• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Cara yang dilakukan single parent ayah dalam mengasuh anak, mulai dari menerapkan sistem pembagian kerja di dalam rumah (menyapu, mencuci piring dan pakaian, menyetrika dan mengurus pekerjaan rumah lainnya), membiasakan anak untuk bangun sendiri, hingga jam bermain anak setelah pulang sekolah diperhatikan dengan baik. Selain itu, perhatian single parent ayah pada anak- anak dalam melatih pendidikan seperti mengajarkan anak menabung, menyisihkan uang saku dan menjaga kebersihan rumah telah diajarkan oleh single parent ayah dengan baik pada anak. Dilihat dari segi pembangunan karakter anak, telah diterapkan single parent ayah dari sifat adab, peduli, dan mandiri yang akan membentuk pribadi anak yang baik.

2. Tanggung jawab single parent ayah secara material mulai dari pemenuhan kebutuhan anak, baju anak, dan kesehatan diperhatikan single parent ayah dengan baik.

3. Hambatan-hambatan orang tua single parent ayah dalam mengasuh anak yaitu ketika single parent sedang bekerja, anak berada di rumah tanpa adanya orang tua

kandung. Hambatan selanjutnya, pemenuhan kebutuhan makan anak pada keluarga dengan ekonomi menengah kebawah dapat dikatakan dengan makanan seadanya. 4. Dampak Anak yang telah ditinggal ibunya (meninggal, bercerai dan TKW) dan

diasuh oleh single parent ayah secara material yaitu perhatian moril akan anak yang cenderung seadanya.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian, maka disarankan agar: 5.2.1 Untuk single parent ayah

1. Seharusnya orang tua single parent ayah selalu mengontrol kebutuhan anak (uang jajan maupun uang makan). Hal ini agar anak menjadi tidak tergantung pada uang.

2. Ketika single parent ayah bekerja hingga harus meninggalkan anak di rumah, sebaiknya single parent ayah tetap menjaga komunikasi. Komunikasi bisa dilakukan lewat telepon walaupun kondisi anak tidak dapat dipantau secara langsung.

3. Hendaknya single parent ayah bekerjasama dengan anggota keluarga terdekat dalam mengasuh anaknya, agar kondisi anak dari segi kesehatan dan kebutuhan sehari-hari bisa terpantau.

4. Sebaiknya single parent ayah meluangkan waktu (quality time) setelah pulang bekerja dan pada hari libur, agar komunikasi tetap lancar dan anak tidak menjauh dari single parent ayah.

5.2.2 Untuk Anak

1. Sebaiknya anak yang tinggal dengan ayah tunggal lebih mengerti dan memahami akan beban ganda yang ditanggung oleh ayahnya, dan membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah tanpa mengeluh dan merasa terbebani.

2. Untuk anak yang telah memasuki usia remaja awal dan bisa bertanggung jawab pada diri sendiri, sebaiknya si anak bisa ikut membantu meringankan beban materi ayah tunggal, seperti bekerja setelah pulang sekolah (contohnya doorsmer, menjaga warnet, dan pekerjaan paruh waktu lainnya).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah ikatan yang sedikit banyak berlangsung lama antar suami istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan menurut Sumner dan Keller merumuskan keluarga sebagai miniatur dari organisasi sosial, meliputi sedikitnya dua generasi dan terbentuk secara khusus melalui ikatan darah. Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting didalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan antara laki-laki dan perempuan, hubungan ini sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Didalam keluarga memiliki sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat.

Struktur dalam keluarga dimulai dari ayah dan ibu, kemudian bertambah dengan adanya anggota lain yaitu anak. Dengan demikian, terjadi hubungan segitiga antara orangtua-anak, yang kemudian membentuk suatu hubungan yang berkesinambungan. Peranan keluarga mengasuh, membimbing, melindungi, merawat, mendidikanak, menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Orangtua didalam keluarga memiliki peran yang besar dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa kelak. Peran orangtua merupakan gambaran

tentang sikap dan perilaku orangtua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan (Khairuddin. 1997).

