• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisi tentang kesimpulan secara singkat

berdasarkan hasil dari pelaksanaan penelitian dan

24

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemberdayaan (Empowerment)

1. Pengertian Pemberdayaan (Empowerment)

Pemberdayaan adalah suatu cara dimana rakyat, organisasi, dan

komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas)

kehidupannya. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang,

khususnya kelompok rentan dan lemah, untuk (a) memiliki akses terhadap

sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat

meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan

jasa-jasa yang mereka perlukan, dan (b) berpartisipasi dalam proses

pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,

pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan

atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk

individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka

pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh

sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki

kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun

mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan

mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.1

Pemberdayaan merujuk pada pengertian perluasan kebebasan memilih

dan bertindak. Bagi masyarakat miskin, kebebasan ini sangat terbatas

karena ketidakmampuan bersuara (voicelessness) dan ketidak berdayaan

(powerlessness) dalam hubungannya dengan Negara dan pasar. Karena kemiskinan adalah multi dimensi, masyarakat miskin membutuhkan

kemampuan pada tingkat individu (seperti kesehatan, pendidikan dan

perumahan) dan pada tingkat kolektif (seperti bertindak bersama untuk

mengatsi masalah). Memberdayakan masyarakat miskin dan terbelakang

menuntut upaya menghilangkan penyebab ketidakmampuan mereka

meningkatkan kualitas hidupnya.

Pemberdayaan merujuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok

rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan

dalam:

a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki

kebebasan, dalam arti bukan bebas mengemukakan pendapat,

melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan dan bebas

dari kemiskinan ilmu.

1

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), Cet Ke-1, h. 59.

26

b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan

mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh

barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan.

c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan

keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.2

Dalam Ensiklopedi Indonesia, daya adalah kemampuan untuk

melakukan sesuatu atau kemampuan untuk usaha/bertindak.

2. Modus-Modus pemberdayaan

a. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan Masyarakat merupakan suatu proses intervensi

sosial (perubahan sosial yang terencana). Oleh karena itu, setiap

bentuk pemberdayaan masyarakat dapat dijelaskan dalam beberapa

tahap, sebagaimana yang dikembangkan oleh Adi, terdiri dari 7

tahapan, yakni tahap persiapan, tahap pengkajian (Assesment), tahap

pemformulasian rencana aksi (designing), tahap pelaksanaan program

(implementasi), tahap evaluasi dan tahap terminasi, tahapan tersebut tergambar dalam figure berikut:

2

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 58.

Tahapan Intervensi Pemberdayaan Masyarakat

Sumber: Adi, h.181

Tahapan tersebut bukanlah sebuah tahapan yang kaku dan hierarkis

antara satu tahap lainnya, melainkan tahapan yang fleksibel, sesuai dengan

panah yang ada disebelah kiri, yang menunjukkan bahwa apabila satu

tahapan telah terlewati, masih membuka kemungkinan untuk kembali ke

tahapan sebelumnya, penjelasan tentang tahapan tersebut akan diuraikan

sebagai berikut:

Pertama: Tahap Persiapan. Tahapan persiapan ini sekurang-kurangnya terdiri dari dua hal, yakni penyiapan petugas dan penyiapan

lapangan. Penyiapan petugas dilakukan untuk menyamakan persepsi

mengenai konsep yang akan dilaksanakan dalam program pemberdayaan Persiapan

Pengkajian (Assesment)

Perencanaan alternative program atau kegiatan (designing)

Pemformulasian rencana aksi

Pelaksanaan program atau kegiatan

Evaluasi

28

masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesamaan pandangan

diantara tenaga pengubah (change agent), terutama apabila tim pengubah

berasal dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda. Sedangkan

penyiapan lapangan, dilakukan untuk memastikan layak atau tidaknya

suatu daerah menjadi tempat pemberdayaan masyarakat Change agent

juga melakukan kontak awal dengan penduduk setempat, baik secara

formal maupun informal.

Kedua: Tahap Assesment, yakni tahap pengkajian yang dilakukan untuk mengindentifikasi masalah yang dirasakan kelompok sasaran

sehingga menemukan apa kebutuhan yang mereka rasakan (felt nedds) dan

juga apa sumber daya yang mereka miliki.

