WAT TAMWIL (BMT) AL-FATH IKATAN MASJID
INDONESIA (IKMI)
Disusun Oleh :
Firza Syahrullah (106046101618)
Konsentrasi Perbankan Syariah
Program studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
FIRZA SYAHRULLAH NIM : 106046101618
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
FIRZA SYAHRULLAH NIM. 106046101618
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Syahrul A’dam, M.Ag. Drs. H. Hamid Farihi, M.A.
NIP. 19730504200031002 NIP. 195811191986031001
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
FATH IKATAN MASJID INDONESIA (IKMI) telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 10 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SESy) pada Program Studi
Muamalat (Ekonomi Syariah).
Jakarta, 10 Maret 2011
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM
NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN MUNAQASYAH
Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag. (...) NIP. 197107011998032002
Sekretaris : Mu’min Roup, S.Ag.,M.A (...) NIP. 150281979
PembimbingI : Dr.Syahrul A’dam, M.Ag. (...) NIP. 19730504200031002
PembimbingI : Drs.H. Hamid Farihi, M.A. (...) NIP. 195811191986031001
Penguji I : Dr. Alimin Mesra, M.Ag. (...) NIP. 196908252000031001
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri (UIN) syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 23 Rabiul Akhir 1432 H 28 Maret 2011
Advisor: Dr. Syahrul a’dam, M.Ag. and Drs. H. Hamid Farihi, MA.
Keywords: Murabahah Financing Troubled and Problematic Mudharabah, Handling Problems Murabahah and Mudharabah Financing Trouble.
Murabahah and mudharabah as a variety of financing products in some Islamic banking/ Islamic finance institutions, are like credit loans in the conventional banking. There are things that should and indeed not allowed to occur by both parties. It is meant for example is the late payment of debts by the client to the bank, in other words occur not current in terms of payment, whether it is because of loss is actually experienced by the partner/customer, or because of deliberate delaying debt payments from partners/customer itself.
BMT Al-Fath IKMI including one that runs the BMT of financing and murabaha, BMT Al-Fath IKMI as one of the BMT reliable, apply some way in resolving murabaha and mudaraba problems that occurred in the BMT. In between those efforts include re-evaluation of business partners, reschedule installments, financing restructuring, liquidation of collateral, and the last is the elimination of credit.
Segala Puji dan syukur hanya kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
segala nikmat, rahmat, taufik, hidayah dan inayahnya tiada hendi. Sesungguhnya
hanya dengan pertolongan-Nya lah ahirnya penulis dapat menyelesaikan skeripsi ini.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita
Nabi Ahir zaman, yaitu Nabi Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat dan
ummatnya. Amiin.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sadari masi banyak kendala yang
menghambat langkah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun, berkat
bimbingan, arahan, dan motifasi dari berbagai kalangan pihak, dan Alhamdulillah
pada ahirnya penulis dapat menyelesaikan. Oleh karena itu penulis secara khususu
penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Euis Amelia, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam)
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. H. Ah. Azharuddin Latif, M.A,g., M.H. sebagai Pembimbing Akademik
5. Segenap pihak Bank BMT Al-Fath IKMI, khususnya Bapak Saimin selaku
manager Tamwil BMT Al-Fath IKMI yang telah bersedia meluangkan
waktunya ditengah kesibukannya untuk membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan mengajarkan Ilmu dan
Ahlaq yang tidak ternilai harganya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Segenap staff akademik dan staff perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Orang tua tercinta dan tersayang Drs. H. Sunarko dan Ibunda Hj. Azhariyah
dan nenekku Hj. Chomsanih yang telah memberikan Doa dan motifasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada Saudara/i kandungku Susi Yulia Astuti, Eri Suhasni Wulandari, Hilda
Khoirunnisa dan Ilham Ramadhan, Kakak iparku Ricky, calon kakak iparku
Sandi Permana, keponakanku tercinta Thalita serta om dan tanteku tersayang
yang sangat memberikan dorongan moril dan materil, sehingga penulis dapat
Uthe, Mega, seluruh anak KOPMA, Wiwid, Imam sahabat pengajianku,
Rahman, Hilman, Nury, dan kawan-kawan ku yang kocak-kocak Group KKN
Green Been.
11. Teman-teman Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah kelas B angkatan 2006.
12. Dan semua pihak yang telah membantu memberikan kontribusi terhadap
penyelesaian skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak
mengurangi rasa hormat penulis. Terimakasih dan Semoga masukan dan
bantuannya di catat oleh Allah sebagai pahala disisi-Nya. Amiiin. Dan
semoga bermamfaat bagi semuanya, Amiin.
Jakarta, 18 Maret 2011
ix
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
BAB I: PENDAHULUAN... 1
Latar Belakang Masalah... 1
Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7
Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7
Kerangka Teori... 9
Penelitian Terdahulu ... 11
Metode Penelitian ... 13
Sistematika Penulisan ... 17
BAB II:KAJIAN TEORI ... 20
A. Aspek Umum Mengenai Pembiayaan ... 20
1. Pengertian Pembiayaan ... 20
2. Pengertian Pembiayaan Bermasalah ... 21
x
B. Pembiayaan Murabahah dalam Hukum Islam... 28
1. Pengertian Murabahah... 28
2. Landasan Syariah Bai’ al Murabahah ... 29
3. Rukun dan Syarat Murabahah ... 32
4. Jenis-jenis Pembiayaan Murabahah ... 34
5. Tujuan dan Manfaat Murabahah ... 36
6. Skema Murabahah... 37
C. Pembiayaan Mudharabah dalam Hukum Islam... 38
1. Pengertian Mudharabah ... 38
2. Landasan Syariah Al-Mudharabah ... 39
3. Rukun dan Syarat Mudharabah ... 40
4. Jenis-jenis Mudharabah ... 42
5. Manfaat dan Resiko Mudharabah ... 43
6. Skema Mudharabah ... 44
xi
C. Struktur Organisasi BMT AL-Fath IKMI... 51
D. Produk dan Kegiatan-Kegiatan BMT AL-FATH IKMI... 53
BAB IV: ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN MUDHARABAH BERMASALAH BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AL-FATH IKATAN MASJID INDONESIA (IKMI ... 62
A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah di BMT Al-Fath IKMI ... 62
B. Faktor Penyebab Timbulnya Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah Bermasalah pada BMT AL-Fath IKMI ... 69
C. Analisis Penanganan Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah Bermasalah pada BMT AL-Fath IKMI ... 77
BAB V : PENUTUP ... 87
Kesimpulan... 87
Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA... 94
1 A. Latar Belakang Masalah
Islam datang dengan membawa pemahaman yang membentuk pandangan
hidup tersendiri dalam bentuk prinsip-prinsip hukum yang bersifat global, guna
menjawab setiap permasalahan yang timbul. Oleh karenanya maka peran hukum
Islam dalam konteks “kekinian” amat sangat diperlukan. Kompleksitas
permasalahan umat seiring dengan berkembangnya zaman, membuat hukum Islam
harus bersifat elastis dan fleksibel guna memberikan kemaslahatan (kepentingan)
kepada Umat Islam khususnya dan manusia pada umumnya.
Islam selain memiliki ajaran tentang keimanan juga memiliki ajaran tentang
syari’ah yang berisi interaksi vertikal yakni hubungan antara manusia dengan
Penciptanya dan interaksi horizontal; yakni hubungan antara sesama manusia.
Islam juga memiliki ajaran tentang akhlak yang menyangkut perilaku dalam sikap
hidup manusia.1
Syariah Islam adalah syariah yang dibawa oleh Rasulullah saw, yang
membawa ajaran yang sempurna bagi seluruh hamba Allah SWT. Islam
merupakan suatu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan dan tidak dapat
diambil sebagian saja dengan meninggalkan bagian yang lain.
