PENGATURAN KELANCARAN ARUS BARANG
(Studi tentang Proses Bongkar Muat dari dan ke Kapal di Pelabuhan Belawan)
T E S I S
Oleh:
R A M D A N
057005054
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
SEKOLAH PASCA SARJANA
ABSTRACT
THE ARRANGEMENT OF COMMODITY FLOW SMOOTHNESS (A STUDY OF LOADING PROCESS FROM AND TO SHIP IN BELAWAN PORT)
Oleh: Ramdan1 Bismar Nasution∗∗
Sunarmi∗∗ Mahmul Siregar∗∗
The globalization which emerged interdependency relationship and integration in financial , production and trade terms have impact Indonesian economic management. These effects felt more after economic globalization more developed with trade liberalization principle which perform together with other countries in the world in economic regional cooperation. The framework of economic relationship and international trade then Indonesia must able to adjust its economic development with world economic management and developing international trade system. The inability to adjust will effect export and development in Indonesia.
The steadiness of international trade does not released from port function. In this term is a real medium to smooth the international commodity / trade flow whether export or import. Belawan is one of Indonesian port which has important role in export or export process on Indonesia east coat region and located in Malaka strait track which very active in international trade. Belawan also an international port which role as secondary main port function as place for commodity flow national and international transportation in great quantity and wider transportation range. Also as a node of international sea transportation network. The development of Belawan port will determined by the trade activities improvement. The more activities in Belawan then Belawan port will become bigger. The trade development also effect the ship size and ship transportation through the port.
Based on the explanation above, the thesis will try to know more about the material flowing smoothness in Belawan port with a problematic is how the management of the process in Belawan port, what about he synchronization between rules related to commodity flow smoothness arrangement in Belawan port, what impede the loading process in Belawan port. Based on the research object which is positive constitution, then the method will use juridical normative which
1
Student, Magister of Legal Science Study Program, School of Postgraduate Studies, University of North Sumatera
∗∗ Lecturers, Magister of Legal Science Study Program, School of Postgraduate Studies, University of North
analyze the constitution principle which arranged the commodity flow , in this term in loading and unloading process in Belawan port.
The result and the analysis of this research is the loading and unloading process in Belawan port/ harbor has its own determinate corridor through rule which composed the Loading company with Loading workers the related to Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 25 Year 2002, dated 9 April 2002 about the Basic Orientation of Commodity Loading Cost From and To Ship in Port. The minister decision also arranged the cost of loading and unloading process in port including Belawan port.
The smoothness of loading and unloading process in Belawan port experience improvement after the collective decision is released which change operational control which at the beginning is on PBM become in UUJBM. It means that the relationship or the loading process work agreement in Belawan port between PBM< and TKBM has changed, and then implicated the rights and obligation of each side. TKBM has no obligation to PBM to perform loading and unloading process professionally in Belawan port, because the operational control is on UUJBM, including salary / wages technically held by UUJBM to TKBM. The wages system authorized by TKBM cooperation show unfairness because doesn’t include PBM then emerge the authority misusing by TKBM, which it doesn’t’ give priority to for its job professionalism which in the end inflict a financial loss and disturb the loading and unloading process in Belawan.
Suggestion in this research is the necessity of attention from government to review the Collective decision which causes the confusion and haziness on the Collective decision which change the operational control which at first handle by PBM then change to UUJBM has impact PBM as the owner of TKBM. The release of collective decision which has changed the operational control has broke constitution/ legal hierarchy, then it appropriate if the collective decision in vanished. Also the arrangement of legal product related to loading and unloading process then also consider the port management in order to perform the fluency. Smoothness, orderliness, safety, and urge professionalism also accommodate public services.
INTI SARI
PENGATURAN KELANCARAN ARUS BARANG
(Studi tentang Proses Bongkar Muat dari dan ke Kapal di Pelabuhan Belawan)
Arus globalisasi ekonomi yang menimbulkan hubungan interdependensi dan integrasi dalam bidang finansial, produksi dan perdagangan telah membawa dampak pengelolaan ekonomi Indonesia. Dampak ini lebih terasa lagi setelah arus globalisasi ekonomi semakin dikembangkan dengan prinsip liberalisasi perdagangan (trade liberalization) yang telah diupayakan secara bersama-sama oleh negara-negara di dunia dalam bentuk kerjasama ekonomi regional. Dalam kerangka hubungan ekonomi dan perdagangan internasional tersebut maka Indonesia harus dapat menyesuaikan perkembangan ekonominya dengan tatanan ekonomi dunia dan kemantapan sistem perdagangan internasional yang semakin berkembang. Ketidakmampuan menyesuaikan diri akan mempengaruhi ekspor dan pembangunan Indonesia.
Kemantapan sistem perdagangan internasional tidak terlepas dari fungsi pelabuhan. Pelabuhan dalam hal ini merupakan sarana yang riil dalam memperlancar arus perdagangan internasional apakah itu kegiatan ekspor maupun impor. Belawan merupakan salah satu pelabuhan di Indonesia yang memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan arus barang baik itu impor maupun ekspor di wilayah pantai timur Indonesia yang berada di arus lalu lintas selat Malaka yang sangat aktif dalam perdagangan internasional. Belawan juga merupakan pelabuhan internasional yang merupakan pelabuhan utama sekunder yang berfungsi melayani kegiatan dan alih muat angkutan laut nasional dan internasional dalam jumlah besar dan jangkauan pelayanan yang luas serta merupakan simpul dalam jaringan transportasi laut internasional. Perkembangan Pelabuhan Belawan akan ditentukan oleh perkembangan aktivitas perdagangangnya. Semakin ramai aktivitas perdagangan di Pelabuhan Belawan maka akan semakin besar Pelabuhan Belawan. Perkembangan perdagangan juga mempengaruhi jenis kapal dan lalu lintas kapal yang melewati pelabuhan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian yang akan dilakukan, mencoba untuk mengetahui lebih dalam tentang kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan dengan permasalahan yang akan diangkat adalah bagaimanakah pengaturan
2
Mahasisiwa Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara
kelancaran bongkar muat di Pelabuhan Belawan, bagaimanakah kesinkronan antar peraturan terkait pengaturan kelancaran bongkar muat di Pelabuhan Belawan, apa saja yang menghambat kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan. Permasalahan-permasalahan tersebut dijawab dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif kuantitatif.
Proses bongkar muat yang dilakukan di Pelabuhan Belawan memiliki koridor yang telah ditentukan melalui peraturan-peraturan yang mengikat antara Perusahaan Bongkar Muat dengan Tenaga Kerja Bongkar Muat serta Penyedia Jasa Bongkar Muat. Dalam hal ketentuan yang terkait dalam pelaksanaan bongkar muat yang dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat yaitu Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 25 Tahun 2002 tanggal 9 April 2002 tentang Pedoman dasar Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Bongkar Muat Barang dari dan ke Kapal di Pelabuhan. Keputusan Menteri tersebut juga mengatur tentang tarif pelaksanaan bongkar muat di pelabuhan termasuk Pelabuhan Belawan.
Kondisi kelancaran bongkar muat di Pelabuhan Belawan mengalami perubahan sejak dikeluarkannya Keputusan Bersama yang mengubah kendali operasional yang pada awalnya berada di PBM menjadi berada di tangan Unit-Usaha Jasa bongkar Muat (UUJBM). Hal ini berarti hubungan ataupun perjanjian kerja proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan antara PBM dengan TKBM telah beralih, sehingga berimplikasi kepada hak-hak dan kewajiban-kewajiban masing-masing pihak. Dimana TKBM tidak berkewajiban lagi kepada PBM untuk secara profesional melaksanakan proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan, karena kendali operasional berada di tangan UUJBM, termasuk pengupahan/gaji secara teknis dibagikan ataupun diberikan oleh UUJBM kepada TKBM.
Sistem pengupahan yang otoritas dilakukan oleh Koperasi TKBM mencerminkan ketidakadilan karena tidak melibatkan PBM sehingga terjadi penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan oleh TKBM dimana TKBM terkesan lebih tidak mengutamakan profesinalisme kerjanya yang pada akhirnya merugikan PBM dan mengganggu kelancaran arus bongkar muat di Belawan.