Ketiga: Tahap Perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada

tahap ini change agent secara partisipatif melibatkan warga untuk

merumuskan masalah yang mereka hadapi beserta solusi yang sebaiknya

dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Penyusunan alternatif

program yang tepat, dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada,

dapat dipikirkan dan dirumuskan sebagai solusi dari masalah yang

dihadapi.

Keempat: Tahap Performulasian rencana aksi. Yakni tahap menuangkan gagasan yang telah dirumuskan dalam tahap perencanaan

alternatif program kedalam pernyataan kegiatan (proposal) secara tertulis.

rumusan program mereka dalam format yang layak untuk diajukan kepada

penyandang dana.

Kelima: Tahap pelaksanaan program atau kegiatan atau

implementasi keberhasilan dari tahap ini tergantung dari kerjasama yang

baik antara change agent dengan warga masyarakat serta tokoh

masyarakat setempat. Adanya konflik diantara tiga komponen ini akan

sangat menganggu tahap pelaksanaan program atau kegiatan

pemberdayaan masyarakat.

Keenam: Tahap evaluasi. Evaluasi atau pengawasan yang paling tepat digunakan dalam program pemberdayaan masyarakat adalah evaluasi

internal, yakni evaluasi yang dilakukan oleh warga masyarakat sendiri.

Evaluasi dapat dilakukan pada input, proses dan juga pada hasil.

Ketujuh: tahap terminasi, yakni tahap “pemutusan” atau pemberhentian program. Idealnya tahap ini dilakukan apabila masyarakat

atau komunitas sasaran benar-benar sudah “berdaya”. Pemutusan

hubungan dengan komunitas sasaran ini sebaiknya dilakukan secara

pelan-pelan, bertahap, tidak secara langsung ditinggalkan begitu saja oleh

change agent, sehingga dapat dipastikan ketika agen perubah keluar dari komunitas tersebut, keadaan sudah jauh berubah dan komunitas sasaran

sudah relatif mandiri.3

b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

3

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan pembangunan masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta:FE UI, 2003), Cet. Ke-3, h. 179-196.

30

Mengetahui tujuan dari sebuah proses pemberdayaan merupakan

hal penting, karena adanya tujuan yang disepakati bersama dapat menjadi

motivasi bagi warga dalam turut berperan serta dalam proses

pemberdayaan. Untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara

operasional, maka perlu untuk mengetahui fokus dan tujuan keberdayaan

yang dapat menunjukkan seseorang itu berdaya atau tidak. Keberhasilan

pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang

menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat

kesejahteraan dan kemampuan kultur dan politis.

Secara umum rancangan Tujuan Pemberdayaan Masyarakat adalah :

a. Masyarakat memahami bahwa kemiskinan yang terjadi pada

dirinya dan lingkungannya. Tidak semata-mata karena nasib atau

keturunan, namun ada hal yang selama ini membuat mereka agar

tetap miskin.

b. Masyarakat tumbuh keterampilannya dalam hal membuat dan

mengelola kelembagaan serta jaringan yang berbasis pada minat,

kebutuhan, keswadayaan dan kemandirian.

c. Masyarakat tumbuh kesadaran, motivasi dan mau berperan serta

nyata dalam proses maupun mengembangkan hasil pembangunan.

d. Masyarakat memiliki wakil yang dipilih sendiri untuk menjadi

utusan dalam sebuah jejaring maupun forum konsultasi

pembangunan dalam rangka menumbuhkan posisi runding dan

lokal yang memihak dan lebih adil dalam mensejahterakan warga

yang masih tertinggal.

Pada tahap aplikasi, Pemberdayaan Masyarakat memiliki tujuan mencangkup 3

aspek,

1. Aspek Pembangunan Manusia

Masyarakat pelaku sekaligus sasaran dapat mencapai tataran

kondisi sebagai berikut: Mampu melakukan identifikasi penyebab

masalah kemiskinan, penyusunan skala prioritas pemecahan masalah,

penetapan pilihan pemecahan masalah, penyusunan rencana kegiatan

untuk memecahkan masalah, pelaksanaan rencana, pemantauan,

penilaian dan mempertanggungjawabkan proses maupun hasil yang

dicapai.