Islam mengkombinasikan antara kepentingan dunia dengan akhirat. Maka
keliru, orang yang berpendapat bahwa Islam hanyalah agama yang berkepentingan
dengan masalah spiritual saja. Sebab Islam adalah suatu system yang
komprehensif dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Islam mengatur
keharmonisan antara materiil dan spiritual, serta ibadah dan muamalat demi
tercapainya kemaslahatan manusia baik di dunia maupun di akhirat.
Islam memiliki sistem ekonomi yang secara fundamental berbeda dari sistem
ekonomi lainnya. Ia memiliki akar dalam syariat yang membentuk pandangan
dunia sekaligus sasaran-sasaran (maqoshid asy-syariah) yang berbeda dari sistem sekuler yang menguasai dunia saat ini. Sasaran-sasaran yang dikehendaki Islam
secara mendasar bukan sasaran materiil, tetapi didasarkan atas konsep-konsep
Islam sendiri tentang kebahagiaan manusia (falah) dan kehidupan yang baik (hayatun thayyibah) dan aspek persaudaraan (Ukhuwah), keadilan sosio-ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan spritual manusia. Hal ini disebabkan karena adanya
kepercayaan bahwa umat manusia memiliki kedudukan yang sama sebagai
khalifah Allah SWT. Dimuka bumi dan sekaligus sebagai hamba-Nya yang tidak
akan mendapatkan kebahagiaan dan ketentraman batin, kecuali jika kebahagiaan
sejati telah di capai melalui pemenuhan kebutuhan materiil dan spiritual.
Tujuan-tujuan syariat mengandung semua yang diperlukan manusia untuk merealisasikan
falah dan hayatun thoyyibah dalam batas-batas syariat.
Kegiatan perekonomian terus berkembang dan berubah, sejalan dengan
terlepas dari peran jasa lembaga keuangan. Sebagai salah satu upaya untuk
merealisasikan nilai-nilai ekonomi Islam adalah dengan mendirikan lembaga
keuangan yang berdasarkan syariah.2 Dari sekian banyak lembaga keuangan
syariah, BMT merupakan lembaga ekonomi Islam yang dibangun berbasis
keumatan sebab dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, Dari segi jumlah, BMT
pun merupakan lembaga keuangan syariah yang paling banyak apabila
dibandingkan dengan lembaga keuangan syariah lainnya.
BMT adalah salah satu unit usaha dari sebuah koperasi. Dimana BMT
merupakan lembaga pendukung kegiatan ekonomi kecil ke bawah. BMT terdiri
dari 2 kegiatan, yaitu, Baitul Maal dan Baitut Tamwil. Kegiatan Baitut Tamwil
mengutamakan perkembangan kegiatan-kegiatan investasi dan produktif dengan
sasaran usaha ekonomi yang dalam pelaksanaannya saling mendukung untuk
pembangunan usaha-usaha kesejahteraan masyarakat. Sedangkan Baitul Maal
mengutamakan kegiatan kesejahteraan, bersifat nirlaba, diharapkan mampu
menghimpun dana zakat, infaq, shadaqah yang pada gilirannya berfungsi
mendukung kemungkinan-kemungkinan risiko yang terjadi dalam kegiatan
ekonomi pengusaha kecil.3
Salah satu ciri dari BMT adalah lembaga ini mudah didirikan. Artinya
lembaga ini dapat ditangani dan dimengerti oleh para pengusaha yang sebagian
besar berpendidikan rendah. Ciri berikutnya adalah agar semua yang terlibat
2
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2002), h.4
memiliki motivasi yang kuat bukan hanya untuk mendirikan, tetapi juga membina
dan mengembangkan lebih lanjut, maka BMT berkaitan erat dengan kepentingan
mendasar dari pemiliknya. Ciri berikutnya dari BMT adalah untuk dapat melayani
keperluan para pengusaha kecil secara berkesinambungan, maka BMT tidak hanya
memiliki aturan-aturan kerja yang membuat lentur, efesien, efektif, tetapi juga
mandiri. Ciri-ciri berikutnya dari BMT adalah untuk melaksanakan sistem bagi
hasil sebagai salah satu bentuk kerja sama berkelanjutan, maka BMT
mengembangkan sikap amanah dan saling percaya.4
Pada awal-awal pendirian, umumnya BMT memiliki legalitas hukum sebagai
KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Sebagai lembaga simpan pinjam, segi
formalitas hukum BMT memiliki dua alternatif badan hukum. Pertama, dalam
lembaga perbankan, maka BMT akan tunduk pada ketentuan Undang-Undang
Perbankan No. 10 Tahun 1998. Kedua, dalam bentuk koperasi simpan pinjam
dengan pola syariah, BMT tunduk pada UU No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian dan PP No. 9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan usaha
simpan pinjam ala koperasi.5
BMT sebagai lembaga keuangan yang didirikan secara swadaya oleh
masyarakat bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi para
pengusaha kecil dan sangat kecil. BMT merupakan dasar bagi konfigurasi baru
dalam organisasi ekonomi rakyat, karena yang dibutuhkan oleh pengusaha kecil
4
Baihaqi Abdul Madjid, et.al.,Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah; Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia,h. 58
dan sangat kecil adalah tersedianya dana kredit secara tepat waktu dan jumlah, tata
cara yang sederhana, keberadaan lembaga keuangan yang dekat dengan lokasi,
sesuai dengan kultur usaha, mudah dalam arti persyaratan yang sesederhana
mungkin, dan biaya yang dikeluarkan unutk mendapatkan kredit sampai dengan
pengembalian yang relatif kecil serta didukung oleh adanya pembinaan. Untuk
melayani usaha kecil perlu dilakukan pendekatan yang lebih bersifat pendekatan.
BMT yang dalam pengertian sebagai lembaga keuangan sosial sekaligus
komersial ini, berarti memiliki fungsi yang sangat strategis dalam pemberdayaan
ekonomi masyarakat. Di satu sisi BMT dituntut untuk mengentaskan kemiskinan
dengan pengelolaan dana sosialnya seperti zakat, infaq, dan shadaqah. Sedangkan
sebagai lembaga keuangan komersial, BMT juga dituntut untuk mempertahankan
likuiditasnya dan secara periodik harus dapat meningkatkan laba semaksimal
mungkin dengan tidak melanggar batasan yang telah ditentukan berdasarkan
syariah Islam. Dengan menerapkan pola berbagi hasil dan berbagi risiko atau
sistem profit and loss sharing, BMT memberikan wacana baru dan kontribusi dalam perekonomian syariah yang salah satunya adalah memberikan pembiayaan.
Dalam hal ini, BMT AL-Fath IKMI merupakan salah satu unit usaha simpan
pinjam dari Koperasi Serba Usaha Syariah (KSUS) yang ditujukan untuk para
anggota BMT itu sendiri. Selain kegiatan usaha simpan pinjam, salah satu kegiatan
BMT AL-Fath IKMI yaitu menyalurkan dana ke anggotanya dan masyarakat di
sekitarnya yang membutuhkan dana, agar BMT AL-Fath IKMI mendapatkan
masyarakat yang menitipkan dananya di BMT AL-Fath IKMI sebagai bentuk bagi
hasil atas keuntungan yang diperoleh BMT tersebut.
Dalam menyalurkan dana ke masyarakat, harus dilakukan dengan selektif dan
hati-hati, agar BMT AL-Fath IKMI tidak mengalami kerugian dikemudian hari.
Jika penyaluran tersebut mendatangkan kerugian, maka pihak BMT AL-Fath
IKMI dalam kegiatan operasionalnya akan terganggu dan juga citra BMT AL-Fath
IKMI menjadi tidak baik dimata masyarakat.