Setelah sebuah keluarga terbentuk, anggota keluarga yang ada di dalamnya memiliki tugas masing - masing. Suatu pekerjaan yang harus dilakukan dalam kehidupan keluarga inilah yang disebut fungsi. Jadi fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan didalam atau diluar keluarga. Fungsi disini mengacu pada peran individu dalam mengetahui, yang pada akhirnya mewujudkan hak dan kewajiban. Mengetahui fungsi keluarga sangat penting sebab dari sinilah terukur dan terbaca sosok keluarga yang ideal dan harmonis. Munculnya krisis dalam rumah tangga dapat juga sebagai akibat tidak berfungsinya salah satu fungsi keluarga. (Khairuddin, 1997).

2.2 Single Parent (Single Father)

Single berarti sendiri, Parent berarti orang tua dan Father adalah seorang ayah. Single Parent Father adalah keluarga yang terdiri dari orang tua tunggal ayah sebagai akibat perceraian dan kematian dengan pasangannya. Single Parent Father dapat terjadi pada lahirnya seorang anak yang didasarkan ada atau tanpa ikatan perkawinan yang sah dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab seorang ayah.

Keluarga Single Parent Father dapat diakibatkan oleh perceraian, kematian, orang tua angkat dan orang tua yang berpisah tempat tinggal (belum bercerai).

Single Parent yang diakibatkan oleh kematian salah satu orangtua akan menimbulkan krisis yang dihadapi anggota keluarga. Namun krisis yang ditimbulkan oleh kematian seorang bapak atau ibu tidaklah begitu besar pengaruhnya seperti halnya krisis yangmuncul dari keluarga yang diakibatkan perceraian. Kehilangan salah satu orang tua akibat kematian sangat mengganggu ekonomi sebuah keluarga karena peranan ekonomi yang dijalankan telah tiada begitu pula dengan mengasuh anak. Keluarga Single Parent akan mendapat tugas ganda. Apabila yang terjadi adalah ketiadaan seorang ibu maka peran ayah bertambah sebagai pengasuh anak dan pencari nafkah. (Khairuddin.1997)

Menurut Soekanto (1990), seorang ayah dianggap sebagai kepala keluarga yang diharapkan mempunyai sifat-sifat kepemimpinanyang mantap. Sebagai seorang pemimpin dalam rumah tangga, maka seorang ayah harus mengerti serta memahami kepentingan-kepentingan dari keluarga yang dipimpinnya. Ayah sebagai salah satu orang tua diharapkan untuk lebih terlibat dalam pengasuhan. Ayah tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab atas pengasuhan. Ia tidak hanya memasuki masa parenthood dengan adanya anak melainkan juga mempunyai hak dan kewajiban untuk menikmati dan mengurus anak.

2.3 Teori Struktural-Fungsional

Teori atau pendekatan struktural-fungsional merupakan teori sosiologi yang diterapkan dalam melihat institusi keluarga. Teori ini berangkat dari asumsi bahwa

suatu masyarakat terdiri atas beberapa bagian yang saling memengaruhi. Teori ini mencari unsur-unsur mendasar yang berpengaruh di dalam suatu masyarakat, mengidentifikasi fungsi setiap unsur, dan menerangkan bagaimana fungsi unsur- unsur tersebut dalam masyarakat. Banyak sosiolog yang mengembangkan teori inidalam kehidupan keluarga pada abad ke-20, di antaranya adalah William F. Ogburn dan Talcott Parsons (dalam Ratna Megawangi, 1999: 56).

Teori struktural-fungsional mengakui adanya segala keragaman dalam

kehidupan sosial. Keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya struktur masyarakat dan menentukan keragaman fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah sistem. Sebagai contoh, dalam sebuah organisasi sosial pasti ada anggota yang mampu menjadi pemimpin, ada yang menjadi sekretaris atau bendahara, dan ada yang menjadi anggota biasa. Perbedaan fungsi ini bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi, bukan untuk kepentingan individu. Struktur dan fungsi dalam sebuah organisasi ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya, norma, dan nilai-nilai yang melandasi sistem masyarakat (Ratna Megawangi, 1999:56).

