• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penutup…

Dalam dokumen LAPORAN KINERJA BBTKLPP BANJARBARU (Halaman 7-91)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. PERENCANAAN KINERJA

Perencanaan kinerja merupakan proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul.

1. RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK)

Berdasarkan rencana aksi kegiatan yang telah disusun BTKLPP Banjarbaru tahun 2015-2019, pelaksanaan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium didistribusikan melalui pokok-pokok sebagai berikut :

a. Peningkatan Surveilans Epidemiologi

b. Peningkatan kemampuan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan c. Peningkatan dan Pengembangan Teknologi Laboratorium

d. Peningkatan kemampuan rancang bangun dan Teknologi Tepat Guna e. Dukungan administrasi dan manajemen

Tugas pokok kegiatan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi faktor risiko, analisis situasi dan kecenderungan untuk memperkuat pemantauan wilayah setempat, kewaspadaan dini dan upaya pencegahan maupun pengendalian penyakit, bencana serta pencemaran lingkungan yang berdampak kepada kesehatan masyarakat.

Agar penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi sebagaimana diuraikan di atas dapat memberikan hasil yang efektif dan efisien disusun indikator kinerja yang mencerminkan keluaran (output).

BBTKLPP Banjarbaru memiliki wilayah layanan empat provinsi yakni Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara meliputi 40 kabupaten/kota dengan berbagai variasi, dan dinamika kependudukan, epidemiologi, kondisi lingkungan serta geografi. Secara bertahap BBTKLPP Banjarbaru telah melakukan berbagai upaya agar pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dapat terlaksana secara optimal.

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

Adapun rencana aksi kegiatan BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015-2019

No. INDIKATOR SATKER TARGET KEGIATAN

2015 2016 2017 2018 2019

1. Jumlah SKD dan KLB, bencana dan

kondisi matra di wilayah layanan 30 Dokumen 65 Dokumen 63 Dokumen 63 Dokumen 64 Dokumen

2. Jumlah desimenasi dan advokasi - 1 Kali 1 Kali 1 Kali 1 Kali

3. Jumlah kajian pengendalian

penyakit bersumber binatang 31 Dokumen 11 Dokumen 11 Dokumen 11 Dokumen 11 Dokumen

4. Jumlah Kajian pengendalian

penyakit menular langsung 4 Dokumen 6 Dokumen 22 Dokumen 24 Dokumen 24 Dokumen

5. Jumlah Kajian pengendalian

penyakit tidak menular 9 Dokumen 15 Dokumen 15 Dokumen 15 Dokumen 15 Dokumen

6. Jumlah kajian kualitas air minum 38 Dokumen - - - -

7. Jumlah kajian sanitasi TTU 18 Dokumen - - - -

8. Jumlah kajian sanitasi TPM 8 Dokumen - - - -

9. Jumlah kajian penyehatan lingkungan 6 Dokumen - - - -

10. Jumlah TTG penyehatan lingkungan 4 Unit 37 Unit 5 Unit 5 Unit 5 Unit

11. Jumlah TTG pengendalian penyakit bersumber binatang 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit

12. Jumlah alat kesehatan penunjang tupoksi 24 Unit 12 Unit 13 Unit 10 Unit 10 Unit

13. Jumlah pengujian laboratorium 7.000 Sampel 7.050 Sampel 7.100 Sampel 7.150 Sampel 7.200 Sampel

14. Jumlah dokumen data dan informasi 5 Dokumen - - - -

15. Jumlah laporan keuangan 26 Dokumen - - - -

16. Jumlah laporan Target dan pagu

PNBP 14 Dokumen - - - -

17. Jumlah layanan kerumahtanggaan dan pengelolaan BMN 12 Bulan 12 Bulan 12 Bulan 12 Bulan 12 Bulan

18. Jumlah layanan administrasi kepegawaian 4 Dokumen - - - -

19. Jumlah fasilitas pendukung

perkantoran 17 Unit 60 Unit 60 Unit 60 Unit 61 Unit

20. Jumlah SDM yang dilatih 92 Orang 64 Orang 64 Orang 64 Orang 64 Orang

2. RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

Rencana Kinerja Tahunan merupakan proses penetapan target tahunan indikator kinerja sasaran berdasarkan target yang telah ditetapkan dalam rencana aksi kegiatan. Rencana Kinerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015, adalah sebagai berikut:

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

Tabel 2.2. Rencana Kinerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2015

No Indikator Target

1. Jumlah SKD dan KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah

layanan 30 Dokumen

2. Jumlah kajian pengendalian penyakit bersumber binatang 31 Dokumen 3. Jumlah Kajian pengendalian penyakit menular langsung 4 Dokumen

4. Jumlah Kajian pengendalian penyakit tidak menular 9 Dokumen

5. Jumlah kajian kualitas air minum 38 Dokumen

6. Jumlah kajian sanitasi TTU 18 Dokumen

7. Jumlah kajian sanitasi TPM 8 Dokumen

8. Jumlah kajian penyehatan lingkungan 6 Dokumen

9. Jumlah TTG penyehatan lingkungan 4 Unit

10. Jumlah TTG pengendalian penyakit bersumber binatang 1 Unit 11. Jumlah alat kesehatan penunjang tupoksi 24 Unit

12. Jumlah pengujian laboratorium 7.000 Sampel

13. Jumlah dokumen data dan informasi 5 Dokumen

14. Jumlah laporan Keuangan 26 Dokumen

15. Jumlah laporan target dan pagu PNBP 14 Dokumen

16. Jumlah layanan kerumahtanggaan dan pengelolaan BMN 12 Bulan 17. Jumlah layanan administrasi kepegawaian 4 Dokumen

18. Jumlah fasilitas pendukung perkantoran 17 Unit

19. Jumlah SDM yang dilatih 92 Orang

B. PERJANJIAN KINERJA

Penetapan kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang mempresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dikelolanya. Penetapan kinerja ini merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun 2015. Penyusunan Penetapan Kinerja ini didasarkan pada Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi RI Nomor: 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Sasaran-sasaran yang akan dicapai BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015 dinyatakan dalam Perjanjian Kkinerja 2015.

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

Tabel 2.3. Perjanjian Kinerja BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015

No Indikator Target Anggaran (Rp)

1. Jumlah SKD dan KLB, bencana dan kondisi

matra di wilayah layanan 30 Dokumen 396.372.000

2. Jumlah kajian pengendalian penyakit

bersumber binatang 31 Dokumen 978.684.000

3. Jumlah Kajian pengendalian penyakit menular

langsung 4 Dokumen 113.208.000

4. Jumlah Kajian pengendalian penyakit tidak

menular 9 Dokumen 294.166.000

5. Jumlah kajian kualitas air minum 38 Dokumen 430.122.000

6. Jumlah kajian sanitasi TTU 18 Dokumen 347.333.000

7. Jumlah kajian sanitasi TPM 8 Dokumen 151.203.000

8. Jumlah kajian penyehatan lingkungan 6 Dokumen 29.826.000

9. Jumlah TTG penyehatan lingkungan 4 Unit 114.716.000

10. Jumlah TTG pengendalian peny. Bersumber

binatang 1 Unit 3.101.000

11. Jumlah alat kesehatan penunjang tupoksi 24 Unit 1.203.623.000 12. Jumlah pengujian laboratorium 7.000 Sampel 2.724.719.000 13. Jumlah Dokumen data dan informasi 5 Dokumen 92.935.000

14. Jumlah Laporan Keuangan 26 Dokumen 364.512.000

15. Jumlah laporan Target dan pagu PNBP 14 Dokumen 180.620.000 16. Jumlah layanan kerumahtanggaan dan

pengelolaan BMN 12 Bulan 5.954.291.000

17. Jumlah Layanan administrasi kepegawaian 4 Dokumen 96.750.000 18. Jumlah fasilitas pendukung perkantoran 17 Unit 207.036.000

19. Jumlah SDM yang dilatih 92 Orang 396.988.000

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Akuntabilitas Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan perencanaan strategis suatu organisasi.

Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi dan misi organisasi. Pengukuran kinerja merupakan suatu metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja tidak dimaksudkan sebagai mekanisme untuk memberikan reward/punishment, melainkan sebagai alat komunikasi dan alat manajemen untuk memperbaiki kinerja organisasi.

Tahun 2015 merupakan tahun pertama pelaksanaan dari Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015-2019. Pengukuran kinerja diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang berhasil dilakukan oleh BBTKLPP Banjarbaru dalam kurun waktu Januari – Desember 2015. Pengukuran tingkat capaian kinerja BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan dengan realisasinya, sehingga terlihat apakah sasaran yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Secara umum terdapat beberapa keberhasilan pencapaian target kinerja, namun demikian terdapat juga beberapa target yang belum tercapai dalam tahun 2015 ini.

Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan program dan kegiatan dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam RAK dan Penetapan Kinerja.

Rincian tingkat capaian kinerja masing‐masing indikator kinerja tersebut diuraikan dalam tabel berikut ini.

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

Tabel 3.1.

Rincian Tingkat Capaian Kinerja Masing-Masing Indikator

Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi %

Meningkatnya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium

Jumlah SKD dan KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah layanan

30 Dokumen 22 Dokumen 73,33 Jumlah kajian pengendalian

penyakit bersumber binatang 31 Dokumen

29 Dokumen 93,55 Jumlah kajian pengendalian

penyakit menular langsung 4 Dokumen 3 Dokumen 75,00 Jumlah kajian pengendalian

penyakit tidak menular 9 Dokumen 9 Dokumen 100,00 Jumlah kajian kualitas air minum 38 Dokumen 39 Dokumen 102,63 Jumlah kajian sanitasi TTU 18 Dokumen 18 Dokumen 100,00 Jumlah kajian sanitasi TPM 8 Dokumen 8 Dokumen 100,00 Jumlah kajian penyehatan

lingkungan 6 Dokumen

6 Dokumen 100,00 Jumlah TTG penyehatan

lingkungan 4 Unit 4 Unit 100,00

Jumlah TTG pengendalian

penyakit bersumber binatang 1 Unit 1 Unit 100,00 Jumlah alat kesehatan penunjang

tupoksi 24 Unit 24 Unit 100,00

Jumlah pengujian laboratorium 7.000 Sampel 7.032 Sampel 100,46 Jumlah dokumen data dan

informasi 5 Dokumen 5 Dokumen

100,00 Jumlah laporan keuangan 26 Dokumen 26 Dokumen 100,00 Jumlah laporan target dan pagu

PNBP 14 Dokumen 14 Dokumen 100,00 Jumlah layanan kerumahtanggaan dan pengelolaan BMN 12 bulan 12 bulan 100,00

Jumlah Layanan administrasi

kepegawaian 4 Dokumen 4 Dokumen

100,00 Jumlah fasilitas pendukung

perkantoran 17 Unit 17 Unit

100,00 Jumlah SDM yang dilatih 92 Orang 117 orang 127,17 Dilihat dari capaian masing-masing indikator, BBTKLPP Banjarbaru dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab unit organisasi. Uraian capaian kinerja dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut :

1. JUMLAH SKD DAN KLB, BENCANA DAN

KONDISI MATRA DI WILAYAH LAYANAN

a. Pengertian

Jumlah SKD dan KLB, bencana, wabah di wilayah layanan adalah Jumlah SKD dan KLB, Bencana, wabah yang direspon kurang dari 24 jam dari laporan diterima dan lainnya yang dilaksanakan dalam 1 tahun di wilayah layanan BBTKLPP Banjarbaru.

Istilah Matra diarahkan pada kondisi lingkungan yang berubah bermakna yang mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang atau kelompok. Lingkungan tersebut bisa terjadi di darat (lapangan), laut maupun udara. Kondisi matra akibat lingkungan yang berubah bermakna ini bisa terjadi karena sudah direncanakan maupun tidak direncanakan.

