• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab terakhir ini berisi kesimpulan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta saran yang diperlukan setelah dilakukannya penelitian.

BAB II

PROFIL KABUPATEN KARO DAN PROFIL KENA UKUR

Bab dua menjelaskan secara umum mengenai profil Kabupaten Karo, profil pemerintahan Kabupaten Karo, profil singkat DPRD Kabupaten Karo serta profil singkat DPC Partai Demokrat Kabupaten Karo dan profil Kena Ukur Karo jambi Surbakti. Mengapa penting untuk mengetahui profil Kabupaten Karo karena Kabupaten Karo merupakan lokasi dari penelitian ini, mengetahui profil pemerintah adalah karena dalam hal ini penelitian berkaitan langsung dengan pemerintahan Kabupaten Karo.Hal penting lainnya yaitu untuk mengetahui profil DPRD Kabupaten Karo, mengapa hal ini penting untuk diketahui adalah karena anggota DPRD Kabupaten Karo merupakan informan utama dalam penelitian ini.

Profil DPC Partai Demokrat Kabupaten Karo juga dibahas dalam bab ini, karena saat ini Kena Ukur Surbakti merupakan ketua DPC Partai Demokrat sejak tahun 2011. Begitu pula alasan untuk mengetahui profil Kena Ukur Karo Jambi Surbakti adalah karena Kena Ukur Karo Jambi merupakan objek pada penelitian ini yang mana informasi dari anggota DPRD, DPC Partai Demokrat serta dari Karo Jambi inilah yang nantinya akan di analisis oleh peneliti. Hal yang akan dijelaskan terlebih dahulu dalam bab ini adalah mengenai profil Kabupaten Karo yang dilanjutkan dengan profil pemerintahan Kabupaten Karo, profil singkat DPRD Kabupaten Karo, serta profil DPC Partai Demokrat dan profil Kena Ukur Karo Jambi Surbakti.

2.1 Profil Kabupaten Karo

Profil Kabupaten Karo yang dijelaskan di dalam sub bab ini adalah mengenai sejarah Kabupaten Karo, lokasi dan keadaan geografis Kabupaten Karo, keadaan penduduk serta Agama di Kabupaten Karo. Bab ini menjelaskan bagaimana awal berdirinya Kabupaten Karo,

bagaimana kondisi fisik kabupaten Karo, wilayah terluas di Kabupaten Karo, penduduk terbanyak di Kabupaten Karo serta agama mayoritas yang di anut di Kabupaten Karo saat ini.

Tanah Karo terbentuk sebagai Kabupaten Daerah Tingkat II setelah melalui proses yang sangat panjang dan dalam perjalanan sejarahnya Kabupaten ini telah mengalami perubahan mulai dari zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang hingga zaman kemerdekaan. Sebelum kedatangan penjajahan Belanda diawal abad XX di daerah dataran tinggi Karo, di kawasan itu hanya terdapat kampung (Kuta), yang terdiri dari satu atau lebih “kesain” (bagian dari kampung).Tiap-tiap kesain diperintah oleh seorang “Pengulu”. Menurut P. Tambun dalam bukunya “Adat Istiadat Karo”, Balai Pustaka 1952, arti dari pengulu adalah seseorang dari marga tertentu dibantu oleh 2 orang anggotanya dari kelompok “Anak Beru” dan “Senina”. Mereka ini disebut dengan istilah “Telu si Dalanen” atau tiga sejalanan menjadi satu badan administrasi/pemerintahan dalam lingkungannya.Anggota ini secara turun menurun dianggap sebagai “pembentuk kesain”, sedang kekuasaan mereka adalah pemerintahan kaum keluarga.25

Ada beberapa sistem atau cara penggantian perbapaan atau Raja Urung atau juga Pengulu di zaman itu, yaitu dengan memperhatikan hasil keputusan “runggun/permusyawaratan” kaum kerabat berdasarkan kepada 2 (dua) dasar/pokok yakni: 1) Dasar Adat “Sintua-Singuda” yang dicalonkan. Yang pertama-tama berhak menjadi Perbapaan adalah anak tertua. Namun kalau Di atas kekuasaan penghulu kesain, diakui pula kekuasaan kepala kampung asli (Perbapaan) yang menjadi kepala dari sekumpulan kampung yang asalnya dari kampung asli itu.Kumpulan kampung itu dinamai Urung.Pimpinannya disebut dengan Bapa Urung atau biasa juga disebut Raja Urung.Urung artinya satu kelompok kampung dimana semua pendirinya masih dalam satu marga atau dalam satu garis keturunan.