2.4 Teori Ketidaksamaan dan Nurture

Teori nurture memang bertolak belakang dengan pandangan nature, bahwa pembagian kerja secara seksual itu tercipta karena proses belajar dan lingkungan. Artinya, bahwa perempuan menempati ranah domestik karena diciptakan oleh budaya keluarga dan masyarakat yang mengesahkan pembagian kerja seperti itu. Pembentukan sifat maskulin dan feminim bukan disebabkan oleh adanya

pembedaan biologis antara pria dan wanita, melainkan ada sosialisasi atau kulturasi didalamnya. Mereka tidak mengakui adanya sifat alami maskulin dan feminism (nature), tetapi yang ada adalah sifat maskulin dan feminim yang di konstruk oleh sosial budaya melalui proses sosialisasi (nurture). Argument ini membedakan antara jenis kelamin yang merupakan konsep nature dan gender yang merupakan konsep nurture. (Ratna Megawangi, 1999:94)

2.5 Penelitan Relevan

Penelitian tentang Strategi dalam keluarga memang sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain diantaranya seperti pada table halaman berikut:

Tabel 1.1 Penelitian Relevan

NO PENELITIAN TAHUN TEORI HASIL

1. Daniel Oktaviandi tentang “Sosilisasi Anak Dalam Keluarga Single Parent” (Kasus: Ibu Single Parent Nagari Muaro Paneh Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok), (Skripsi FISIP)

2012 Sosialisasi Hasil penelitian yang dilakukan oleh Daniel Oktaviandi (2012) adalah, bagi mereka yang menjadi single parent karna

cerai hidup, banyak masalah yang ditimbulkan, dimana mantan suami meraka tidak pernah memberi kontribusi

kepada single parent dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Begitu juga

secara ekonomi mereka juga tidak ikut membantu, tak jarang anak dari

seorang

single parent yang keluarganya mengalami cerai mati merasa tidak membutuhkan figur ayah.

2. Vanda Angrika/ Sosialisasi Nilai-Nilai Agama Islam

Terhadap Anak Dalam Keluarga Lapisan Menengah Masyarakat Kota (Skripsi FISIP).

1997 Interaksi Simbolik

Pada umumnya keluarga telah memainkan fungsinya sebagai agen sosialisasi nilai-nilai agama terhadap anak, walaupun fungsi tersebut hanya sebatas penediayan sarana-saran yang menunjang kegiatan beragam anak. Melia/ Peran Orang

Tua Dalam

Menjalankan Fungsi Sosialisasi Terhadap Anak (Skripsi FISIP).

2011 Interaksi Simbolik

Timbulnya perasaan dekat dari seorang anak pada orang tuanya berawal dari komunikasi, interaksi dan sosialisasi yang bagus dalam keluarga antara orang

tua dengan anak. Kepada pedagang makanan kaki lima malam hari ini diharapkan bisa meluangkan waktu untuk

keluarga terutama anak karena pesan orang tua dalam menjalankan fungsi sosialisasi anak sangat penting. Sumber: Daniel Oktaviandi 2012, Vanda Angrika 1997, Melia 2011.

Berdasarkan tabel diatas, perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada tujuan penelitiannya yaitu strategi ayah dalam pembagian pekerjaan rumah tangga kepada anak, seperti anak bertanggung jawab mencuci baju, strategi ayah kepada anak dalam pembagian kerja berhubungan dengan ibadah seperti ayah mengingatkan anak shalat, memasukkan anak ke TPA, menyarankan anak puasa. strategi ayah kepada anak dalam pembagian kerja berhubungan dengan pendidikan seperti pedidikan karakter dan kurikuler seperti penanaman nilai moral dan etika, penanaman sikap disiplin, penanaman keterampilan dan pengetahuan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan.

