• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Kegiatan Bank Sampah Di Perumahan Bukit Pamulang Indah Rw 09 Dan 13 Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Kegiatan Bank Sampah Di Perumahan Bukit Pamulang Indah Rw 09 Dan 13 Tangerang Selatan"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

KEGIATAN BANK SAMPAH DI PERUMAHAN BUKIT PAMULANG

INDAH RW 09 DAN 13 TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

BUNGA NUR MAWADDAH NASUTION

NIM: 109054000001

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT: STUDI KASUS

KEGIATAN BANK SAMPAH DI PERUMAHAN BUKIT

PAMULANG INDAH RW 09 DAN 13 TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

BUNGA NUR MAWADDAH NASUTION 109054000001

Menyetujui,

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil penjiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 November 2013

(5)

i Bunga Nur Mawaddah Nasution

Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Kegiatan Bank Sampah di Perumahan Bukit Pamulang Indah RW 09 dan 13 Tangerang Selatan

Partisipasi merupakan salah satu faktor penting dalam upaya melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Partisipasi masyarakat bisa timbul dari diri mereka sendiri dan bisa pula timbul setelah dilakukannya intervensi terhadap mereka oleh pihak luar. Partisipasi menjadi sebuah proses belajar masyarakat dengan tujuan perubahan sikap dan perilaku masyarakatnya. Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa proses belajar tersebut memerlukan waktu yang relatif panjang.

Salah satu diantara kegiatan pemberdayaan adalah pengelolaan sampah. Kota Tangerang Selatan yang baru berusia empat tahun harus mengalami permasalahan sampah yang cukup berat. Permasalahan sampah berjalan seiring dengan bertambahnya penduduk dan perubahan pola hidup masyarakat. Upaya-upaya yang dilakukan dalam menangani sampah, salah satunya dengan kegiatan yang menggunakan konsep pengolahan sampah. Diantara kegiatan Bank Sampah terdiri dari proses memilah, menimbang, dicatat dalam buku tabungan. Penelitian ini mengenai Bank Sampah yang dilakukan oleh Bank Sampah Melati Bersih BPI di Perumahan Bukit Pamulang Indah RW 09 dan RW 13 Tangerang Selatan Banten. Studi ini menemukan bahwa partisipasi warga di RW 09 dan 13 Bukit Pamulang Indah dan kontribusi Bank Sampah terhadap kebersihan lingkungan di Perumahan Bukit Pamulang Indah cukup signifikan. Program ini telah berhasil memproduksi sampah anorganik menjadi barang yang bernilai. Keberhasilan kegiatan ini berpengaruh pada kebersihan lingkungan di Perumahan Bukit

Pamulang Indah dan dengan kegiatan Bank Sampah ini menjadi icon Tangerang

Selatan dalam penanganan masalah lingkungan, sehingga berpengaruh besar terhadap warga dan pihak institusi itu sendiri.

(6)

ii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT sebagai pagar penjaga

nikmatNya, Zat yang maha mengenggam segala sesuatu yang ada dan

tersembunyi di balik jagad semesta alam, zat yang maha meliputi segala sesuatu

yang terfikir maupun yang tidak terfikir. Shalawat serta salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan

bagi seluruh umat Islam yang terlena maupun terjaga atas sunahnya.

Alhamdulillahi rabbil’alamin, penulis mengucapkan rasa syukur kepada

Allah SWT atas segala rahmat dan ridha-NYA, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan. Karena tanpa rahmat dan ridha-Nya tidaklah mungkin penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, selesainya skripsi ini tidak

lepas dari bantuan, bimbingan, do’a dan partisipasi dari berbagai pihak. Penulis

ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Arief Subhan, M.Ag, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Wati Nilamsari, M.Si dan Hudri, M.Ag, selaku Ketua dan Sekertaris

Jurusan pengembangan Masyarakat Islam UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Tantan Hermansah, M.Si sebagai Dosen Pembimbing penulis yang

(7)

iii

4. Siti Nurbaya, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik, Bapak dan

Ibu Dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, seluruh

dosen-dosen yang pernah mengajar di PMI angkatan 2009 yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan pendapat dan saranya kepada

penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini.

5. Drs. Bambang Budi S.MM selaku Ketua Yayasan Bunga Melati

Indonesia, R. Imas Maesyaroh dan Rizka Dwipa Anggana selaku

Fasilitator Bank Sampah Melati Utama atas kebijakan, informasi serta

bantuannya sehingga penulis bisa membuat karya ilmiah ini, penulis

ucapkan terimakasi.

6. Ibu Sari Nurlita beserta Pengurus Bank Sampah Melati Bersih BPI,

atas informasi, bantuan, kebijakan dan sarannya sehingga penelitian

dapat dilakukan dengan baik.

7. Teruntuk kedua orang tua tercinta Ayahanda H. Harmon Alamsyah

Nasution dan Ibunda Hj. Tuty Roswati yang selalu mencurahkan cinta,

kasih sayang, do’a, air mata yang selalu tercurahkan, motivasi yang

luar biasa serta dukungan moril maupun materil kepada penulis, terima

kasih atas kesabarannya. Kakakku Syarifullah Parlindungan dan Kel

Besar H. Raiman Abdullah, hanya Allah yang dapat membalas

semuanya.

8. Teman-temanku Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angkatan

(8)

iv

Barendra Reza, Fajar lazuardi, Musfiq Amrullah, M. Syukron, Ahmad

Rifai, Fakru, Budi Mifaldi, Fajriansyah, Ridwan Aprilamsah, dan Adi

Hidayat, yang selalu memberikan semangat, bantuan dan motivasi

yang luar biasa, semoga kita semua dapat menggapai kesuksesan.

Aamiin.

9. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini

tidak lupa perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunkasi

dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan

segala buku-buku rujukannya sehingga penulisan karya ilmiah ini bisa

terselesaikan. Penulis ucapkan terima kasih.

10.For My Lovely Irfan Azis terima kasih atas motivasi, semangat, kasih

sayang, harapan, kesabaran dan pengorbanan yang selalu tercurahkan

dari awal perkuliahan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT selalu meridhoi setiap langkah kita. Aamiin.

Jakarta, 29 November 2013

Penulis

(9)

v

ABSTRAKSI ……….………..i

KATA PENGANTAR ………...ii

DAFTAR ISI ………..v

DAFTAR TABEL ………..viii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang Masalah ……….... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ……… 10

C. Tujuan dan Manfaat ……….. 10

D. Metodologi Penelitian ……….. 11

a. Pendekatan Penelitian ……….………. 11 b. Sumber data ………. 12

c. Penentuan Lokasi Penelitian ……….... 14

d. Teknik Pengumpulan Data ……….. 15

e. Teknik Analisis Data ………... 17

f. Keabsahan Data ………... 18

E. Tinjauan pustaka ………... 20

F. Sistematika penulisan ……….... 22

BAB II LANDASAN TEORI ………... 24

A. Pemberdayaan (empowerment) ……… 24

(10)

vi

2. Modus-Modus Pemberdayaan ……….. 26

3. Metode-Metode Pemberdayaan ……… 38

4. Kelembagaan ……… 41

B. Sampah dan Pengolahannya ………... 42

1. Pengertian Sampah ………... 42

2. Pengolongan Sampah ………... 43

3. Penjelasan Konsep 3R dalam Pengolahan Sampah ………. 46

BAB III TEMUAN PENELITIAN PROFIL BANK SAMPAH MELATI BERSIH DAN PROFIL NASABAH ………..……….. 49

A. Profil Bank sampah Melati Bersih ……….…... 49

1. Sejarah Bank Sampah Melati Bersih ……….….….. 49

2. Visi dan Misi ……….….….. 50

3. Struktur Organisasi ……….……….…. 51

4. Program Kegiatan yang dilaksanakan di Bank Sampah Melati Bersih. 52 5. Sumber Dana dan Kerja Sama ………..……… 55

B. Profil Nasabah RW 09 dan 13 ………...……… 55

1. Nasabah RW 09 ………...……….. 55

2. Nasabah RW 13 ………...……... 58

. 3. Strategi Bank Sampah ………...……….... 66

4. Mekanisme Bank Sampah ………...……….. 66

(11)

vii

B. Dampak Dari Pemberdayaan yang dilakukan Bank Sampah ………... 86

BAB V PENUTUP ………. 94

A. Kesimpulan ……….. 94

B. Saran ………. 94

DAFTAR PUSTAKA ……….… 96

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Nasabah RW 09 Periode September 2012-Agustus 2013 Perumahan

