BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian beton
Beton adalah bahan bangunan yang terdiri dari agregat kasar, agregat
halus yang diikat dengan menggunakan air dan semen. Sering kali
ditambahkan adimixture atau additive bila diperlukan. DPU-LPMB
memberikan definisi tentang beton sebagai campuran antara semen portland
atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat
(SNI 2847:2013, 2013)
B. Bahan dasar beton
Beton merupakan hasil dari pencampuran bahan-bahan agregat halus
dan kasar yaitu pasir, batu alam, batu pecah atau bahan semacam lainnya,
dengan menambahkan semen secukupnya yang berfungsi sebagai perekat
bahan susun beton, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi
kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung. Agregat
halus dan kasar, disebut sebagai bahan susun kasar campuran, merupakan
komponen utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan (durability) beton
merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya nilai banding campuran
dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan
finishing, temperatur dan kondisi perawatan pengerasannya.
1. Semen
Semen adalah perekat hidrolis yang berarti bahwa
senyawa-senyawa yang terkandung di dalam semen tersebut dapat bereaksi
dengan air dan membentuk zat baru yang bersifat sebagai perekat
terhadap batuan. Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks,
dengan campuran serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat
dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu : Semen non-hidrolik dan Semen
hidrolik.
Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan
mengeras di dalam air. Contoh semen hidrolik antara lain semen
portland, semen pozzolan,semen alumina, semen terak, semen alam dan
lain-lain. Lain halnya dengan semen hidrolik, semen non hidrolik tidak
dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras di
udara. Contoh utama dari semen non hidrolik adalah kapur (Mulyono,
2003).
Komposisi yang sebenarnya dari berbagai senyawa yang ada
berbeda- beda dari jenis semen yang satu dengan yang lain, untuk
berbagai jenis semen ditambahkan berbagai jenis material mentah
lainnya.
kondisi lokasi maupun kondisi tertentu yang dibutuhkan pada
pelaksanaan konstruksi
2. Agregat
Agregat merupakan material yang dominan pemakaiannya dalam
dunia rekayasa sipil. Agregat dapat digunakan langsung (seperti dasar
jalan dan timbunan) dan juga dapat digunakan dengan penambahan
semen untuk membentuk suatu kesatuan material atau disebut dengan
beton. Agregat menempati 70% sampai dengan 75% dari volume beton,
sehingga karakteristik dan sifat dari agregat memiliki pengaruh langsung
terhadap kualitas dan sifat-sifat beton (Antoni dan Nugraha, P., 2007).
Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil,
pasir, dan lain sebagainya) ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap
benturan, yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen,
porositas dan karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya
tahan terhadap agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan.
Agregat dapat dibedakan atas dua jenis yaitu: agregat alam dan
agregat buatan (pecahan). Agregat alam dan buatan ini pun dapat
dibedakan berdasarkan beratnya, asalnya, diameter butirnya (gradasi)
dan tekstur permukaannya, pada Gambar 3. dapat dilihat pembagian jenis
BIJI BESI TERAK TANUR TINGGI
AGREGAT ALAM AGREGAT BUATAN AGREGAT BUATAN AGREGAT ALAM
AGREGAT BERAT AGREGAT NORMAL AGREGAT RINGAN
TANPA PENGOLAHAN BATUAN DENGAN PANAS (Batu Klinker) PENGOLAHAN BATUAN DENGAN PANAS (Terak, Batu tulis, Lempung)
KERIKIL PASIR -PECAHAN BATU -TERAK TANUR TANPA PENGOLAHAN BATUAN DENGAN PANAS (Batu Klinker) PENGOLAHAN BATUAN DENGAN PANAS (Terak, Batu tulis, Lempung) B atu an En d ap an B atu an B ek u B atu an B ek u P as ir G u n u n g P as ir S u n ga i P as ir La u t
Gambar 3. Grafik klasifikasi agregat berdasarkan
sumber material (Mulyono, 2003).
