1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangTELKOM RDC merupakan unit bisnis pendukung PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk yang secara struktural bertanggung jawab langsung kepada
Direktur IT Solution & Strategic Portfolio. Sejalan dengan perubahan pengorganisasian bisnis menuju pada model customer centric organization, fungsi riset dan pengembangan perusahaan lebih diberdayakan dan fokus pada peran
membangun kapabilitas perusahaan dalam mempersiapkan pengembangan service dan produk unggulan serta dapat mengantisipasi trend perkembangan bisnis yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Untuk mendukung fungsi riset dan pembangunan tersebut, TELKOM
RDC memiliki beberapa laboratorium dan divisi yang menjalankan aktivitas
masing-masing. Salah satu di antara laboratorium tersebut adalah laboratorium
Service Node.
Saat ini laboratorium Service Node sedang melakukan kegiatan riset terkait IMS. IMS merupakan teknologi komunikasi yang dapat mengintegrasikan alat
dengan media wireless dengan wired yang real time dan mampu memberikan
layananan multimedia yang interaktif. Dengan IMS, teknologi komunikasi dapat
lebih berkembang. Karena IMS didesain mampu menyediakan layanan streaming voice, video (video call) ,gambar, dan layanan yang lebih baik lainnya. IMS juga didesain untuk mampu bekerja tanpa dibatasi area tertentu dan dapat digunakan
pada IPv4 ataupun IPv6.
Untuk mendukung kegiatan riset terkait dengan IMS, TELKOM RDC
sudah dilengkapi dengan testbed IMS dari Fraunhofer FOKUS. Pada dasarnya, testbed IMS dari Fraunhofer FOKUS ini sudah dapat mensimulasikan sebuah sistem IMS.
Namun di samping segala keunggulannya tersebut, testbed IMS tersebut mempunyai kekurangan di segi konfigurasi. Saat ini administrator harus
2
Kondisi tersebut memberikan efek kepada beberapa hal, pertama adanya
kemungkinan terjadinya human error pada saat konfigurasinya, karena jumlah file yang banyak. Kedua konfigurasi tidak efisien dari segi waktu, karena jumlah file
yang banyak dan membutuhkan ketelitian.
Dengan memperhatikan efek yang kemungkinan terjadi, maka akan dibuat
suatu aplikasi untuk mengkonfigurasi testbed IMS berbasis interface. Dengan aplikasi ini, diharapkan akan mengurangi tingkat kesalahan pada saat konfigurasi
yang disebabkan human error dan lebih mengefisienkan waktu pada saat konfigurasi.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dikemukakan oleh penulis pada pembuatan
aplikasi ini diantaranya :
1. Merancang solusi aplikasi yang dapat melakukan modifikasi konfigurasi
testbed IMS dengan konsep find and replace mulitiple files.
2. Membangun aplikasi berbasis web, untuk menerapkan solusi aplikasi
tersebut dengan prioritas pada memberikan kemudahan dalam pemakaiannya.
1.3 Maksud dan tujuan 1.3.1 Maksud
Berdasarkan uraian diatas maka penulis bermaksud untuk membuat
aplikasi untuk keperluan modifikasi konfigurasi IMS yang terdapat di
laboratorium Service Node TELKOM RDC.
1.3.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya aplikasi ini adalah :
1. Mengurangi potensi human error yang pada saat konfigurasi testbed IMS. 2. Mengefiesiensikan waktu pada saat konfigurasi testbed IMS.
3. Memudahkan administrator pada saat konfigurasi testbed IMS, dengan adanya interface berbasis web.
4. Menciptakan akses yang berbeda antara super administrator, administrator,
3
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam pembuatan program ini adalah :
1. Testbed IMS yang dijadikan dasar analisis, perancangan dan implementasi aplikasi adalah IMS Fraunhofer FOKUS yang terdapat di laboratorium
Service Node TELKOM RDC.
2. Parameter yang diakomodasi, dibatasi pada parameter penting sesuai diskusi
dengan pembimbing di TELKOM RDC.
3. Aplikasi ini berjalan dengan bantuan web server.
4. Aplikasi ini hanya mengkonfigurasi pada satu konfigurasi IMS.
5. Aplikasi harus ditanam di perangkat yang terdapat file konfigurasi testbed IMS.
6. Aplikasi dibangun dengan menggunakan teknik pemrograman prosedural.
1.5 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian menggunakan metode deskriptif dalam
pengumpulan data agar terlaksananya penelitian. Metode deskriptif adalah suatu
metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki, yaitu tahapan
pengumpulan data dan tahapan pengembangan perangkat lunak.
1.5.1 Teknik Pengumpulan data
Dalam tahap ini penulis mengumpulkan data – data yang diperlukan dalam
pembuatan aplikasi, yakni dengan cara :
a. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mempelajari topik pendukung yang berkaitan
dengan topik kerja praktek yaitu dengan mempelajari IMS dan Fraunhofer
FOKUS, bahasa pemograman php, MySql, jQuery dan mempelajari metodologi
pengembangan sistem yang mencakup analisis, perancangan, dan implementasi
4
b. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan untuk mengambil data langsung ke objek yang sedang
diteliti, yakni melalui :
i. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara langsung mengamati
objek penelitian secara langsung laboratorim service node TELKOM RDC.
ii. Interview
Interview merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab kepada
narasumber. Pada tahapan ini yang dilakukan penulis adalah interview dengan
pembimbing kerja praktek yang pada hal ini adalah Bapak Angkoso
Suryocahyono untuk mempertajam hasil pemahaman yang telah dilakukan
melalui observasi. Dengan tahapan diharapkan terjadi kesesuaian, dan tidak
timbul multi-interpretasi dalam memahami file konfigurasi.
1.5.2 Pengembangan Perangkat lunak
Pengembangan perangkat lunak pembuatan aplikasi ini menggunakan
metode waterfall. Penulis menggunakan metode ini agar Pengerjaan terjadwal dengan baik dan mudah dikontrol.
Tahapan – tahapan dalam waterfall adalah sebagai berikut :
a) Requirements definition
Merupakan tahapan pengumpulan kebutuhan secara lengkap yang kemudian
dianalisa dengan teknik mapping, yakni memetakan file ke dalam bentuk tabel
berdasar kategori dan relasi antar file kemudian mendefinisikan kebutuhan yang
harus dipenuhi oleh program yang sedang dibuat.
b) System and Software Design
Pembuatan desain aplikasi setelah kebutuhan software terpenuhi.
c) Implementation and Unit Testing
Implementasi dilakukan untuk merealisasikan desain program yang telah dibuat
ke dalam bahasa pemograman. Program yang dibangun langsung diuji tiap unit
5
d) Integration and system testing
Merupakan penyatuan dari unit – unit yang telah dibuat ke dalam satu kesatuan
program dan dilakukan pengujian program secara menyeluruh untuk memastikan
program sudah berjalan sesuai dengan kebutuhan.
e) Operation and maintenance
Mengoperasikan program yang telah diuji ke dalam sistem lingkungan yang ada
di laboratorium service node,TELKOM RDC dan melakukan perawatan terhadap aplikasi sesuai dengan perkembangan kebutuhan.
6
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam pembuatan laporan ini penulis membagi kedalam 4 bab yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan
tujuan, batasan masalah, dan metode penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tinjauan pustaka yang dijadikan acuan dalam pembuatan
laporan kerja praktek.
