• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nurhasanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nurhasanah"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

60

ANALISIS POROSITAS DAN PENYERAPAN AIR LAUT PADA

BETON DENGAN MENGGUNAKAN ABU AMPAS TEBU

SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

Oleh :

Nurhasanah

105811108916

JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Struktur beton yang berada di daerah pantai sangat rawan mengalami kerusakan ataupun degradasi kekuatan, jumlah pori dalam beton sangat mempengaruhi tingkat penyerapan air pada beton dengan penggunaan abu ampas tebu (AAT) sebagai salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan untuk mengurangi porositas dan penyerapan air pada beton. Penelitian dilakukan dilaboratorium dengan pariasi campuran abu amapas tebu (AAT): 0%, 8%, 12% dan 16% terhadap semen dengan menggunakan air laut sebagai air rendaman yang bertujuan untuk mengetahui nilai porositas dan penyerapan beton pada 7, 14, 21 dan 28 hari umur beton. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan variasi campuran optimal untuk memperkecil angka pori dan menurunkan nilai penyerapan terjadi pada campuran abu ampas tebu 12% dari jumlah semen dengan nilai angka pori terkecil sebesar 14,29% dan niali penyerapan air terendah sebesar 7,15%.

(5)

ABSTRACT

Concrete structures in coastal areas are very prone to damage or strength degradation, the number of pores in concrete greatly affects the water absorption rate in concrete with the use of bagasse ash (AAT) as a solution that can be considered to reduce porosity and water absorption in concrete. The research was carried out in a laboratory with a mixture of sugarcane powdery ash mixture (AAT): 0%, 8%, 12% and 16% of cement using sea water as soaking water which aims to determine the porosity and absorption values of concrete at 7, 14, 21 and 28. days of concrete life. Based on the research results, it was found that the optimal mixture variation to reduce the pore number and reduce the absorption value occurred in a mixture of bagasse ash 12% of the total cement with the smallest pore value of 14.29% and the lowest water absorption value of 7.15%.

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga dapat menyusun laporan tugas akhir ini, dan dapat penulis selesaikan dengan baik.

Proposal tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik yang harus ditempuh dalam rangka menyelesaikan program studi pada Jurusan Sipil Pengairan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar. Adapun judul tugas akhir kami adalah “ANALISIS POROSITAS DAN PENYERAPAN AIR

LAUT PADA BETON DENGAN MENGGUNAKAN ABU AMPAS TEBU SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam penulisan proposal tugas akhir ini masih terdapat kekurangan – kekurangan, hal ini disebabkan karena penulis sebagai manusia biasa tidak lepas dari kesalahan dan kukurangan baik itu ditinjau dari segi teknis penulisan maupun dari perhitungan – perhitrungan. Oleh karena itu, penulis menerima dengan sangat ikhlas dengan senang hati segala koreksi serta perbaikan guna penyempurnaan tulisan ini agar kelak dapat bermanfaat.

Proposal tugas akhir ini dapat terwujut berkat adanya bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hari, kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada:

1. Ayah dan mama tercinta, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar– besarnya atas waktu, segala perhatian, nasehat penyemangat, nasehat

(7)

penenang hati do’a yang tak henti dilangitkan serta pengorbanannya terutama dalam bentuk materi untuk menyelesaikan kuliah kami.

2. Bapak Ir. Hamzah Ali Imran, S.T., M.T. IPM. sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Ir. Andi Makbul Syamsul, S.T., M.T., IPM. sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil Pengairan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Dr, Ir. Hj. Fenti Daud S, MT. selaku Pembimbing I dan Bapak Fauzan Hamdi, ST.,MT.,IPM. selaku Pembimbing II, yang banyak meluangkan waktu dalam membimbing penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen serta para staf pegawai di Fakultas Teknik atas segala waktunya telah mendidik dan melayani penulis selama mengikuti proses belajar mengajar di Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Ibu Fausiah Latif, ST., MT. sebagai sosok seorang kakak, dosen dan orang terdekat yang membantu selama proses pengurusan dan penyusunan skripsi ini.

7. Alm. Nur Khairat selaku kakak dari penulis karna tanggung jawab yang beliau turunkan memacu penulis untuk semakin giat dalam menyelesaikan penelitian ini salam rindu, Al-FAtihah.

8. Nur Thayyibah selaku adik dari penulis yang membuat penulis termotivasi untuk menyelesaikan penelitian sebaik-baiknya, peluk sayang.

9. Saudara – saudaraku serta rekan – rekan mahasiswa Fakultas Teknik terkhusus angkatan PROYEKSI 2016 yang dengan persaudaraannya banyak membantu dalam menyelesaikan proposal tugas akhir ini.

(8)

10. Muhammad Zulkarnain Akib dan Evi Arjuniar selaku keluarga yang selalu mendukung dan membantu penulis dalam perjalanan menyelesaikan S1 ini. 11. Mirna Safitri, ST. dan Muhaemina, ST. selaku teman seperjuangan dalam

pengurusan tugas akhir.

12. Ainun Jariyah, Tiya Hardianti, Dwi Putri Sari dan Firna Sofianti Aziz selaku teman dekat yang selalu menghibur, menyemangati, meberi dukungan dan masukan-masukan selama pertemanan yang semonga until Jannah.

Semoga semua pihak tersebut di atas mendapat pahala yang berlipat ganda disisi Allah SWT dan laporan tugas akhir yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis, rekan – rekan, masyarakat serta bangsa dan Negara. Amin.

“Billahi Fii Sabill Haq Fastabiqul Khaerat”.

Makassar, ... ... 2020

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined.i

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR PERSAMAAN ... xiiii

DAFTAR NOTASI SINGKATAN ... xivi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 4

C. Tujuan penelitian ... 4

D. Manfaat penelitian ... 4

E. Batasan masalah ... 5

F. Sistematika penulisan ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian beton ... 8

B. Bahan dasar beton ... 8

1. Semen ... 9

2. Agregat ... 10

3. Air ... 11

C. Bahan tambah (admixture) ... 12

(10)

E. Abu ampas tebu ... 14

F. Kuat tekan beton... 18

G. Porositas beton ... 19

H. Penyerapan air beton ... 21

I. Air laut ... 23

1. Kandungan air laut ... 24

2. Kristalisasi air laut ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Pendekatan dan jenis penelitian ... 38

B. Waktu dan lokasi penelitian ... 38

C. Tahapan penelitian ... 39

1. Identifikasi masalah ... 39

2. Tinjauan pustaka ... 39

3. Persiapan alat dan bahan ... 39

4. Perencanaan campuran beton ... 41

5. Pembuatan benda uji ... 45

6. Perawatan beton (curing) ... 46

7. Pengujian porositas dan penyerapan air pada beton ... 46

8. Jumlah benda uji ... 47

9. Pengumpulan data hasil pengujian ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Deskripsi data hasil penelitian ... 50

1. Uji karakteristik bahan ... 50

2. Proporsi campuran benda uji ... 52

B. Hasil uji kuat tekan ... 52

(11)

D. Analisis nilai persentase penyerapan air pada beton (absorbsi) ... 56

E. Hubungan porositas dan penyerapan beton subtitusi abu ampas

tebu (AAT) yang direndam air laut ... 59

BAB V PENUTUP ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta indonesia ... 1

Gambar 2.Contoh pembangunan daerah pesisir ... 2

Gambar 3.Grafik klasifikasi agregat berdasarkan sumber material ... 11

Gambar 4. Grafik penyerapan Adi Wiyono, Adjib Kerjanto, Galih Damar

Pandalu ... 18

Gambar 5. Grafik regresi kuat tekan Adi Wiyono, Adjib Kerjanto, Galih

Damar Pandalu ... 19

Gambar 6. Grafik hubungan waktu perawatan dengan nilai penyerapan

pada beton dengan bahan tambah ... 23

Gambar 7. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ... 42

Gambar 8. Grafik hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen ... 44

Gambar 9. Perkiraan berat isi beton basah yang telah selesai didapatkan . 45

Gambar 10. Bagan alir penelitian ... 50

Gambar 11. Grafik hasil peningkatan persentase porositas beton ... 54

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan kimia abu ampas tebu ... 16

