• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Bekerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Di Pelabuhan Belawan Pada Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Bekerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Di Pelabuhan Belawan Pada Tahun 2009"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH

BEKERJA PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT

(TKBM) DI PELABUHAN BELAWAN PADA

TAHUN 2009

Oleh :

FIDA HARYATI

031000042

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH

BEKERJA PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT

(TKBM) DI PELABUHAN BELAWAN PADA

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

FIDA HARYATI

031000042

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi Dengan Judul :

GAMBARAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH BEKERJA PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) DI PELABUHAN

BELAWAN PADA TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

Fida Haryati 031000042

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk di hadapan Tim Penguji Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh :

Dosen Pembimbing Skripsi

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

dr. Halinda Sari Lubis, MKKK Ir. Kalsum, M.Kes.

(4)

ABSTRAK

Fida Haryati. 031000042. Hubungan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan Pada Tahun 2009.

Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik: Umur, Pendidikan, Lama kerja, Status gizi, Beban kerja dan Tekanan panas dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja.

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitik dengan tujuan untuk mengetahui gambaran tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Belawan.

Populasi tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Belawan berjumlah 2000 orang, pengambilan sampel dengan cara Purposive dengan kriteria inklusi menggunakan wawancara pembuka untuk pekerja dan laporan kesehatan dari dokter pekerja berjumlah 95 orang.

Tekanan panas di lingkungan kerja diukur dengan menggunakan thermometer suhu basah alami, suhu kering, dan suhu bola, untuk pemeriksaan tekanan darah digunakan sphygmomanometer dan stethoscope. Status gizi diukur dengan penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dilakukan dengan mengukur BB/TB2, sedangkan beban kerja diukur dengan menghitung denyut nadi/menit dari masing-masing tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Belawan.

Dari hasil pengukuran dapat diketahui bahwa tekanan darah sistol nya tetap setelah bekerja 33,7% dan 66,3% mengalami perubahan tekanan darah sistol setelah bekerja, tekanan darah diastol nya tetap setelah bekerja 83,2% dan 16,8% mengalami perubahan tekanan darah diastol setelah bekerja. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan tekanan darah sisol dan diastol. Tidak ada hubungan antara lama kerja, beban kerja, tekanan panas dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja. Ada hubungan antara beban kerja, tekanan panas dengan tekanan darah sebelumdan sesudah bekerja.

(5)

ABSTRACT

Fida Haryati. 031000042. The relation of pressure blood before and after work in seaport of Belawan2009.

This research is done to know the relation of characteristics: age, education, length of work, status of nutritions with pressure of blood before and after work. The relation between burden of job with pressure of blood before and after work, and relation between pressure of breath with pressure of blood before and after work.

The type of research is descriptive analytic nature with goal to know the description of blood pressure before and after work in workers of luggage in seaport of Belawan.

The population of luggage in seaport of Belawan is total 2000 peoples, taking of sample is to use the purposive method with inclusion criteriainterview opening for labourer and health report from dokter of 95 peoples.

The pressure of heat in work environment is measured to use the thermometer of natural wet temperature, dried temperature, and bell temperature, to check the pressure of blood to use sphygmomanometer and stethoscope. The status of nutrition is measured with calculation of body mass index done with measuring the BB/TB2, while there burden of job is with counting there heart rate/minute from each worker in seaport of Belawan.

From the result of measurement can be known the systolic blood pressure to remain after work 33,7% and 66,3% to undergo the change of systolic blood pressure after work, the diastolic blood pressure is remained after work 83,2% and 16,8% to undergo the he change of diastolic blood pressure after work. There is no relation education with blood pressure of systolic and diastolic before and after work. There is no relation between length, burden, pressure of heat with blood pressure of diastolic before and after work. There relation between length, pressure of heat with blood pressure of systolic before and after work.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fida Haryati

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 21 Desember 1984

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Anggota Keluarga : 2 (dua) orang

Alamat Rumah : Jln. Brigjend Zein Hamid Komleks PLN No.1

Titi Kuning Medan.

Riwayat Pendidikan :

1. 1990 – 1991 : TK Sandi Putera Medan. 2. 1991 – 1997 : SD Negri 060900 Medan. 3. 1997 – 2000 : SMP Negri 2 Medan. 4. 2000 – 2003 : SMA Swasta UISU Medan.

(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena izin dan ridho-NYAlah

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tekanan Darah

Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan Pada Tahun 2009”. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan

penulis sebagai manusia dengan segala kekurangan dan kekhilafan.

Selama penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan baik

moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada dr. Halinda Sari Lubis, MKKK dan Ibu Ir. Kalsum,

MKes selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan keikhlasan untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra Syarifah, Ms selaku Dosen Pembimbing Akademik.

3. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Staf Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(8)

4. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS dan Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Keluarga tercinta : Ayahanda Suryono, Ibunda Rosilawati, Kak Wenny yang

selalu memberikan semangat dan doanya serta pengertiannya dengan penuh

kasih sayang.

6. Teman-teman stambuk 2003 dan stambuk 2004 : Dian, Dewi, Inda, Nanda,

Nadya, Tika, Nova, Kak Sri yang sudah banyak membantu dan seluruh

teman-temanku lainnya terima kasih banyak atas bantuan dan dukungannya

dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Buat semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan

satu persatu. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungannya,

kerja sama dan doanya.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, namun

demikian Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

(9)

DAFTAR ISI

Lembaran Pengesahan... i

Abstract... ... ii

2.1.2. Faktor yang Mempertahankan Tekanan Darah ... 7

2.1.3. Pengukuran Tekanan Darah ... 9

2.2.4. Pengaruh Fisiologis Akibat Tekanan Panas ... 17

(10)

3.6.1. Pengukuran Status Gizi. ... 27

3.6.2. Pengukuran Beban Kerja ... 28

3.6.3. Pengukuran Tekanan Panas ... 28

3.6.4. Pengukuran Tekanan Darah ... 29

3.7. Uji Hipotesa ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 33

4.1. Sejarah Pelabuhan Belawan... ... 33

4.2. Gambaran Umum Tenaga Kera Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan ... 36

4.3. Karakteristik Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan ... 38

4.3.7 Tekanan Darah Sebelum Bekerja ... 40

4.3.8. Tekanan Darah Setelah Bekeja ... 41

4.3.9. Perubahan Tekanan Darah Sistol dan Diastol TKBM Sebelum dan Sesudah Bekerja di Pelabuhan Belawan ... 42

4.4. Hubungan Antara Karakteristik TKBM Dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja ... 43

4.4.1. Hubungan Antara Umur dengan Tekanan Darah Sistol Sebelum da Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 43

4.4.2. Hubungan Antara Pendidikan dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 44

4.4.3. Hubungan Antara Lama kerja dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 46

4.4.4. Hubungan Antara Status Gizi dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 47

4.4.5. Hubungan Antara Status Gizi dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuan Belawan ... 48

(11)

BAB V PEMBAHASAN ... 51

5.1. Tekanan Darah Sebelum Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 51

5.2. Tekanan Darah Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 51

5.3. Hubungan Antara Karakteristik TKBM dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja ... 53

5.3.1. Hubungan Antara Pendidikan dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 53

5.3.2. Hubungan Antara Lama Kerja dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 53

5.4. Hubungan Antara Beban Kerja dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 54

5.5. Hubungan Antara Tekanan Panas dengan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada TKBM di Pelabuhan Belawan ... 55

