• Tidak ada hasil yang ditemukan

Merupakan bagian akhir dari penulisan yang akan menunjukkan pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan ini. Bagian ini menunjukkan jawaban ringkas dari permasalahan yang dibahas pada bagian permasalahan di atas yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Teori Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan berasal dari bahasa latin yaitu dari kataCredereyang berarti percaya. Oleh karena itu dasar pemikiran persetujuan pemberian pembiayaan oleh suatu lembaga keuangan kepada seseorang atau badan usha berlandaskan kepercayaan.15 Menurut Undang-Undang No 10 Tahun 1998 pasal 1 butir 12, pembiayaan adalah penyediaan barang atau uang tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan anatara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan pembagian hasil keuntungan.16

Pembiayaan dalam arti luas artinya financing yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan yaitu pendanaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan, seperti bank syariah kepada nasabah.

15

Moh Tjoekam,Perkreditan Bisnis Inti Perbankan; Konsep, Teknik dan Kasus,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), Edisi I,h.1

Jadi yang dimaksud dengan pembiayaan adalah menyediakan dana guna

membiayai kebutuhan nasabah yang memerlukannya dan layak

memperolehnya.17 Pembiayaan dalam kamus bahasa Indonesia artinya perbuatan dalam membiayai atau membiayakan sesuatu.18

2. Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang berpotensi tidak mampu mengendalikan pembiayaan berdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui dan ditetapkan bersama secara tiba-tiba tanpa menunjukkan tanda-tanda terlebih dahulu.19

Menurut Veithzhal pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi terget yang diinginkan pihak bank seperti pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank; pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian.20

17Zainul Arifin,Dasar-dasar manajemen bank Syariah,(Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005), cet III.h. 185

18

W.J.S Porwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), cet X, h. 136

19

Rasjim Wiraatmaja, “ Solusi Hukum Dalam Menyelesaikan Kredit Bermasalah”,Majalah Info BankJakarta, 1997, h. 41

20

H. Veuthzhal Rivai, dan Andria Permanda Veithzhal,B,ACT, Credit Management Handbook; Teori, Konsep, Prosedur dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 475

3. Macam-macam Pembiayaan

a. Pembiayaan menurut tujuannya, dibagi menjadi : pembiayaan jangka pendek, investasi dan konsumtif.

b. Pembiayaan menurut jangka waktunya, yaitu : pembiayaaan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak produktif. Aktiva produktif dialokasikan dalam bentuk pembiayaan seperti bagi hasil, mudahrabah, ijarah, surat berharga, penyertaan modal sementara, dan Sertfikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Sedangkan Aktiva tidak produktif termasuk dalam bentuk pembiayaan qardh, artinya penyediaan dana yang mewajibkan peminjam hanya membayar pokoknya saja, baik dengan cicilan maupun sekaligus dalam jangka waktu tertentu.

4. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

a. Tujuan Pembiayaan antara lain yaitu memperoleh bagi hasil dari modal yang disimpannya, memperoleh kesejahteraan dari bank yang dikelolanya; membantu mengembangkan usaha; memperoleh barang yang dibutuhkan; mengurangi pengangguran; membiayai pembangunan negara dari penghasilan pajak; dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap survival dan meluas jaringan usahanya, sehingga makin banyak masyarakat yang dapat dilayani.

b. Fungsi pembiayaan antara lain meningkatkan daya guna uang dan barang; meningkatkan pendapatan nasional; penghubung ekonomi Internasional; menimmbulkan kegairahan berusaha dan memperlancar produksi serta konsumsi. Sehingga tingkat hidup masyarakat meningkat.

5. Prinsip-prinsip pemberian pembiayaan

Dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan, pemberi dana (shahibul maal/pemilik dana) dalam hal ini pihak BMT harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon peminjam (mudharib). Prinsip ini dikenal dengan Prinsip 5C dan 7 P, dan dalam ekonomi syariat Islam ada penambahan prinsip, sehingga menjadi prinsip 5C + S yaitu:

1.Caracter

Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon peminjam dengan tujuannuntuk memperkirakan kemungkinan bahwa peminjam dapat memenuhi kewajibannya.

2.Capacity

Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan peminjam untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi peminjam di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat, serta metode kegiatannya.