Tabel 2. Unsur unsur dalam air laut ... 25

Tabel 3. Matriks penelitian terdahulu ... 28

Tabel 4. Jenis agregat ... 43

Tabel 5. Hasil pengujian porositas dan penyerapan air pada beton ... 49

Tabel 6. Rekapitulasi hasil pengamatan agregat halus (pasir) ... 52

Tabel 7. Rekapitulasi hasil pengamatan agregat kasar (kerikil) ... 52

Tabel 8. Proporsi campuran ... 53

Tabel 9. Hasil uji kuat tekan beton ... 54

Tabel 10. Nilai porositas beton yang direndam air laut ... 56

Tabel 11. Nilai porositas beton normal yang direndam air tawar ... 55

Tabel 12. Nilai penyerapan air beton yang direndam air laut ... 57

Tabel 13. Nilai penyerapan air beton normal yang direndam air tawar ... 58

(14)

DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan 1: Persamaan menghitung kuat tekan ... 19

Persamaan 2: Persamaan menghitung nilai porositas ... 21

Persamaan 3: Persamaan menghitung presentasi penyerapan air pada beton ... 22

Persamaan 4: Persamaan menentukan nilai kadar air ... 43

Persamaan 5: Persamaan menentukan kadar air semen ... 43

Persamaan 6: Persamaan berat jenis agregat gabungan ... 44

Persamaan 7: Persamaan menghitung berat total agregat ... 44

Persamaan 8: Persamaan koreksi berat lapangan pasir ... 45

Persamaan 9: Persamaan koreksi berat lapangan kerikil ... 45

(15)

DAFTAR NOTASI SINGKATAN

fc’ = Kekuatan tekan (kg/cm2)

A = Luas permukaan benda uji (cm2)

P = Beban tekan (kg)

Ww = Berat sampel dalam air, W water (gram)

Ws = Berat sampel kondisi SSD, W saturation (gram)

Wd = Berat sampel kering oven, W dry (gram)

R = Nilai absorpsi atau serapan air pada beton (%)

W = Kadar air (kg/m3)

Ah = Agregat halus

Ak = Agregat kasar

a = Persentase agregat halus

b = Persentase agregat kasar

FAS = Faktor air semen

BB = Berat beton

KAB = Kadar air bebas

JS = Kadar air semen

BSSDp = Berat pasir kondisi SSD

BSSDk = Berat kerikil kondisi SSD

BLp = Berat lapangan pasir

(16)

Rp = Absorbsi pasir

Wp = Kadar air pasir

Rk = Absorbsi kerikil

Wk = Kadar air kerikil

(17)

60

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Luas wilayah Indonesia yaitu 1.916.862,20 km2. Secara astronomi Indonesia terletak antara 60 04’ 30” Lintang Utara dan 110 00’ 36” Lintang Selatan dan antara 940 58’ 21” Bujur Timur - 1410 01’ 10” Bujur Timur. Indonesia adalah negara di Asia Tenggara yang dilalui oleh garis

khatulistiwa. Secara geografis Indonesia memiliki posisi yang strategis

yang terletak di antara dua benua, Asia dan Australia serta diapit oleh dua

Samudera, Hindia dan Pasifik. Jika dibentangkan dari Samudera Hindia

hingga Samudera Pasifik, wilayah Indonesia berada di sepanjang 3.977 mil

di antara kedua samudera tersebut. (Informasi Statistik Pekerjaan Umum &

Perumahan Rakyat:2018)

Gambar 1. Peta Indonesia

Indonesia memiliki sekitar 17.500 pulau, bergaris pantai sepanjang

(18)

81.000 km dan sekitar 62% luas wilayah Indonesia adalah laut dan perairan.

Maka infrastruktur Indonesia akan bergerak pada daerah pesisir

pantai dikarenakan semakin berkurangnya lahan pembangunan yang

tersedia sehingga pesisir pantai dianggap menjadi sumber daya lahan

potensial baik dalam sektor infrastruktur maupun dari segi ekonomi sebagai

sarana pengembangan ekonomi lokal dengan menjadikan daerah pesisir

pantai menjadi objek wisata dengan adanya pembangunan reklamasi pantai

dan bangunan pantai lainnya yang mana berhubungan langsung dengan air

laut yang memiliki kandungan klorida yang tinggi sehingga munculnya

tantangan pembangunan dan pemeliharaan struktur beton di lingkungan air

laut.

Gambar 2. Contoh pembangunan daerah pesisir di kota makassar provinsi sulawesi

selatan

Sehingga dengan meningkatnya pembangunan di daerah pesisir

pantai maka diperlukannya struktur beton yang sesuai. Umumnya struktur

beton yang berada di daerah pantai sangat rawan mengalami kerusakan

(19)

mempengaruhi tingkat penyerapan air pada beton, semakin banyak pori

maka semakin tinggi tingkat penyerapan air pada beton tersebut begitu pula

sebaliknya. Selain reaksi kimia, kristalisasi garam dalam rongga beton

dapat mengakibatkan kehancuran akibat tekanan kristalisasi tadi, karena

kristalisasi terjadi pada titik penguapan air, bentuk serangan terjadi di dalam

beton diatas permukaan air. Garam masuk ke dalam beton dengan aksi

kapiler, jadi serangan terjadi hanya jika air dapat terserap dalam beton

(Antoni dan Nugraha, P., 2007).

Jumlah abu ampas tebu hasil pengolahan limbah ampas tebu di

Indonesia dapat mencapai 10,2 juta ton per tahun, dari hasil pengujian oleh

Balai Riset dan Standarisasi Industri Manado diperoleh kandungan silikat

abu ampas tebu sebesar 68,5% sehingga memiliki sifat pozzolan. Menurut

standar ASTM C 150-07 (2007), pozzolan ialah bahan yang mempunyai

silika atau silika alumina yang memiliki sedikit atau tidak ada sifat semen

tetapi apabila dalam bentuk butiran yang halus dan dengan kehadiran

kelembapan, bahan ini dapat bereaksi secara kimia dengan kalsium

hidroksida pada suhu biasa untuk membentuk senyawa bersifat semen,

dengan ukuran butiran yang halus dan kandungan silikat yang tinggi maka

limbah ampas tebu dapat dimanfaatkan sebagai zat tambahan pada beton.

Penggunaan abu ampas tebu sebagai salah satu solusi yang dapat

dipertimbangkan untuk mengurangi porositas dan penyerapan air pada

(20)

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, dapat dirumuskan

masalah pada penelitian ini:

1. Berapa besar persentase porositas pada beton dengan penambahan abu

ampas tebu dengan perendaman air laut

2. Berapa besar persentase penyerapan air laut pada beton dengan

penambahan abu ampas tebu

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana yang diuraikan di atas,

maka tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Menganalisis besar persentase porositas pada beton abu ampas tebu

dengan perendaman menggunakan air laut terhadap umur beton.

2. Menganalisis besar persentase penyerapan air laut pada beton abu ampas

tebu terhadap umur beton.

D. Manfaat penelitian

Diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini agar memberi manfaat

sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu syarat dalam

mencapai gelar Strata 1 (S1) jurusan Teknik Sipil Pengairan Fakultas

(21)

2. Memberikan informasi tentang pemanfaatan abu ampas tebu sebagai

bahan tambahan dalam campuran beton untuk mengetahui porositas pada

beton dan tingkat penyerapan yang terjadi pada beton dapat

dipertimbangkan sebagai acuan dalam pembuatan bahan pembangunan

di sekitar pesisir pantai.

3. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai informasi

tambahan bagi peneliti selanjutnya.

E. Batasan masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas

Muhammadiyah Makassar

2. Penelitian ini hanya meneliti persentase penyerapan air laut pada beton

dan nilai porositas pada beton dengan menggunakan rendaman air laut.

3. Penelitian ini hanya penggunaan abu ampas tebu sebagai substitusi

parsial semen sebesar 8% 12% dan 16%.

4. Penelitian ini hanya menggunakan abu ampas tebu dari PTPN. XIV

(Persero) Pabrik Gula Takalar di Jl. Pa’rappunganta, Polobangkeng

Utara, Parang Baddo, kab. Takalar, Sulawesi Selatan.

5. Penelitian menjadikan beton normal dengan perendaman air tawar

sebagai acuan dalam pembuatan benda uji.

(22)

7. Benda uji berupa silinder beton dengan diameter (Ø) 10 cm dan tinggi

(h) 20 cm.

F. Sistematika penulisan

BAB I PENDAHULUAN yang berisi latar belakang penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan

sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA yang berisi tentang teori-teori yang

berhubungan dengan permasalahan yang diperlukan dalam

melakukan penelitian ini, meliputi teori tentang beton, teori porositas

dan penyerapan air pada beton, penjelasan penggunaan ampas tebu,

dan unsur-unsur dalam yang terkandung dalam air laut.

