• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran terkait keseluruhan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap.

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

2014 6

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah PT Pertamina (Persero)

Berdasarkan UU No. 19 Tahun 1960 Tentang Pendirian Perusahaan Negara dan UU No. 44 Tahun 1960 Tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, maka pada tahun 1961 dibentuk perusahaan negara sektor minyak dan gas bumi, PN Pertamina dan PN Permina, yang bergerak dalam usaha eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, serta pemasaran. Pada tahun 1971 kemunculan UU No. 8 Tahun 1971 menetapkan penggabungan kedua perusahaan tersebut menjadi PN Pertamina, sebagai pengelola tunggal dalam pemenuhan kebutuhan minyak dan gas bumi negara.

Sebagai upaya Pertamina dalam memenuhi kebutuhan minyak bumi, yang semakin meningkat tiap tahunnya, maka pada tahun 1974 dibangunlah kilang minyak yang dirancang untuk mengolah bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan tujuan selain untuk mendapatkan produk BBM juga untuk mendapatkan bahan dasar minyak pelumas dan aspal. Kemudian mengikuti UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, maka status PN Pertamina diubah menjadi Perusahaan Perseroan, yang sesuai dengan PP No. 31 Tahun 2003.

PT Pertamina (Persero) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Pendirian perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 "Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Negara (Pertamina) Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)".

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

2014 7

Sesuai akta pendiriannya, maksud dari perusahaan perseroan adalah untuk menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut.

Adapun tujuan dari perusahaan perseroan adalah untuk:

1. Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perseroan secara efektif dan efisien.

2. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, perseroan melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta hasil olahan dan turunannya.

2. Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang ada pada saat pendiriannya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang telah mencapai tahap akhir negosiasi dan berhasil menjadi milik perseroan. 3. Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquified Natural Gas (LNG) dan

produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG

4. Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam nomor 1, 2, dan 3.

Unit-unit pengolahan minyak dan gas bumi yang dikelola oleh PT Pertamina (Persero) terbagi atas tujuh lokasi, seperti yang ditunjukkan pada peta di Gambar 2.1. yaitu:

1. Refinery Unit I Pangkalan Brandan (Sumatra Utara), kapasitas 5.000 BPSD*.

2. Refinery Unit II Dumai dan Sungai Pakning (Riau), kapasitas 170.000 BPSD*.

3. Refinery Unit III Plaju dan Sungai Gerong (Sumatra Selatan), kapasitas 132.500 BPSD*.

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

2014 8

5. Refinery Unit V Balikpapan (Kalimantan Timur), kapasitas 253.500 BPSD*.

6. Refinery Unit VI Balongan (Jawa Barat), kapasitas 125.000 BPSD*. 7. Refinery Unit VII Kasim (Papua Barat), kapasitas 10.000 BPSD*.

*dengan BPSD adalah barrel per stream day.

Gambar 2.1. Peta Lokasi PT Pertamina (Persero)

(Sumber: PT Pertamina (Persero))

2.2. Visi dan Misi PT Pertamina (Persero) 2.2.1. Visi PT Pertamina (Persero)

Visi dari PT Pertamina (Persero) adalah: “Menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia.”

2.2.2. Misi PT Pertamina (Persero)

Misi dari PT Pertamina (Persero) adalah:

“Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru yang terbarukan secara

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

2014 9

2.3. Logo PT Pertamina (Persero)

Setelah 35 tahun menggunakan logo seperti Gambar 2.2., PT Pertamina (Persero) mengganti logo menjadi seperti pada Gambar 2.3. pada akhir tahun 2005 ketika dipimpin Direktur Utama Widya Purnama.

Gambar 2.2. Logo Lama PT Pertamina (Persero)

(Sumber: PT Pertamina (Persero))

Gambar 2.3. Logo Baru PT Pertamina (Persero)

(Sumber: PT Pertamina (Persero))

Keterangan Gambar 2.3. :

1. Biru : Melambangkan kehandalan, dapat dipercaya dan bertanggungjawab.

Sumber daya manusia sebagai mitra kerja yang loyal serta memiliki komitmen untuk berdedikasi.