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

Aktivitas matra lapangan yang direncanakan antara lain meliputi haji, transmigrasi, berkemah, perjalanan mudik lebaran, berkumpulnya penduduk saat festival ataupun acara-acara keagamaan, perjalanan wisata, kegiatan bawah tanah, dan kegiatan lintas alam. Matra Laut meliputi penyelaman, pelayaran dan kehidupan laut lepas pantai. Matra Udara adalah penerbangan dan kegiatan kedirgantaraan lainnya. Adapun kondisi matra yang tidak direncanakan adalah lingkungan pengungsian akibat terjadinya bencana, gangguan kamtibmas maupun krisis lainnya

Output yang masuk ke dalam indikator ini yang dilaksanakan BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015 terdiri dari : jumlah investigasi dan penanggulangan KLB dan jumlah lokasi yang melaksanakan pengendalian faktor risiko pada kondisi matra.

b. Definisi Operasional

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadiaan kesakitan kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (Undang Undang Wabah, 1984). Sedangkan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD KLB) merupakan kewaspadaan terhadap penyakit berpotensi KLB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya pencegahan dan tindakan penanggulangan KLB yang cepat dan tepat.

c. Rumus/Cara Perhitungan Rumus perhitungan :

d. Capaian Indikator

Capaian Indikator ini pada tahun 2015 sejumlah 22 dokumen, dari target kinerja sebanyak 30 dokumen. Prosentase pencapaian target indikator ini sebesar 73,33%. Capaian ini terdiri dari 2 kasus KLB keracunan makanan, 10 pengukuran kualitas udara dalam rangka Respon Cepat KLB kabut asap, 8 kegiatan pemantauan wilayah setempat dalam rangka kondisi matra dan 2 kegiatan advokasi.

Pelaksanaan kegiatan investigasi KLB tergantung dari laporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota setempat. Kasus-kasus KLB yang dilaporkan kepada BBTKLPP Banjarbaru dan dapat direspon < 24 jam tahun 2015 sebanyak 2. Untuk lebih jelasnya kegiatan investigasi KLB yang dilaksanakan dapat dilihat pada tabel berikut:

X

= Jumlah

SKD dan KLB, bencana, wabah dan kondisi matra yang

dilaksanakan di wilayah layanan BBTKLPP Banjarbaru pada

tahun 2015

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

Tabel 3.2.

Kegiatan Investigasi KLB Tahun 2015

No Kegiatan Jumlah

1. KLB keracunan makanan catering perusahaan kontruksi

bangunan Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar. 1 dokumen 2. KLB keracunan makanan Pondok Pesantren Darunnajah Desa

Cindai Alus Kabupaten Banjar. 1 dokumen

T o t a l 2 dokumen

Selain kasus-kasus KLB, BBTKLPP Banjarbaru juga melakukan kegiatan dalam rangka Sistem Kewaspadaan Dini KLB (SKD-KLB) dan Respon Cepat KLB Kabut asap dilaksanakan sebanyak 10 kali. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.3.

Kegiatan Respon Cepat KLB Kabut Asap Tahun 2015

No Lokasi Jumlah

1. Kota Palangka Raya, Prov. Kalteng 4 kali

2. Kota Banjarbaru, Prov. Kalsel 2 kali

3. Kota Banjarmasin, Prov. Kalsel 2 kali

4. Kabupaten Kotawaringin Timur, Prov. Kalteng 2 kali

T o t a l 10 kali

Pelaksanaan kegiatan pemantauan wilayah setempat dalam rangka kondisi matra sebanyak 8 kegiatan. Lokasi kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.4.