Perlu perhatian dari pemerintah untuk meninjau kembali keputusan bersama yang menyebabkan kerancuan dan kekaburan atas dikeluarkannya keputusan bersama yang mengubah kendali operasional yang pada awalnya berada di PBM menjadi berada di tangan Unit Usaha Jasa bongkar Muat (UUJBM) berdampak bagi pihak PBM sebagai majikan dari TKBM.. Dikeluarkannya keputusan bersama yang telah mengubah kendali operasional telah melanggar hierarki perundang-undangan karena telah mengenyampingkan ketentuan hukum yang lebih tinggi, oleh sebab itu patut dan beralasan jika keputusan bersama tersebut di cabut. Agar di dalam penyusunan kembali segala produk hukum yang terkait dengan bongkar muat maka perlu diperhatikan tatanan dalam rangka mewujudkan kelancaran, ketertiban, keamanan, dan mendorong profesionalisme serta mengakomodasi pelayanan untuk kepentingan umum.
KATA PENGANTAR
Pertama-tama Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar
Magister Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Adapun tesis ini berjudul Pengaturan Kelancaran Arus Barang (Studi
tentang Proses Bongkar Muat dari dan ke Kapal di Pelabuhan Belawan)
Dalam penyelesaian tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan baik
berupa bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankanlah
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyelesaian studi ini, yakni :
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(k) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa B., M.Sc selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, sebagai Ketua Program Studi
Magister Ilmu Hukum sekaligus sebagai Pembimbing Utama yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penulisan tesis ini.
4. Ibu Dr. Sunarmi, SH, M.Hum, sebagai Komisi Pembimbing dengan penuh
perhatian memberikan arahan serta dorongan dalam penulisan tesis ini.
dengan penuh perhatian memberikan dorongan, bimbingan dan saran
kepada penulis.
6. Kedua Orang Tua Tercinta, Ayahanda Muhammad Damir dan Ibunda
Ernawati Batubara yang mendidik dengan penuh rasa kasih sayang,
menanamkan budi pekerti yang luhur serta iman dan taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
7. Kedua Mertua yang sangat saya hormati, Bapak Selamet Suyadi dan Ibu
Aminun yang selalu memberikan dorongan, perhatian, semangat dan doa
yang tiada pernah putus terus mengalir untuk keberhasilan penulis.
8. Istri tersayang Jarwita, serta anak-anakku tersayang Bobby Hardi, Julfi
Sudrajat dan Galih Suwandaru, yang telah banyak memberikan dukungan
dan menjadi sumber motivasi dan inspirasi kepada penulis.
Medan, September 2007
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRACT ... i
INTISARI ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 16
C. Tujuan Penelitian... 16
D. Manfaat Penelitian... 17
E. Keaslian Penulisan... 18
F. Kerangka Teori Dan Konsepsi ... 18
G. Metode Penelitian ... 25
BAB II : PENGATURAN BONGKAR MUAT DI PELABUHAN BELAWAN DAN TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN BONGKAR MUAT... 30
A. Kondisi Pelabuhan Belawan... ... 30
B. Pengaturan Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan ... 48
1. Perusahaan Bongkar Muat ... 49
2. Peran Perusahaan Bongkar Muat ... 49
3. Izin Perusahaan Bongkar Muat ... 52
4. Supervisi ... 55
C. Kewajiban dan Tanggungjawab Perusahaan Bongkar Muat ... 58
1. Kewajiban Perusahaan Bongkar Muat ... 58
2. Tugas dan Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat ... 59
3. Penunjukan Perusahaan Bongkar Muat ... 59
BAB III : SINKRONISASI PENGATURAN BONGKAR MUAT DI PELABUHAN BELAWAN... 62
A. Hukum Pengangkutan ... 62
1. Pengertian Hukum Pengangkutan ... 62
2. Hukum Pengangkutan Laut ... 68
3. Beberapa Pengertian dalam Pengangkutan Laut ... 72
4. Syarat-syarat dalam Pengangkutan Laut ... 78
B. Sinkronisasi Pengaturan Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan... 83
1. Hierarki Perundang-undangan ... 84
2. Kondisi yang Terjadi di Pelabuhan Belawan ... 85
3. Akibat Hukum ... 90
BAB IV : HAMBATAN-HAMBATAN DALAM KELANCARAN ARUS BARANG DI PELABUHAN BELAWAN... 91
A. Kelancaran Arus Barang ... 91
B. Hambatan-hambatannya ... 92
C. Upaya Mengatasi Hambatan ... 94
D. Pelabuhan Indonesia II dan III sebagai Suatu Perbandingan ... 96
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 107
B. Saran ... 109
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan
Tahun 2002 – Juli 2007 ... 8
Tabel 2. Kondisi Kedalaman Air dan Kolam posisi Januari 2007...31
Tabel 3. Data Perusahaan Bongkar Muat yang Mengajukan Komplain
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arus globalisasi ekonomi yang menimbulkan hubungan
interdependensi dan integrasi dalam bidang finansial, produksi dan
perdagangan telah membawa dampak pengelolaan ekonomi Indonesia.
Dampak ini lebih terasa lagi setelah arus globalisasi ekonomi semakin
dikembangkan dengan prinsip liberalisasi perdagangan (trade
liberalization) yang telah diupayakan secara bersama-sama oleh
negara-negara di dunia dalam bentuk kerjasama ekonomi regional, seperti North
American Free Trade (NAFTA), Single European Market (SEM), European
Free Trade Agreement (EFTA), Australian-New Zealand Closer Economic
Relation and Trade Agreement (ANCERTA), ASEAN Free Trade Area
(AFTA), Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) dan World Trade
Organization (WTO).3 Dalam kerangka hubungan ekonomi dan
perdagangan internasional tersebut maka Indonesia harus dapat
menyesuaikan perkembangan ekonominya dengan tatanan ekonomi dunia
dan kemantapan sistem perdagangan internasional yang semakin
berkembang. Ketidakmampuan menyesuaikan diri akan meempengaruhi
ekspor dan pembangunan Indonesia.
3
Kemantapan sistem perdagangan internasional tidak terlepas dari
fungsi pelabuhan. Pelabuhan dalam hal ini merupakan sarana yang real
dalam memperlancar arus perdagangan internasional apakah itu kegiatan
ekspor maupun impor.
Sedangkan pengertian kepelabuhanan meliputi segala sesuatu yang
berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya
dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran,
keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau
barang, keselamatan berlayar, serta tempat perpindahan intra/atau moda
tranportasi.4 Dalam hal penyelenggaraan pelabuhan maka Peraturan
Pemerintah RI. No. 69 Tahun 2001 ini sudah barang tentu harus sinergis
dan sejalan dengan peraturan lain yang terkait, yaitu dalam kerangka
otonomi daerah. Kesinergisan ini dapat di implikasikan dengan adanya
peran pemerintah daerah dalam penyelenggaraan kepelabuhanan.
Komponen yang berperan dalam penyelenggaraan pelabuhan antara
lain unit pelaksana teknis/satuan kerja dan Badan Usaha Pelabuhan. Unit
pelaksana teknis/satuan kerja dan pelabuhan adalah unit organisasi
pemerintah, pemerintah propinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
Sedangkan Badan Usaha Pelabuhan (BUP) adalah badan usaha milik negara
atau badan usaha milik daerah yang khusus didirikan untuk mengusahakan
jasa kepelabuhanan di pelabuhan umum.5
4
Pasal 1 Ayat (2) Peraturan Pemerintah RI No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan.
5
Belawan merupakan salah satu pelabuhan di Indonesia yang memiliki
peran yang sangat penting dalam kegiatan arus barang baik itu impor
maupun ekspor di wilayah pantai timur Indonesia yang berada di arus lalu
lintas Selat Malaka yang sangat aktif dalam perdagangan internasional.
Belawan juga merupakan pelabuhan internasional yang merupakan
pelabuhan utama sekunder yang berfungsi melayani kegiatan dan alih muat
angkutan laut nasional dan internasional dalam jumlah besar dan jangkauan
pelayanan yang luas serta merupakan simpul dalam jaringan transportasi
laut internasional.
Perkembangan Pelabuhan Belawan akan ditentukan oleh
perkembangan aktivitas perdagangannya. Semakin ramai aktivitas
perdagangan di Pelabuhan Belawan maka akan semakin besar pelabuhan
Belawan. Perkembangan perdagangan juga mempengaruhi jenis kapal dan
lalu lintas kapal yang melewati pelabuhan tersebut. Oleh karena itu, setiap
negara berusaha membangun dan mengembangkan pelabuhannya sesuai
dengan tingkat keramaian dan jenis perdagangan yang di tampung oleh
pelabuhan tersebut. Dengan demikian, perkembangan pelabuhan akan selalu
seiring dengan perkembangan ekonomi negara. Setidaknya ada 4 (empat)
fungsi Pelabuhan Belawan layaknya fungsi sebuah pelabuhan pada
umumnya, yaitu :6
1. Sebagai tempat pertemuan (interface)
2. Gapura (gateway)
3. Entitas Industri
6
4. Mata Rantai Transportasi
Jika dilihat fungsinya sebagai entitas industri, Pelabuhan Belawan
merupakan sarana untuk mempermudah industri mengirimkan produknya
dan mendatangkan bahan baku. Dengan demikian, Pelabuhan Belawan
berkembang menjadi suatu jenis industri sendiri yang menjadi ajang bisnis
berbagai jenis usaha, mulai dari transportasi, perbankan, perusahaan leasing
peralatan dan sebagainya.