Jika pembiayaan sudah mengalami penunggakan pembayaran, pihak BMT
harus siaga memantau usaha nasabah agar tidak terjadi lagi penunggakan di bulan
berikutnya yang sudah melebihi 3 bulan, maka pembiayaan tersebut dikatakan
kurang lancar. Pembiayaan ini harus cepat ditangani agar tidak menjadi
pembiayaan bermasalah (macet) yang nantinya menimbulkan kerugian bagi pihak
BMT AL-Fath IKMI. Oleh karena itu penanganan pembiayaan ini menjadi hal
penting yang harus dilakukan BMT AL-Fath IKMI agar tidak terjadi kerugian.
Adapun pembiayaan bermasalah (NPF) Netto di BMT Al-Fath IKMI pada tahun
2008 sebesar 3,06 % dan sebesar 6 % di tahun 2009.6
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berkeinginan untuk meneliti lebih
lanjut dari hal tersebut dan penulis mencoba menuangkannya dalam sebuah skripsi
yang berjudul ”PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN
MUDHARABAH BERMASALAH BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT)
AL-FATH IKMI ”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar pembahasan dalam skripsi ini terarah, maka penulis perlu memberikan
batasan pada aspek usaha BMT simpan pinjam yang mencakup modal, layanan
kredit, mitra usaha BMT, prosedur dan syarat pinjaman, faktor-faktor penyebab
pembiayaanmurabahahdanmudharabahbermasalah serta upaya penanganannya. Dari pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur pemberian pembiayaan murabahah dan mudharabahdi BMT Al-Fath IKMI?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi pembiayaan murabahah dan
mudharabahbermasalah yang terdapat dalam BMT AL-Fath IKMI?
3. Bagaimana upaya BMT AL-Fath IKMI dalam menangani pembiayaan
murabahahdanmudharabah bermasalah tersebut dan apakah penanganannya sudah sesuai dengan syariat islam (berpedoman kepada Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul-Nya).?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian pembiayaanmurabahah
danmudharabahdi BMT Al-Fath IKMI.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab pembiayaan murabahah dan
3. Untuk mengetahui penanganan pembiayaan murabahah dan mudharabah
bermasalah yang dilakukan oleh BMT Al-Fath IKMI dan untuk
mengetahui serta menganalisis penanganan pembiayaannya yang sudah
sesuai dengan syariat islam (berpedoman kepada Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul-Nya).
Dan penulisan ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Bagi penulis
Merupakan apresiasi terhadap teori-teori yang pernah penulis dapatkan
selama menempuh pendidikan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis
serta mendapatkan ilmu pengetahuan lebih mendalam mengenai penanganan
pembiayaan murabahah dan mudharabah bermasalah
b. Bagi akademis
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa buku
bacaan perpustakaan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya di Fakultas Syariah dan Hukum Program
Studi Perbankan Syariah.
c. Bagi BMT Al-Fath IKMI
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan atau
masukan yang bermanfaat demi kemajuan BMT Al-Fath IKMI di masa yang
d. Bagi masyarakat dan dunia pustaka
Menjadi sumber referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademis dan
praktisi dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan bermanfaat
sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.
D. Kerangka Teori
Teori merupakan pengarah atau petunjuk dalam menentukan tujuan dan
arah penelitian. Teori menurut Robert K Yin, sebagaimana disarikan oleh Dr. H.
Tan Kamelo, SH.,MS., menyatakan sebagai berikut : ”Theory means the design of research steps according to some relationship to the literature, policy issues or other substance source”7. Teori adalah serangkaian atau keterangan yang saling berhubungan dan tersusun dalam sistem deduksi, yang mengemukakan
penjelasan atas suatu gejala.
Pembiayaan menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah pasal 1 No. 25 adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu.8
Dalam Islam, pembiayaan transaksi jual beli dikenal dengan istilah
murabahah. Pembiayaaan murabahah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh
7
Dr. H. Tan Kamelo, SH, MS,Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan yang Didambakan,(Bandung : Alumni, 2004) hal. 2
8
Dalam ketentuan ini penyediaan dana tersebut berupa: a. transaksi bagi hasil dalam bentukmudharabahdanmusyarakah;
b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentukijarah muntahiya bittamlik;
c. transaksi jual beli dalam bentuk piutangmurabahah, salam,danistishna;
d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutangqardh; dan
lembaga keuangan syariah kepada pihak lain untuk melakuka jual beli suatu
barang, yang dimana penjual menyebutkan harga jual yang terdiri atas harga
pokok barang dan tingkat keuntungan tertentu atas barang, dimana harga jual
tersebut disetujui oleh pembeli.9Adapun pembiayaan bagi hasil dikenal dengan
istilah mudharabah. Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang
disalurkan oleh lembaga keuangan syariah kepada pihak lain untuk sesuatu yang
produktif.10
Meskipun sistem yang digunakan dalam pembiayaan murabahah dan
mudharabah adalah profit and loss sharing, namun perlu adanya prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit yang dalam istilah perbankan disebut prudensial.
Prinsip prudensial mengandung konsepsi baru dalam menyikapi secara
lebih tegas, rinci, dan efektif atas berbagai risiko yang melekat pada usaha BMT.
Dengan demikian prinsip prudensial merupakan konsep yang memiliki unsur
sikap, prinsip, standar kebijakan dan teknik dalam manajemen risiko BMT yang
sedemikian rupa, sehingga dapat menghindari akibat sekecil apapun yang dapat
membahayakan atau merugikan stakeholders, terutama para deposan dan
kreditur. Tujuan yang lebih luas dari prinsip prudensial adalah untuk menjaga
keamanan, kesehatan dan kestabilan perbankan.11
9
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia,Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah,h. 76
10 Karnaen Perwaatmadja, et.al., Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yokyakarta: Dana Bhakti
Primayasa, 1992), cet. Ke-1, h. 89
11
Fungsi teori dalam suatu penelitian adalah untuk memberikan pengarahan
pada penelitia yang dilkaukan. Dengan kata lain dengan adanya teori, penelitian
yang dilakukan agar terarah dan terfokus dari teori yang dimunculkan.
Peneliatian kali ini terfokus pada pembahasan Penanganan pembiayaan
Murabahah dan Mudharabah pada BMT Al-fath IKMI.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pembahasan tentang pembiayaan murabahah dan
mudharabah bermasalah sudah pernah dilakukan sebelumnya, namun penulis
mengambil beberapa teori atau pembahasan dari skripsi mahasiswa yg telah lulus
S-1 sebagai penambah bahan referensi penyusunan skripsi. Adapun beberapa
penelitian yg di ambil penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah:
1) Analisis Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah (Studi pada
Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi), oleh Yesi Iryanti Mahasiswi
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun
skripsi 2008 M/1429 H”.
Menurut penulis di dalam skripsinya menyebutkan bahwa sebelum
pembiayaan diberikan kepada nasabah oleh pihak LKS, pihak LKS
sebaiknya menganalisa data nasabah sedetail mungkin terutama mengenai
laporan keuangannya. Hal ini dilakukan agar penyaluran pemberian
pembiayaan dapat bermanfaat bagi kedua belah pihak, dan nantinya tidak
2). Pengaruh Pembiayaan Bermasalah terhadap Kualitas Aktiva Produktif pada
Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (Studi Kasus PT. BPRS Risalah
Ummat), oleh Saefullah Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun skripsi 2005 M/1426 H”.
Menurut penulis di dalam skripsinya meyebutkan bahwa Strategi yang
diterapkan oleh BPRS Risalah Ummat dalam menjaga kolektibitas
pembiayaannya agar tetap dalam kolektibilitaas lancar adalah dengan
memberikan pembiayaan dan piutang secara lebih selektif dan prudent
terhadap calon nasabah, melakukan monitoring pembiayaan dan piutang
secara terus-menerus, melakukan restrukturisasi atas pembiayaan yang telah jatuh tempo dan belum lunas, dan mengambil tindakan tegas terhadap
nasabah yang tidak kooperatif dan mempunyai I’tikad yang tidak baik.
3). Peranan Account Officer dalam Menekan Pembiayaan Bermasalah di PT.