Bukit Pamulang Indah……….……….. 56

Tabel 2 Data Nasabah RW 13 Periode September 2012-Agustus 2013 Perumahan Bukit Pamulang Indah ………...………... 58

Tabel 3 Data Nasabah RW 09 sesuai dengan Pendapatan Perbulannya ...…… 61

Table 4 Data Nasabah RW 13 sesuai dengan Pendapatan Perbulannya ……..… 63

Tabel 5 Daftar Harga dan Jenis Sampah ………..…...……….…… 76

(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah lingkungan sekarang ini bukan hanya tanggung jawab

sekelompok orang, tetapi sudah menjadi tugas dan kewajiban semua orang untuk

menjaga dan memeliharanya agar tetap asri. Lingkungan yang asri akan

mendatangkan manfaat bagi umat manusia di bumi. Tumbuh-tumbuhan, ternak,

dan segala ciptaan Tuhan akan berkembang dengan baik, di lingkungan yang asri

guna kepentingan manusia. Sayangnya lingkungan yang asri sudah banyak yang

rusak oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab, sehingga bencana terjadi

di mana-mana. Allah berifiman pada ayat suci al-Qur’an:

“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Surat Ar-Ruum ayat 41).1

Ayat tersebut menjelaskan dua hal pokok yang menjadi dasar pandangan

Islam dalam isu pencemaran lingkungan. Pertama, Islam menyadari telah dan

akan terjadi kerusakan lingkungan baik di daratan dan lautan yang berakibat pada

turunnya kualitas lingkungan untuk mendukung hidup manusia. Kedua, Islam

memandang manusia sebagai penyebab utama kerusakan dan sekaligus pencegah

1

Masriah dan Mujahid, Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan,

(14)

2

terjadinya kerusakan tersebut. Oleh karena itu, ajaran Islam secara tegas mengajak

manusia melestarikan bumi dan sekaligus secara tegas melarang manusia

membuat kerusakan di bumi. Namun sayangnya sebagian besar masyarakat belum

cukup menyadari dampak akibat kerusakan lingkungan.

Pencemaran lingkungan yang terjadi di suatu negara, akan berdampak pula

pada negara lain bahkan dunia. Untuk itu selalu diperlukan kerja sama yang baik

antara negara-negara di dunia untuk menangani masalah lingkungan. Kerusakan

hutan di Indonesia tidak hanya berpengaruh terhadap keadaan iklim di Indonesia,

akan tetapi berakibat pula terhadap perubahan iklim global (dunia secara

menyeluruh).

Permasalahan lingkungan hidup cukup kompleks. Penebangan hutan yang

menyebabkan banjir, pencemaran terhadap air oleh limbah-limbah industri,

pembuangan sampah ke dalam sungai (termasuk sampah rumah tangga),

pencemaran terhadap tanah, dan sebagainya, merupakan ancaman bagi kehidupan

manusia.

Ancaman banjir setiap musim hujan di berbagai belahan dunia termasuk di

Indonesia, adalah akibat dari perbuatan manusia sendiri yang menebang hutan

untuk mengejar keuntungan sesaat. Berbagai wilayah di Indonesia setiap musim

hujan dilanda banjir dan tanah longsor, baik kota maupun luar kota. Penataan

ruang kota yang kurang memperhatikan dampak lingkungan, serta kehancuran

hutan-hutan di daerah tangkapan air, menjadi penyebab utama banjir di Jakarta.

Penanggulangan banjir seperti di Jakarta dan kota-kota lainnya, tidak

(15)

air dan tempat penampungan air, akan tetapi daerah tangkapan air hujan di daerah

hulu sungai perlu di tata kembali, hutan-hutan yang rusak perlu direhabilitasi.

Sampah yang selama ini menghiasi lingkungan telah membentuk imajinasi

sebagian besar orang dalam melihat sampah. Oleh sebab itu, sampah selalu

diposisikan di belakang rumah, dibakar atau dibuang di sungai. Pemerintah

dengan berbagai kebijakan belum mampu mengubah pandangan sebagian besar

orang terhadap sampah, hal ini tercermin pada slogan “hanya orang sembarangan

yang buang sampah sembarangan”. Harapan pemerintah mampu mengubah pola

perilaku masyarakatnya terhadap sampah, dalam hal ini bertujuan mengatasi

permasalahan demam berdarah dari arah pencegahan. Pada kenyataannya, pola

perilaku orang membuang sampah pada tempatnya dianggap sama dengan orang

membuang sampah sembarangan karena dirasa tidak ada timbal balik yang

signifikan pada dirinya, sehingga upaya pemerintah ini belum bisa mengubah

pandangan masyarkat terhadap sampah.

Padahal pesatnya pembangunan perkotaan tidak hanya menimbulkan

dampak positif bagi berkembangnya kota tersebut, tetapi juga menimbulkan

dampak negatif yang dapat mengganggu kesehatan dan lingkungan. Kebersihan

kota merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dan kemajuan suatu

pembangunan kota. Salah satu permasalahan tersebut yang tidak kunjung selesai

adalah masalah sampah. Hal ini diakibatkan oleh suatu metode pengelolaan

sampah yang masih didominasi sistem kumpul sampah, diangkut, lalu dibuang ke

(16)

4

Masalah sampah tidak hanya sekedar hanya bagaimana mengolah atau

mengelola sampah saja, tetapi juga terkait dengan masalah budaya/perilaku

masyarakat. Masyarakat Indonesia umumnya tidak peduli tentang sampah.

Masyarakat seringkali membuang sampah sembarangan, dan cenderung

mementingkan diri sendiri. Perilaku ini merupakan salah satu penyebab kenapa

semakin banyaknya program untuk mengatasi jumlah sampah yang tidak

terkontrol yang tidak berjalan dengan baik. Merubah perilaku masyarakat tersebut

menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari upaya-upaya penanganan

sampah secara terpadu.2

Permasalahan mengenai sampah merupakan hal yang sangat membutuhan

perhatian khusus karena sampah menjadi persoalan nasional. Kegagalan dalam

pengelolaan sampah berimbas pada menurunnya kualitas lingkungan hidup,

kesehatan warga masyarakat, merusak estetika kota, dan dalam jangka panjang

dapat mempengaruhi arus investor ke daerah oleh karena itu, kesadaran

masyarakat terhadap pengelolaan pelestarian lingkungan hidup belum optimal

bahkan cenderung banyak masyarakat yang mengabaikannya.

Lingkungan hidup merupakan faktor penting bagi kehidupan manusia,

karena lingkungan hidup memiliki tiga fungsi pokok. Fungsi pertama, diolah

menjadi produk jadi baik yang dikonsumsi sebagai kebutuhan primer, sekunder,

dan tersier. Fungsi kedua, sebagai sumber kesenangan yang sifatnya alami, seperti

memberikan kesegaran karena adanya udara yang sejuk dan nyaman untuk

2

(17)

dihirup, menyediakan sinar matahari yang hangat, menyediakan pantai yang

bersih dan indah untuk rekreasi dan sebagainya. Fungsi ketiga adalah lingkungan

yang menyediakan diri sebagai tempat untuk menampung dan mengolah limbah

secara alami.