25

Sejarah Perkembangan Kabupaten Karo, tersedia di 22 Maret 2014.

iaberhalanagan atau karena sebab yang lain, yang paling berhak di antara saudara-saudaranya adalah jatuh kepada anak yang termuda. Dari semua calon Perbapaan maka siapa yang terkemuka atau siapa yang kuat mendapatkan dukungan, misalnya siapa yang mempunyai banyak Anak Beru dan Senina, besar kemungkinan jabatan Perbapaan/Raja Urung atau Pengulu, akan jatuh kepadanya. Jadi dengan demikian, kedudukan Perbapaan, yang disebutkan di atas harus jatuh kepada yang tertua atau yang termuda, tidaklah sepenuhnya dijalankan secara baik waktu itu. Banyak contoh terjadi dalam hal pergantian Perbapaan seperti itu, antara lain ke daerah Perbapaan Lima Senina. Lebih-lebih kejadian seperti itu terjadi setelah di daerah itu berkuasa kaum penjajah Belanda di permulaan abad XX (1907).Belanda melakukan “intervensi” dalam hal penentuan siapa yang diangap pantas sebagai Perbapaan dari kalangan keluarga yang memerintah, walaupun ada juga selalu berdasarkan adat. 2) Dasar “Bere-bere”, yakni menurut keturunan dari pihak Ibu. Hanya dari keturunan ibu/kemberahen tertentu saja yang pertama-tama berhak menjadi Perbapaan.Namun setelah kedatangan perjajahan Belanda sistem atau dasar “Bere-bere” ini dihapuskan.26

Kabupaten Karo merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara, yang terletak pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi.Dua gunung berapi aktif terletak di wilayah ini sehingga rawan gempa vulkanik. Secara Geografis letak Kabupaten Karo berada diantara 2º50’-3º19’ Lintang Utara dan 97º55’-98º38’ Bujur Timur dengan luas 2.127,25 Km2 atau 2,97 persen dari luas Propinsi Sumatera Utara.Wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian 120-1420 M di atas permukaan laut. 27 26 Ibid. 27

Batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah: 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang, 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir, 3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun, 4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh (Tenggara Propinsi Nangroe Aceh Darusalam).28

28 Ibid.

Data tentang luas wilayah kabupaten karo per kecamatan dapat dilihat di Tabel 2.1, dimana dalam tabel ini diperlihatkan dari 17 Kecamatan dan 269 desa, kecamatan mana yang memiliki total luas wilayah terbanyak di Kabupaten Karo dan kecamatan mana yang memiliki total luas wilayah terendah. Untuk lebih jelas dapat dilihat di Tabel 1 dibawah ini :

Tabel 2.1

Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2013

No. Kecamatan Desa/Kelurahan Luas (Km²) Rasio Terhadap Total Luas Kabupaten (%)

1 Mardingding 12 267,11 12,56 2 Laubaleng 15 252,60 11,87 3 Tigabinanga 20 160,38 7,54 4 Juhar 25 218,56 10,27 5 Munte 22 125,64 5,91 6 Kutabuluh 16 195,70 9,20 7 Payung 8 47,24 2,22 8 Tiganderket 17 86,76 4,08 9 Simpang Empat 17 93,48 4,39 10 Naman Teran 14 87,82 4,13 11 Merdeka 9 44,17 2,08

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.

Dari tabel 2.1 dapat dilihat bahwa kecamatan dengan luas terbanyak dikabupaten Karo adalah kecamatan Mardingding, dengan total luas wilayah 267,11 Km2. Sementara kecamatan dengan luas wilayah terendah adalah kecamatan Berastagi dengan total luas wilayah 30,50 Km2. Namun jumlah luas wilayah ini berbanding terbalik dengan kepadatan penduduk di masing-masing Kecamatan dimana Kecamatan Berastagi justru memiliki penduduk yang lebih banyak daripada kecamatan Mardingding. Untuk lebih jelas akan diperlihatkan dalam tabel 2.2.