BPR Syariah Harta Insan Karimah, oleh Ifah Latifah Mahasiswi Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun skripsi 1428
H/2008 M”.
Menurut penulis di dalam skripsinya menyebutkan bahwa faktor yang
menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah pada PT. BPR syariah
Harta Insan Karimah ada dua sebab,yaitu faktor Intern dan Ekstern.
Adapun faktor Intern yang mempengaruhi terjadinya pembiayaan
kemampuan petugas (Account Officer) dalam menganalisa calon mitra atau nasabah kurang cermat. 2) Sistem; Menyangkut sistem dan prosedur
penyaluran pembiayaan yang adakalanya dilanggar sehingga memotong
jalur prosedur yang telah dibuat, sertamonitoringyang kurangintensifdari
Account Officerf, sehingga pembiayaan yang kurang lancar tidak terdeteksi sejak dini. Faktor Ekstern yang mempengaruhinya meliputi : 1) Kondisi
usaha nasabah pembiayaan yang sedang menurun; 2) Nasabah kurang
mampu mengelola usahanya; 3) Kebijakan Pemerintah; 4) Nasabah
beritikad kurang baik (karakter buruk); 5) Bencana alam. Adapun Upaya
yang dilakukan oleh AO dalam pencegahan pembiayaan bermasalah adalah
dengan cara: berhati-hati dalam pemberian pembiayaan, melakukan
pendekatan kepada nasabah serta mengadakan pengawasan pembiayaan
terus-menerus. Selain itu upaya penanganan pembiayaan bermasalah di
BPR tersebut adalah dengan cara Restructuring, Rescheduling, penyitaan jaminandanWrite Off.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah paduan dari penelitian kepustakaan dan penelitian
lapangan, karena diawali dengan telaah bahan pustaka dan literatur. Penelitian ini
metode pegumpulan data dengan cara observasi. Deskriptif menurut pengertiannya
adalah:12
Penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (penulisan :
gambaran) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam pengertian ini
penelitian deskriptif menggunakan data dasar deskriptif semata, tidak perlu
mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan,
atau mendapatkan makna dan implikasi.
Pendapat lainnya mengatakan bahwa ”metode deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan
dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu”13.
2. Pendekatan Penelitian
Adapun tipe atau pendekatan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini berupa penelitian langsung pada BMT AL-FATH IKMI.
Penelitian ini menggunakan pendekatan dokumen (content analisys) yaitu melakukan pengumpulan data dan informasi melalui arsip dan dokumen.
3. Jenis Data dan Sumber Data
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis data yaitu
data kualitatif berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka, kalaupun ada
12
Sumadi Suryabrata,Metodologi Penelitian, (Rajawali Press, Jakarta, 2002), h.18-19.
13
[image:26.612.114.517.140.508.2]angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang14. Serta menggunakan dua
sumber data yaitu :
a. Sumber Data Primer
Merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara
dengan pihak BMT Al-Fath IKMI yang kompeten dan ahli mengenai upaya
penanganan pembiayaan murabahah dan mudharabah bermasalah.
b. Sumber Data Sekunder
Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan
seperti buku-buku serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi
penulisan skripsi ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data-data tertulis
atau dokumen BMT Al-Fath IKMI mengenai laporan keuangan dan
rasio-rasio keuangan dan lain sebagainya, baik langsung dari pihak BMT Al-Fath
14
IKMI maupun melalui situs-situs internet. Pencarian data dokumen
dilakukan dengan mendatangi langsung kantor BMT Al-Fath IKMI.
b. Studi Kepustakaan (library research)
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan
mempelajari data-data atau bahan-bahan dari berbagai daftar kepustakaan
yang ada. Dengan cara membaca, mempelajari, mencatat, dan merangkum
teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah pokok pembahasan melalui
buku-buku, skripsi terdahulu, internet dan media lainnya yang berhubungan
dengan pembahasan penelitian ini.
c. Metode Survey
Penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi, dalam hal ini BMT
Al-Fath IKMI yang berupaya menangani pembiayaan bermasalah di BMT
tersebut, sehingga dapat mengamati langsung kegiatan-kegiatan yang terjadi
disana. Penulis juga menggunakan teknik wawancara atau interview dengan
narasumber yang cakap dan berkompeten pada bidangnya untuk memberikan
keterangan dari masalah yang sedang dibahas.
5. Objek Penelitian
Adapun objek penelitian ini dilakukan di Baitul Maal Wat Tamwil
(BMT) Al-Fath IKMI tentang analisis penanganan pembiayaan murabahah
bermasalah dan praktek simpan pinjam yang bertempat di Jl. Merpati Raya
No.27 Rt.007/01 Sawah Baru, Ciputat (Pertigaan Jombang, dekat Tanah
6. Teknik Pengolahan Data
a. Seleksi Data : setelah memperoleh data dan bahan-bahan baik melalui
library research maupunfield research, lalu data diperiksa kembali satu persatu agar tidak terjadi kekeliruan.
b. Klasifikasi Data : setelah data diperiksa lalu diklasifikasikan dalam bentuk
dan jenis tertentu, kemudian diambil suatu kesimpulan.
7. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif-analitis, yakni penelitian yang menggambarkan data dan informasi yang berlandaskan fakta-fakta yang diperoleh dilapangan mengenai penanganan pembiayaan murabahah dan mudharabah bermasalah.
8. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah
sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Kerangka Konsep, Penelitian Terdahulu, Objek Penelitian, Pedoman
Penulisan Skripsi serta Sistematika Penulisan.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan dibahas mengenai aspek umum mengenai pembiayaan
murabahah dan mudharabah, pengertian pembiayaan dan pembiayaan
bermasalah, prosedur pemberian pembiayaan, macam-macam
pembiayaan, tujuan dan fungsi pembiayaan, proses pelaksanaan
pemberian pembiayaan, proses pemberian pembiayaan, penyebab
pembiayaan bermasalah, upaya penanganan pembiayaan bermasalah,
pengertian murabahah dan mudharabah, rukun dan syarat, landasan
hukum, serta jenis-jenis pembiayaan, tujuan dan manfaat murabahah
dan mudharabah.
BAB III: GAMBARAN UMUM BMT AL-FATH IKMI
Dalam Bab ini dibahas mengenai kondisi internal BMT ALK-FATH
IKMI yang meliputi sejarah pendirian, visi dan misi, tujuan, produk
dan kegiatan-kegiatan di BMT AL-FATH IKMI..
BAB IV : ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai prosedur pemberian
pembiayaan murabahah dan mudharabah di BMT Al-Fath IKMI yang
meliputi persyaratan pengajuan pembiayaan bagi mitra, mekanisme
pencairan pembiayaan, biaya administrasi pencairan BMT AL-FATH
[image:30.612.115.520.155.516.2]dan mudharabah bermasalah pada BMT AL-FATH IKMI, serta upaya
yang dilakukan BMT AL-FATH IKMI mulai dari hal perencanaan
strategi sampai penerapan kebijakan yang diambil dalam menangani
pembiayaan murabahah dan mudharabah bermasalah.
BAB V : PENUTUP
Merupakan bagian akhir dari penulisan yang akan menunjukkan
pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan ini. Bagian ini
menunjukkan jawaban ringkas dari permasalahan yang dibahas pada
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Teori Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan berasal dari bahasa latin yaitu dari kataCredereyang berarti percaya. Oleh karena itu dasar pemikiran persetujuan pemberian pembiayaan
oleh suatu lembaga keuangan kepada seseorang atau badan usha berlandaskan
kepercayaan.15 Menurut Undang-Undang No 10 Tahun 1998 pasal 1 butir 12,
pembiayaan adalah penyediaan barang atau uang tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan anatara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan pembagian hasil
keuntungan.16
Pembiayaan dalam arti luas artinya financing yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit,
pembiayaan yaitu pendanaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan, seperti
bank syariah kepada nasabah.