3. Air
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses
kimiawi semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam
pekerjaan beton. Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan
sebagai campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa
berbahaya , yang tercemar garam, minyak, gula, atau bahan kimia
lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas
beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang dihasilkan. Air
yang digunakan dapat berupa air tawar (dari sungai, danau, telaga,
kolam, situ, dan lainnya), air laut maupun air limbah, asalkan memenuhi
syarat mutu yang telah ditetapkan (Mulyono, 20003).
dinamakan water cement ratio ( w.c.r). Agar terjadi proses hidrasi yang
sempurna dalam adukan beton, pada umumnya dipakai nilai w.c.r
0,40-0,65 tergantung mutu beton yang hendak dicapai umumnya
menggunakan nilai w.c.r yang rendah, sedangkan dilain pihak untuk
menambah daya workability (kemudahan pengerjaan) diperlukan nilai
w.c.r yang lebih tinggi (Dipohusodo, 1994).
Kekuatan dan mutu beton umumnya sangat dipengaruhi oleh air
yang digunakan. Air yang digunakan harus disesuaikan pada batas yang
memungkinkan untuk pelaksanaan pekerjaan campuran beton dengan
baik. Jumlah air yang digunakan pada campuran beton dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu :
a. Air bebas, yaitu air yang diperlukan untuk hidrasi semen
b. Air resapan agregat.
C. Bahan tambah (admixture)
Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke
dalam campuran beton pada saat atau selama percampuran berlangsung.
Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar
menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.
Admixture atau bahan tambah yang didefinisikan dalam Standard Definitions of terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates
SP-19) adalah sebagai material selain air, agregat dan semen hidrolik yang
dicampurkan dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau
selama pengadukan berlangsung. Bahan tambah digunakan untuk
memodifikasi sifat dan karakteristik dari beton misalnya untuk dapat
dengan mudah dikerjakan, mempercepat pengerasan, menambah kuat tekan,
penghematan, atau untuk tujuan lain seperti penghematan energi (Mulyono,
2003).
Bahan tambah biasanya diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit,
dan harus dengan pengawasan yang ketat agar tidak berlebihan yang justru
akan dapat memperburuk sifat beton.
Di Indonesia bahan tambah telah banyak dipergunakan. Manfaat dari
penggunaan bahan tambah ini perlu dibuktikan dengan menggunakan bahan
agregat dan jenis semen yang sama dengan bahan yang akan dipakai di
lapangan. Dalam hal ini bahan yang dipakai sebagai bahan tambah harus
memenuhi ketentuan yang diberikan oleh SNI. Untuk bahan tambah yang
merupakan bahan tambah kimia harus memenuhi syarat yang diberikan dalam ASTM C.494, “Standard Spesification for Chemical Admixture for
Concrete”.
D. Alasan penggunaan bahan tambah
Penggunaan bahan tambah harus didasarkan pada alasan-alasan yang
Pencapaian kekuatan awal yang tinggi, kemudahan pekerjaan, menghemat
harga beton, memperpanjang waktu pengerasan dan pengikatan, mencegah
retak dan lain sebagainya. Para pemakai harus menyadari hasil yang
diperoleh tidak akan sesuai dengan yang diharapkan pada kondisi
pembuatan beton dan bahan yang kurang baik.
Keuntungan penggunaan bahan tambah pada sifat beton, antara lain :
1. Pada beton segar (fresh concrete)
a. Memperkecil faktor air semen
b. Mengurangi penggunaan air.
c. Mengurangi penggunaan semen.
d. Memudahkan dalam pengecoran.
e. Memudahkan finishing.
2. Pada beton keras (hardened concrete)
a. Meningkatkan mutu beton
b. Kedap terhadap air (low permeability).
c. Meningkatkan ketahanan beton (durability).
d. Berat jenis beton meningkat.
E. Abu ampas tebu
Abu ampas tebu (AAT) adalah sisa hasil pembakaran dari ampas
tebu. Ampas tebu sendiri merupakan hasil limbah buangan yang berlimpah
yang dahulunya hanya digunakan sebagai abu gosok, sudah mulai
dimanfaatkan dalam industri bahan bangunan, seperti :
a. Di Mesir telah diadakan penelitian bahwa abu ampas tebu dapat
dimanfaatkan sebagai komponen penyusun dalam pembuatan keramik.
b. Telah dicoba pemanfaatan abu ampas tebu sebagai campuran semen
dengan perbandingan 1 semen : 12 abu ampas tebu, dan ternyata
memberi hasil yang lebih kuat, ringan dan tahan terhadap kondisi agresif,
dan tentu saja membutuhkan biaya yang lebih ekonomis
c. Telah dicoba dalam pembuatan panil gypsum, di mana abu ampas tebu
dipakai sebagai bahan tambah mampu menghasilkan panil gypsum yang
memiliki kuat lentur yang baik.