3.Capital

Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon peminjam, yang diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukan oleh rasio finansialnya dan penekanan pada posisi modalnya 4.Colateral

Yaitu jaminan yang dimiliki calon peminjam. Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya. Jaminan ini dapat berupa garansi perorangan, usahanya, dan jaminan tambahan untuk pembiayaan 2 juta ke atas.

5.Conditions

Yaitu pihak BMT harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat dan secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon peminjam. Hal tersebut dilakukan karena kondisi eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha calon peminjam. 6. Personality: menilai mitra dari segi kepribadiannya atau tingkah laku

sehari-hari atau masa lalunya.

7. Party : mengklasifikasikan mitra ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya.

8. Perpose: mengetahui tujuan mitra dalam mengambil kredit.

9. Prospect: menilai usaha mitra dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak.

10. Payment : ukuran bagaimana cara mitra mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.

11. Profitability: Bagaimana kemampuan mitra mencari laba

12. Protection : Bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan.

Dan S adalah syariah yang mana Dalam analisis ini, pihak BMT melakukan analisis terhadap usaha yang akan dijalankan nasabah terkait dengan kehalalan usaha atau proyek yang akan dijalankan nasabah. Pihak BMT juga akan menganalisa usaha nasabah yang dinilai sesuai dengan syari'ah islam dan tidak menyimpang dari aturan Islam.

6. Proses Pemberian Pembiayaan

Secara garis besar, proses pemberian pembiayaan dalam 5 tahapan, yaitu: a. Pengajuan Pembiayaan

Nasabah mengajukan permohonan/proposal secara tertulis kepada BMT. Proses ini dilakukan oleh Manager Umum. Setelah semua persyaratan formal dipenuhi seperti yang menyangkut legalitas calon peminjam seperti : data diri, kartu keluarga dan KTP.

b. Investigasi Usulan Pembiayaan

Sementara usulan pembiayaan diproses oleh Manager Umum

(merupakan tugas dan wewenangnya), Manager Umum mengajukan

permohonan informasi calon peminjam melalui Bagian Pembiayaan/bank checking dan analisa yuridis kebagian administrasi pembiayaan. Investigasi informasi yang berkaitan dengan calon peminjam dilakukan dengan wawancara informal dengan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha/calon peminjam seperti tetangga, supplier bahan baku, rekanan usaha, karyawan, dan lain-lain. Hal ini dilakukan untuk memastikan capacity

(kemampuan) calon peminjam untuk mengembalikan pinjamannya dan nilai pinjaman yang harus diberikan oleh BMT. Dalam peribahasa berarti menghindari adanya besar pasak dari pada tiang. Proses ini merupakan proses yang paling penting bagi pihak pemberi dana (BMT), untuk memastikan keamanan dana yang diberikan serta meminimisasi resiko yang mungkin terjadi di waktu-waktu yang akan datang.

c. Persetujuan Manager Umum

Bila seluruh proses oleh Manager Umum telah selesai dilakukan, maka dokumen yang berisi usulan pembiayaan tersebut diserahkan ke bagian administrasi pembiayaan untuk diperiksa kelengkapannya, untuk selanjutnya dimintakan persetujuan Bagian Pembiayaan. Persetujuan dilakukan secara berjenjang tergantung nilai usulan pembiayaan yang diajukan oleh calon peminjam.

d. Pengikatan Pembiayaan

Setelah usulan pembiayaan tersebut mendapat persetujuan dari Manager Pembiayaan, tahap selanjutnya adalah mempersiapkan pengikatan

pembiayaan (akad pembiayaan). Sebelum dilakukan pengikatan dilaksanakan semua dokumen asli dan dokumen jaminan harus telah diterima. e. Dropping Dana

Setelah dilakukan pengikatan pembiayaan, proses dropping (realisasi) dana dapat dilakukan, dengan terlebih dahulu dilakukan verifikasi tanda tangan calon peminjam.

B. Pembiayaan Murabahah dalam Hukum Islam 1. Pengertian Murabahah (Bai’ al Murabahah)

Bai’ al murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai’ al murabahah penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.21

Suatu jual beli dalam Islam sedikitnya harus memenuhi syarat bahwa ada penjual, pembeli, barang yang diperjual belikan, harga danijab qabulatau biasa juga disebut dengan akad jual beli.