Pelabuhan Belawan juga merupakan pelabuhan yang dijadikan
tempat oleh kapal dagang dalam pelayaran yang singgah untuk memuat
atau membongkar muatannya. Jasa bongkar muat di pelabuhan ini
dilaksanakan oleh Perusahaan Bongkar Muat (PBM) dimana PBM dalam
operasionalnya diatur oleh Peraturan Pemerintah.
Proses bongkar muat yang dilakukan di Pelabuhan Belawan memiliki
koridor yang telah ditentukan melalui peraturan-peraturan yang mengikat
antara Perusahaan Bongkar Muat dengan Tenaga Kerja Bongkar Muat serta
Penyedia Jasa Bongkar Muat. Ketentuan tersebut merupakan ketentuan
pelaksanaan bongkar muat yang dibuat oleh pemerintah. Adapun ketentuan
pelaksanaan bongkar muat, antara lain :
1. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 1954 tentang Penetapan
Peraturan Mengenai Perusahaan Muatan Kapal Laut.
2. Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1964 tentang Penyelenggaraan
3. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1969 tentang Penyelenggaraan
dan Pengusahaan Angkutan Laut.7
4. Inpres No. 4 Tahun 1985 tentang Kebijaksanaan Kelancaran Arus
Barang untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi. Kemudian
ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. 88/AL
305/ Phb. 85 dan KM No. 13 Tahun 1989.8
5. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2002.
Adapun ruang lingkup pelaksanaan bongkar muat yang dilakukan
oleh Perusahaan Bongkar Muat (PBM) adalah perusahaan yang secara
khusus berusaha di bidang bongkar muat dari dan ke kapal, baik dari dan ke
gudang maupun langsung ke alat angkutan yang meliputi kegiatan :9
1. Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari kapal ke
dermaga/tongkang/truk atau memuat barang dari
dermaga/tongkang/truk ke dalam kapal sampai dengan tersusun
dalam palka kapal dengan menggunakan derek kapal atau derek
darat.
2. Cargodoring adalah pekerjaan melepaskan barang dari tali/jala-jala
(extackle) di dermaga dan mengangkut dari dermaga ke
7
Dalam Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1969 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut, pelaksanaan yang dimaksud :
a.Kegiatan bongkar muat dilaksanakan oleh Perusahaan Pelayaran melalui Unit Usaha Bongkar Muat.
b.Perusahaan Pelayaran dalam kegiatan usaha melaksanakan : 1.Angkutan laut menggunakan kapal armada milik
2.Angkutan laut menggunakan kapal keagenan 3.Bongkar muat kapal armada milik dan keagenan
8
Pemerintah menetapkan dikembalikan fungsi pokok usaha pelayaran, konsentrasi pada angkutan laut, sedangkan usaha bongkar muat dipisahkan dari perusahaan pelayaran dan menjadi Perusahaan Bongkar Muat (PBM) status independen.
9
gudang/lapangan penumpukan selanjutnya menyusun di gudang/
lapangan penumpukan atau sebaliknya.
3. Receiving/Delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari
timbunan tempat penumpukan di gudang/ lapangan penumpukan dan
menyerahkan sampai tersusun di atas kenderaan di pintu
gudang/lapangan penumpukan atau sebaliknya.
Pelaksanaan bongkar muat yang meliputi stevedoring, cardogoring,
dan receiving/delivery dilakukan oleh Tenaga Kerja Bongkar Muat dimana
secara teknis pelaksanaannya :
1. Gilir Kerja (shift) adalah jam kerja selama 8 jam termasuk jam
istirahat 2 jam, untuk kegiatan bongkar muat dengan penggantian
tenaga kerja bongkar muat pada setiap gilir kerja.
2. Gang Tenaga Kerja Bongkar Muat adalah jumlah tenaga kerja
bongkar muat dalam 1 regu kerja.
Dalam hal ketentuan yang terkait dalam pelaksanaan bongkar muat
yang dilakukan oleh Tenaga Kerja Bongkar Muat yaitu Keputusan Menteri
Perhubungan No. KM 25 Tahun 2002 tanggal 9 April 2002 tentang
Pedoman Dasar Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Bongkar Muat Barang
dari dan ke Kapal di pelabuhan. Keputusan Menteri tersebut juga mengatur
tentang Tarif Pelaksanaan Bongkar Muat di pelabuhan termasuk Pelabuhan
Belawan. Adapun hal-hal yang diatur adalah sebagai berikut :
1. Besarnya tarif pelayanan jasa bongkar muat barang dari dan ke kapal
bongkar muat dan pengguna jasa bongkar muat barang dari dan ke
kapal di pelabuhan.
2. Penetapan satuan ukuran berat atau isi dalam pengenaan tarif
berdasarkan satuan ukuran dalam manifes atau realisasi bongkar
muat.
3. Penetapan tarif bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan
berpedoman pada pedoman dasar perhitungan tarif muat barang di
pelabuhan sebagaimana dimaksud dengan cara :
a. menghitung biaya bagian Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)
yang dilakukan bersama-sama oleh perusahaan bongkar muat
dengan koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat beserta serikat kerja
TKBM
b. hasil perhitungan biaya bagian tenaga kerja bongkar muat
tersebut pada huruf a, ditambah dengan perhitungan biaya bagian
perusahaan bongkar muat, maka penyedia jasa dan pengguna jasa
bongkar muat menetapkan besaran tarif jasa pelayanan bongkar
muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan berdasarkan
kesepakatan.
Harmonisasi dan kelancaran bongkar muat merupakan substansi bagi
perkembangan pelabuhan di Indonesia termasuk Pelabuhan Belawan.
Pengaturan kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan merupakan
Pelabuhan Belawan. Kelancaran arus barang berimplikasi terhadap
peningkatan nilai ekspor dan impor Indonesia di Pelabuhan Belawan.
Segala perangkat yang telah dipersiapkan untuk kelancaran arus
barang dalam hal ini bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan yang
selama ini terus meningkat kinerjanya tidak terjadi lagi setelah keluarnya
Keputusan Bersama Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Direktur Jenderal
Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan dan
Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Nomor :AL.59/1/12-02 ; 300/BW/2002; 113/SKB/DEP. I/VIII/2002 tentang
Pembinaan dan Pengembangan Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat
(TKBM) di Pelabuhan.