BAB III PEMBAHASAN
Bab ini berisi analisa terhadap sistem yang sedang berjalan, rancangan
sistem yang akan dibuat, implementasi sistem kedalam kode program dan
pengujian (testing) terhadap sub layanan yang telah diimplementasikan.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan kerja praktek
dan pemberian saran yang diperlukan khususnya yang berkaitan dengan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang profil tempat kerja praktek dan landasan teori
yang berkaitan dengan kerja praktek.
2.1Profil Tempat Kerja Praktek
TELKOM R&D Center merupakan suatu unit bisnis Pendukung PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang secara struktural bertanggung jawab
langsung kepada Direktur IT Solution and Strategic Portfolio. Sejalan dengan perubahan pengorganisasian bisnis menuju pada model customer centric
organization, fungsi riset dan pengembangan perusahaan lebih diberdayakan dan
fokus pada peran membangun kapabilitas perusahaan dalam mempersiapkan
pengembangan service dan produk unggulan serta dapat mengantisipasi trend
perkembangan bisnis yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
2.1.1 Sejarah Instansi
Sejarah TELKOM RDC dimulai pada tahun 1979 yang ditandai dengan
berdirinya Pusat Pendidikan Penelitian dan Pengembangan Telekomunikasi
(Pusdiklitbangtel). Sejalan dengan meningkatnya peran penelitian dan
pengembangan serta kegiatan yang berfokus pada penelitian dan pengembangan,
organisasi ini pada tahun 1985 memisahkan diri dengan menjadi Pusat Penelitian
dan Pengembangan (Pusdiklitbangtel). Pada tahun 1990 fungsi perencanaan
ditambahkan, sehingga unit ini berubah nama sesuai dengan fungsinya menjadi
Pusat Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (Pusrenlitbang).
Seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi
serta untuk menentukan arah yang jelas, pada tahun 1993 unit ini mulai
melakukan pemutakhiran visi, strategi dan sumber daya yang strategis sebagai
batu pijakan sehingga fungsi unit ini pun kembali disesuaikan dengan mengambil
fokus pada teknologi informasi dan berubah nama menjadi Pusat Perencanaan dan
8
Unit ini kembali mengalami restrukturisasi guna menyesuaikan diri
dengan kebutuhan dunia telekomunikasi dan antipasi perkembangan di masa
datang. Dan sejak itulah unit ini berubah nama menjadi Divisi Riset Teknologi
Informasi (RisTI). Pada tahun yang sama, sebagai bagian pelaksanaan strategi,
RisTI merenovasi lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk mendapatkan suatu
lingkungan kerja yang terbuka, transparan dan berteknologi tinggi. Secara pararel
RisTI juga mulai merintis pengembangan IT-Based Office dengan basis intranet
RisTINet.
RisTI kembali mencapai milestone monumental dengan melakukan take
off pada tahun 1997 yang ditandai dengan diresmikan sarana dan prasarana RisTI
oleh Menparpostel bersamaan dengan diterimanya sertifikat UKAS/NAMAS oleh
Rumah Uji RisTI serta diimplementasikannya secara penuh IT-Based Office.
Sejak saat itu RisTI mulai berbagi informasi dengan komunitas luar melalui
program RisTI Visit Year. Perintisan program Research Development Partner
(RDP) dengan mitra global juga dimulai dengan antisipasi terhadap kebutuhan
RisTI di masa datang.
RisTI mulai menapakkan kakinya menuju suatu pusat RDI (Research
Development Innovation) bidang Teknologi Informasi yang bersifat global dan
disegani, yang juga berfungsi untuk membangun komunitas TI di Indonesia
sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia melalui pemanfaatan
Teknologi Informasi.
RisTI sebagai product developer dan system developer telah mengeluarkan
produk-produk berupa spec dan standar telekomunikasi yang dijadikan acuan bagi
pemanfaatan teknologi telekomunikasi, produk subsitusi, layanan informasi,
software aplikasi dan lain-lain.
Sebagai unit dari PT TELKOM, RisTI terus melakukan kegiatan riset,
pengembangan teknologi, inovasi produk, system dan proses dengan
memanfaatkan sumber daya secara maksimal untuk mengantisipasi perubahan
teknologi dan tuntutan pelayanan dalam memenangkan persaingan.
Sebagai bentuk antisipasi terhadap perubahan tantangan lingkungan
industri jasa telekomunikasi Indonesia saat ini dan beberapa tahun ke depan, telah
9
Keputusan Direksi PT. Telekomunikasi Indonesia Nomor : KD
17/PS150/CTG-00/2003, Divisi RisTI kembali mengalami restrukturisasi dan namanya berubah
menjadi Pusat Riset dan Pengembangan (R & D Center), yang selanjutnya disebut
TELKOM RisTI yang dimaksudkan sebagai penyesuaian bentuk organisasi Divisi
Riset Teknologi Informasi terhadap strategi perusahaan
Melalui Keputusan Direksi nomor KD.53/PS150/COP-B00300000/2006
tanggal 3 November 2006, TELKOMRisTI kembali mengalami penyelarasan
Organisasi Pusat Riset dan Pengembangan dan selanjutnya disebut Research &
Development Center - R&D Center, yang bertujuan untuk mengkondisikan
terjadinya peningkatan kualitas dan kinerja riset dalam mempersiapkan service
dan produk yang unggul dan sesuai dengan permintaan pasar, serta kemampuan
mengantisipasi trend perkembangan bisnis dan teknologi pada industri infocom.
2.1.2 Logo instansi
Logo TELKOM mencerminkan brand positioning ”Life Confident”
dimana keahlian dan dedikasi akan diberikan bagi semua pelanggan untuk
mendukung kehidupan mereka dimanapun mereka berada. Brand positioning ini didukung oleh “service culture” baru yaitu: expertise, empowering, assured, progressive dan heart.
10
Logo bulat dengan siluet tangan terkesan simpel, simplifikasi logo ini
terdiri dari lingkaran biru yang ada di depan tangan berwarna kuning. Logo ini
merupakan cerminan dari “brand value” baru yang selanjutnya disebut dengan
“Life in Touch” dan diperkuat dengan tag line yakni “the world is in your hand”.
VISUAL RUPA
1. Expertise : makna dari lingkaran sebagai simbol dari kelengkapan produk dan layanan dalam portofolio bisnis TELKOM yaitu TIME (Telecommunication, Information, Media & Edutainment).
2. Empowering : makna dari tangan yang meraih ke luar. Simbol ini mencerminkan pertumbuhan dan ekspansi ke luar.
3. Assured : makna dari jemari tangan. Simbol ini memaknai sebuah kecermatan, perhatian, serta kepercayaan dan hubungan yang erat.
4. Progressive : kombinasi tangan dan lingkaran. Simbol dari matahari terbit yang maknanya adalah perubahan dan awal yang baru.