Lampiran 1 : Hasil Pemeriksaan Tekanan Darah Lampiran 2 : Crosstab

Lampiran 3 : Foto

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pengaturan Waktu Kerja dengan ISBB ... 16 Tabel 2 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respiasi,

Suhu Tubuh dan Denyut Jantung... ... 22 Tebel 3 Distribusi TKBM Menurut Kelompok Umur di

Pelabuhan Belawan ... 38 Tabel 4 Distribusi TKBM Menurut Pendidikan di Pelabuhan Belawan .... 38 Tabel 5 Distribusi TKBM Menurut Lama Kerja di Pelabuhan Belawan ... 39 Tabel 6 Distribusi TKBM Menurut Status Gizi di Pelabuhan Belawan... 39 Tabel 7 Distribusi TKBM Menurut Kategori Beban Kerja di

Pelabuhan Belawan ... 39 Tabel 8 Range dan Rata-Rata Hasil Pengukuran Tekanan Panas ... 40 Tabel 9 Distribusi Tekanan Darah Sistol TKBM Sebelum Bekerja di

Pelabuhan Belawan ... 40 Tabel 10 Distribusi Tekanan Darah Diastol TKBM Sebelum Bekerja di

Pelabuhan Belawan ... 41 Tabel 11 Distribusi Tekanan Darah Sistol TKBM Sesudah Bekerja di

Pelabuhan Belawan ... 41 Tabel 12 Distribusi Tekanan Darah Diastol TKBM Ssudah Bekeja di

Pelabuhan Belawan ... 42 Tabel 13 Perubahan Tekanan Darah Sistol TKBM Sebelum dan

Sesudah Bekerja di Pelabuhan Belawan ... 42 Tabel 14 Perubahan Tekanan Darah Diastol TKBM Sebelum dan

Sesudah Bekerja di Pelabuhan Belawan ... 43 Tabel 15 Perubahan Tekanan Darah Sistol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Umur Pada TKBM di Pelabuhan Belawan . 43 Tabel 16 Perubahan Tekanan Darah Diastol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Umur Pada TKBM di Pelabuhan Belawan . 44 Tabel 17 Perubahan Tekanan Darah Sistol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Pendidikan Pada TKBM di

Pelabuhan Belawan ... 44 Tabel 18 Perubahan Tekanan Darah Diastol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Pendidikan Pada TKBM di

Pelabuhan Belawan ... 45 Tabel 19 Perubahan Tekanan Darah Sistol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Lama Kerja Pada TKBM di

Pelabuhan Belawan ... 46 Tabel 20 Perubahan Tekanan Darah Diastol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Lama Kerja Pada TKBM di

(13)

Tabel 21 Perubahan Tekanan Darah Sistol Sebelum dan Sesudah Bekerja Berdasarkan Status Gizi Pada TKBM di

Pelabuhan Belawan ... 47 Tabel 22 Perubahan Tekanan Darah Diastol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Status Gizi Pada TKBM di

Pelabuhan Belawan ... 47 Tabel 23 Perubahan Tekanan Darah Sistol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Beban Kerja Pada TKBM di

Pelabuhan Belawan ... 48 Tabel 24 Perubahan Tekanan Darah Diastol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Beban Kerja Pada TKBM di

Pelabuhan Belawan ... 48 Tabel 25 Perubahan Tekanan Darah Sistol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Tekanan Panas Pada TKBM di

Pelabuhan Belawan ... 49 Tabel 26 Perubahan Tekanan Darah Diastol Sebelum dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan Tekanan Panas Pada TKBM di

(14)

ABSTRAK

Fida Haryati. 031000042. Hubungan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan Pada Tahun 2009.

Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik: Umur, Pendidikan, Lama kerja, Status gizi, Beban kerja dan Tekanan panas dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja.

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitik dengan tujuan untuk mengetahui gambaran tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Belawan.

Populasi tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Belawan berjumlah 2000 orang, pengambilan sampel dengan cara Purposive dengan kriteria inklusi menggunakan wawancara pembuka untuk pekerja dan laporan kesehatan dari dokter pekerja berjumlah 95 orang.

Tekanan panas di lingkungan kerja diukur dengan menggunakan thermometer suhu basah alami, suhu kering, dan suhu bola, untuk pemeriksaan tekanan darah digunakan sphygmomanometer dan stethoscope. Status gizi diukur dengan penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dilakukan dengan mengukur BB/TB2, sedangkan beban kerja diukur dengan menghitung denyut nadi/menit dari masing-masing tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Belawan.

Dari hasil pengukuran dapat diketahui bahwa tekanan darah sistol nya tetap setelah bekerja 33,7% dan 66,3% mengalami perubahan tekanan darah sistol setelah bekerja, tekanan darah diastol nya tetap setelah bekerja 83,2% dan 16,8% mengalami perubahan tekanan darah diastol setelah bekerja. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan tekanan darah sisol dan diastol. Tidak ada hubungan antara lama kerja, beban kerja, tekanan panas dengan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja. Ada hubungan antara beban kerja, tekanan panas dengan tekanan darah sebelumdan sesudah bekerja.

(15)

ABSTRACT

Fida Haryati. 031000042. The relation of pressure blood before and after work in seaport of Belawan2009.

This research is done to know the relation of characteristics: age, education, length of work, status of nutritions with pressure of blood before and after work. The relation between burden of job with pressure of blood before and after work, and relation between pressure of breath with pressure of blood before and after work.

The type of research is descriptive analytic nature with goal to know the description of blood pressure before and after work in workers of luggage in seaport of Belawan.

The population of luggage in seaport of Belawan is total 2000 peoples, taking of sample is to use the purposive method with inclusion criteriainterview opening for labourer and health report from dokter of 95 peoples.

The pressure of heat in work environment is measured to use the thermometer of natural wet temperature, dried temperature, and bell temperature, to check the pressure of blood to use sphygmomanometer and stethoscope. The status of nutrition is measured with calculation of body mass index done with measuring the BB/TB2, while there burden of job is with counting there heart rate/minute from each worker in seaport of Belawan.

From the result of measurement can be known the systolic blood pressure to remain after work 33,7% and 66,3% to undergo the change of systolic blood pressure after work, the diastolic blood pressure is remained after work 83,2% and 16,8% to undergo the he change of diastolic blood pressure after work. There is no relation education with blood pressure of systolic and diastolic before and after work. There is no relation between length, burden, pressure of heat with blood pressure of diastolic before and after work. There relation between length, pressure of heat with blood pressure of systolic before and after work.

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Undang-undang dasar 1945 pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa “setiap warga

negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Yang

dimaksud pekerjaan dan penghidupan yang layak adalah pekerjaan yang bersifat

manusiawi yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi selamat dan sehat,

bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Penghidupannya dapat terpenuhi

sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia.

Semua pekerjaan baik di sektor formal maupun di sektor informal diharapkan

untuk dapat menerapkan K3. Pekerja yang bekerja di sektor formal maupun informal

mempunyai resiko yang sama untuk mendapatkan gangguan kesehatan akibat dari

pekerjaan.

Gangguan kesehatan dapat terjadi dimana saja, termasuk di lingkungan kerja,

yang dialami oleh para pekerja atau tenaga kerja. Namun ini terjadi akibat ketidak

seimbangan antara (1) beban kerja, (2) beban tambahan akibat dari lingkungan kerja,

serta (3) kemampuan kerja.