Hal ini didasari atas data yang di peroleh dari PT.Pelindo 2007 yang
mana tercermin dalam tabel di bawah ini. bahwa volume bongkar muat
barang di Pelabuhan Belawan setiap tahunnya cenderung menurun. Untuk
barang-barang impor jenis Bagged Cargo volume bongkar muatnya
rata-rata memiliki volume bongkar muat yang lebih besar dari jenis barang lain,
hal ini di karenakan barang tersebut merupakan jenis barang yang temasuk
ke dalam jenis sembako. Sedangkan untuk jenis barang ekspor volume
bongkar muat barang jenis barang curah cair yaitu CPO dan Latex rata-rata
cenderung lebih tinggi dari jenis lainnya. Untuk kegiatan bongkar muat
antar pulau, volume bongkar muat untuk jenis barang Bagged Cargo
Tabel 1
Jumlah Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Belawan Tahun 2002-Juli 2007
Jenis Barang (Ton) 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Impor (Total) 1,821,771 1,549,805 1,197,823 2,152,250 2,435,359 1,801,414
- General Cargo 665,236 497,432 325,233 798,678 864,244 679,211
- Bagged Cargo 975,864 876,596 738.566 1,245,889 1,356,744 1,033,694
- Barang Curah Cair 180,671 175,777 134,024 107,683 214,371 88,509
Ekspor (Total) 3,665,220 3,828,293 4,530,070 5,215,096 3,877,696 2,746,748
- General Cargo 791,108 973,141 1,037,598 9,67994 1,133,841 1,069,214
- Bagged Cargo 976,458 866,589 1,155,484 1,255,223 988,611 785,546
- Barang Curah Cair 1,897,654 1,988,563 2336988 2991879 1755244 891988
AP.Bongkar (Total) 6,305,315 5,921,070 6,305,315 6,773,446 6,662,317 4,551,206
- General Cargo 760,327 839,926 760,327 804,458 804,548 655,322
- Bagged Cargo 1,156,455 1,166,378 1,156,455 1,535,421 1,657,981 1,629,406 - Barang Curah Cair 4,388.533 3,914,766 4,388,533 4,433,567 4,199,788 2,266,478
AP.Muat (Total) 592,674 592,647 599,651 840,095 609,142 398,131
- General Cargo 152,248 152,221 145,834 332,980 33,355 28,424
- Bagged Cargo 183545 183545 184266 194561 178564 140,563
- Barang Curah Cair 256881 256881 269551 312554 397223 229144
Total 12,384,980 11,891,815 12,632,859 14,980,887 13,584,514 9,497,499
Sumber: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I sampai dengan Juli 2007
Jika dilihat kondisi sebelum keluarnya Keputusan Bersama Direktur
Jenderal Perhubungan Laut, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan
Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Deputi Bidang
Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor
:AL.59/1/12-02 ; 300/BW/2002; 113/SKB/DEP. I/VIII/2002 tentang
Pembinaan dan Pengembangan Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat
(TKBM) di Pelabuhan dalam proses bongkar muat kendali operasional
berada di bawah Perusahaan Bongkar Muat (PBM), namun setelah
dikeluarkannya Keputusan Bersama Direktur Jenderal Perhubungan Laut,
Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Kecil dan Menengah Nomor :AL.59/1/12-02 ; 300/BW/2002;
113/SKB/DEP. I/VIII/2002 tentang Pembinaan dan Pengembangan Tenaga
Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan, kendali operasional tidak lagi
di bawah Perusahaan Bongkar Muat (PBM).
Kendali Operasional yang berada di bawah kendali Perusahaan
Bongkar Muat (PBM) berimplikasi pada kelancaran arus bongkar muat di
Pelabuhan Belawan karena Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) memiliki
kewajiban yang mengikat layaknya buruh dengan majikan yang terikat pada
perjanjian kerja yaitu proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan. Artinya,
hubungan kerja antara PBM dan TKBM tersebut mengikat secara hak dan
kewajiban bagi para masing-masing pihak yakni PBM dan TKBM. Oleh
karena itu TKBM berkewajiban untuk melaksanakan proses bongkar muat
secara profesional yang di wujudkan dalam kedisiplinan kerja. Hal ini
berarti proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan akan berjalan lancar.
Kewajiban yang telah dilaksanakan oleh TKBM tersebut memberikan
kewajiban bagi PBM untuk memberi upah/gaji yang proporsional kepada
TKBM atas kewajibannya tersebut.
Kondisi kelancaran bongkar muat di Pelabuhan Belawan mengalami
perubahan sejak dikeluarkannya Keputusan Bersama yang mengubah
kendali operasional yang pada awalnya berada di PBM menjadi berada di
tangan Unit Usaha Jasa bongkar Muat (UUJBM).
Hal ini berarti hubungan ataupun perjanjian kerja proses bongkar
sehingga berimplikasi kepada hak-hak dan kewajiban-kewajiban
masing-masing pihak dimana TKBM tidak berkewajiban lagi kepada PBM untuk
secara profesional melaksanakan proses bongkar muat di Pelabuhan
Belawan, karena kendali operasional berada ditangan UUJBM, termasuk
pengupahan/gaji secara teknis dibagikan ataupun diberikan oleh UUJBM
kepada TKBM.
Di dalam salah satu pasal Keputusan Bersama tersebut menyebutkan
bahwa :10
1. Kegiatan Unit Usaha Jasa Bongkar Muat meliputi : a. Administrasi Operasi, terdiri dari :
1. Registrasi TKBM
2. Pengelompokan TKBM menjadi regu-regu kerja 3. Menyediakan TKBM
4. Mengatur Gilir Kerja TKBM
b. Pelayanan Jaminan Perlindungan dan Kesejahteraan, terdiri dari : 1. Penyedia transportasi
2. Penyediaan pakaian dan sepatu dan topi keselamatan kerja (helmet), sarung tangan dan masker.
3. Asuransi (Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan)
4. Tunjangan Hari Raya (THR) 5. Pendidikan dan Latihan 6. Tunjangan Perumahan
2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), UUJBM Koperasi TKBM menerima biaya adiministrasi operasional sesuai dengan ketentuan yang di atur oleh Menteri Perhubungan.
3. Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (1), disesuaikan dengan kondisi masing-masing pelabuhan
Ketentuan pasal 7 di atas mengakibatkan penurunan kelancaran arus
barang di Pelabuhan Belawan sebab UUJBM sebagai koperasi penyaluran
10
TKBM memiliki hak otoritas yang tinggi terhadap TKBM dan tidak
melibatkan PBM dalam hal mengatur gilir kerja serta pengupahan terhadap
buruh. Hal yang substansi yang menjadi perhatian adalah bahwa Keputuan
Bersama ini hanya diberlakukan di Pelabuhan Belawan.
Sistem pengupahan yang otoritas dilakukan oleh Koperasi TKBM
mencerminkan ketidakadilan karena tidak melibatkan PBM sehingga terjadi
penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan oleh TKBM dimana TKBM
terkesan lebih tidak mengutamakan profesionalisme kerjanya yang pada
akhirnya merugikan PBM dan mengganggu kelancaran arus bongkar muat
di Belawan.
Adapun bentuk-bentuk ketidakprofesionalan TKBM setelah kendali
operasional berada ditangan UUJBM, antara lain :
1. Bahwa kinerja sistem sektor di bawah kendali Unit Usaha Jasa
Bongkar Muat (UUJBM) mengakibatkan TKBM tidak dapat diatur
dan tidak punya tanggung jawab terhadap pekerjaan bongkar muat.
2. Bahwa sistem sektor belum dapat diterapkan di Pelabuhan Belawan
karena skill TKBM tidak merata untuk masing-masing fungsinya
disetiap sektor. Akibatnya banyak alat bongkar muat kapal yang
rusak, menimbulkan biaya tinggi, TKBM tidak disiplin dalam
pelaksanaan jam kerja, produktivitas kerja bongkar muat menurun.
3. Bahwa akibat dari sistem sektor tersebut banyak kerugian pihak
pengguna jasa baik PBM, Perusahaan EMKL/Pemilik Barang,
4. TKBM seringkali melakukan demonstrasi dengan menuntut yang
sebenarnya bukan haknya. Hal ini berimplikasi pada lumpuhnya
proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan.11
Sistem pengupahan juga merupakan hal yang sangat substansi dalam
kelancaran arus barang. Pendekatan pengupahan idealnya melibatkan
pihak-pihak yang terkait dalam bongkar muat tersebut. Namun Keputusan
Bersama tersebut memberikan hak otoritas penuh kepada UUJBM dalam hal
ini koperasi TKBM secara individu.
Jika melihat sistem pengupahan yang ideal maka di dalam hubungan
perburuhan yaitu antara majikan dan buruh, hak pemberian upah tersebut
berada pada majikan dan hak menerima upah tersebut berada pada buruh.
Artinya bahwa seyogyanya PBM yang memiliki hak untuk memberikan
upah kepada TKBM bukan Koperasi TKBM. Dalam sistem pengupahan
keadaan tenaga kerja dan kesempatan kerja di Indonesia ditandai oleh
adanya beberapa masalah pokok yang bersifat struktural. Masih tingginya
tingkat pertumbuhan penduduk berarti masih tetap tinggi pula pertumbuhan
angkatan kerja. Permasalahan pokok yang bersifat struktural tersebut dapat
dilihat dalam sejarah ketenagakerjaan Indonesia yang dimulai sejak zaman
penjajahan Belanda sampai dengan saat sekarang ini.
Dalam hal antara buruh dan majikan dapat dilihat suatu hubungan
yang saling terkait antara majikan dan buruh tersebut, yaitu majikan
memberikan pekerjaan terhadap buruh dan buruh tersebut menerima
11
pekerjaan dari majikan tersebut serta menerima upah dari apa yang
dikerjakannya. Masalah pengupahan adalah masalah yang tidak pernah
selesai diperdebatkan oleh pihak manajemen, apapun bentuk organisasinya.