5. Heart : simbol dari telapak tangan yang mencerminkan kehidupan untuk menggapai masa depan.
VISUAL WARNA
1. Expert Blue pada teks Telkom melambangkan keahlian dan pengalaman yang tinggi.
2. Vital Yellow pada telapak tangan mencerminkan suatu yang atraktif, hangat, dan dinamis.
11
2.1.3 Struktur Organisasi dan Aktivitas Utama Instansi 2.1.3.1Struktur Organisasi
Gambar 2.2 Struktur Organisasi
2.1.3.2Aktivitas Utama/ Job Description
1. SGM R&D CENTER
Aktivitas Utama :
a. Perencanaan Bisnis, pengelolaan performansi dan operasional unit
serta pengendalian sistem mutu unit R&D Center
b. Pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan riset dan
pengembangan Infrastruktur, Management Network/Jaringan, Service & Product dan Bisnis
2. BIDANG PLANNING & CONTROLLING
Aktivitas Utama :
a. Perencanaan bisnis (Strategic Plan)
b. Penyusunan & Evaluasi RKM, RKAP dan SKU
c. Pengelolaan performansi unit
d. Pengendalian sistem mutu
3. BIDANG R&D OF INFRASTRUCTURE
Aktivitas Utama :
a. Riset teknologi untuk mendukung penyusunan rencana strategis
12
b. Perencanaan infrastruktur (service node, transmisi, signaling & integrity, wireline & wireless network) untuk mendukung service deployment
c. Evaluasi performansi jaringan infrastruktur (service node, transmisi, signaling & integrity, wireline & wireless network) termasuk performansi interkoneksi
d. Technology scanning dan technology assessment untuk mendukung penyelenggaraan bisnis perusahaan
e. Support project management inovation/support expertise
4. BIDANG R&D OF NETWORK MANAGEMENT
Aktivitas Utama :
a. Analisis regulative resources untuk mendukung evaluasi performansi pengelolaan jaringan telekomunikasi
b. Pengelolaan riset jaringan telekomunikasi
c. Technology assessment dalam bidang manajemen jaringan untuk
mendukung penyelenggaraan bisnis perusahaan
d. Pengelolaan Layanan Quality Assurance dan Technical compliance management
e. Support project management inovation/support expertise
5. BIDANG R&D OF SERVICE & PRODUCT
Aktivitas utama :
a. Pengembangan service & product
b. Riset & pengembangan prototype servise baru dan penyusunan
standart service
c. Riset dan pengembangan prototype produk baru
d. Pengembangan prototype solusi bisnis untuk pelanggan korporat &
OLO
13 6. BIDANG RESEARCH BUSINESS
Aktivitas Utama :
a. Pelaksanaan riset dan pengembangan bisnis
b. Evaluasi dan identifikasi performansi bisnis
c. Penyediaan data pasar, pelanggan dan kompetitor yang kompetitif
d. Pengembangan hubungan kemitraan yang strategis dengan institusi
yang relevan
7. BIDANG GENERAL SUPPORT
Aktivitas Utama :
a. Pengelolaan kesekretariatan
b. Pengelolaan Procurement, Asset & Facilities
c. Pengelolaan Relasi & Klien
d. Dukungan pengelolaan Data & IT Unit
2.1.3.3 Laboratorium
Telkom R&D Center Bandung memiliki beberapa laboratorium,
laboratorium tersebut memiliki tanggung jawab, tugas dan fungsi masing –
masing yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Laboratorium Service Node
Tanggung jawab, tugas dan fungsi :
a. Membuat perencanaan, pengembangan standar dan melaksanakan
pemutakhiran dokumen yang terkait dengan teknologi service node.
b. Melaksanakan evaluasi, mengidentifikasi dan memberikan
rekomendasi roadmap teknologi, rencana pengembangan teknologi
14 2. Laboratorium Wireline Access
Tanggung jawab, tugas dan fungsi :
a. Melakukan asesmen teknologi dan pemilihan teknologi untuk
mendukung infrastructure development.
b. Melakukan dan mengelola riset pengembangan teknologi wireline
c. Memberi rekomendasi roadmap teknologi/infrastruktur dan
rekomendasi rencana pengembangan infrstruktur untuk mendukung
Buseiness Plan pengembangan infrastruktur.
3. Laboratorium Wireless Access
Tanggung jawab, tugas dan fungsi :
a. Melakukan asesmen teknologi dan pemilihan teknologi untuk
mendukung infrastructur development
b. Melakukan dan mengelola riset pengembangan teknologi wireless
c. Memberi rekomendasi roadmap teknologi / infrastruktur dan
rekomendasi rencana pengembangan infrstruktur untuk mendukung
Buseiness Plan pengembangan infrastruktur.
4. Laboratorium Transmission
Tanggung jawab, tugas dan fungsi :
a. Melakukan asesmen teknologi dan pemilihan teknologi transmissi
untuk seluruh aspek.
b. Melakukan riset dan pengembangan teknologi transmissi.
c. Memberikan rekomendasi terhadap roadmap teknologi dan
pengembangan serta penyusunan Business Plan infrastruktur.
5. Laboratorium TMN
Tanggung jawab, tugas dan fungsi :
a. Melakukan asessment teknologi dan pemilihan teknologi telco
management network
b. Melakukan riset & pengembangan konsep TMN yang berbasis
TDM, IP dan Mobile
15 6. Laboratoium Realibility & Security
Tanggung jawab, tugas dan fungsi :
a. Melakukan riset dan pengembangan sistem reliability dan security
sistem jaringan , sistem energi telekomunikasi dan Satelit untuk
mendukung bisnis jaringan
b. Melakukan uji coba teknis dan pengembangan standar system
Reliability & Security termasuk system frekuensi dan numbering.
7. Laboratorium Signalling & Integrity
Tanggung jawab, tugas dan fungsi :
a. Melakukan riset, pengembangan dan perencanaan sistem signalling
& Integrity untuk mendukung penyusunan Business Plan
Pengembangan Infrastruktur
b. Mendukung pelaksanaan evaluasi untuk identifikasi performansi
dan interkoneksi eksisting
c. Memberikan usulan alternatif konfigurasi interkoneksi yang lebih
prospektif.
8. Laboratorium Technical Compliance
Tanggung jawab, tugas dan fungsi :
a. Melakukan technical compliance melalui evaluasi teknis dan audit
b. Memberikan rekomendasi dan laporan atas technical compliance
c. Melaksanakan riset dan pengembangan fraud dan revenue
assurance serta network compliance
d. Memberi rekomendasi dan sosialisasi hasil riset fraud revenue
e. Memberi bantuan expertise tentang network technical compliance,
fraud dan revenue assurance.
16 9. Laboratorium QA Infrastruktur
Tanggung jawab, tugas dan fungsi :
a. Melaksanakan pengujian perangkat infrastruktur telekomunikasi
(Transmisi, Wireless , Wireline , Satelite , FO, Cable & Assesories)
b. Melakukan pemeriksaan, evaluasi teknis, rekomendasi dan
membuat laporan hasil uji
c. Melaksanakan kalibrasi alat ukur untuk internal maupun eksternal
d. Memberikan bantuan expertise tentang pengujian.
10.Laboratorium QA CPE & Support
Tanggung jawab, tugas dan fungsi :
a. Melaksanakan pengujian perangkat switching/Node, CPE dan
Energi
b. Melakukan pemeriksaan, evaluasi teknis, rekomendasi dan
membuat laporan hasil uji
c. Mengembangkan Sistem manajemen mutu jaringan telekomunikasi
CIQS
d. Memberikan bantuan expertise tentang pengujian dan pengelolaan
CIQS.
11.Laboratorium Service & Product Planning
Tanggung jawab, tugas dan fungsi :
a. Memberikan rekomendasi tentang kebijakan dan strategi dalam
road map pengembangan service & Produk
b. Melakukan evaluasi dan kajian terhadap service dan produk untuk
peningkatan performansi.