2. Hijau : Melambangkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan. Sumber daya lingkungan sebagai mitra kerja yang berorientasi pada pelayanan masyarakat.

3. Merah : Melambangkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam

menghadapi berbagai macam keadaan.

Sumber daya manusia sebagai sebagai mitra kerja yang tangguh dan pantang menyerah.

Pemikiran perubahan Logo sudah dimulai sejak 1976 setelah terjadi krisis Pertamina pada saat itu. Pemikiran tersebut dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya dan diperkuat melalui Tim Restrukturisasi Pertamina tahun 2000 (Tim Citra) termasuk kajian yang mendalam dan komprehensif sampai pada pembuatan

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

2014 10

TOR dan perhitungan biaya. Akan tetapi, program tersebut tidak sempat terlaksana karena adanya perubahan kebijakan/pergantian Direksi. Wacana perubahan logo tetap berlangsung sampai dengan terbentuknya PT Pertamina (Persero) pada tahun 2003. Pertimbangan yang mendorong adanya pergantian logo adalah untuk dapat membangun semangat/spirit baru, mendorong perubahan

Corporate Culture bagi seluruh pekerja, mendapatkan image yang lebih baik

diantara global oil & gas companies serta mendorong daya saing perusahaan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi, antara lain :

 Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi Perseroan.  Perubahan strategi perusahaan untuk menghadapi persaingan paska

PSO serta semakin banyak terbentuknya entitas bisnis baru dibidang Hulu dan Hilir.

Dengan adanya perubahan logo PT Pertamina (Persero) sekaligus meluncurkan slogan (band driver) SEMANGAT TERBARUKAN. Dengan slogan tersebut cita-cita untuk menjadi penyedia energi global dapat diwujudkan melalui percepatan perubahan dan langkah nyata transformasi, guna menggapai visi menjadi perusahaan nasional kelas dunia.

2.4. PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap (Gambar 2.5.) merupakan Unit Operasi Direktorat Pengolahan tebesar dan terlengkap, dilihat dari hasil produksinya, di Indonesia. Kilang ini bernilai strategis karena memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau 60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa. Selain itu kilang ini menjadi satu-satunya kilang di Indonesia yang memproduksi aspal dan

base oil untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur Indonesia.

Tujuan pembangunan kilang minyak di Cilacap adalah untuk memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi masyarakat Pulau Jawa, mengingat secara geografis posisi kilang Cilacap di sentra Pulau Jawa atau dekat dengan konsumen terpadat penduduknya di Indonesia. Di samping itu juga untuk mengurangi ketergantungan impor BBM dari luar negeri dan sebagai langkah efisiensi karena memudahkan suplai dan distribusi.

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

2014 11

PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap mempunyai suatu landasan yang disebut dengan “Tata Nilai Budaya”. Nilai dan budaya tersebut dikenal dengan 6C, yaitu:

1. Clean (Bersih)

2. Competitive (Kompetitif) 3. Confident (Percaya Diri)

4. Customer Focused (Fokus pada Pelanggan) 5. Commercial (Komersial)

6. Capable (Berkemampuan)

PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap berlokasi di Jalan. MT.Haryono Nomor 77, Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah – Indonesia 53221 (Gambar 2.4. dan Gambar 2.6.). Kilang RU-IV dibangun di Cilacap dengan luas area total 526,71 Ha. Tata letak kilang minyak Cilacap (Gambar 2.7.) beserta sarana pendukung yang ada adalah sebagai berikut :

1.Area Kilang Minyak dan Kantor : 203,19 ha

2.Area Terminal dan Pelabuhan : 50,97 ha 3.Area Pipa Track dan Jalur Jalan : 12,77 ha

4.Area Perumahan dan Sarananya : 100,80 ha

5.Area Rumah sakit dan Lingkungannya : 10,27 ha

6.Area Lapangan Terbang : 70 ha

7.Area Paraxylene : 9 ha

8.Sarana Olah Raga / Rekreasi : 69,71 ha +

Total 526,71 ha

Beberapa pertimbangan dipilihnya Cilacap sebagai lokasi kilang adalah : 1. Studi kebutuhan BBM menunjukkan bahwa konsumen terbesar adalah

penduduk pulau Jawa.