Setiap pekerjaan merupakan pekerjaan bagi pelakunya. Beban tersebut dapat

berupa fisik, mental maupun sosial. Dan suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalam

suatu lingkungan atau situasi, yang berakibat beban tambahan pada jasmani dan

(17)

1. Faktor fisik, yang meliputi pencahayaan, suhu udara, kelembaban, cepat

rambat udara, suara, vibrasi mekanis, tekanan udara, radisi.

2. Faktor kimia, yaitu asap, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan.

3. Faktor biologis, termasuk disini flora maupun fauna.

4. Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap dan cara kerja.

5. Faktor mental-fisiologis, yaitu suasana kerja, hubungan antara pekerja

dan atasan, pemilihan kerja dan lain-lain.1)

Pekerjaan di dalam lingkungan panas, seperti di sekitar peleburan, boiler, oven,

tungku pemanas atau pekerja di luar ruangan di bawah terik matahari dapat

mengalami tekanan panas. Menurut Grantham (1992) dan Bernard (1996) dalam

Tarwaka (2004), reaksi sosiologis akibat pemaparan panas yang berlebihan dapat

dimulai dari gangguan fisiologis yang sangat sederhana sampai dengan terjadinya

penyakit yang sangat serius.2)

Suhu yang tinggi dapat pula mengakibatkan heat exhaustion biasanya sering

terjadi oleh karena cuaca yang sangat panas, terutama bagi mereka yang belum

beraklimatisasi terhadap udara panas. Penderita berkeringat sangat banyak,

sedangkan suhu badan normal atau subnormal. Tekanan darah menurun dan nadi

lebih cepat.3)

Menurut hasil penelitian Saridewi (2002) menyatakan bahwa terdapat

perbedaan peningkatan tekanan darah yang signifikan pada tenaga kerja sebelum dan

sesudah terpapar panas.4)

Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat

(18)

aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang

bersangkutan. Dimana semakin berat beban kerja , maka akan semakin pendek waktu

kerja seorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau

sebaliknya.2)

Selain suhu dan beban kerja makanan juga dapat berpengaruh pada tekanan

darah. Konsumsi garam memberikan efek langsung terhadap tekanan darah. Alkohol

juga memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan semakin

banyak alkohol yang diminum semakin tinggi tekanan darah seseorang. Minuman

yang mengandung kafein juga dapat mempengaruhi tekanan darah.5)

Pekerjaan bongkar muat di Pelabuhan Belawan merupakan pekerjaan yang

mengandalkan fisik pekerja, faktor-faktor lain seperti lingkungan kerja yang berada di

luar ruangan dan langsung terkena sinar matahari juga memberikan beban tambahan

bagi para pekerja bongkar muat.

Pekerjaan bongkar muat di Pelabuhan Belawan hanya dapat dilaksanakan oleh

Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang terdaftar di Kantor Pelabuhan Belawan.

TKBM Pelabuhan Belawan terhimpun dalam sebuah wadah berbentuk koperasi.

Dalam setiap kegiatan bongkar muat barang, Koperasi TKBM bekerja sama dengan

Perusahaan Bongkar Muat (PBM) yan terdaftar di Pelabuhan Belawan.

Kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan di bagi dalam tiga bagian

terdiri dari Stevedoring (pekerjaan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga dan

sebaliknya), Corgodoring (pekerjaan membawa barang dari dermaga ke gudang dan

sebaliknya, Receiveing/Delivery (pekerjaan mengambil barang dari gudang ke atas

(19)

kerja bongkar muat merupakan salah satu persyaratan aperasional pelabuhan dalam

24 jam.

Pekerjaan bongkar muat dilakukan dengan menggunakan sistem borongan,

bekerja sesuai kesepakatan dengan pihak pengguna jasa. Sehingga memungkinkan

waktu kerja melebihi 8 jam per hari.

Pada penelitian ini peneliti akan meneliti kegiatan bongkar muat pada bagian

Stevedoring yaitu pekerjaan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga dan

sebaliknya. Karena para pekerja di tempat tersebut lebih sering merasakan

ketidaknyamanan dalam bekerja akibat suhu panas yang langsung dari sinar matahari.

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti perbedaan tekanan darah sebelum

dan sesudah bekerja pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Belawan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan adalah

”bagaimanakah hubungan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja pada tenaga

kerja bongkar muat di pelabuhan Belawan”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tekanan

darah sebelum dan sesudah bekerja pada tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan

(20)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tekanan darah tenaga kerja bongkar muat sebelum bekerja di

pelabuhan Belawan.

2. Untuk mengetahui tekanan darah tenaga kerja bongkar muat setelah bekerja di

pelabuhan Belawan.

3. Untuk mengetahui hubungan karakteristik (umur, pendidikan, lama kerja dan

status gizi) terhadap tekanan darah pada pekerja bongkar muat di pelabuhan

Belawan.

4. untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan tekanan darah pada pekerja

bongkar muat di pelabuhan Belawan.

5. Untuk mengetahui hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada tenaga

kerja bongkar muat di pelabuhan Belawan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Masukan bagi perusahaan agar dapat dilakukan tindakan pencegahan terhadap

penyakit akibat lingkungan kerja yang panas sehingga mendorong untuk

melakukan pencegahan dan pengendaliannya.

2. Masukan bagi tenaga kerja bongkar muat untuk mengetahui bahaya akibat

lingkungan kerja yang panas.

3. Sebagai sarana meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam meneliti

dan menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara sebagai syarat untuk mencapai Sarjana

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah

2.1.1 Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung

memompakan keseluruh tubuh. Umumnya semakin rendah tekanan darah, semakin

sehat anda untuk jangka panjang (kecuali dalam kondisi tertentu ketika tekanan darah

sangat rendah merupakan bagian suatu penyakit).5)

Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung

oksigen ini memasuki jantung dan kemudian dipompakan keseluruh bagian tubuh

melalui pembuluh darah yang disebut arteri. Pembuluh darah yang lebih besar

bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh darah yang lebih kecil hingga

berukuran mikroskopik, yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari

pembuluh-pembuluh darah yang sangat kecil yang disebut kapiler. Jaringan ini

mengalirkan darah ke sel-sel tubuh dan menghantarkan oksigen untuk menghasilkan

energi yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Kemudian darah yang tidak

beroksigen kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena, dan dipompa kembali

ke paru-paru untuk mengambil oksigen lagi.

Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi untuk memompakan darah ke

seluruh tubuh. Tekanan tertinggi berkontraksi dikenal sebagai tekanan sistolik.

Kemudian otot jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya, dan tekanan ini paling

rendah, yang dikenal sebagai tekanan diastolik. Tekanan sistolik dan diastolik ini

(22)

Tekanan sistolik dan diastolik bervariasi untuk tiap individu. Namun, secara

umum ditetapkan, tekanan darah normal untuk orang dewasa (≥18 tahun) adalah

120/80, angka 120 disebut tekanan sistolik, dan angka 80 disebut tekanan diastolik.

Tekanan darah seseorang dapat lebih atau kurang dari batasan normal. Jika

melebihi nilai normal, orang tersebut menderita tekanan darah tinggi/hipertensi.

