• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KINERJA BBTKLPP BANJARBARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KINERJA BBTKLPP BANJARBARU"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KINERJA

BBTKLPP BANJARBARU

2015

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN

DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

BBTKLPP BANJARBARU

(2)
(3)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Kinerja secara garis besar berisikan informasi rencana kerja dan capaian kinerja yang telah dicapai selama tahun 2015. Rencana kinerja tahun 2015 merupakan upaya pencapaian kinerja program dan kegiatan yang ingin dicapai selama tahun 2015 yang mengacu pada tugas dan fungsi dan rencana aksi kegiatan tahun 2015 - 2019.

Laporan kinerja memiliki dua fungsi yaitu sebagai sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja BBTKLPP Banjarbaru kepada Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Selain itu laporan kinerja juga sebagai sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan.

Secara umum BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015 telah mampu mencapai target yang ditetapkan. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, dari 19 indikator yang ditetapkan, 13 indikator tercapai target, 3 indikator tercapai melampaui target dan 3 indikator belum mencapai target. Tiga indikator yang melebihi target yaitu jumlah pengujian laboratorium sebesar 100,46%,jumlah kajian kualitas air minum 102,63% dan jumlah SDM yang dibina sebesar 127,17%.

Tiga indikator yang belum tercapai adalah jumlah SKD dan KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah layanan sebesar 73,33 %, jumlah kajian pengendalian penyakit bersumber binatang sebesar 93,55 % dan jumlah kajian pengendalian penyakit menular langsung sebesar 75 %.

Dalam upaya pencapaian indikator-indikator tersebut terdapat kendala/masalah yang dihadapi. Masalah-masalah yang dihadapi dalam pencapaian target indikator adalah sebagai berikut :

1. Jumlah SDM yang kurang, sehingga banyak yang rangkap tugas, 2. Kemampuan SDM dalam hal rancang bangun TTG masih terbatas, 3. Jejaring dan kemitraan dengan daerah belum maksimal,

4. Komitmen masyarakat di wilayah penempatan alat pengolahan air bersih masih kurang sehingga umur pemakaian alat pengolah air tidak bertahan lama,

5. Produk TTG mirip dengan produk program kementerian lain seperti PU juga program pemerintah PNPM Mandiri sehingga kurang menarik masyarakat.

Terhadap masalah yang dihadapi tersebut di atas, BBTKLPP Banjarbaru akan melakukan upaya tindak lanjut sebagai berikut:

1. Meningkatkan jejaring kerja dengan lintas sektor dan lintas program, 2. Meningkatkan kemampuan SDM dalam hal rancang bangun

3. Pemberdayaan masyarakat di wilayah penempatan alat TTG

(4)

Laporan Akuntabilitas Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar ………... i

Ikhtisar Eksekutif ..….………... ii

Daftar Isi………….………...………... iii

Bab I : Pendahuluan………..………. 1

A. Latar Belakang ………... 1

B. Maksud dan Tujuan ………... 2

C. Tugas Pokok dan Fungsi ………... 2

D. Sistematika Penulisan ………... 3

Bab II : Perencanaan Kinerja………...……… 4

A. Perencanaan Kinerja ………... 4

B. Perjanjian Kinerja ………... 6

Bab III : Akuntabilitas Kinerja……….………. 8

A. Capaian Kinerja Organisasi ………... 8

B. Realisasi Anggaran ………... 71

C. Sumber Daya ………... 72

Bab IV : Penutup….. ………. 80

Lampiran 1 : Perjanjian Kinerja Tahun 2015

Lampiran 2 : Perhitungan Capaian Kinerja Tahun 2015 Lampiran 3 : Pagu dan Realisasi Anggaran Tahun 2015

(5)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan keinginan nyata pemerintah untuk melaksanakan good governance dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Dalam suatu Pemerintahan yang baik salah satu hal yang disyaratkan terselenggaranya good governance.

Dalam rangka mewujudkan hal di atas diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur dan legitimate sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dalam Pasal 3 menyebutkan bahwa asas-asas umum penyelenggaraan Negara meliputi :

1. Asas Kepastian Hukum

2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara 3. Asas Kepentingan Umum

4. Asas Keterbukaan 5. Asas Proporsionalitas

6. Asas Profesionalitas dan Asas Akuntabilitas.

Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.

Penyusunan Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Hal ini bertujuan untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu cara untuk menciptakan pemerintahan yang baik dan terpercaya.

(6)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 B. MAKSUD DAN TUJUAN

Laporan akuntabilitas kinerja BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015 merupakan bentuk pertanggung jawaban secara tertulis yang memuat keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2015 yang harus dipertanggung jawabkan oleh kepala BBTKLPP Banjarbaru.

Tujuan penyusunan Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru adalah :

1. Memberi informasi kinerja yang terukur atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai oleh BBTKLPP Banjarbaru.

2. Sebagai upaya perbaikan yang berkesinambungan bagi BBTKLPP Banjarbaru untuk meningkatkan kinerjanya.

C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BBTKLPP Banjarbaru sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2349/Menkes/PER/XI/2011 merupakan UPT di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal P2P dengan wilayah kerja meliputi empat provinsi (Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara).

BBTKLPP Banjarbaru mempunyai tugas melaksanakan surveilens epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan, kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan, pengembangan model dan teknologi tepat guna, kewaspadaan dini dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) dibidang pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra.

Dalam melaksanakan tugas, Unit pelaksana teknis bidang teknik kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Pelaksanaan surveilans epidemiologi

2. Pelaksanaan analisis dampak kesehatan lingkungan 3. Pelaksanaan laboratorium rujukan

4. Pelaksanaan pengembangan model teknologi tepat guna 5. Pelaksanaan uji kendali mutu dan kalibrasi

6. Pelaksanaan penilaian dan respon cepat, kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/wabah dan bencana

7. Pelaksanaan surveilans faktor risiko penyakit tidak menular 8. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

9. Pelaksanaan kajian dan pengembangan teknologi pengendalian penyakit, kesehatan lingkungan dan kesehatan matra

(7)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 D. SISTEMATIKA PENULISAN

IKHTISAR EKSEKUTIF

Bab I – Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas latar belakang, maksud dan tujuan, tugas pokok dan fungsi serta sistematika penulisan yang akan disajikan.

Bab II – Perencanaan Kinerja, menjelaskan sasaran strategis dan sasaran kegiatan, pengukuran kinerja serta kebijakan dan strategi untuk mencapai visi dan misi.

Bab III – Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan pengukuran dan analisis pencapaian kinerja berupa keberhasilan dan kegagalan, permasalahan serta usulan pemecahan masalah, dan menjelaskan tentang sumber daya yang dimiliki.

Bab IV – Penutup, menjelaskan simpulan menyeluruh dari Laporan Akuntabilitas Kinerja BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015 dan menguraikan rekomendasi yang diperlukan bagi perbaikan kinerja di masa yang akan datang.

(8)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. PERENCANAAN KINERJA

Perencanaan kinerja merupakan proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul.

1. RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK)

Berdasarkan rencana aksi kegiatan yang telah disusun BTKLPP Banjarbaru tahun 2015-2019, pelaksanaan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium didistribusikan melalui pokok-pokok sebagai berikut :

a. Peningkatan Surveilans Epidemiologi

b. Peningkatan kemampuan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan c. Peningkatan dan Pengembangan Teknologi Laboratorium

d. Peningkatan kemampuan rancang bangun dan Teknologi Tepat Guna e. Dukungan administrasi dan manajemen

Tugas pokok kegiatan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi faktor risiko, analisis situasi dan kecenderungan untuk memperkuat pemantauan wilayah setempat, kewaspadaan dini dan upaya pencegahan maupun pengendalian penyakit, bencana serta pencemaran lingkungan yang berdampak kepada kesehatan masyarakat.

Agar penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi sebagaimana diuraikan di atas dapat memberikan hasil yang efektif dan efisien disusun indikator kinerja yang mencerminkan keluaran (output).

BBTKLPP Banjarbaru memiliki wilayah layanan empat provinsi yakni Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara meliputi 40 kabupaten/kota dengan berbagai variasi, dan dinamika kependudukan, epidemiologi, kondisi lingkungan serta geografi. Secara bertahap BBTKLPP Banjarbaru telah melakukan berbagai upaya agar pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dapat terlaksana secara optimal.