Tujuan nasabah melakukan jual beli dengan Bank/BMT adalah karena suatu alasan bahwa nasabah tidak memiliki uang tunai atau modal untuk bertransaksi langsung dengan supplier. Dengan melakukan transaksi dengan bank/BMT sebagai lembaga keuangan, maka nasabah dapat melakukan jual beli dengan pembayaran tangguh atau diangsur. Jika murabahah dilakukan dengan cara pembayaran angsuran, maka timbul dari transaksi ini adalah piutang uang. Artinya, penjual akan memiliki piutang uang sebesar nilai transaksi atas pembeli, dan sebaliknya pembeli punya utang uang sebesar nilai transaksi kepada penjual.22

21

M. Syafi’i Antonio,Bank Syari’ah Suatu Pengenalan Umum,(Jakarta: BI & Tazkia Institute, 1999), h. 145

22

Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indonesia,Bank Syariah: Konsep, Produk dan ImplementasiOperasional,(Jakarta, Djambatan, 2001), h. 66

2. Landasan SyariahBai’ al Murabahahadalah: a) Al-Qur’an: 1).

...

)...

/

:

(

Artinya:

“...dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (Al-Baqarah/2: 275)

$yg r»t œ

ˇ%'!

$# ( #q

ª

YtB#u w ( #q

Ł

=2

ø

s? N3s9”uq

ł

Br& M6 oYt/

¨

@

ˇ

»t6

ł

9$$

˛

/ H w

˛

) br& c q3s?

ot »pg

ˇ

B ‘ tª

<

#t s? N3 Z

ˇi

B

4

wur ( #q

Ł

=F

ł

)s? N3|¡ Rr&

4

¤

b

˛

) ' ! $# t b%x. N3

˛

/ $

V

J

ˇ

mu

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka diantara kamu…”(An-Nisa[4]:29)

MtB

m

ª

N3

ł

n=t

Ł

ptG

ł

yJ

ł

9$#

ª

P

⁄$!

$#ur

ª

N

ł

tm:ur

˝

Y

ˇł

:$# ! $tBur

¤

@

ˇ

d

Ø

&

˛

t

ˇ

9 « ! $#

ˇ

m

˛

/

Ł

ps)

ˇ

Zy ZJ

ł

9$#ur os q

Ł

%qyJ

ł

9$#ur

Ł

pt

ˇj

utIJ

ł

9$#ur

Ł

pys

ˇ ¤

Z9$#ur ! $tBur @x.r& 7

¡

¡ 9$# w

˛

) $tB LŒ

ł'

.s $tBur y x

˛

/

Ł

n ?tª = ` Z9$# br&ur ( #qJ

¯

¡

ł

)ts? O»s9

ł

F{ $$

˛

/

4

N3

ˇ

9”s , ¡

ˇ

ø

3

t Pqu

ł

9$# } §

˝

t t ß

ˇ%'!

$# ( #r

ª

x x. ‘

ˇ

B N3

ˇ

Z

ˇ

x sø N

Ł

d qt

ł

rB

¨

b qt– z $#ur

4

t Pqu

ł

9$# M

ø

=yJ

ł

.r& N3s9 N3oY

ˇ

MJo

ł

Cr&ur N3

ł

n=t Ly

ˇ

R M

¯

˚ u ur

ª

N3s9 zn= M} $# $

Y

Y

ˇ

4

˙

yJsø

§

˚ $#

˛

ß

>

p|` uK

ł

xC u x

7

#

ˇ

R$yf tG

ª

B

5

O

ł

O\b}

¤

b

˛

*sø ' ! $# q x O

ˇ

m

§

˙ ¨

3. diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

b) Al Hadits:

:

:

,

}

{

Artinya:

"Nabi saw. bersabda, ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, buka untuk dijual."

c) Fatwa Dewan Syariah Nasional

1. Nomor 4/ DSN-MUI IV/ 2000 tanggal 1 April 2000 tentang Murabahah, 2. Nomor 13/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang

3. Nomor 16/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang Diskon Dalam Murabahah,

4. Nomor 17/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-nunda Pembayaran. 5. Nomor 23/ DSN-MUI/ III/ 2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang

Potongan Pelunasan Dalam Murabahah.