Sebaliknya, jika kurang dari nilai normal, orang tersebut menderita tekanan darah

rendah/hipotensi.5)

2.1.2 Faktor yang Mempertahankan Tekanan Darah a) Kekuatan memompa jantung

Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu kontraksi atau sistol dan

pengendoran atau diastol. Kontraksi dari kedua atrium terdiri serentak dan disebut

sistol atrial, pengendorannya adalah diastol atrial. Serupa dengan itu kontraksi dan

pengendoran ventrikel disebut juga sistol dan diastol ventrikel.

Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan

lebih kuat. Dan yang dari ventrikel kiri adalah yang terkuat karena harus mendorong

darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik.

Meskipun ventrikel kanan juga memompa volume darah yang sama, tetapi tugasnya

hanya mengirimkannya ke sekitar paru-paru dimana tekanannya jauh lebih rendah.

b) Viskositas (kekentalan) darah

Viskositas disebabkan oleh protein plasma dan oleh jumlah sel darah yang

berada di dalam aliran darah. Setiap perubahan pada kedua faktor ini akan merubah

tekanan darah. Besarnya geseran yang ditimbulkan oleh cairan terhadap dinding

(23)

cairan makin besar kekuatan yang diperlukan untuk mendorongnya melalui

pembuluh.

c) Elastisitas dinding pembuluh darah

Di dalam arteri tekanan lebih besar dari yang ada dalam vena sebab otot yang

membungkus arteri lebih elastis daripada yang ada pada vena.

d) Tahapan tepi (resistensi perifer)

Ini adalah tahanan yang dikeluarkan oleh geseran darah yang mengalir dalam

pembuluh. Tahanan utama pada aliran darah dalam sistem sirkulasi besar berada di

dalam arteriol. Dan turunnya tekanan terbesar terjadi pada tempat ini. Arteriol juga

menghaluskan denyutan yang keluar dari tekanan darah sehingga denyutan tidak

kelihatan di dalam kapiler dan vena.

e) Keadaan pembuluh darah kecil pada kulit

Arteri-arteri kecil di kulit akan mengalami dilatasi (melebar) kalau kena panas

dan mengadakan kontraksi (mengecil) apabila kena dingin, sehingga bekerja seperti

termostat yang mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal. Kalau arteri-arteri

kecil ini mangalami dilatasi, tekanan darah akan turun, oleh karena itu panas akan

menurukan tekanan darah. Apabila tekanan darah turun, sel-sel otak menjadi kurang

aktif karena sel-sel ini tidak mendapatkan cukup oksigen dan glukose yang biasanya

(24)

2.1.3 Pengukuran Tekanan Darah

Kebanyakan orang memeriksakan tekanan darahnya paling sedikit sekali

seumur hidupnya, baik dilakukan oleh dokter, bidan ataupun sendiri dengan

menggunakan alat khusus.

Meskipun metode yang ideal adalah mengukur tekanan darah di dalam arteri,

hal ini tidak dapat dilakukan secara mudah karena menggunakan jarum. Namun,

gambaran tekanan yang akurat saat darah sedang dipompakan dapat diperoleh dengan

pendekatan yang kurang invasif.

Biasanya seseorang diminta untuk duduk dan pada lengan akan dililitkan

manset karet, kira-kira sama tingginya dengan jantung pasien. Pasien harus

benar-benar rileks dan lengan akan bertopang pada siku yang diletakkan di atas meja.

Karena gerakan mengangkat tangan dapat menghasilkan pengukuran yang tidak tepat.

Tekanan darah tiap orang sangat bervariasi. Tekanan darah akan dapat

meningkat jika seseorang merasa cemas atau stres. Jadi cobalah untuk serileks

mungkin ketika dilakukan pengukuran.

Orang yang memeriksa tekanan darah akan melilitkan semacam manset karet,

bagian dari alat yang disebut sphygmomanometer, di lengan dan memompanya

dengan menggunakan sebuah pompa tangan kecil untuk menghentikan sebentar aliran

darah di lengan. Stetoskop di tempelkan pada arteri tepat di bawah manset tersebut

untuk mendengarkan suara saat manset dikempiskan secara perlahan-lahan dan darah

mengalir kembali ke lengan.

Ketika manset dipompa sampai pada tekanan di antara tekanan sistolik dan

(25)

inilah yang menimbulkan suara. Tekanan dalam manset ketika terdengar pertama kali

berkaitan dengan tekanan darah sistolik. Hilangnya suara berkaitan dengan tekanan

darah diastolik yang terjadi ketika jantung rileks.

Suara yang di dengar melalui stetoskop ditimbulkan oleh pergolakan darah di

dalam arteri di depan engsel siku (denyut pada lengan atas), dan disebut suara

Korotkoff sebagai penghargaan kepada dokter tentara Rusia Nicholas Korotkoff,

yang pertama kali menggunakan cara ini pada tahun 1905.

Sebuah pengukur merkuri yang ditempelkan di manset tersebut membuat ke dua

tekanan tersebut dapat diukur dan dicatat. Tekanan dalam manset tersebut diukur

dengan satuan milimeter merkuri (mmHg), yang merupakan tinggi merkuri yang

dapat dipompa dalam tabung kaca.5)

2.1.4 Tekanan Darah Rendah

Tekanan darah rendah adalah kondisi abnormal dimana tekanan darah seseorang

jauh lebih dari pada biasanya. Yang dapat menyebabkan gejala pusing/tidak bisa

berpikir secara jernih atau bergerak dengan mantap (light headedness). Jika tekanan

darah terlampau rendah, aliran darah ke jantung, otak, dan organ vital lainnya tidak

cukup.

Penyebab tekanan darah rendah antara lain ”hipotensi ortostatik”. Seharusnya

pembuluh darah berespon terhadap gravitasi dengan kontraksi (menyempit), dan

dengan demikian dapat meningkatkan tekanan darah, jika kita berdiri dari posisi

duduk atau berbaring. ”Hipotensi ortostatik” berarti bahwa pembuluh darah tidak

(26)

Penyebab ”hipotensi orostatik” meliputi: penyakit sistem saraf, seperti

neuropati, istirahat di tempat tidur dalam waktu yang lama , irama jantung yang tidak

teratur, penyakit kencing manis, dimana kerusakan saraf mengganggu refleks yang

mengontrol tekanan darah. Penyebab tekanan darah rendah lainnya adalah dehidrasi

(kekurangan cairan), reaksi tubuh terhadap panas, sehingga darah berpindah ke

pembuluh kulit, sehingga memicu dehidrasi, gagal jantung, serangan jantung,

perubahan irama jantung, pingsan (stres emosional, takut, rasa tidak aman/nyeri),

anafilaksis (reaksi alergi yang menancam jiwa), donor darah, perdarahan di dalam

tubuh, kehilangan darah, kehamilan, etherosklerosis (pengerasan dinding arteri).7)

2.1.5 Tekanan Darah Tinggi

Ukuran tekanan darah merupakan peramal harapan hidup yang sangat akurat :

semakin tinggi tekanan darah akan semakin besar resikonya. Bahkan mereka yang

memiliki tekanan darah rata-rata pada suatu populasi memiliki resiko menderita

penyakit jantung yang agak lebih besar daripada mereka yang memiliki tekanan darah

yang lebih rendah. Karena itu sulit sekali untuk mencari definisi hipertensi yang

sederhana.

Hipertensi disebut sebagai ’pembunuh bisu’ karena biasanya tidak

menimbulkan gejala-gejala sampai pada tahap lanjut penyakit. Satu-satunya cara

untuk mengetahui apakah tekanan darah meningkat adalah dengan mengukurnya

menggunakan alat pengukur tekanan darah.