(9)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 Adapun rencana aksi kegiatan BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015-2019

No. INDIKATOR SATKER TARGET KEGIATAN

2015 2016 2017 2018 2019

1. Jumlah SKD dan KLB, bencana dan

kondisi matra di wilayah layanan 30 Dokumen 65 Dokumen 63 Dokumen 63 Dokumen 64 Dokumen 2. Jumlah desimenasi dan advokasi - 1 Kali 1 Kali 1 Kali 1 Kali 3. Jumlah kajian pengendalian

penyakit bersumber binatang 31 Dokumen 11 Dokumen 11 Dokumen 11 Dokumen 11 Dokumen 4. Jumlah Kajian pengendalian

penyakit menular langsung 4 Dokumen 6 Dokumen 22 Dokumen 24 Dokumen 24 Dokumen 5. Jumlah Kajian pengendalian

penyakit tidak menular 9 Dokumen 15 Dokumen 15 Dokumen 15 Dokumen 15 Dokumen

6. Jumlah kajian kualitas air minum 38 Dokumen - - - -

7. Jumlah kajian sanitasi TTU 18 Dokumen - - - -

8. Jumlah kajian sanitasi TPM 8 Dokumen - - - -

9. Jumlah kajian penyehatan lingkungan 6 Dokumen - - - -

10. Jumlah TTG penyehatan lingkungan 4 Unit 37 Unit 5 Unit 5 Unit 5 Unit 11. Jumlah TTG pengendalian penyakit bersumber binatang 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 12. Jumlah alat kesehatan penunjang tupoksi 24 Unit 12 Unit 13 Unit 10 Unit 10 Unit 13. Jumlah pengujian laboratorium 7.000 Sampel 7.050 Sampel 7.100 Sampel 7.150 Sampel 7.200 Sampel

14. Jumlah dokumen data dan informasi 5 Dokumen - - - -

15. Jumlah laporan keuangan 26 Dokumen - - - -

16. Jumlah laporan Target dan pagu

PNBP 14 Dokumen - - - -

17. Jumlah layanan kerumahtanggaan dan pengelolaan BMN 12 Bulan 12 Bulan 12 Bulan 12 Bulan 12 Bulan 18. Jumlah layanan administrasi kepegawaian 4 Dokumen - - - - 19. Jumlah fasilitas pendukung

perkantoran 17 Unit 60 Unit 60 Unit 60 Unit 61 Unit

20. Jumlah SDM yang dilatih 92 Orang 64 Orang 64 Orang 64 Orang 64 Orang

2. RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

Rencana Kinerja Tahunan merupakan proses penetapan target tahunan indikator kinerja sasaran berdasarkan target yang telah ditetapkan dalam rencana aksi kegiatan. Rencana Kinerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015, adalah sebagai berikut:

(10)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 Tabel 2.2. Rencana Kinerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2015

No Indikator Target

1. Jumlah SKD dan KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah

layanan 30 Dokumen

2. Jumlah kajian pengendalian penyakit bersumber binatang 31 Dokumen 3. Jumlah Kajian pengendalian penyakit menular langsung 4 Dokumen

4. Jumlah Kajian pengendalian penyakit tidak menular 9 Dokumen

5. Jumlah kajian kualitas air minum 38 Dokumen

6. Jumlah kajian sanitasi TTU 18 Dokumen

7. Jumlah kajian sanitasi TPM 8 Dokumen

8. Jumlah kajian penyehatan lingkungan 6 Dokumen

9. Jumlah TTG penyehatan lingkungan 4 Unit

10. Jumlah TTG pengendalian penyakit bersumber binatang 1 Unit 11. Jumlah alat kesehatan penunjang tupoksi 24 Unit

12. Jumlah pengujian laboratorium 7.000 Sampel

13. Jumlah dokumen data dan informasi 5 Dokumen

14. Jumlah laporan Keuangan 26 Dokumen

15. Jumlah laporan target dan pagu PNBP 14 Dokumen 16. Jumlah layanan kerumahtanggaan dan pengelolaan BMN 12 Bulan 17. Jumlah layanan administrasi kepegawaian 4 Dokumen 18. Jumlah fasilitas pendukung perkantoran 17 Unit

19. Jumlah SDM yang dilatih 92 Orang

B. PERJANJIAN KINERJA

Penetapan kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang mempresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dikelolanya. Penetapan kinerja ini merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun 2015. Penyusunan Penetapan Kinerja ini didasarkan pada Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi RI Nomor: 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Sasaran-sasaran yang akan dicapai BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015 dinyatakan dalam Perjanjian Kkinerja 2015.

(11)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 Tabel 2.3. Perjanjian Kinerja BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015

No Indikator Target Anggaran (Rp)

1. Jumlah SKD dan KLB, bencana dan kondisi

matra di wilayah layanan 30 Dokumen 396.372.000

2. Jumlah kajian pengendalian penyakit

bersumber binatang 31 Dokumen 978.684.000

3. Jumlah Kajian pengendalian penyakit menular

langsung 4 Dokumen 113.208.000

4. Jumlah Kajian pengendalian penyakit tidak

menular 9 Dokumen 294.166.000

5. Jumlah kajian kualitas air minum 38 Dokumen 430.122.000 6. Jumlah kajian sanitasi TTU 18 Dokumen 347.333.000 7. Jumlah kajian sanitasi TPM 8 Dokumen 151.203.000 8. Jumlah kajian penyehatan lingkungan 6 Dokumen 29.826.000 9. Jumlah TTG penyehatan lingkungan 4 Unit 114.716.000 10. Jumlah TTG pengendalian peny. Bersumber

binatang 1 Unit 3.101.000

11. Jumlah alat kesehatan penunjang tupoksi 24 Unit 1.203.623.000 12. Jumlah pengujian laboratorium 7.000 Sampel 2.724.719.000 13. Jumlah Dokumen data dan informasi 5 Dokumen 92.935.000

14. Jumlah Laporan Keuangan 26 Dokumen 364.512.000

15. Jumlah laporan Target dan pagu PNBP 14 Dokumen 180.620.000 16. Jumlah layanan kerumahtanggaan dan

pengelolaan BMN 12 Bulan 5.954.291.000

17. Jumlah Layanan administrasi kepegawaian 4 Dokumen 96.750.000 18. Jumlah fasilitas pendukung perkantoran 17 Unit 207.036.000

19. Jumlah SDM yang dilatih 92 Orang 396.988.000

(12)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Akuntabilitas Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan perencanaan strategis suatu organisasi.

Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi dan misi organisasi. Pengukuran kinerja merupakan suatu metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja tidak dimaksudkan sebagai mekanisme untuk memberikan reward/punishment, melainkan sebagai alat komunikasi dan alat manajemen untuk memperbaiki kinerja organisasi.

Tahun 2015 merupakan tahun pertama pelaksanaan dari Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015-2019. Pengukuran kinerja diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang berhasil dilakukan oleh BBTKLPP Banjarbaru dalam kurun waktu Januari – Desember 2015. Pengukuran tingkat capaian kinerja BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan dengan realisasinya, sehingga terlihat apakah sasaran yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Secara umum terdapat beberapa keberhasilan pencapaian target kinerja, namun demikian terdapat juga beberapa target yang belum tercapai dalam tahun 2015 ini.

Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan program dan kegiatan dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam RAK dan Penetapan Kinerja.

Rincian tingkat capaian kinerja masing‐masing indikator kinerja tersebut diuraikan dalam tabel berikut ini.

(13)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 Tabel 3.1.

Rincian Tingkat Capaian Kinerja Masing-Masing Indikator

Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi %

Meningkatnya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium

Jumlah SKD dan KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah layanan

30 Dokumen 22 Dokumen 73,33 Jumlah kajian pengendalian

penyakit bersumber binatang 31 Dokumen

29 Dokumen 93,55 Jumlah kajian pengendalian

penyakit menular langsung 4 Dokumen 3 Dokumen 75,00 Jumlah kajian pengendalian

penyakit tidak menular 9 Dokumen 9 Dokumen 100,00 Jumlah kajian kualitas air minum 38 Dokumen 39 Dokumen 102,63 Jumlah kajian sanitasi TTU 18 Dokumen 18 Dokumen 100,00 Jumlah kajian sanitasi TPM 8 Dokumen 8 Dokumen 100,00 Jumlah kajian penyehatan

lingkungan 6 Dokumen

6 Dokumen 100,00 Jumlah TTG penyehatan

lingkungan 4 Unit 4 Unit 100,00

Jumlah TTG pengendalian

penyakit bersumber binatang 1 Unit 1 Unit 100,00 Jumlah alat kesehatan penunjang

tupoksi 24 Unit 24 Unit 100,00

Jumlah pengujian laboratorium 7.000 Sampel 7.032 Sampel 100,46 Jumlah dokumen data dan

informasi 5 Dokumen 5 Dokumen

100,00 Jumlah laporan keuangan 26 Dokumen 26 Dokumen 100,00 Jumlah laporan target dan pagu

PNBP 14 Dokumen 14 Dokumen 100,00 Jumlah layanan kerumahtanggaan dan pengelolaan BMN 12 bulan 12 bulan 100,00 Jumlah Layanan administrasi

kepegawaian 4 Dokumen 4 Dokumen

100,00 Jumlah fasilitas pendukung

perkantoran 17 Unit 17 Unit

100,00 Jumlah SDM yang dilatih 92 Orang 117 orang 127,17

Dilihat dari capaian masing-masing indikator, BBTKLPP Banjarbaru dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab unit organisasi. Uraian capaian kinerja dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut :

1. JUMLAH SKD DAN KLB, BENCANA DAN

KONDISI MATRA DI WILAYAH LAYANAN

a. Pengertian

Jumlah SKD dan KLB, bencana, wabah di wilayah layanan adalah Jumlah SKD dan KLB, Bencana, wabah yang direspon kurang dari 24 jam dari laporan diterima dan lainnya yang dilaksanakan dalam 1 tahun di wilayah layanan BBTKLPP Banjarbaru.