15
Moh Tjoekam,Perkreditan Bisnis Inti Perbankan; Konsep, Teknik dan Kasus,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), Edisi I,h.1
Jadi yang dimaksud dengan pembiayaan adalah menyediakan dana guna
membiayai kebutuhan nasabah yang memerlukannya dan layak
memperolehnya.17 Pembiayaan dalam kamus bahasa Indonesia artinya
perbuatan dalam membiayai atau membiayakan sesuatu.18
2. Pengertian Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang berpotensi tidak
mampu mengendalikan pembiayaan berdasarkan syarat-syarat yang telah
disetujui dan ditetapkan bersama secara tiba-tiba tanpa menunjukkan
tanda-tanda terlebih dahulu.19
Menurut Veithzhal pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang
dalam pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi terget yang diinginkan
pihak bank seperti pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah
pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari
bagi bank; pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan
dan macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam
pengembalian.20
17Zainul Arifin,Dasar-dasar manajemen bank Syariah,(Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005), cet
III.h. 185
18
W.J.S Porwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), cet X, h. 136
19
Rasjim Wiraatmaja, “ Solusi Hukum Dalam Menyelesaikan Kredit Bermasalah”,Majalah Info BankJakarta, 1997, h. 41
20
3. Macam-macam Pembiayaan
a. Pembiayaan menurut tujuannya, dibagi menjadi : pembiayaan jangka pendek,
investasi dan konsumtif.
b. Pembiayaan menurut jangka waktunya, yaitu : pembiayaaan jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang.
Jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva
produktif dan aktiva tidak produktif. Aktiva produktif dialokasikan dalam bentuk
pembiayaan seperti bagi hasil, mudahrabah, ijarah, surat berharga, penyertaan
modal sementara, dan Sertfikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Sedangkan
Aktiva tidak produktif termasuk dalam bentuk pembiayaan qardh, artinya
penyediaan dana yang mewajibkan peminjam hanya membayar pokoknya saja,
baik dengan cicilan maupun sekaligus dalam jangka waktu tertentu.
4. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan
a. Tujuan Pembiayaan antara lain yaitu memperoleh bagi hasil dari modal yang
disimpannya, memperoleh kesejahteraan dari bank yang dikelolanya;
membantu mengembangkan usaha; memperoleh barang yang dibutuhkan;
mengurangi pengangguran; membiayai pembangunan negara dari penghasilan
pajak; dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap survival dan
meluas jaringan usahanya, sehingga makin banyak masyarakat yang dapat
b. Fungsi pembiayaan antara lain meningkatkan daya guna uang dan barang;
meningkatkan pendapatan nasional; penghubung ekonomi Internasional;
menimmbulkan kegairahan berusaha dan memperlancar produksi serta
konsumsi. Sehingga tingkat hidup masyarakat meningkat.
5. Prinsip-prinsip pemberian pembiayaan
Dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan, pemberi dana
(shahibul maal/pemilik dana) dalam hal ini pihak BMT harus memperhatikan
beberapa prinsip utama yang yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan
calon peminjam (mudharib). Prinsip ini dikenal dengan Prinsip 5C dan 7 P, dan
dalam ekonomi syariat Islam ada penambahan prinsip, sehingga menjadi prinsip
5C + S yaitu:
1.Caracter
Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon peminjam
dengan tujuannuntuk memperkirakan kemungkinan bahwa peminjam dapat
memenuhi kewajibannya.
2.Capacity
Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan peminjam untuk
melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi
peminjam di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas
3.Capital
Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon
peminjam, yang diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yang
ditunjukan oleh rasio finansialnya dan penekanan pada posisi modalnya
4.Colateral
Yaitu jaminan yang dimiliki calon peminjam. Penilaian ini bertujuan
untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan pembayaran
tercapai terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari
kewajibannya. Jaminan ini dapat berupa garansi perorangan, usahanya, dan
jaminan tambahan untuk pembiayaan 2 juta ke atas.
5.Conditions
Yaitu pihak BMT harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di
masyarakat dan secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha
yang dilakukan oleh calon peminjam. Hal tersebut dilakukan karena kondisi
eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha calon peminjam.
6. Personality: menilai mitra dari segi kepribadiannya atau tingkah laku
sehari-hari atau masa lalunya.
7. Party : mengklasifikasikan mitra ke dalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya.
8. Perpose: mengetahui tujuan mitra dalam mengambil kredit.
9. Prospect: menilai usaha mitra dimasa yang akan datang menguntungkan atau
10. Payment : ukuran bagaimana cara mitra mengembalikan kredit yang telah
diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.
11. Profitability: Bagaimana kemampuan mitra mencari laba
12. Protection : Bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan
perlindungan.
Dan S adalah syariah yang mana Dalam analisis ini, pihak BMT
melakukan analisis terhadap usaha yang akan dijalankan nasabah terkait
dengan kehalalan usaha atau proyek yang akan dijalankan nasabah. Pihak
BMT juga akan menganalisa usaha nasabah yang dinilai sesuai dengan
syari'ah islam dan tidak menyimpang dari aturan Islam.
6. Proses Pemberian Pembiayaan
Secara garis besar, proses pemberian pembiayaan dalam 5 tahapan, yaitu:
a. Pengajuan Pembiayaan
Nasabah mengajukan permohonan/proposal secara tertulis kepada
BMT. Proses ini dilakukan oleh Manager Umum. Setelah semua persyaratan
formal dipenuhi seperti yang menyangkut legalitas calon peminjam seperti :
data diri, kartu keluarga dan KTP.
b. Investigasi Usulan Pembiayaan
Sementara usulan pembiayaan diproses oleh Manager Umum
(merupakan tugas dan wewenangnya), Manager Umum mengajukan
permohonan informasi calon peminjam melalui Bagian Pembiayaan/bank checking dan analisa yuridis kebagian administrasi pembiayaan. Investigasi informasi yang berkaitan dengan calon peminjam dilakukan dengan
wawancara informal dengan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan
usaha/calon peminjam seperti tetangga, supplier bahan baku, rekanan usaha,
karyawan, dan lain-lain. Hal ini dilakukan untuk memastikan capacity
(kemampuan) calon peminjam untuk mengembalikan pinjamannya dan nilai
pinjaman yang harus diberikan oleh BMT. Dalam peribahasa berarti
menghindari adanya besar pasak dari pada tiang. Proses ini merupakan proses
yang paling penting bagi pihak pemberi dana (BMT), untuk memastikan
keamanan dana yang diberikan serta meminimisasi resiko yang mungkin
terjadi di waktu-waktu yang akan datang.
c. Persetujuan Manager Umum
Bila seluruh proses oleh Manager Umum telah selesai dilakukan, maka
dokumen yang berisi usulan pembiayaan tersebut diserahkan ke bagian
administrasi pembiayaan untuk diperiksa kelengkapannya, untuk selanjutnya
dimintakan persetujuan Bagian Pembiayaan. Persetujuan dilakukan secara
berjenjang tergantung nilai usulan pembiayaan yang diajukan oleh calon
peminjam.
d. Pengikatan Pembiayaan
Setelah usulan pembiayaan tersebut mendapat persetujuan dari
pembiayaan (akad pembiayaan). Sebelum dilakukan pengikatan
dilaksanakan semua dokumen asli dan dokumen jaminan harus telah diterima.
e. Dropping Dana
Setelah dilakukan pengikatan pembiayaan, proses dropping (realisasi)
dana dapat dilakukan, dengan terlebih dahulu dilakukan verifikasi tanda
B. Pembiayaan Murabahah dalam Hukum Islam
1. Pengertian Murabahah (Bai’ al Murabahah)
Bai’ al murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai’ al murabahah penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat
keuntungan sebagai tambahannya.21
Suatu jual beli dalam Islam sedikitnya harus memenuhi syarat bahwa ada
penjual, pembeli, barang yang diperjual belikan, harga danijab qabulatau biasa juga disebut dengan akad jual beli.