2. Aspek Pembagunan Ekonomi

Masyarakat pelaku sekaligus sasaran pemberdayaan masyarakat

mampu melakukan kegiatan lebih produktif yang terencana, baik

secara individu maupun kelompok sehingga dapat meningkatkan

penghasilan. Ukuran peningkatan penghasilan adalah dari dibawah

standar UMR menjadi sekurang-kurangnya sama dengan UMR.

3. Aspek Pembangunan Lingkungan atau Komunitas

Masyarakat pelaku sekaligus sasaran pemberdayaan masyarakat

32

kualitas pemukiman, lingkungan maupun prasarana penunjang

kegiatan ekonomi masyarakat.

Menurut Adi, dalam konteks pembangunan, tujuan pemberdayaan

dapat berbeda sesuai dengan bidang pembangunan yang digapai.

Secara substansial tujuan pemberdayaan adalah untuk menjadikan

mereka yang kurang beruntung (disadvantages) atau yang tidak

berdaya (powerless) dapat menjadi berdaya (empowered). Dengan

demikian melalui pemberdayaan terjadi perubahan kondisi kearah yang

lebih baik.4

Dengan demikian tujuan pemberdayaan masyarakat adalah

menjadikan masyarakat dari tidak berdaya menjadi berdaya atau

mampu dan mandiri dalam berbagai sisi (aspek) pembangunan. Yakni

aspek ekonomi, pembangunan manusia dan lingkungan.

c. Strategi Pemberdayaan

Strategi Pemberdayaan Menurut Soetomo dan Jim Ife, sebagai berikut:

SOETOMO JIM IFE

1. Improvement vs Transformation

Proses pembangunan masyarakat adalah

adanya proses perubahan. Perubahan

yang dimaksud dapat merupakan

1. Proses dan Hasil

Sarana dan tujuan menjadi hal yang

penting dalam proses pemberdayaan

masyarakat. Proses yang harus

4

Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2002. h. 163

perubahan alami yang tumbuh dari

dinamika masyarakat sendiri, dapat pula

merupakan perubahan yang

terencana.sebagai perubahan yang

terencana, pada umumnya dikenal

adanya target atas perubahan yang

diharapkan. Dilihat dari target atas

perubahan yang dikehendaki, apakah

merupakan perubahan yang sekedar

perbaikan dalam beberapa segi

kehidupan tanpa harus merombak sistem

dan struktur yang ada. Target utama

dalam proses pembangunan masyarakat

adalah perubahan structural. Sebagai

sarana pencapaian tujuan, karena

melalui struktur sosial yang baru

kemudian dapat dikembangkan kondisi

kehidupan yang lebih baik.

2. Proses dan hasil Material

Proses pengambilan keputusan

diusahakan dapat dilakukan untuk

masyarakat sendiri yang

mengakomondasi dari seluruh lapisan

yang ada.

melibatkan masyarakat tanpa partisipasi

penuh keterlibatan ini tidak akan

tercapai. Sarana dan tujuan tidak dapat

dipisahkan, jika kita menerima

pandangan bahwa mengubah sarana

dapat mengubah tujuan, maka proses

pemberdayaan masyarakat memiliki

nilai yang lebih dari sekedar

instrumental.

2. Integritas Sosial

Proses pemberdayaan masyarakat tidak

dapat dilakukan oleh pekerja masyarakat

dewan lokal atau departemen

pemerintah. Melainkan proses harus

melibatkan masyarakat itu sendiri.

Keterlibatan ini tak akan tercapai tanpa

partisipasi penuh. Proses pemberdayaan

masyarakat harus menjadi proses

masyarakat yang dimiliki, dikuasai dan

dilangsungkan oleh mereka sendiri.