Istilah Matra diarahkan pada kondisi lingkungan yang berubah bermakna yang mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang atau kelompok. Lingkungan tersebut bisa terjadi di darat (lapangan), laut maupun udara. Kondisi matra akibat lingkungan yang berubah bermakna ini bisa terjadi karena sudah direncanakan maupun tidak direncanakan.

(14)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 Aktivitas matra lapangan yang direncanakan antara lain meliputi haji, transmigrasi, berkemah, perjalanan mudik lebaran, berkumpulnya penduduk saat festival ataupun acara-acara keagamaan, perjalanan wisata, kegiatan bawah tanah, dan kegiatan lintas alam. Matra Laut meliputi penyelaman, pelayaran dan kehidupan laut lepas pantai. Matra Udara adalah penerbangan dan kegiatan kedirgantaraan lainnya. Adapun kondisi matra yang tidak direncanakan adalah lingkungan pengungsian akibat terjadinya bencana, gangguan kamtibmas maupun krisis lainnya

Output yang masuk ke dalam indikator ini yang dilaksanakan BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015 terdiri dari : jumlah investigasi dan penanggulangan KLB dan jumlah lokasi yang melaksanakan pengendalian faktor risiko pada kondisi matra.

b. Definisi Operasional

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadiaan kesakitan kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (Undang Undang Wabah, 1984). Sedangkan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD KLB) merupakan kewaspadaan terhadap penyakit berpotensi KLB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya pencegahan dan tindakan penanggulangan KLB yang cepat dan tepat.

c. Rumus/Cara Perhitungan

Rumus perhitungan :

d. Capaian Indikator

Capaian Indikator ini pada tahun 2015 sejumlah 22 dokumen, dari target kinerja sebanyak 30 dokumen. Prosentase pencapaian target indikator ini sebesar 73,33%. Capaian ini terdiri dari 2 kasus KLB keracunan makanan, 10 pengukuran kualitas udara dalam rangka Respon Cepat KLB kabut asap, 8 kegiatan pemantauan wilayah setempat dalam rangka kondisi matra dan 2 kegiatan advokasi.

Pelaksanaan kegiatan investigasi KLB tergantung dari laporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota setempat. Kasus-kasus KLB yang dilaporkan kepada BBTKLPP Banjarbaru dan dapat direspon < 24 jam tahun 2015 sebanyak 2. Untuk lebih jelasnya kegiatan investigasi KLB yang dilaksanakan dapat dilihat pada tabel berikut:

X

= Jumlah

SKD dan KLB, bencana, wabah dan kondisi matra yang

dilaksanakan di wilayah layanan BBTKLPP Banjarbaru pada

tahun 2015

(15)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 Tabel 3.2.

Kegiatan Investigasi KLB Tahun 2015

No Kegiatan Jumlah

1. KLB keracunan makanan catering perusahaan kontruksi

bangunan Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar. 1 dokumen 2. KLB keracunan makanan Pondok Pesantren Darunnajah Desa

Cindai Alus Kabupaten Banjar. 1 dokumen

T o t a l 2 dokumen

Selain kasus-kasus KLB, BBTKLPP Banjarbaru juga melakukan kegiatan dalam rangka Sistem Kewaspadaan Dini KLB (SKD-KLB) dan Respon Cepat KLB Kabut asap dilaksanakan sebanyak 10 kali. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.3.

Kegiatan Respon Cepat KLB Kabut Asap Tahun 2015

No Lokasi Jumlah

1. Kota Palangka Raya, Prov. Kalteng 4 kali

2. Kota Banjarbaru, Prov. Kalsel 2 kali

3. Kota Banjarmasin, Prov. Kalsel 2 kali

4. Kabupaten Kotawaringin Timur, Prov. Kalteng 2 kali

T o t a l 10 kali

Pelaksanaan kegiatan pemantauan wilayah setempat dalam rangka kondisi matra sebanyak 8 kegiatan. Lokasi kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.4.

Kegiatan Pemantauan Wilayah Setempat Dalam Rangka Kondisi Matra Tahun 2015

No Kegiatan Jumlah

1. Kondisi matra mudik lebaran Kota Samarinda Prov. Kaltim 1 dokumen 2. Kondisi matra mudik lebaran Kota Balikpapan Prov. Kaltim 1 dokumen 3. Kondisi matra mudik lebaran Kota Palangka Raya Prov. Kalteng 1 dokumen 4. Kondisi matra mudik lebaran Kota Banjarmasin Prov. Kalsel 1 dokumen 5. Kondisi matra haul Guru Sekumpul Kabupaten Banjar Prov Kalsel 1 dokumen 6. Kondisi matra haul Datuk Kelampayan Kab. Banjar Prov. Kalsel 1 dokumen 7. Kondisi matra upacara adat Mapanretasi Kab. Tanah Bumbu

Prov. Kalteng. 1 dokumen

8. Kondisi matra upacara adat Erau Kab. Kutai Kartanegara Prov.

Kaltim. 1 dokumen

T o t a l 8 dokumen

Agar hasil kegiatan dapat bermanfaat untuk dilakukan tindak lanjut oleh instansi pemangku kebijakan perlu dilakukan kegiatan advokasi hasil kegiatan. Kegiatan advokasi dilakukan sebanyak 2 kali. Kegiatan advokasi yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut :

(16)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 Tabel 3.5.

Kegiatan Advokasi Tahun 2015

No Kegiatan Jumlah

1. Advokasi dalam rangka kondisi matra haul Guru Sekumpul

Kabupaten Banjar Prov Kalsel. 1 kali

2. Advokasi dalam rangka kondisi matra haul Datuk Kelampayan

Kab. Banjar Prov. Kalsel 1 kali

T o t a l 2 kali

e. Perbandingan Target Dan Realisasi Tahun 2015

Target indikator jumlah SKD dan KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah layanan pada tahun 2015 sebanyak 30, realisasi capaian sebanyak 22 kegiatan. Perbandingan antara target dan capaian indikator ini dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik 3.1.

Target dan Realisasi Indikator Jumlah SKD dan KLB, Bencana dan Kondisi Matra di Wilayah Layanan Tahun 2015

f. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2011 s/d 2015

Dibandingkan dengan realisasi tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014, realisasi tahun 2015 mengalami kenaikan. Dari tahun 2011 s/d 2013 tetap yaitu sebanyak 10 kejadian. Pada tahun 2014 naik sebanyak 16 kegiatan dan tahun 2015 naik sebanyak 22 kegiatan. Untuk lebih jelasnya perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Grafik 3.2.

Perbandingan Realisasi Indikator Jumlah SKD dan KLB, Bencana dan Kondisi Matra di Wilayah Layanan Tahun 2011 s/d 2015

10 10 10 16 22 0 5 10 15 20 25

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Target Realisasi 30

(17)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

g. Perbandingan Realisasi Kinerja BBTKLPP Banjarbaru Dengan Target Kinerja Ditjen P2P

Indikator satker jumlah SKD dan KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah layanan untuk mendukung indikator Prosentase respon sinyal SKD KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah layanan BTKL sebesar 90% yang tertuang dalam Rencana Aksi Program (RAP) Ditjen P2P Kemenkes RI. Target nasional (RAP Ditjen P2P) untuk indikator tersebut pada tahun 2015 sebanyak 30%. Capaian dari BBTKLPP Banjarbaru sebanyak 22 kegiatan.

h. Perbandingan Realisasi Kinerja BBTKLPP Banjarbaru Dengan Target Kinerja Dalam RENSTRA Kementerian Kesehatan

Target dalam RENSTRA indikator persentase sinyal kewaspadaan dini yang direspon tahun 2015 sebesar 65%. Capaian kinerja indikator jumlah SKD dan KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah layanan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2015 sebanyak 22 kegiatan.

i. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Meskipun jumlah sumber daya manusia yang melaksanakan kegiatan ini terbatas tetapi kegiatan ini tetap dilaksanakan dengan cara bekerjasama antar bidang.