12.Laboratorium Service Development
Tanggung jawab, tugas dan fungsi :
a. Melakukan kajian teknis terhadap rencana pengembangan service
17
b. Memberikan rekomendasi pengembangan service baru
c. Mengembangkan dan mempersiapkan implementasi prototype
service baru.
13.Laboratorium Produk Development
Tanggung jawab, tugas dan fungsi :
a. Melakukan kajian teknis terhadap rencana pengembangan produk
baru
b. Memberikan rekomendasi pengembangan Produk baru
c. Mengembangkan dan mempersiapkan implementasi prototype
produk baru.
14.Laboratorium Enterprise Solution
Tanggung jawab, tugas dan fungsi :
a. Melakukan riset tentang peluang solusi dan teknologi
b. Mengembangan prototype solusi enterprise dan dukungan atas
pengembangan aplikasi internal
15.Laboratorium Business Strategy
Tanggung jawab, tugas dan fungsi :
a. Melakukan riset strategi dan roadmap bisnis portofolio
b. Melakukan kajian dan rekayasa bisnis untuk pengembangan service
dan produk baru
c. Melakukan riset strategi marketing.
16.Laboratorium Business Performance
Tanggung jawab, tugas dan fungsi :
a. Melakukan riset dan memberikan rekomendasi tentang peningkatan
performansi dan strategi marketing / pricing
18 17.Laboratorium Business Competitivenes
Tanggung jawab, tugas dan fungsi :
a. Melakukan riset dan intelligent marketing serta analisa hasil riset
dan intelligent marketing
b. Melakukan riset dan analisa customer, kajian business
competitiveness serta kajian atas aktivitas yang dilakukan
competitor, pasar dan pelanggan.
18.Laboratorium Industrial Partnership
Tanggung jawab, tugas dan fungsi :
a. Membangun dan mengembangkan hubungan kemitraan
b. Mengelola hasil innovasi, riset & hak cipta/paten yang telah
diperoleh
c. Mengelola kerjasama untuk komersialisasi hasil riset, monitoring
kegiatan ICT community development program
19.Bagian Data & IT Support
Tanggung jawab, tugas dan fungsi :
a. Menyusun, mengimplementasikan dan mengoperasikan
infrastruktur SIM (Sistem Informasi Manajemen)
b. Memelihara system basis data corporasi (CDB)
c. Melakukan koordinasi, integrasi dan pengoperasian aplikasi on
line baru untuk keperluan perkembangan layanan internal R & D
Center
d. Melakukan clustering data center untuk menjamin business
19
2.1.4 Tujuan Perusahaan
TELKOM R&D Center dibentuk dengan tujuan agar terbentuknya pusat
pengelola riset teknologi perusahaan yang lebih kondusif di dalam
mengoptimalkan dukungannya terhadap peningkatan kapabilitas perusahaan
melalui pengembangan produk berbasis jaringan dan teknologi informasi. Bidang
usaha TELKOM RDC adalah pengembangan produk aplikasi dan layanan
berbasis jaringan (network based services), pengembangan infrastruktur jaringan
untuk semua unit bisnis TELKOM serta aktivitas riset lainnya yang dibutuhkan
perusahaan. Sejalan dengan perubahan pengorganisasian bisnis menuju pada
costumer centric organization, fungsi riset dan pengembangan perusahaan perlu
diselaraskan untuk lebih diberdayakan dan focus pada peran membangun
kapasitas perusahaan dalam mengelola inovasi.
2.1.4.1Visi Perusahaan
“Menjadi sebuah R&D Telekomunikasi yang memiliki reputasi di Asia Pasifik tahun 2013” .
2.1.4.2Misi Perusahaan
1. Melakukan inovasi, pengembangan dan menghasilkan produk dan layanan
baru untuk meningkatkan nilai pada pelanggan.
2. Menghasilkan hasil riset terbaik untuk meningkatkan nilai TELKOM
Group dengan berbasis pada standard internasional.
3. Mendukung TELKOM Group dan pelanggan untuk pengembangan bisnis
Infokom.
2.1.5 Bidang Usaha Perusahaan
Bidang usaha R & D Center adalah pengembangan produk aplikasi dan
layanan berbasis jaringan (network based services), pengembangan infrastruktur
jaringan untuk semua unit bisnis TELKOM serta aktifitas riset lainnya yang
20
1. Pengembangan produk baru yang bersifat: inovasi baru, pengembangan,
modifikasi, peningkatan utilisasi dan optimalisasi.
2. Evaluasi dan rekayasa ulang terhadap produk yang telah diluncurkan, dari
sisi teknologi dan teknologi produksi.
3. Pengembangan infrastruktur jaringan dalam mendukung pengembanan
produk, layanan dan bisnis perusahaan berbasis jaringan termasuk
pelaksanaan asesmen teknologi/ jaringan dan pemilihan teknologi yang
diperlukan.
4. Pelaksanaan network review untuk peningkatan aspek interoperabilitas,
integritas, utilisasi, kualitas, keandalan dan keamanan jaringan.
5. Perencanaan jaringan dalam bentuk master plan, strategik level network
planning dan termasuk visi jaringan kedepan.
6. Jasa pengujian mencakup usaha yang terkait dengan quality assurance dan
layanan sejenis lainnya untuk pelanggan eksternal.
7. Jasa Kalibrasi alat ukur untuk kalangan internal maupun pelanggan
eksternal
8. Jasa Konsultasi dan assesmen dari sistem mutu internal TELKOM (CIQS)
dan para mitra.
9. Riset bidang teknologi dan bisnis serta inovasi produk untuk mendukung
21
2.2Landasan Teori
2.2.1 IP Multimedia SubSystem (IMS)
IMS merupakan teknologi komunikasi yang dapat mengintegrasikan alat
dengan media wireless dengan wired yang real time dan mampu memberikan
layananan multimedia yang interaktif. Dengan IMS teknologi komunikasi dapat
lebih berkembang, karena IMS didesain mampu menyediakan layanan streaming voice,video (video call),video conference, layanan data dan lain sebagainya. IMS juga didesain untuk mampu bekerja tanpa dibatasi area tertentu dan dapat
digunakan pada IPv4 ataupun IPv6.
Gambat 2.3. Konvergensi IMS
Komponen Inti IMS adalah :
1) Satu atau lebih SIP Server, yang kumpulannya disebut dengan CSCF
(Call/Session Control Function)
2) Satu atau lebih database user, yaitu HSS (HomeSubscriber Server) dan
SLF (Subscriber LocationFunction)
3) Satu atau lebih AS (Application Server)
4) Satu atau lebih MRF (Media Resource Functions), yang fungsinya dapat
dibagi lagi menjadi MRFP (MediaResource Function Processors) dan
22
5) Satu atau lebih BGCF (Breakout Gateway ControlFunction)
6) Satu atau lebih gateway ke PSTN, yang terdiri atas SGW (Signalling
Gateway) dan MGCF (Media Gateway Controller Function), dan MG
(Media Gateway).