BAB III METODE PENELITIAN berisi tentang metode penelitian, jenis

penelitian, waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan yang

digunakan, prosedur penelitian data serta tahap-tahap dalam

penelitian pada bagan alir.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN berisi tentang hasil penelitian

dengan menguraikan tentang hasil-hasil dari proses penelitian dan

hasil pembahasannya. Penyajian hasil penelitian memuat deskripsi

sistematik tentang data yang diperoleh. Sedangkan pada bagian

pembahasan adalah mengolah data hasil penelitian dengan tujuan

(23)

BAB V PENUTUP berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian ini,

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian beton

Beton adalah bahan bangunan yang terdiri dari agregat kasar, agregat

halus yang diikat dengan menggunakan air dan semen. Sering kali

ditambahkan adimixture atau additive bila diperlukan. DPU-LPMB

memberikan definisi tentang beton sebagai campuran antara semen portland

atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air,

dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat

(SNI 2847:2013, 2013)

B. Bahan dasar beton

Beton merupakan hasil dari pencampuran bahan-bahan agregat halus

dan kasar yaitu pasir, batu alam, batu pecah atau bahan semacam lainnya,

dengan menambahkan semen secukupnya yang berfungsi sebagai perekat

bahan susun beton, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi

kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung. Agregat

halus dan kasar, disebut sebagai bahan susun kasar campuran, merupakan

komponen utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan (durability) beton

merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya nilai banding campuran

dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan

(25)

finishing, temperatur dan kondisi perawatan pengerasannya.

1. Semen

Semen adalah perekat hidrolis yang berarti bahwa

senyawa-senyawa yang terkandung di dalam semen tersebut dapat bereaksi

dengan air dan membentuk zat baru yang bersifat sebagai perekat

terhadap batuan. Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks,

dengan campuran serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat

dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu : Semen non-hidrolik dan Semen

hidrolik.

Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan

mengeras di dalam air. Contoh semen hidrolik antara lain semen

portland, semen pozzolan,semen alumina, semen terak, semen alam dan

lain-lain. Lain halnya dengan semen hidrolik, semen non hidrolik tidak

dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras di

udara. Contoh utama dari semen non hidrolik adalah kapur (Mulyono,

2003).

Komposisi yang sebenarnya dari berbagai senyawa yang ada

berbeda- beda dari jenis semen yang satu dengan yang lain, untuk

berbagai jenis semen ditambahkan berbagai jenis material mentah

lainnya.

(26)

kondisi lokasi maupun kondisi tertentu yang dibutuhkan pada

pelaksanaan konstruksi

2. Agregat

Agregat merupakan material yang dominan pemakaiannya dalam

dunia rekayasa sipil. Agregat dapat digunakan langsung (seperti dasar

jalan dan timbunan) dan juga dapat digunakan dengan penambahan

semen untuk membentuk suatu kesatuan material atau disebut dengan

beton. Agregat menempati 70% sampai dengan 75% dari volume beton,

sehingga karakteristik dan sifat dari agregat memiliki pengaruh langsung

terhadap kualitas dan sifat-sifat beton (Antoni dan Nugraha, P., 2007).

Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil,

pasir, dan lain sebagainya) ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap

benturan, yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen,

porositas dan karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya

tahan terhadap agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan.

Agregat dapat dibedakan atas dua jenis yaitu: agregat alam dan

agregat buatan (pecahan). Agregat alam dan buatan ini pun dapat

dibedakan berdasarkan beratnya, asalnya, diameter butirnya (gradasi)

dan tekstur permukaannya, pada Gambar 3. dapat dilihat pembagian jenis

(27)

BIJI BESI TERAK TANUR TINGGI

AGREGAT ALAM AGREGAT BUATAN AGREGAT BUATAN AGREGAT ALAM

AGREGAT BERAT AGREGAT NORMAL AGREGAT RINGAN

TANPA PENGOLAHAN BATUAN DENGAN PANAS (Batu Klinker) PENGOLAHAN BATUAN DENGAN PANAS (Terak, Batu tulis, Lempung)

KERIKIL PASIR -PECAHAN BATU -TERAK TANUR TANPA PENGOLAHAN BATUAN DENGAN PANAS (Batu Klinker) PENGOLAHAN BATUAN DENGAN PANAS (Terak, Batu tulis, Lempung) B atu an En d ap an B atu an B ek u B atu an B ek u P as ir G u n u n g P as ir S u n ga i P as ir La u t

Gambar 3. Grafik klasifikasi agregat berdasarkan

sumber material (Mulyono, 2003).

3. Air

Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses

kimiawi semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam

pekerjaan beton. Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan

sebagai campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa

berbahaya , yang tercemar garam, minyak, gula, atau bahan kimia

lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas

beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang dihasilkan. Air

yang digunakan dapat berupa air tawar (dari sungai, danau, telaga,

kolam, situ, dan lainnya), air laut maupun air limbah, asalkan memenuhi

syarat mutu yang telah ditetapkan (Mulyono, 20003).

(28)

dinamakan water cement ratio ( w.c.r). Agar terjadi proses hidrasi yang

sempurna dalam adukan beton, pada umumnya dipakai nilai w.c.r

0,40-0,65 tergantung mutu beton yang hendak dicapai umumnya

menggunakan nilai w.c.r yang rendah, sedangkan dilain pihak untuk

menambah daya workability (kemudahan pengerjaan) diperlukan nilai

w.c.r yang lebih tinggi (Dipohusodo, 1994).

Kekuatan dan mutu beton umumnya sangat dipengaruhi oleh air

yang digunakan. Air yang digunakan harus disesuaikan pada batas yang

memungkinkan untuk pelaksanaan pekerjaan campuran beton dengan

baik. Jumlah air yang digunakan pada campuran beton dapat dibagi

menjadi dua kategori, yaitu :

a. Air bebas, yaitu air yang diperlukan untuk hidrasi semen

b. Air resapan agregat.

C. Bahan tambah (admixture)

Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke

dalam campuran beton pada saat atau selama percampuran berlangsung.

Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar

menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.

Admixture atau bahan tambah yang didefinisikan dalam Standard Definitions of terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates

(29)

SP-19) adalah sebagai material selain air, agregat dan semen hidrolik yang

dicampurkan dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau

selama pengadukan berlangsung. Bahan tambah digunakan untuk

memodifikasi sifat dan karakteristik dari beton misalnya untuk dapat

dengan mudah dikerjakan, mempercepat pengerasan, menambah kuat tekan,

penghematan, atau untuk tujuan lain seperti penghematan energi (Mulyono,

2003).

Bahan tambah biasanya diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit,

dan harus dengan pengawasan yang ketat agar tidak berlebihan yang justru

akan dapat memperburuk sifat beton.

Di Indonesia bahan tambah telah banyak dipergunakan. Manfaat dari

penggunaan bahan tambah ini perlu dibuktikan dengan menggunakan bahan

agregat dan jenis semen yang sama dengan bahan yang akan dipakai di

lapangan. Dalam hal ini bahan yang dipakai sebagai bahan tambah harus

memenuhi ketentuan yang diberikan oleh SNI. Untuk bahan tambah yang

merupakan bahan tambah kimia harus memenuhi syarat yang diberikan dalam ASTM C.494, “Standard Spesification for Chemical Admixture for

Concrete”.

D. Alasan penggunaan bahan tambah

Penggunaan bahan tambah harus didasarkan pada alasan-alasan yang

(30)

Pencapaian kekuatan awal yang tinggi, kemudahan pekerjaan, menghemat

harga beton, memperpanjang waktu pengerasan dan pengikatan, mencegah

retak dan lain sebagainya. Para pemakai harus menyadari hasil yang

diperoleh tidak akan sesuai dengan yang diharapkan pada kondisi

pembuatan beton dan bahan yang kurang baik.

Keuntungan penggunaan bahan tambah pada sifat beton, antara lain :

1. Pada beton segar (fresh concrete)

a. Memperkecil faktor air semen

b. Mengurangi penggunaan air.

c. Mengurangi penggunaan semen.

d. Memudahkan dalam pengecoran.

e. Memudahkan finishing.

2. Pada beton keras (hardened concrete)

a. Meningkatkan mutu beton

b. Kedap terhadap air (low permeability).

c. Meningkatkan ketahanan beton (durability).

d. Berat jenis beton meningkat.