Pembuluh darah mirip dengan tabung karet yang mengalirkan darah terus

menerus ke manapun dibutuhkan. Arteri, yang mengalirkan darah ke luar dari

(27)

tekanan darah lebih tinggi daripada biasanya selama bertahun-tahun, seperti pada

hipertensi yang tidak diobati, pembuluh darah tersebut menjadi rusak. Lapisan pada

arteri dapat menjadi kasar dan tebal, dan pada akhirnya menimbulkan penyempitan

sehingga menjadi kurang lentur daripada sebelumnya. Hal ini dikenal sebagai

arteriosklerosis. Jika arteri menjadi terlalu sempit, darah tidak dapat melaluinya

dengan benar, dan bagian tubuh yang bergantung pada arteri tersebut untuk

mendapatkan darah mengalami kekurangan darah dan oksigen yang dibutuhkan.

Ketika arteri menyempit terjadi peningkatan kecenderungan darah membeku

(trombosis), yang dapat menyebabkan penyumbatan total pada areteri sehingga

bagian tubuh yang dilayaninya menjadi mati. Jika jantung atau otak yang terkena

dampaknya, bagian yang mati disebut infark.5)

2.2 Tekanan Panas

2.2.1 Definisi Tekanan Panas

Menurut Suma’mur (1996) cuaca kerja adalah kombinasi dari: a. Suhu udara, b.

Kelembaban udara, c. Kecepatan gerakan, dan d. Suhu radiasi. Kombinasi keempat

faktor itu dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas.

Tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh

manusia. Tubuh manusia selalu menghasilkan panas sebagai akibat dari proses

pembakaran zat makanan dengan oksigen (metabolisme). Apabila proses pengeluaran

panas tubuh selalu saling terjadi pertukaran panas, proses pertukaan (pemindahan)

(28)

2.2.2 Pertukaran Panas

Tubuh manusia merubah energi kimia menjadi energi mekanis dan panas.

Tubuh tersebut menggunakan panas ini untuk menjaga temperatur inti/utama agar

tetap konstan dan mengurangi keluarnya panas yang berlebihan pada sekeliling di

luar tubuh.

Oleh karenanya, ada suatu pertukaran panas yang tetap dari panas antara tubuh

dan sekelilingnya. Hal itu adalah dimaksudkan untuk mengetahui pengendalian panas

secara fisiologi dan fisika. Grandjean (1986) dalam Nurmianto (2004) membagi

proses fisika tersebut menjadi empat bagian yaitu konduksi, konveksi, evaporasi,

radiasi.

1. Konduksi

Konduksi ialah pertukaran panas diantara tubuh dan benda-benda sekitar

dengan melalui sentuhan atau kontak. Konduksi dapat menghilangkan panas dari

tubuh, apabila benda-benda sekitar lebih dingin suhunya dan dapat menambah panas

kepada tubuh, manakala benda-benda sekitar lebih panas dari pada manusia.

2. Konveksi

Konveksi adalah pertukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui

kontak udara dengan tubuh. Udara adalah penghantar panas yang kurang baik, tetapi

dengan kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas dengan tubuh.

Tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin, konveksi memainkan peranan

dalam pertukaran panas. Konveksi dapat mengurangi atau menambah panas kepada

(29)

3. Evaporsi keringat

Hilangnya panas dengan proses keluarnya keringat terjadi karena keringat di

bagian kulit tersebut menguap/evaporasi. Pada kondisi yang normal setiap orang akan

menguapkan sebanyak satu liter perhari. Berarti akan kehilangan 600 kcal atau sekitar

satu seperempat dari total panas yang hilang perharinya. Akan tetapi jika temperatur

sekeliling melebihi batas ambang kenyamanan maka kulit akan merefleksikannya

berupa proses keluarnya keringat yang disertai dengan hilangnya panas.

Selanjutnya proses hilangnya panas yang dikarenakan penguapan keringat

tersebut tergantung dari luasan kulit yang bersangkutan dan juga pada perbedaan

tekanan uap keringat yang berada antara udara dan kulit.

Faktor yang diduga penting adalah aliran udara sekeliling yang disatukan pihak

akan meningkatkan gradient tekanan uap keringat, tetapi di pihak yang lain akan

mendinginkan kulit dengan proses konveksi, yang nantinya akan menurunkan jumlah

penguapan keringat.

Pada emperatur sekeliling di atas 250C, kulit manusia mampu untuk kehilangan

panas melalui proses konveksi atau radiasi, dan keluarnya keringat adalah merupakan

satu-satunya mekanisme yang ada. Dari segi hilangnya panas karena proses

penguapan keringat akan meningkat secara drastis setelah dicapai temperatur krisis

tertentu.

4. Radiasi panas

Tubuh manusia yang panas menurut Grandjean (1986) dalam Nurmianto (2004)

akan meradiasikan gelombang elektomagnetik dengan panjang gelombang yang

(30)

panas. Hal itu tidak tergantung sama sekali pada medium material tertentu untuk

mentransmisikannya.

Radiasi panas banyak dipengaruhi oleh temperatur, kelembaban dan aliran

udara. Hal itu terganung sekali pada perbedaan temperatur diantara kulit dan medium

yang berdekatan dengan kult. Di negara-negara klim tropis, permukaan objek yang

ada di sekeliling biasanya lebih dingin dari kulit tubuh manusia, sehingga tubuh

manusia akan kehilangan sejumlah panas radiant dalam aktivitasnya sehari-hari.

2.2.3 Parameter Tekanan Panas

Terdapat beberapa cara untuk menetapkan besarnya tekanan panas sebagai berikut3) :

1. Suhu effectif. Suhu effektif, yaitu indeks sensori dari tingkat panas yang

dialami oleh seseorang tanpa baju dan kerja enteng dalam berbagai kombinasi

suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara. Kelemahan penggunaan suhu

effektif ialah tidak memperhitungkan dan panas metabolisme tubuh sendiri.

Untuk menyempurnakan pemakaian suhu effektif dengan memperhatikan panas

radiasi, dibuatlah Skala Suhu Effektif Dekoreksi. Namun tetap ada

kekurangannya yaitu tidak diperhitungkannya panas hasil metabolisme.

2. Indeks suhu basah dan bola, (= wet bulb-globe temperatura index), yaitu

rumus-rumus sebagai berikut :

I.S.B.B (untuk bekerja dengan sinar matahari ) = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu

bola + 0,1 x suhu kering.

I.S.B.B ( untuk pekerjaan tanpa penyinaran sinar matahari ) = 0,7 x suhu basah

(31)

Menurut Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No: Kep-51/ MEN/ 1999

tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja, ISBB adalah

parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan

suhu udara kering, suhu basah alami, dan suhu bola dan ditetapkan pengaturan

waktu kerja dengan metode ISBB.

Tabel 1. Pengaturan Waktu Kerja dengan ISBB

Pengaturan Waktu Kerja ISBB (

0

C) Beban Kerja

Waktu Kerja Waktu Istirahat Ringan Sedang Berat Bekerja terus menerus (8 jam/hari)

75 % kerja

Sumber : Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No : Kep-51/ MEN/ 1999.

3. Indeks kecepatan keluar keringat selama 4 jam ( = predicated-4-hour sweetrate

disingkat P4SR), yaitu banyaknya keringat keluar selama 4 jam, sebagai akibat

kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan gerakan udara serta panas radasi.