j. Analisis Penyebab Kegagalan Pencapaian Kinerja

Target indikator ini sebanyak 30, pencapaian sebanyak 22 atau sebesar 73,33%. Penyebab kegagalan dari pencapaian kinerja diantaranya disebabkan pengurangan anggaran perjalanan dinas (refocusing) sebesar Rp. 103.628.000,-. Dana ini berasal dari anggaran investigasi KLB sebelumnya 200.000.000,- menjadi Rp. 143.604.000,- dana kegiatan matra semula Rp. 300.000.000,- menjadi Rp. 252.768.000,-. Selain itu kegagalan pencapaian kinerja ini juga disebabkan keterlambatan dimulainya kegiatan BBTKLPP Banjarbaru. Kegiatan matra “Iseng Mulang” di Kota Palangkaraya Provinsi Kalteng pada tahun 2015 belum dapat terlaksana berhubung kegiatan tersebut berbarengan dengan pelaksanaan kegiatan lain di bidang Surveilans Epidemiologi yang sudah terjadwal sesuai hasil koordinasi dengan daerah.

k. Analisis Program/Kegiatan Yang Menunjang Kegagalan/Keberhasilan

Program yang menunjang keberhasilan kegiatan ini diantaranya ditunjuknya BBTKLPP Banjarbaru sebagai koordinator dalam kewaspadaan dini, kesiapsiagaan, penanggulangan KLB/Wabah dan Bencana di wilayah layanan BBTKLPP Banjarbaru serta Keputusan Dirjen PP dan PL nomor HK.00.06.11.3137 tentang prosedur kerja

(18)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 kewaspadaan dini, kesiapsiagaan, penanggulangan KLB/Wabah dan Bencana di lingkungan Ditjen PP dan PL.

l. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Target Indikator:

1) Pemantauan wilayah setempat dalam rangka pengendalian faktor risiko kondisi matra pada upacara adat dan keagamaan

2) Investigasi dan penanggulangan KLB/ wadah kejadian kabut asap.

3) Pemeriksaan sampel makanan dan air dilakukan terutama pada KLB dan SKD-KLB yang diduga sumber pencemaran berasal dari makanan yang dikonsumsi seperti kasus keracunan pangan.

4) Distribusi Logistik KLB

Distribusi logistik disesuaikan dengan kasus yang dilaporkan seperti bencana kabut asap yang menjadi faktor risiko ISPA maka diberikan masker untuk pencegahan 5) Diseminasi dan advokasi hasil kegiatan pemantauan wilayah setempat dalam rangka

pengendalian faktor risiko kondisi matra pada upacara adat dan keagamaan. 6) Peningkatan Kerjasama Lintas Sektor

Kerjasama lintas sektor ditingkatkan dalam rangka pelaksanaan penanggulangan KLB berdasarkan UU No.4 Tahun 1984. Hal ini dikarenakan penanggulangan KLB tidak bisa hanya dikerjakan oleh satu pihak, tetapi semua pihak terkait seperti Dinas Kesehatan, KKP dan BLHD.

m. Masalah yang dihadapi

1) Dalam kegiatan pemantauan wilayah setempat dalam rangka pengendalian faktor risiko kondisi matra, pemeriksaan mikrobiologi belum dapat dilakukan secara cepat karena masih menggunakan metode konvensional

2) Untuk penanggulangan kabut asap perlu dukungan semua pihak dan upaya yang terintegrasi maupun distribusi logistik terkait kejadian kabut asap

3) Pengukuran kabut asap secara teknis memerlukan pengawasan yang terus menerus selama 24 jam sehingga memerlukan kesiapan alat dan fisik petugas

4) Wilayah layanan BBTKLPP Banjarbaru yang luas dengan topografi berupa pegunungan sehingga kesulitan dalam merespon laporan KLB < 24 jam.

5) Jejaring dan kemitraan dengan daerah belum maksimal 6) Kurangnya jumlah personil pendukung kegiatan.

n. Pemecahan Masalah

1) Peningkatan kemampuan pemeriksaan sampel 2) Meningkatkan sarana dan prasarana laboratorium.

(19)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 3) Peningkatan jejaring kerja dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi/

Kabupaten/ Kota.

2. JUMLAH KAJIAN PENGENDALIAN

PENYAKIT BERSUMBER BINATANG

a. Pengertian

Jumlah kajian pengendalian penyakit bersumber binatang disini dihitung dari jumlah kajian pengendalian penyakit bersumber binatang yang dilaksanakan dalam 1 tahun. Output yang masuk ke dalam indikator ini yang dilaksanakan BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015 terdiri dari : jumlah kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi malaria, jumlah kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi DBD, jumlah lokasi survei penilaian mikrofilaria, jumlah pengamatan faktor risiko dan sumber penular leptospirosis di wilayah layanan, jumlah survei schistosomiasis yang dilaksanakan.

b. Definisi Operasional

Jumlah kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi malaria adalah jumlah lokasi yang dilakukan kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi malaria.

Jumlah kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi DBD adalah jumlah lokasi yang dilakukan kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi DBD.

Jumlah lokasi survei penilaian mikrofilaria adalah jumlah lokasi survei darah jari filariasis. Pada tahun 2015 BBTKLPP Banjarbaru fokus pada kegiatan survei cakupan POPM (Pemberian Obat Masal Pencegahan) Filariasis dan kegiatan survei vektor filariasis. Tujuan survei cakupan adalah memvalidasi laporan pengobatan massal filaria yang dilakukan kota/kabupaten dalam hal pemberian obat pencegahan penyakit kaki gajah. Survei ini tidak boleh dilakukan oleh kota/kabupaten yang melakukan pemberian obat massal.

Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis adalah suatu cara pencegahan dimana obat-obatan yang bersifat anthelmintic (zat yang dapat membunuh cacing dalam tubuh manusia) diberikan kepada semua penduduk di suatu wilayah tertentu (seperti negara bagian, wilayah regional, provinsi, kabupaten, kecamatan, atau desa) pada interval waktu tertentu tanpa mempedulikan status infeksi perorangan dari populasi tersebut. Obat pencegahan yang diberikan pada POMP Filariasis adalah kombinasi Diethylcarbamazine (DEC) dengan Albendazole (ALB) dengan dosis tertentu

(20)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 berdasarkan umur individu yang mengkonsumsi. Dengan mengkonsumsi kombinasi DEC dan ALB seseorang akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus yaitu terlindungi dari kemungkinan terinfeksi LF dan juga kecacingan (soil-transmitted helminthes).

Jumlah pengamatan faktor risiko dan sumber penular leptospirosis di wilayah kerja adalah jumlah pengamatan faktor risiko dan sumber penular penyakit leptospirosis di wilayah layanan.

Leptospirosis merupakan penyakit infeksi pada manusia dan binatang yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang berbentuk spiral dan bergerak aktif. Leptospira biasanya terdapat pada binatang peliharaan seperti anjing, sapi, babi, kerbau, maupun binatang liar seperti tikus, musang, tupai dan sebagainya. Di dalam tubuh hewan hewan ini leptospira hidup di ginjal dan air kemih. Manusia terinfeksi bakteri leptospira karena kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi oleh urin atau cairan tubuh lainnya dari hewan yang terinfeksi bakteri leptospira. Leptospira masuk lewat kulit yang luka atau membran mukosa.

Jumlah survei schistosomiasis yang dilaksanakan adalah jumlah laporan kegiatan hasil survei schistosomiasis yang dilaksanakan. Pada tahun 2015 fokus pada kegiatan survei kecacingan pada anak sekolah dasar dan survei kecacingan F. buski melalui pemeriksaan feses serta pemeriksaan hospes perantara.

Fasciolopsiasis merupakan penyakit cacing daun terbesar (The Giant Intestinal Fluke) yang disebabkan karena manusia terinfeksi oleh metaserkaria dari Fasciolopsis buski yang tertelan masuk ke tubuh manusia melalui tumbuhan air (kangkung, umbi teratai, keladi air, dll) yang dimakan mentah atau dimasak dengan tidak baik. Pada infeksi awal, penderita menunjukkan gejala asimtomatis, sedangkan pada akhir masa inkubasi cacing dewasa yang melekatkan diri pada mukosa usus halus akan menyebabkan peradangan, ulserasi dan abes sehingga menimbulkan gejala nyeri epigatrum, mual dan diare (Soedarto, 2011). Penyakit ini di Indonesia pertama kali dilaporkan pada tahun 1982 di Desa Sungai Papuyu Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan ditemukannya cacing Fasciolopsis buski pada muntahan murid usia 11 tahun. Berturut-turut kemudian ditemukan telur dan cacing dewasanya pada muntahan dan tinja dari 25 penderita dari daerah yang sama.

c. Rumus/Cara Perhitungan

Cara perhitungan :

X

=

Jumlah kajian pengendalian penyakit bersumber binatang

(21)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

d. Capaian Indikator

Pencapaian indikator ini pada tahun 2015 sejumlah 29 dokumen dari target kinerja sebanyak 31 dokumen. Capaian ini terdiri dari : kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi DBD sebanyak 6, pelaksanaan kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi malaria sebanyak 10, survei cakupan POMP filariasis sebanyak 4 lokasi dan survei vektor filariasis sebanyak 4 lokasi, pengamatan faktor risiko dan sumber penular leptospirosis di wilayah kerja dilakukan di 1 lokasi dan survei schistosomiasis yang dilaksanakan sebanyak 4 lokasi.