2. Daerah Cilacap dan sekitarnya telah direncanakan oleh pemerintah sebagai pusat pengembangan produksi untuk wilayah Jawa bagian selatan. 3. Terdapat jaringan pipa Maos - Jogjakarta dan Cilacap - Padalarang

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

2014 12

sehingga penyaluran produksi bahan bakar minyak menjadi lebih mudah. 4. Tersedianya sarana pelabuhan alami yang sangat ideal karena lautnya cukup

dalam dan tenang karena terlindung Pulau Nusakambangan.

Gambar 2.4. Peta Lokasi Pabrik PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Gambar 2.5. Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Gambar 2.6. Lokasi PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

2014 13

Gambar 2.7. Tata Letak Kilang PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

2.5. Visi dan Misi PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap 2.5.1. Visi PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

Visi dari PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap adalah:

“Menjadi kilang minyak yang unggul di Asia Tenggara dan kompetitif pada tahun

2015.”

2.5.2. Misi PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

Misi dari PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap adalah:

“Mengolah minyak bumi menjadi produk BBM dan NBM, dan petrokimia untuk

memberikan nilai tambah bagi perusahaan dengan tujuan memuaskan stakeholder melalui peningkatan kinerja perusahaan secara profesional, berstandar internasional, dan berwawasan lingkungan.”

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

2014 14

2.6. Deskripsi Kegiatan PT Pertamina (Persero) RU- IV Cilacap

PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap merupakan salah satu unit operasi dari Direktorat Hilir Pertamina dengan proses-proses utama kilang seperti pada

Tabel 2.1.. Kegiatannya membawahi kilang minyak dan kilang Paraxylene.

Kilang minyak Cilacap yang saat ini memiliki kapasitas 348.000 barrel/hari dibangun dalam 2 tahap, yaitu pada tahun 1974 dan 1981, sedangkan kilang

Paraxylene dibangun pada tahun 1990. Saat ini tengah dibangun kilang RFCC

(Residual Fluid Catalytic Cracking) untuk meningkatkan produksi gasoline, LPG dan propylene. Pertamax yang saat ini telah diproduksi PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap, produksinya akan lebih efisien.

Kilang utama disebut dengan Fuel Oil Complex (FOC) dan kilang pelumas disebut dengan Lube Oil Complex (LOC). Bahan baku (minyak mentah) diolah di

FOC untuk menghasilkan bahan bakar minyak (BBM) sebagai produk utama dan long residue sebagai bahan baku untuk LOC untuk diolah dan menghasilkan

bahan dasar minyak pelumas (Lube Oil Base Stock [LOBS]) dan asphalt

component.

Tabel 2.1. Proses-Proses Utama Kilang PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

No. Jenis Proses Unit Proses Tujuan Proses

1. Persiapan Desalter Menurunkan air,

menurunkan garam

2. Pemisahan Crude Distilling Unit (CDU)

High Vacuum Unit (HVU)

Pemisahan primer berdasar titik didih

3. Treating

Hydrotreating dan demetalisasi

(HDS, ARHDM, DHDT),

Amine Absorber

Pemurnian

4. Konversi

Hydrocracker, Fluid Catalytic Cracking (FCC), RFCC, Delayed Coker, Visbreaker,

Platforming, H2 plant

Perengkahan, pembentukan (reforming)

5. Perbaikan kualitas Hydotreater (HDS) Perbaikan kualitas

6. Proses lain Polimerisasi, Isomerisasi

(Penex, Totaray), Wax

Polimerisasi, aromatisasi, filtrasi (Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

