• Tidak ada hasil yang ditemukan

CORAL REEFS TRANSPLANTATION BY CV. PUTRA PELANGI SAMUDRA, DENPASAR-BALI TRANSPLANTASI TERUMBU KARANG OLEH CV. PUTRA PELANGI SAMUDRA, DENPASAR BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "CORAL REEFS TRANSPLANTATION BY CV. PUTRA PELANGI SAMUDRA, DENPASAR-BALI TRANSPLANTASI TERUMBU KARANG OLEH CV. PUTRA PELANGI SAMUDRA, DENPASAR BALI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

CORAL REEFS TRANSPLANTATION BY CV. PUTRA PELANGI SAMUDRA, DENPASAR-BALI

TRANSPLANTASI TERUMBU KARANG OLEH CV. PUTRA PELANGI SAMUDRA, DENPASAR BALI

Mochamad Roby Yahya1, Sapto Andriyono2

1Undergraduate Student of Industrial Technology of Fisheries, Faculty of Fisheries and Marine, Universitas Airlangga, Kampus C UNAIR Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115

2Department of Marine, Faculty of Fisheries and Marine, Universitas Airlangga, Kampus C UNAIR Jl.

Mulyorejo, Surabaya 60115

Abstract

Coral reefs are the export of fishery commodities that have potential in the local and international markets with a high selling price. This prompted the company to cultivate coral reef fisheries for sale and generate high profits. This coral reef cultivation under the supervision of the Natural Resources Conservation Agency of Bali Province. Various types of coral reefs that are cultivated in the CV. Son Rainbow Ocean, Denpasar, Bali is such that Acropora sp., Montipora foliosa, Seriatopora hystrik. The aim of this Field Work Practice is to acquire the knowledge, experience directly on coral transplantation in the CV. Son Rainbow Ocean, Denpasar Bali and know the business analysis in the field of coral reefs. Methods of data collection using descriptive methods which use a type of primary and secondary data. Transplantation of coral reefs using cement substrate as a medium of his life. Live coral fragments cutting results of the coral reefs in the parent plant in the cement substrate using adhesive cement and seawater. Coral fragments were cut measuring about 4-7 cm. Seedlings grow coral in the sea waters by using shelves transplant existing in ocean waters. Pest control and cleaning of coral reefs done regularly so as not to inhibit the growth of cultured corals.

Keyword : Coral Reefs, Transplantation, Acropora, hermathypic coral

Abstrak

Terumbu karang merupakan komoditas ekspor hasil perikanan yang memiliki potensi di pasar lokal maupun internasional dengan harga jual yang tinggi. Hal tersebut yang mendorong perusahaan perikanan membudidayakan terumbu karang untuk dijual dan menghasilkan keuntungan yang tinggi.

Budidaya terumbu karang ini dibawah pengawasan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Bali. Berbagai jenis terumbu karang yang dibudidayakan di CV. Putra Pelangi Samudra, Denpasar Bali ini diantaranya yaitu Acropora sp., Montipora foliosa, Seriatopora hystrik. Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman secara langsung tentang transplantasi terumbu karang di CV. Putra Pelangi Samudra, Denpasar Bali dan mengetahui analisis usaha di bidang terumbu karang. Metode pengumpulan data menggunakan metode deskriptif dimana menggunakan jenis data primer dan sekunder. Transplantasi terumbu karang ini menggunakan substrat semen sebagai media hidupnya. Fragmen karang hidup hasil pemotongan dari induk terumbu karang di tanam di substrat semen tersebut menggunakan pelekat campuran semen dan air laut. Fragmen karang yang dipotong berukuran sekitar 4-7 cm. Bibit karang tersebut di tumbuhkan pada perairan laut dengan menggunakan rak-rak transplantasi yang sudah ada di perairan laut. Pengendalian hama dan pembersihan terumbu karang dilakukan secara berkala supaya tidak menghambat pertumbuhan karang yang dibudidayakan.

Kata Kunci : Terumbu Karang, Transplantasi, Acropora, Karang Hermatipik

Pendahuluan

Wilayah pesisir dan lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia dengan memiliki ekosistem pesisir seperti mangrove, terumbu karang (coral reefs) dan padang lamun (sea grass beds) (Dahuri et al. 1996 dalam Dewi 2006).