Penelitian dilakukan pada campuran beton dengan komposisi AAT 0℅, AAT 10 ℅, AAT 2 0 ℅ sebagai pengganti semen. Hasil tes tekan, tes tarik dan uji porositas pada penelitian beton telah membuktikan bahwa
AAT telah berfungsi sebagai pozzolan dengan kuat tekan terbesar, kuat
tarik terbesar dan porositas terkecil ada pada beton dengan AAT 10%.
Setelah dilakukan penelitian, senyawa kimia yang terkandung dalam
Tabel 1. Kandungan kimia abu ampas tebu Senyawa Jumlah (%) SiO2 70.97 Al2O3 0.33 Fe2O3 0.36 K2O 4.82 Na2O 0.43 MgO 0.82 C5H10O5 22.27 C7H10O3 22.27 C5H8O4 22.27
Sumber : Hasil analisa No. 4246/LT AKI/XI/99 oleh Team Afilliansi dan Konsultasi Industri ITS Surabaya
Berdasarkan data di atas, jelas sekali terlihat bahwa senyawa kimia
yang dominan adalah SiO2 (silika) sebesar 70.97%. Komposisi tersebut
menguntungkan abu ampas tebu bila bahan ini digunakan sebagai bahan
pengganti semen pada campuran beton.
Keunggulan penggunaan abu ampas tebu pada campuran beton
antara lain :
a. Kandungan silika hampir 80% , abu ampas tebu dapat digunakan sebagai bahan pengganti semen pada campuran beton.
b. Meningkatkan kepadatan (density) beton.
c. Mengurangi terjadinya retak pada beton.
lain :
a. Apabila kandungan silika pada abu ampas tebu menurun tidak mencapai 70% maka akan dapat menurunkan kualitas dan kuat tekan beton.
b. Tidak dapat langsung dipergunakan pada campuran beton, tetapi perlu adanya penelitian kandungan kimia khususnya silika terlebih dahulu. Hal
ini dikarenakan kandungan kimia abu ampas tebu berbeda untuk setiap
asal abu ampas tebu yang berbeda.
Adi Wiyono, Adjib Karjanto, Galih Damar Pandulu(2017) nilai penyerapan air semakin menurun seiring dengan bertambahnya variasi campuran abu
ampas tebu. Hal ini disebabkan karena pengganti semen dengan abu ampas
tebu dengan jumlah tertentu dapat mengurangi penyerapan air ,namun bila
pengganti semen dengan abu ampas tebu lebih dari 8 % penyerapan air
terhadap mortar bisa semakin tinggi.
F. Kuat tekan beton
Kuat tekan beton merupakan sifat yang paling penting dalam beton
keras, dan umumnya dipertimbangkan dalam perencanaan campuran beton.
Kuat tekan beton umur 28 hari berkisar antara 10-65 MPa. Untuk struktur
beton bertulang pada umumnya menggunakan beton dengan kekuatan
berkisar 17-30 MPa, sedangkan untuk beton pra tegang berkisar 30-45
MPa. Untuk keadaan dan keperluan struktur khusus, beton ready mix
sanggup mencapai nilai kuat tekan 62 MPa dan untuk memproduksi beton
kuat tinggi tersebut umumnya dilaksanakan dengan pengawasan ketat
dalam laboratorium (Dipohusodo, 1994).