Hasil Sensus tahun 2010 Penduduk Kabupaten Karo berjumlah 350.960 jiwa. Pada tahun 2013, menurut proyeksi penduduk Karo meningkat menjadi 363.755 jiwa yang mendiami wilayah seluas 2.127,25 Km². Kepadatan penduduk diperkirakan sebesar 171 jiwa/ Km². Laju Pertumbuhan Penduduk Karo Tahun 2010 – 2013 adalah sebesar 1,17 persen per tahun. Tahun 2013 di Kabupaten Karo Penduduk laki-laki lebih sedikit dari Perempuan.Laki-laki berjumlah 180.535 jiwa dan Perempuan berjumlah 183.220 jiwa.Untuk lebih jelas dibawah ini terdapat jumlah penduduk berdasarkan rasio kepadatan penduduk dalam setiap Kecamatan di Kabupaten Karo. 12 Kabanjahe 13 44,65 2,10 13 Berastagi 10 30,50 1,43 14 Tigapanah 26 186,84 8,78 15 Dolat Rayat 7 32,25 1,52 16 Merek 19 125,51 5,90 17 Barusjahe 19 128,04 6,02 Jumlah 269 2.127,25 100,00

Tabel 2.2

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Per Kecamatan Tahun 2013

No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Penduduk Kepadatan Penduduk Tiap Km2

1 Mardingding 267,11 17 684 66,20 2 Laubaleng 252,60 18 359 72,68 3 Tigabinanga 160,38 20 626 128,61 4 Juhar 218,56 13 726 62,80 5 Munte 125,64 20 404 162,40 6 Kutabuluh 195,70 10 972 56,07 7 Payung 47,24 11 232 237,76 8 Tiganderket 86,76 13 659 157,43 9 Simpang Empat 93,48 19 707 210,82 10 Naman Teran 87,82 13 263 151,02 11 Merdeka 44,17 13 794 312,29 12 Kabanjahe 44,65 66 635 1 469,99 13 Berastagi 30,50 44 091 1 445,61 14 Tigapanah 186,84 30 388 162,64 15 Dolat Rayat 32,25 8 599 266,64 16 Merek 125,51 18 712 149,09 17 Barusjahe 128,04 22 904 178,88 Jumlah/Total 2013 2 127,25 363 755 171,00 2012 2 127,25 358 823 168,68 2011 2 127,25 354 242 166,53

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.

Tabel 2.2 menunjukkan bahwa kecamatan dengan jumlah kepadatan penduduk terbanyak adalah Kecamatan Kabanjahe dengan jumlah penduduk sebesar 66.635 jiwa dengan kepadatan 1.469,99 tiap km2. Sementara kecamatan dengan jumlah penduduk terdendah adalah kecamatan Dolat Rakyat dengan jumlah penduduk sebesar 8.599 jiwa dengan kepadatan 149,09 tiap km2.

Setelah kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak dan kecamatan dengan jumlah penduduk terendah di tampilkan pada tabel 2.2, pada tabel 2.3 ini ditampilkan jumlah penduduk

menurut jenis kelamin per kecamatan di Kabupaten Karo. Dari total penduduk sebanyak 363.755 jiwa yang mediami 17 Kecamatan di wilayah Kabupaten Karo, diperlihatkan dibawah ini apakah laki-laki atau perempuan yang lebih mendominasi.

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2013

No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex rasio 1 Mardinding 8 825 8 859 17 684 99,62 2 Lau Baleng 9 218 9 141 18 359 100,84 3 Tigabinanga 10 262 10 364 20 626 99,02 4 Juhar 6 823 6 903 13 726 98,84 5 Munte 10 081 10 323 20 404 97,66 6 Kutabuluh 5 425 5 547 10 972 97,80 7 Payung 5 552 5 680 11 232 97,75 8 Tiganderket 6 660 6 999 13 659 95,16 9 Simpang Empat 9 848 9 859 19 707 99,89 10 Naman Teran 6 751 6 512 13 263 103,67 11 Merdeka 6 915 6 879 13 794 100,52 12 Kabanjahe 32 076 33 559 66 635 95,58 13 Berastagi 21 950 22 141 44 091 99,14 14 Tiga Panah 15 028 15 360 30 388 97,84 15 Dolat Rayat 4 252 4 347 8 599 97,81 16 Merek 9 584 9 128 18 712 105,00 17 Barusjahe 11 285 11 619 22 904 97,13 Jumlah Tahun 2013 180 535 183 220 363 755 98,53 Tahun 2012 178 073 180 750 358 823 98,52 Tahun 2011 176 077 178 165 354 242 98,83

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.