Terdapat 3 layer yang ada pada IMS, antara lain :
1) Transport layer
Fungsi dari layer ini adalah :
a. Menghubungkan user dengan infrastruktur IMS baik langsung
menggunakan piranti IMS (misal: 3G handset) ataupun piranti non-IMS
melalui suatu antarmuka gateway.
b. Menjembatani berbagai tipe akses network yang berbeda-beda. Misal:
packet-switched (GPRS, UMTS, CDMA2000,WLAN, PacketCable,
ADSL), circuit-switched (PSTN).
c. Terdapat beberapa fungsi gateway yang terdapat pada layer ini yang bertugas sebagai interface antara network eksisting dengan IMS (misal:
Media Gateway Function sebagai interface antara PSTN dengan IMS)
2) Control (IMS) Layer
Fungsi dari layer ini adalah :
a. Manajemen Pengendalian panggilan (call) dan session
b. Mengambil policy decisions sesuai dengan yang digunakan pada
transport layer Pusat routing pada network
Komponen utama dari layer ini adalah CSCF (Call/SessionControl
23
I. P-CSCF (Proxy-CSCF)
Fungsi dari P-CSCF antara lain :
a. Titik kontak pertama antara terminal IMS dengan jaringan IMS, di
mana semua request layanan IMS harus lewat P-CSCF
b. Membangun fungsi keamanan IP terkait dengan terminal IMS dan
membuat alamat IPSec yang diasosiasikan dengan terminal IMS
c. Proses authentikasi user
d. Menjamin identitas pengguna selama berada dalam jaringan IMS
II. I-CSCF (Interrogating-CSCF)
Fungsi dari I-CSCF antara lain :
a. Digunakan oleh SIP server untuk mencari next SIP hop
b. Mempunyai antarmuka ke SLF dan HSS
c. Secara opsional melakukan enkripsi terhadap beberapa bagian dari
pesan-pesan SIP
III. S-CSCF (Serving-CSCF)
Fungsi dari S-CSCF antara lain :
a. Merupakan pusat node dari signalling plane
b. SIP Server yang melakukan pengendalian session
c. Sebagai SIP Registrar : mapping antara lokasi user dengan alamat SIP
pengguna, mengawasi setiap pesan-pesan SIP dan menentukan
pensinyalan SIP yang hendak menuju ke satu atau lebih application
server.
24
3) Service atau Application Layer
Fungsi dari layer ini adalah :
a. Menjalankan layanan yang diminta oleh user melalui IMS network
(host and execute services)
b. Menyedikan antarmuka dengan control layer yang menggunakan SIP
protocol
Selain CSCF, elemen lain yang ada di control layer ini adalah HSS dan
SLF:
a) HSS (Home Subscriber Server)
i. Merupakan pusat penyimpanan informasi yang terkait dengan user,
misalnya informasi lokasi, info security, user profile, S-CSCF
(Serving-CSCF) yang dialokasikan pada user.
b) SLF (Subscription Locator Function)
ii. Dibutuhkan apabila ada lebih dari 1 HSS
25
Gambar 2.4 Layer IMS
2.2.2 Testbed IMS di TELKOM RDC
Testbed yang terdapat di laboratorium service node, TELKOM RDC salah satunya adalah Open IMS Core. Open IMS Core merupakan open source IMS yang dikembangkan oleh Franhoufer Institute FOKUS. Open IMS core terdiri
dari:
a. Call session Control Function (CSCF) yang berperan sebagai elemen pusat dari routing untuk pensinyalan IMS.
b. Home Subscriber Server (HSS) yang disebut dengan FHoSS untuk memanejemen user profiles dan pengaturan routing.
2.2.3 Data Flow Diagram (DFD)
Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu diagram yang menggunakan
notasi-notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem, yang penggunaannya
sangat membantu untuk memahami sistem secara logika, tersruktur dan jelas.
DFD merupakan alat bantu dalam menggambarkan atau menjelaskan sistem yang
26
2.2.4 PHP Hypertext Processor (PHP)
PHP Hypertext Processor (PHP) adalah bahasa pemrograman yang dapat
ditanamkan atau disisipkan ke dalam HTML. PHP banyak dipakai untuk
memrogram website dinamis. PHP dapat digunakan untuk membangun sebuah
CMS. Dengan menggunakan PHP programer dapat menyambungkan antara
aplikasi dengan database yang akan membuat website lebih dinamis.
Beberapa kelebihan PHP dari bahasa pemrograman web lainya, antara
lain:
a. Bahasa pemrograman PHP adalah sebuah bahasa pemrograman
yang tidak melakukan sebuah kompilasi dalam penggunaanya.
b. Web Server yang mendukung PHP dapat ditemukan di mana-mana
dari mulai Apache, IIS, Lighttpd, hingga Xitami dengan konfigurasi
yang relatif mudah.
c. Dalam sisi pengembangan lebih mudah, karena banyaknya
milis-milis dan developer yang siap membantu dalam pengembangan.
d. Dalam sisi pemahamanan, PHP adalah bahasa scripting yang paling
mudah karena memiliki referensi yang banyak.
e. PHP adalah bahasa open source yang dapat digunakan di berbagai
mesin (Linux, Unix, Macintosh, Windows) dan dapat dijalankan
secara runtime melalui console serta juga dapat menjalankan
perintah-perintah system.
2.2.5 JQuery
Jquery adalah salah satu library javascript. Dengan Jquey kita dapat
melakukan banyak hal yang tidak bisa dilakukan oleh HTML maupun CSS.
Misalnya, menampilkan artikel tanpa me-reload halaman, memunculkan pop-up
di tengah–tengah halaman, menyembunyikan artikel jika diklik. Saat ini banyak
pengembang situs web yang telah menggunakan jquery ke dalam situs web
mereka, misalnya facebook, facebook banyak menggunakan jquery seperti chat
27
Salah satu keunggulan Jquery adalah “keluwesan” dan kemudahannya dalam
berkolaborasi dengan CSS ( Cascading Style Sheet) sehingga penampilan halaman web menjadi semakin indah. Selain itu jQuery juga dapat menjembatani
“kesenjangan” beberapa browser dalam mengimplementasikan CSS.
2.2.6 Cascading style sheet (CSS)
CSS merupakan bahasa pemrograman yang digunakan untuk mengatur
antar muka dalam website sehingga tampilan website lebih rapi dan indah.
Dengan CSS web dapat berjalan lebih cepat karena CSS mempunyai keunggulan,
diantaranya :
a. Update tampilan lebih mudah
b. Beban bandwidth lebih kecil
c. Modifikasi web template lebih mudah
d. Lebih mudah digunakan pada mobile phone
e. Search engine friendly
2.2.7 Apache
Server HTTP Apache atau Server web Apache adalah server web yang dapat dijalankan di banyak sistem operasi (Unix, BSD, Linux, Microsoft
Windows dan Novell Netware serta platform lainnya) yang berguna untuk
melayani dan memfungsikan situs web. Protokol yang digunakan untuk melayani
fasilitas web ini menggunakan HTTP.
Apache memiliki fitur-fitur canggih seperti pesan kesalahan yang dapat dikonfigurasi, autentikasi berbasis basis data dan lain-lain. Apache juga didukung oleh sejumlah antarmuka pengguna berbasis grafik (GUI) yang memungkinkan
penanganan server menjadi mudah. Apache merupakan perangkat lunak sumber terbuka dikembangkan oleh komunitas terbuka yang terdiri dari
28
2.2.8 MySql
MySql adalah salah satu jenis database server yang sangat terkenal.
Kepopulerannya disebabkan MySQL menggunakan SQL sebagai bahasa dasar
untuk mengakses databasenya. Selain itu, ia bersifat free dan bisa di-download di
http://www.mysql.org atau http://www.mysql.com.
MySQL termasuk jenis Relational Database Management System
(RDBMS). Itulah sebabnya, istilah tabel, baris, dan kolom digunakan pada
MySQL. Pada MySQL, sebuah database mengandung satu atau sejumlah tabel.