Berdasarkan fatwa-fatwa tersebut, Bank Indonesia mengatur lebih lanjut dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia atau Surat Edaran Bank Indonesia, seperti tentang kolektibilitas dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syari’ah Indonesia (PAPSI). Sesuai UU No.10/1998 tentang perubahan UU No.7 tentang Perbankan dalam penjelasan pasal 6 huruf m dijelaskan bahwa yang mempunyai kewenangan untuk mengatur kegiatan usaha Bank Syari’ah adalah Bank Indonesia.

3. Rukun dan Syarat Murabahah

Dalam praktek perbankan syariah, murabahah disamakan dengan praktek jual-beli. Sehingga rukun dan syaratnya sama dengan jual-jual-beli. Menurut Jamhur rukun jual-beli antara lain :

a. Ada orang yang berakad. Dalam hal ini adanya penjual dan pembeli dengan syarat antara lain : baligh dan berakal sehat serta orang yang berakad adalah orang yang berbeda. Artinya seseorang tidak boleh bertindak dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual sekaligus pembeli.

b. Ada lafal ijab dan qabul dengan syarat : qabul sesuai dengan ijab dan ijab qabul dilakukan dalam satu tempat. Artinya kedua belah pihak dalam melakukan transaksi jual-beli berada dalam satu tempat dan membicarakan hal yang sama.

c. Ada barang yang diperjualbelikan dengan syarat yaitu barang yang diperjualbelikan milik penjual, dan bermanfaat bagi manusia ; barang yang diperjualbelikan ada pada saat akad atau tidak ada tetapi penjual sanggup untuk mengdakan barang tersebut.

d. Ada nilai tukar pengganti barang (harga barang)

Menurut Muhammad Syafi’I Antonio syaratmurabahahadalah sebagai berikut : 1) Penjual memberitahukan biaya modal kepada nasabah/mitra.

2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3) Kontrak harus bebas dari riba.

4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli apabila bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.

5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya pembelian dilakukan dengan hutang.23

Pada dasarnya jika syarat no, 1, 4 atau 5 tidak dipenuhi, maka pembeli boleh melakukan pilihan :

a) Melanjutkan pembelian seperti apa adanya.

23

Muhammad Syafi’I Antonio,Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), h. 146

b) Kembali kepada penjual dan menyatakan tidak setuju atas barang yang dijual. c) Membatalkan kontrak.

Jual beli secara murabahah dengan syarat-syarat murabahah di atas hanya untuk barang (produk) yang telah dikuasai (dimiliki) oleh penjual pada waktu negosiasi atau berkontrak. Bila produk tersebut tidak dimiliki penjual, pola yang digunakan dapat berupa Murabahah Kepada Pemesanan Pembelian (KPP). Hal ini dinamakan demikian karena si penjual semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan si pembeli yang memesannya.

Lebih rinci, Adiwarman A. Karim membagimurabahahberdasarkan : 1) Murabahah berdasarkan pesanan

Dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah/mitra untuk membeli barang yang dipesannya (BMT dapat meminta uang muka pembelian kepada nasabah/mitra).

Menurut para ulama syraiah terdahulu bersepakat bahwa pemesan tidak boleh terikat untuk memenuhi kewajiban membeli barang yang telah dipesan. Alasannya pembeli barang pada awal telah memberikan pilihan kepada pemesan untuk membeli barang itu atau menolaknya. Namun beberapa ulam menunjukkan murabahah jenis ini yang konteksnya ”belum ada barang” berbeda dengan ”menjual tanpa kepemilikan barang”. Mereka berpendapat bahwa janji membeli barang tersebut bisa mengikat pemesan.

Dalam murabahah melalui pesanan ini, si penjual boleh meminta pembayaran uang tanda jadi. Hal ini sekedar untuk menunjukkan bukti keseriusan pembeli. Dalam murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat mengikat, pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya.

2). Murabahah pada Pemesan Pembelian (KPP)

Didefenisikan sebagai suatu penjualan di mana dua belah pihak atau lebih bernegosiasi dan berjanji satu sama lain untuk melaksanakan suatu kesepakatan bersama, di mana pemesan meminta pembeli untuk membeli asset kemudian dimilik secara sah untuk pihak ke dua.