Upah seolah-olah kata-kata yang selalu membuat pihak manajemen
perusahaan berpikir ulang dari waktu ke waktu untuk menetapkan kebijakan
tentang upah. Upah juga yang selalu memicu konflik antara pihak
manajemen dengan karyawan seperti yang banyak terjadi akhir-akhir ini.12
Hal yang juga tidak kalah pentingnya dari manajemen pengupahan
adalah perbedaan tingkat besar upah yang diterima. Banyak terjadi kasus
dimana seorang karyawan yang protes kepada pihak manajemen akibat
gajinya lebih kecil daripada pegawai baru, padahal pekerjaannya sama,
diantaranya adalah seperti yang terjadi di salah satu perusahaan di Jakarta
pada Tahun 2003. Perusahaan tersebut menerapkan kebijakan bagi pegawai
baru, bahwa penentuan gaji pegawai baru didasarkan atas bargaining (tawar
menawar) pada saat masuk kerja. Pengalaman bekerja dan imbalan yang
diterima di tempat lain menjadi pertimbangan untuk penentuan gaji pegawai
baru tersebut. Tetapi fakta yang terjadi akibat kebijakan baru itu adalah
timbulnya keresahan pada pegawai lama yang merasa tidak dihargai
perusahaan karena gajinya lebih kecil daripada pegawai baru, padahal
pekerjaannya sama. Ada juga fakta di mana bonus yang dibagikan
kepada karyawan menimbulkan protes karyawan. Seharusnya jika
perusahaan memberikan bonus kepada karyawan karena perusahaan untung,
12
maka karyawan bersyukur dan berterimakasih kepada perusahaan. Tetapi
yang terjadi di salah satu perusahaan di Jakarta tahun 2003 adalah
sebaliknya, karyawan protes terhadap kebijakan pembagian bonus.
Perusahaan menetapkan kebijakan bahwa sebesar 80% laba perusahaan
dikembalikan kepada karyawan. Jika laba operasional sebesar 1 milyar
rupiah, dikembalikan 800 juta rupiah dalam bentuk Bonus. Beberapa
karyawan protes karena bonus yang diterimanya lebih kecil dari yang
diharapkannya. Sebagian lagi protes karena pada karyawan yang pekerjaan
dan tugasnya sama, bonus yang diberikan berbeda-beda. 13
Masalah pengupahan adalah masalah yang tidak pernah selesai
diperdebatkan oleh pihak manajemen, apapun bentuk organisasinya. Upah
seolah-olah merupakan kata-kata yang selalu membuat pihak-pihak berpikir
ulang dari waktu ke waktu untuk menetapkan kebijakan tentang upah. Upah
juga selalu memicu konflik antara pihak manajemen dengan karyawan
seperti yang terjadi di Pelabuhan Belawan yang mengakibatkan tidak
lancarnya arus barang di Pelabuhan Belawan.
Selain itu juga hal yang perlu diperhatikan dalam kelancaran arus di
Pelabuhan Belawan selain dari sistem pengupahan adalah perangkat hukum
yang mengatur. Artinya, peraturan yang terkait dalam proses arus barang di
Pelabuhan Belawan, apakah itu yang bersifat teknis maupun tidak. Hal yang
perlu menjadi perhatian dan secara khusus menjadi hal yang sangat
substansi adalah pengaturan yang berkaitan dengan kelancaran arus barang,
dalam hal ini termasuk peraturan yang mengatur tata laksana bongkar muat
13
di Pelabuhan Belawan harus sinergi dan tidak tumpang tindih. Tumpang
tindih yang dimaksud di sini adalah adanya peraturan yang
mengenyampingkan peraturan yang lebih tinggi, sehingga berimplikasi
kepada kepentingan pihak tertentu saja. Oleh karena itu perlu adanya
pembaharuan hukum dalam hal ini yang terkait pada peraturan-peraturan
yang mengatur arus barang di Pelabuhan Belawan.
Dalam konteks pembaharuan hukum dalam memasuki era tahun
pembaharuan jaminan dan kepastian hukum perlu adanya kebijaksanaan
pembaharuan hukum di Pelabuhan Belawan dalam rangka menunjang
kelancaran arus barang dengan berorientasi kepada jaminan dan kepastian
hukum. Di samping itu, yang harus menjadi perhatian dalam pembaharuan
hukum ini adalah sarana yang dapat memperlancar jalannya arus barang,
yang sudah tentu adanya kesinergisan peraturan yang mengaturnya, tidak
bermuatan pada kepentingan tertentu saja melainkan terciptanya kepastian
hukum dan keadilan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka penelitian ini memilih judul
Pengaturan Kelancaran Arus Barang (Studi tentang Proses Bongkar Muat
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penelitian yang akan dilakukan, mencoba
untuk mengetahui lebih dalam tentang kelancaran arus barang di Pelabuhan
Belawan dengan menyusun permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaturan kelancaran bongkar muat di Pelabuhan
Belawan?
2. Bagaimanakah kesinkronan antar peraturan terkait pengaturan
kelancaran bongkar muat di Pelabuhan Belawan?
3. Apa saja yang menghambat kelancaran arus barang di Pelabuhan
Belawan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan yang diuraikan di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaturan kelancaran bongkar muat di Pelabuhan
Belawan
2. Untuk mengetahui taraf sinkronisasi antar peraturan-peraturan yang
terkait dengan kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat kelancaran arus
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini, baik
bersifat teoritis maupun praktis sebagai berikut :
1. Bersifat Teoritis
Diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
keilmuan, khususnya ilmu hukum pengangkutan dan hukum ekonomi pada
umumnya.
2. Bersifat Praktis
Secara praktis penelitian ini ditujukan kepada kalangan praktisi,
dalam hal ini Pemerintah Daerah sebagai regulator yang berperan dalam
pembuatan Peraturan Daerah yang terkait pada pengelolaan Pelabuhan
Belawan. Selain itu penelitian ini juga ditujukan kepada pelaku usaha yang
terkait pada Pelabuhan Belawan dan pengguna jasa agar dapat lebih
mengetahui dan memahami tentang proses kelancaran arus barang di
pelabuhan khususnya di Pelabuhan Belawan dan dapat melihat faktor-faktor
penghambatnya serta dapat menanggulanginya dengan pendekatan kaedah
hukum. Penelitian ini juga sedapat mungkin dilakukan agar dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Suatu peraturan yang baik
adalah peraturan yang tidak saja memenuhi persyaratan-persyaratan formal
sebagai suatu peraturan, tetapi menimbulkan rasa keadilan dan kepatutan
E. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada,
penelitian mengenai Pengaturan Kelancaran Arus Barang di Pelabuhan
Belawan belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama.
Jadi penelitian ini dapat disebut “asli” sesuai dengan asas-asas keilmuan
yaitu jujur, rasional, dan objektif serta terbuka. Semua ini merupakan
implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga
penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.
Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah
yang sama, maka peneliti melakukan pengumpulan data tentang Pengaturan
Kelancaran Arus Barang di Pelabuhan Belawan dan juga pemeriksaan
terhadap hasil-hasil penelitian yang ada mengenai hal-hal di atas, ternyata
penelitian ini belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang
sama oleh peneliti lainnya baik di lingkungan Universitas Sumatera Utara
maupun Perguruan Tinggi lainnya.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Untuk mengetahui tentang pengaturan kelancaran arus barang di
Pelabuhan Belawan didasarkan kepada teori yang saling berkaitan, artinya
teori yang belakangan merupakan reaksi atau perbaikan dari teori
Faktor-faktor yang menghambat kelancaran arus barang di Pelabuhan
Belawan salah satunya ialah adanya pengupahan yang tidak adil dalam
menentukan pengupahan tersebut selain adanya pengaturan yang bertolak
belakang satu sama lain sehingga mengakibatkan penyalahgunaan
wewenang dan hanya di dasarkan atas kepentingan pihak-pihak terkait.
Sehingga perlu kiranya melihat secara teoritis bagaimana idealnya teori
pengupahan tersebut.
Dalam sistem pengupahan ada beberapa pihak yang terlibat dalam
menentukan nilai, hak memberi upah tersebut, sehinggga teori fairness
(Keadilan) dan wellfair (kesejahteraan) merupakan pendekatan yang dapat
dijadikan acuan.