Beberapa faktor seperti ukuran dan bentuk agregat, jumlah
pemakaian semen, jumlah pemakaian air, proporsi campuran beton,
perawatan beton (curing), usia beton ukuran dan bentuk sampel, dapat
mempengaruhi kekuatan tekan beton. Kekuatan tekan benda uji beton
dihitung dengan rumus:
... (1) dengan:
fc’ : kekuatan tekan (kg/cm2
)
P : beban tekan (kg)
Adi wiyono, Adjib Kerjanto, Galih Damar Pandulu (2017) penggunaan abu
ampas tebu untuk pengganti semen dengan variasi campuran 0%, 2%, 4%,
6%, 8%, dan 10%, dengan hasil pada campuran abu ampas tebu 8%
merupakan campuran yang paling optimum pada campuran ini. Jika
digunakan campuran abu ampas tebu melebihi kadar tersebut maka akan
menurunkan kekuatan mortar Penurunan ini diperkirakan disebabkan oleh
ikatan antar agregat (bahan campuran) yang kurang kuat pada penggunaan
abu ampas tebu diatas 8 %.
Gambar 5. Grafik regresi kuat tekan Adi Wiyono, Adjib Kerjanto, Galih Damar Pandulu
G. Porositas beton
Porositas adalah besarnya persentase ruang-ruang kosong atau
besarnya kadar pori yang terdapat pada beton dan merupakan salah satu
faktor utama yang mempengaruhi kekuatan beton. Pori-pori beton biasanya
berisi udara atau berisi air yang saling berhubungan dan dinamakan dengan
kapiler beton. Kapiler beton akan tetap ada walaupun air yang digunakan
dihasilkan. Dengan bertambahnya volume pori maka nilai porositas juga
akan semakin meningkat dan hal ini memberikan pengaruh buruk terhadap
kekuatan beton.
Beton mempunyai kecenderungan berisi rongga akibat adanya
gelembung-gelembung udara yang terbentuk selama atau sesudah
pencetakan. Hal ini penting terutama untuk memperoleh campuran yang
mudah untuk dikerjakan dengan menggunakan air yang berlebihan daripada
yang dibutuhkan guna persenyawaan kimia dengan semen. Air ini
menggunakan ruangan dan bila kemudian kering akan menimbulkan
rongga-rongga udara, dapat ditambahkan bahwa selain air yang mengawali
pemakaian ruangan dan kelak menjadi rongga, terjadi juga rongga-rongga
udara langsung pada jumlah persentase yang kecil. Hal lain adalah
terdapatnya pengurangan volume absolut dari semen dan air setelah reaksi
kimia dan terjadi pengeringan sedemikian rupa sehingga pasta semen sudah
kering akan menempati volume yang lebih kecil dibandingkan dengan pasta
yang masih basah, berapapun perbandingan air yang digunakan (L.J.
Murdock dan K.M. Brook, 1991)
Selain itu porositas beton timbul karena pori atau rongga yang ada di
dalam butiran agregat yang terbentuk oleh adanya udara yang terjebak
dalam butiran ketika pembentukan atau dekomposisi mineral. Gradasi atau
ukuran butiran yang dimiliki oleh agregat juga berpengaruh terhadap nilai
semakin besar sedangkan dengan ukuran yang tidak seragam porositas
beton justru berkurang. Hal ini dikarenakan butiran yang kecil dapat
menempati ruangan/pori di antara butiran yang lebih besar sehingga
porositas beton menjadi kecil.
Pengujian dan perhitungan nilai porositas dilakukan berdasarkan
ASTM C 642 – 90 dengan rumus sebagai berikut:
... (2) dengan,Ww: Berat sampel dalam air, W water (gram)
Ws: Berat sampel kodisi SSD, W saturation (gram)
Wd: Berat sampel kering oven, W dry (gram)
H. Penyerapan air beton
Absorpsi beton adalah suatu peristiwa masuknya air melalui pipa
kapiler atau pori-pori yang terdapat pada permukaan beton dan ini biasanya
sering terjadi pada bangunan air. Hal ini merupakan masalah yang sangat
serius bagi beton itu sendiri, karena masalahnya seberapa besar daya resap
beton terhadap laut bila air itu meresap melalui pori-pori beton dan
merusak struktur beton.
