap Masyarakat, Yogjakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2008, 5.

6

Samsul Bahri, Pengaruh Pondok Pesantren Terhadap Perilaku Keagamaan Masyarakat, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008, 14.

7

(28)

Penelitian Moh. Lutfi Khoirudin dijelaskan bahwa peran kyai dalam

meningkatkan kualitas pendidikan islam pada santri pondok pesantren sangat

penting dan berpengaruh karena kyai adalah pemimpin tertinggi di pondok

pesantren, peran ini diwujudkan dalam kegiatan mengontrol langsung

jalannya aktivitas keseharian pondok pesantren.8

Penelitian Samsul Choeri dijelaskan bahwa manajemen dilakukan

untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan visi dan misi pondok

pesantren, manajemen yang diakukan di pondok pesantren meliputi:

manajemen kyai, manajemen santri, manajemen personalia, manajemen

keuangan dan pengelolaan pembelajaran, serta manajemen sarana dan

prasarana.9

Penelitian Suprapti Wulaningsih menjelaskan bahwa pondok pesantren

sangat berperan penting dalam membentuk karakter santri, karakter santri

dapat terbentuk dengan baik melalui kegiatan sehari-hari santri di pondok

pesantren yang melibatkan langsung ntara santri dengan santri sehingga

hubungan antara santri dengan santri berjalan dengan baik, dari hal ini

mereka bisa saling menghargai satu sama lain dalam menjalani kehidupan

bersama di pondok pesantren.10

Dari beberapa buku dan hasil penelitian yang penulis deskripsikan di

atas, memang cukup banyak tulisan ilmiah yang senada dengan tema

8

Muh. Lutfi Khoirudin, Peran Kyai Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam Santri Pondok Pesantren, Malang: UIN Malang, 2008, 10.

9

Samsul Choeri, Manajemen Pondok Pesantren di Pondok Pesantren, Salatiga: STAIN Salatiga, 2013, 6.

10

(29)

kontribusi atau peranan pondok pesantren sehingga dapat melengkapi satu

sama lain, akan tetapi penulis masih belum menemukan kajian yang secara

khusus meneliti kontribusi pondok pesantren terhadap pembentukan kualitas

mahasiswa IAIN Salatiga.

Dengan demikian, penelitian ini sangat penting dilakukan mengingat

fokus penelitiannya adalah kontribusi pondok pesantren terhadap

pembentukan kualitas mahasiswa IAIN Salatiga.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu mengadakan penelitian terhadap subyek penelitian tertentu untuk

memperoleh data yang benar dan terpercaya tentang kontribusi pesantren

di Kota Salatiga dan sekitarnya dalam membentuk kualitas mahasiswa

IAIN Salatiga.

Penelitian yang dilakukan di lapangan adalah penelitian yang

bersifat kualitatif yakni prosedur data penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan keadaan

yang diamati. 11

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif yaitu,

penelitian yang tidak menggunakan perhitungan.12 Secara teknis penelitian

kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang secara fundamental

bergantung pada pengamatan pada manusia dalam bahasanya dan dalam

11

Margono.S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, 36. 12

(30)

peristilahannya.13 Oleh karena penelitian ini tidak melibatkan pada

perhitungan, maka hasil yang diperoleh berupa data yang berwujud

kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku orang yang diamati.

Metode kualitatif ini ditekankan penggunaannya dalam mencari

keterangan tentang dasar, konsep dan sistem pendidikan pesantren,

kontribusi pesantren, kontribusi pesantren terhadap pembentukan kualitas

lulusan. Metode ini lebih ditekankan untuk mengetahui tingkat kontribusi

pesantren dalam membentuk kualitas mahasiswa IAIN Salatiga.

2. Lokasi Penelitian

Di kota salatiga dan sekitarnya terdapat banyak pondok pesantren,

adapun penulis mengambil lokasi di IAIN Salatiga sebagai lembaga

pendidikan yang menjalin kerjasama dalam pembentukan kualitas

mahasiswa dan 4 sampel pondok pesantren, yaitu 3 pondok pesantren yang

ada di kota Salatiga dan 1 pondok pesantren yang berada disekitar kota

Salatiga, yaitu Pondok Pesantren Nurul Asna yang terletak di Desa

Pulutan Kecamatan Siderojo Kota Salatiga, Pondok Pesantren Tarbiyatul

Islam Al-Falah yang terletak di Desa Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota

Salatiga pondok Pesantren Al Hasan yang terletak di Dusun Banyuputih

Timur, Desa Sidorejo Lor, kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga dan Pondok

Pesantren Edi mancoro yang terletak di Desa Gedangan Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang. Keempat pondok pesantren tersebut

merupakan lembaga yang representatif untuk dijadikan subyek penelitian.