E. Abu ampas tebu

Abu ampas tebu (AAT) adalah sisa hasil pembakaran dari ampas

tebu. Ampas tebu sendiri merupakan hasil limbah buangan yang berlimpah

(31)

yang dahulunya hanya digunakan sebagai abu gosok, sudah mulai

dimanfaatkan dalam industri bahan bangunan, seperti :

a. Di Mesir telah diadakan penelitian bahwa abu ampas tebu dapat

dimanfaatkan sebagai komponen penyusun dalam pembuatan keramik.

b. Telah dicoba pemanfaatan abu ampas tebu sebagai campuran semen

dengan perbandingan 1 semen : 12 abu ampas tebu, dan ternyata

memberi hasil yang lebih kuat, ringan dan tahan terhadap kondisi agresif,

dan tentu saja membutuhkan biaya yang lebih ekonomis

c. Telah dicoba dalam pembuatan panil gypsum, di mana abu ampas tebu

dipakai sebagai bahan tambah mampu menghasilkan panil gypsum yang

memiliki kuat lentur yang baik.

Penelitian dilakukan pada campuran beton dengan komposisi AAT 0℅, AAT 10 ℅, AAT 2 0 ℅ sebagai pengganti semen. Hasil tes tekan, tes tarik dan uji porositas pada penelitian beton telah membuktikan bahwa

AAT telah berfungsi sebagai pozzolan dengan kuat tekan terbesar, kuat

tarik terbesar dan porositas terkecil ada pada beton dengan AAT 10%.

Setelah dilakukan penelitian, senyawa kimia yang terkandung dalam

(32)

Tabel 1. Kandungan kimia abu ampas tebu Senyawa Jumlah (%) SiO2 70.97 Al2O3 0.33 Fe2O3 0.36 K2O 4.82 Na2O 0.43 MgO 0.82 C5H10O5 22.27 C7H10O3 22.27 C5H8O4 22.27

Sumber : Hasil analisa No. 4246/LT AKI/XI/99 oleh Team Afilliansi dan Konsultasi Industri ITS Surabaya

Berdasarkan data di atas, jelas sekali terlihat bahwa senyawa kimia

yang dominan adalah SiO2 (silika) sebesar 70.97%. Komposisi tersebut

menguntungkan abu ampas tebu bila bahan ini digunakan sebagai bahan

pengganti semen pada campuran beton.

Keunggulan penggunaan abu ampas tebu pada campuran beton

antara lain :

a. Kandungan silika hampir 80% , abu ampas tebu dapat digunakan sebagai bahan pengganti semen pada campuran beton.

b. Meningkatkan kepadatan (density) beton.

c. Mengurangi terjadinya retak pada beton.

(33)

lain :

a. Apabila kandungan silika pada abu ampas tebu menurun tidak mencapai 70% maka akan dapat menurunkan kualitas dan kuat tekan beton.

b. Tidak dapat langsung dipergunakan pada campuran beton, tetapi perlu adanya penelitian kandungan kimia khususnya silika terlebih dahulu. Hal

ini dikarenakan kandungan kimia abu ampas tebu berbeda untuk setiap

asal abu ampas tebu yang berbeda.

Adi Wiyono, Adjib Karjanto, Galih Damar Pandulu(2017) nilai penyerapan air semakin menurun seiring dengan bertambahnya variasi campuran abu

ampas tebu. Hal ini disebabkan karena pengganti semen dengan abu ampas

tebu dengan jumlah tertentu dapat mengurangi penyerapan air ,namun bila

pengganti semen dengan abu ampas tebu lebih dari 8 % penyerapan air

terhadap mortar bisa semakin tinggi.

(34)

F. Kuat tekan beton

Kuat tekan beton merupakan sifat yang paling penting dalam beton

keras, dan umumnya dipertimbangkan dalam perencanaan campuran beton.

Kuat tekan beton umur 28 hari berkisar antara 10-65 MPa. Untuk struktur

beton bertulang pada umumnya menggunakan beton dengan kekuatan

berkisar 17-30 MPa, sedangkan untuk beton pra tegang berkisar 30-45

MPa. Untuk keadaan dan keperluan struktur khusus, beton ready mix

sanggup mencapai nilai kuat tekan 62 MPa dan untuk memproduksi beton

kuat tinggi tersebut umumnya dilaksanakan dengan pengawasan ketat

dalam laboratorium (Dipohusodo, 1994).

Beberapa faktor seperti ukuran dan bentuk agregat, jumlah

pemakaian semen, jumlah pemakaian air, proporsi campuran beton,

perawatan beton (curing), usia beton ukuran dan bentuk sampel, dapat

mempengaruhi kekuatan tekan beton. Kekuatan tekan benda uji beton

dihitung dengan rumus:

... (1) dengan:

fc’ : kekuatan tekan (kg/cm2

)

P : beban tekan (kg)

(35)

Adi wiyono, Adjib Kerjanto, Galih Damar Pandulu (2017) penggunaan abu

ampas tebu untuk pengganti semen dengan variasi campuran 0%, 2%, 4%,

6%, 8%, dan 10%, dengan hasil pada campuran abu ampas tebu 8%

merupakan campuran yang paling optimum pada campuran ini. Jika

digunakan campuran abu ampas tebu melebihi kadar tersebut maka akan

menurunkan kekuatan mortar Penurunan ini diperkirakan disebabkan oleh

ikatan antar agregat (bahan campuran) yang kurang kuat pada penggunaan

abu ampas tebu diatas 8 %.

Gambar 5. Grafik regresi kuat tekan Adi Wiyono, Adjib Kerjanto, Galih Damar Pandulu

G. Porositas beton

Porositas adalah besarnya persentase ruang-ruang kosong atau

besarnya kadar pori yang terdapat pada beton dan merupakan salah satu

faktor utama yang mempengaruhi kekuatan beton. Pori-pori beton biasanya

berisi udara atau berisi air yang saling berhubungan dan dinamakan dengan

kapiler beton. Kapiler beton akan tetap ada walaupun air yang digunakan

(36)

dihasilkan. Dengan bertambahnya volume pori maka nilai porositas juga

akan semakin meningkat dan hal ini memberikan pengaruh buruk terhadap

kekuatan beton.

Beton mempunyai kecenderungan berisi rongga akibat adanya

gelembung-gelembung udara yang terbentuk selama atau sesudah

pencetakan. Hal ini penting terutama untuk memperoleh campuran yang

mudah untuk dikerjakan dengan menggunakan air yang berlebihan daripada

yang dibutuhkan guna persenyawaan kimia dengan semen. Air ini

menggunakan ruangan dan bila kemudian kering akan menimbulkan

rongga-rongga udara, dapat ditambahkan bahwa selain air yang mengawali

pemakaian ruangan dan kelak menjadi rongga, terjadi juga rongga-rongga

udara langsung pada jumlah persentase yang kecil. Hal lain adalah

terdapatnya pengurangan volume absolut dari semen dan air setelah reaksi

kimia dan terjadi pengeringan sedemikian rupa sehingga pasta semen sudah

kering akan menempati volume yang lebih kecil dibandingkan dengan pasta

yang masih basah, berapapun perbandingan air yang digunakan (L.J.

Murdock dan K.M. Brook, 1991)

Selain itu porositas beton timbul karena pori atau rongga yang ada di

dalam butiran agregat yang terbentuk oleh adanya udara yang terjebak

dalam butiran ketika pembentukan atau dekomposisi mineral. Gradasi atau

ukuran butiran yang dimiliki oleh agregat juga berpengaruh terhadap nilai

(37)

semakin besar sedangkan dengan ukuran yang tidak seragam porositas

beton justru berkurang. Hal ini dikarenakan butiran yang kecil dapat

menempati ruangan/pori di antara butiran yang lebih besar sehingga

porositas beton menjadi kecil.

Pengujian dan perhitungan nilai porositas dilakukan berdasarkan

ASTM C 642 – 90 dengan rumus sebagai berikut:

... (2) dengan,Ww: Berat sampel dalam air, W water (gram)

Ws: Berat sampel kodisi SSD, W saturation (gram)

Wd: Berat sampel kering oven, W dry (gram)

H. Penyerapan air beton

Absorpsi beton adalah suatu peristiwa masuknya air melalui pipa

kapiler atau pori-pori yang terdapat pada permukaan beton dan ini biasanya

sering terjadi pada bangunan air. Hal ini merupakan masalah yang sangat

serius bagi beton itu sendiri, karena masalahnya seberapa besar daya resap

beton terhadap laut bila air itu meresap melalui pori-pori beton dan

merusak struktur beton.