Istilah lingkungan hidup sebenarnya mempunyai pengertian kuantitas

maupun kualitas sumber daya alam, baik yang sifatnya dapat diperbaharui

maupun yang tidak dapat diperbaharui, termasuk lingkungan ambient yang terdiri

dari air, udara, landscape, dan atmosfir. Maka, lingkungan hidup merupakan

faktor penentu bagi kuantitas, kualitas, dan keberlanjutan kegiatan dan kehidupan

manusia. Dengan meningkatnya masalah kualitas lingkungan, maka akan

meningkat pula masalah kuantitasnya.3

Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan masyarakat

adalah dengan kegiatan Pemberdayaan Pemberdayaan sebagai perubahan ke arah

yang lebih baik, dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait

dengan upaya peningkatan taraf hidup ke tingkat yang lebih baik. Pemberdayaan

adalah meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya

yang dimiliki dalam menentukan tindakan kearah yang lebih baik.4

Menurut Sharlow, pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana

individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka

sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan

3

Masriah dan Mujahid, Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan,

Malang: IKIP Universitas Negeri Malang, 2011, h. 97.

4

(18)

6

mereka.5 Artinya ialah mendorong mereka untuk menentukan sendiri apa yang

harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia

hadapi sehingga mereka mempunyai kesadaran penuh dalam membentuk masa

depannya.

Melalui pendidikan, masyarakat dibekali pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang diperlukan, sehingga masyarakat menjadi tahu, mengerti, dapat

melakukan dan mau melakukan sesuatu untuk peningkatan kualitas hidup.

Perubahan ini apabila dipadukan dengan sumber daya alam yang tersedia, akan

melahirkan perilaku baru yang disebut partisipasi. Partisipasi ini akan merangsang

masyarakat untuk lebih aktif dan kreatif melaksanakan pembangunan yang terarah

dan berencana terutama untuk meningkatkan pendapatan income generating, serta

membuka lapangan kerja baru employment generating untuk perbaikan kualitas

hidup masyarakat.6

Maka, pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin

dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki

kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti

memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata

5

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003, h. 53.

6

Mangatas Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu, Paradigma Baru

(19)

pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam

melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.7

Pemberdayaan dan partisipasi merupakan hal yang menjadi pusat

perhatian dalam proses pembangunan belakangan ini di berbagai Negara.

Kemiskinan yang terus melanda dan menggerus kehidupan umat manusia akibat

resesi internasional, serta Negara-negara setempat menunjukkan perhatian yang

sangat besar terhadap strategi partisipasi masyarakat sebagai sarana percepatan

proses pembangunan. Karena itu, perlu ditekankan pendekatan pembangunan

yang diawali oleh proses pemberdayaan masyarakat lokal.8

Pemberdayaan Masyarakat Badegan dengan strategi pengolahan sampah

berbasis masyarakat mampu mengubah imajinasi sebagian banyak orang terhadap

sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi. Sistem pengolahan sampah ini

melahirkan Bank Sampah yang menyediakan wadah untuk menampuh

sampah-sampah yang tidak dapat dicerna oleh tanah atau yang menjadi media

perkembang-biakan nyamuk demam berdarah, seperti kaleng-kaleng bekas atau

plastik-plastik yang tidak diberdayakan. Aktivitas dari Bank Sampah mampu

memberikan timbal balik yang nyata pada konsumennya. Hal ini terlihat semakin

7

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategi pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. (PT Refika Aditama, 2005), h.59.

8

(20)

8

banyak orang berlomba menjadi penabung di Bank Sampah, tak terkecuali

anak-anak usia dini9

Jika diasumsikan bahwa produksi sampah 0,5 kg-0,8 kg per orang per hari,

maka jumlah sampah yang terkumpul setiap harinya sangat besar. Dari total

sampah yang diproduksi itu, yang berhasil dibuang di tempat pembuangan akhir

(TPA) hanya 60%-70%. Sisanya dibakar, ditanam, bahkan dibuang ke sungai oleh

masyarakat. Pengelolaan seperti ini harus diubah sehingga menjadi lebih ramah

lingkungan. Karena itulah, adanya lembaga Bank Sampah menjadi penting untuk

mengubah perilaku masyarakat terhadap sampah.

Bank Sampah Melati Bersih adalah suatu institusi yang didirikan dengan

tujuan mengurangi jumlah sampah buangan dengan mekanisme menabung

sampah yang masih memiliki nilai ekonomi sehingga mampu mengubah image

sampah yang notabennya negatif menjelma menjadi barang bernilai ekonomis.

Bank Sampah ini bekerja layaknya seperti bank yang melakukan setoran,

penarikan dan tabungan. Pengkonversian tabungan sampah menjadi tabungan

uang merupakan suatu bentuk perubahan yang ditawarkan oleh Bank Sampah.

Perubahan yang dilakukan Bank Sampah tidak seutuhnya karena faktor

ekonomi saja, melainkan peningkatan kesadaran lingkungan terhadap masyarakat.

Aspek pemberdayaan sangat kentara dalam proses kerja Bank Sampah. Peran aktif

masyarakat dalam pengkondisian lingkungan diperlukan agar tercipta keselarasan

hidup.

9

Artikel diakses pada tanggal 25 februari 2013 dari

(21)

Ada dua kegiatan penting yang diberikan oleh Bank Sampah Melati Bersih

yaitu meningkatkan pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill).

Peningkatan dilakukan dengan memberikan pendidikan berwawasan lingkungan

dan pengembangan usaha Bank Sampah Melati Bersih, sedangkan peningkatan

keterampilan dilaksanakan dengan memberikan bekal keahlian teknis.

Pendirian Bank Sampah selain untuk menjamin tersedianya bahan baku

dalam rangka kontinuitas pembuatan produk kerajinan, juga dimaksudkan untuk

merubah cara pandang masyarakat di Bukit Pamulang Indah terhadap pengelolaan

sampah yang lebih berwawasan lingkungan. Paradigma pengelolaan sampah yang

bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan

paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah

sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan ditemukan berbagai potensi sosial

dan lingkungan di perumahan bukit pamulang indah antara lain:

1. Aspek Sosial: Motivasi untuk berkembang di masyarakat cukup tinggi,

dengan adanya partisipasi bisa memperkuat industri rumahan melalui

keterampilan merajut/menyulam dan menjahit dengan menggunakan

bahan plastik olahan limbah / sampah juga disertai pembelajaran

kewirausahaan.

2. Aspek Lingkungan: Proses penyadaran lingkungan melalui tabungan

sampah yang dikonversikan menjadi tabungan uang ini membuat

(22)

10

Oleh karena itu peneliti mengambil judul penelitian “Pemberdayaan

Masyarakat: Studi Kasus Kegiatan Bank Sampah Di Perumahan Bukit

Pamulang Indah RW 09 dan 13 Tangerang Selatan.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk menghindari meluasnya pembahasan peneliti membatasi

konsep-konsep yang tercantum dalam judul agar dapat menghasilkan pembahasan

yang sistematis, terarah, jelas dan fokus. Maka dalam skripsi ini, peneliti

membatasi pembahasan pada Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Kegiatan

Bank Sampah di Perumahan Bukit Pamulang Indah Rw 09 dan 13 Tangerang

Selatan.

Agar penulisan skripsi ini menjadi terstruktur dan tidak melebar kepada

pembahasan lainnya, peneliti merumuskan masalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi Praktek Pemberdayaan yang dilakukan oleh

Bank Sampah?