Dari data jumlah penduduk menurut jenis kelamin diatas, dapat dilihat bahwa jumlah laki-laki seluruhnya dari 17 kecamatan di Kabupaten Karo adalah sebanyak 180.535 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 183.220 jiwa. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa jumlah perempuan mendominasi di kabupaten Karo.

Penduduk kabupaten Karo merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai agama yakni agama Kristen Protestan, Islam, Kristen Katholik, Hindu dan Budha.Tahun 2013 Menurut Departemen Agama Kabupaten Karo tercatat sebanyak 168 Mesjid, 59 Surau atau Langgar, sebanyak 630 Gereja Protestan, sebanyak 124 Gereja Katolik, sebanyak 6 pura dan 1 vihara. Dibawah ini diperlihatkan tabel mengenai jumlah penduduk yang menganut agama Kristen Protestan, Islam, Kristen Katholik, Hindu dan Budha.

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk Penganut Agama di Kabupaten Karo

No Agama/Kepercayaan Jumlah Persentase

1 Islam 87.371 jiwa 24,00%

2 Kristen Protestan 204.283 jiwa 56,20%

3 Kristen Khatolik 72.101 jiwa 19,80%

4 Hindu - 0,00

5 Budha - 0,00

6 Lainnya - 0,00

7 Jumlah 363.755 100%

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.

Melalui Tabel 2.4 diatas dapat dilihat bahwa penduduk Kabupaten Karo adalah mayoritas beragama Kristen Protestan dengan jumlah 204.283 jiwa atau mencapai persentasi 56,20%, diikuti agama Islam dengan jumlah 87.371 jiwa atau persentasi sebesar 24% dan agama Katolik dengan jumlah 72.101 jiwa atau persentasi sebesar 19,80%. Pada tabel juga terdapat 6 pura untuk agama hindu dan 1 vihara untuk agama budha namun tidak terdapat masyarakat yang menganut agama budha maupun hindu. Dari data BPS dalam Karo Dalam Angka Tahun 2014, pada tahun 2011 ada

sebanyak 7.459 jiwa penduduk Kabupaten Karo yang beragama hindu namun tidak terdapat penduduk yang beragama budha pada tahun yang sama. Pada tahun 2012 ada sebanyak 459 jiwa penduduk Karo yang beragama hindu, dan sebanyak 1.507 penduduk beragama budha. Namun pada tahun 2013 tidak terdapat agama hindu maupun budha dalam data kependudukan yang dikeluarkan oleh BPS Kabupaten Karo ini.

2.2 Profil Pemerintahan Kabupaten Karo

Secara Administrasi Kabupaten Karo terdiri dari 17 Kecamatan dan 269 Desa/kelurahan (259 Desa dan 10 Kelurahan).29

Pada masa penjajahan Belanda mulai tahun 1906, sistem pemerintahan di wilayah Kabupaten Karo pada dasarnya ialah: a) Pemerintahan oleh Onderafdeling Karo Landen yang dipimpin oleh Controleur pimpinan pemerintahan selalu ditangan bangsa Belanda, b) Landschaap, yaitu pemerintahan Bumi Putra. Pemerintahan (Landschaap) ini dibentuk berdasarkan perjanjian pendek dengan pemerintahan Onderafdeling.Berdasarkan perjanjian pendek (KorteVerklaring) tahun 1907, maka di Tanah Karo terdapat 5 (lima) Landschaap yang dikepalai oleh Sibayak yang membawahi beberapa urung yang dikepalai oleh Raja Urung yaitu: a) Landschaap Lingga, membawahi 6 (enam) urung: Sepuluh Dua Kuta di Kabanjahe, Telu Kuta di Lingga, Tigapancur di Tigapancur, Empat Teran di Naman, Lima Senina di Batu Karang, dan Tiganderket di Tiganderket, b) Landschaap Kutabuluh, membawahi 2 (dua) urung: Namo Haji di Pusat Pemerintahan Kabupaten Karo berada di Kabanjahe.Sistem pemerintahan tertua yang dijumpai di wilayah Kabupaten Karo ialah Penghulu, yang menjalankan pemerintahan di Kampung (Kuta) menurut adat. Terbentuknya suatu Kuta harus memenuhi persyaratan adat antara lain: ada Merga pendiri (Merga taneh/simantek Kuta), ada Senina Simantek Kuta, ada Anak Beru simantek Kuta (Anak Beru Taneh) serta ada Kalimbubu Simantek Kuta (Kalimbubu Taneh).