Struktur keluarga merupakan subsistem dari struktur sosial. Struktur sosial secara keseluruhan dibentuk dari satuan-satuan keluarga. Hanya dalam masyarakat yang kompleks dengan peradaban yang lebih tinggi keluarga berhenti untuk memenuhi fungsi-fungsi ini, demikian juga pada masyarakat lokal seperti halnya pembagian kelas-kelas sosialnya, cenderung untuk mempertahankan kesatuan- kesatuan keluarga.

Dahulu keluarga (keluarga inti) merupakan struktur organisasi yang terkecil dalam masyarakat meliputi ayah, ibu dan anak. Fenomena yang marak terjadi akhir- akhir ini adalah kondisi keluarga yang tidak memiliki struktur keluarga sebagaimana mestinya. Dalam artian sudah ada pergeseran dalam struktur keluarga, yaitu adanya keluarga yang hanya orangtua tunggal dan anak seperti ibu dan anak ataupun ayah dan anak yang pada umumnya disebut single parent.

Single parent, ini merupakan fenomena yang sering terjadi di lingkungan sekitar kita. Struktur keluarga yang baru memunculkan berbagai pandangan bagi beberapa masyarakat. Bentuk struktur keluarga yang memiliki perbedaan pada struktur keluarga pada umumnya. Ayah, ibu dan anak seperti itu lazimnya struktur sebuah keluarga.Saat ini sudah ada perubahan pada struktur keluarga, kelengkapan anggota keluarga sudah tidak menjadi permasalahan berarti dalam pembahasan struktur keluarga. Ketika sebuah keluarga hanya ada ibu dan anak ataupun ayah dan anak pun dikatakan sebuah keluarga walaupun jika diamati dari struktur keluarga itu memiliki perbedaan. Meluasnya fenomena menjadi orangtua tunggal maka semakin banyak pula deskripsi definisi dari single parent itu sendiri. Single parent adalah orang yang melakukan tugas sebagai orang tua (ayah atau ibu) seorang diri karena kehilangan atau terpisah dengan pasangannya.

Single parent disebabkan oleh dua hal yaitu diinginkan (sengaja) dan tidak diinginkan (tragedi). Dalam kondisi yang sengaja, biasanya dianut oleh kaum feminist yang menginginkan kebebasan dalam menentukan komposisi suatu keluarga, dalam kondisi seperti ini biasanya wanita sudah mempersiapkan dirinya secara matang. Mereka lebih mandiri dalam segi finansial dan memiliki prinsip yang dipegang dalam menjalani kehidupannya sebagai single parent. Akan tetapi menjadi single parent juga terkadang menjadi suatu pilihan yang memang sebenarnya tidak diinginkan oleh seorang wanita atau pria itu sendiri. Single parent bisa jadi karena pasangan yang menikah tetapi tiba-tiba salah satunya meninggal dunia atau bercerai. Kondisi menjadi lebih sulit oleh pelakunya. Orangtua tunggal yang keberadaannya

dalam keluarga memiliki peranan ganda, masalah pergolakan perasaan, kesiapan ekonomi, dan bagaimana menghadapi masalah dalam kehidupan sosial masyarakat.

Di Indonesia, berdasarkan data dari Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 oleh Badan Pusat Statistik Indonesia, jumlah perempuan yang menjadi single parent jauh lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.

Tabel 1 Data Perempuan dan Laki-laki Single Parent di Indonesia Golongan

Umur Age Group

Cerai Mati / Widowed Perempuan Laki-laki 15-19 1,556 3,822 20-24 16,148 7,584 25-29 45,209 17,820 30-34 89,413 24,023 35-39 187,299 34,441 40-44 341,637 64,132 45-49 527.877 95,496 50-54 746,883 142,841 55-59 886,464 172,030 60-64 1,097,725 255.045 65-69 1,066,134 225,369 70-74 979,973 234,818 75 + 1,082,792 352,809 Total 6,541,761 1,375,440 sumber: badan pusat statistik 2015

Data di atas menunjukkan bahwa laki-laki yang menjadi duda karena kematian dan perceraian dengan istrinya di Indonesia berjumlah 1,375,440 orang. Sedangkan perempuan yang menjadi janda karena kematian dan perceraian dengan suaminya berjumlah 6,541,761 orang. Data di atas juga menunjukkan bahwa sekitar satu juta ayah di Indonesia yang istrinya telah meninggal dan yang telah bercerai dengan

istrinya harus tetap menjalankan perannya sebagai single father. Itu artinya, banyak ayah di Indonesia akan menjadi single fighter dengan tetap menjalankan suatu keluarga dan bertahan hidup tanpa didampingi pasangannya.