Dapat pula dikoreksi dengan pakaian dan tingkat kegiatan pekerjaan-pekerjaan.

4. Indeks Belding-Hatch, dihubungkan dengan kemampuan berkeringat dari orang

standard yaitu seseorang muda dengan tinggi 170 cm dan berat 154 pond, dalam

keadaan sehat dan memiliki kesegaran jasmani, serta berakimatisasi terhadap

panas. Dalam lingkungan panas, efek pendinginan dari penguapan keringat

adalah terpenting untuk keseimbangan termis. Maka dari itu, Belding-Hacth

mendasarkan indeksnya atas perbandingan banyaknya keringat yang diperlukan

untuk mengimbangi panas dan kapasitas maksimal tubuh untuk berkeringat.

(32)

kering dan basah, suhu globetermometer, kecepatan aliran udara, produksi

panas akibat kegiatan dalam pekerjaan.

2.2.4 Pengaruh Fisiologis Akibat Tekanan Panas

Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh untuk

memelihara keseimbangan panas. Menurut Pulat (1992) dalam Tarwaka (2004)

bahwa reaksi fisiologis tubuh ( heat strain) oleh karena peningkatan temperatur udara

di luar comfort zone adalah sebagai berikut :

1. Vasodilatasi

2. Denyut jantung meningkat

3. Temperatut kulit meningkat

4. Suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat, dll.

Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas

yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan,

sering melakukan istirahat curian.

2. Dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan

yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun

karena gangguan kesehatan. Pada kehilangan caran tubuh < 1,5 % gejalanya

tidak nampak, kelelahan muncul lebih awal dan mulut mulai kering.

3. Heat rash. Keadaan seperti biang keringat/ keringat buntat, gatal kulit akibat

kondisi kulit terus basah. Pada kondisi demikian pekerja perlu beistiraat

pada tempat yang lebih sejuk dan menggunakan bedak dan penghilang

(33)

4. Heat cramps. Merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat

keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh

yang kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan

sedikit garam natrium.

5. Heat syncope atau fainting. Keadaan ini disebabkan karena aliran darah ke

otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah dibawa ke permukaan

kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.

6. Heat exhaustion. Keadaan ini terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu

banyak cairan dan atau kehilangan garam. Gejala mulut kering, sangat haus,

lemah, dan sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak dialami oleh pekerja

yang belum beraklimatisasi terhadap suhu udara panas.2)

7. Heat stroke, terjadi bila sistem pengaturan tubuh gagal dan temperatur tubuh

meningkat sampai tingkat kritis. Kondisi ini disebabkan oleh kombinasi

berbagai faktor, dan keterjadiannya sulit diprediksi. Heat stroke adalah

keadaan darurat medis. Tanda dan gejala utama dari heat stroke adalah

bingung, perilaku irasional, hilang kesadaran, sawan, kurang berkeringat

(biasanya), kulit panas dan keringat dan temperatur tubuh sangat tinggi.

Meningkatnya temperatur metabolik akibat kombinasi beban kerja dan

beban panas lingkungan, yang keduanya turut memberi pengaruh terhadap

(34)

2.2.5 Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai oleh

pengeluaran keringat yang meningkat, denyut jantung menurun, dan suhu tubuh

menurun. Proses ini biasanya memerlukan waktu 7-10 hari. Aklimatisasi dapat pula

menghilang ketika orang yang bersangkutan tidak masuk kerja selama seminggu

berturut-turut. Untuk menimbulkan aklimatisasi, faktor pembebanan dan lama kerja

peru diperhatikan dengan cara sebagai berikut :

1. Hari pertama masuk kerja, pembebanan fisik dan lama bekerja usahakan

tidak melebihi 50 % dari beban lama bekerja yang sebenarnya.

2. Hari kedua kerja, beban kerja dan lama kerja di tambah 10 % (=60 %).

3. Hari ketika kerja dan seterusnya hingga hari ke enam pembebanan fisik dan

lama bekerja akan mencapai 100 %.8)

2.3 Penilaian Beban Kerja Fisik

Menurut Grandjean (1993) dalam Tarwaka (2004) denyut nadi untuk

mnegestimasi indeks beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yaitu :

1. Denyut nadi istirahat : adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai

2. Denyut nadi kerja : adalah rerata denyut nadi selama bekerja

3. Nadi kerja : adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja.

Berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja NO : 51 tahun 1999 menetapkan

kategori beban kerja menurut kebutuhan kalori sebagai berikut :

1. Beban kerja ringan : 100 – 200 kilo kalori/jam

2. Beban kerja sedang : >200 – 350 kilo kalori/jam

(35)

Faktor yang mempengaruhi beban kerja, menurut Manuaba (2000) dalam

Tarwaka (2004) bahwa secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja

dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, baik faktor eksternal maupun

faktor internal.

Beban kerja oleh faktor Eksternal adalah beban kerja yang berasal dari luar

tubuh pekerja, yang termasuk beban kerja eksternal adalah tugas (task) itu sendiri,

organisasi dan lingkungan kerja. Ketiga aspek ini sering disebut sebagai stresor

antara lain :

1. Tugas-tugas (tasks) yang dilakukan baik yang bersifat fisik seperti, stasiun

kerja, tata ruang tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi atau medan kerja,

sikap kerja, cara angkat angkut, beban yang diangkat-angkut, alat bantu kerja,

sarana informasi termasuk displai dan kontrol, alur kerja dan lainnya.

Sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti, kompleksitas pekerjaan

atau tingkat emosi pekerja, tanggung jawab terhadap pekerjaan dan lain-lain.

2. Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti, lamanya

waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan,

sistem kerja, musik kerja, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan

wewenang, dan lain-lain.

3. Lingkungan kerja yang dapat memberikan tambahan kepada pekerja adalah :

- Lingkungan kerja fisik seperti ; mikroklimat (suhu udara ambien,

kelembaban udara, kecepatan rambat udara, suhu radiasi), intensitas

(36)

- Lingkunan kerja kimiawi seperti; debu, gas-gas pencemar udara, uap

logam fume dalam udara dan lain-lain.

- Lingkungan kerja psikologis seperti ; pemilihan dan penempatan tenaga

kerja, hubungan antara pekerja dengan pekerja, pekerja dengan atasan,

pekerja dengan keluarga dan pekerja dengan lingkungan sosial yang

berdampak kepada performansi kerja di tempat kerja.

Beban kerja oleh faktor internal adalah yang berasal dari dalam tubuh itu

sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut

dikenal sebagai strain. Berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif

maupun subjektif. Penilaian secara objektif yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis.

Sedangkan penilaian subjekif dapat dilakukan mealui perubahan reaksi psikologis dan

perubahan prilaku. Karena itu strain secara subjektif erat dengan harapan keinginan

kepuasan dan penilaan subjektif lainnya. Secara ringkas faktor internal meliputi :

a. Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status

gizi)

b. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan

lain-lain.).

Menurut Astrand (1977) dan Rodahl (1989) dalam Tarwaka (2004) bahwa

penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan metode secara objektif, yaitu

metode penilaian langsung dan metode tidak langsung. Metode pengukuran langsung

yaitu dengan mengukur energi yang dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan

oksigen selama bekerja. Semakin berat badan kerja akan semakin banyak energi yang

(37)

lebih akurat, namun hanya dapat mengukur waktu untuk waktu kerja yang singkat

dan diperlukan peralatan yang cukup mahal. Sedangkan metode pengukuran tidak

langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama kerja.