13

(31)

Mengingat banyaknya mahasiswa IAIN Salatiga yang juga menimba ilmu

di pondok pesantren tersebut.

3. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung diperoleh

penulis dari lapangan.14 Seperti sumber data yang berupa kata-kata dan

hasil pengamatan di lokasi penelitian.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang digunakan

penulis sebagai acuan penelitian atau sumber data yang digunakan

penulis secara tidak langsung.15 Seperti buku- buku, tulisan ilmiah, dan

penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai sumber

penelitian.

4. Pendekatan Penelitian

Karena dalam penelitian ini akan dipelajari status fenomena dan

hubungan antara satu faktor dengan faktor lain, maka penelitian ini juga

menggunakan pendekatan studi kasus.16 Dalam pemilihan kasus yang

sebagai objek penelitian ini digolongkan sebagai collective case study,

yaitu pendekatan studi kasus yang digunakan untuk menarik

kesimpulan terhadap populasi dari kasus-kasus tersebut.

14

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009, 308.

15Sugiyono, …., 308. 16

(32)

Selain itu penulis juga menggunakan pendekatan penelitian,

deskriptif survei yaitu pengumpulan data sebanyak-banyaknya mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan mahasiswa IAIN Salatiga yang menjadi

santri diberbagai pondok pesantren yang ada di kota Salatiga dan

sekitarnya.

Pendekatan sosiologis juga digunakan penulis untuk mengkaji

sejauh mana kontribusi pondok pesantren di kota Salatiga dan sekitarnya

terhadap pembentukan kualitas mahasiswa IAIN Salatiga. Pendekatan ini

memang penting untuk mengkaji agama-agama, namun juga salah jika

memandang pendekatan ini sebagai kunci untuk memahami fenomena

keagamaan.17

5. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dikenal oleh penelitian kualitatif

pada umumnya pertama adalah wawancara mendalam. Kedua teknik

observasi dan ketiga teknik dokumentasi.18Ketiga teknik tersebut digunakan

dengan harapan dapat saling melengkapi antar ketiganya. Lebih jelasnya

ketiga teknik tersebut adalah:

a. Wawancara Mendalam

Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi

verbal yang bertujuan memperoleh informasi.19Wawancara secara garis

besar dibagi dua, yakni wawancara tak tersetruktur dan wawancara

17

Zakiyudin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode, Yogyakarta: PT Bintang Pustaka Abadi, 2011, 264.

18

Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004, 72.

19

(33)

terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara

mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, terbuka, etnografis.

Sedangkan wawancara terstruktur disebut wawancara baku yang susunan

pertanyaannya sudah dibakukan sebelumnya dengan pilihan jawaban

yang tersedia.20 Sedangkan menurut Patton21 macam wawancara

dibedakan menjadi 3 antara lain:

1) Wawancara pembicaraan informal. Jenis wawancara ini pertanyaan

yang diajukan sangat tergantung pada pewawancara itu sendiri. Jadi

bergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan

kepada terwawancara. Hubungan pewawancara dengan terwawancara

dalam suasana biasa, wajar, seperti pembicaraan biasa dalam

kehidupan sehari-hari.

2) Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara. Pewawancara

membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan.

Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar

tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok

yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup.

3) Wawancara baku terbuka. Jenis wawancara ini adalah wawancara yang

menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan

kata-katanya dan cara penyajiannyapun sama untuk setiap responden.

20

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, 180.

21

(34)

Keluwesan mengadakan pertanyaan pendalaman terbatas, dan hal itu

bergantung pada situasi wawancara dan kecakapan pewawancara.

Peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur dan

menggunakan pendekatan menggunakan petunjuk umum dimana peneliti

hanya menggunakan pedoman wawancara yang memuat kerangka garis

besar berisi tentang pokok-pokok yang dirumuskan yang akan ditanyakan

kepada subyek dengan tujuan untuk memperoleh informasi bukan

baku/informasi tunggal dengan irama yang bebas.

Persiapan wawancara tak terstruktur dapat diselenggarakan

menurut tahap-tahap antara lain22: 1) menemukan siapa yang akan

diwawancarai, 2) mencari tahu bagaimana yang sebaiknya untuk

mengadakan kontak dengan responden, 3) mengadakan persiapan yang

matang untuk pelaksanaan wawancara.