Nilai absorpsi atau serapan air adalah suatu nilai di mana air dapat

masuk atau menembus beton yang berpori dan nilai ini biasanya dinyatakan

dalam bentuk persentase (%). Menurut Kardiyono Tjokrodimuljo (1996)

(38)

perbandingan antara berat beton dalam keadaan kering oven dengan berat

beton dalam kondisi SSD selama batas waktu perendaman yang telah

ditentukan menurut SNI 03-6433-2000 dapat dihitung dengan dengan

rumus sebagai berikut:

(3)

dengan: Wd = Berat beton dalam keadaan kering oven (gram)

Ws = Berat beton dalam kondisi SSD (gram)

R = Nilai absorpsi atau serapan air pada beton (%)

As’at Pujianto, Hakas Prayuda, Berkat Cipta Zega, Besty Afriandini (2019)

Nilai penyerapan dilakukan untuk mengetahui jumlah air yang bisa

menyerap ke dalam beton. Nilai penyerapan tertinggi terjadi pada pada

umur 28 hari perawatan beton dengan menggunakan air laut. Tentunya hal

ini menjadi topik penelitian yang lebih lanjut agar dapat mengurangi tingkat

penyerapan pada beton karena semakin besar nilai penyerapan pada beton

akan dapat merusak tulangan pada beton apabila beton diaplikasikan pada

(39)

Gambar 6. Grafik hubungan waktu perawatan dengan nilai penyerapan pada beton

dengan bahan tambah superplastisizer pada (a) semen holcim; (b) semen tiga roda; (c) semen gresik. as’at pujianto, hakas prayuda, berkat cipta zega, besty afriandini

Menurut SK SNI S–36–1990–03 nilai sera serapan pada beton

maksimum 2,5% berat kering oven untuk perendaman 10+0,5 menit, dan

6,5% berat kering oven untuk perendaman selama 24 jam, sehingga beton

termasuk dalam beton kedap air.

I. Air laut

Dalam proses pembuatan bangunan di daerah pantai, kontak dengan

air laut terkadang tidak dapat dihindari. Air laut sendiri memiliki

kandungan garam yang tinggi yang dapat menggerogoti kekuatan dan

keawetan beton. Hal ini disebabkan klorida (Cl) yang terdapat pada air laut

yang merupakan garam yang bersifat agresif terhadap bahan lain, termasuk

(a) (b)

(40)

beton. Air laut adalah air dari laut atau samudera. Air laut memiliki kadar

garam rata-rata 3,5%. Artinya dalam 1 liter (1000 ml) air laut terdapat 35

gram garam. Garam-garam Sodium yang terkandung dalam air laut dapat

menghasilkan subtansi yang bila berkombinasi dengan agregat alkali yang

reaktif, sama seperti dengan kombinasi dengan semen alkali. Selain reaksi

kimia, kristalisasi garam dalam rongga beton dapat mengakibatkan

kehancuran akibat tekanan kristalisasi tadi. Karena kristalisasi terjadi pada

titik penguapan air, bentuk serangan terjadi di dalam beton di atas

permukaan air. Garam naik di dalam beton dengan aksi kapiler, jadi

serangan terjadi hanya jika air dapat terserap dalam beton (Nugraha, 1989).

Berdasarkan SK-SNI S-36-1990-03 beton kedap air apabila nilai

penetrasi yang terjadi ke dalam beton maksimal adalah 50 mm untuk air

agresif sedang dan 40 mm untuk air agresif kuat. Air agresif sedang adalah

air yang mengandung air limbah industri, air payau, air laut, sedangkan air

agresif kuat adalah air yang mengandung garam-garam agresif minimal

1500 ppm. Berdasarkan hasil pengujian beton telah memenuhi beton kedap

air baik agresif kuat ataupun agresif sedang. Menurut ACI 301-729 (revisi

1975) (dalam Neville dan Brooks, 1987) nilai koefisien permeabilitas

maksimum adalah 1,5E-11 m/dt.

1. Kandungan air laut

(41)

yang terdapat dalam air laut dapat dilihat pada Tabel 2.

Air asin yang terdapat di laut dalam mengandung 1000-5000 mg garam

per liter. Air dengan kadar garam sedang, mengandung 2000-10000 mg

garam per liter. Air di daerah pantai memiliki kadar garam sekitar

20000-30000 mg garam per liter.

Tabel 2. Unsur-unsur dalam air laut

Unsur Kimia Kandungan (ppm)

Clorida (Cl) 19.000 Natrium (Na) 10.600 Magnesium (Mg) 1.270 Sulfur (S) 880 Calium (Ca) 400 Kalsium (K) 380 Brom (Br) 65 Carbon (C) 28 Cr 13 B 4,6

Pada lingkungan yang terpengaruh air laut, ion-ion klorida dan sulfat

meresap masuk ke dalam lapisan beton, sehingga terjadi reaksi kimia

sangat kompleks, yang merupakan awal dari perubahan sifat fisika dan

kimia beton. Perubahan sifat tersebut menyebabkan kemerosotan mutu

beton hal ini didasarkan pada sifat fisik material yang sifatnya

permeabel, bahwa turunnya permeabilitas beton mengakibatkan ion

garam agresif yang terkandung dalam air laut masuk ke dalam lapisan

beton, kemudian mengakibatkan semen PC menjadi tidak stabil.

(42)

2. Kristalisasi air laut

Selain reaksi kimia, kristalisasi garam dalam rongga beton dapat

mengakibatkan kehancuran akibat tekanan kristalisasi tadi, karena

kristalisasi terjadi pada titik penguapan air, bentuk serangan terjadi di

dalam beton di atas permukaan air. Garam naik di dalam beton dengan

aksi kapiler, jadi serangan terjadi hanya jika air dapat terserap dalam

beton (Nugraha, 2007). Porositas pada beton sangat penting diteliti

terutama pada bangunan tepi pantai dan bangunan yang bersinggungan

dengan tanah. Pada bangunan tepi pantai, beton akan bersinggungan

dengan air garam yang mengandung NaCl yang dapat meresap ke dalam

beton sehingga dapat merusak dan bahkan menghancurkan beton.

Kerusakan beton terjadi ketika NaCl tersebut menguap sehingga di

dalam pori beton timbul kristal-kristal yang akan mendesak

pori-pori dinding beton. Akibatnya beton pecah menjadi serpihan-serpihan

lepas, untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan akibat pengaruh

klorida dan sulfat pada beton ini, seringkali digunakan beton dengan

mutu tinggi. Hal ini dimaksudkan agar penetrasi air laut ke dalam beton

menjadi semakin sulit karena tingkat kepadatan beton yang tinggi.

Sehingga kekuatan beton yang berada di lingkungan laut tidak

(43)

60 B. Matriks penelitian terdahulu

Tabel 3. Matriks penelitian terdahulu

No.

Nama Penulis & Judul Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian Persamaan

Perbedaan 1. Achsan Nur Cholis, Achmad Basuki, Sunarmasto Universitas Sebelas Maret Surakarta (Rekayasa Sipil Volume XII Nomor 2, Oktober 2015 Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental yang dilaksanakan di laboratorium. Berdasarkan hasil pengujian permeabilitas dan serapan, penambahan abu sekam padi dapat mengurangi jumlah pori dalam beton, sehingga dapat mengurangi penetrasi air ke Peneletian ini memiliki persamaan pada menganalisa pengaruh penggunaan air laut sebagai air perendaman beton terhadap penyerapan air pada beton.