Lebih lanjut Christensen (1991) dan Grandjean (1993) dalam Tarwaka (2004)

menjelaskan behwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban

kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi

paru dan suhu tubuh mempunyai hubungan yang linier dengan konsumsi oksigen atau

pekerjaan yang dilakukan. Kemudian Kronz (1996) mengemukakan bahwa denyut

jantung adalah suatu alat estimasi laju metabolisme yang baik, kecuali dalam keadaan

emosi dan vasodilatasi. Kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada

metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung menurut Christensen (1991)

dapat dilihat pada :

Tabel 2. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh dan Denyut Jantung

Kategori Beban

Sumber : Ergonomy untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas Tarwaka (2004)

(38)

Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat

digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan

aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang

bersangkutan.2)

2.4 Faktor Resiko

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan tekanan darah

terdiri dari faktor resiko yang dapat dihindari dan faktor resiko yang tidak dapat

dihindari. Faktor resiko yang dapat dihindari antara lain : obesitas, konsumsi garam

berlebih, merokok, kopi dan alkohol. Sedangkan faktor resiko yang tidak dapat

dihindari antara lain : Faktor genetik.

Konsumsi garam yang tinggi selama bertahun-tahun dapat meningkatkan

tekanan darah karena meningkatkan kadar sodium dalam sel-sel otot halus pada

dinding arteriol. Kadar sodium yang tinggi ini memudahkan masuknya kalsium ke

dalam sel-sel tersebut. Hal ini kemudian menyebabkan arteriol berkontraksi pada dan

menyempit pada lingkar dalamnya.

Mereka yang memiliki berat badan berlebihan cenderung memiliki tekanan

darah yang lebih tinggi daripada mereka yang kurus. Hal ini sebagian disebabkan

karena tubuh orang yang memiliki berat badan yang berlebih harus bekerja lebih

keras untuk membakar kelebihan kalori yang mereka konsumsi. Sebagian lainnya

karena mereka cenderung mengkonsumsi garam yang lebih banyak.

Jika kedua orang tua menyandang tekanan darah tinggi ataupun rendah, maka

kemungkinan anaknya akan menyandangnya juga. Penelitian menunjukkan bahwa

(39)

dibandingkan dengan anak adopsi. Hal ini menunjukkan bahwa gen yang diturunkan,

dan bukan hanya faktor lingkungan yang berperan besar dalam menentukan tekanan

darah.4)

2.5 Kerangka Konsep

TKBM Karakteristik Tenaga

Kerja Bongkar Muat o Umur

o Pendidikan o Lama Kerja o Status Gizi

Beban Kerja Tekanan Darah Pekerja

Sebelum Bekerja

Tekanan Darah Pekerja Sesudah Bekerja

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah bersifat deskriptif analitik desain cross sectional dengan

tujuan untuk mengetahui hubungan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja pada

tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Belawan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di pelabuhan Belawan pada bulan Juni 2008 sampai bulan

November 2009.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan Belawan

sebanyak 2000 orang, jenis kelamin laki-laki.

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel dengan menggunakan metode Purposive dengan

menggunakan rumus9) :

n = N

1+ N (d2)

= 2000

1 + 2000 (0,12)

= 2000 1 + 20

= 95,23

(41)

Keterangan :

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

Maka:

Dari hasil perhitungan rumus di atas, diperoleh jumlah sampel adalah

sebanyak 95 orang pekerja. Kriteria inklusi, menggunakan wawancara pembuka

untuk pekerja dan laporan kesehatan dari dokter pekerja.

3.4 Cara Pengumpulan Data

a. Data primer, dikumpulkan dengan cara :

Pengukuran langsung :

1. Status Gizi

2. Beban Kerja

3. Tekanan panas yaitu : suhu basah alami, suhu globe (bola), suhu kering,

kelembaban

4. Tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja.

b. Data skunder, yaitu gambaran umum perusahaan yang diperoleh dari pimpinan

perusahaan.

3.5 Definisi Operasional

1. Umur, ditetapkan pada saat ulang tahun terakhir responden.

2. Pendidikan adalah jenjang sekolah terakhir sewaktu masuk bekerja sebagai

TKBM.

3. Lama kerja adalah jam bekerja dalam sehari. Lama kerja pada TKBM lebih dari

(42)

4. Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat Gizi. Gizi baik antara 18,5 – 25, gizi sedang antara 17,5 –

18,5, gizi kurang < 17,5.

5. Beban kerja adalah beban yang diakibatkan oleh kerja dengan menghitung

denyut nadi (Arteri radialis) per menit selama bekerja. Ringan (75-100)

denyut/menit, Sedang (100-125) denyut/menit, Berat (125-150) denyut/menit.

6. Tenaga kerja adalah orang yang bekerja pada bongkar muat di pelabuhan

Belawan.

7. Tekanan panas adalah perpaduan dari suhu basah alami, suhu bola, suhu kering

di lingkungan kerja yang diperoleh dari hasil pengukuran dalam ISBB.

8. Tekanan darah adalah perubahan nilai tekanan sistol dan diastol yang diukur

pada saat sebelum dan sesudah bekerja pada pekerja bongkar muat.

3.6 Pengukuran (status gizi, beban kerja, tekanan panas, tekanan darah ) 3.6.1 Pengukuran Status Gizi

Indikator yang paling baik untuk mengukur cukup atau tidaknya gizi pada

individu adalah dengan cara mengukur status gizi.

1. Pengukur tinggi badan

2. Pengukur berat badan

Cara kerja :

1. Penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dilakukan dengan mengukur

BB/TB2.

2. Hasil status gizi yag didapat berhubungan dengan resiko terhadap penyakit,

(43)

Gizi Baik, jka IMT berkisar antara 18,5 – 25,0

Gizi Sedang, jika IMT berkisar antara 17,5 – 18,5

Gizi Kurang, jika IMT berkisar antara < 17,5.

3.6.2 Pengukuran Beban Kerja

Menurut Astrand & Rodahl 1977 dan Rodahl 1989, bahwa penilaian beban

kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian

langsung dan penilaian tidak langsung. Di dalam penilaian beban kerja penulis

memakai metode pengukuran tidak langsung yaitu dengan menghitung denyut nadi

selama kerja.

Cara kerja :

1. Pekerja diistirahatkan terlebih dahulu selama 5-10 menit dari kerjanya.

2. Dilakukan pengukuran dengan menghitung denyut nadi (Arteri Radialis)

permenit.

3. Jika hasil penghitungan tidak jelas maka digunakan alat stetoskop untuk

menghitung denyut jantung per menit.

Hasil beban kerja yang didapat dikategorikan berdasarkan mekanisme denyut

jantung yaitu : ringan (75-100) denyut /menit, Sedang (100-125) denyut/menit, Berat

(125-150) denyut/menit.

3.6.3 Pengukuran Tekanan Panas

Variabel yang diukur adalah tekanan panas di pelabuhan Belawan dengan

menggunakan rangkaian termometer suhu basah alami, suhu kering, dan suhu bola

(globe) dalam ISBB. Parameter ISBB merupakan cara paling sederhana dan secara

(44)

1. Termometer suhu basah alami yang mempunyai kisaran -50 C sampai dengan 500

C.