Kegiatan Pemantauan Wilayah Setempat Dalam Rangka Kondisi Matra Tahun 2015

No Kegiatan Jumlah

1. Kondisi matra mudik lebaran Kota Samarinda Prov. Kaltim 1 dokumen 2. Kondisi matra mudik lebaran Kota Balikpapan Prov. Kaltim 1 dokumen 3. Kondisi matra mudik lebaran Kota Palangka Raya Prov. Kalteng 1 dokumen 4. Kondisi matra mudik lebaran Kota Banjarmasin Prov. Kalsel 1 dokumen 5. Kondisi matra haul Guru Sekumpul Kabupaten Banjar Prov Kalsel 1 dokumen 6. Kondisi matra haul Datuk Kelampayan Kab. Banjar Prov. Kalsel 1 dokumen 7. Kondisi matra upacara adat Mapanretasi Kab. Tanah Bumbu

Prov. Kalteng. 1 dokumen

8. Kondisi matra upacara adat Erau Kab. Kutai Kartanegara Prov.

Kaltim. 1 dokumen

T o t a l 8 dokumen

Agar hasil kegiatan dapat bermanfaat untuk dilakukan tindak lanjut oleh instansi pemangku kebijakan perlu dilakukan kegiatan advokasi hasil kegiatan. Kegiatan advokasi dilakukan sebanyak 2 kali. Kegiatan advokasi yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut :

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

Tabel 3.5.

Kegiatan Advokasi Tahun 2015

No Kegiatan Jumlah

1. Advokasi dalam rangka kondisi matra haul Guru Sekumpul

Kabupaten Banjar Prov Kalsel. 1 kali

2. Advokasi dalam rangka kondisi matra haul Datuk Kelampayan

Kab. Banjar Prov. Kalsel 1 kali

T o t a l 2 kali

e. Perbandingan Target Dan Realisasi Tahun 2015

Target indikator jumlah SKD dan KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah layanan pada tahun 2015 sebanyak 30, realisasi capaian sebanyak 22 kegiatan. Perbandingan antara target dan capaian indikator ini dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik 3.1.

Target dan Realisasi Indikator Jumlah SKD dan KLB, Bencana dan Kondisi Matra di Wilayah Layanan Tahun 2015

f. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2011 s/d 2015

Dibandingkan dengan realisasi tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014, realisasi tahun 2015 mengalami kenaikan. Dari tahun 2011 s/d 2013 tetap yaitu sebanyak 10 kejadian. Pada tahun 2014 naik sebanyak 16 kegiatan dan tahun 2015 naik sebanyak 22 kegiatan. Untuk lebih jelasnya perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Grafik 3.2.

Perbandingan Realisasi Indikator Jumlah SKD dan KLB, Bencana dan Kondisi Matra di Wilayah Layanan Tahun 2011 s/d 2015

10 10 10 16 22 0 5 10 15 20 25

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Target Realisasi 30

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

g. Perbandingan Realisasi Kinerja BBTKLPP Banjarbaru Dengan Target Kinerja Ditjen P2P

Indikator satker jumlah SKD dan KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah layanan untuk mendukung indikator Prosentase respon sinyal SKD KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah layanan BTKL sebesar 90% yang tertuang dalam Rencana Aksi Program (RAP) Ditjen P2P Kemenkes RI. Target nasional (RAP Ditjen P2P) untuk indikator tersebut pada tahun 2015 sebanyak 30%. Capaian dari BBTKLPP Banjarbaru sebanyak 22 kegiatan.

h. Perbandingan Realisasi Kinerja BBTKLPP Banjarbaru Dengan Target Kinerja Dalam RENSTRA Kementerian Kesehatan

Target dalam RENSTRA indikator persentase sinyal kewaspadaan dini yang direspon tahun 2015 sebesar 65%. Capaian kinerja indikator jumlah SKD dan KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah layanan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2015 sebanyak 22 kegiatan.

i. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Meskipun jumlah sumber daya manusia yang melaksanakan kegiatan ini terbatas tetapi kegiatan ini tetap dilaksanakan dengan cara bekerjasama antar bidang.