2. Apa Dampak dari Pemberdayaan tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian dengan judul Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Kegiatan

Bank Sampah di Perumahan Bukit Pamulang Indah RW 09 dan 13 Tangerang

(23)

1. Tujuan

a. Untuk mengetahui Implementasi Praktek Pemberdayaan yang

dilakukan oleh Bank Sampah.

b. Untuk mengetahui Dampak dari Pemberdayaan Masyarakat: Studi

Kasus Bank Sampah

2. Manfaat

a. Menambah wawasan dan pengalaman peneliti secara langsung di

lapangan melalui penelitian ini, khususnya tentang Pemberdayaan

Masyarakat: Studi Kasus Kegiatan Bank Sampah di Perumahan

Bukit Pamulang Indah Rw 09 dan 13 Tangerang Selatan

b. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi pengurus Bank Sampah

Melati Bersih dalam menjalankan aktivitas pemberdayaan

masyarakat: studi kasus kegiatan Bank Sampah

c. Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab, dan rasa

kesetiaan social dalam menghadapi berbagai problem kehidupan di

masa yang akan datang.

D. Metodologi Penelitian

(24)

12

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Yaitu pengamatan,

wawancara, atau penelaahan dokumen.10 Karena peneliti bermaksud untuk

meneliti sesuatu secara mendalam. Maka yang menjadi fokus studi adalah

implementasi praktek pemberdayaan yang dilakukan oleh Bank Sampah di

Perumahan Bukit Pamulang Indah RW 09 dan 13 Tangerang Selatan. Dari

fakta yang dilihat penelitian ini meneliti apa dampak dari pemberdayaan

masyarakat yang dilakukan oleh Bank Sampah di Perumahan Bukit Pamulang

Indah.

Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan.

Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan

dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung

hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka

dan dapat lebih menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh bersama terhadap

pola-pola nilai yang dihadapi.

b. Sumber Data

 Data Primer adalah data yang belum tersedia untuk menjawab

masalah penelitian, dan harus diperoleh dari sumber aslinya.

Peneliti mendapatkan data ini pada saat penelitian berlangsung,

data primer yang dimaksud adalah karya-karya ilmiah yang

memuat tema penanggulangan dan pemanfaatan sampah serta

pembangunan lingkungan. Data primer juga berupa data observasi

10

(25)

lokasi Bank Sampah melati Bersih di RW 09 dan 13 Perumahan

Bukit Pamulang Indah selain itu peneliti melakukan wawancara

kepada pihak Bank Sampah, Nasabah, Pemilik Lapak, dan Warga

RW 09 dan 13 Perumahan Bukit Pamulang Indah. Data ini sudah

di jelaskan pada teknik pengumpulan data wawancara.

 Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan-catatan atau

dokumen yang berkaitan dengan penelitian dari sumber yang

terkait. Sumber sekunder ini dimaksudkan untuk memperkarya

pengetahuan dan mempertegas analisis persoalan yang sedang

diteliti. Peneliti melakukan pencarian data tertulis mengenai

kegiatan Bank Sampah di perumahan Bukit Pamulang Indah ini

pada saat sebelum dan sesudah melakukan penelitian, peneliti

mendapatkan data dan informasi mengenai kegiatan Bank Sampah

melalui kunjungan bersama yayasan Bunga Melati Indonesia Kota

Tangerang Selatan, kemudian melalui profil Bank Sampah,

Rencana Kerja Pengurus Bank Sampah, Laporan Harian

Penimbangan, Laporan Bulanan Penimbangan Bank sampah yang

peneliti dapatkan dari pihak Bank Sampah Melati Bersih dan Data

Nasabah RW 09 dan 13 perumahan Bukit Pamulang Indah. Tidak

lupa peneliti juga melakukan pencarian data tertulis lewat

(26)

14

c. Penentuan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di tempat penimbangan Bank

sampah Melati Bersih di Perumahan Bukit Pamulang Indah tangerang

Selatan. Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi tersebut

adalah dengan menggunakan metode Purposive. Metode ini adalah

menentukan lokasi penelitian sesuai dengan tujuan penelitian. Ada

beberapa pertimbangan mengapa peneliti melakukan penelitian di

lokasi tersebut yaitu:

a. Adanya informasi yang peneliti dapatkan dari pihak Yayasan

Bunga Melati Indonesia mengenai kegiatan Bank Sampah

Melati Bersih berbasis masyarakat di perumahan Bukit

Pamulang Indah RW 09 dan 13.

b. Lokasi Bank Sampah yang tidak begitu jauh dari tempat tinggal

peneliti, sehingga menghemat waktu dan biaya.

Waktu penelitian yang peneliti lakukan yaitu untuk observasi

dan wawancara di mulai pada bulan Februari tepatnya tanggal 11

Februari 2013 sampai dengan waktu yang telah ditetapkan peneliti

tentukan sendiri yaitu pada tanggal 23 September 2013, dengan catatan

penelitian ini akan berakhir jika data-data yang diperlukan dalam

penelitian telah rampung atau dirasakan cukup. Sedangkan untuk

hal-hal yang lainnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.

Sebelumnya peneliti sudah mengantarkan surat perizinan di Bank

(27)

peneliti bisa melakukan penelitian secara leluasa. Sampai dengan saat

ini pun peneliti masih datang ke Bank sampah Melati Bersih untuk

terus menjalin sillaturrahim.

d. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data ini, peneliti mengadakan penelitian

dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Observasi

Observasi, yaitu pengamatan berarti setiap kegiatan untuk

melakukan pengukuran, akan tetapi, observasi atau pengamatan dapat

pula memiliki arti yang lebih sempit, yaitu pengamatan dengan

menggunakan indera penglihatan tanpa mengajukan

pertanyaan-pertanyaan.11 dan pencatatan terhadap gejala objek yang akan diteliti

langsung dilapangan, karena metode observasi merupakan salah satu

teknik penelitian yang sangat penting bagi seorang peneliti secara

langsung di lapangan, yang artinya pengamatan dengan menggunakan

panca indra langsung yang terjadi di lembaga bernama Bank Sampah

Melati Bersih dan di Perumahan Bukit Pamulang Indah RW 09 dan 13

Tangerang Selatan. Peneliti datang ke lokasi penelitian yaitu seminggu

satu sampai tiga kali dalam rangka menyelami kehidupan subyek

selama mengikuti kegiatan Bank Sampah.

11

(28)

16

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,

percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu peneliti dan responden.

Bentuk wawancara terbuka yaitu wawancara yang menggunakan

seperangkat pertanyaan dan cara penyampaiannya pun sama untuk

setiap responden. Jenis wawancara yang peneliti gunakan adalah

gabungan antara wawancara terbuka dengan wawancara terstruktur,

wawancara terbuka adalah suatu wawancara yang para subjeknya tahu

bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud

dan tujuan wawancara itu. Sedangkan wawancara terstruktur adalah

wawancara yang pewawancaraannya telah menciptakan sendiri

masalah dan pertanyaan-pertanyanan yang akan diajukan, wawancara

ini bertujuan untuk mencari jawaban terhadap hipotesa kerja.12

Peneliti pada penelitian ini melakukan wawancara dengan ibu Sari

selaku pimpinan Bank Sampah untuk mewawancarai mengenai sejarah,

visi, misi, struktur kepengurusan Bank Sampah Melati Bersih, program

kegiatan, sumber dana dan peneliti juga melakukan wawancara dengan Ibu

Djoni untuk mengetahui bentuk partisipasi dan kontribusi Bank Sampah

terhadap lingkungan perumahan Bukit Pamulang Indah, mulai dari

perencanaan kegiatan dan pelaksanaan kegiatan Bank Sampah yang

dilakukan di perumahan Bukit Pamulang Indah, kemudian melakukan

wawancara bersama Bapak Muhammad sa’id sebagai pengepul yang

12

(29)

mempunyai lapak dan menampung sampah-sampah yang sudah di timbang

di perumahan Bukit Pamulang Indah RW 09 dan 13, kemudian melakukan

wawancara bersama Ibu Asih dan Ibu Ruth sebagai nasabah kegiatan Bank

Sampah Melati Bersih sekaligus warga RW 09, Untuk itu sebelum

peneliti melakukan wawancara terlebih dahulu peneliti membuat

pertanyaan-pertanyaan yang disusun dengan rapih dan siap diajukan

langsung ke responden. Guna memperoleh gambaran dan informasi yang

memungkinkan tentang kegiatan lembaga dalam pemberdayaan

masyarakat: studi kasus kegiatan Bank Sampah. Wawancara tersebut

dilakukan pada tanggal 26 Agustus 2013, 27 Agustus 2013, 07 Oktober

2013. Alat Bantu yang digunakan peneliti meliputi alat tulis, dan

handphone.