Sebelum pelaksanaan wawancara peneliti membuat pedoman

wawancara terlebih dahulu untuk menentukan siapa yang akan

diwawancarai, materi atau pedoman garis-garis besar topik yang akan

dilakukan dalam proses wawancara. Setelah pedoman wawancara dibuat,

peneliti mengadakan kontak awal dengan responden baik langsung

maupun tidak langsung untuk menentukan waktu yang tepat untuk

dilaksanakan wawancara. Sebelum melaksanakan wawancara peneliti

melakukan persiapan-persiapan berupa catatan harian, kamera, maupun

alat perekam. Dalam proses wawancara peneliti meminta persetujuan

22

(35)

terlebih dahulu untuk direkam dengan responden. Dan setelah selesai

wawancara untuk keabsahan data peneliti melakukan member check

dengan menyimpulkan poin-poin penting dan meminta persetujuan

kembali dengan responden. Dalam wawancara peneliti merekam dan

membuat catatan hasil dari wawancara tersebut.

Pertimbangan digunakan teknik ini adalah untuk memperoleh

data dari sumbernya secara langsung dengan berbagai pihak yang terlibat

langsung dalam kontribusi pondok pesantren terhadap maasiswa IAIN

Salatiga antara lain dengan bapak Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd sebagai

Rektor IAIN Salatiga, Drs. K.H. Nasafi, M.A sebagai pengasuh Ponpes

Nurul asna, K.H M. Zoemri RWS, sebagai pengasuh Ponpes Al-Falah,

K.H Ikhsanudin MZ sebagai pengasuh Ponpes Al- Hasan dan K.H.

Mahfudz Ridwan. Lc sebagai pengasuh Ponpes Edi Mancoro. Sedangkan

dari pihak ustadz adalah: Ustadz Gunawan L.A (sebagai dewan Asatidz di

Ponpes Al-Falah), Ustadz Nur Cholis dan Ustadzah Aminah sebagai

dewan asatidz di Pondok Pesantren Nurul Asna Salatiga, ustadz tajudin

Umroni sebai ustadz di ponpes Edi Mancoro dan dari pihak santri

sekaligus mahasiswa aktif di IAIN Salatiga adalah Ani Maftukhah, Laili

Syafa‟ah, Naimmatus Tsaniyah, Sayyidatul Hajar, dan Fitrotun Ummah

serta mahasiswa biasa yang tidak mondok sebagai pembanding: Fariez

Nada Makarim, Anif Ginanjar Nugroho, Monica Lolita Meyti, Khoirul

Fatikhin, Wildan Andi Saputra, Choerul Amri, Yuli Susanti, dan Hoerul

(36)

b. Observasi

Observasi atau pengamatan dalam rangka mengumpulkan data

dalam suatu penelitian merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan

penuh perhatian. Untuk menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang

diinginkan atau studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan atau

fenomena sosial dan gejala psikis dengan jalan mengamati.23

Dalam observasi ini diusahakan mengamati keadaan yang

wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk

mempengaruhi mengatur atau memanipulasikannya.24 Dalam penelitian

kualitatif, metode pengamatan berperan sangat penting. Karena

memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi secara lengkap.

Bentuk kegiatan peneliti dengan mengamati secara terjun langsung ke

lapangan atau ke sekolah sehingga peneliti ikut aktif di dalamnya,

langsung dapat melihat situasi yang diamati dan dipaparkan melalui

pengamatan dan pencatatan. Pengamatan berlatar alamiah atau tak

terstruktur karena terjadi secara naturalistik dan apa adanya yang terjadi

di sekolah.25

Dalam melakukan pengamatan peneliti terjun langsung ke

lokasi penelitian yaitu di Ponpes Nurul Asna Kota Salatiga, Ponpes

Al-Falah Kota Salatiga, ponpes Al Hasan dan Ponpes Edi Mancoro Tuntang

kabupaten Semarang. Peneliti mengamati proses pembelajaran yang

23

Mandalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan proposal, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, 63.

24

S. Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, 106. 25

(37)

berkaiatan dengan kontribusi pondok pesantren terhadap kualitas

Mahasiswa IAIN. Peniliti melihat langsung kondisi dan situasi yang

diamati selanjutnya dipaparkan melalui pencatatan. Dalam melakukan

pencatatan peneliti menuliskan kondisi yang sebenarnya dan tidak

dibuat-buat.

Dalam melakukan pengamatan tidak bisa berdiri sendiri,

artinya tidak dapat dilakukan tanpa pencatatan datanya. Adapun

langkah-langkah dalam pembuatan catatan lapangan sebagai berikut26:

1) Membuat catatan lapangan.

Catatan lapangan sangat penting karena merupakan anak

rantai antara pengumpulan data berdasarkan observasi dan wawancara

dengan analisis serta pengolahan data. Catatan lapangan menjadi

dasar utama dalam penulisan laporan, maka sejak mulanya perlu kita

melaksanakan menurut sistematika tertentu.27 Ketika melakukan

pengamatan peneliti menuliskan hal-hal pokok saja dalam

pengamatan dan direkam dalam video, ketika sampai di rumah baru

dibuat catatan lapangan berdasarkan data dan video rekaman. Catatan

lapangan ini diguanakan sebagai pedoman untuk membuat paparan

data hasil observasi tentang hal yang berhubungan dengan kontribusi

pondok pesantren terhadap kualitas Mahasiswa IAIN Salatiga.