Nilai absorpsi atau serapan air adalah suatu nilai di mana air dapat
masuk atau menembus beton yang berpori dan nilai ini biasanya dinyatakan
dalam bentuk persentase (%). Menurut Kardiyono Tjokrodimuljo (1996)
perbandingan antara berat beton dalam keadaan kering oven dengan berat
beton dalam kondisi SSD selama batas waktu perendaman yang telah
ditentukan menurut SNI 03-6433-2000 dapat dihitung dengan dengan
rumus sebagai berikut:
(3)
dengan: Wd = Berat beton dalam keadaan kering oven (gram)
Ws = Berat beton dalam kondisi SSD (gram)
R = Nilai absorpsi atau serapan air pada beton (%)
As’at Pujianto, Hakas Prayuda, Berkat Cipta Zega, Besty Afriandini (2019)
Nilai penyerapan dilakukan untuk mengetahui jumlah air yang bisa
menyerap ke dalam beton. Nilai penyerapan tertinggi terjadi pada pada
umur 28 hari perawatan beton dengan menggunakan air laut. Tentunya hal
ini menjadi topik penelitian yang lebih lanjut agar dapat mengurangi tingkat
penyerapan pada beton karena semakin besar nilai penyerapan pada beton
akan dapat merusak tulangan pada beton apabila beton diaplikasikan pada
Gambar 6. Grafik hubungan waktu perawatan dengan nilai penyerapan pada beton
dengan bahan tambah superplastisizer pada (a) semen holcim; (b) semen tiga roda; (c) semen gresik. as’at pujianto, hakas prayuda, berkat cipta zega, besty afriandini
Menurut SK SNI S–36–1990–03 nilai sera serapan pada beton
maksimum 2,5% berat kering oven untuk perendaman 10+0,5 menit, dan
6,5% berat kering oven untuk perendaman selama 24 jam, sehingga beton
termasuk dalam beton kedap air.
I. Air laut
Dalam proses pembuatan bangunan di daerah pantai, kontak dengan
air laut terkadang tidak dapat dihindari. Air laut sendiri memiliki
kandungan garam yang tinggi yang dapat menggerogoti kekuatan dan
keawetan beton. Hal ini disebabkan klorida (Cl) yang terdapat pada air laut
yang merupakan garam yang bersifat agresif terhadap bahan lain, termasuk
(a) (b)
beton. Air laut adalah air dari laut atau samudera. Air laut memiliki kadar
garam rata-rata 3,5%. Artinya dalam 1 liter (1000 ml) air laut terdapat 35
gram garam. Garam-garam Sodium yang terkandung dalam air laut dapat
menghasilkan subtansi yang bila berkombinasi dengan agregat alkali yang
reaktif, sama seperti dengan kombinasi dengan semen alkali. Selain reaksi
kimia, kristalisasi garam dalam rongga beton dapat mengakibatkan
kehancuran akibat tekanan kristalisasi tadi. Karena kristalisasi terjadi pada
titik penguapan air, bentuk serangan terjadi di dalam beton di atas
permukaan air. Garam naik di dalam beton dengan aksi kapiler, jadi
serangan terjadi hanya jika air dapat terserap dalam beton (Nugraha, 1989).
Berdasarkan SK-SNI S-36-1990-03 beton kedap air apabila nilai
penetrasi yang terjadi ke dalam beton maksimal adalah 50 mm untuk air
agresif sedang dan 40 mm untuk air agresif kuat. Air agresif sedang adalah
air yang mengandung air limbah industri, air payau, air laut, sedangkan air
agresif kuat adalah air yang mengandung garam-garam agresif minimal
1500 ppm. Berdasarkan hasil pengujian beton telah memenuhi beton kedap
air baik agresif kuat ataupun agresif sedang. Menurut ACI 301-729 (revisi
1975) (dalam Neville dan Brooks, 1987) nilai koefisien permeabilitas
maksimum adalah 1,5E-11 m/dt.
1. Kandungan air laut
yang terdapat dalam air laut dapat dilihat pada Tabel 2.
Air asin yang terdapat di laut dalam mengandung 1000-5000 mg garam
per liter. Air dengan kadar garam sedang, mengandung 2000-10000 mg
garam per liter. Air di daerah pantai memiliki kadar garam sekitar
20000-30000 mg garam per liter.