e. Analisa Data

Analisis data menurut Moleong adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan

santuan uraian dasar sehingga dapat ditentukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis

data bermaksud mengorganisasikan data, diantaranya mengatur,

mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan

mengkategorikanya.13

13

(30)

18

Jadi dalam menganalisa data, peneliti memperoleh data dari

lapangan dan diolah serta dianalisa sesuai dengan kategori data yang

terkumpul yaitu observasi, wawancara dan dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan penelitian, dengan menggunakan analisa

deskriptif dan dengan menggunakan metode kualitatif yaitu untuk

mengetahui gambaran yang konkret tentang pemberdayaan masyarakat

yang dilakukan oleh Bank Sampah di perumahan Bukit Pamulang

Indah RW 09 dan 13 Tangerang Selatan. Tahap reduksi data Langkah

ini melibatkan beberapa tahap, yaitu mengambil data tulisan atau

gambar yang telah dikumpulkan dengan mengunakan metode

wawancara dan pengambilan gambar selama proses pengumpulan data

di lokasi penelitian, kemudian data tersebut diberikan kategori-kategori

dengan istilah khusus. Seringkali istilah khusus ini didapat dari proses

wawancara dari informan-informan. Coding data bertujuan untuk

memudahkan dalam proses pengolahan data

f. Keabsahan Data

Teknik keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria:

a. Kreadibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik triagulasi yaitu

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1). Membandingkan

daa hasil wawancara (2). Membandingkan keadaan dan perpektif

seseoang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain

(31)

diberikan oleh Koordinator Bank Sampah Melati Bersih dengan

Masyarakat (3). Membandingkan dokumen dengan unit analisis

b. Ketekunan atau pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan

unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan

atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada

hal-hal tersebut secara rinci. Maksudnya peneliti hanya memusatkan

dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.

Misalnya peneliti membandingkan jawaban pengurus dengan

jawaban nasabah Bank Sampah.

c. Kepastian dengan pemeriksaan audit kepastian. Audior dalam hal

ini adalah dosen pembimbing. Disini pemastian bahwa sesuatu itu

adalah objektif atau tidak bergamtung pada persetujuan beberapa

orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang.

Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif

sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dikatakan

objektif.

Untuk penulisan dan penyusunan skripsi, peneliti mengacu pada

buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Jakarta yang

diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan II tahun 2007. Lokasi penelitian

sendiri akan dilakukan di lembaga yang bernama Bank Sampah Melati

Bersih perumahan Bukit Pamulang Indah RW 09 dan 13 Kota Tangerang

(32)

20

E. Tinjauan Pustaka

Dalam Penyusunan Skripsi ini sebelum peneliti mengadakan penelitian

lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi satu karya ilmiah, maka langkah

awal yang peneliti tempuh adalah merangkai terlebih dahulu beberapa karya tulis

penelitian yang memiliki tema yang sama dengan yang akan peneliti teliti.

Maksud pengkajian ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang peneliti teliti

sekarang tidak sama dengan peneliti sebelumnya.

Adapun setelah peneliti mengadakan suatu kajian kepustakaan peneliti

akhirnya menemukan beberapa karya tulis hasil penelitian yang memiliki tema

sama dengan yang akan peneliti teliti. Judul-judul tersebut antara lain adalah

Judul Skripsi : Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah

Terpadu 3R (Reduce, Reuse, Dan Recycle) berbasis

Masyarakat

(studi kasus perumahan mustika tigaraksa tangerang)

Penulis : Nurapiah (2009)

Isi Pokok : Proses pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat

dengan teknik BEST menjadikan masyarakat yang

mandiri dan berdaya BEST dalam teknik pelaksanaanya

melalui beberapa tahapan proses pengelolaan sampah

terpadu berbasis masyarakat dengan

beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan,

(33)

Judul Skripsi : Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kegiatan daur Ulang

Sampah di Perumahan Griya Serpong Kademangan Setu

Tangerang Selatan Banten

Peneliti : Bagus Adhi Pratama (2012)

Isi Pokok : Penelitian nya Mengenai tahapan partisipai kegiatan daur

ulang sampah yang dilakukan oleh warga, programnya ini

telah berhasil memproduksi sampah organik menjadi pupuk

serta sampah anorganik menjadi barang yang bernilai,

keberhasilan kegiatan ini berpengaruh pada kebersihan

lingkungan di peumahan Griya Serpong dan dengan

kegiatan ini pula tempat pengolahan sampah terpadu

(TPST) menjadi icon Tangerang Selatan. Dalam

penanganan sampah sehingga berpengaruh terhadap warga

dari pihak institusi itu sendiri.

Sedangkan skripsi yang dibahas peneliti yaitu mengenai Pemberdayan

Masyarakat: Studi Kasus Kegiatan Bank Sampah di Perumahan Bukit Pamulang

Indah Tangerang Selatan. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui

implementasi praktek pemberdayaan yang dilakukan oleh Bank Sampah dan apa

dampak dari pemberdayaan tersebut di daerah perumahan Bukit Pamulang Indah,

serta perbedaan lainya terletak pada lokasi penelitianya dan lembaga Bank

(34)

22

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan masalah dalam penelitian ini, peneliti

membagi sistematika penulisan ke dalam lima bab yang mana perinciannya

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada Bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan

sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang beberapa pengertian dan penjelasan, yaitu:

A. Pemberdayaan (Empowerment)

1. Pengertian Pemberdayaan (empowerment)

2. Modus-Modus Pemberdayaan

3. Metode-Metode Pemberdayaan

4. Kelembagaan

B. Sampah dan Pengolahannya

1. Pengertian Sampah

(35)

3. Penjelasan Konsep 3R dalam Pengolahan

BAB III : Temuan Penelitian Profil Bank Sampah Melati Bersih dan

Profil

Nasabah RW 09 dan 13

BAB IV : Analisa Hasil Temuan Lapangan

A. Implementasi Praktek Pemberdayaan Masyarakat Oleh

Bank Sampah di Perumahan Bukit Pamulang Indah RW 09 dan 13

B. Dampak Pemberdayaan Masyarakat yang dilakukan

oleh Bank Sampah

BAB V : Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan secara singkat

berdasarkan hasil dari pelaksanaan penelitian dan

(36)

24

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemberdayaan (Empowerment)

1. Pengertian Pemberdayaan (Empowerment)

Pemberdayaan adalah suatu cara dimana rakyat, organisasi, dan

komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas)

kehidupannya. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang,

khususnya kelompok rentan dan lemah, untuk (a) memiliki akses terhadap

sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat

meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan

jasa-jasa yang mereka perlukan, dan (b) berpartisipasi dalam proses

pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,

pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan

atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk

individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka

pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh

sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki

kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun

(37)

mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan

mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.1

Pemberdayaan merujuk pada pengertian perluasan kebebasan memilih

dan bertindak. Bagi masyarakat miskin, kebebasan ini sangat terbatas

karena ketidakmampuan bersuara (voicelessness) dan ketidak berdayaan

(powerlessness) dalam hubungannya dengan Negara dan pasar. Karena kemiskinan adalah multi dimensi, masyarakat miskin membutuhkan

kemampuan pada tingkat individu (seperti kesehatan, pendidikan dan

perumahan) dan pada tingkat kolektif (seperti bertindak bersama untuk

mengatsi masalah). Memberdayakan masyarakat miskin dan terbelakang

menuntut upaya menghilangkan penyebab ketidakmampuan mereka

meningkatkan kualitas hidupnya.