Capaian kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi DBD sebanyak 6 kegiatan. Kegiatan Profil DBD dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.6.

Kegiatan Profil DBD Tahun 2015

No Kegiatan Jumlah

1. Profil DBD untuk kegiatan faktor risiko lingkungan Kota

Balikpapan 1 dokumen

2. Profil DBD untuk kegiatan faktor risiko perilaku Kota Balikpapan 1 dokumen 3. Profil DBD untuk kegiatan survei entomologi Kota Balikpapan 1 dokumen 4. Profil DBD untuk kegiatan faktor risiko lingkungan Kota

Banjarmasin 1 dokumen

5. Profil DBD untuk kegiatan faktor risiko perilaku Kota

Banjarmasin 1 dokumen

6. Profil DBD untuk kegiatan survei entomologi Kota Banjarmasin 1 dokumen

T o t a l 6 dokumen

Pelaksanaan kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi malaria sebanyak 10 kegiatan. Kegiatan berupa survei dinamika penularan malaria. Adapun lokasi kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.7.

Kegiatan Survei Dinamika Penularan Malaria Tahun 2015

No Kegiatan Jumlah

1. Kabupaten Banjar 1 dokumen

2. Kabupaten Kotabaru 1 dokumen

3. Kabupaten Kutai Kertanegara 1 dokumen

4. Kabupaten Gunung Mas 1 dokumen

5. Kabupaten Seruyan 1 dokumen

6. Kabupaten Berau 1 dokumen

7. Kabupaten Bulungan 1 dokumen

8. Provinsi Kalimantan Selatan 1 dokumen 9. Provinsi Kalimantan Tengah 1 dokumen 10. Provinsi Kalimantan Timur 1 dokumen T o t a l 10 dokumen

(22)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 Pelaksanaan pengamatan faktor risiko dan sumber penular leptospirosis di wilayah kerja dilakukan di 1 lokasi yaitu di kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan.

Pelaksanaan survei schistosomiasis yang dilaksanakan sebanyak 4 dengan kegiatan berupa survei kecacingan. Kegiatan survei kecacingan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.8.

Survei Kecacingan Tahun 2015

No Kegiatan Jumlah

1. Survei kecacingan pada anak sekolah dasar di Kabupaten

Banjar 1 dokumen

2. Survei kecacingan pada anak sekolah dasar di Kabupaten

Hulu Sungai Selatan 1 dokumen

3. Survei kecacingan F. Buski pada anak sekolah dasar melalui

pemeriksaan feses di kabupaten Hulu Sungai Utara 1 dokumen 4. Survei kecacingan F. Buski melalui pemeriksaan hospes

perantara di Kabupaten Hulu Sungai Utara. 1 dokumen

T o t a l 4 dokumen

Pelaksanaan survei penilaian mikrofilaria pada tahun 2015 fokus pada kegiatan survei cakupan POMP filariasis sebanyak 4 lokasi dan survei vektor filariasis sebanyak 4 lokasi. Kegiatan survei cakupan POMP filariasis dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.9.

Kegiatan Survei Cakupan POMP Filariasis Tahun 2015

No. Lokasi Provinsi

1 Kabupaten Hulu Sungai Utara

Kalimantan Selatan 2 Kabupaten Tapin

3 Kabupaten Tanah Bumbu 4 Kabupaten Tabalong

Pelaksanaan kegiatan survei vektor filariasis dilakukan pada 4 lokasi. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.10.

Kegiatan Survei Vektor Filariasis Tahun 2015

No. Lokasi Provinsi

1 Kabupaten Paser Kalimantan Timur

2 Kabupaten Seruyan

Kalimantan Tengah 3 Kabupaten Kotawaringin Timur

4 Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara

e. Perbandingan Target Dan Realisasi Indikator Jumlah Kajian Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang

Target jumlah kajian pengendalian penyakit bersumber binatang tahun 2015 sebanyak 31 dokumen. Realisasinya sebanyak 29 dokumen. Prosentase pencapaian target indikator ini sebesar 93,55%. Perbandingan antara target dan realisasi jumlah kajian pengendalian penyakit bersumber binatang tahun 2015 tersebut dapat dilihat pada grafik berikut:

(23)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 Grafik 3.3.

Target dan Realisasi Jumlah Kajian Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Tahun 2015

f. Perbandingan Realisasi Kinerja BBTKLPP Banjarbaru dengan Target Kinerja Ditjen P2P

Indikator satker jumlah kajian pengendalian penyakit bersumber binatang untuk mendukung indikator prosentase rekomendasi kajian pengendalian penyakit bersumber binatang sebesar 50 % dari rekomendasi tahun 2014 yang tertuang dalam Rencana Aksi Program (RAP) Ditjen P2P Kemenkes RI. Target nasional (RAP Ditjen P2P) untuk indikator tersebut pada tahun 2015 sebanyak 30%. Capaian dari BBTKLPP Banjarbaru sebanyak 29 dokumen.

g. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Meskipun jumlah sumber daya manusia yang melaksanakan kegiatan ini terbatas tetapi kegiatan ini tetap dilaksanakan dengan cara bekerjasama antar bidang.

h. Analisis Penyebab Kegagalan Pencapaian Kinerja

Target indikator ini sebanyak 31, pencapaian sebanyak 29 atau sebesar 96,67%. Penyebab 2 kegiatan tidak tercapai adalah adanya KLB kabut asap. Satu kegiatan survei dinamika penularan malaria lokasi Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur belum dapat terlaksana. Pada saat itu tim survei dari BBTKLPP Banjarbaru sudah berangkat dan berhasil mendarat di bandara Sepinggan, Kalimantan Timur. Untuk mencapai kabupaten Nunukan harus melanjutkan pesawat udara transit di Kota Tarakan. Bandara Kota Tarakan diselimuti asap tebal sehingga penerbangan ditiadakan sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan.

Penyebab lainnya adanya pengurangan anggaran perjalanan dinas (refocusing) sebesar Rp. 155.316.000,-. Dana ini berasal dari anggaran survei vektor filasiasis dan survei cakupan POPM filariasis sebelumnya 431.736.000,- menjadi Rp. 382.179.000,- dana kegiatan survei buski semula Rp. 124.745.000,- menjadi Rp. 117.625.000,-., dana survei kecacingan semula Rp. 61.850.000,- menjadi 40.450.000,-, dana kegiatan

25 30 35 Target Realisasi 31 29

(24)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 profil DBD semula Rp. 187.002.000,- menjadi Rp. 148.702.000,- dana survei faktor risiko penyakit malaria semula Rp. 246.344.000,- menjadi 213.312.000,-, dana survei faktor risiko penyakit leptospirosis semula Rp. 82.296.000,- menjadi Rp. 76.416.000,-

i. Analisis Program/Kegiatan Yang Menunjang Kegagalan/Keberhasilan

Program yang menunjang keberhasilan kegiatan ini diantaranya MDGs dengan target mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya kasus Malaria dan Penyakit lainnya tahun 2015.

j. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Target Indikator

1) Survei vektor filariasis

2) Jejaring kerja survei cakupan/ survei filariasis 3) Survei kecacingan pada anak sekolah

4) Surveilans epidemiologi dalam rangka pengendalian F. buski 5) Koordinasi kegiatan profil DBD

6) Survey dinamika penularan malaria

7) Uji sampel strain positif virus dengue dengan PCR 8) Kajian faktor risiko kejadian leptospirosis

Kajian faktor risiko didapatkan dari wawancara menggunakan kuesioner dan observasi lingkungan secara langsung disertai data-data surveilans yang mendukung kejadian tersebut.

k. Masalah Yang Dihadapi

1) Dalam survei vektor Filariasis lokasi yang ditetapkan cukup jauh sehingga perlu persiapan matang baik pendanaan, peralatan maupun transportasi.

2) Pada kegiatan survei cakupan POMP terdapat perbedaan hasil antara BBTKLPP Banjarbaru dg survei Dinkes Kab. Tabalong

3) Kurangnya personil pendukung kegiatan 4) Jejaring kerja dan koordinasi belum maksimal.

l. Pemecahan Masalah

1) Peningkatan jejaring kerja dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/Kota terutama untuk menindaklanjuti perbedaan hasil survei cakupan POMP.