2014 15

2.6.1. Kilang Minyak I (FOC I dan LOC I)

Kilang yang beroperasi sejak 24 April 1974 ini awalnya berkapasitas 100.000 BPSD. Kemudian karena adanya peningkatan kebutuhan konsumen maka pada tahun 1996 melalui Debottlenecking Project Cilacap kapasitasnya ditingkatkan menjadi 118.000 BPSD. Kilang ini dirancang untuk mengolah bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah dengan maksud selain mendapatkan produk BBM sekaligus untuk mendapatkan produk NBM yaitu bahan dasar minyak pelumas (lube oil base) dan aspal yang sangat dibutuhkan di dalam negeri. Minyak dari Timur Tengah dipilih karena karakter minyak dalam negeri yang tidak bisa menghasilkan bahan dasar pelumas dan aspal.

Dalam perkembangan selanjutnya, kilang ini tidak hanya mengolah Arabian

Light Crude (ALC) tetapi juga Iranian Light Crude (ILC) dan Basrah Light Crude

(BLC). Kilang Minyak I PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap meliputi:

1. Fuel Oil Complex (FOC I), untuk memproduksi BBM (Premium,

Kerosene, ADI/IDO, dan IFO).

2. Lube Oil Complex (LOC I), menghasilkan produk non BBM (LPG, base

oil, Minarex, Slack Wax, Parafinic, dan aspal).

3. Utilities Complex (UTL), menyediakan semua kebutuhan dari unit-unit proses seperti steam, listrik, angin instrumen, air pendingin serta fuel

system.

4. Offsite Facilities

Kapasitas pada FOC I (Area 10) dapat dilihat di Tabel 2.2. sedangkan unit-unit prosesnya meliputi:

1. Unit 11: Crude Distilling Unit (CDU) I 2. Unit 12: Naphta Hydrotreater I

3. Unit 13: Hydro Desulphurizer Unit (HDS) 4. Unit 14: Platformer Unit

5. Unit 15: Propane Manufacturer Unit (PMF) 6. Unit 16: Meroxtreater Unit

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

2014 16

8. Unit 18: Nitrogen Plant

9. Unit 19: CRP Unit (Hg Removal)

Kapasitas pada LOC I (Area 20) dapat dilihat pada Tabel 2.3. sedangkan unit-unit prosesnya meliputi:

1. Unit 21: High Vacuum Unit (HVU) I

2. Unit 22: Prophane Deasphalting Unit (PDU) I 3. Unit 23: Fulfural Extraction Unit (FEU) I

4. Unit 24: Methyl Ethyl Keton (MEK) Dewaxing Unit (MDU) I 5. Unit 25: Hot Oil System I

Tabel 2.2. Kapasitas FOC I

Unit Kapasitas Desain

TPSD BPSD CDU I 16.126 118.000 NHT I 2.805 25.600 Hydrodesulfurizer 2.300 17.000 Platformer I 1.650 14.900 Propane Manufacturing 43,5 - Merox Treater 2.116 15.700

Sour Water Stripper 780 -

(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Tabel 2.3. Kapasitas LOC I

Unit Kapasitas Desain

(TPSD) HVU 2.574 PDU 538 FEU 478-573 MDU 226-337 Hydrotreating Unit -

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

2014 17

Pada Tabel 2.4. dapat dilihat produksi yang dilakukan di Kilang I (FOC I dan LOC I).

Tabel 2.4. Produksi Kilang I (FOC I dan LOC I)

Unit Feed Produk

FOC I

 Arabian Light Crude  Iranian Light Crude  Basrah Light Crude

 Refinery Fuel Gas  Kerosene/Avtur  Industrial Diesel Oil  Gasoline/Premium  Automotif Diesel Oil  Industrial Fuel Oil

LOC I  Long Residu FOC I

 HVI 60  HVI 95  Slack Wax  Asphalt  Minarex A  Minarex B (Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

2.6.2. Kilang Minyak II (FOC II dan LOC II)

Kilang ini dibangun pada tahun 1981 dengan pertimbangan untuk dapat memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri yang terus meningkat. Kilang yang mulai beroperasi 4 Agustus 1983 ini berkapasitas awal 200.000 BPSD, yang kemudian ditingkatkan menjadi 238.000 BPSD setelah Debottlenecking Project Cilacap. Kilang ini mengolah minyak “cocktail” yaitu minyak campuran dari dalam maupun luar negeri.