Sudiono (2008) menyatakan luas terumbu karang Indonesia adalah 42.000 km2 atau 16,5 % dari luasan terumbu karang dunia yaitu seluas 255.300 km2 dengan 70 gebera dan 450 spesies. Terumbu karang dan segala kehidupan yang terdapat di dalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang bernilai tinggi baik dari segi ekologi maupun

(2)

dari segi ekonomis. Nilai ekologisnya antara lain sebagai habitat, tempat mencari makanan, tempat asuhan dan tumbuh besar seta tempat pemijahan bagi berbagai biota laut.

Sedangkan nilai ekonomis yang menonjol dari terumbu karang adalah sebagai bahan konstruksi dan perhiasan, bahan baku farmasi, sebagai daerah wisata dan sebagai hiasan akuarium ikan hias.

Seiring dengan meningkatnya aktivitas pemanfaatan dan ketergantungan yang tinggi terhadap ekosistem pesisir dan laut telah menyebabkan penurunan yang besar pada nilai ekologis dan ekonomis akibat kerusakan dan degradasi yang parah. Dari sekitar 51.000 km2 luas terumbu karang di Indonesia, lebih dari 40 % kondisinya rusak dan hanya sekitar 6,5 % dalam kondisi sangat baik dan selebihnya dalam keadaan sedang (World Resource Institute (WRI), 2002 dalam Dewi, 2006). Menurut CITIES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), lebih dari 2.000 spesies karang yang diperdagangkan di dunia.

Salah satu pengekspor karang tersebut adalah Indonesia. Untuk itu beberapa tahun ini mulai dikembangkannya budidaya terumbu karang.

Hal tersebut mengurangi kerusakan ekosistem terumbu karang (Kordi, 2010).

Karang yang dibudidayakan tersebut diambil dari ekosistem aslinya dimana yang nantinya akan di transplantasikan dengan metode tertentu. Untuk saat ini spesies yang dibudidayakan antara lain Goniopora sp., Euphyllia sp., Montipora sp., Acropora sp., dan masih banyak lagi yang lainnya. Dimana karang yang akan di budidayakan tersebut terlebih dahulu dibiakkan di laut selama tiga sampai empat bulan. Budidaya atau transplantasi terumbu karang ini sebagai usaha ekonomi kepada masyarakat, tanpa harus merusak ekosisem laut di bawah pengawasan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

Metodologi

Praktek kerja lapang ini dilaksanakan di CV.

Putra Pelangi Samudra, Denpasar Bali.

Kegiatan ini dilaksanakan mulai 20 Januari-15 Februari 2014. Data pertumbuhan karang dilakukan dengan pengukuran panjang mutlak.

Jenis terumbu karang yang ditransplantasikan yaitu jenis Acropora sp., Montipora foliosa, Seriatopora hystrik.Transplantasi dilakukan pada tanggal 26 Januari-14 Februari 2014.

Pertumbuhan mutlak karang dihitung menggunakan persamaan :

β=Lt-Lo --- (1)

keterangan :

β : pertumbuhan mutlak (cm);

Lt : rata-rata panjang cabang setelah pengamatan ke-t

Lo : rata-rata panjang cabang di awal penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Proses transplantasi dimulai dari persiapan substrat semen, persiapan rak transplantasi, persiapan fragmen dan persiapan untuk pesemaian di laut sampai dengan proses pemanenan. Faktor pendukung dari proses transplantasi ini yaitu pemeliharaan untuk mengendalikan hama dan perawatan untuk membersihkan karang dari kotoran yang menempel pada karang yang dapat menghambat pertumbuhan karang.

Substrat semen merupakan suatu media tumbuh karang yang akan ditransplantasikan. Substrat semen ini berfungsi sebagai tempat berdiri dan melekatnya akar terumbu karang. Substrat semen ini terbuat dari campuran pasir pantai, semen, dan air laut yang dicampur menjadi satu. Ada dua macam substrat semen yang digunakan, yaitu substrat semen untuk indukan dan anakan/bibit terumbu karang.

Serta terdapat dua bentuk substrat semen yaitu berbentuk bulat dengan cekungan di tengahnya dan berbentuk lempengan.

Substrat semen anakan mempunyai diameter 6-7 cm dengan diameter cekungan dalam tiga cm dan kedalaman cekungan 1,5 cm.