26

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian …, 180-182. 27

(38)

2) Buku harian pengalaman lapangan dibuat dalam bentuk yang telah

terorganisasi dan harus diisi setiap hari. Pembuatan buku harian itu

dimanfaatkan untuk analisis data dan pengkategorian.

3) Catatan kronologis dilakukan secara rinci dan secara kronologi dan

secara kronologi dari waktu ke waktu. Catatan itu diberi nomor urut

kemudian pencatatan disertai waktu.

4) Jadwal pengamatan berisi waktu secara rinci tentang apa yang akan

dilakukan dimana bilamana apa yang diamati dan semacamnya.

5) Balikan melalui pengamat lainnya. Pengalaman pengamat itu dapat

saling dipertukarkan dengan pengamat sendiri dan hal itu dapat lebih

memperbaiki teknik pengamatannya.

6) Alat elektronika seperti video, alat perekam maupun kamera.

7) Daftar cek, dibuat untuk mengingatkan pengamat apakah seluruh

aspek informasi sudah diperoleh atau belum.

Sesuai dengan setting yang dikehendaki. Teknik ini digunakan

dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kontribusi pondok pesantren

terhadap kualitas mahasiswa IAIN Salatiga, Observasi yang kami lakukan

di lapangan meliputi: bagaimana minat mahasiswa IAIN Salatiga untuk

belajar di pondok pesantren, kurikulum pendidikan di masing-masing

pondok pesantren, sistem pembelajaran di masing-masing pondok

pesantren yang di teliti, dan bagaimana kontribusi masing-masing pondok

(39)

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data

dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen

tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen tersebut

diurutkan sesuai dengan kekuatan dan kesesuaian isinya dengan tujuan

pengkajian. Isinya dianalisis, dibandingkan dan dipadukan membentuk

satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh.28 Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan dokumen antara lain29:

1) Dokumen Pribadi.

Dokumen pribadi merupakan catatan atau karangan seseorang secara

tertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaannya. Maksud

mengumpulkan dokumen pribadi ialah untuk memperoleh kejadian

nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor di sekitar subyek

penelitan. Contoh dokumentasi pribadi adalah buku harian, surat

pribadi dan otobiografi.

2) Dokumen Resmi.

Dokumentasi resmi terbagi atas dokumen internal dan dokumen

eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi,

aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam

kalangan sendiri. Dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi

yang dihasilkan oleh suatu lembaga social berita yang disiarkan

kepada media massa.

28

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian …, 221-222. 29

(40)

Teknik ini secara khusus digunakan untuk memperoleh

dokumen resmi tentang profil pondok pesantren secara umum, visi misi,

struktur organisasi, profil ustadz, keadaan santri, sarana dan prasarana.

Sedangkan dokumen pribadi ustadz meliputi: daftar santri, susunan

pengurus, metode pengajaran, kegiatan pembelajaran, bentuk evaluasi

yang mendorong kontribusi pondok pesantren terhadap kualitas lulusan

IAIN Salatiga.

6. Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian kualitatif jelas berbeda dengan

yang non kualitatif.30 Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan

responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman dan

guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif juga bukan disebut

sampel statistik, tetapi sampel teoritis karena tujuan penelitian kualitatif

adalah untuk menghasilkan teori.31

Sampling dalam penelitian kualitatif adalah pilihan penelitian

meliputi aspek apa, dari peristiwa apa, dan siapa yang dijadikan fokus pada

suatu saat dan situasi tertentu, karena itu dilakukan secara terus menerus

sepanjang penelitian. Penelitian kualitatif umumnya mengambil sampel

lebih kecil dan lebih mengarah ke penelitian proses daripada produk dan

biasanya membatasi pada satu kasus.32

30

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, 223.

31

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, 298.

32

(41)

Dalam penelitian kualitatif teknik sampling yang sering digunakan

adala purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling

adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu. Perkembangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap

tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa

sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi yang

diteliti. Atau dengan kata lain pengambilan sampel diambil berdasarkan

kebutuhan penelitian. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit tersebut belum mampu

memberikan data yang lengkap, maka harus mencari orang lain yang dapat

digunakan sebagai sumber data.33 Jadi, penentuan sampel dalam penelitian

kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama

penelitian berlangsung.

Untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam

sumber. Dalam penelitian ini tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan

(purposive sampel). Sampel bertujuan ini cirri-cirinya sebagai berikut34: a. Rancangan sampel yang muncul: Sampel tidak dapat ditentukan atau

ditarik terlebih dahulu.

b. Pemilihan sample secara berurutan: Tujuan untuk memperoleh variasi

sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan

sampel dilakukan jika satuannya sebelumnya sudah dijaring dan

33

Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualiitatif, Yogyakarta: Rake Sarasia, 1996, 31.

(42)

dianalisis. Teknik sampling bola salju bermanfaat dalam hal ini, yaitu

mulai dari satu menjadi makin lama makin banyak.

c. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel: Pada mulanya setiap sampel

dapat sama kegunaannya, namun semakin banyak informasi sampel

dipilih atas dasar fokus penelitian.

d. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan: Jika informasi yang

diperlukan sudah dapat dijaring, maka penarikan sampel pun sudah dapat

diakhiri.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel bertujuan untuk

memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang fokus penelitian. Ketika

informasi tersebut sudah mencukupi maka penarikan sampel dihentikan.

Sampel yang diambil dari penelitian ini antara lain beberapa kyai sebagai

pimpinan pondok pesantren, beberapa ustadz sebagai pengajar, dan beberapa

santri yang aktif sebagai mahasiswa IAIN Salatiga sekaligus sebagai santri

di masing-masing pondok pesantren tersebut dan mahasiswa biasa yang

tidak mondok. Selain itu juga sampel pengamatan pembelajaran di

masing-masing pondok pesantren dan juga kegiatan-kegiatan yang ada di pondok

pesantren.

7. Analisis Data

Metode ini adalah untuk menelaah, mengkaji dan menganalisis

(43)

a. Metode Analisis Diskriptif

Metode diskriptif menurut Sanapiah Faisal adalah berusaha

mendiskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada baik mengenai

kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses

yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau

kecenderungan yang sedang berkembang. Dalam penelitian ini penulis

memaparkan konsep pondok pesantren dalam membentuk kualitas

lulusan, kemudian menginterpretasikannya, menganalisis kondisi

efektivitas pondok pesantren terhadap pembentukan kualitas mahasiswa

IAIN Salatiga.

b. Metode Analisis Induktif

Yaitu berfikir dari hal-hal yang khusus dan kongkrit kemudian

ditarik kesimpulan yang bersifat umum atau general.35 Dalam penelitian

ini penulis mengumpulkan data tentang kontribusi pondok pesantren di

Kota Salatiga dan sekitarnya terhadap peembentukan kualitas

mahasiswa IAIN Salatiga. Data-data ini kemudian diolah menjadi

kesimpulan yang bersifat general. Adapun langkah-langkah Induktif

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pra-Lapangan

Pada tahap ini peneliti mengunjungi lokasi, dalam hal ini

adalah ponpes Nurul Asna Kota Salatiga, ponpes Al-Falah Kota

Salatiga, ponpes Al Hasan dan ponpes Edi Mancoro Tuntang

35

(44)

Kabupaten Semarang. Untuk mendapatkan gambaran yang tepat

tentang latar penelitian, kemudian peneliti menggali informasi

yang diperlukan dari orang-orang yang dianggap memahami

subyek penelitian. Selain itu peneliti juga melakukan beberapa

langkah penelitian, yaitu menyusun rancangan penelitian, memilih

lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai

keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi, dan

menyiapkan perlengkapan penelitian.

2. Tahap Kegiatan Lapangan

Pada tahap kegiatan lapangan, ada tiga langkah yang harus

dilakukan, yaitu memahami latar penelitian dan persiapan diri,

memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan

data. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data-data yang

diperlukan dengan metode-metode yang telah ditentukan

sebelumnya.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini, peneliti melakukan penghalusan data yang

diperoleh dari subyek, informan maupun dokumen dengan

memperbaiki bahasa dan sistematikanya agar dalam pelaporan ini

hasil penelitian tidak terjadi kesalahpahaman maupun salah

penafsiran. Setelah data-data itu dianalisis dengan cara yang telah

(45)

4. Tahap Penulisan

Pada tahap ini, peneliti menyusun laporan hasil penelitian

dengan format yang sesuai dalam bentuk tulisan dan bahasa yang

mudah dipahami oleh pembaca.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan thesis ini, penulis menggunakan penelitian

lapangan dengan pendekatan kualitatif serta menekankan pada kekuatan

analisis data-data dari sumber yang ada, hal ini akan dijelaskan lebih lanjut

pada bab metode penelitian. Sedangkan dalam hal penulisan, penulis

membagi menjadi beberapa bab. Pada tiap-tiap bab dibagi menjadi beberapa

sub-bab yang isinya satu dengan yang lain saling memiliki korelasi atau

keterkaitan, supaya mudah dipahami. Adapun sistematika penulisan adalah

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian dan signifikansi penelitian, kajian pustaka atau penjelasan

tentang penelitian sebelumnya sehingga dapat dijelaskan posisi penelitian ini

dalam literature atau penelitian sebelumnya, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II Kajian Teori, yang menjelaskan pengertian pondok pesantren,

pengertian kontribusi pondok pesantren dan pengertian kualitas mahasiswa.