Minyak mentah dalam negeri, yang memiliki kadar sulfur lebih rendah dari

Arabian Light Crude (ALC), merupakan campuran dengan komposisi 80% Arjuna Crude dan 20% Attaka Crude yang pada perkembangan selanjutnya

menggunakan crude oil lain dengan komposisi yang menyerupai rancangan awal. Perluasan kilang dirancang oleh Universal Oil Product (UOP) untuk fuel oil

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

2014 18

complex, Shell International Petroleum Maatschappij (SIPM) untuk lube oil complex dan Fluor Eastern, Inc. untuk offsite facilities.

Unit-unit proses pada FOC II (Area 01) meliputi: 1. Unit 008: Caustic and Storage Unit 2. Unit 009: Nitrogen Plant

3. Unit 011: Crude Distillation Unit (CDU) II 4. Unit 012: Naphta Hydrotreater Unit (NHT) II

5. Unit 013: Aromatic Hydrogenation (AH) Unibon Unit

6. Unit 014: Continous Catalytic Regeneration (CCR) Platformer Unit 7. Unit 015: Liquified Petroleum Gas (LPG) Recovery Unit

8. Unit 016: Minimize Alkalinity Merchaptan Oxidation (Minalk Merox)

Treater Unit

9. Unit 017: Sour Water Stripper (SWS) II

10.Unit 018: Thermal Distillate Hydrotreater Unit 11.Unit 019: Visbreaker Thermal Cracking Unit Unit-unit proses pada LOC II (Area 02) meliputi:

1. Unit 021: High Vacuum Unit (HVU) II

2. Unit 022: Prophane Deasphalting Unit (PDU) II 3. Unit 023: Fulfural Extraction Unit (FEU) II

4. Unit 024: Methyl Ethyl Keton (MEK) Dewaxing Unit (MDU) II 5. Unit 025: Hot Oil System II

Tabel 2.5. Kapasitas FOC II

Unit Kapasitas Desain

TPSD BPSD CDU II 30.680 230.000 NHT II 2.441 20.000 AH Unibon 3.084 23.000 Platformer II 2.441 20.000 LPG Rec 636 - Naphta Merox 1.311 11.100 SWS 2.410 - THDT 1.802 13.200 Visbreaker 8.390 55.600

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

2014 19

Tabel 2.5. menunjukkan kapasitas FOC II, Tabel 2.6. menunjukkan

kapasitas LOC II, sedangkan Tabel 2.7. menunjukkan produksi kilang II yang terdiri dari FOC II dan LOC II. Kapasitas LOC III ditunjukkan pada Tabel 2.8..

Tabel 2.6. Kapasitas LOC II

Unit Kapasitas Desain

(TPSD) HVU 3.883 PDU 784 FEU 1.786-2.270 MDU 501-841 Hydrotreating Unit -

(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Tabel 2.7. Produksi Kilang II (FOC II dan LOC II)

Unit Feed Produk

FOC II  Arjuna Crude  Attaka Crude  Minas Crude  SLC  LPG  Naphtha  Gasoline/Premium  Kerosene  HDO/LDO  IFO

LOC II  Long Residu

FOC I  HVI 95  HVI 160S  HVI 650  Asphalt  Minarex H  Slack Wax (Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Selain itu terdapat Kilang III dengan bahan baku distilat LOC I dan LOC II yang menghasilkan produk HVI 650, Propane Asphalt, Minarex, dan Slack Wax.