Tabel terdiri atas sejumlah baris dan setiap baris mengandung satu atau beberapa
kolom.
2.2.9 Wamp
Wamp merupakan paket yang terdiri dari apache, MySQL dan PHP.
Dengan menggunakan Wamp ketika dapat membuat lingkungan komputer kita
menjadi layaknya sedang online. Wamp merupakan salah satu web server yang
cukup banyak dipakai pengembangan website ini dikarenakan Wamp server yang
29
BAB III
PEMBAHASAN
Sebagaimana yang telah disampaikan pada bab I, dalam kerja praktek ini
dilakukan pembuatan aplikasi untuk melihat dan mengkonfigurasi testbed IMS yang terdapat di TELKOM RDC.
Pada bab ini akan dibahas analisis, perancangan sistem, implementasi dan
evaluasi sistem. Analisis yang dilakukan meliputi analisis sistem yang sedang
berjalan, analisis masalah, analisis kebutuhan fungsional, dan analisis kebutuhan
non-fungsional. Perancangan sistem yang dilakukan meliputi perancangan
antarmuka, modul dan algoritma. Implementasi meliputi implementasi perangkat
lunak, implementasi perangkat keras, implementasi database dan implementasi
antarmuka. Evaluasi sistem membahas mengenai kelebihan dan kekurangan dari
aplikasi yang telah dibuat.
3.1 Analisis Sistem
Analisis sistem merupakan tahap yang dilakukan untuk mendapatkan
pemahaman mengenai mapping tiap file, proses-proses yang terdapat pada sistem,
keterkaitan antarproses, aliran data, pihak-pihak yang terlibat, hubungan sistem
dengan lingkungan luar, dan hal lain yang berkaitan dengan sistem.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap analisis sistem adalah analisis sistem yang
sedang berjalan, analisis masalah, analisis kebutuhan fungsional, dan analisis
kebutuhan non-fungsional.
3.1.1 Analisis Sistem yang sedang berjalan
Analisis terhadap sistem yang ada pada saat ini, dilakukan berdasarkan
observasi dan interview dengan pembimbing yang ada di lapangan.
Analisis sistem yang dilakukan meliputi analisis prosedur konfigurasi
30 3.1.1.1 Analisis Prosedur
Prosedur untuk mengkonfigurasi testbed IMS adalah :
a) Administrator membuka file-file konfigurasi tersebut satu persatu
dengan menggunakan text editor.
b) Administrator mencari value sesuai parameter yang terdapat di file konfigurasi testbed IMS.
c) Administrator menyimpan file-file konfigurasi yang telah diubah
valuenya satu persatu.
3.1.1.2 Analisis Data
Terdapat 7 file konfigurasi testbed IMS, yakni pcscf.cfg, scscf.cfg, scscf.xml, icscf.cfg, icscf.xml, diameterpeerhss.xml, dan hss.properties. 7 file
tersebut dapat dikelompokan menjadi :
a) P-CSCF : pcscf.cfg
b) S-CSCF : scscf.cfg, scscf.xml
c) I-CSCF : icscf.cfg, icscf.xml
d) HSS : diameterpeerhss.xml, hss.properties
Selain file-file tersebut, terdapat file konfigurasi lain yang terkait dengan
file konfigurasi testbed IMS, diantaranya adalah file DNS. Untuk studi kasus di TELKOM RDC, file- file DNS tersebut adalah :
a) 8.5.4.2.2.2.6.e164.arpa.zone
b) 14.10.in-addr.arpa.zone
c) ims.telkom.co.id.zone
d) ims1.telkom.co.id.zone
e) ims2.telkom.co.id.zone
f) ims-ap.telkom.co.id.zone
g) ims-as.telkom.co.id.zone
h) ims-core.telkom.co.id.zone
i) named.conf
31
Selain file-file tersebut dibuat 1 file konfigurasi baru untuk menopang
kinerja aplikasi yang akan dibuat nantinya, yaitu ims1.cfg. File ini menunjukan
letak direktori file-file konfigurasi yang ada di atas, yang kemudian akan
digunakan dalam aplikasi saat pembacaan file-file tersebut.
Berdasarkan hasil diskusi, telah dipilih parameter-parameter penting yang
terdapat pada file-file di atas. Parameter-parameter tersebut akan diakomodasi
untuk keperluan aplikasi nantinya. Selain itu dari hasil diskusi diperoleh pula
informasi bahwa terdapat relasi antara antara beberapa parameter di file-file
tersebut, dimana parameter-parameter tersebut sebenarnya menunjukan sesuatu
hal yang sama. Sebagai contoh parameter “alias” di file “icscf.cfg” memiliki
kesamaan dengan parameter “FQDN” di file “icscf.xml”. Dengan begitu
pengubahan value terhadap salah satu parameter tersebut sama artinya dengan
mengubah value dari seluruh parameter yang identik. Berdasarkan kondisi ini,
maka untuk keperluan aplikasi ini diperlukan pengelompokkan terhadap
parameter-parameter identik tersebut. Selanjutnya, pada masing-masing kelompok
akan ditentukan satu parameter sebagai acuan untuk mewakili kelompoknya.
Nantinya, aplikasi cukup membaca value dari parameter acuan di masing-masing
kelompok dan menampilkannya sebagai konfigurasi testbed IMS. Jika Admin mengubah value dari salah satu parameter, maka value dari seluruh parameter
yang identik dalam kelompok yang sama secara otomatis aka berubah. Berikut
kelompok-kelompok parameter identik yang berhasil di identifikasi:
1) Nama Domain
Kelompok ini menunjukkan domain dari konfigurasi testbed IMS. Untuk studi kasus di TELKOM RDC, domain testbed IMS yang ada diberi nama “ims.telkom.co.id”. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini dilakukan
dengan mencari parameter dengan value “ims.telkom.co.id” di semua file.
Parameter yang dianggap sebagai acuan atau wakil dari kelompok ini adalah
32
<Peer FQDN="icscf.ims.telkom.co.id" Realm="ims.telkom.co.id" port="3868" /> <Peer FQDN="scscf.ims.telkom.co.id" Realm="ims.telkom.co.id" port="3868" /> 8.5.4.2.2.2.6.e
164.arpa.zone
IN NS ns.ims.telkom.co.id.
14.10.in-33
ims.telkom.co.id. 1D IN NAPTR 10 50 "s" "SIP+D2U" "" _sip._udp ims.telkom.co.id. 1D IN NAPTR 20 50 "s" "SIP+D2T" "" _sip._tcp
2) Log Standar Error I-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan logging
terhadap error yang terjadi di I-CSCF. Parameter ini dijumpai di file “icscf.cfg”,
yaitu “log_stderror=yes”. Value “yes” menyatakan bahwa jika terjadi error di
I-CSCF, maka error tersebut akan dicatat dalam log file (history), sedangkan “no”
berarti error tidak dicatat.
Parameter “log_stderror” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain,
seperti scscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai dengan hasil observasi dan diskusi,
parameter - parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing -
masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga
tidak dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
icscf.cfg log_stderror=yes
3) Level Memory Log di I-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan mengenai tingkat kedetilan logging terhadap error yang terjadi di I-CSCF. Value yg dapat dipilih berada di rentang 1-5, dimana
1 berarti tidak detil, sedangkan 5 berarti sangat detil. Parameter ini dijumpai di
file “icscf.cfg” yaitu “memlog=3”. Parameter ini sendiri baru akan diperhitungkan, jika parameter “log_stderror” di file “icscf.cfg” mempunyai value
“yes”.