Pada penelitian ini

menyelidiki besar

permeabilitas pada beton menggunakan beton mutu tinggi dengan penambahan abu sekam padi sebagai zat additive sedangkan pada penelitian yang akan kami

lakukan menyelidiki

porositas pada beton normal dan pariasi penggunaan zat

2

(44)

ISSN : 1858-3695)

Uji Serapan Dan Permeabilitas Air Laut Pada Beton Mutu Tinggi (High Strength Concrete) Dengan Bahan Tambah Abu Sekam Padi

dalam beton. additive berupa abu ampas

tebu. 2. As’at Pujianto, Hakas Prayuda, Berkat Cipta Penelitian ini dilakukan dengan metode Hasil pada pengujian ini menunjukkan Peneletian ini memiliki persamaan pada menganalisa

Pada penelitian ini menyelidiki mutu beton dengan dua jenis air

(45)

Zega, Besty Afriandini (Semesta Teknika Vol. 22, No.2, 112-122, November 2019 Doi: 10.18196/St.222 243) Kuat Tekan Beton dan Nilai

Penyerapan dengan Variasi

Perawatan Perendaman Air Laut dan

eksperimental yang dilaksanakan di laboratorium. bahwa nilai workabilitas pada beton menggunakan superplasticizer lebih baik dibandingkan beton menggunakan bahan tambah fly ash. Hasil kuat tekan menunjukkan bahwa seluruh benda uji dengan perawatan air laut lebih tinggi

berbanding lurus

pengaruh penggunaan air laut sebagai air perendaman beton terhadap penyerapan air pada beton.

rendaman (air laut dan sungai) dengan menggunakan zat additive fly ash

sedangkan pada penelitian yang akan kami lakukan menyelidiki porositas pada beton normal dan pariasi penambahan zat additive berupa abu ampas tebu dengan perendaman hanya menggunakan air laut

(46)

Air Sungai dengan nilai penyerapan pada umur beton 28 hari dibandingkan dengan beton menggunakan perawatan air sungai. 3. Bintang Gumelar, Arie Wardhono Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya 2019 Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental yang dilaksanakan di laboratorium. 1. Penambahan nanosilika komersial sebesar 4% pada umur 28 hari beton mampu menambah kuat tekan beton sebesar 35,04 MPa dari beton normal, Peneletian ini memiliki persamaan pada menganalisa pengaruh penggunaan zat additive pada porositas beton

Pada penelitian ini

menyelidiki besar

permeabilitas dan kuat tekan

pada beton dengan

penambahan nanosilika sebagai zat additive sedangkan pada penelitian yang akan kami lakukan menyelidiki pengaruh

(47)

Pengaruh Variasi Penambahan Nanosilika Komersial Pada Kuat Tekan, Porositas Dan Permeabilitas Beton selanjutnya pada penambahan nanosilika komersial mengalami penurunan pada 6% dan 8%. 2. Campuran beton yang ditambahkan nanosilika komersial 4% 35.04 MPa, 6% 24.34 MPa dan 8% 15.01 MPa menyebabkan penurunan kuat

penggunnaa abu ampas tebu terhadap penyerapan air pada beton dengan perendaman menggunakan air laut.

(48)

tekan beton 3. Penambahan nanosilika komersial pada beton sebesar 4% dan 8% cenderung mengalami peningkatan pada pengujian permeabilitas. Penurunan permeabilitas terjadi pada 6% 4. Adi Wiyono, Adjib Karjanto, Galih Damar Pandulu Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan air yang paling

Peneletian ini

memiliki persamaan menyelidiki pengaruh

penggunaan abu

Pada penelitian ini menyelidiki kualitas mortal dengan penambahan abu ampas tebu berdasarkan hasil

(49)

2017 Pengaruh Pengganti Sebagian Semen Dengan Abu Ampas Tebu Terhadap Kualitas Mortar Berdasarkan Kuat Tekan Dan Penyerapan Air yang dilaksanakan di laboratorium.

rendah pada variasi campuran 8% dengan hasil rata-rata 1,54 % dan kuat tekan mortar yang paling besar terdapat pada 8% dengan kuat tekan rata-rata 25,04 Mpa.

ampas tebu sebagai pengganti sebagian dari jumlah campuran

semen terhadap

penyerapan air

kuat tekan sedangkan pada penelitian yang akan kami

lakukan menyelidiki

pengaruh penggunnaan abu ampas tebu terhadap porositas pada beton dengan perendaman air laut

5. Sugianto, Anis Penelitian ini 1. Penggantian Peneletian ini memiliki Pada penelitian ini

(50)

Rahmawati, Ida Nugroho Universitas Sebelas Maret 2017 Studi Eksperimen Penambahan Campuran Abu Ampas Tebu Dan Serat Bambu Pada Kuat Lekat Beton dilakukan dengan metode eksperimental yang dilaksanakan di laboratorium. sebagian agregat halus menggunakan abu ampas tebu berpengaruh negatif terhadap kuat lekat beton

serat dan

penambahan serat bambu bersifat positif terhadap kuat lekat beton

serat, yang menghasilkan kuat lekat maksimal sebesar 63,04 MPa pada persentase persamaan penggunaan abu ampas tebu zat additive pada beton

menyelidiki penggunaan zat additive terhadap kuat lekat beton sedangkan pada penelitian yang akan kami lakukan menyelidiki besar porositas dan penyerapan air

pada beton dengan

perendaman beton

menggunakan air laut

(51)

abu ampas tebu 0% dan serat bambu 3% 6. Sulistyo Widiatmoko, Heru Sukanto, Purwadi Joko Widodo (Widiatmoko, dkk./ Jurnal Teknik Mesin Indonesia, Vol. 11 No. 1 (April 2016) Hal. 31-35) Pengaruh Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental yang dilaksanakan di laboratorium. 1. Kekuatan tekan bata ringan tertinggi diperoleh pada penambahan sekam padi dengan prosentase 0,5% yaitu 5,30 MPa. Nilai penyerapan air bata ringan meningkat seiring dengan

bertambahnya jumlah sekam padi pada bata ringan.

Peneletian ini memiliki

persamaan pada

menganalisa pengaruh

penggunaan zat

additive pada

penyerapan air beton

Pada penelitian ini menyelidiki penggunaan zat additive (sekam padi) terhadap kuat tekan beton dengan masa perawatan menggunakan air tawar sedangkan pada penelitian yang akan kami lakukan menyelidiki besar porositas air pada beton dengan

perendaman beton

menggunakan air laut

(52)

Penambahan Sekam Padi Terhadap Kuat Tekan Dan Penyerapan Air Beton Ringan Jenis Cellular Lightweight Concrete (Clc) 7. Sonny Wedhanto (Jurnal Bangunan, Vol. 22, No.2, Oktober 2017: 21-30) eksperimental yang dilaksanakan di laboratorium.

Beton yang dibuat dari jenis semen yang dijual di

toko-toko bahan

bangunan di Kota

Malang, jika

direndam air laut

Penggunaan air laut dalam masa perawatan beton

Pada penelitian ini menyelidiki penggunaan berbagai merek semen terhadap kuat tekan beton sedangkan pada penelitian yang akan kami lakukan menyelidiki besar porositas

(53)

Pengaruh Air Laut Terhadap Kekuatan Tekan Beton Yang Terbuat Dari Berbagai Merk Semen Yang Ada Di Kota Malang

selama 7 hari akan meningkatkan kekuatan tekan secara cepat, namun jika direndam terus selama 28 hari, kekuatan tekannya akan turun. Jenis semen yang relatif

paling tahan

terhadap air laut selama

perendaman 28 hari adalah Semen Tipe I

dan penyerapan air pada beton dengan penambahan abu ampas tebu pada campuran beton.

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan jenis penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

eksperimen. Metode eksperimen dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

membandingkan penggunaan abu ampas tebu pada campuran beton dengan

variasi penambahan sebesar 8%, 12% dan 16%. Perbandingan ini dilakukan

untuk mengetahui porositas dan besar penyerapan air laut pada beton yang

terjadi, dari hasil pengamatan penelitian beton yang dieksperimenkan,

diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang pengaruh penambahan abu

ampas tebu terhadap porositas dan penyerapan air pada beton dengan

menggunakan air laut sebagai air perendaman beton. Pengolahan data yang

diperoleh dari hasil eksperimen beton abu ampas tebu akan analisis

menggunakan program Microsoft Excel.

B. Waktu dan lokasi penelitian

Pengujian dilakukan selama 1 bulan dengan pengujian porositas dan

penyerapan air dilakukan setiap penambahan umur beton 7 hari, 14 hari, 21

hari dan 28 hari. Penelitian dan pengamatan porositas beton dilakukan di

Laboratorium teknik sipil Universitas Muhammadiyah, jalan Sultan

Alauddin No.259. Makassar. Sedangkan untuk mempermudah proses

(55)

perendaman beton menggunakan air laut berlokasi di Dusun Tamasongo

Desa Bontosunggu Kecamatan Galut Kabupaten Takalar daerah ini dipilih

karena merupakan daerah pesisir pantai untuk mempermudah peneliti

dalam penyediaan air laut sebagai air rendaman yang akan ditempatkan

dalam bak penampungan.