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

2014 20

Tabel 2.8. Kapasitas LOC III

Unit Kapasitas Desain

(TPSD) HVU - PDU 784 FEU - MDU 501-841 Hydrotreating Unit 1.700

(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

2.6.3. Kilang Paraxylene Complex

Berdasarkan pertimbangan adanya bahan baku Naphta dan sarana pendukung seperti tangki, dermaga, dan utilities, maka pada 1988 dibangunlah Kilang Paraxylene Complex (KPC) guna memenuhi kebutuhan bahan baku kilang

PTA (Purified Terephtalic Acid) di Plaju, sekaligus sebagai usaha meningkatkan

nilai tambah produk kilang BBM. Kilang yang beroperasi sejak 20 Desember 1990 ini menghasilkan produk NBM dan Petrokimia.

Kapasitas produksi KPC adalah 590.000 ton/tahun. Naptha yang kemudian diolah menjadi paraxylene 270.000 ton, LPG 17.000 ton, raffnate 92.000 ton,

heavy aromat 10.000 ton, fuel gas/excess 81.000 ton/tahun. Produk paraxylene

sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku ke pusat aromatic Plaju dan sebagian lagi untuk diekspor. Sedangkan produk benzene keseluruhannya diekspor dan produk yang lain digunakan untuk keperluan dalam negeri dan keperluan sendiri.

Unit-unit proses KPC (Area 80) meliputi: 1. Unit 81: Nitrogen Plant Unit

2. Unit 82: Naphta Hydrotreating Unit 3. Unit 84: CCR Platformer Unit 4. Unit 85: Sulfolane Unit

5. Unit 86: Tatoray Unit

6. Unit 87: Xylene Fractionation Unit 7. Unit 88: Paraxylene Extractination Unit 8. Unit 89: Isomar Unit

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

2014 21

Kapasitas dan produksi kilang Paraxylene dapat dilihat pada Tabel 2.9. dan

Tabel 2.10..

Tabel 2.9. Kapasitas Kilang Paraxylene Complex

Unit Kapasitas Desain (TPSD) NHT 1.791 CCR Platformer 1.791 Sulfolane 1.100 Tatoray 1.730 Xylene Fractionator 4.985 Parex 4.440 Isomar 3.590

(Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

Tabel 2.10. Produksi Kilang Paraxylene

Unit Feed Produk

Paraxylene  Naphtha

 Paraxylene  Benzene  LPG  Toluene (Sumber: PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap)

2.6.4. Kilang LPG dan Sulphur Recovery Unit (SRU)

Kilang yang beroperasi sejak 27 Februari 2002 ini bertujuan untuk mendukung komitmen perusahaan terhadap lingkungan serta untuk memenuhi peraturan UU No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan Proyek Langit Biru. Kilang ini terdiri dari unit proses dan fasilitas penunjang. Proyek ini dapat mengurang emisi gas dari kilang Refinery Unit IV Cilacap, khususnya SO2 yang dapat direduksi menjadi sulfur sehingga emisi yang dibuang ke udara akan lebih ramah terhadap lingkungan. Dibangunnya kilang SRU dapat meningkatkan off gas sebagai refinery fuel gas maupun flare gas sehingga dapat dijadikan bahan baku LPG dan Naphta (condensate) selain menghasilkan sulfur cair.

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

2014 22

Unit-unit proses kilang ini (Area 90) meliputi: 1. Unit 90: Utilities Complex

2. Unit 91: Gas Treating Unit 3. Unit 92: LPG Recovery Unit 4. Unit 93: Sulphur Recovery Unit 5. Unit 94: Tail Gas Unit

6. Unit 95: Refrigerant Unit

2.6.5. Debottlenecking Project Cilacap (DPC)

Debottlenecking Project Cilacap (DPC) digagas untuk meningkatkan

kapasitas operasional PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap dengan modernisasi instrumentasi kilang yang meliputi unit pada FOC I, FOC II, Utilities I, Utilities II, LOC I, dan LOC II. Modernisasi ini termasuk pengoperasian Utilities IIA yang dihubungkan dengan Utilities I dan Utilities II serta beroperasinya LOC III.