29

Kuta Buluh, dan Liang Melas di Samperaya, c) Landschaap Sarinembah, membawahi 4 (empat) urung: Sepuluhpitu Kuta di Sarinembah, Perbesi di Perbesi, Luhar di Juhar, dan Kuta Bangun di Kuta Bangun, d) Landschaap Suka, membawahi 4 (empat) urung: Suka di Suka, Sukapiring/Seberaya di Seberaya, Ajinembah di Ajinembah, dan Tongging di Tongging, e) Landschaap Barusjahe, membawahi 2 (dua) urung: Sipitu Kuta di Barusjahe, dan Sinaman Kuta di Sukanalu.30

Pada masa Kemerdekaan RI Struktur pemerintahan di Tanah Karo adalah sebagai berikut: a) Pemerintahan Tanah Karo sebagai alat pemerintahan Pusat yang pada saat itu dikepalai oleh Sibayak Ngerajai Milala, b) Pemerintahan Swapraja yaitu Landschaap: Lingga dengan 6 Urung, Barusjahe dengan 2 Urung, Suka dengan 4 Urung, Sarinembah dengan 4 Urung, Kutabuluh dengan 2 Urung.31

Oleh Komite Nasional Indonesia, Tanah Karo dalam sidangnya tanggal 13 Maret 1946, Kabupaten Karo diperluas dengan Daerah Deli Hulu dan Cingkes, dibagi kedalam 3 (tiga) Kewedanaan dengan masing-masing membawahi 5 (lima) Kecamatan yaitu: Pertama, Kewedanaan Kabanjahe membawahi 5 Kecamatan yaitu: Kabanjahe, Tigapanah, Barusjahe, Simpang Empat, dan Payung. Kedua, Kewedanaan Tigabinanga membawahi 5 Kecamatan yaitu: Tigabinanga, Juhar, Munte, Kutabuluh, dan Mardingding. Ketiga, Kewedanaan Deli Hulu membawahi 5 Kecamatan yaitu: Pancur Batu, Sibolangit, Kutalimbaru, Biru-Biru, dan Namo Rambe.32

Susunan Pemerintahan Daerah seperti yang diatur menurut UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah bahwa unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah adalah Pemerintahan Daerah dan DPRD, dimana Pemerintah Daerah sebagai Badan Eksekutif dan

30 Ibid., hal.xivi-xlvii. 31 Ibid. 32 Ibid., hal.xlviii.

DPRD sebagai Badan Legislatif. Pemerintah Daerah Kabupaten dipimpin oleh seorang Bupati dan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya selaku Kepala Daerah dibantu oleh seorang Wakil Bupati.Penyelenggaraan Pemerintah Daerah menggunakan asas Otonomi dan Tugas Pembantuan.33

No

Sejak Terbentuknya Kabupaten Karo hingga saat ini tercatat ada sebanyak 19 orang yang pernah memimpin Kabupaten Karo.Baik yang melalui pemilihan langsung maupun tidak langsung, baik yang menyelesaikan periode jabatan setelah terpilih maupun tidak selesai seperti Kena Ukur Surbakti dalam kasus ini. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 2.5

Nama Pemimpin Kabupaten Karo

Nama Bupati Masa Bakti

1 Ngerajai Milala 1945-1946

2 Mhd. Kosim 1946-1947

3 Raja Kelelong Sinulingga 1947-1949

4 Rajin Peranginangin 1950

5 Rakutta Sembiring Milala 1950-1957

6 T. Raja Purba 1957

7 Abdullah eteng 1957-1960

8 Mayor Matang Sitepu 1960-1966

9 Drs. Baharuddin Siregar 1966-1969

10 Kol. Tampak Sebayang, SH 1969-1980

11 Drs. Rukun Sembiring 1980-1985

12 Ir. Menet Ginting M.A.D.E 1985-1990

13 Drs. Rupai Perangin-angin 1990-1994

14 Kol. Drs. D.D Sinulingga 1995-2000

33

15 Drs. IS. Sihotang (Pjs) 2000

16 Sinar Perangin-angin 2000-2005

17 Kol. (Pur) Drs. D.D Sinulingga 2005-2010

18 DR (HC) Kena Ukur Karo Jambi Surbakti 2011-2014 19 Terkelin S Brahmana, SH (Plt. Bupati) Juli 2014- Sekarang Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.