Pemberdayaan merujuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok

rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan

dalam:

a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki

kebebasan, dalam arti bukan bebas mengemukakan pendapat,

melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan dan bebas

dari kemiskinan ilmu.

1

(38)

26

b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan

mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh

barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan.

c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan

keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.2

Dalam Ensiklopedi Indonesia, daya adalah kemampuan untuk

melakukan sesuatu atau kemampuan untuk usaha/bertindak.

2. Modus-Modus pemberdayaan

a. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan Masyarakat merupakan suatu proses intervensi

sosial (perubahan sosial yang terencana). Oleh karena itu, setiap

bentuk pemberdayaan masyarakat dapat dijelaskan dalam beberapa

tahap, sebagaimana yang dikembangkan oleh Adi, terdiri dari 7

tahapan, yakni tahap persiapan, tahap pengkajian (Assesment), tahap

pemformulasian rencana aksi (designing), tahap pelaksanaan program

(implementasi), tahap evaluasi dan tahap terminasi, tahapan tersebut tergambar dalam figure berikut:

2

(39)

Tahapan Intervensi Pemberdayaan Masyarakat

Sumber: Adi, h.181

Tahapan tersebut bukanlah sebuah tahapan yang kaku dan hierarkis

antara satu tahap lainnya, melainkan tahapan yang fleksibel, sesuai dengan

panah yang ada disebelah kiri, yang menunjukkan bahwa apabila satu

tahapan telah terlewati, masih membuka kemungkinan untuk kembali ke

tahapan sebelumnya, penjelasan tentang tahapan tersebut akan diuraikan

sebagai berikut:

Pertama: Tahap Persiapan. Tahapan persiapan ini sekurang-kurangnya terdiri dari dua hal, yakni penyiapan petugas dan penyiapan

lapangan. Penyiapan petugas dilakukan untuk menyamakan persepsi

mengenai konsep yang akan dilaksanakan dalam program pemberdayaan Persiapan

Pengkajian (Assesment)

Perencanaan alternative program atau kegiatan (designing)

Pemformulasian rencana aksi

Pelaksanaan program atau kegiatan

Evaluasi

(40)

28

masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesamaan pandangan

diantara tenaga pengubah (change agent), terutama apabila tim pengubah

berasal dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda. Sedangkan

penyiapan lapangan, dilakukan untuk memastikan layak atau tidaknya

suatu daerah menjadi tempat pemberdayaan masyarakat Change agent

juga melakukan kontak awal dengan penduduk setempat, baik secara

formal maupun informal.

Kedua: Tahap Assesment, yakni tahap pengkajian yang dilakukan untuk mengindentifikasi masalah yang dirasakan kelompok sasaran

sehingga menemukan apa kebutuhan yang mereka rasakan (felt nedds) dan

juga apa sumber daya yang mereka miliki.

Ketiga: Tahap Perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada

tahap ini change agent secara partisipatif melibatkan warga untuk

merumuskan masalah yang mereka hadapi beserta solusi yang sebaiknya

dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Penyusunan alternatif

program yang tepat, dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada,

dapat dipikirkan dan dirumuskan sebagai solusi dari masalah yang

dihadapi.

Keempat: Tahap Performulasian rencana aksi. Yakni tahap menuangkan gagasan yang telah dirumuskan dalam tahap perencanaan

alternatif program kedalam pernyataan kegiatan (proposal) secara tertulis.

(41)

rumusan program mereka dalam format yang layak untuk diajukan kepada

penyandang dana.

Kelima: Tahap pelaksanaan program atau kegiatan atau

implementasi keberhasilan dari tahap ini tergantung dari kerjasama yang

baik antara change agent dengan warga masyarakat serta tokoh

masyarakat setempat. Adanya konflik diantara tiga komponen ini akan

sangat menganggu tahap pelaksanaan program atau kegiatan

pemberdayaan masyarakat.

Keenam: Tahap evaluasi. Evaluasi atau pengawasan yang paling tepat digunakan dalam program pemberdayaan masyarakat adalah evaluasi

internal, yakni evaluasi yang dilakukan oleh warga masyarakat sendiri.

Evaluasi dapat dilakukan pada input, proses dan juga pada hasil.

Ketujuh: tahap terminasi, yakni tahap “pemutusan” atau pemberhentian program. Idealnya tahap ini dilakukan apabila masyarakat

atau komunitas sasaran benar-benar sudah “berdaya”. Pemutusan

hubungan dengan komunitas sasaran ini sebaiknya dilakukan secara

pelan-pelan, bertahap, tidak secara langsung ditinggalkan begitu saja oleh

change agent, sehingga dapat dipastikan ketika agen perubah keluar dari komunitas tersebut, keadaan sudah jauh berubah dan komunitas sasaran

sudah relatif mandiri.3

b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

3

(42)

30

Mengetahui tujuan dari sebuah proses pemberdayaan merupakan

hal penting, karena adanya tujuan yang disepakati bersama dapat menjadi

motivasi bagi warga dalam turut berperan serta dalam proses

pemberdayaan. Untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara

operasional, maka perlu untuk mengetahui fokus dan tujuan keberdayaan

yang dapat menunjukkan seseorang itu berdaya atau tidak. Keberhasilan

pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang

menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat

kesejahteraan dan kemampuan kultur dan politis.

Secara umum rancangan Tujuan Pemberdayaan Masyarakat adalah :

a. Masyarakat memahami bahwa kemiskinan yang terjadi pada

dirinya dan lingkungannya. Tidak semata-mata karena nasib atau

keturunan, namun ada hal yang selama ini membuat mereka agar

tetap miskin.

b. Masyarakat tumbuh keterampilannya dalam hal membuat dan

mengelola kelembagaan serta jaringan yang berbasis pada minat,

kebutuhan, keswadayaan dan kemandirian.

c. Masyarakat tumbuh kesadaran, motivasi dan mau berperan serta

nyata dalam proses maupun mengembangkan hasil pembangunan.

d. Masyarakat memiliki wakil yang dipilih sendiri untuk menjadi

utusan dalam sebuah jejaring maupun forum konsultasi

pembangunan dalam rangka menumbuhkan posisi runding dan

(43)

lokal yang memihak dan lebih adil dalam mensejahterakan warga

yang masih tertinggal.

Pada tahap aplikasi, Pemberdayaan Masyarakat memiliki tujuan mencangkup 3

aspek,

1. Aspek Pembangunan Manusia

Masyarakat pelaku sekaligus sasaran dapat mencapai tataran

kondisi sebagai berikut: Mampu melakukan identifikasi penyebab

masalah kemiskinan, penyusunan skala prioritas pemecahan masalah,

penetapan pilihan pemecahan masalah, penyusunan rencana kegiatan

untuk memecahkan masalah, pelaksanaan rencana, pemantauan,

penilaian dan mempertanggungjawabkan proses maupun hasil yang

dicapai.