Tujuan nasabah melakukan jual beli dengan Bank/BMT adalah karena
suatu alasan bahwa nasabah tidak memiliki uang tunai atau modal untuk
bertransaksi langsung dengan supplier. Dengan melakukan transaksi dengan bank/BMT sebagai lembaga keuangan, maka nasabah dapat melakukan jual beli
dengan pembayaran tangguh atau diangsur. Jika murabahah dilakukan dengan
cara pembayaran angsuran, maka timbul dari transaksi ini adalah piutang uang.
Artinya, penjual akan memiliki piutang uang sebesar nilai transaksi atas pembeli,
dan sebaliknya pembeli punya utang uang sebesar nilai transaksi kepada
penjual.22
21
M. Syafi’i Antonio,Bank Syari’ah Suatu Pengenalan Umum,(Jakarta: BI & Tazkia Institute, 1999), h. 145
22
2. Landasan SyariahBai’ al Murabahahadalah: a) Al-Qur’an: 1).
...
)...
/
:
(
Artinya:“...dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (Al-Baqarah/2: 275)
$yg r’fl»t œ
ˇ%'!
$#(
#q
ª
YtB#u w(
#q
Ł
=2ø
’s? N3s9”uqł
Br&M6 oYt/
¨
@
ˇ
»t6ł
9$$˛
/H
w
˛
)br& c q3s?
‚
ot »pgˇ
B ‘ tª<
#t s? N3 Zˇi
B4
wur(
#q
Ł
=Fł
)s? N3|¡ Rr&4
¤
b˛
)'
! $#
t
b%x. N3
˛
/ $V
Jˇ
mu“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka diantara kamu…”(An-Nisa[4]:29)
MtB
hª
mª
N3
ł
n=tŁ
ptG
ł
yJł
9$#ª
P
⁄
$!
$#urª
N
ł
tm:ur˝
Yˇł
:$#!
$tBur
¤
@ˇ
dØ
&˛
tˇ
9«
! $#
ˇ
m˛
/Ł
ps)
ˇ
Zy ZJł
9$#uros q
Ł
%qyJł
9$#urŁ
pt
ˇj
utIJł
9$#urŁ
pys
ˇ ¤
Z9$#ur!
$tBur @x.r&
7
¡
¡ 9$# w˛
)$tB LŒ
ł'
.s$tBur
y
x
˛
/Ł
n
?tª
= ` Z9$# br&ur
(
#qJ
¯
¡ł
)tF¡ s? O»s9ł
F{ $$˛
/4
N3ˇ
9”s , ¡ˇ
ø3
t
Pqu
ł
9$#}
§
˝
‡tt
ß
ˇ
%
'
!
$#(
#r
ª
x x. ‘ˇ
BN3
ˇ
Zˇ
x søN
Ł
d qt–ł
rB¨
b qt– z $#ur
4
t
Pqu
ł
9$#M
ø
=yJł
.r& N3s9N3oY
ˇ
MJo
ł
Cr&ur N3ł
n=tLyJŁ
ˇ
RM
¯
˚ u urª
N3s9
z
N»n= M} $#
$
Y
Yˇ
4
˙
‘ yJsø§
˚ $#˛
ß
>
p|` uKł
xC u x7
#
ˇ
R$yf tGª
B5
O
ł
O\b}¤
b˛
*sø'
! $# q x O
ˇ
m§
3. diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
b) Al Hadits:
:
:
,
}
{
Artinya:
"Nabi saw. bersabda, ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, buka untuk dijual."
c) Fatwa Dewan Syariah Nasional
1. Nomor 4/ DSN-MUI IV/ 2000 tanggal 1 April 2000 tentang Murabahah,
2. Nomor 13/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang
3. Nomor 16/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang
Diskon Dalam Murabahah,
4. Nomor 17/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang
Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-nunda Pembayaran.
5. Nomor 23/ DSN-MUI/ III/ 2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang
Potongan Pelunasan Dalam Murabahah.
Berdasarkan fatwa-fatwa tersebut, Bank Indonesia mengatur lebih lanjut
dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia atau Surat Edaran Bank Indonesia,
seperti tentang kolektibilitas dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syari’ah
Indonesia (PAPSI). Sesuai UU No.10/1998 tentang perubahan UU No.7
tentang Perbankan dalam penjelasan pasal 6 huruf m dijelaskan bahwa yang
mempunyai kewenangan untuk mengatur kegiatan usaha Bank Syari’ah
adalah Bank Indonesia.
3. Rukun dan Syarat Murabahah
Dalam praktek perbankan syariah, murabahah disamakan dengan praktek
jual-beli. Sehingga rukun dan syaratnya sama dengan jual-jual-beli. Menurut Jamhur rukun
jual-beli antara lain :
a. Ada orang yang berakad. Dalam hal ini adanya penjual dan pembeli dengan
syarat antara lain : baligh dan berakal sehat serta orang yang berakad adalah
orang yang berbeda. Artinya seseorang tidak boleh bertindak dalam waktu
b. Ada lafal ijab dan qabul dengan syarat : qabul sesuai dengan ijab dan ijab
qabul dilakukan dalam satu tempat. Artinya kedua belah pihak dalam
melakukan transaksi jual-beli berada dalam satu tempat dan membicarakan
hal yang sama.
c. Ada barang yang diperjualbelikan dengan syarat yaitu barang yang
diperjualbelikan milik penjual, dan bermanfaat bagi manusia ; barang yang
diperjualbelikan ada pada saat akad atau tidak ada tetapi penjual sanggup
untuk mengdakan barang tersebut.
d. Ada nilai tukar pengganti barang (harga barang)
Menurut Muhammad Syafi’I Antonio syaratmurabahahadalah sebagai berikut : 1) Penjual memberitahukan biaya modal kepada nasabah/mitra.
2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3) Kontrak harus bebas dari riba.
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli apabila bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya pembelian dilakukan dengan hutang.23
Pada dasarnya jika syarat no, 1, 4 atau 5 tidak dipenuhi, maka pembeli boleh
melakukan pilihan :
a) Melanjutkan pembelian seperti apa adanya.
23
b) Kembali kepada penjual dan menyatakan tidak setuju atas barang yang dijual.
c) Membatalkan kontrak.
Jual beli secara murabahah dengan syarat-syarat murabahah di atas hanya untuk barang (produk) yang telah dikuasai (dimiliki) oleh penjual pada
waktu negosiasi atau berkontrak. Bila produk tersebut tidak dimiliki penjual,
pola yang digunakan dapat berupa Murabahah Kepada Pemesanan
Pembelian (KPP). Hal ini dinamakan demikian karena si penjual
semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan si pembeli yang
memesannya.
Lebih rinci, Adiwarman A. Karim membagimurabahahberdasarkan : 1) Murabahah berdasarkan pesanan
Dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah/mitra untuk
membeli barang yang dipesannya (BMT dapat meminta uang muka
pembelian kepada nasabah/mitra).
Menurut para ulama syraiah terdahulu bersepakat bahwa pemesan
tidak boleh terikat untuk memenuhi kewajiban membeli barang yang telah
dipesan. Alasannya pembeli barang pada awal telah memberikan pilihan
kepada pemesan untuk membeli barang itu atau menolaknya. Namun
beberapa ulam menunjukkan murabahah jenis ini yang konteksnya ”belum ada barang” berbeda dengan ”menjual tanpa kepemilikan barang”. Mereka
Dalam murabahah melalui pesanan ini, si penjual boleh meminta pembayaran uang tanda jadi. Hal ini sekedar untuk menunjukkan bukti
keseriusan pembeli. Dalam murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat mengikat, pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya.