Sedangkan substrat semen untuk indukan berdiameter 18 cm dengan diameter cekungan sebesar tujuh cm dan kedalaman cekungan sebesar satu cm. Fungsi dari cekungan tersebut nantinya yang akan digunakan sebagi tempat melekatnya karang yang ditransplantasikan. Substrat semen lempengan mempunyai diameter sebelas cm.

Substrat semen yang berbentuk lempengan ini digunakan untuk media melekatkan karang yang mempunyai bentuk pertumbuhan karang yang mengerak atau encrusting.

Proses selanjutnya yaitu persiapan rak transplantasi. Rak transplantasi digunakan untuk sebagai tempat terumbu karang yang telah ditransplantasikan. Rak ini nantinya ditempatkan pada meja transplantasi yang sudah ditancapkan di dasar perairan. Rak ini terbuat dari besi yang sudah dilapisi cat anti karat. Rak ini berbentuk persegi persegi berukuran 100x100 cm.

Terdapat dua jenis rak transplantasi yaitu rak transplantasi untuk induk karang dan rak transplantasi untuk bibit karang. Rak

(3)

transplantasi untuk induk karang mempunyai jarak 6-7 cm setiap besi yang sejajar, sedangkan rak untuk bibit karang mempunyai jarak tiga cm. Setiap rak transplantasi induk dapat memuat induk karang sebanyak 20 spesies dan untuk rak bibit dapat memuat bibit karang sebanyak 100 spesies. Pada setiap besi yang sejajar diikat dengan karet ban yang nantinya digunakan untuk menjepit substrat karang yang akan di tempatkan pada rak transplantasi. Keuntungan menggunakan karet ban dibanding yang lainnya adalah karet ban mempunyai kelenturan, tidak mudah korosi dan mudah untuk dibersihkan dari kotoran yang melekat. Bibit karang berasal dari indukan karang yang sudah tersedia. Induk tersebut dipotong dengan menggunakan pemotong/tang menjadi beberapa fragmen karang.

Ukuran fragmen karang berkisar 4-7 cm. Induk karang yang bisa dijadikan bibit minimal mempunyai diameter karang sebesar 20 cm. Pemotongan induk untuk dijadikan bibit dipilih bagian induk karang yang masih muda yaitu pada ujung karang. Hal ini dilakukan untuk dapat mempercepat pertumbuhan karang. Fragmen karang hasil pemotongan induk ini kemudian dimasukkan ke dalam box styrofoam yang diberi air laut untuk meminamilisir terjadinya stress pada karang.

Fragmen karang yang setelah dipotong dari indukan selanjutnya ditempelkan pada substrat semen bibit. Setiap bibit yang sudah ditempelkan dengan substrat semen diberi tagging yang berisi pemilik kuota, kode spesies, nomer urut penanaman dan bulan penanaman. Pelekatan bibit dengan substrat ini menggunakan semen dan air laut yang dicampur hingga berbentuk pasta.

Setelah pemberian tagging, bibit yang ditempelkan pada substrat dibiarkan beberapa saat sampai lem perekat setengah mengering.

Bibit karang yang sudah setengah lengket dengan substrat selanjutnya di tempatkan pada keranjang yang berada pada dasar air laut.

Keranjang ini berfungsi sebagai tempat karantina karang yang baru saja ditempelkan dengan substrat. Hal tersebut dimaksudkan agar karang yang baru saja di tempelkan pada substrat tidak terkena arus terlalu kencang yang dapat mengakibatkan lepasnya karang dari substrat. Bibit karang tersebut dibiarkan pada keranjang sampai lem perekat kering dan karang siap untuk disemaikan.

Bibit karang yang telah menyatu dengan substrat kemudian ditempatkan pada rak transplantasi yang diikat dengan karet ban dengan meja yang telah ditancapkan di dasar

laut. Penempatan bibit tersebut di kaitkan pada karet yang sudah terpasang di rak transplantasi. Bibit tersebut diatur berdekatan menurut populasi sejenis, populasi berlainan jenis tetapi bergenus sama dan populasi dari genus berlainan. Penataan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan dalam pemeliharaan dan pengawasan. Padat tebar dalam satu rak transplantasi bisa mencapai 100 spesies. Pada fase ini karang hasil transplantasi akan mengalami proses adaptasi lingkungan dan survive dari pengaruh pemotongan. Keterlibatan manusia untuk memilihara dan merawat bibit karang yang baru disemaikan sangat penting untuk mendapatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang baik.

Kualitas air juga merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dari transplantasi karang. Kualitas air di di CV.