Parameter “memlog” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti
scscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi,
34
elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak
dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
icscf.cfg memlog =5
4) SIP Warning I-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan tentang perlu tidaknya dilakukan logging terhadap anomaly protocol SIP yang terjadi di I-CSCF. Parameter dapat ini dijumpai di file “icscf.cfg” yaitu “sip_warning=yes”. Value “yes” berarti bahwa
jika terjadi anomaly SIP di I-CSCF, maka anomaly tersebut akan dicatat dalam log file, sedangkan “no” berarti anomaly tidak dicatat.
Parameter “sip_warning” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain,
seperti scscf.cfg, pscsf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter-
parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing-masing
elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak
dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
icscf.cfg sip_warning=yes
5) Level debug di I-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan mengenai tingkat kedetilan debug proses & aktivitas di I-CSCF. Value yg dapat dipilih berada di rentang 1-5, dimana 1 berarti
tidak detil, sedangkan 5 berarti sangat detil. Parameter ini dijumpai di file
“icscf.cfg” yaitu “debug=3”.
Parameter “debug” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti
scscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi,
parameter-parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing-masing
elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak
dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
35 6) Forking di I-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan
mekanisme forking di I-CSCF. Parameter ini dijumpai di file “icscf.cfg”, yaitu “fork=yes”. Value “yes” berarti bahwa forking diperbolehkan di I-CSCF, sedangkan “no” berarti forking tidak boleh dilakukan.
Parameter “fork” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti
scscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter–
parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing-masing
elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak
dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
icscf.cfg fork=yes
7) Level Children I-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan mengenai tingkat children di I-CSCF. Value yg dapat dipilih berada di rentang 1-5. Parameter ini dijumpai di file “icscf.cfg”
yaitu “children=4”. Parameter ini sendiri baru akan diperhitungkan, jika parameter
“fork” di file “icscf.cfg” mempunyai value “yes”.
Parameter “children” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain,seperti
scscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter –
parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing – masing
elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak
dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
icscf.cfg children=4
8) Check Via SIP Header I-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan
pengecekan field “via” yang ada di dalam message SIP yaitu di SIP header. Parameter “check_via” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain,seperti
scscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter –
36
elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak
dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
icscf.cfg check_via=no
9) Look – Up DNS I-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan look up ke DNS. Parameter “dns” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain,seperti
scscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter –
parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing – masing
elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak
dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
icscf.cfg dns=no
10)Reversed Look-Up DNS I-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan reversed look up ke DNS. Parameter “rev_dns” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain,seperti scscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi,
parameter – parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing –
masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga
tidak dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
icscf.cfg rev_dns=no
11)Nama I-CSCF
Kelompok ini menunjukkan nama atau alias dari I-CSCF. Untuk studi kasus
di TELKOM RDC, I-CSCF testbed IMS yang ada diberi nama
“icscf.ims.telkom.co.id”. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini
dilakukan dengan mencari parameter dengan value “icscf.ims.telkom.co.id” di
semua file. Parameter yang dianggap sebagai acuan atau wakil dari kelompok ini
37
Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
sebagai berikut:
<Peer FQDN="icscf.ims.telkom.co.id" Realm="ims.telkom.co.id" port="3868" />
12) IP Address I-CSCF
Kelompok ini menunjukkan IP Address dari I-CSCF. Untuk studi kasus di
TELKOM RDC, I-CSCF testbed IMS yang ada diberi IP address 10.14.18.16. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini dilakukan dengan mencari
parameter dengan value “10.14.18.16” di semua file. Parameter yang dianggap
sebagai acuan atau wakil dari kelompok ini adalah parameter “listen” yg terdapat di file “icscf.cfg”.
Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
sebagai berikut:
Nama File Parameter
icscf.cfg *listen=10.14.18.16
modparam("icscf","icid_gen_addr","10.14.18.16") icscf.xml <Acceptor port="3868" bind="10.14.18.16"/>
ims.telkom.co.id.zone ims.telkom.co.id. 1D IN A 10.14.18.16 icscf 1D IN A 10.14.18.16
13)SIP Port I-CSCF
Kelompok ini menunjukkan alamat port, tempat dimana I-CSCF
mendengarkan trafik SIP yang masuk. Untuk studi kasus di TELKOM RDC,
I-CSCF testbed IMS yang ada akan mendengarkan incoming SIP trafik di port 5060. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini dilakukan dengan
mencari parameter dengan value “5060” yang berelasi dengan I-CSCF di semua
file. Parameter yang dianggap sebagai acuan wakil dari kelompok ini adalah
38
Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
sebagai berikut:
Kelompok ini menunjukkan alamat port, tempat dimana I-CSCF
mendengarkan trafik diameter yang masuk. Untuk studi kasus di TELKOM RDC,
I-CSCF testbed IMS yang ada akan mendengarkan incoming diameter trafik di port 3868. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini dilakukan dengan
mencari parameter dengan value “3868” yang berelasi dengan I-CSCF di semua
file. Parameter yang dianggap sebagai acuan atau wakil dari kelompok ini adalah
parameter “Acceptor port” yang terdapat di file “icscf.xml”.
Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
sebagai berikut:
Nama File Parameter
icscf.xml *<Acceptor port="3868" bind="10.14.18.16"/> DiameterPeer
HSS.xml
<Peer FQDN="icscf.ims.telkom.co.id" Realm= "ims.telkom.co.id" port="3868" />
15)Log Standar Error S-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan logging
terhadap error yang terjadi di S-CSCF. Parameter ini dapat dijumpai di file
“scscf.cfg”, yaitu “log_stderror=yes”. Value “yes” menyatakan bahwa jika terjadi
error di S-CSCF, maka error tersebut akan dicatat dalam log file (history),
sedangkan “no” berarti error tidak dicatat.
Parameter “log_stderror” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain,
seperti icscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai dengan hasil observasi dan diskusi,
39
masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga
tidak dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
scscf.cfg log_stderror=yes
16)Level Memory Log di S-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan mengenai tingkat kedetilan logging terhadap error yang terjadi di S-CSCF. Value yg dapat dipilih berada di rentang 1-5,
dimana 1 berarti tidak detil, sedangkan 5 berarti sangat detil. Parameter ini
dijumpai di file “scscf.cfg” yaitu “memlog=3”. Parameter ini sendiri baru akan diperhitungkan, jika parameter “log_stderror” di file “scscf.cfg” mempunyai value
“yes”.
Parameter “memlog” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti
icscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter -
parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing - masing
elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak
dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
scscf.cfg memlog =5
17) SIP Warning S-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan tentang perlu tidaknya dilakukan logging terhadap anomaly protocol SIP yang terjadi di S-CSCF. Parameter dapat ini dijumpai di file “scscf.cfg” yaitu “sip_warning=yes”. Value “yes” berarti bahwa
jika terjadi anomaly SIP di S-CSCF, maka anomaly tersebut akan dicatat dalam log file, sedangkan “no” berarti anomaly tidak dicatat.