2). Murabahah pada Pemesan Pembelian (KPP)
Didefenisikan sebagai suatu penjualan di mana dua belah pihak atau
lebih bernegosiasi dan berjanji satu sama lain untuk melaksanakan suatu
kesepakatan bersama, di mana pemesan meminta pembeli untuk membeli
asset kemudian dimilik secara sah untuk pihak ke dua.
Pemesan menjanjikan kepada pembeli untuk membeli asset yang telah
dibeli dan memberikan keuntungan atas pesanan tersebut. Kedua belah pihak
akan mengakhiri penjualan setelah pemilikan asset pindah ke pemesan.
Meskipun demikian, pemesan boleh atau tidak mengakhiri penjualan.
4. Jenis-jenis Pembiayaan Murabahah
a) Murabahah Konsumtif Multiguna ( MKM )
Adalah pembiayaan bagi pegawai/pengusaha/ profesional untuk
pembelian berbagai barang yang tidak bertentangan UU/ Hukum yang
berlaku dan tidak termasuk yang diharamkan syariah Islam dengan min.
b) Murabahab Konsumtif Rumah ( MKR )
Adalah murabahah untuk pembelian rumah tinggal dengan maksimum
Rp.5 milyar. Jangka waktu maksimum 15 tahun dan disyaratkan uang muka
minimal 20% dari harga perolehan.
c) Murabahah Konsumtif Kendaraan ( MKK )
Adalah murabahah konsumtif untuk pembelian kendaraan bermotor.
Jangka waktu untuk mobil baru maks. 5 tahun, mobil second hand (umur
teknis 10 tahun terakhir) jangka waktu maks. 3 tahun. Untuk motor baru
jangka waktu maks. 3 tahun dan untuk motor second hand (umur teknis
maks.5 tahun terakhir) jangka waktu maks. 2 tahun. Uang muka untuk MKK
disyaratkan minimal 20% dari harga perolehan.
d) Murabahah Konsumtif Pegawai ( MKP )
Adalah pembiayaan konsumtif bagi pegawai/karyawan suatu
perusahaan/lembaga/instansi untuk pembelian berbagai jenis barang (kecuali
kendaraan bermotor) yang tidak bertentangan dengan UU/Hukum yang
berlaku serta tidak diharamkan dengan maksimal pembiayaan Rp.30 juta.
Jangka waktu pembiayaan maksimal 3 tahun.
e) Murabahah Usaha Kecil ( MUK )
Adalah jenis pembiayaan murabahah untuk keperluan produktif/usaha
kecil dengan maksimal sd. Rp.150 juta. Jangka waktu pembiayaan maksimal
analisanya menggunakan perangkat analisa standar yang terdiri dari MPP,
Laporan Kunjungan Setempat dan Laporan Verifikasi.
f) Murabahah Usaha Ritel ( MUR )
Adalah pembiayaan dengan prinsip Murabahah untuk keperluan
produktif/usaha dengan maksimum sd. Rp.10 miliar. Jangka waktu
pembiayaan maksimal 3 tahun dan nasabah menyediakan uang muka 20%.
Perangkat analisa menggunakan alat analisa BCM.
5. Tujuan dan Manfaat Murabahah
a). Tujuan murabahah bagi BMT antara lain : meningkatkan peranan dan
pelayanan BMT, serta prosedur yang lebih sederhana tanpa menghilangkan
prinsip kehati-hatian; meningkatkan pendapatan BMT; menolong
nasabah/mitra yang tidak memiliki keuangan cukup untuk pembayaran tunai.
Sedangkan tujuan bagi nasabah/mitra yaitu mencari pembiayaan untuk
pemenuhan pengadaan asset atau modal usaha; mencari pengalaman dalam
berhubungan dengan BMT; nasabah/mitra melakukan pembelian barang
dengan pembayaran yang ditangguhkan.
b). Manfaat Murabahah bagi BMT antara lain memperoleh keuntungan dari
selisih harga jual dengan harga beli barang tersebut; memiliki sistem yang
sangat sederhana, sehingga memudahkan administrasinya. Sedangkan
manfaat bagi nasabah/mitra yaitu menambah modal usaha; memperoleh
diperoleh sebagai akibat dari pertambahan modal tersebut. BMT tidak
berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah/mitra pendanaan secara
tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha BMT. Serta
pengambilan pokok pembiayaan disesuaikan dengan Cash floe (arus kas) nasabah/mitra, sehingga tidak memberatkan nasbah/mitra.
6. Skema Murabahah
Skema al-Murabahah
Negosiasi &
Persyaratan
Akad Jual Beli
Bayar
Beli Barang Kirim
terima
[image:49.612.112.522.144.537.2]Barang & Dokumen
Gambar 1
Skema Pembiayaan Murabahah
BMT
MITRASUPLIER/
PENJUAL
1
2
3 4 5
C. Pembiayaan Mudharabah dalam Hukum Islam
1. PengertianAl Mudharabah
Secaralughawi, kata (mudharabah) dan kata (qiradh)
mempunyai makna yang sama. Masyarakat Irak menyebutnya
(mudharabah),sedangkan masyarakat Hijaz menyebutnya (qiradh).24
Secara terminologi, mudharabah didefinisikan sebagai suatu sistem usaha bagi laba dalam perspektif ekonomi Islam, dimana pihak-pihak yang
melakukan investasi bersama memberikan modal, tenaga kerja dan
manajemen pada kesepakatan kontrak untuk berbagi laba dari usaha patungan
dengan persentase nisbah yang ditentukan di awal kontrak.
Secara teknis,al mudharabahadalah akad kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain (mudharib) menjadi pengelola, dimana keuntungan usaha dibagi dalam bentuk prosentase (nisbah) sesuai kesepakatan, sedangkan
apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat
kelalaian si pengelola, apabila kerugian itu diakibatkan oleh kelalaian si
pengelola maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian
tersebut.25
24
As-Sarakhsi,al-Mabsuth,(tt), Jil 22, h. 18
2. Landasan Syari’ah Al-Mudharabah
a) Al-Qur’an
....
.
)
/
:
(
Artinya:“... Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah....”(Q.S. Al-Muzammil/73: 20)
)
/
:
(
Artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah” (Q.S. Al-Jumuah/62: 10) b) Al-Hadits
:
)
(
Artinya:
membeli ternak dalam keadaan hidup. Jika menyalahi peraturan tersebut, maka yang bersangkutan bertanggungjawab atas dana tersebut. Kemudian disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah dan Rasulullah pun membolehkannya”(HR. Thabrani)
:
:
,
}
{
Artinya:
"Nabi saw. bersabda, ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, buka untuk dijual."
c) Ijma’
:
.
Artinya :
Diriwayatkan bahwa sejumlah sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengelolaan harta yatim secara mudharabah dan tidak ada yang mengingkari atau membantah mereka.26
3. Rukun dan SyaratMudharabah;
a) Rukunmudharabah:
(1) Pemilik modal
(2) Pemilik usaha
26
(3) Proyek/usaha
(4) Modal
(5) Ijab qabul
(6) Nisbah bagi hasil.27 b) Syaratmudharabah:
(1) Baik pemilik modal maupun pengelola keduanya harus mukallaf.
(2) Modal harus tunai, dalam jumlah yang dapat dihitung/terukur.
(3) Porsi/nisbah bagi hasil disepakati bersama.28
Adapun syarat utama bagi pemodal dan mudharib adalah keduanya harus memiliki kemampuan untuk diwakili dan mewakilkan. Sedangkan
persyaratan yang berkaitan dengan modal yang disetor antara lain:
(a) Modal harus berupa mata uang yang berlaku di pasaran
(b) Modal disetor harus diketahui ukurannya dan harus berbentuk uang yang
dihadirkan ketika usahamudharabahdilaksanakan. (c) Modal disetor harus diserahkan kepada sangmudharib.29
Pada sisi pembiayaanmudharabah diterapkan untuk pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa serta diterapkan untuk
investasi khusus atau disebut juga mudharabah muqayadah, di mana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syaarat yang telah
ditetapkan olahshahibul maal.