j. Analisis Penyebab Kegagalan Pencapaian Kinerja

Target indikator ini sebanyak 30, pencapaian sebanyak 22 atau sebesar 73,33%. Penyebab kegagalan dari pencapaian kinerja diantaranya disebabkan pengurangan anggaran perjalanan dinas (refocusing) sebesar Rp. 103.628.000,-. Dana ini berasal dari anggaran investigasi KLB sebelumnya 200.000.000,- menjadi Rp. 143.604.000,- dana kegiatan matra semula Rp. 300.000.000,- menjadi Rp. 252.768.000,-. Selain itu kegagalan pencapaian kinerja ini juga disebabkan keterlambatan dimulainya kegiatan BBTKLPP Banjarbaru. Kegiatan matra “Iseng Mulang” di Kota Palangkaraya Provinsi Kalteng pada tahun 2015 belum dapat terlaksana berhubung kegiatan tersebut berbarengan dengan pelaksanaan kegiatan lain di bidang Surveilans Epidemiologi yang sudah terjadwal sesuai hasil koordinasi dengan daerah.

k. Analisis Program/Kegiatan Yang Menunjang Kegagalan/Keberhasilan

Program yang menunjang keberhasilan kegiatan ini diantaranya ditunjuknya BBTKLPP Banjarbaru sebagai koordinator dalam kewaspadaan dini, kesiapsiagaan, penanggulangan KLB/Wabah dan Bencana di wilayah layanan BBTKLPP Banjarbaru serta Keputusan Dirjen PP dan PL nomor HK.00.06.11.3137 tentang prosedur kerja

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

kewaspadaan dini, kesiapsiagaan, penanggulangan KLB/Wabah dan Bencana di lingkungan Ditjen PP dan PL.

l. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Target Indikator:

1) Pemantauan wilayah setempat dalam rangka pengendalian faktor risiko kondisi matra pada upacara adat dan keagamaan

2) Investigasi dan penanggulangan KLB/ wadah kejadian kabut asap.

3) Pemeriksaan sampel makanan dan air dilakukan terutama pada KLB dan SKD-KLB yang diduga sumber pencemaran berasal dari makanan yang dikonsumsi seperti kasus keracunan pangan.

4) Distribusi Logistik KLB

Distribusi logistik disesuaikan dengan kasus yang dilaporkan seperti bencana kabut asap yang menjadi faktor risiko ISPA maka diberikan masker untuk pencegahan 5) Diseminasi dan advokasi hasil kegiatan pemantauan wilayah setempat dalam rangka

pengendalian faktor risiko kondisi matra pada upacara adat dan keagamaan. 6) Peningkatan Kerjasama Lintas Sektor

Kerjasama lintas sektor ditingkatkan dalam rangka pelaksanaan penanggulangan KLB berdasarkan UU No.4 Tahun 1984. Hal ini dikarenakan penanggulangan KLB tidak bisa hanya dikerjakan oleh satu pihak, tetapi semua pihak terkait seperti Dinas Kesehatan, KKP dan BLHD.

m. Masalah yang dihadapi

1) Dalam kegiatan pemantauan wilayah setempat dalam rangka pengendalian faktor risiko kondisi matra, pemeriksaan mikrobiologi belum dapat dilakukan secara cepat karena masih menggunakan metode konvensional

2) Untuk penanggulangan kabut asap perlu dukungan semua pihak dan upaya yang terintegrasi maupun distribusi logistik terkait kejadian kabut asap

3) Pengukuran kabut asap secara teknis memerlukan pengawasan yang terus menerus selama 24 jam sehingga memerlukan kesiapan alat dan fisik petugas

4) Wilayah layanan BBTKLPP Banjarbaru yang luas dengan topografi berupa pegunungan sehingga kesulitan dalam merespon laporan KLB < 24 jam.

5) Jejaring dan kemitraan dengan daerah belum maksimal 6) Kurangnya jumlah personil pendukung kegiatan.

n. Pemecahan Masalah

1) Peningkatan kemampuan pemeriksaan sampel 2) Meningkatkan sarana dan prasarana laboratorium.