(25)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

3. JUMLAH KAJIAN PENGENDALIAN

PENYAKIT MENULAR LANGSUNG

a. Pengertian

Jumlah kajian pengendalian penyakit menular langsung disini dihitung dari jumlah kajian pengendalian penyakit menular langsung yang dilaksanakan dalam 1 tahun. Output yang masuk ke dalam indikator ini yang dilaksanakan BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015 hanya 1 output yaitu: jumlah kab/kota yang melakukan sosialisasi dan atau advokasi tentang tifoid.

b. Definisi Operasional

Jumlah kab/kota yang melakukan sosialisasi dan atau advokasi tentang tifoid adalah jumlah kab/kota yang melakukan sosialisasi dan atau advokasi tentang tifoid kepada kelompok berisiko. Pada tahun 2015 BBTKLPP Banjarbaru melaksanakan pemantauan tipoid pada kelompok berisiko. Hasil kajian ini akan berguna sebagai bahan sosialisasi dan advokasi kepada kelompok berisiko oleh dinas terkait.

c. Rumus/cara perhitungan

Cara perhitungan :

d. Capaian Indikator

Pencapaian indikator ini sebanyak 3 dokumen dari target 4 dokumen. Prosentase capaian kinerja indikator kajian pengendalian penyakit menular langsung sebesar 75%. Kegiatan kajian berupa kajian kualitas air terhadap demam tipoid dilaksanakan di 3 lokasi. Lokasi kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.11.

Lokasi Kajian Berupa Kajian Kualitas Air Terhadap Demam Tipoid Tahun 2015

No. Lokasi Provinsi

1 Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan

2 Kabupaten Berau Kalimantan Timur

3 Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah

e. Perbandingan Target Dan Realisasi Indikator Jumlah Kajian Pengendalian Penyakit Menular Langsung

Target kajian pengendalian penyakit menular langsung tahun 2015 sebanyak 4 dokumen. Realisasinya sebanyak 3 dokumen. Prosentase pencapaian target

X

=

Jumlah

kajian pengendalian penyakit menular langsung

(26)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 indikator ini sebesar 75%. Perbandingan antara target dan realisasi jumlah kajian pengendalian penyakit menular langsung tahun 2015 tersebut dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 3.4.

Target dan Realisasi Jumlah Kajian Pengendalian Penyakit Menular Langsung Tahun 2015

f. Perbandingan Realisasi Kinerja BBTKLPP Banjarbaru dengan Target Kinerja Ditjen P2P

Indikator satker jumlah kajian pengendalian penyakit menular langsung untuk mendukung indikator prosentase rekomendasi kajian pengendalian penyakit menular langsung sebesar 50 % dari rekomendasi tahun 2014 yang tertuang dalam Rencana Aksi Program (RAP) Ditjen P2P Kemenkes RI. Target nasional (RAP Ditjen P2P) untuk indikator tersebut pada tahun 2015 sebanyak 30%.Capaian dari BBTKLPP Banjarbaru sebanyak 3.

g. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Meskipun jumlah sumber daya manusia yang melaksanakan kegiatan ini terbatas tetapi kegiatan ini tetap dilaksanakan dengan cara bekerjasama antar bidang.

h. Analisis Penyebab Kegagalan Pencapaian Kinerja

Target indikator jumlah kajian pengendalian penyakit menular langsung ini sebanyak 4, pencapaian sebanyak 3 atau sebesar 75%. Penyebab 1 kegiatan tidak tercapai adalah adanya KLB kabut asap. Sama dengan kegiatan survei dinamika penularan malaria lokasi Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur, satu kegiatan kajian kualitas air terhadap penyakit demam typoid juga diambil lokasi Kabupaten Nunukan belum dapat terlaksana. Pada saat itu tim survei dari BBTKLPP Banjarbaru sudah berangkat dan berhasil mendarat di bandara Sepinggan, Kalimantan Timur. Untuk mencapai kabupaten Nunukan harus melanjutkan pesawat udara transit di Kota Tarakan. Bandara Kota Tarakan diselimuti asap tebal sehingga penerbangan ditiadakan sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan.

0 1 2 3 4 Target Realisasi 4 3

(27)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

i. Analisis Program/Kegiatan Yang Menunjang Kegagalan/Keberhasilan

Program yang menunjang keberhasilan kegiatan ini diantaranya MDGs dengan target mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya kasus Malaria dan Penyakit lainnya tahun 2015.

j. Upaya yang dilakukan untuk mencapai target indikator: 1) Melakukan pengambilan sampel air

2) Melakukan pemeriksaan laboratorium pada sampel air

3) Melakukan kajian hubungan kualitas air terhadap kejadian penyakit demam Thypoid.

k. Masalah Yang Dihadapi

1) Sampel air bersih di sumur gali dalam kegiatan kajian hubungan kualitas air terhadap kejadian penyakit demam Thypoid sulit didapatkan karena selama dua bulan terakhir sumber air (sumur gali) mengalami kekeringan

2) Jejaring dan kemitraan dengan daerah belum maksimal 3) Kurangnya jumlah personil untuk mendukung kegiatan

l. Pemecahan Masalah

1) Meningkatkan jejaring Surveilans Epidemilogi baik dengan Dinas Kesehatan di wilayah layanan maupun instansi lintas sektor.

2) Penambahan personil melalui perekrutan CPNS dan menerima pegawai pindahan.

4. JUMLAH KAJIAN PENGENDALIAN

PENYAKIT TIDAK MENULAR

a. Pengertian

Jumlah kajian pengendalian penyakit tidak menular dihitung dari jumlah kajian pengendalian penyakit tidak menular yang dilaksanakan dalam 1 tahun. Output yang masuk ke dalam indikator ini yang dilaksanakan BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015 hanya 2 output yaitu: jumlah kab/kota yang melaksanakan monitoring faktor risiko PTM melalui kegiatan posbindu PTM pada kelompok masyarakat khusus dan jumlah penduduk usia > 15 tahun yang melakukan pemeriksaan gula darah.

(28)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

b. Definisi Operasional

Jumlah kab/kota yang melaksanakan monitoring faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) melalui kegiatan posbindu PTM pada kelompok masyarakat khusus adalah jumlah kab/kota yang melaksanakan monitoring faktor risiko PTM.

Untuk mencapai output ini tahun 2015 BBTKLPP Banjarbaru melaksanakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisa dan penyajian data PTM di 4 provinsi. Jumlah penduduk usia > 15 tahun yang melakukan pemeriksaan gula darah adalah jumlah penduduk usia > 15 tahun yang melakukan pemeriksaan gula darah di fasyankes primer. Untuk mencapai output ini tahun 2015 BBTKLPP Banjarbaru melaksanakan kegiatan deteksi dini kejadian diabetes militus di 5 kabupaten.

c. Rumus/cara perhitungan

Cara perhitungan :

d. Capaian Indikator

Pencapaian indikator ini sebanyak 9 dokumen dari target 9 dokumen. Prosentase capaian kinerja indikator kajian pengendalian penyakit menular langsung sebesar 100%.

Kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisa dan penyajian data PTM di 4 provinsi yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Utara. Kegiatan deteksi dini kejadian diabetes militus di 5 kabupaten yaitu:

Tabel 3.11.

Lokasi Kegiatan Deteksi Dini Kejadian Diabetes Militus

No. Lokasi Provinsi

1 Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan

2 Kabupaten Palangka Raya

Kalimantan Tengah 3 Kabupaten Kotawaringin Timur

4 Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara

5 Kabupaten Balikpapan Kalimantan Timur

e. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Kajian Pengendalian Penyakit Tidak Menular

Target kajian pengendalian penyakit tidak menular tahun 2015 sebanyak 9 dokumen. Realisasinya sebanyak 9 dokumen. Prosentase pencapaian target indikator ini sebesar 100%. Perbandingan antara target dan realisasi jumlah kajian

X

=

Jumlah

kajian pengendalian penyakit tidak menular yang

(29)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 pengendalian penyakit menular langsung tahun 2015 tersebut dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 3.5.

Target Dan Realisasi Jumlah Kajian Pengendalian Penyakit Tidak Menular Tahun 2015

f. Perbandingan Realisasi Kinerja BBTKLPP Banjarbaru dengan Target Kinerja Ditjen P2P

Indikator satker jumlah kajian pengendalian penyakit tidak menular untuk mendukung indikator prosentase rekomendasi kajian pengendalian penyakit tidak menular sebesar 50 % dari rekomendasi tahun 2014 yang tertuang dalam Rencana Aksi Program (RAP) Ditjen P2P Kemenkes RI. Target nasional (RAP Ditjen P2P) untuk indikator tersebut pada tahun 2015 sebanyak 30%. Capaian dari BBTKLPP Banjarbaru sebanyak 9 dokumen.

g. Analisis Penyebab Keberhasilan Pencapaian Kinerja

Target indikator jumlah kajian pengendalian penyakit tidak menular ini sebanyak 9 dokumen, pencapaian sebanyak 9 dokumen atau sebesar 100%. Keberhasilan capaian indikator ini karena tersedianya dana yang cukup, komitmen yang kuat untuk mencapai kinerja, kerjasama yang baik antar bidang dan bagian serta arahan dan bimbingan dari kepala maupun dari Dirjen P2P.

h. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Meskipun jumlah sumber daya manusia yang melaksanakan kegiatan ini terbatas tetapi kegiatan ini tetap dilaksanakan dengan cara bekerjasama antar bidang.

i. Analisis Program/Kegiatan Yang Menunjang Keberhasilan

Program yang menunjang keberhasilan kegiatan ini diantaranya MDGs dengan target mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya kasus malaria dan penyakit lainnya tahun 2015.