Setiap masyarakat berbeda-beda, ia

memiliki karakteristik budaya,

34

Pembangunan masyarakat adalah proses

menuju suatu kondisi dimana warga

masyarakat menjadi semakin kompeten

dan sensitive dalam menanggapi

persoalan-persoalan baik di lingkungan

komunitasnya sendiri maupun persoalan

yang berkaitan dengan hubungan

mereka dan masyarakat makronya.sudah

tentu prosesnya berjalan secara bertahap

dan kumulatif, dalam tahap yang lebih

lanjut akan menunjukkan tingkat

kopetensi dan tingkat kepekaan yang

semakin tinggi yang diwujudkan dalam

bentuk prakarsa, kreative, dan

partisipasi yang semakin meningkat.

3. Self Help vs Technocratic

Proses pemberdayaan masyarakat dapat

merupakan perubahan yang

menggunakan kekuatan, potensi dan

sumber-sumber dari masyarakat sendiri.

Pada umumnya perubahan tersebut

dipengaruhi baik oleh sumber dari

dalam maupun dari luar, perbedaanya

terletak pada sumber mana yang lebih

yang unik. Ia memiliki pemuka, masalah

dan aspirasi yang unik pula. Segala yang

berjalan di satu masyarakat belum tentu

dapat berjalan di masyarakat yang lain,

bahkan beresiko mengalami kegagalan

dan melemahkan pengalaman

orang-orang dari masyarakat tersebut.

3. Peningkatan Kesadaran

Gagasan yang sederhana mengenai

peningkatan kesadaran yaitu bahwa

orang-orang menerima penindasan

sebagai hal yang sedikit “normal” atau “tak bisa dihindari” disebabkan oleh legitimasi dari struktur dan wacana yang

menindas, dan sering kali tidak akan

mengakui atau menamai penindasan

mereka sendiri sehingga pengalaman penindasan bersifat “dibawah sadar”.

Peningkatan kesadaran mungkin

menghasilkan perubahan pada beberapa

waktu mendatang, karena kondisi sosial,

ekonomi dan politik terus berubah.

dominan masyarakat sendiri yang

menentukan apa yang menjadi

kebutuhannya, menentukan apa yang

harus dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan tersebut dan melaksanakan

sendiri langkah-langkah yang sudah

diputuskan dan direncanakan.

4. Uniformitas vs Variasi Lokal

Pendekatan yang lebih menitikberatkan

pada keseragaman biasanya diwujudkan

dalam bentuk program-program

pembangunan masyarakat yang

dirancang pada tingkat pusat, kemudian

diterapkan diseluruh masyarakat desa

yang ada tanpa memperhatikan

perbedaan karakteristik masing-masing

desa.

Pendekatan yang menekankan variasi

lokal menyadari bahwa

program-program pembangunan tidak dapat

dilakukan secara seragam, justru karena

masing-masing komunitas mempunyai

kondisi dan permasalahan yang berbeda.

dari proses pemberdayaan masyarakat,

masyarakat sendirilah yang harus

membuat keputusan tersebut, bukan

pekerja masyarakat.

4. Kerja sama

Tanpa adanya kerja sama dan komitmen

tidak akan ada masyarakat yang

berkompetisi untuk melakukan suatu

perubahan/kemajuan untuk

memberdayakan dirinya sendiri karena

kompetisi tak dapat dihindari sebagai

bagian dari sifat dasar manusia,

kompetisi itu menyenagkan dan

kompetisi membuat orang-orang lebih

percaya diri dan membangun karakter.

5. Langkah Pengembangan

Proses tersebut tidak dapat dipaksakan

agar proses berjalan dengan baik, diperlukan langkah yang “natural” untuk memulainya dan untuk mendorong

proses tersebut harus berjalan sesuai

dengan langkah masyarakat yang tidak

36

Apabila harus dilaksanakan dengan pola

yang seragam, maka yang akan terjadi

adalah kesenjangan antara

program-program pembangunan dengan

permasalahan dan kebutuhan riil yang

ada dalam masyarakat.5

diinginkan oleh pekerja masyarakat.

6. Perdamaian dan Tanpa

Kekerasan

Struktur yang mengabadikan

ketimpangan, kemiskinan, dan

penindasan perlu ditentang. Cara yang

dipakai oleh banyak institusi sosial

dilihat sebagai kekerasan karena cara

yang dipakai tersebut mengabadikan

struktur dan praktik penindasan.