Proyek peningkatan kapasitas kilang minyak secara keseluruhan termasuk Kilang Paraxylene Complex dan pembuatan sarana pengolahan pelumas baru (LOC III) yang selesai pada Maret 1999. Proyek ini bertujuan untuk mengingkatkan kapasitas pengolahan FOC I dari 100.000 BPSD menjadi 118.000 BPSD, FOC II dari 200.000 BPSD menjadi 230.000 BPSD, LOC I dan LOC II dari 225.000 TPSD menjadi 286.800 TPSD, serta unit baru LOC III dapat memproduksi 141.200 TPSD lube base untuk semua grade. Proyek ini membuat total kapasitas kilang BBM naik dari 300.000 BPSD menjadi 348.000 BPSD, produksi bahan baku minyak pelumas (lube base oil) naik dari 255.000 TPSD menjadi 428.000 TPSD atau sebesar 69%, sedangkan produksi aspal naik dari 512.000 TPSD menjadi 720.000 TPSD atau sebesar 40,63%. Dengan TPSD adalah ton per stream day.

Pendanaan Debottlenecking Project Cilacap (DPC) berasal dari pinjaman dari 29 bank dunia yang dikoordinir oleh CITICORP dengan penjamin US Exim Bank. Dana yang dipinjam sebesar US$ 633 juta. Sedangkan sistem penyediaan dananya adalah Non Recourse Financing, di mana pengembalian pinjaman berasal dari hasil penjualan produk yang dihasilkan oleh proyek sehingga dana

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

2014 23

pinjaman tersebut tidak membebani anggaran Pemerintah maupun cash flow PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap.

2.6.6. Sarana Penunjang

Sarana-sarana penunjang dalam mendukung kelancaran dari operasi kilang, baik kilang yang memproduksi BBM, Non BBM maupun Paraxylene antara lain: 1. Utilities

Utilities, yang menyediakan tenaga linstrik, uap, dan air untuk kebutuhan

industri maupun perkantoran, perumahan, rumah sakit, dan fasilitas lainnya. Untuk PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap kapasitasnya sebagai berikut: a. Generator (pembangkit tenaga listrik): 102 MW

b. Boiler: 730 ton/jam

c. Sea water desalination (desalinasi air laut): 450 ton/jam 2. Laboratorium

Laboratorium yang telah mendapatkan sertifikat spesifikasi SNI 19-17025 berfungsi sebagai pengontrol spesifikasi dan kualitas bahan baku serta produk antara maupun produk akhir. Laboratorium ini dilengkapi dengan fasilitas penelitian dan pengembangan sehingga produk yang dihasilkan senantiasa terjaga kualitasnya agar tetap mampu bersaing di pasaran.

3. Bengkel pemeliharaan

Fasilitas bengkel dilengkapi dengan peralatan untuk melakukan perawatan permesinan dan lain-lain. Fungsi bengkel ini tidak hanya sebagai sarana perbaikan peralatan, tetapi juga sebagai sarana pembuatan suku cadang pengganti yang diperlukan. Di samping itu juga melayani perbaikan dan pemeliharaan sarana permesinan bagi industri lainnya.

4. Pelabuhan khusus

Bahan baku minyak mentah PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap seluruhnya didatangkan melalui fasilitas kapal tanker. Hasil produksinya dijual tidak hanya melalui fasilitas perpipaan, mobil tangki dan tangki kereta api, tetapi juga melalui kapal. Pada saat ini PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap memiliki fasilitas pelabuhan dengan kapasitas 250.000 DWT yang terdiri dari pelabuhan

Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap

2014 24

untuk bongkar minyak mentah dan membuat produk-produk kilang untuk tujuan domestik maupun manca negara lainnya.

5. Tangki penimbun

Tangki-tangki dibangun untuk menampung bahan baku minyak mentah, produk antara, produk akhir maupun untuk menampung air bersih. Semua ini untuk keperluan operasional. Jenis-jenis tangki yang dipakai:

Dokumen terkait