2. Aspek Pembagunan Ekonomi

Masyarakat pelaku sekaligus sasaran pemberdayaan masyarakat

mampu melakukan kegiatan lebih produktif yang terencana, baik

secara individu maupun kelompok sehingga dapat meningkatkan

penghasilan. Ukuran peningkatan penghasilan adalah dari dibawah

standar UMR menjadi sekurang-kurangnya sama dengan UMR.

3. Aspek Pembangunan Lingkungan atau Komunitas

Masyarakat pelaku sekaligus sasaran pemberdayaan masyarakat

(44)

32

kualitas pemukiman, lingkungan maupun prasarana penunjang

kegiatan ekonomi masyarakat.

Menurut Adi, dalam konteks pembangunan, tujuan pemberdayaan

dapat berbeda sesuai dengan bidang pembangunan yang digapai.

Secara substansial tujuan pemberdayaan adalah untuk menjadikan

mereka yang kurang beruntung (disadvantages) atau yang tidak

berdaya (powerless) dapat menjadi berdaya (empowered). Dengan

demikian melalui pemberdayaan terjadi perubahan kondisi kearah yang

lebih baik.4

Dengan demikian tujuan pemberdayaan masyarakat adalah

menjadikan masyarakat dari tidak berdaya menjadi berdaya atau

mampu dan mandiri dalam berbagai sisi (aspek) pembangunan. Yakni

aspek ekonomi, pembangunan manusia dan lingkungan.

c. Strategi Pemberdayaan

Strategi Pemberdayaan Menurut Soetomo dan Jim Ife, sebagai berikut:

SOETOMO JIM IFE

1. Improvement vs Transformation

Proses pembangunan masyarakat adalah

adanya proses perubahan. Perubahan

yang dimaksud dapat merupakan

1. Proses dan Hasil

Sarana dan tujuan menjadi hal yang

penting dalam proses pemberdayaan

masyarakat. Proses yang harus

4

(45)

perubahan alami yang tumbuh dari

dinamika masyarakat sendiri, dapat pula

merupakan perubahan yang

terencana.sebagai perubahan yang

terencana, pada umumnya dikenal

adanya target atas perubahan yang

diharapkan. Dilihat dari target atas

perubahan yang dikehendaki, apakah

merupakan perubahan yang sekedar

perbaikan dalam beberapa segi

kehidupan tanpa harus merombak sistem

dan struktur yang ada. Target utama

dalam proses pembangunan masyarakat

adalah perubahan structural. Sebagai

sarana pencapaian tujuan, karena

melalui struktur sosial yang baru

kemudian dapat dikembangkan kondisi

kehidupan yang lebih baik.

2. Proses dan hasil Material

Proses pengambilan keputusan

diusahakan dapat dilakukan untuk

masyarakat sendiri yang

mengakomondasi dari seluruh lapisan

yang ada.

melibatkan masyarakat tanpa partisipasi

penuh keterlibatan ini tidak akan

tercapai. Sarana dan tujuan tidak dapat

dipisahkan, jika kita menerima

pandangan bahwa mengubah sarana

dapat mengubah tujuan, maka proses

pemberdayaan masyarakat memiliki

nilai yang lebih dari sekedar

instrumental.

2. Integritas Sosial

Proses pemberdayaan masyarakat tidak

dapat dilakukan oleh pekerja masyarakat

dewan lokal atau departemen

pemerintah. Melainkan proses harus

melibatkan masyarakat itu sendiri.

Keterlibatan ini tak akan tercapai tanpa

partisipasi penuh. Proses pemberdayaan

masyarakat harus menjadi proses

masyarakat yang dimiliki, dikuasai dan

dilangsungkan oleh mereka sendiri.

Setiap masyarakat berbeda-beda, ia

memiliki karakteristik budaya,

(46)

34

Pembangunan masyarakat adalah proses

menuju suatu kondisi dimana warga

masyarakat menjadi semakin kompeten

dan sensitive dalam menanggapi

persoalan-persoalan baik di lingkungan

komunitasnya sendiri maupun persoalan

yang berkaitan dengan hubungan

mereka dan masyarakat makronya.sudah

tentu prosesnya berjalan secara bertahap

dan kumulatif, dalam tahap yang lebih

lanjut akan menunjukkan tingkat

kopetensi dan tingkat kepekaan yang

semakin tinggi yang diwujudkan dalam

bentuk prakarsa, kreative, dan

partisipasi yang semakin meningkat.

3. Self Help vs Technocratic

Proses pemberdayaan masyarakat dapat

merupakan perubahan yang

menggunakan kekuatan, potensi dan

sumber-sumber dari masyarakat sendiri.

Pada umumnya perubahan tersebut

dipengaruhi baik oleh sumber dari

dalam maupun dari luar, perbedaanya

terletak pada sumber mana yang lebih

yang unik. Ia memiliki pemuka, masalah

dan aspirasi yang unik pula. Segala yang

berjalan di satu masyarakat belum tentu

dapat berjalan di masyarakat yang lain,

bahkan beresiko mengalami kegagalan

dan melemahkan pengalaman

orang-orang dari masyarakat tersebut.

3. Peningkatan Kesadaran

Gagasan yang sederhana mengenai

peningkatan kesadaran yaitu bahwa

orang-orang menerima penindasan

sebagai hal yang sedikit “normal” atau

“tak bisa dihindari” disebabkan oleh

legitimasi dari struktur dan wacana yang

menindas, dan sering kali tidak akan

mengakui atau menamai penindasan

mereka sendiri sehingga pengalaman

penindasan bersifat “dibawah sadar”.

Peningkatan kesadaran mungkin

menghasilkan perubahan pada beberapa

waktu mendatang, karena kondisi sosial,

ekonomi dan politik terus berubah.

(47)

dominan masyarakat sendiri yang

menentukan apa yang menjadi

kebutuhannya, menentukan apa yang

harus dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan tersebut dan melaksanakan

sendiri langkah-langkah yang sudah

diputuskan dan direncanakan.

4. Uniformitas vs Variasi Lokal

Pendekatan yang lebih menitikberatkan

pada keseragaman biasanya diwujudkan

dalam bentuk program-program

pembangunan masyarakat yang

dirancang pada tingkat pusat, kemudian

diterapkan diseluruh masyarakat desa

yang ada tanpa memperhatikan

perbedaan karakteristik masing-masing

desa.

Pendekatan yang menekankan variasi

lokal menyadari bahwa

program-program pembangunan tidak dapat

dilakukan secara seragam, justru karena

masing-masing komunitas mempunyai

kondisi dan permasalahan yang berbeda.

dari proses pemberdayaan masyarakat,

masyarakat sendirilah yang harus

membuat keputusan tersebut, bukan

pekerja masyarakat.

4. Kerja sama

Tanpa adanya kerja sama dan komitmen

tidak akan ada masyarakat yang

berkompetisi untuk melakukan suatu

perubahan/kemajuan untuk

memberdayakan dirinya sendiri karena

kompetisi tak dapat dihindari sebagai

bagian dari sifat dasar manusia,

kompetisi itu menyenagkan dan

kompetisi membuat orang-orang lebih

percaya diri dan membangun karakter.

5. Langkah Pengembangan

Proses tersebut tidak dapat dipaksakan

agar proses berjalan dengan baik,

diperlukan langkah yang “natural” untuk

memulainya dan untuk mendorong

proses tersebut harus berjalan sesuai

dengan langkah masyarakat yang tidak

(48)

36

Apabila harus dilaksanakan dengan pola

yang seragam, maka yang akan terjadi

adalah kesenjangan antara

program-program pembangunan dengan

permasalahan dan kebutuhan riil yang

ada dalam masyarakat.5

penindasan perlu ditentang. Cara yang

dipakai oleh banyak institusi sosial

dilihat sebagai kekerasan karena cara

yang dipakai tersebut mengabadikan

struktur dan praktik penindasan.