Perpektif anti kekerasan harus lebih kuat

dan radikal dan mengharuskan

keragu-raguan terhadap struktur dan praktik

yang diterima

7. Konsensus

Pendekatan konsensus mencari

kesepakatan dan bertujuan mencapai

solusi dari seluruh kelompok atau

masyarakat. Konsensus merupakan

konsekuensi yang tidak dapat dielakkan

dari kekerasan dan influsivitas.

5

Soetomo, strategi-strategi pembangunan masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), cet-1, h.44-78

Konsensus berarti bahwa

kelompok/masyarakat berkomitmen

terhadap proses yang mencoba mencari

solusi/serangkaian tindakan yang dapat

diterima dan dimiliki oleh setiap orang

dan keputusan yang diambil disetujui

oleh orang-orang yang sesuai dengan

kepentingan terbaik mereka semua

masyarakat pribumi tersebut dapat

melangsungkan struktur masyarakat

yang lebih kuat dan tampak sebagai

gaya hidup secara ekologis dan kearifan

pembuatan keputusan melalui striktur

konsensus merupakan sebuah pelajaran

yang dapat dipelajari oleh masyarakat

maju.

8. Membangun Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat melibatkan

pengembangan modal sosial,

memperkuat interaksi sosial dalam

masyarakat, menyatukan mereka, dan

membantu mereka untuk saling

38

mengarah pada dialog yang sejati,

pemahaman dan aksi sosial.

Meningkatkan rasa saling

ketergantungan untuk bisa

menyelesaikan tugas dan memberikan

peluang untuk interaksi formal maupun

informal. Membangun kepercayaan.6

3. Metode-metode Pemberdayaan

Partisipasi Sebagai Faktor Penting Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Pengertian Partisipasi menurut Uphoff dan Cohen (1979) yaitu,

menekankan pada rakyat memiliki peran dalam pembuatan keputusan.7

Partisipasi memiliki pengertian bahwa setiap program bukan dirancang

oleh orang luar kemudian masyarakat diminta ikut melaksanakannya,

tetapi program tersebut dirancang oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh

orang luar.8

Sebagaimana diketahui, pemberdayaan pada dasarnya merupakan

proses perubahan, dan salah satu bentuk perubahan yang diharapkan

6

Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif

Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2008),cet-1,h 336-365

7

Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif

Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2008),cet-1,h.296.

8

Ed. Rianingsih Djohani dkk, Berperan Bersama Berperan Setara, (Bandung: Driya Media, 1996), cet-1, h.13.

adalah perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang semakin

meningkat, merupakan salah satu perwujudan dari perubahan sikap dan

perilaku tersebut. Dalam hal ini aktivitas lokal merupakan media dan

sarana bagi masyarakat dalam melaksanakan partisipasinya. Dalam hal ini,

kegiatan bank sampah merupakan media dan sarana bagi warga

Perumahan Bukit Pamulang Indah dalam melaksanakan partisipasinya.

Dengan demikian, pendekatan partisipatoris dilihat sebagai

pendekatan utama bagi yayasan bunga melati utama dalam strategi

pengelolaan sumber daya berbasis komunitas.

Berbicara mengenai partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan

masyarakat, dalam buku soetomo ada enam tafsiran dan makna yang

berbeda tentang partisipasi yang di inventarisir oleh Mikkelsen, pertama,

partisipasi adalah kotribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa

ikut serta dalam pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi adalah usaha

membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan kemauan

menerima dan kemampuan menanggapi proyek-proyek pembangunan.

Ketiga, partisipasi adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa

orang atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan

kebebasannya untuk melakukan hal itu. Keempat, partisipasi adalah

pemantapan dialog antara masyarakat sekat dalam tempat dengan para

staff dalam melakukan persiapan, pelaksanaan, dan monitoring proyek,

agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak

sosial. Kelima, partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat

40

keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan

lingkungan mereka.9

Tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat

sangat penting. Pertama partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna

memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap

masyarakatnya, tanpa kehadirannya, program pembangunan serta

proyek-proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih

mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan

dalam proses persiapan dan perencanannya, karena mereka akan

mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa

memiliki terhadap proyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya

partisipasi umum karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak

demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat

mereka sendiri.