Pemesan menjanjikan kepada pembeli untuk membeli asset yang telah dibeli dan memberikan keuntungan atas pesanan tersebut. Kedua belah pihak akan mengakhiri penjualan setelah pemilikan asset pindah ke pemesan. Meskipun demikian, pemesan boleh atau tidak mengakhiri penjualan.

4. Jenis-jenis Pembiayaan Murabahah

a) Murabahah Konsumtif Multiguna ( MKM )

Adalah pembiayaan bagi pegawai/pengusaha/ profesional untuk pembelian berbagai barang yang tidak bertentangan UU/ Hukum yang berlaku dan tidak termasuk yang diharamkan syariah Islam dengan min. Rp.30 juta sd. Rp.2 Milyar. Jangka waktu maksimal 8 tahun.

b) Murabahab Konsumtif Rumah ( MKR )

Adalah murabahah untuk pembelian rumah tinggal dengan maksimum Rp.5 milyar. Jangka waktu maksimum 15 tahun dan disyaratkan uang muka minimal 20% dari harga perolehan.

c) Murabahah Konsumtif Kendaraan ( MKK )

Adalah murabahah konsumtif untuk pembelian kendaraan bermotor. Jangka waktu untuk mobil baru maks. 5 tahun, mobil second hand (umur teknis 10 tahun terakhir) jangka waktu maks. 3 tahun. Untuk motor baru jangka waktu maks. 3 tahun dan untuk motor second hand (umur teknis maks.5 tahun terakhir) jangka waktu maks. 2 tahun. Uang muka untuk MKK disyaratkan minimal 20% dari harga perolehan.

d) Murabahah Konsumtif Pegawai ( MKP )

Adalah pembiayaan konsumtif bagi pegawai/karyawan suatu

perusahaan/lembaga/instansi untuk pembelian berbagai jenis barang (kecuali kendaraan bermotor) yang tidak bertentangan dengan UU/Hukum yang berlaku serta tidak diharamkan dengan maksimal pembiayaan Rp.30 juta. Jangka waktu pembiayaan maksimal 3 tahun.

e) Murabahah Usaha Kecil ( MUK )

Adalah jenis pembiayaan murabahah untuk keperluan produktif/usaha kecil dengan maksimal sd. Rp.150 juta. Jangka waktu pembiayaan maksimal 5 tahun dan nasabah meyediakan uang muka minimal 20%. Perangkat

analisanya menggunakan perangkat analisa standar yang terdiri dari MPP, Laporan Kunjungan Setempat dan Laporan Verifikasi.

f) Murabahah Usaha Ritel ( MUR )

Adalah pembiayaan dengan prinsip Murabahah untuk keperluan produktif/usaha dengan maksimum sd. Rp.10 miliar. Jangka waktu pembiayaan maksimal 3 tahun dan nasabah menyediakan uang muka 20%. Perangkat analisa menggunakan alat analisa BCM.

5. Tujuan dan Manfaat Murabahah

a). Tujuan murabahah bagi BMT antara lain : meningkatkan peranan dan pelayanan BMT, serta prosedur yang lebih sederhana tanpa menghilangkan

prinsip kehati-hatian; meningkatkan pendapatan BMT; menolong

nasabah/mitra yang tidak memiliki keuangan cukup untuk pembayaran tunai. Sedangkan tujuan bagi nasabah/mitra yaitu mencari pembiayaan untuk pemenuhan pengadaan asset atau modal usaha; mencari pengalaman dalam berhubungan dengan BMT; nasabah/mitra melakukan pembelian barang dengan pembayaran yang ditangguhkan.

b). Manfaat Murabahah bagi BMT antara lain memperoleh keuntungan dari selisih harga jual dengan harga beli barang tersebut; memiliki sistem yang sangat sederhana, sehingga memudahkan administrasinya. Sedangkan manfaat bagi nasabah/mitra yaitu menambah modal usaha; memperoleh sarana produksi secara terus-menerus; meningkatkan pendapatan yang

diperoleh sebagai akibat dari pertambahan modal tersebut. BMT tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah/mitra pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha BMT. Serta pengambilan pokok pembiayaan disesuaikan dengan Cash floe (arus kas) nasabah/mitra, sehingga tidak memberatkan nasbah/mitra.