Parameter “sip_warning” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain,
seperti icscf.cfg, pscsf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter-
parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing - masing
elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak
dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
40 18)Level debug di S-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan mengenai tingkat kedetilan debug proses dan aktivitas di S-CSCF. Value yg dapat dipilih berada di rentang 1-5, dimana 1
berarti tidak detil, sedangkan 5 berarti sangat detil. Parameter ini dijumpai di file
“scscf.cfg” yaitu “debug=3”.
Parameter “debug” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti
icscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter -
parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing - masing
elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak
dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
scscf.cfg debug=3
19)Forking di S-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan
mekanisme forking di S-CSCF. Parameter ini dijumpai di file “scscf.cfg”, yaitu “fork=yes”. Value “yes” berarti bahwa forking diperbolehkan di S-CSCF, sedangkan “no” berarti forking tidak boleh dilakukan.
Parameter “fork” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti
icscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter –
parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing - masing
elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak
dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
scscf.cfg fork=yes
20)Level Children S-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan mengenai tingkat children di S-CSCF. Value yg dapat dipilih berada di rentang 1-5. Parameter ini dijumpai di file
“scscf.cfg” yaitu “children=4”. Parameter ini sendiri baru akan diperhitungkan,
jika parameter “fork” di file “scscf.cfg” mempunyai value “yes”.
Parameter “children” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti
41
parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing – masing
elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak
dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
scscf.cfg children=4
21)Check Via SIP Header S-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan
pengecekan field “via” yang ada di dalam message SIP yaitu di SIP header. Parameter “Check_via” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain,
seperti icscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter –
parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing – masing
elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak
dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
scscf.cfg check_via=no
22)Look – Up DNS S-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan look up ke DNS. Parameter “dns” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain,seperti
icscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter –
parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing – masing
elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak
dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
scscf.cfg dns=no
23)Reversed Look-Up DNS S-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan reversed look up ke DNS. Parameter “rev_dns” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti icscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi,
42
masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga
tidak dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
scscf.cfg rev_dns=no
24)Nama S-CSCF
Kelompok ini menunjukkan nama atau alias dari S-CSCF. Untuk studi kasus
di TELKOM RDC, S-CSCF testbed IMS yang ada diberi nama
“scscf.ims.telkom.co.id”. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini
dilakukan dengan mencari parameter dengan value “scscf.ims.telkom.co.id” di
semua file. Parameter yang dianggap sebagai acuan atau wakil dari kelompok ini
adalah parameter “FQDN” yg terdapat di file “scscf.xml”.
Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
sebagai berikut:
Kelompok ini menunjukkan IP Address dari S-CSCF. Untuk studi kasus di
TELKOM RDC, S-CSCF testbed IMS yang ada diberi IP address “10.14.18.17”. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini dilakukan dengan mencari
parameter dengan value “10.14.18.17” di semua file. Parameter yang dianggap
sebagai acuan atau wakil dari kelompok ini adalah parameter “listen” yg terdapat di file “scscf.cfg”.
Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
43
Nama File Parameter
scscf.cfg *listen=10.14.18.17
t_relay_to_udp("10.14.18.17",5060); scscf.xml <Acceptor port="3868" bind="10.14.18.17"/> ims.telkom.co.id.zone Scscf 1D IN A 10.14.18.17
26)SIP Port S-CSCF
Kelompok ini menunjukkan alamat port, tempat dimana S-CSCF
mendengarkan trafik SIP yang masuk. Untuk studi kasus di TELKOM RDC,
S-CSCF testbed IMS yang ada akan mendengarkan incoming SIP trafik di port 5060. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini dilakukan dengan
mencari parameter dengan value “5060” yang berelasi dengan S-CSCF di semua
file. Parameter yang dianggap sebagai acuan wakil dari kelompok ini adalah
parameter “port” yg terdapat di file “scscf.cfg”.
Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
sebagai berikut:
Kelompok ini menunjukkan alamat port, tempat dimana S-CSCF
mendengarkan trafik diameter yang masuk. Untuk studi kasus di TELKOM
RDC, S-CSCF testbed IMS yang ada akan mendengarkan incoming diameter trafik di port 3868. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini dilakukan
dengan mencari parameter dengan value “3868” yang berelasi dengan S-CSCF di
semua file. Parameter yang dianggap sebagai acuan atau wakil dari kelompok ini
adalah parameter “Acceptor port” yang terdapat di file “scscf.xml”.
Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
sebagai berikut:
Nama File Parameter
44
DiameterPeerHSS.x ml
<Peer FQDN="scscf.ims.telkom.co.id" Realm="ims.telkom.co.id" port="3868" />
28) Default Time Expiration of Registration
Parameter ini menunjukkan pengaturan mengenai berapa lama masa berlaku
dari sebuah status registrasi testbed IMS per user dalam satuan milisecond. Parameter ini hanya dijumpai di file “scscf.cfg”, yaitu pada baris dengan pola
“modparam("scscf","registration_default_expires",xxxx)”, di mana xxxx
merupakan value dari expiration time tersebut.
Untuk studi kasus di TELKOM RDC, value dari parameter ini diset 3600,
yang artinya masa berlaku dari sebuah status registrasi adalah selama 1 jam.
Setelah 1 jam, status registrasi akan diperbaharui kembali untuk 1 jam berikutnya.
Nama File Parameter
scscf. cfg modparam("scscf","registration_default_expires",3600)
29)Default Algorithm for Registration
Parameter ini menunjukkan pengaturan tentang algoritma yang akan
digunakan untuk melakukan authentikasi pada saat proses registrasi user testbed IMS. Pilihan algoritma ini dapat diset langsung di S-CSCF atau mengikuti
algoritma yang telah diatur di HSS (HSS-Selected).
Parameter ini hanya dijumpai di file “scscf.cfg” pada baris-baris dengan
pola “modparam("scscf"," registration_default_algorithm ",”xxxx”)”, di mana
xxxx menunjukkan pilihan algoritma.
30) Log Standar Error P-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan logging
45
“pcscf.cfg”, yaitu “log_stderror=yes”. Value “yes” menyatakan bahwa jika terjadi
error di P-CSCF, maka error tersebut akan dicatat dalam log file (history),
sedangkan “no” berarti error tidak dicatat.
Parameter “log_stderror” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain,
seperti icscf.cfg, scscf.cfg. Namun sesuai dengan hasil observasi dan diskusi,
parameter - parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing -
masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga
tidak dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
pcscf.cfg log_stderror=yes
31) Level Memory Log di P-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan mengenai tingkat kedetilan logging terhadap error yang terjadi di P-CSCF. Value yg dapat dipilih berada di rentang 1-5,
dimana 1 berarti tidak detil, sedangkan 5 berarti sangat detil. Parameter ini
dijumpai di file “pcscf.cfg” yaitu “memlog=5”. Parameter ini sendiri baru akan diperhitungkan, jika parameter “log_stderror” di file “pcscf.cfg” mempunyai
value “yes”.
Parameter “memlog” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti
icscf.cfg, scscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter -
parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing - masing
elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak
dapat dijadikan satu kelompok.
Nama File Parameter
pcscf.cfg memlog =5
32) SIP Warning P-CSCF
Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan logging terhadap anomaly protocol SIP yang terjadi di P-CSCF. Parameter dapat ini dijumpai di file “pcscf.cfg” yaitu “sip_warning=yes”. Value “yes” berarti bahwa