Dalam hal teori keadilan yang kemukakan oleh Jane Pearson dalam
teori ini disebutkan bahwa setiap individu selalu membandingkan masukan
dan keluaran pekerjaan mereka dengan orang lain (baik di dalam maupun di
luar organisasinya) kemudian berespon untuk menghapuskan ketidakadilan
yang terjadi di tempat kerjanya. Sehingga berkaitan dengan teori
pengharapan yang dikemukan oleh Victor Vrooms yang menyatakan bahwa
kuatnya kecenderungan untuk bertindak tergantung kepada harapan bahwa
tindakan itu akan menghasilkan keluaran tertentu dan daya tarik keluaran
tadi terhadap seorang individu.
Upah menurut pengertian Barat terkait dengan pemberian imbalan
kepada pekerja tidak tetap, atau tenaga buruh lepas, seperti upah buruh
mingguan atau bahkan harian. Sedangkan gaji menurut pengertian Barat
terkait dengan imbalan uang (finansial) yang diterima oleh karyawan atau
pekerja tetap dan dibayarkan sebulan sekali. Sehingga dalam pengertian
barat, perbedaan gaji dan upah itu terletak pada jenis karyawannya (tetap
atau tidak tetap) dan sistem pembayarannya (bulanan atau tidak). Meskipun
titik berat antara upah dan gaji terletak pada jenis karyawannya apakah
tetap atau tidak.
“Upah atau gaji biasa, pokok atau minimum dan setiap emolumen
tambahan yang dibayarkan langsung atau tidak langsung, apakah dalam
bentuk uang tunai atau barang oleh pengusaha kepada pekerja dalam kaitan
dengan hubungan kerja" (Konvensi ILO nomor 100).14
Menurut Dewan Penelitian Pengupahan Nasional, Upah adalah suatu
penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kepada penerima kerja untuk
suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan, berfungsi sebagai
jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan produksi,
dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu
persetujuan, undang-undang dan peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu
perjanjian kerja antara pemberi dan penerima kerja.15
Menurut konsep Islam, Upah dapat didefinisikan bahwa sebagai
imbalan yang diterima seseorang atas pekerjaannya dalam bentuk imbalan
14
Ahmad S. Ruky, Op. Cit. hal 9.
15
materi di dunia (Adil dan Layak) dan dalam bentuk imbalan pahala di
akhirat (imbalan yang lebih baik).16
Selain teori yang berkenaan dengan pengupahan dapat juga dilihat
teori yang berkaitan dengan pembaharuan hukum. Dalam hal ini yaitu teori
yang berkaitan dengan bagaimana pengaturan tersebut dapat berorientasi
kepada jaminan dan kepastian hukum. Penekanan teori ini adalah
pengaturan tersebut merupakan sarana untuk menciptakan serta dapat
mempelancar jalannya arus barang di Pelabuhan Belawan sehingga
berimplikasi kepada kelancaran perekonomian di Pelabuhan Belawan.
Menurut studi yang dilakukan Burg’s mengenai hukum dan pembangunan
terdapat 5 (lima) unsur yang harus dikembangkan supaya tidak menghambat
ekonomi, yaitu “stabilitas” (stability), “prediksi” (preditability), “keadilan”
(fairness), “pendidikan” (education), dan “pengembangan khusus dari
sarjana hukum” (the special development abilities of the lawyer).17
Selanjutnya Burg’s mengemukakan bahwa unsur pertama dan kedua di atas
ini merupakan persyaratan supaya sistem ekonomi berfungsi. Dalam hal ini
“stabilitas” berfungsi untuk mengakomodasi dan menghindari
kepentingan-kepentingan yang saling bersaing, sedangkan “prediksi” merupakan
kebutuhan untuk bisa memprediksi ketentuan-ketentuan yang berhubungan
dengan ekonomi suatu negara18
16
Ibid. 17
Leonard J. Theberge, “Law and Economic Development,” Journal of International Law and Policy¸ (Vol. 9, 1980) : 232. Dalam Bismar Nasution, Makalah pada “Diskusi Pembangunan hukum Dalam Rangka Era globalisasi Ekonomi” di Fakultas Hukum USU Medan, Tanggal 25 September 1999. hal. 15
18
Sesuai dengan pendapat Burg’s di atas, maka J.D. Ny Hart juga
mengemukakan konsep hukum sebagai dasar pembangunan ekonomi, yaitu
predictability, procedural capability, codification of goals, education,
balance, defenition and clarity of status serta accomodation.19
Dengan mengacu pada terhadap pendekatan hukum dalam proses
kelancaran bongkar muat di Pelabuhan Belawan di atas, maka hukum harus
mengandung unsur-unsur sebagai berikut : 20
Pertama, hukum harus dapat membuat prediksi (predictability), yaitu
apakah hukum itu dapat memberikan jaminan dan kepastian hukum bagi
pelaku dalam memprediksi kegiatan apa yang dilakukan untuk proyeksi
proses kelancaran bongkar muat di Pelabuhan Belawan
Kedua, hukum itu mempunyai kemampuan prosedural (procedural
capability) dalam penyelesaian sengketa, misalnya dalam mengatur
peradilan tribunal (court or administrative tribunal), penyelesaian sengketa
di luar pengadilan (alternative dispute resolution) dan penunjukan arbiter
konsiliasi (conciliation) dan lembaga-lembaga yang berfungsi sama dalam
penyelesaian sengketa.
Ketiga, pembuatan pengkodifikasian hukum (codification of goals)
oleh pembuat hukum bertujuan untuk pembangunan dalam proses
kelancaran bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan.
19
Ibid, J.D. Ny. Hart, “The Role of Law in Economic Development,” dalam Erman Rajagukguk, Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi, Jilid 2, (Jakarta : Universitas Indonesia, 1995), hal. 365-367.
20
Keempat, hukum itu setelah mempunyai keabsahan, agar mempunyai
kemampuan maka harus dibuat pendidikannya (education) dan selanjutnya
disosialisasikan.
Kelima, hukum itu dapat berperan menciptakan keseimbangan
(balance). karena hal ini berkaitan dengan inisiatif untuk memperlancar
proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan.
Keenam, hukum itu berperan dalam menentukan definisi dan status
yang jelas (definition and clarity of status). Dalam hal ini hukum tersebut
harus memberikan definisi dan status yang jelas mengenai segala sesuatu
dari orang.
Ketujuh, hukum itu harus dapat mengakomodasi (accomodation)
keseimbangan, definisi dan status yang jelas bagi kepentingan
individu-individu atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Terakhir, tidak kalah pentingnya dan harus ada dalam pendekatan
hukum sebagai dasar untuk kelancaran proses bongkar muat di Pelabuhan
Belawan adalah unsur stabilitas (stability).
1. Kerangka Konsep
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2002
yang dimaksud dengan Perusahaan Bongkar Muat (PBM) adalah badan
hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk menyelenggarakan dan
mengusahakan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal. Adapun
Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) adalah semua tenaga kerja yang
di pelabuhan. Penyedia jasa bongkar muat adalah perusahaan yang
melakukan kegiatan bongkar muat (stevedoring, cargodoring, dan
receiving/delivery) dengan menggunakan Tenaga Kerja Bongkar Muat
(TKBM) dan peralatan bongkar muat.
Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 69 Tahun 2001 tentang
Kepelabuhanan, yang dimaksud pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari
daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi, dipergunakan sebagai
tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar
muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan
kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan
antar moda transportasi.21
Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap konsep yang
dipergunakan dalam penelitian ini, maka perlu ditetapkan defenisi
operasional atas konsep-konsep yang dipergunakan sebagai berikut :
a. Barang adalah benda baik berupa benda bergerak maupun tidak
bergerak yang terkait pada kegiatan bongkar muat di Pelabuhan
Belawan.
b. Kelancaran Arus Barang adalah suatu proses dalam bongkar muat
barang baik dari kapal ke keluar maupun dari luar ke kapal yang
dilakukan secara profesional dan tepat waktu.
c. Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam
21
melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran,
keamanan, keselamatan berlayar serta tempat perpindahan intra
dan/atau antar moda transportasi.
d. Bongkar Muat adalah proses membongkar dan/atau memuat barang
dari dan ke kapal, baik dari dan ke gudang Lini I maupun langsung
ke alat angkutan yang meliputi kegiatan.
e. Perusahaan Bongkar Muat adalah perusahaan yang secara khusus
berusaha di bidang bongkar muat dari dan ke kapal, baik dari dan ke
gudang Lini I maupun langsung ke alat angkutan.
f. Tenaga Kerja Bongkar Muat adalah orang perorangan atau kelompok
yang melaksanakan bongkar muat.