Target Realisasi

(30)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

j. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Target Indikator

1) Deteksi dini kejadian Diabetes Mellitus

2) Pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data serta jejaring Penyakit Tidak Menular (PTM)

3) Peningkatan Kerjasama Lintas Sektor

k. Masalah Yang Dihadapi

1) Pemeriksaan yang dilakukan dalam Diabetes Mellitus cukup beragam sehingga diperlukan petugas yang lebih banyak lagi agar kegiatan berjalan lancar

2) Jejaring dan kemitraan dengan daerah belum maksimal.

l. Pemecahan Masalah

1) Meningkatkan jejaring surveilans epidemilogi baik dengan dinas kesehatan di wilayah layanan maupun instansi lintas sektor.

2) Penambahan personil melalui perekrutan CPNS dan menerima pegawai pindahan.

5. JUMLAH KAJIAN KUALITAS AIR MINUM

a. Pengertian

Jumlah kajian kualitas air minum dihitung dari jumlah kajian kualitas air minum yang dilaksanakan dalam 1 tahun. Output yang masuk ke dalam indikator ini yang dilaksanakan BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015 hanya 1 output yaitu: jumlah peta kualitas air minum. Untuk mencapai output ini dilakukan kegiatan kajian tingkat risiko paparan Fe, Mn, Nitrat, Nitrit pada pengguna air PDAM, pemetaan uji petik kualitas air, pemantapan akreditasi, jejaring kerja dan kemitraan laboratorium, bahan-bahan laboratorium, alat laboratorium, penyelenggaraan kalibrasi, pemeliharaan peralatan laboratorium, operasional dan pengelolaan limbah, operasional pemusnahan limbah B3.

b. Definisi Operasional

Pemetaan uji petik kualitas air adalah kegiatan pengambilan sampel secara acak pada sambungan rumah pengguna PDAM untuk dilakukan pengujian di laboratorium.

Kajian tingkat risiko paparan Fe, Mn, Nitrat, Nitrit pada pengguna air PDAM adalah serangkaian kegiatan mulai dari pengambilan sampel air PDAM pada rumah-rumah

(31)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 pelanggan PDAM kemudian diuji di laboratorium dan hasilnya dianalisis risiko kesehatan lingkungan.

Pemantapan akreditasi adalah serangkaian kegiatan mulai dari penyediaan alat laboratorium, bahan laboratorium, penyelenggaraan kalibrasi, pemeliharaan alat laboratorium, pengelolaan limbah serta pemusnahan limbah B3 untuk memantapkan akreditasi.

Jejaring kerja dan Kemitraan Laboratorium adalah kegiatan dalam rangka sosialisasi serta menjalin kerjasama dengan laboratorium daerah di wilayah layanan.

Penyelenggaraan Kalibrasi adalah kegiatan pengkalibrasian alat laboratorium agar alat tersebut berfungsi dan menunjukkan validitas yang sebenarnya.

Operasional dan pengelolaan limbah adalah serangkaian kegiatan untuk mengolah limbah yang dihasilkan oleh laboratorium agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Operasional Pemusnahan limbah B3 adalah kegiatan untuk memusnahkan limbah B3 yang berasal dari laboratorium dengan penanganan yang aman sesuai ketentuan yang berlaku.

c. Rumus/cara perhitungan

Cara perhitungan :

d. Capaian Indikator

Pencapaian indikator kualitas air minum sebanyak 39 dokumen dari target 38 dokumen. Prosentase capaian kinerja indikator kajian pengendalian penyakit menular langsung sebesar 102,63%. Untuk mencapai output ini kegiatan yang dilakukan berupa kajian tingkat risiko paparan Fe, Mn, Nitrat, Nitrit pada pengguna air PDAM dilakukan di 12 kabupaten, pemetaan uji petik kualitas air dilaksanakan di 11 kabupaten, jejaring kerja dan kemitraan laboratorium di 4 kabupaten, pemantapan akreditasi terlaksana 6 dokumen, pengadaan bahan-bahan laboratorium, pengadaan alat laboratorium, penyelenggaraan kalibrasi, pemeliharaan peralatan laboratorium, operasional dan pengelolaan limbah, operasional pemusnahan limbah B3 masing-masing menghasilkan 1 dokumen, totalnya 6 dokumen.

Kegiatan kajian tingkat risiko paparan Fe, Mn, Nitrat, Nitrit pada pengguna air PDAM dilakukan di 12 kabupaten. Lokasi kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut :

X

=

Jumlah

kajian kualitas air minum

yang dilaksanakan

(32)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 Tabel 3.12.

Lokasi Kajian Tingkat Risiko Paparan Fe, Mn, Nitrat, Nitrit pada Pengguna Air PDAM Tahun 2015

No. Lokasi Provinsi

1 Kabupaten Tabalong

Kalimantan Selatan 2 Kabupaten Balangan

3 Kota Banjarbaru 4 Kabupaten Banjar 5 Kabupaten Barito Kuala 6 Kabupaten Hulu Sungai Selatan 7 Kabupaten Tanah Laut

8 Kabupaten Kotawaringin Timur

Kalimantan Tengah 9 Kabupaten Barito Timur

10 Kabupaten Barito Selatan 11 Kabupaten Lamandau 12 Kabupaten Seruyan

Kegiatan pemetaan uji petik kualitas air minum dilaksanakan di 11 kabupaten. Lokasi kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.13.

Lokasi Kegiatan Pemetaan Uji Petik Kualitas Air Minum Tahun 2015

No. Lokasi Provinsi

1 Kabupaten Tabalong

Kalimantan Selatan 2 Kabupaten Balangan

3 Kabupaten Banjar 4 Kabupaten Barito Kuala 5 Kabupaten Hulu Sungai Selatan 6 Kabupaten Tanah Laut

7 Kabupaten Kotawaringin Timur

Kalimantan Tengah 8 Kabupaten Barito Timur

9 Kabupaten Barito Selatan 10 Kabupaten Lamandau 11 Kabupaten Seruyan

Untuk mensosialisasikan keberadaan serta kemampuan pengujian laboratorium BBTKLPP Banjarbaru dan sekaligus menjalin kerjasama dengan laboratorium daerah perlu dilakukan kegiatan jejaring dan kemitraan laboratorium. Kegiatan jejaring kerja dan kemitraan laboratorium pada tahun 2015 dilaksanakan di 3 laboratorium. Lokasi kegiatan ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.14.

Lokasi Jejaring Kerja dan Kemitraan Laboratorium Tahun 2015

No. Lokasi Provinsi

1. Lab. BLHD provinsi Kalteng Kalimantan Tengah 2. Lab. Lingkungan BLH Kab. Tanah Laut

Kalimantan Selatan 3. Lab. Kantor Pengelolaan Lingkungan

Hidup Kab. Hulu Sungai Utara 4. Lab. BLH Kabupaten Tapin

Kegiatan pemantapan akreditasi terlaksana 6 dokumen berupa kegiatan pengadaan bahan-bahan laboratorium, pengadaan alat laboratorium, penyelenggaraan kalibrasi, pemeliharaan peralatan laboratorium, operasional dan

(33)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 pengelolaan limbah, operasional pemusnahan limbah B3 masing-masing menghasilkan 1 dokumen. Total dari kegiatan ini menghasilkan 6 dokumen. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.15.

Jumlah Dokumen Pemantapan Akreditasi Tahun 2015

No Nama Dokumen Jumlah

1. Pengadaan bahan-bahan laboratorium 1 dokumen 2. Pengadaan alat laboratorium 1 dokumen 3. Penyelenggaraan kalibrasi 1 dokumen 4. Pemeliharaan peralatan laboratorium 1 dokumen 5. Operasional dan pengelolaan limbah 1 dokumen 6. Operasional pemusnahan limbah B3 1 dokumen

T o t a l 6 dokumen

e. Perbandingan Target Dan Realisasi Indikator Jumlah Kajian Kualitas Air Minum

Target jumlah kajian kualitas air minum tahun 2015 sebanyak 38 dokumen. terealisasi sebanyak 39 dokumen. Prosentase pencapaian target indikator ini sebesar 102,63 %. Perbandingan antara target dan realisasi jumlah kajian kualitas air minum tahun 2015 tersebut dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 3.6.