Akibat adanya single parent, struktur keluarga pun mengalami perubahan. Orangtua tunggal baik yang diemban oleh seorang ayah ataupun seorang ibu yang harus sendiri menjalankan kehidupan yang berbeda dari sebelumnya bersama anak- anaknya. Apabila kita amati memang tidak banyak pria yang terus memilih untuk menjadi orangtua tunggal setelah istrinya meninggal. Diperkirakan lebih banyak istri yang bertahan untuk terus sendiri dan menjadi orangtua tunggal dibandingkan suami. Ini semua sangat dipengaruhi oleh stereotip peran gender yang sangat memisahkan peran ibu sebagai pengasuh anak yang utama dan peran ayah adalah pencari nafkah keluarga. Jadi, masyarakat sering memandang adanya ketidakpantasan dan tidak mampu bila ayah saja yang mengasuh anak-anak.

Secara historis, perempuan di bawah sistem patriarki, apa pun kelas dan ras mereka, wajib menjalankan tugas-tugas kodrati dan reproduksi sosial (melahirkan anak, mengasuh anak, menata rumah, menyiapkan makanan, merawat yang sakit dan anak-anak, pelayanan emosional dan seksual). (George Ritzer, 2010: 523).

Struktur keluarga yang hanya terdiri orangtua tunggal dan anak. Pasti memberikan perbedaan signifikan, hal ini tampak pada peranan yang dimiliki oleh orangtua. Ayah sebagai single parent harus mampu membagi waktu, untuk berperan

sebagai ayah dan ibu sekaligus. Perannya sebagai ayah, sebagai pemimpin keluarga kecil yang dimilikinya. Kemandirian dalam mengambil keputusan dan membuat kebijakan secara mandiri, memberikan kasih sayang dan berperan dalam pekerjaan domestik untuk keluarga kecilnya.Melakukan pekerjaan domestik dan membagidengan anak-anaknya, keluarganya pun menjadi tambahan tanggung jawab bagi laki-laki single parent. Meskipun proritas mencari nafkah, seorang laki-laki single parent harus tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang ayah yaitu mengasuh dan membesarkan anak.

Rasa kasih sayang yang penuh perlu diberikan untuk anak, tidak dipungkiri anak merasakan dampak psikologis yang dapat berpengaruh pada perilaku di rumah, sekolah maupun masyarakat dan lingkungan sosialnya. Adanya perbedaan struktur keluarga memberikan efek yang tidak dapat dihindari oleh si anak. Dengan kasih sayang maka seorang ayah dapat mempersiapkan mental si anak. Menumbuhkan rasa kepercayaan dirinya dan meningkatkan rasa nyaman merupakan tugas utama. Sebagai laki-laki single parent tetap membutuhkan dukungan sosial baik berupa dukungan emosional maupun instrumental. Dukungan emosional, ditandai dengan perhatian yang simpatik terhadap orang lain yang mengalami stres. Tujuannya adalah mengurangi emosi negatif dan ketegangan yang dihasilkan. Dukungan instrumental, ditandai dengan bantuan yang lebih nyata dan terwujud. Misalnya, nasehat-nasehat membantu individu yang stres secara aktual mengubah lingkungan yang memicu stres. Misalnya, secara aktif menyelesaikan masalah atau mengubah persepsi terhadap sumber stres.