Tabel 2. Unsur-unsur dalam air laut
Unsur Kimia Kandungan (ppm)
Clorida (Cl) 19.000 Natrium (Na) 10.600 Magnesium (Mg) 1.270 Sulfur (S) 880 Calium (Ca) 400 Kalsium (K) 380 Brom (Br) 65 Carbon (C) 28 Cr 13 B 4,6
Pada lingkungan yang terpengaruh air laut, ion-ion klorida dan sulfat
meresap masuk ke dalam lapisan beton, sehingga terjadi reaksi kimia
sangat kompleks, yang merupakan awal dari perubahan sifat fisika dan
kimia beton. Perubahan sifat tersebut menyebabkan kemerosotan mutu
beton hal ini didasarkan pada sifat fisik material yang sifatnya
permeabel, bahwa turunnya permeabilitas beton mengakibatkan ion
garam agresif yang terkandung dalam air laut masuk ke dalam lapisan
beton, kemudian mengakibatkan semen PC menjadi tidak stabil.
2. Kristalisasi air laut
Selain reaksi kimia, kristalisasi garam dalam rongga beton dapat
mengakibatkan kehancuran akibat tekanan kristalisasi tadi, karena
kristalisasi terjadi pada titik penguapan air, bentuk serangan terjadi di
dalam beton di atas permukaan air. Garam naik di dalam beton dengan
aksi kapiler, jadi serangan terjadi hanya jika air dapat terserap dalam
beton (Nugraha, 2007). Porositas pada beton sangat penting diteliti
terutama pada bangunan tepi pantai dan bangunan yang bersinggungan
dengan tanah. Pada bangunan tepi pantai, beton akan bersinggungan
dengan air garam yang mengandung NaCl yang dapat meresap ke dalam
beton sehingga dapat merusak dan bahkan menghancurkan beton.
Kerusakan beton terjadi ketika NaCl tersebut menguap sehingga di
dalam pori beton timbul kristal-kristal yang akan mendesak
pori-pori dinding beton. Akibatnya beton pecah menjadi serpihan-serpihan
lepas, untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan akibat pengaruh
klorida dan sulfat pada beton ini, seringkali digunakan beton dengan
mutu tinggi. Hal ini dimaksudkan agar penetrasi air laut ke dalam beton
menjadi semakin sulit karena tingkat kepadatan beton yang tinggi.
Sehingga kekuatan beton yang berada di lingkungan laut tidak
60 B. Matriks penelitian terdahulu
Tabel 3. Matriks penelitian terdahulu
No.
Nama Penulis & Judul Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian Persamaan
Perbedaan 1. Achsan Nur Cholis, Achmad Basuki, Sunarmasto Universitas Sebelas Maret Surakarta (Rekayasa Sipil Volume XII Nomor 2, Oktober 2015 Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental yang dilaksanakan di laboratorium. Berdasarkan hasil pengujian permeabilitas dan serapan, penambahan abu sekam padi dapat mengurangi jumlah pori dalam beton, sehingga dapat mengurangi penetrasi air ke Peneletian ini memiliki persamaan pada menganalisa pengaruh penggunaan air laut sebagai air perendaman beton terhadap penyerapan air pada beton.
Pada penelitian ini
menyelidiki besar
permeabilitas pada beton menggunakan beton mutu tinggi dengan penambahan abu sekam padi sebagai zat additive sedangkan pada penelitian yang akan kami
lakukan menyelidiki
porositas pada beton normal dan pariasi penggunaan zat
2
ISSN : 1858-3695)
Uji Serapan Dan Permeabilitas Air Laut Pada Beton Mutu Tinggi (High Strength Concrete) Dengan Bahan Tambah Abu Sekam Padi
dalam beton. additive berupa abu ampas
tebu. 2. As’at Pujianto, Hakas Prayuda, Berkat Cipta Penelitian ini dilakukan dengan metode Hasil pada pengujian ini menunjukkan Peneletian ini memiliki persamaan pada menganalisa
Pada penelitian ini menyelidiki mutu beton dengan dua jenis air
Zega, Besty Afriandini (Semesta Teknika Vol. 22, No.2, 112-122, November 2019 Doi: 10.18196/St.222 243) Kuat Tekan