6. Skema Murabahah

Skema al-Murabahah

Negosiasi & Persyaratan

Akad Jual Beli

Bayar

Beli Barang Kirim

terima

Barang & Dokumen

Gambar 1

Skema Pembiayaan Murabahah

BMT

MITRA SUPLIER/ PENJUAL 1 2 3 4 5 6

C. Pembiayaan Mudharabah dalam Hukum Islam 1. PengertianAl Mudharabah

Secaralughawi, kata (mudharabah) dan kata (qiradh)

mempunyai makna yang sama. Masyarakat Irak menyebutnya

(mudharabah),sedangkan masyarakat Hijaz menyebutnya (qiradh).24

Secara terminologi, mudharabah didefinisikan sebagai suatu sistem usaha bagi laba dalam perspektif ekonomi Islam, dimana pihak-pihak yang melakukan investasi bersama memberikan modal, tenaga kerja dan manajemen pada kesepakatan kontrak untuk berbagi laba dari usaha patungan dengan persentase nisbah yang ditentukan di awal kontrak.

Secara teknis,al mudharabahadalah akad kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain (mudharib) menjadi pengelola, dimana keuntungan usaha dibagi dalam bentuk prosentase (nisbah) sesuai kesepakatan, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola, apabila kerugian itu diakibatkan oleh kelalaian si pengelola maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.25

24

As-Sarakhsi,al-Mabsuth,(tt), Jil 22, h. 18

2. Landasan Syari’ah Al-Mudharabah a) Al-Qur’an

....

.

)

/

:

(

Artinya:“... Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah....”(Q.S. Al-Muzammil/73: 20)

)

/

:

(

Artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah” (Q.S. Al-Jumuah/62: 10) b) Al-Hadits

:

)

(

Artinya:

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthallib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau

membeli ternak dalam keadaan hidup. Jika menyalahi peraturan tersebut, maka yang bersangkutan bertanggungjawab atas dana tersebut. Kemudian disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah dan Rasulullah pun membolehkannya”(HR. Thabrani)

:

:

,

}

{

Artinya:

"Nabi saw. bersabda, ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, buka untuk dijual."

c) Ijma’

:

.

Artinya :

Diriwayatkan bahwa sejumlah sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengelolaan harta yatim secara mudharabah dan tidak ada yang mengingkari atau membantah mereka.26

3. Rukun dan SyaratMudharabah; a) Rukunmudharabah:

(1) Pemilik modal (2) Pemilik usaha

26

Wahbah Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, (Beirut-Libanon, Daar El Fikr, 1989), Jil. 4, h. 838

(3) Proyek/usaha (4) Modal (5) Ijab qabul

(6) Nisbah bagi hasil.27 b) Syaratmudharabah:

(1) Baik pemilik modal maupun pengelola keduanya harus mukallaf.

(2) Modal harus tunai, dalam jumlah yang dapat dihitung/terukur. (3) Porsi/nisbah bagi hasil disepakati bersama.28

Adapun syarat utama bagi pemodal dan mudharib adalah keduanya harus memiliki kemampuan untuk diwakili dan mewakilkan. Sedangkan persyaratan yang berkaitan dengan modal yang disetor antara lain:

(a) Modal harus berupa mata uang yang berlaku di pasaran

(b) Modal disetor harus diketahui ukurannya dan harus berbentuk uang yang dihadirkan ketika usahamudharabahdilaksanakan.

(c) Modal disetor harus diserahkan kepada sangmudharib.29

Pada sisi pembiayaanmudharabah diterapkan untuk pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa serta diterapkan untuk investasi khusus atau disebut juga mudharabah muqayadah, di mana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syaarat yang telah ditetapkan olahshahibul maal.

27

Ibnu Rusyd,Bidayah al-Mujtahid wa-Nihayah al-Muqtasid,Terjemah: MA Abdurrahman dan H. Aris Abdullah, (Semarang, As-syifa, 1990), Jil. II, h. 234

28 Ibid.

Dokumen terkait