Putra Pelangi Samudra Pulau Serangan Bali yaitu mempunyai suhu berkisar antara 24- 280C, nilai pH antara 8-9 dan salinitas air antara 32-35 o/oo. Keadaan kualitas air untuk transplantasi karang di CV. Putra Pelangi Samudra Pulau Serangan Bali termasuk dalam keadaan cukup baik dan sesuai dengan pendapat Menurut Bengen (2002) yang dikutip Sudiono (2008) bahwa faktor-faktor fisik lingkungan yang berperan dalam perkembangan terumbu karang adalah suhu air lebih dari 18oC, tapi bagi perkembangan yang optimal diperlukan suhu rata-rata tahunan berkisar 23–35oC, dengan suhu maksimal yang masih dapat ditolerir berkisar antara 36–40oC. Salinitas air yang konstan berkisar antara 30–36 ‰.

Tabel 1. Pertumbuhan Karang

Pengukuran laju pertumbuhan karang diukur dengan cara pengukuran panjang linier karang. Karang yang dijadikan sampel pertumbuhan antara lain jenis Acropora sp., Montipora foliosa, Seriatopora hystrik. Dari sampel pertumbuhan karang tersebut di peroleh data pertumbuhan mutlak karang tercepat adalah Acropora sp.(0,0115/hari), Seriatopora hystrik (0,008/hari) dan Montipora foliosa (0,004/hari).

Pertumbuhan mutlak adalah selisih dari panjang akhir dengan panjang awal penanaman karang. Karang yang paling cepat tumbuh menurut data diatas yaitu dari bentuk bercabang (branching). Pertumbuhan karang yang cepat ini dipengaruhi oleh beberapa

(4)

faktor seperti umur bentuk, dan ukuran.

Pertumbuhan karang yang umurnya lebih muda akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan karang yang umurnya lebih tua. Begitu juga dengan karang yang besar dan bercabang akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan karang yang kecil dan tidak bercabang (Jupriandi, 2013).

Jupriandi (2013) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah polip maka semakin besar kesempatan untuk memperoleh makanan bagi hewan karang dan cahaya bagi zooxanthella sehingga apabila jumlah polip banyak maka diduga jumlah zooxanthella juga lebih banyak sehingga laju proses kalsifikasi pun akan lebih cepat terjadi pada karang yang mempunyai banyak polip dibanding yang mempunyai sedikit polip.

Perawatan terumbu karang juga merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan untuk tetap menjaga mutu dan kualitas dari karang yang di transplantasikan.

Kegiatan perawatan terumbu karang ini antara lain penggantian karet ban yang putus, pembenahan letak karang yang lepas dari karetnya, penggantian rak yang sudah lapuk, pengikatan rak pada meja transplantasi, penyikatan substrat dan rak karang yang ditumbuhi alga dan organisme lain seperti sponge, kepiting.

Panen merupakan proses terakhir dari pemeliharaan dan perawatan karang. Karang yang bisa di panen beragam ukuran, ada yang mulai dari ukuran S, M, L maupun XL. Harga tiap ukuran dan spesies pun juga berbeda- beda. Karang yang dipanen dari laut dimasukkan kedalam box styrofoam yang nantinya akan di masukkan ke dalam kolam karantina terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengurangi stress pada karang yang setelah diangkut dari laut ke tempat pemakingan.

Dalam melakukan pemanenan, karang tersebut dimasukkan ke dalam plastik rangkap tiga yang telah berisi air serta oksigen.

Usaha transplantasi karang tersebut memperoleh keuntungan sebesar 12,40% dari modal awal sebesar Rp 35.690.000, Revenue Cost (R/C) sebesar 8,08, Payback periode (PP) 1,05 tahun dan Break Event Point (BEP) unit sebesar 803 dan BEP harga Rp 23.380.

Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan usaha karang hias ini memenuhi standar kelayakan usaha yang terlihat dari nilai R/C >

1.

Ada 2 permasalahan selama kegiatan transplantasi karang. Permasalahan tersebut di bagi menjadi permasalahan internal dan eksternal. Permasalahan internal yang ditemui selama kegiatan transplantasi karang adalah parasit yang hidup pada karang yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan karang bahkan dapat menyebabkan kematian pada karang, Sedangkan permasalahan eksternal yaitu masih banyak dijumpai pencurian karang yang dilakukan oleh beberapa anggota masyarakat maupun dari perusahaan lain. Tentunya pencurian karang ini dapat mengurangi keuntungan dan persediaan karang yang ada.