Sama seperti Kabupaten lain di seluruh Indonesia, Kabupaten Karo juga memiliki visi dan misi dalam menjalankan pemerintahannya. Selanjutnya akan disebutkan visi dan misi pemerintahan Kabupaten Karo. Visi pembangunan Kabupaten Karo adalah, “Terwujudnya Masyarakat Karo yang Makmur dan Sejahtera Berbasis Pembangunan Pertanian dan Pariwisata yang berwawasan lingkungan.”Dan misi pembangunan Kabupaten Karo adalah, 1) Meningkatkan kapasitas dan profesionalisme aparatur. 2) Meningkatkan produksi pertanian dan pemasaran hasil pertanian setor unggulan yang berdaya saing melalui dukungan agro industri. 3) Membangun dan atau meningkatkan kuantitas dan kualitas daerah tujuan wisata yang mampu meningkatkan kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. 4) Membangun dan meningkatkan kualitas infrastruktur yang menjangkau sentra produksi, kawasan strategis dan wilayah terisolir yang memiliki dampak terhadap percepatan pembangunan ekonomi daerah. 5) Menjamin dan meningkatkan kuantitas serta kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat secara merata. 6) Mengembangkan dan memperkuat ekonomi kerakyatan yang saling bersinergi dan berkelanjutan. 7) Meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan. 8) Melakukan harmonisasi dan sinergitas hubungan antar tingkat pemerintahan dalam pembangunan kewilayahan melalui pemantapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) secara berkelanjutan. 9) Memperkuat kapasitas kelembagaan dan SDM masyarakat.34

34

Dari visi dan misi pembangunan pemerintahan Kabupaten Karo dapat dilihat bahwa pemerintahan Kabupaten Karo lebih berfokus dalam peningkatan keunggulan pertanian yang dimiliki oleh Kabupaten Karo. Fokus selanjutnya adalah peningkatan dalam wisata alam Kabupaten Karo, penigkatan kualitas infrastruktur, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan secara merata, memperkuat ekonomi kerakyatan, peningkatan kualitas pendidikan, sinergitas antar tingkat pemeritahan secara berkelanjutan dan memperkuat sumber daya masyarakat.

Penduduk asli yang mendiami wilayah Kabupaten Karo disebut Suku Bangsa Karo.Suku Bangsa Karo ini mempunyai adat istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik dan sangat mengikat bagi Suku Bangsa Karo sendiri. Suku ini terdiri 5 (lima) Merga, Tutur Siwaluh, dan Rakut Sitelu. Dari suku bansa ini akan dijelaskan lagi sub-sub dari suku masing-masing, yaitu :Pertama, Merga Silima yakni: Karo-Karo, Ginting, Sembiring, Tarigan, Perangin-angin. Dari kelima Merga tersebut di atas, masih terdapat sub-sub Merga. Berdasarkan Merga ini maka tersusunlah pola kekerabatan atau yang dikenal dengan Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh dan Perkade-kaden Sepuluh Dua Tambah Sada Rakut Sitelu yaitu: Senina/Sembuyak, Kalimbubu, Anak Beru. Kedua, Tutur Siwaluh yaitu: Sipemeren, Siparibanen, Sipengalon, Anak Beru, Anak Beru Menteri, Anak Beru Singikuri, Kalimbubu, Puang Kalimbubu. Ketiga, Perkade-kaden Sepuluh Dua: Nini, Bulang, Kempu, Bapa, Nande, Anak, Bengkila, Bibi, Permen, Mama, Mami, Bere-bere.35

Dalam perkembangannya, adat Suku Bangsa Karo terbuka, dalam arti bahwa Suku Bangsa Indonesia lainnya dapat diterima menjadi Suku Bangsa Karo dengan beberapa persyaratan adat. Masyarakat Karo kuat berpegang kepada adat istiadat yang luhur, merupakan modal yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan. Dalam kehidupan masyarakat Karo, idaman dan harapan (sura-sura pusuh peraten) yang ingin diwujudkan adalah pencapaian 3