C. Tahapan penelitian

1. Identifikasi masalah

Pada tahapan ini peneliti melakukan pengamatan mengenai manfaat

penggunaan abu ampas tebu untuk membantu memperkecil nilai

porositas beton serta mengurangi proses penyerapan air laut pada beton

melihat dari beberapa penelitian terdahulu .

2. Tinjauan pustaka

Mengumpulkan beberapa literature yang dapat digunakan sebagai

bahan penunjang dalam penelitian ini serta menambah wawasan peneliti

agar lebih mengerti tentang permasalahan yang terjadi pada beton

dengan campuran abu ampas tebu dengan masa perawatan menggunakan

air laut untuk menghasilkan beton dengan porositas beton kecil dan

penyerapan air laut yang rendah serta ramah lingkungan.

3. Persiapan alat dan bahan

(56)

terlebih dahulu pada seluruh peralatan penelitian agar memastikan

kecilnya kesalahan yang didapat dari hasil penelitian . Alat yang akan

digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Ayakan

b. Molen (mixer concrete)

c. Timbangan d. Skop kecil e. Palu karet f. Spatula g. Penggaris h. Kerucut abrams i. Tongkat pemadat

j. Alat cetak beton berbentuk silinder berdiameter (Ø) 10 cm dan tinggi

(t) 20 cm

k. Kolam Perendaman

l. Oven

(57)

Gambar 7. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian

Sedangkan bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu:

a. Agregat kasar (kerikil)

b. Agregat halus (pasir)

c. Semen PCC

d. Abu ampas tebu dengan persentase penambahan 8%, 12%, dan 16%

dari jumlah semen

e. Air tawar

f. Air laut

4. Perencanaan campuran beton

Setelah dilakukannya pengujian karakteristik bahan maka langkah

selanjutnya adalah menghitung perencanaan campuran bahan yang akan

digunakan dalam pembuatan benda uji, berikut langkah-langkah

perencanaan campuran bahan berdasarkan SNI 03-2834-2000:

a. Menentukan kuat tekan disyaratkan yang akan digunakan dalam

(i) (j) (k) (l)

(58)

perhitungan mix design (fc’).

b. Menentukan nilai deviasi standar (ds) diketahui dari besarnya jumlah

(volume) pembebasan yang akan dibuat. c. Nilai tambah (margin)

d. Kekuatan rata-rata yang ditargetkan

e. Jenis semen yang digunakan dalam penelitian ini digunakan semen

PCC (Portland Composite Cement)

f. Menentukan jenis agregat

Tabel 4.Jenis Agregat

Ukuran Besar Butir Agregat Maksimum Jenis Agregat Slump (mm) 0 - 10 10 30 30 - 60 60 - 100

10 mm Batu tak dipecah 150 180 205 225

Batu pecah 180 205 230 250

20 mm Batu tak dipecah 135 160 180 195

Batu pecah 170 190 210 225

40 mm

Batu tak dipecah 115 140 160 175

Batu pecah 155 175 190 205

Berdasarkan ukuran butiran maksimum yang didapatkan dari analisa

saringan dan nilai slump rencana maka dapat diketahui jenis agregat

yang digunakan.

g. Menentukan faktor air semen berdasarkan grafik faktor air semen

(59)

Gambar 8. Grafik hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen h. Menentukan nilai kadar air dengan rumus sebagai berikut:

... (4) dengan:

W : Kadar air (kg/m3) Ak: Agregat kasar

Ah: Agregat halus

a : Persentase agregat halus

b : Persentase agregat kasar

i. Menentukan kadar air semen

Kadar air semen ... (5) dengan:

W : Kadar air (kg/m3) FAS: Faktor air semen

j. dari hasil yang didapatkan dalam uji karakteristik bahan bahan agregat

(60)

gabungan

Berat jenis gabungan ... (6) dengan:

Ak: Agregat kasar

Ah: Agregat halus

k. Menentukan berat beton berdasarkan hubungan antara berat jenis

gabungan dan kadar air bebas

Gambar 9. Perkiraan berat isi beton basah yang telah selesai didapatkan l. Menghitung berat total agregat – – ... (7)

dengan:

BB : Berat beton

KAB: Kadar air bebas

JS : Kadar air semen

m. Jumlah agregat

Jumlah agregat halus = 0,38 x berat total agregat

Jumlah agregat kasar = 0,62 x berat total agregat

(61)

agregat halus dan semen yang akan di gunakan dalam penelitian ini

dari jumlah semen yang didapatkan akan dikurangi sesuai persentase

tambahan abu ampas tebu yang telah ditentukan.

o. Koreksi campuran beton

Rumus yang digunakan

1) Berat lapangan pasir (Blp) = ... (8) 2) Berat lapangan kerikil (Blk) = ... (9) 3) Air = Wa + (BSSDp – Blp) + (BSSDk – Blk) ... (10) dengan :

BSSDp = Berat pasir kondisi SSd

BSSDk = Berat kerikil kondisi SSd

BLp = Berat lapangan pasir

BLk = Berat lapangan kerikil

Rp = Absorbsi pasir

Wp = Kadar air pasir

Rk = Absorbsi kerikil

Wk = Kadar air kerikil

Wa = Berat air

5. Pembuatan benda uji

a. Keringkan mesin pengaduk terlebih dahulu, kemudian masukkan

(62)

b. Pasir, kerikil, semen diaduk terlebih dahulu dalam keadaan kering

dengan komposisi yang telah ditentukan berdasarkan hasil

perhitungan perencanaan campuran dan tambahan abu ampas tebu

sesuai dengan presentasi yang diinginkan (8%, 12%, dan 16%).

c. Setelah bahan kering tercampur rata, kemudian tambah kan air sesuai

perencanaan campuran atau sesuai yang dibutuhkan.

d. Campurkan bahan dengan kecepatan mesin rendah sambil

memperhatikan bahan-bahan yang menempel pada dinding mesin

pengaduk agar semua tercampur rata.

e. Kemudian naikkan kecepatan sampai bahan-bahan tercampur dengan

baik dan menghasilkan beton segar.

f. Keluarkan campuran beton segar yang telah jadi

g. Rendam beton dalam bak rendaman

6. Perawatan beton (curing)

Perawatan beton dilakukan satu sampai dua hari setelah dilakukan

pencampuran. Tujuan dari curing ini adalah menjaga kelembapan beton

saat proses hidrasi semen berlangsung. Perawatan beton yang baik akan

berpengaruh terhadap porositas dan penyerapan air pada beton.

7. Pengujian porositas dan penyerapan air pada beton

Langkah pengujian sebagai berikut:

(63)

80˚C selama 24 jam

b. Benda uji dikeluarkan lalu didiamkan pada suhu ruangan (25 ˚C)

kemudian ditimbang dan didapatkan berat benda uji kondisi kering

oven

c. Benda uji didiamkan selama 24 jam kemudian benda uji dimasukan

dalam wadah perendaman dengan menggunakan air laut sebagai air

perendaman direndam selama 24 jam kemudian ditimbang dalam air

untuk mendapatkan nilai berat benda uji dalam air

d. Benda uji dikeluarkan dari air dan dilap permukaannya untuk

mendapatkan kondisi SSD kemudian sampel ditimbang dan

didapatkan berat benda uji kondisi SSD setelah perendaman

8. Jumlah benda uji :

Jumlah benda uji yang akan dibuat dalam penelitian ini sebanyak 40

buah benda uji dengan rincian sebagai berikut:

a. 8 buah beton normal (tanpa tambahan abu ampas tebu)

b. 8 buah beton dengan penambahan abu ampas tebu sebesar 8%

c. 8 buah beton dengan penambahan abu ampas tebu sebesar 12%

d. 8 buah beton dengan penambahan abu ampas tebu sebesar 16%

e. 8 buah beton normal untuk perendaman air tawar

9. Pengumpulan data hasil pengujian

(64)

air laut pada beton terhadap penambahan umur beton seperti pada tabel

berikut:

Tabel 5. Hasil pengujian porositas dan penyerapan air pada beton:

Umur beton (hari)

Variasi Benda Uji

Beton Normal AAT 8% AAT 12% AAT16% Persen (%)

7 14 21 28

(65)

B. Bagan alir penelitian

Gambar 10. Bagan Alir Penelitian

Tidak

Iya Mulai

Persiapan alat dan bahan

Uji karakteristik material

Mix design beton

Pembuatan benda uji (beton normal, beton dengan penambahan abu ampas

tebu 8%, 12% dan 16% Perendaman beton diair laut selama 7, 14, 21, 28 hari umur beton