27
Ibnu Rusyd,Bidayah al-Mujtahid wa-Nihayah al-Muqtasid,Terjemah: MA Abdurrahman dan H. Aris Abdullah, (Semarang, As-syifa, 1990), Jil. II, h. 234
28 Ibid.
4. Jenis-jenis Pembiayaan Mudharabah
a) Mudharabah Muthlaqah
Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan
daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh seringkali
dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari
shahibul maal yang memberi kekuasaan yang sangat besar.
b) Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Simudharibdibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan
kecendrungan umum sishahibul maaldalam memasuki jenis dunia usaha.
5. Manfaat dan Resiko Mudharabah
a). Manfaat Mudharabah:
1) BMT akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
nasabah/mitra meningkat.
2) BMT tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah/mitra
pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha
3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha nasabah/mitra sehingga tidak memberatkan mitra.
4) BMT akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan
benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5) Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah/al-musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan menagih penerima pembiayaan
(nasabah/mitra) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang
dihasilkan mitra, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
b) Resiko Mudharabah:
Resiko yang terdapat dalamal-mudharabah,terutama pada penerapannya dalam pembiayaan, relatif tinggi. Di antaranya:
1) Side streaming; mitra menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak;
2) Lalai dan kesalahan yang disengaja;
6. Skema Mudharabah
Skema al-Mudharabah
PERJANJIAN
BAGI HASIL
KEAHLIAN MODAL 100%
Nisbah X % Nisbah Y %
Pengembalian
[image:56.612.113.504.128.541.2]Modal Pokok
Gambar 2
Skema Pembiayaan Mudharabah
BM T
(Shahibul
M aal) M itra
(M udharib
PROYEK USAHA
PEM BAGIAN
KEUNTUNGAN
D. Kriteria Penggolongan Kolektibilitas Pembiayaan pada BMT Al-Fath IKMI
berdasarkan PBI No.6/18/PBI/2004:
1. Penggolongan Kualitas PiutangMurabahah:
a. Lancar
1) Piutang yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) bulan
pembayaran angsuran tepat waktu sesuai dengan persyaratan akad,
atau terdapat tunggakan angsuran sampai dengan 1 (satu) bulan.
2) Piutang yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan pembayaran
angsuran tepat waktu sesuai dengan persyaaratan akad, atau terdapat
tunggakan angsuran sampai dengan 3 (tiga) bulan.
3) Nasabah selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan
akurat.
4) Dokumentasi perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat.
b. Kurang Lancar
1) Piutang yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu bulan) terdapat
tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 1 (satu) bulan
sampai dengan 3 (tiga) bulan.
2) Piutang yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan terdapat
tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 3 (tiga) bulan
sampai dengan 6 (enam) bulan.
3) Nasabah menyampaikan informasi keuangan tidak teratur dan
4) Dokumentasi perjanjian piutang kurang lengkap dan pengikatan
agunan kuat.
5) Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan perjanjian piutang.
c. Diragukan
1) Piutang yang berjangka waktu 1(satu) bulan terdapat tunggakan
pembayaran angsuran yang telah melewati 3 (tiga) bulan sampai
dengan 24 (dua puluh empat) bulan.
2) Piutang yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan terdapat
tunggakan pembayran angsuran yang telah melewati 6 (enam) bulan
sampai dengan 27 (dua puluh tujuh ) bulan.
3) Mitra/nasabah tidak menyampaikan informasi keuangan.
4) Dokumentasi perjanjian piutang tidak lengkap dan pengikatan agunan
lemah.
d. Macet
1) Piutang yang berjangka waktu 1(satu) bulan terdapat tunggakan
pembayaran angsuran yang telah melewati 24 (dua puluh empat)
bulan.
2) Piutang yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan terdapat
tunggakan pembayaran angsuran yang telah melewati 27 (dua puluh
tujuh ) bulan.
2. Penggolongan kualitas pembiayaanMudharabah:
a. Lancar
1) Pembayaran pokok atau pelunasan pokok tepat waktu; dan atau
2) Realisasi Bagi Hasil (RBH) sama atau lebih dari 80% Proyeksi Bagi
Hasil (PBH)
3) Mudharibselalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat
4) Dokumentasi pembiayaan lengkap dan pengikatan agunan kuat.
b. Kurang Lancar
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok atau pelunasan pokok sampai
dengan 3 (tiga) bulan; dan atau
2) RBH di atas 30% PBH sampai dengan 80% PBH (30% PBH<RBH<
%80 PBH
3) Mudharib menyampaikan informasi keuangan tidak teratur tetapi masih akurat.
4) Dokumentasi pembiyaan kurang lengkap dan pengikatan agunan kuat
5) Pelanggaran terhadap persyaratan pembiayaan.
6) Perpanjangan pembiayaan untuk menyembunyikan kesulitan
c. Diragukan
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok atau pelunasan pokok yang telah
melampaui 3 (tiga) bulan sampai dengan 24 (dua puluh empat) bulan:
dan atau
2) RBH< 30% PBH sampai dengan 3 periode pembayaran.
3) Mudharib menyampaikan informasi keuangan tidak teratur dan meragukan.
4) Dokumentasi pembiayaan tidak lengkap dan pengikatan agunan
lemah.
5) Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pembiayaan.
d. Macet
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok atau pelunasan yang telah
melampaui 24 (dua puluh empat ) bulan; dan atau
2) RBH < 30% PBH lebih dari 3 periode pembayaran.
3) Mudharibtidak menyampaikan informasi keuangan
BAB III
PROFILE BMT AL-FATH IKMI
A. Sejarah Singkat BMT AL-FATH IKMI
Awal mula berdirinya koperasi BMT AL-FATH IKMI ini didasari oleh
idealisme yang kuat untuk turut andil dalam membantu saudara-saudara yang
bergerak di bidang usaha, tetapi sulit untuk berkembang dikarenakan banyaknya
praktek rentenir, sistem ekonomi liberal yang melahirkan kaum kapitalis sehingga
distribusi pendapatan tidak merata.
Disamping itu keinginan mengembangkan pola dakwah yang selama ini lebih
banyak di bidang dakwah dilisan juga dibarengi dengan dakwah bihal sehingga
diharapkan besar di masa mendatang sistem ekonomi yang Islami dapat diterapkan
di bumi indonesia. Atas dasar itulah sehingga pada tanggal 13 Oktober 1996
didirikanlah koperasi BMT AL-FATH yang pada waktu itu terdiri oleh 25 orang
pendiri dengan modal awal Rp. 400.000,- per pendiri.
Pada tahun 1998, BMT AL-FATH IKMI resmi mendaftarkan diri pada
departemen koperasi untuk mendapatkan badan hukum. Maka BMT AL-FATH
IKMI mendapatkan legal hukum dengan nomor : 650/BH/kwk.10/VI/1998 dengan
nama ”Koperasi Simpan Pinjam Pamulang”.
Pada tahun 2005, berdasarkan hasil kesepakatan RAT tahun 2004, BMT
dengan nomor : 518/BH/PAD/Koperasi/2005 dengan nama ”Koperasi BMT
AL-FATH IKMI”.
Pada tahun-tahun berikutnya jumlah pendiri ditambah sesuai dengan
kesepakatan sampai dengan tahun 2010 sebanyak 35 orang dan 2 lembaga mitra
dari BMT Al-Fath IKMI yaitu TK/TPA Al-Fath dan IKMI (Ikatan Masjid
Indonesia).30
B.
Visi, Misi Fungsi dan Tujuan
a. Visi
Meningkatkan kualitas keimanan anggota dan mitra binaan sehingga mampu
berperan aktif sebagai khalifah Allaah Subhanahu Wa Ta'ala.
b. Misi
Menerapkan prins