BAB III Kontribusi Pondok Pesantren Al Falah Dan Pondok Pesantren Edi

(46)

memuat tentang kontribusi pondok tersebut terhadap pembentukan kualitas

mahasiswa IAIN Salatiga.

BAB IV Kontribusi Pondok Pesantren Nurul Asna Dan Pondok Pesantren Al

Hasan Terhadap Pembentukan Kualitas Mahasiswa IAIN Salatiga, yang

memuat tentang kontribusi pondok tersebut terhadap pembentukan kualitas

mahasiswa IAIN Salatiga.

(47)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pondok Pesantren 1. Pengertian Pondok

Pondok berasal dari bahasa Arab yaitu funduk yang berarti yang berarti hotel atau asrama.36 Dalam Bahasa Indonesia nama pondok dan

pesantren sering dipergunakan bersama untuk menyebut “pondok pesantren”, namun dalam pembahasan ini penulis ingin menjelaskan

terlebih dahulu tentang pengertian pondok itu sendiri. Pondok adalah suatu

tempat untuk kediaman para santri atau siswa dimana di tempat itu terjadi

proses belajar mengajar.

Adapun penggabungan dua kata ini sesuai dengan sifat pesantren

yang yang di dalamnya terdapat unsur atau komponen yang berhubungan

satu sama lain yaitu hubungan dimana di dalamnya terdapat sarana

pendidikan keagamaan dan sarana kehidupan bersama dalam suatu

kelompok belajar yang berdampingan dan berjalan secara selaras dan

seimbang.

Pondok atau asrama merupakan ciri khas tradisi pesantren yang

diwariskan turun-menurun sebagai pusat pencarian ilmu. Dahulu, ada

perbedaan antara sistem pondok pesantren dengan pendidikan di luar

pesantren, perbedaan itu adalah pondok pesantren masih berbentuk

36

(48)

tradisional dalam segi tempat seperti masjid, rumah kyai, dan dari segi

pelajaran pondok pesantren lebih cenderung pada pengkajian kitab-kitab

kuning atau kitab salafi, berbeda dengan pendidikan di luar sekolah yang

sudah menggunakan kurikulum di sistem pendidikannya. Namun dewasa

ini, pondok pesantren juga telah menerapkan kurikulum dalam sistem

pembelajarannya dan hubungan antara santri dan elemen-elemen pondok

lebih dominan karena berada dalam satu lingkungan dan bertemu selama

24 jam penuh di pondok.

Alasan utama pesantren harus menyediakan tempat sebagai pondok

atau asrama adalah37:

a. Kemashuran seorang kyai dan kedalaman pengetahuannya tentang

Islam yang dapat menarik minat santri yang datang dari jauh untuk

dapat menggali ilmu dari kyai tersebut secara teratur dan rela

meninggalkan kampung halaman dan menetap di dekat kyai.

b. Hampir semua pesantren berada di desa-desa dimana tidak ada

perumahan yang cukup untuk menampung santri-santri, dengan

demikian adanya asrama atau pondok sangatlah penting.

c. Adanya sikap timbal balik antara kyai dan santri, dimana para santri

menganggap kyai adalah orang tua mereka, begitu pula kyai

menganggap santri sebagai titipan Tuhan yang harus senantiasa

dilindungi.

37

(49)

Pondok biasanya terdiri dari dua yaitu pondok wanita dan pondok

laki-laki. Biasanya pondok wanita dipisahkan dengan pondok laki-laki.

Adapun keadaan kamar antara dua pondok ini tidak jauh berbeda.

2. Pengertian Pesantren

Pesantren sebagai „kampung peradaban” dengan segala

kesederhanaan dan kekurangannya menyimpan potensi besar yang telah

terbukti dapat melakukan transformasi peradaban Islam yang lebih

kosmopolit.38

Pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran an

yang berarti tempat tinggal para santri, Profesor Jhons berpendapat bahwa

istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji,

sedangkan C.C Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah

shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tau buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu.