Mengingat pengelolaan lingkungan tujuan akhirnya adalah untuk

kepentingan masyarakat secara luas, maka unsur masyarakat menjadi titik

sentral yang harus mendapat perhatian utama dalam setiap kebijakan.

Dengan demikian masyarakat merupakan titik sentral dalam kebijaksanaan

pengelolaan lingkungan, sehingga pengelolaan terpadu dengan keterlibatan

masyarakat menjadi penting. Wujud keterlibatan tersebut dalam bentuk

peningkatan keberdayaan masyarakat agar mampu berperan serta dalam

pengambilan keputusan demi kepentingan umum untuk pelestarian

9

Soetomo, strategi-strategi pembangunan masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), cet-1, h.438.

lingkungan. Selain itu masyarakat juga diharapkan mampu secara mandiri

membangun dan mengambil inisiatif lokal.

Dengan partisipasi warga Bukit Pamulang Indah dalam berbagai

tindakan bersama melalui kegiatan Bank Sampah, telah terjadi proses

belajar sosial yang kemudian dapat meningkatkan kapasitas warga Bukit

Pamulang Indah Pamulang untuk berpartisipasi secara lebih baik dalam

tindakan bersama warga dan yayasan Bunga Melati utama untuk pada

kegiatan Bank Sampah berikutnya.

Partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor pendukung

keberhasilan Bank Sampah, di lain pihak, juga dapat dikatakan bahwa

kegiatan Bank Sampah dalam meningkatkan kapasitas warga, termasuk

dalam berpartisipasi.

Peningkatan kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi secara lebih

baik sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan pemberdayaan juga

merupakan pencerminan, bahwa dalam pemberdayaan masyarakat lebih

memberikan fokus perhatian pada aspek manusia dan masyarakatnya

bukan semata-mata pada hasil secara fisik materiil.

4. Kelembagaan

Lembaga kemasyarakatan adalah himpunan norma-norma dari

segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam

kehidupan masyarakat. Wujud yang kongkrit lembaga kemasyarakatan

42

Proses terbentuknya lembaga kemasyarakatan yaitu: (a) Proses

pelembagaan (institutionalization), yakni suatu proses yang dilewati oleh

suatu norma kemasyarakatan yang baru untuk menjadi bagian drai salah

satu lembaga kemasyarakatan. Yang dimaksudkan ialah, sampai

norma-norma kemasyarakatan itu, oleh masyarakat dikenal, diakui,dihargai, dan

kemudian ditaati dalam kehidupan sehari-harinya. (b) norma-norma yang

internalized, artinya adalah bahwa proses norma-norma kemasyarakatan tidak hanya berhenti sampai pelembagaan saja. Akan tetapi mungkin

norma-norma tersebut mendarah daging dalam jiwa anggota-anggota

masyarakat.10

B. Sampah dan Pengelolaannya

1. Pengertian Sampah

Pengertian sampah adalah suatu yang tidak dikehendaki lagi oleh

yang punya dan bersifat padat. Sementara UU No 18 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah, Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia

atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik

atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap

sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.

Sampah adalah buangan berupa bahan padat yang merupakan

polutan umum yang menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan,

membawa berbagai jenis penyakit, menurunkan nilai sumber daya,

10

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1982), cet-38. h. 204

menimbulkan polusi, menyumbat saluran air, dan berbagai akibat negatif

lainnya.11

Departemen Kesehatan, mendefinisikan Sampah adalah benda

yang tidak dipakai, tidak diingini dan dibuang, yang berasal dari suatu

aktifitas dan bersifat padat, dan tidak termasuk buangan yang bersifat

biologis12

Sampah juga diartikan sebagai suatu bahan yang terbuang atau

dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang

belum memiliki nilai ekonomis.

2. Penggolongan Sampah

Jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada

Dokumen terkait