Kondisi single parent memang tidaklah mudah untuk dihadapi. Apalagi adanya pandangan atau komentar miring sebagian masyarakat terhadap struktur keluarga yang tidak lazim ini. Pengakuan dan penerimaan struktur keluarga yang berpola single parent dari masyarakat juga merupakan faktor yang dapat membantu bagi pemeran single parent. Penghormatan dengan menghargai single parent sebagai seorang manusia atas segala perjuangan yang dihadapinya dan menerima struktur keluarga yang dianut oleh seorang laki-laki single parent (meliputi ayah dan anak). Belas kasihan yang berlebihan tidak perlu, karena hal ini akan melemahkan mental seorang single parent.

Adapun alasan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah ingin melihat dan mendalami bagaimana pembagian kerja secara seksual dalam bidang publik dan domestik yang harus dikerjakan oleh seorang ayah tunggal dan membaginya dengan anaknya. Pada umumnya kita mengetahui bahwa seorang suami yang ditinggal oleh seorang istri harus melakukan pekerjaan publik dan domestik yang menuntut kerja sama antara ayah tunggal tersebut dengan anaknya. Seorang laki-laki lebih cenderung enggan atau tidak mau untuk melakukan pekerjaan domestik, maka saya ingin melihat apakah seorang ayah tunggal akan melakukan semua pekerjaan domestik tersebut dalam kondisi tertekan atau keadaan terpaksa seorang diri, atau membagi tugas dengan anaknya, atau malah mempekerjakan seorang pembantu rumah tangga (PRT).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pembagian kerja secara seksual (publik dan domestik) pada ayah tunggal dan anaknya?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana pembagian kerja secara seksual (publik dan domestik) pada ayah tunggal dan anaknya?

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat

memberikan kontribusi ilmu terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan disiplin ilmu sosial terutama bagi studi Sosiologi Keluarga dan Sosiologi Gender.

2. Untuk menambah refrensi hasil penelitian dan juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa/i sosial khususnya Sosiologi yang selanjutnya, serta diharapakan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas wawasan cakrawala pengetahuan.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis agar dapat meningkatkan kemampuan akademisi. Dan sebagai informasi tambahan bagi para peneliti yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan pembahagian kerja dan hubungan diantara ayah tunggal, keluarga dan anaknya. Dan berguna bagi perkembangan ilmu khususnya ilmu Sosiologi.

1.5 Defenisi Konsep

Defenisi konsep merupakan batasan penelitian dan rangkuman peneliti dalam menjelaskan peristiwa yang akan diteliti. Adapun yang menjadi defenisi konsep pada penelitian ini yaitu :

1. Keluarga

Keluarga adalah bagian terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal atau menetap di satu atap rumah dalam keadaan saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Keluarga sebagai salah satu kelompok yang orang-orang di dalamnya disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, ikatan sedarah, dan adopsi. Beberapa dari hal tersebut merupakan susunan rumah tangga itu sendiri. Adanya interaksi, komunikasi satu dengan yang lainnya menimbulkan peran-peran sosial bagi suami, istri, ayah, ibu, putra dan putri, saudara laki-laki, dan saudara perempuan yang merupakan pemeliharaan kebudayaan yang sama. Jadi keluarga merupakan kesatuan sosial yang terkait satu dengan yang lainnya

dan masing-masing anggotanya memiliki peranan yang berlainan sesuai dengan fungsi masing-masing anggota keluarga.

2. Single Parent

Single parent adalah seorang atau salah satu dari ayah atau ibu yang memikul tugasnya sendiri sebagai kepala keluarga sekaligus mengurus rumah tangga. Orang tua tunggal inilah yang biasa disebut dengan single parent yang hanya sendirian menghadapi masalah khusus dalam rumah tangga. Hal ini disebabkan karena hanya ada satu orang tua yang membesarkan anaknya. Bila di ukur dengan angka mungkin hanya sedikit keadaan positif yang terjadi pada keluarga yang memiliki orang tua tunggal tersebut dibandingkan dengan keluarga yang memiliki orang tua lengkap. Orang tua tunggal menjadi lebih penting bagi anak dan perkembangannya karena di sisi lain orang tua tunggal tidak memiliki pasangan untuk membantu, mendampingi dan menjadi tempat

Dokumen terkait