Selanjutnya menurut Chaturverdi dan Tiwari, kata “shastri” berasal dari

kata “shastra” yang berarti buku suci, buku-buku agama atau buku-buku

tentang ilmu pengetahuan.39 Sementara menurut Ziemek pesantren berasal

dari istilah pasantrian yang berarti tempat santri.40

38

Djohan Efendi, Pesantren Kampung Peradaban, dalam Hasbi Indra, Pesantren

dan Transformasi Sosial Study Atas Pemikiran K.H. Abdullah Syafi’i Bidang Pendidikan

Islam, Jakarta: Paramadina, 2003, xviii. 39

Zamakh Syari Dhofier, Tradisi Pesantren, Study Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES, 1985, 18.

40

(50)

Nurcholis Madjid mengemukakan, ada dua pendapat yang bisa

dijadikan acuan untuk meneliti asal-usul kata “santri”. Pertama, santri

berasal dari bahasa Sansekerta sastri artinya melek huruf, karena kaum santri dengan kitab-kitab yang mereka pelajari adalah kelas literary bagi orang Jawa. Kedua, kata santri berasal dari Bahasa Jawa Cantrik yang berarti seseorang yang mengabdi kepada seorang guru. Cantrik selalu mengikuti kemana saja gurunya menetap dengan tujuan dapat mempelajari

sebuah keahlian. Pola hubungan guru-cantrik ini terus berlanjut dan berubah menjadi guru-santri yang kemudian menjadi kyai-santri dalam dunia pesantren.41

Pesantren sering disebut sebagai lembaga pendidikan tradisional

yang telah ada sejak dulu sebelum sekolah-sekolah barat ada di Indonesia.

Sistem pendidikan pesantren di Indonesia sangatlah unik dibandingkan

dengan lembaga-lembaga pendidikan formal lainnya.

Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk

mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan

ajaran- ajaran islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan

sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Pengertian “tradisional” dalam batasan ini menunjukkan bahwa lembaga ini hidup sejak ratusan tahun lalu

dan telah menjadi bagian yang penting dari sistem kehidupan sebagian

besar umat Islam di Indonesia, yang merupakan golongan mayoritas dan

telah mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perjalanan

41

(51)

umat.42 Jadi, pengertian tradisional disini sebatas sumber-sumber hukum

dan kitab-kitabnya yang digunakan pondok pesantren sebagai acuan sistem

pembelajarannya. Sedangkan, metode pengkajian serta relevansi

permasalahan yeng terjadi dianalogikan oleh pondok pesantren dengan

sumber-sumber terdahulu agar tidak menyimpang dari Al-qur‟an dan As -Sunnah. Jadi, tradisional disini tidak berrti ketinggalan zaman. Namun, di

zaman sekarang pondok pesantren tidak bisa dikatakan tradisional karena

pondok pesantren sudah menerapkan kurikulum pembelajarannya dan

telah menerapkan berbagai macam bahasa asing dalam pembelajarannya.

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang umumnya

dilaksanakan dengan cara klasikal, pengajarnya adalh seseorang yang

menguasai ilmu agama melalui kitab kiatb Islam klasik atau yang lebih

penulis kenal kenal dengan kiatb salafi atau kitab kuning yang

menggunakan tulisan Arab dengan Bahasa Arab dan Bahasa Melayu kuno.

Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan agama Islam yang

sangat penting untuk tetap memposisikan manusia dalam dimensi spiritual.

Kehadiran pesantren berfungsi sebagai wadah untuk memperdalam

ilmu-ilmu agama Islam, mengamalkannya dan terus memelihara kontinuitas

tradisi-tradisi Islam dan terus mewariskannya pada generasi berikutnya.

Jadi, pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang

mengajarkan agama, mengamalkan agam Islam secara mendalam, selain

itu pondok pesantren merupakan lembaga kegamaan dan lembaga

42

(52)

penyiaran Islam untuk masyarakat di sekitar pondok pesantren itu sendiri

maupun daerah santrinya berasal.

3. Pengertian Pondok Pesantren

Pondok pesantren adalah tempat berkumpulnya para santri atau

asrama tempat mengkaji ilmu agama Islam, di mana santri mempunyai

image sebagai seorang yang mengerti lebih jauh mengenai perihal agama di banding masyarakat umum. Pesantren adalah lembaga pendidikan

keagamaaan yang mempunyai ciri khasnya sendiri dibanding dengan

lembaga pendidikan lainnya. Sebagai lembaga pendidikan yang sudah

lama berkembang di Indonesia, pesantren berhasil membina dan

mengembangkan kehidupan beragama masyarakat.43

Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam

yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitarnya, dengan sistem asrama

(pemondokan di dalam komplek) dimana santri menerima pendidikan

agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya di bawah

kedaulatan kepemimpinan seorang atau beberapa orang Kyai.44

Pondok pesantren merupakan sarana untuk menyiapkan para santri

sebagai mutafaqqih fi ad-din (mengkaji ilmu agama) yang mampu mencetak kader-kader ulama dan pendakwah yang menyebarkan agama

Islam, serta membentuk akhlak. Selain itu, pondok pesantren juga

dimanfaatkan masyarakat sebagai sarana mengembangkan kepercayaaan

43

Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren …, 5. 44

(53)

Islam, dan khususnya untuk mengembangkan kemampuan menafsirkan

inti ajaran Islam.