Pengambilan data porositas dan penyerapan air

Analisa

data

(66)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi data hasil penelitian

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase penyerapan air dan

porositas beton dengan menggunakan rendaman air laut, sebelum

melakukan pembuatan benda uji terlebih dahulu dilakukan uji karakteristik

bahan untuk mengetahui jenis bahan yang akan digunakan dalam

pembuatan beton dan membatu meningkatkan kualitas beton yang akan

dibuat, uji karakteristik bahan antara lain:

1. Uji karakteristik bahan

Uji karakteristik bahan dilakukan pada agregat halus dan agregat kasar

yang terdiri dari pengujian kadar lumput, kadar air, berat volume,

absorpsi, berat jenis dan modulus kehalusan dengan analisa saringan

agregat halus dapat dilihat pada Lampiran 1 (Halalam 68) dari hasil

gradasi agregat halus didapatkan bahwa agregat halus yang digunakan

termasuk pada zone 1 atau jenis pasir kasar dan analisa saringan agregat

kasar dapat dilihat pada Lampiran 1 (Halalam 70) dari hasil analisa

gradasi agregat kasar termasuk agregat dengan batas gradasi zone

4,75-25,4 mm maka didapatkan hasil penggabungan agregat dengan

(67)

persentase agregat halus sebesar 30,92% dan persentase agregat kasar

sebesar 69,08% sehingga ukuran butir maksimum agregat yang

digunakan adalah 40 mm. Berikut rekapitulasi hasil pengujian

karakteristik bahan untuk pembuat beton, sebagai berikut:

Tabel 6. Rekapitulasi hasil pengamatan agregat halus (pasir)

Tabel 7. Rekapitulasi hasil pengamatan agregat kasar (kerikil)

NO. KARAKTERISTIK

AGREGAT INTERVAL

HASIL

PENGAMATAN KETERANGAN 1 Kadar lumpur Maks 5% 4.80% Memenuhi 2 Kadar air 0,5% - 5% 1.61% Memenuhi

3 Berat volume

a. Kondisi lepas 1,4 - 1,9 kg/liter 1.499 Memenuhi b. Kondisi padat 1,4 - 1,9 kg/liter 1.798 Memenuhi 4 Absorpsi 0,2% - 2% 1,875% Memenuhi 5 Berat jenis spesifik

a. Bj. nyata 1,6 - 3,3 2.136 Memenuhi b. Bj. dasar kering 1,6 - 3,3 1.880 Memenuhi c. Bj. Kering

permukaan 1,6 - 3,3 2.000 Memenuhi 6 Modulus kehalusan 0,08-4,75 4.154 Memenuhi

NO. KARAKTERISTIK

AGREGAT INTERVAL

HASIL

PENGAMATAN KETERANGAN 1 Kadar lumpur Maks 1% 0.85% Memenuhi 2 Kadar air 0,5% - 2% 0.9% Memenuhi

3 Berat volume

a. Kondisi lepas 1,6 - 1,9 kg/liter 1.6 Memenuhi b. Kondisi padat 1,6 - 1,9 kg/liter 1.8 Memenuhi 4 Absorpsi Maks 4% 2.23% Memenuhi 5 Berat jenis spesifik

a. Bj. nyata 1,6 - 3,3 2.1 Memenuhi b. Bj. dasar kering 1,6 - 3,3 1.6 Memenuhi c. Bj. kering

permukaan 1,6 - 3,3 1.8 Memenuhi 6 Modulus kekasaran 4,75-19,1 4.765 Memenuhi

(68)

Berdasarkan Tabel 6 dan Tabel 7 dapat dilihan pada setiap jenis

pengujian karakteristik agregat halus dan agregat kasar didapatkan hasil

yang memenuhi sebagai material campuran beton.

2. Proporsi campuran benda uji

Setelah pengujian karakteristik bahan selanjutnya dapat dilakukan

perhitungan mix design (Lampiran 11) menggunakan standar SNI

03-2834-2000 tentang tata cara pembuatan campuran beton normal. Dalam

penelitian ini digunakan K-250 atau 20,75 MPa sebagai kuat tekan

rencana, maka didapat proporsi campuran beton sebagai berikut:

Tabel 8. Proporsi campuran beton

Bahan Beton Berat Beton (kg/m³) Volume Cetakan (Silinder) Berat Utk 8 Sampel

Abu Ampas tebu

Jumlah 8% 12% 16% 0,82 1,23 1,64 (kg) Air 321,49 0,0016 4,04 4,04 4,04 4,04 321,49 Semen 818,12 0,0016 10,28 9,45 9,04 8,63 818,12 Pasir 822,65 0,0016 10,33 10,33 10,33 10,33 822,65 Kerikil 1829,75 0,0016 22,98 22,98 22,98 22,98 1829,75

B. Hasil uji kuat tekan

Penggunaan jumlah proporsi campuran yang sama pada setiap

variasi benda uji maka didapatkan hasil uji kuat tekan pada beton seperti

(69)

Tabel 9. Hasil uji kuat tekan beton

Umur beton (hari)

Rendaman air laut Beton normal

dengan rendaman air

tawar Beton Normal AAT 8% AAT 12% AAT16%

S K S K S K S K S K

MPa kg/cm2 MPa kg/cm2 MPa kg/cm2 MPa kg/cm2 MPa kg/cm2 7 10.38 127.46 9.34 114.72 10.17 124.92 5.40 66.28 19.30 237.09 14 12.25 150.41 17.02 209.04 12.66 155.51 11.00 135.11 21.79 267.67 21 11.42 140.21 15.15 186.10 12.45 152.96 11.00 135.11 25.53 313.56 28 12.87 158.06 15.15 186.10 12.66 155.51 9.34 114.72 26.77 328.85

Berdasarkan Tabel 9 diatas mutu beton yang di rendam air tawar

pada umur 28 hari yaitu 26.77 MPa atau 328,85 Kg/cm². Mutu beton yang

direndam air laut pada umur 28 hari yaitu:

1. Mutu beton normal yaitu 12,87 MPa atau 158,06 Kg/cm²

2. Mutu beton AAT 8% yaitu 15,15 MPa atau 186,10 Kg/cm²

3. Mutu beton AAT 12% yaitu 12,66 MPa atau 155,51 Kg/cm

4. Mutu beton AAT 16% yaitu 9,34 MPa atau 114,72 Kg/cm

C. Analisis nilai persentase porositas beton

Pengujian dan perhitungan persentase porositas beton dilakukan

berdasarkan ASTM C 642-90 (Kajian pustaka halaman 22). Pengujian dilakukan pada saat beton mencapai umur 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28

hari.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi

Gambar

Gambar   1. Peta indonesia ..........................................................................
Gambar 1. Peta Indonesia
Gambar 2. Contoh pembangunan daerah pesisir di kota makassar provinsi sulawesi  selatan
Gambar 3. Grafik klasifikasi agregat berdasarkan  sumber material (Mulyono, 2003).
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pada penelitian ini abu terbang ( fly ash ) sebagai bahan substitusi semen dalam campuran adukan beton diambil bervariasi sebesar 0%, 5%, 10%, 15%, 20% , 25%, dan 30% dari berat

Rumput laut yang tercampr dalam air campuran beton dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan beton secara signifikan Bercampurnya rumput laut dengan semen akan

Rumput laut yang tercampr dalam air campuran beton dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan beton secara signifikan Bercampurnya rumput laut dengan semen akan

Dengan memanfaatkan ampas tebu 5%, 7,5%, dan 10% terhadap berat semen serta kadar air 8,86% pada pembuatan lembaran serat semen yang menggunakan campuran 1 pc : 2 tepung

Fragmen karang hidup hasil pemotongan dari induk terumbu karang di tanam di substrat semen tersebut menggunakan pelekat campuran semen dan air laut.. Fragmen

Pengaruh Komposisi Bahan Dasar Dan Variasi Jenis Perekat Terhadap Nilai Kalor, Kadar Air, Kadar Abu, Pada Briket Campuran Sekam Padi Dan Tempurung Kelapa..

Hasil pengujian penyerapan air beton campuran abu ampas tebu 8% Benda Uji Bahan tambah Jumlah air yang diserap beton kg Penyerapan air pada beton % Penyerapan air pada

Pengaruh Rendaman Air Laut Pasang Surut terhadap Campuran Lapis Aspal Beton AC-WC dengan Modifikasi Steel Slag Ramah Lingkungan.. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,