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

3) Peningkatan jejaring kerja dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota.

2. JUMLAH KAJIAN PENGENDALIAN

PENYAKIT BERSUMBER BINATANG

a. Pengertian

Jumlah kajian pengendalian penyakit bersumber binatang disini dihitung dari jumlah kajian pengendalian penyakit bersumber binatang yang dilaksanakan dalam 1 tahun. Output yang masuk ke dalam indikator ini yang dilaksanakan BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015 terdiri dari : jumlah kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi malaria, jumlah kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi DBD, jumlah lokasi survei penilaian mikrofilaria, jumlah pengamatan faktor risiko dan sumber penular leptospirosis di wilayah layanan, jumlah survei schistosomiasis yang dilaksanakan.

b. Definisi Operasional

Jumlah kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi malaria adalah jumlah lokasi yang dilakukan kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi malaria.

Jumlah kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi DBD adalah jumlah lokasi yang dilakukan kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi DBD.

Jumlah lokasi survei penilaian mikrofilaria adalah jumlah lokasi survei darah jari filariasis. Pada tahun 2015 BBTKLPP Banjarbaru fokus pada kegiatan survei cakupan POPM (Pemberian Obat Masal Pencegahan) Filariasis dan kegiatan survei vektor filariasis. Tujuan survei cakupan adalah memvalidasi laporan pengobatan massal filaria yang dilakukan kota/kabupaten dalam hal pemberian obat pencegahan penyakit kaki gajah. Survei ini tidak boleh dilakukan oleh kota/kabupaten yang melakukan pemberian obat massal.

Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis adalah suatu cara pencegahan dimana obat-obatan yang bersifat anthelmintic (zat yang dapat membunuh cacing dalam tubuh manusia) diberikan kepada semua penduduk di suatu wilayah tertentu (seperti negara bagian, wilayah regional, provinsi, kabupaten, kecamatan, atau desa) pada interval waktu tertentu tanpa mempedulikan status infeksi perorangan dari populasi tersebut. Obat pencegahan yang diberikan pada POMP Filariasis adalah kombinasi Diethylcarbamazine (DEC) dengan Albendazole (ALB) dengan dosis tertentu

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

berdasarkan umur individu yang mengkonsumsi. Dengan mengkonsumsi kombinasi DEC dan ALB seseorang akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus yaitu terlindungi dari kemungkinan terinfeksi LF dan juga kecacingan (soil-transmitted

helminthes).

Jumlah pengamatan faktor risiko dan sumber penular leptospirosis di wilayah kerja adalah jumlah pengamatan faktor risiko dan sumber penular penyakit leptospirosis di wilayah layanan.

Leptospirosis merupakan penyakit infeksi pada manusia dan binatang yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang berbentuk spiral dan bergerak aktif. Leptospira biasanya terdapat pada binatang peliharaan seperti anjing, sapi, babi, kerbau, maupun binatang liar seperti tikus, musang, tupai dan sebagainya. Di dalam tubuh hewan hewan ini leptospira hidup di ginjal dan air kemih. Manusia terinfeksi bakteri leptospira karena kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi oleh urin atau cairan tubuh lainnya dari hewan yang terinfeksi bakteri leptospira. Leptospira masuk lewat kulit yang luka atau membran mukosa.

Jumlah survei schistosomiasis yang dilaksanakan adalah jumlah laporan kegiatan hasil survei schistosomiasis yang dilaksanakan. Pada tahun 2015 fokus pada kegiatan survei kecacingan pada anak sekolah dasar dan survei kecacingan F. buski melalui pemeriksaan feses serta pemeriksaan hospes perantara.

Fasciolopsiasis merupakan penyakit cacing daun terbesar (The Giant Intestinal Fluke) yang disebabkan karena manusia terinfeksi oleh metaserkaria dari Fasciolopsis

Dalam dokumen LAPORAN KINERJA BBTKLPP BANJARBARU (Halaman 7-91)

Dokumen terkait