4. Sejarah Pondok Pesantren

Menelusuri tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga

pendidikan keagamaan Islam di Indonesia, termasuk awal berdirinya

pondok pesantren tidak terlepas dari hubungannya dengan sejarah

masuknya Islam di Indonesia. Pendidikan Islam di Indonesia bermula

ketika orang-orang yang masuk Islam ingin mengetahui lebih banyak

tentang isi ajaran Islam yang baru dipeluknya, baik mengenai cara

beribadah, membaca Al-Qur‟an dan pengetahuan Islam yang lebih luas dan mendalam. Mereka biasanya belajar di rumah, masjid, langgar atau

surau.

Dalam perkembangannya, keinginan untuk lebih memperdalam

ilmu-ilmu agama telah mendorong tumbuhnya pesantren yang merupakan

tempat untuk melanjutkan belajar agama setelah tamat belajar di surau,

langgar atau masjid. Sejarah pendidikan Indonesia mencatat, bahwa

pondok pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di

Indonesia. Lembaga ini telah berkembang khususnya di Jawa selama

berabad-abad. Maulana Malik Ibrahim salah satu spiritual father

Walisongo yang meninggal tahun 1419 di Gresik, dalam masyarakat Jawa

biasanya dipandang sebagai gurunya guru tradisi pesantren di tanah Jawa.

Dalam catatan sejarah, pondok pesantren dikenal di Indonesia sejak

(54)

padepokan di Ampel Surabaya dan menjadikannya pusat pendidikan di

Jawa. Para santri yang berasal dari pulau Jawa datang untuk menuntut

ilmu agama. Bahkan di antara para santri ada yang berasal dari Gowa dan

Talo, Sulawesi.

Pesantren Ampel merupakan cikal bakal berdirinya

pesantren-pesantren di tanah air. Sebab para santri setelah menyelesaikan studinya

merasa berkewajiban mengamalkan ilmunya di daerahnya masing-masing.

Maka di dirikanlah pondok-pondok pesantren dengan mengikuti pada apa

yang mereka dapatkan di Pesantren Ampel.

Mengenai pendirian dan pelembagaan pesantren pertama kali, baru

muncul pada pertengahan abad ke-18 M. Dari pesantren-pesantren kuno

yang terlacak, pesantren Tegalsari Panaraga yang didirikan tahun 1742

adalah pesantren paling tua. Pada akhir abad 18 M, lembaga pesantren di

Jawa semakin bertambah dan mengalami perkembangan pesat. Hal itu

terjadi pada rentang abad ke-19 M. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa pesantren muncul pada abad ke-18 M dan melembaga pada abad

ke-19 M.45

5. Tipologi Pondok Pesantren

Pondok pesantren adalah sebuah sistem yang unik, bukan hanya

dalam pendekatan pembelajarannya tapi juga pandangan hidup dan tata

nilai yang dianut, masing-masing pondok pesantren mempunyai

45

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Nama Santri Putri PPTI Al- Falah Salatiga
Tabel 3.2 Daftar Nama Santri Putra PPTI Al Falah
Tabel 3.4 Jadwal Santri Harian
Table 3.5 Daftar Nama Pengajar PPTI Al Falah Salatiga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Interaksi dalam

2) Modal Keuangan (Financial Capital), dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi kesuksesan karena dapat dipastikan bahwa suatu usaha jika akan mejalankan usahanya akan

Tindakan retrospektif ini—pembacaan atas masa lalu (misi atau doktrin dakwah gerakan) dengan tawaran alternatif yang dicobakembangkan tadi—sangat bermanfaat dan

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari hasil tes pretest dan posttest siswa serta

Adapun implikasinya adalah 1)Agar pemerintahan kabupaten Sinjai mensosialisasikan kembali mengenai peran penting Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan

It means teacher should know what approach, method and technique that to be used to transfer knowledge to the students.Scientific approach is an approach that helps

Pola lagu kalimat terdiri dari tiga nada suara dalam BMU yang terdapat dalam tiap unit jeda dengan satu tekanan kalimat. Satu kalimat dapat ter- diri dari

Pergerakan Nasional rakyat Indonesia memberikan warna dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan menumbuhkan rasa nasionalisme terhadap bangsa sendiri.. Nasionalisme Indonesia