Target dan Realisasi Jumlah Kajian Kualitas Air Minum Tahun 2015

f. Perbandingan Realisasi Kinerja BBTKLPP Banjarbaru dengan Target Kinerja Ditjen P2P

Indikator satker jumlah kajian kualitas air minum untuk mendukung indikator Ditjen P2P Kemenkes RI yaitu prosentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan. Target nasional (RAP Ditjen P2P) untuk indikator tersebut pada tahun 2015 sebanyak 30%. Capaian dari Banjarbaru untuk kegiatan yang mendukung indikator tersebut adalah pemetaan uji petik kualitas air minum sebanyak 12 dokumen.

37 38 39

Target Realisasi

(34)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015

g. Perbandingan Realisasi Kinerja BBTKLPP Banjarbaru dengan Target Kinerja dalam RENSTRA Kementerian Kesehatan

Indikator satker jumlah kajian kualitas air minum untuk mendukung indikator dalam RENSTRA Kementerian Kesehatan RI yaitu prosentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan. Target dalam RENSTRA untuk indikator tersebut pada tahun 2015 sebanyak 30%. Capaian dari BBTKLPP Banjarbaru untuk kegiatan yang mendukung indikator tersebut adalah pemetaan uji petik kualitas air minum sebanyak 12 dokumen.

h. Analisis Penyebab Keberhasilan Pencapaian Kinerja

Target indikator jumlah kajian pengendalian penyakit menular langsung ini sebanyak 38 dokumen, pencapaian sebanyak 39 dokumen atau sebesar 102,63 %. Keberhasilan pencapaian kinerja karena ada kelebihan dana setelah digunakan untuk mencapai kinerja sehingga digunakan untuk menambah output 1 lokasi kajian tingkat risiko paparan Fe, Mn, Nitrat, Nitrit pada pengguna air PDAM di Kota Banjarbaru. Selain tersedianya dana, faktor pendukung lain adalah kesiapan SDM dalam melaksanakan kajian tambahan, koordinasi yang baik dengan instansi daerah terutama PDAM, sarana-prasarana yang memadai serta pembinaan dari Ditjen P2P.

i. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Meskipun jumlah sumber daya manusia yang melaksanakan kegiatan ini terbatas tetapi kegiatan ini tetap dilaksanakan dengan cara bekerjasama antar bidang. Selain itu dengan dana yang tersedia mampu menambah output 1 lokasi kajian tingkat risiko paparan Fe, Mn, Nitrat, Nitrit pada pengguna air PDAM di Kota Banjarbaru.

j. Analisis Program/Kegiatan Yang Menunjang Keberhasilan

Program yang menunjang keberhasilan kegiatan ini diantaranya MDGs dengan target menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015.

k. Upaya yang dilakukan untuk mencapai target indikator

1) Uji petik kualitas air PDAM

(35)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 3) Pemeriksaan sampel kualitas air

Pemeriksaan air dilakukan sesuai dengan parameter yang diperlukan untuk mendukung kegiatan.

4) Pelatihan sampling internal untuk Petugas Pengambil Sampel (PPS) BBTKLPP Banjarbaru

5) Pengambilan sampel IPAL untuk UKL UPL BBTKLPP Banjarbaru serta pengurasan dan pembuangan lumpur IPAL

6) Proses kalibrasi eksternal alat laboratorium 7) Uji banding laboratorium

8) Jejaring kerja dan kemitraan laboratorium 9) Kaji ulang manajemen sistem mutu

10) Peningkatan kerjasama lintas sektor

l. Masalah yang dihadapi

1) Jejaring dan kemitraan dengan daerah belum maksimal 2) Kurangnya jumlah personil untuk mendukung kegiatan

m. Pemecahan Masalah

1) Penambahan personil melalui perekrutan CPNS dan menerima pegawai pindahan

2) Memaksimalkan Jejaring dan kemitraan dengan lintas program dan lintas sektor.

6. JUMLAH KAJIAN SANITASI

TEMPAT-TEMPAT UMUM (TTU)

a. Pengertian

Jumlah kajian sanitasi TTU dihitung dari jumlah kajian sanitasi TTU yang dilaksanakan dalam 1 tahun. Output yang masuk ke dalam indikator ini yang dilaksanakan BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015 hanya 1 output yaitu: jumlah peta kualitas TTU. Untuk mencapai output ini dilakukan kegiatan pemantauan faktor risiko kesehatan lingkungan di asrama haji, kajian kesehatan lingkungan pada TTU dan kajian kesehatan lingkungan rumah sakit.

b. Definisi Operasional

Pemantauan faktor risiko kesehatan lingkungan di asrama haji merupakan kegiatan pemeriksaan, pemantauan, kajian, rekomendasi antisipasi, kewaspadaan dan tindakan penanggulangan serta kerjasama berbagai pihak dalam sanitasi makanan, penyehatan lingkungan asrama/pondokan, transportasi, restoran, dan

(36)

Laporan Kinerja BBTKLPP Banjarbaru 2015 tempat-tempat pelayanan agar jemaah haji dan petugas bebas dari ancaman terjadinya KLB keracunan dan penyakit menular, atau timbulnya gangguan kesehatan lainnya. Prioritas sanitasi makanan adalah penyediaan makanan yang bersifat massal di asrama embarkasi/debarkasi, pondokan di Arab Saudi, perawatan sakit dan dalam perjalanan.

Prioritas penyehatan lingkungan adalah pengendalian vektor penular penyakit, penyediaan kamar tidur, air mandi dan air minum di asrama embarkasi/debarkasi, pondokan di Arab Saudi, dan di tempat-tempat pelayanan jemaah haji. Penyehatan lingkungan dan sanitasi makanan yang dilaksanakan oleh BBTKLPP Banjarbaru terbatas pada saat keberangkatan jamaah calon haji pada embarkasi.

Sanitasi diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih dan terbebas dari ancaman penyakit. Sedangkan TTU diartikan sebagai suatu tempat dimana banyak orang berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara insidentil maupun terus-menerus, baik secara membayar, maupun tidak.

Sanitasi TTU merupakan suatu usaha atau upaya yang dilakukan untuk menjaga kebersihan tempat-tempat yang sering digunakan untuk menjalankan aktivitas hidup sehari-hari agar terhindar dari ancaman penyakit yang merugikan kesehatan.

c. Rumus/Cara Perhitungan

Cara perhitungan :

d. Capaian Indikator

Pencapaian indikator sanitasi TTU sebanyak 18 dokumen dari target 18 dokumen. Prosentase capaian kinerja indikator kajian pengendalian penyakit menular langsung sebesar 100%. Untuk mencapai output ini kegiatan yang dilakukan pemantauan faktor risiko kesehatan lingkungan di asrama haji sebanyak 3 dokumen, kajian kesehatan lingkungan pada TTU sebanyak 5 dokumen dan kajian kesehatan lingkungan rumah sakit sebanyak 10 dokumen.

Kegiatan pemantauan faktor risiko kesehatan lingkungan di asrama haji sebanyak 3 lokasi. Lokasi kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut :

X

=

Jumlah

kajian sanitasi tempat-tempat umum

yang dilaksanakan

Gambar

Tabel 2.1. Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru 2015-2019
Tabel 2.2. Rencana  Kinerja Tahunan BBTKLPP Banjarbaru Tahun 2015
Tabel 2.3. Perjanjian Kinerja BBTKLPP Banjarbaru tahun 2015

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pada bab kedua, kajian teori, penulis akan menyajikan berbagai teori menyangkut penelitian ini, yakni sebagai berikut teori kajian sintaksis, klausa, klausa sematan ( embedded

pikir kritis dan membantu anak menyaring hal-hal baru dengan lebih kritis; (4) pembiasaan kegiatan literasi membaca perlu dilakukan sejak dini; (5)

Leptospirosis Kab. PE KLB Difteri Kota Bogor 2). Jumlah rekomendasi surveilans atau kajian faktor risiko penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium

Variabel independen, variabel dependen, dan tahun yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih, Rasmini, dan

Beban gaji sebesar Rp. 16.760.000.000,- tidak dikapitalisasi sebagai aktiva sumber daya manusia karena beban gaji tidak memiliki manfaat dimasa yang akan datang. Untuk itu gaji

Berdasarkan hasil statistik T 2- Hotelling perbedaan nyata (P&lt;0,05), maka analisis data dilanjutkan ke analisis diskriminan Fisher, penggolongan Wald- Anderson dan

Dokumen Renop ini memuat rumusan rencana dan target pencapaian yang bersifat kuantitatif dan kualitatif dari masing- masing indikator kinerja pencapaian tujuan dan

Jumlah database pelaksanaan kegiatan bidang pariwisata, pemuda dan olahraga, jumlah petugas entry database Penyusunan database. perencanaan