G. Metode Penelitian
Berdasarkan objek penelitian yang merupakan hukum positif, maka
metode yang akan dipergunakan adalah juridis normatif yaitu mengkaji
kaidah-kaidah hukum yang mangatur tentang pengaturan kelancaran arus
barang dalam hal ini proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan
Sebagai sebuah penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan
penelitian mulai dari pengumpulan data sampai pada analisis data dilakukan
dengan memperhatikan kaidah-kaidah penelitian ilmiah, sebagai berikut:
1. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Dengan demikian dalam
atau fenomena-fenomena hukum yang terkait dengan kepastian hukum
dalam proses kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan, akan tetapi
lebih ditujukan untuk menganalisis fenomena-fenomena hukum tersebut dan
kemudian mendeskripsikan hasil analisis secara sistematis sesuai dengan
kaidah-kaidah penulisan.
2. Metode Pendekatan
Sesuai dengan karakteristik perumusan masalah yang ditujukan untuk
menganalisis kaidah-kaidah hukum tentang pengaturan kelancaran arus
barang di Pelabuhan Belawan maka jenis penelitian ini tergolong pada
penelitian yuridis normatif.
Metode penelitian hukum normatif adalah penelitian yang mengacu
kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dan putusan pengadilan. Ronald Dworkin menyebut metode
penelitian tersebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research),
yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum sebagai law as it
written in the book, maupun hukum sebagai law as it is decided by the
judge through judicial process.22
Dalam penelitian ini, selain untuk mengumpulkan dan menganalisis
data tentang kecukupan kaidah-kaidah hukum dalam Hukum Pengangkutan ,
maka akan ditinjau pula tentang keserasian kaidah-kaidah hukum dalam
Hukum Pengangkutan tersebut dengan segala peraturan yang ada selama ini
yang berkaitan dengan kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan. Hal
22
ini dilakukan dengan memperbandingkan kaidah-kaidah hukum dalam
Hukum Pengangkutan dengan kaidah hukum dalam segala peraturan yang
terkait dalam pengaturan kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan dan
juga terhadap pengaturan terkait dalam hal ini Keputusan Bersama yang
tidak terdapat pengaturan yang jelas tentang kewenangan pengupahan yang
mengakibatkan penyalahgunaan kekuasaan koperasi TKBM terhadap sistem
gilir kerja dan pengupahan sehingga menjadi faktor penghambat kelancaran
arus barang di Pelabuhan Belawan.
3.Sumber Data
Untuk memperoleh hasil data yang akurat dan signifikan, data
dikumpulkan melalui studi pustaka yang dihimpun dan diolah dengan
melakukan pendekatan yuridis normatif. Penelitian deskriptif lebih
mengutamakan data sekunder atau library research, yakni :
a. Bahan hukum primer antara lain Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun
1954; Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1964; Peraturan Pemerintah
No. 2 Tahun 1969 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan
Angkutan Laut.; Inpres No. 4 Tahun 1985 tentang Kebijaksanaan
Kelancaran Arus Barang untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi.
Kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Perhubungan
No. 88/AL 305/ Phb. 85 dan KM No. 13 Tahun 1989.; Keputusan
Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2002.; Keputusan Menteri
Pedoman Dasar Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Bongkar Muat
Barang dari dan ke Kapal di Pelabuhan.
b. Bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum
primer, berupa hasil penelitian para ahli, hasil karya ilmiah,
buku-buku ilmiah, ceramah atau pidato yang berhubungan dengan
penelitian ini adalah merupakan bahan hukum sekunder.
c. Bahan hukum tertier, kamus hukum, kamus ekonomi, kamus bahasa
Inggris, Indonesia, Belanda dan artikel-artikel lainnya baik yang
berasal dari dalam maupun luar negeri, baik yang berdasarkan civil
law maupun common law yang bertujuan untuk mendukung bahan
hukum primer dan sekunder.
4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) untuk
mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran
konseptual dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan objek
telaahan penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundang-undangan,
buku, tulisan ilmiah dan karya-karya ilmiah lainnya.
Tehnik pengumpulan data studi kepustakaan pada penelitian ini
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menginventarisir peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
masalah kepelabuhanan, khususnya yang terkait langsung dengan
b. Menginventarisir bahan-bahan sekunder yang relevan dengan rumusan
permasalahan.
c. Mengumpulkan dan mengelompokkan bahan-bahan hukum hasil
inventarisir yang relevan dengan rumusan permasalahan.
d. Penelurusan bahan dilakukan terutama di Perpustakaan USU, melalui
internet dan lembaga-lembaga terkait.
5. Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan studi
dokumen dimana seluruh data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian
ini, dikumpulkan dengan mempergunakan studi pustaka (library research)
sebagai alat pengumpulan data yang dilakukan di Perpustakaan Pusat
Universitas Sumatera Utara (USU) baik melalui penelusuran katalog
maupun browsing internet.
Pada tahap awal pengumpulan data, dilakukan inventaris seluruh data
dan atau dokumen yang relevan dengan topik pembahasan. Selanjutnya
dilakukan pengkategorian data-data tersebut berdasarkan rumusan
permasalahan yang telah ditetapkan. Data tersebut selanjutnya dianalisis
dengan metode analisis yang sudah dipilih.
6. Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dengan studi kepustakaan tersebut
selanjutnya dianalisis dengan mempergunakan metode analisis kualitatif
yang didukung oleh logika berpikir secara deduktif. Dipilihnya metode
dapat dianalisis dari berbagai aspek secara mendalam dan terintegral antara
aspek yang satu dengan yang lainnya.
Langkah-langkah analisis data dilakukan sebagai berikut :
a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan melalui studi
kepustakaan.
b. Mengumpulkan dan mengelompokkan data yang relevan sesuai
rumusan masalah.
c. menemukan prinsip-prinsip, konsep atau doktrin yang terkandung
dalam bahan-bahan hukum melalui kegiatan interpretasi.
d. Mengelompokkan berbagai konsep dalam kategori-kategori
e. Menemukan hubungan di antara kategori dan menjelaskannya dengan
menggunakan teori yang relevan.
BAB II
PENGATURAN BONGKAR MUAT DI PELABUHAN BELAWAN
DAN TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN BONGKAR MUAT
A. Kondisi Pelabuhan Belawan
Pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan utama di lingkungan PT
(Persero) Pelabuhan Indonesia I merupakan pintu gerbang perekonomian di
Pulau Sumatera Bagian Utara dan juga merupakan pelabuhan ekspor
komoditi agroindustri terbesar di Indonesia, seperti : kelapa sawit, karet,
coklat, kopi, tembakau dan lain-lain.
Pelabuhan Belawan berada di dalam wilayah Kota Medan, terletak ±
27 Km dari pusat kota, tepatnya pada posisi 03º 47’ 00” LU dan 98” 42”
BT. Pelabuhan Belawan termasuk kelas utama dibawah pengelolaan seorang
General Manager.
Keadaan Hindro - oceanografhi :
1. Hidrografi
Pelabuhan Belawan berada di muara Sungai Belawan dan Sungai Deli.
Sepanjang pantai tanahnya labil dan berlumpur yang menyebabkan
pengendapan/sedimentasi yang rata-rata mencapai 3 cm sehari, memiliki
alur pelayaran sepanjang ± 14 Km dengan lebar Kolam Pelabuhan seluas
± 60 m dan dengan kedalaman 9.50 LWS. Kolam Pelabuhan seluas ±
5.317.500m2 (termasuk alur pelayaran) dengan 6 – 10 m LWS cukup
Tabel 2
Kondisi Kedalaman Alur dan Kolam Posisi Januari 2007
Lokasi Rata2 Kedalaman Jan 07 (m lws)
Alur Pelayaran 9.2 - 11.6
Sumber: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I
2. Pasang Surut
- Air tinggi tertinggi (HHWS) 3.30 m LWS
- Air Tertinggi (MHWS) 2.40 m LWS
- Duduk Tengah (MWLS) 1.50 m LWS
- Air Terendah (MLWS) 0.50 m LWS
- Air rendah terendah (LIWS) 1.80 m LWS
- Muka surutan (Zo) 1.50 m LWS
- Waktu Tolok GMT + 07.00
- Sifat Pasut Harian ganda beraturan.
Tunggang air rata rata pada pasang purnama adalah 195 cm dan saat
pasang mati 56 cm. Besarnya perbedaan pasang surut bervariasi
antara 1,1 - 2,7m. pada saat pasang mati kadang tidak berarus dan
saat pasang berhenti kadang arus keluar masuk ± 2 mil/jam.
3. Gelombang
Pada daerah kawasan Pelabuhan Belawan dan sekitarnya kecepatan
angin maksimum mencapai 4,3 m/detik hal ini akan menimbulkan
gelombang 0,6 m dan umumnya terjadi pada sore hari.