Kegiatan produksi karang hias ini memiliki prospek pengembangan yang baik.

Rencana pengembangan usaha ini yang telah dilakukan adalah memperluas pasar untuk ekspor sehingga dapat meningkatkan produksi karang hias. Perbaikan dari kualitas karang yang dapat meningkatkan kuantitas dan keunggulan dari karang hias agar dapat bersaing di pasar internasional.

Kesimpulan

Kegiatan transplantasi terumbu karang ini menggunakan media semen sebagai tempat hidup karang. Transplantasi karang ini dilakukan dengan menanam fragmen karang pada substrat yang terbuat dari semen.

Fragmen karang yang ditanam berukuran sekitar 4-7 cm. Pelekatan fragmen karang dengan substrat semen terbuat dari campuran semen dan air. Setelah pelekat tersebut setengah kering, bibit karang tersebut di semaikan pada rak transplantasi yang sudah ada di dasar perairan laut.

Analisis usaha transplantasi karang tersebut memperoleh keuntungan sebesar 12,40% dari modal awal sebesar Rp 35.690.000, Revenue Cost (R/C) sebesar 8,08, Payback periode (PP) 1,05 tahun dan Break Event Point (BEP) unit sebesar 803 dan BEP harga Rp 23.380. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan usaha karang hias ini memenuhi standar kelayakan usaha yang terlihat dari nilai R/C > 1.

Kegiatan transplantasi terumbu karang yang dilakukan CV. Putra Pelangi Samudra perlu adanya pengawasan terhadap parasit atau penyakit yang menyerang terumbu karang serta mencoba menggunakan teknik lain selain menggunakan media semen dalam mentransplantasi karang, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas yang akan diproduksi.

Daftar Pustaka

Dewi, E. S. 2006. Analisa Ekonomi Manfaat Ekosistem Terumbu Karang di Pulau Ternate Provinsi Maluku Utara. Tesis.

Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika. Institut Pertanian Bagor. 84 hal

Jipriandi, A. Pratomo dan H. Irawan. 2013.

Pertumbuhan Karang Acropora formosa

(5)

Dengan Teknik Transplantasi pada Ukuran Fragmen Yang Berbeda.

Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.

Universitas Maritim Raja Ali Haji. 10 hal Kordi, K dan Gufran M. H. 2010. Ekosistem

Terumbu Karang. Rineka Cipta. Jakarta.

hal 178-181

Sudiono, G. 2008. Analisis Pengelolaan Terumbu Karang Pada Kawasan Konservasi Laut Daerah (Kkld) Pulau Randayan Dan Sekitarnya Kabupaten Bengka yang Provinsi Kalimantan Barat.

Tesis. Ilmu Lingkungan.

UniversitasDiponegoro. 175 hal

Suryabrata, S. 2011. Metedologi Penelitian.

Rajawali Press. hal. 75-194.

Referensi

Dokumen terkait

Strategi merupakan salah satu cara yang sangat efektif digunakan oleh seorang guru dalam meningkatkan belajar siswa, karena dengan adanya strategi yang digunakan oleh guru,

ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERAMPILAN PROBLEM SOLVING MAHASISWA PADA PERKULIAHAN MORFOLOGI TUMBUHAN.. Universitas

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui kondisi internal dan eksternal rumah sakit pada saat ini, mengetahui kinerja divisi marketing, serta untuk mengetahui bagaimana

Pelatihan dilaksanakan di tempat tersebut dengan pertimbangan, yaitu: (1) kedua kelompok mitra belum memiliki alat dan lokasi finishing, (2) lokasi adalah milik

terhadap kebutuhan anggota dan sikap adil yang ditunjukkan petugas dalam melayani anggota, diukur dengan menggunakan skala Likert (skor 1= tidak memuaskan, 2= kurang memuaskan,

MAHASISWA DALAM PENGISIAN KRS HARUS MENGISI KELAS SUPAYA NAMANYA TERCANTUM DALAM DAFTAR ABSEN KULIAH MAUPUN DAFTAR ABSEN

Meskipun demikian, penelitian ini setidaknya melengkapi gambaran tentang penerapan hukum waris pada masyarakat Bali kuno ditinjau dari segi prasasti dan