35

(tiga) hal pokok yang disebut Tuah, Sangap, dan Mejuah-juah.Pertama, Tuah berarti menerima berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, mendapat keturunan, banyak kawan dan sahabat, cerdas, gigih, disiplin dan menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk generasi yang akan datang. Kedua, Sangap berarti mendapat rejeki, kemakmuran bagi pribadi, bagi anggota keluarga, bagi masyarakat serta bagi generasi yang akan datang. Ketiga, Mejuah-juah berarti sehat sejahtera lahir batin, aman, damai, bersemangat serta keseimbangan dan keselarasan antara manusia dengan manusia, antara manusia dan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhannya. Ketiga hal tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain.36

Wilayah pemerintahan Kabupaten Karo sejak tanggal 29 Desember 2006 resmi berubah dari 13 kecamatan menjadi 17 Kecamatan dan 269 Desa/ Kelurahan yaitu: 1) Kecamatan Kabanjahe, sebanyak 8 desa dan 5 Kelurahan, 2) Kecamatan Berastagi, sebanyak 6 Desa dan 4 Kelurahan, 3) Kecamatan Tigapanah, sebanyak 26 Desa. 4) Kecamatan Dolat Rayat sebanyak 7 Desa. 5) Kecamatan Merek, sebanyak 19 Desa. 6) Kecamatan Barusjahe, sebanyak 19 Desa. 7) Kecamatan Simpang Empat, sebanyak 17 Desa 8) Kecamatan Naman Teran sebanyak 14 Desa. 9) Kecamatan Merdeka sebanyak 9 Desa. 10) Kecamatan Payung, sebanyak 8 Desa. 11) Kecamatan Tiganderket sebanyak 17 Desa.12) Kecamatan Kutabuluh, sebanyak 16 Desa, 13) Kecamatan Munte, sebanyak 22 Desa. 14) Kecamatan Juhar, sebanyak 25 Desa. 15) Kecamatan Tigabinanga, sebanyak 19 Desa dan 1 Kelurahan. 16) Kecamatan Laubaleng, sebanyak 15 Desa. 17) Kecamatan Mardingding, sebanyak 12 Desa37

Dari sebanyak 17 Kecamatan yang ada, tidak semua kecamatan memiliki desa dan kelurahan. Adapun kecamatan yang memiliki desa dan kecamatan adalah kecamatan Kabanjahe

36 Ibid. 37

dengan tambahan 5 kelurahan, kecamatan Berastagi dengan tambahan 4 kelurahan dan desa Tigabinanga dengan tambahan 1 kelurahan.

2.3 Profil Singkat DPRD Kabupaten Karo

Dewan Perwakilan Rakyat atau sering disebut dengan parlemen, kata parlemen berasal dari kata “parle” yang berarti bicara.Artinya aspirasi masyarakat yang sudah diakomodir dalam sebuah wacana kepentingan rakyat, kemudian harus mereka suarakan atau bicarakan dalam sidang parlemen kepada pemerintah yang berkuasa. Ada tiga tugas utama Dewan Perwakilan Rakyat sebagai pemegang kekuasaan legislatif yang di Indonesia yaitu; memelihara dan menjaga serta memajukan kepentingan Rakyat, membantu dan mengawasi Pemerintah agar menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tiap tahun.

Yang menjadi sentral adalah memajukan kepentingan rakyat adalah menjadi sasaran utama dari ketiga tugas DPR ini dan membantu dan mengawasi pemerintah serta menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bertujuan untuk mewujudkan kepentingan rakyat. Ada sejumlah instrumen yang tersedia untuk pelaksanaan tugas DPR yaitu pertama, kewenangan dalam pembuatan Undang-Undang dan atau Perda untuk DPRD yang bertujuan untuk mengatur tata cara pelaksanaan tugas eksekutif dalam menjalankan pemerintahan. Peranan DPR sangat besar dalam pengesahan sebuah RUU dan atau Ranperda untuk DPRD yang diajukan oleh Pemerintah.Kedua, adalah mengawasi Pemerintah.Pengawasan tentu bertujuan agar semua aturan yang ada telah mendapat persetujuan DPR terlaksana sebagaimana mestinya.38

38

Dalam wacana otonomi daerah, terdapat beberapa unsur pemerintahan yang menjalankan roda pemerintah di daerah.Yang berkaitan dengan pengawasan, pengesahan anggaran daerah, dan legislasi adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).Adapun yang dimaksud dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.39

Menurut Pasal 13 UU No. 5 Tahun 1974 : ” Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah

Dokumen terkait