4. Angin
- Pada bulan Desember, Januari dan Februari arah angin BL/U/TL
kecepatan 04 – 8 knot dan yang paling dominant TL/16 knot
gelombang 0,8 – 1,0 m suhu 26,1” C kelembaban nisbi 81% - 80%.
- Pada bulan Maret, April dan Mei arah angin TL/BD/BL kecepatan 04
– 07 knot yang paling dominan BL/12 knot gelombang 0,5 – 1,0 m,
suhu 26ºC – 28,0º C, kelembaban nisbi 79% - 80%.
- Pada bulan Juni, Juli dan Agustus arah angin TL/BD/BL kecepatan
04 – 07 knot yang paling dominan BL/12 knot gelombang 0,5 – 1,0
- Pada bulan September, Oktober dan Nopember arah angin B/BL/TL
kecepatan 04 – 07 knot yang paling dominan BD/22 knot gelombang
0,5 – 1,0 m, suhu 25,4ºC – 6,0º C, kelembaban nisbi 82% - 85%.
Fasilitas Pelabuhan antara lain :
1. Status /kelas pelabuhan utama
2. Ukuran kapal maximum dapat masuk pelabuhan 24000 dwt
3. Batas tonase kapal wajib pandu 1500 tonase
4. Status Radio Pantai PKB Klas Belawan
5. Jam Operasi 24 Jam
6. Tempat sandar (Beton)
- Belawan Lama 688,71 M
- Ujung Baru 1.555,75 M
- Ferry 115,00 M
- Citra 635,00 M
- IKD 150.00 M
7. Alat Bongkar Muat
- Mobile Crane 7 unit Kapasitas masing masing 10 ton, 40 ton,15 ton 2
unit, 25 ton, 35 ton dan 40 tons
- Forklif 5 unit Kapasitas 2.5 ton, 1 unit 3 tons, 1 unit 5 tons, 2 unit
7.6 tons, 1 unit 15 tons
- Floating Crane 1 unit Kap 40 tons
- Fire Engine 3 unit Kap 60.000 Liters Gudang Penumpukan
- Ujung Baru Lini I, 11 unit luas 38.512 M2
- Citra Lini I, 3 unit 16,800 M2
- Ujung Baru Lini II, 2 unit luas 1,457.20 M2
- CFS 3 unit 6,999.60 M2
- Gudang Terbuka 3 unit luas 1,935 M2
8. Lapangan Penumpukkan
- Belawan Lama 7 unit luas 11,480.12 M2
- Ujung Baru 9 unit luas 19,199.30 M2
- Citra 7 unit luas 25,175.84 M2
- IKD 1 unit luas 9,390 M2
- CY 5 unit 64,940 M2
9. Terminal Penumpang
- Luar Negeri type A luas 539.00 M2 Kapasitas 720 orang
- Dalam Negeri type A luas 2,297.75 M2 Kapasitas 2,230 orang
10.Pelayanan Pelabuhan, Pemanduan kapal 24 jam, Kapal Tunda 4 Jam
Air Tawar Sumur Bor
11.Kapal Tunda KT. Selat Laut, KT. Anoman VI, KT. Bima VII
12.Kapal Pandu KM. AP – 016, KM. AP – 022, KM.MP.I – 004, KM. MP.I
– 041, KM. MP.1 – 042, KM. MP.1 – 043
Pelabuhan adalah tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik
turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta
sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Pelabuhan
Belawan mempunyai perbedaan yang unik dengan cabang pelabuhan lain di
lingkungan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I, karena Pelabuhan Belawan
bila diperhatikan mempunyai fungsi, peranan terhadap perekonomian
Sumatera Utara, lingkungan sekitar, Pemko Medan, SDM serta berbagai
fungsi terhadap berbagai jenis kegiatan/usaha lainnya, sehingga patut dan
wajar dikatakan bahwa Pelabuhan Belawan merupakan Multiplier Effect
(fungsi berganda) karena berfungsi terhadap semua sektor dan fungsi ini
tidaklah semua dimiliki cabang-cabang pelabuhan lain.23
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia I Cabang Belawan sebagai fasilitator dan operator Pelabuhan
Belawan yang dipercaya oleh Pemerintah RI dalam hal Menneg BUMN
sebagai perusahaan BUMN (Persero) maka untuk memperlancar kegiatan
pelayanan jasa kepelabuhanan di Pelabuhan Belawan sekaligus untuk
memperlancar kegiatan pelayanan jasa kepelabuhanan di Pelabuhan
Belawan sekaligus untuk menambah devisa negara ada beberapa instansi
yang tidak dapat dipisahkan dan selalu melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan fungsi dan tugas masing-masing yaitu : Administrator Pelabuhan
Utama Belawan, Balai Karantina (Hewan dan Tumbuhan), Bea & Cukai,
23
Imigrasi, Polres KP3 (Kesatuan Pelaksana Pengamanan Pelabuhan)
Belawan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan lain-lain. Dengan
adanya instansi ini otomatis sangat banyak kebutuhan yang diperlukan
setiap harinya baik alat tulis kantor, kenderaan, BBM dan lain-lain.
Pelabuhan Belawan merupakan pintu gerbang perekonomian
Sumatera utara yang melayani jasa kepelabuhanan laut dalam memperlancar
kegiatan arus bongkar muat barang (komoditi) maupun penumpang serta
melayani kelancaran arus masuk-keluarnya kapal, maka selain Pelabuhan I
Cabang Belawan ada beberapa badan hukum yang terlibat dan mempunyai
peranan penting dalam melaksanakan kegiatan jasa kepelabuhanan tersebut
yaitu : INSA, APBMI, GAFEKSI, Organda, Perusahaan Pelayaran(misal
Jakarta Lloyd, PT Pelni, Bahtera Adiguna dan lain-lain) serta berbagai
badan hukum lainnya yang mempunyai peranan penting sesuai dengan tugas
dan peranan masing-masing, sehingga sangat banyak Badan Hukum yang
terlibat dan mempunyai tugas dan peranan masing-masing dalam kegiatan
jasa kepelabuhanan Belawan maupun Badan Hukum yang tidak secara
langsung berhubungan dengan jasa kepelabuhanan.24
Fungsi terhadap lingkungan sekitar. Pelabuhan Belawan yang berada
di Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan mempunyai dampak yang
cukup besar terhadap lingkungan sekitar. Hal ini dapat dilihat dengan
kehidupan serta kegiatan penduduk yang tinggal di daerah Belawan dan
sekitarnya, dimana dengan keberadaan Pelabuhan Belawan, maka berbagai
macam jenis usaha dan kegiatan yang dapat menutupi kebutuhan rumah
24
tangga seperti banyaknya kedai nasi/warung, restauran, ojek, bank, wartel,
toko, mini market, fotocopy, bengkel, becak, sekolah dan berbagai jenis
usaha kecil lainnya. Dengan banyaknya jenis usaha tersebut tentu sangat
banyak komoditi atau keperluan yang terdistribusi (seperti sembilan bahan
pokok, alat tulis kantor, spare part kenderaan, bahan-bahan bangunan dan
berbagai macam komoditi lainnya), dan akhirnya akan banyak pekerjanya
yang dapat menutupi kebutuhan rumah tangganya.
Fungsi terhadap perekonomian Sumatera Utara, Pelabuhan Belawan
yang beroperasi di Kota Medan merupakan Ibukota Propinsi Sumatera Utara
yang sering didengar bahwa "Pelabuhan Belawan merupakan Pintu Gerbang
Perekonomian Sumatera Utara" memiliki fungsi positif yang sangat besar,
bahkan dapat dianggap bahwa keberhasilan Pelabuhan Belawan menentukan
keberhasilan perekonomian Sumatera Utara bahkan perekonomian negara
RI, sebab kegiatan Pelabuhan Belawan bersangkut paut dengan
perekonomian di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada bulan Juli 2005 yang lalu, Pemerintah Propinsi Sumatera Utara
memberi suntikan dana dalam pengoperasian sarana kapal feri ro-ro yang
melayani rute Belawan-Penang, hal ini dimaksudkan untuk menopang
meningkatkan aktifitas perdagangan dan pariwisata, karena pengoperasian
kapal feri ro-ro yang mengangkut penumpang plus peti kemas (container)
serta kenderaan merupakan sarana yang tepat untuk mengangkut komoditas
ekspor maupun impor dari dan ke Sumatera Utara agar dapat memanfaatkan