Perpektif anti kekerasan harus lebih kuat

dan radikal dan mengharuskan

keragu-raguan terhadap struktur dan praktik

yang diterima

7. Konsensus

Pendekatan konsensus mencari

kesepakatan dan bertujuan mencapai

solusi dari seluruh kelompok atau

masyarakat. Konsensus merupakan

konsekuensi yang tidak dapat dielakkan

dari kekerasan dan influsivitas.

5

(49)

Konsensus berarti bahwa

kelompok/masyarakat berkomitmen

terhadap proses yang mencoba mencari

solusi/serangkaian tindakan yang dapat

diterima dan dimiliki oleh setiap orang

dan keputusan yang diambil disetujui

oleh orang-orang yang sesuai dengan

kepentingan terbaik mereka semua

masyarakat pribumi tersebut dapat

melangsungkan struktur masyarakat

yang lebih kuat dan tampak sebagai

gaya hidup secara ekologis dan kearifan

pembuatan keputusan melalui striktur

konsensus merupakan sebuah pelajaran

yang dapat dipelajari oleh masyarakat

maju.

8. Membangun Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat melibatkan

pengembangan modal sosial,

memperkuat interaksi sosial dalam

masyarakat, menyatukan mereka, dan

membantu mereka untuk saling

(50)

38

mengarah pada dialog yang sejati,

pemahaman dan aksi sosial.

Meningkatkan rasa saling

ketergantungan untuk bisa

menyelesaikan tugas dan memberikan

peluang untuk interaksi formal maupun

informal. Membangun kepercayaan.6

3. Metode-metode Pemberdayaan

Partisipasi Sebagai Faktor Penting Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Pengertian Partisipasi menurut Uphoff dan Cohen (1979) yaitu,

menekankan pada rakyat memiliki peran dalam pembuatan keputusan.7

Partisipasi memiliki pengertian bahwa setiap program bukan dirancang

oleh orang luar kemudian masyarakat diminta ikut melaksanakannya,

tetapi program tersebut dirancang oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh

orang luar.8

Sebagaimana diketahui, pemberdayaan pada dasarnya merupakan

proses perubahan, dan salah satu bentuk perubahan yang diharapkan

6

Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif

Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2008),cet-1,h 336-365

7

Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif

Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2008),cet-1,h.296.

8

(51)

adalah perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang semakin

meningkat, merupakan salah satu perwujudan dari perubahan sikap dan

perilaku tersebut. Dalam hal ini aktivitas lokal merupakan media dan

sarana bagi masyarakat dalam melaksanakan partisipasinya. Dalam hal ini,

kegiatan bank sampah merupakan media dan sarana bagi warga

Perumahan Bukit Pamulang Indah dalam melaksanakan partisipasinya.

Dengan demikian, pendekatan partisipatoris dilihat sebagai

pendekatan utama bagi yayasan bunga melati utama dalam strategi

pengelolaan sumber daya berbasis komunitas.

Berbicara mengenai partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan

masyarakat, dalam buku soetomo ada enam tafsiran dan makna yang

berbeda tentang partisipasi yang di inventarisir oleh Mikkelsen, pertama,

partisipasi adalah kotribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa

ikut serta dalam pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi adalah usaha

membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan kemauan

menerima dan kemampuan menanggapi proyek-proyek pembangunan.

Ketiga, partisipasi adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa

orang atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan

kebebasannya untuk melakukan hal itu. Keempat, partisipasi adalah

pemantapan dialog antara masyarakat sekat dalam tempat dengan para

staff dalam melakukan persiapan, pelaksanaan, dan monitoring proyek,

agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak

sosial. Kelima, partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat

(52)

40

keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan

lingkungan mereka.9

Tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat

sangat penting. Pertama partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna

memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap

masyarakatnya, tanpa kehadirannya, program pembangunan serta

proyek-proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih

mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan

dalam proses persiapan dan perencanannya, karena mereka akan

mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa

memiliki terhadap proyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya

partisipasi umum karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak

demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat

mereka sendiri.

Mengingat pengelolaan lingkungan tujuan akhirnya adalah untuk

kepentingan masyarakat secara luas, maka unsur masyarakat menjadi titik

sentral yang harus mendapat perhatian utama dalam setiap kebijakan.

Dengan demikian masyarakat merupakan titik sentral dalam kebijaksanaan

pengelolaan lingkungan, sehingga pengelolaan terpadu dengan keterlibatan

masyarakat menjadi penting. Wujud keterlibatan tersebut dalam bentuk

peningkatan keberdayaan masyarakat agar mampu berperan serta dalam

pengambilan keputusan demi kepentingan umum untuk pelestarian

9

(53)

lingkungan. Selain itu masyarakat juga diharapkan mampu secara mandiri

membangun dan mengambil inisiatif lokal.

Dengan partisipasi warga Bukit Pamulang Indah dalam berbagai

tindakan bersama melalui kegiatan Bank Sampah, telah terjadi proses

belajar sosial yang kemudian dapat meningkatkan kapasitas warga Bukit

Pamulang Indah Pamulang untuk berpartisipasi secara lebih baik dalam

tindakan bersama warga dan yayasan Bunga Melati utama untuk pada

kegiatan Bank Sampah berikutnya.

Partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor pendukung

keberhasilan Bank Sampah, di lain pihak, juga dapat dikatakan bahwa

kegiatan Bank Sampah dalam meningkatkan kapasitas warga, termasuk

dalam berpartisipasi.

Peningkatan kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi secara lebih

baik sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan pemberdayaan juga

merupakan pencerminan, bahwa dalam pemberdayaan masyarakat lebih

memberikan fokus perhatian pada aspek manusia dan masyarakatnya

bukan semata-mata pada hasil secara fisik materiil.

4. Kelembagaan

Lembaga kemasyarakatan adalah himpunan norma-norma dari

segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam

kehidupan masyarakat. Wujud yang kongkrit lembaga kemasyarakatan

Gambar

Tabel 3 Data Nasabah RW 09 sesuai dengan Pendapatan Perbulannya ......…… 61
gambar yang telah dikumpulkan dengan mengunakan metode
Tabel 1 Data Nasabah RW 09 Periode Sept 2012 – Agustus 2013
Tabel 2 Data Nasabah RW 13 Periode Sept 2012 – Agustus 2013
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dapat diketahui dari persamaan diatas bahwa terdapat dua sistem koordinat pada sistem pendulum pegas yaitu sistem koordinat translasi yang direpresentasikan oleh x dan sistem

Pada pemetaan terlihat bahwa DKI Jakarta merupakan provinsi dengan kondisi yang terbaik dengan persentase kemiskinan yang rendah, serta hanya satu determinan yang

Syarat pelanggan merupakan masukan yang harus diperhatikan untuk menetapkan proses dan mutu produk yang disediakan, manajemen harus mampu menjamin bahwa syarat

Penelitian ini memiliki fokus berupa bentuk pembinaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menjaga akuntabilitas keuangan khususnya Desa Mojorejo Kecamatan Modo Kabupaten

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Made Novandri SN (2010) yang menunjukkan bahwa variabel kualitas produk mempunyai pengaruh

Jika dibedakan berdasarkan fungsi tanaman pangan, maka dapat terlihat bahwa tanaman sayur, buah dan bumbu memiliki angka dominansi yang tinggi pada ketiga lokasi

Pengujian hipotesis yang pertama adalah uji kesamaan dua rata-rata yang bertujuan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan rata-rata penguasaan konsep ikatan

Dan Arisan baca tulis merupakan sarana atau program yang diharapkan bisa menekan angka buta aksara yang terjadi di Surabaya pada khususnya, wilayah Keputih Tinja sebagai