2. Termometer suhu kering yang mempunyai kisaran -50 C sampai dengan 500 C.

3. Termometer suhu bola yang mempunyai kisaran -50 C sampai dengan 500 C.

Cara Kerja :

1. Rendam kain kasa putih pada termometer suhu basah alami dengan air, jarak

antara dasar lambung termometer dan permukaan tempat air 1 inci. Rankaikan

alat pada statif.

2. Rangkaikan termometer suhu kering pada statif.

3. Pasangkan termometer suhu bola pada bola tembaga warna hitam (diameter

15 cm), lambung termometer tepat pada titik pusat bola tembaga. Rangkaikan

alat pada statif.

4. Alat-alat tersebut diatas diletakkan pada titik pengukuran dengan lambung

termometer setinggi 1 meter-1,25 meter dari lantai selama 15 menit.

5. Pengukuran pertama sekali dilakukan pada pagi hari, pada saat awal kerja.

6. Kemudian dilakukan kembali pengukuran pada siang hari.

7. Selanjutnya dihitung rata-ratanya.

3.6.4 Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah tenaga kerja yang bekerja di pelabuhan Belawan

dengan menggunakan sphygmomanometer air raksa dibantu dengan stethoscope.

(45)

Alat Pengukur Tekanan Darah

1 Sphygmomanometer air raksa : alat pengukur tekanan darah.

Merek : Riester nova-presameter

Buatan : Jerman

2 Stethoscope : untuk mengetahui bunyi denyut jantung sistol dan diastol.

Merek : Littman

Buatan : Jerman

Cara kerja :

1. Pengukuran tekanan darah dilakukan oleh dua orang perawat yang ditunjuk

untuk membantu dalam penelitian. Pengukuran dilengkapi dengan alat

stethoscope.

2. Setiap pekerja dilakukan pengukuran sebanyak 2 kali yang mana pengukuran

dilakukan pertama sekali pada pagi hari saat pekerja tiba di tepat kerja

(sebelum terpapar tekanan panas).

3. Pengukuran yang kedua dilakukan sore hari yaitu setelah selesai bekerja

(segera setelah terpapar tekanan panas).

4. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada pekerja yang tidak dalam keadaan

sakit.

5. Agar nilai tekanan darah yang diperoleh lebih akurat, maka setiap pengukuran

pada seorang tenaga kerja dilakukan sebanyak 3 kali selama 3 hari dan

dihitung nilai rata-rata.

6. Pengukuran tekanan darah selama posisi duduk dan tenang. Manset

(46)

ujung Stethoscope ditempelkan pada arteri brachialis tepat dibawah manset

tersebut.

7. Lalu dilakukan pemompaan sehingga tekanan di dalam manset sampai sekitar

30 mmHg di atas sistol kemudian tekanan diturunkan sampai suatu titik

dimana denyut dapat di dengar. Pada titik ini tekanan yang nampak pada

kolom air aksa dalam manometer dianggap tekanan sistol.

8. Kemudian tekanan di atas arteri brachialis perlahan-lahan dikurangi sampai

bunyi jantung/ pukulan denyut arteri dengan jelas dapat di dengar/dirasakan

dan titik dimana bunyi mulai menghilang adalah tekanan diastol.

9. Pengukuran dilakukan pada saat cuaca cerah, apabila cuaca tidak cerah maka

pengukuran dibatalkan dan diulangi pada waktu cuaca cerah.

3.7 Uji Hipotesa

Analisa statistik menggunakan uji Chi-Square, dengan uji hipotesa :

HI Ho diterima : tidak ada hubungan antara umur dengan tekanan darah sebelum

dan sesudah bekerja.

Ho ditolak : ada hubungan antara umur dengan tekanan darah sebelum dan

sesudah bekerja.

H2 Ho diterima : tidak ada hubungan antara pendidikan dengan tekanan darah

sebelum dan sesudah bekerja.

Ho ditolak : ada hubungan antara pendidikan dengan tekanan darah

sebelum dan sesudah bekerja.

H3 Ho diterima : tidak ada hubungan antara lama kerja dengan tekanan darah

(47)

Ho ditolak : ada hubungan antara lama kerja dengan tekanan darah sebelum

dan sesudah bekerja.

H4 Ho diterima : tidak ada hubungan antara status gizi dengan tekanan darah

sebelum dan sesudah bekerja.

Ho ditolak : ada hubungan antara status gizi dengan tekanan darah sebelum

dan sesudah bekerja.

H5 Ho diterima : tidak ada hubungan antara beban kerja dengan tekanan panas

sebelum dan sesudah bekerja.

Ho ditolak : ada hubungan antara beban kerja dengan tekanan panas

sebelum dan sesudah bekerja.

H6 Ho diterima : tidak ada hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah

sebelum dan sesudah bekerja.

Ho ditolak : ada hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Sejarah Pelabuhan Belawan

Pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan terbesar ke III di Indonesia setelah

Tanjung Priok dan Tanjung Perak, memegang peranan penting bagi daerah Sumatera

Utara bahkan untuk Sumatera. Meninjau kembali sejarah asal mulanya pelabuhan

Belawan ini dapat dituturkan secara ringkas, Belawan terletak di pantai Timur

Sumatera Utara. Pelabuhan Belawan adalah pelabuhan laut dan pantai yang terletak

di Muara Sungai Belawan yang bertemu dengan sungai Deli yang menyatu dari

sebelah timur.

Menurut sejarahnya sebelum Belawan dijadikan pelabuhan, maka pada zaman

Hindia Belanda dahulu, ketika kerajaan Sultan Deli berkedudukan di Labuhan Deli,

pelabuhan kapal-kapal niaga berada di Labuhan Deli. Tetapi pelabuhan ini tidak

dapat bertahan lama karena alur pelabuhan Deli ini semakin lama semakin dangkal.

Sehingga tidak saja menghambat kalancaran lalu lintas kapal ketika itu, juga dengan

keadaan pelabuhan yang sempit kapal-kapal besar tidak dapat berlabuh di pelabuhan

ini.

Sebaliknya dengan berkembangnya usaha dari Pengusahaan Belanda ketika itu,

terutama di bidang perkebunan seperti tembakau, karet, maka oleh Pemerintah Hindia

Belanda dibuka pelabuhan baru di Belawan yang ketika itu terletak di Kali Belawan

Deli, kira-kira 6 KM dari Pelabuhan Deli. Pelabuhan baru itu terus dikembangkan

oleh Pemerintah Hindia Belanda mengingat hasil-hasil perkebunan dari daerah ini

(49)

pembangunan sarana dermaga, gudang dan fasilitas lainnya. Tertarik akan hasil

perkebunan di daerah Sumatera Timur yang ketika itu lebih dikenal dengan

“Tembakau Deli” nya dan sehubungan dengan kemajuan perdagangan hasil-hasil

bumi antara daerah ini dengan luar negeri dan diikuti pula dengan perkembangan

kemajuan Perhubungan laut (Shipping) mulai tahun 1872 untuk pertama kalinya

pelabuhan Belawan disinggahi oleh kapal dari “British Indio Steam Navigation Coy”.

Selanjutnya Jalan kereta api dibangun kira-kira pada tahun 1890. Sehubungan dengan

meningkatnya terus hasil-hasil perkebunan dan bertambahnya fasilitas angkutan

kereta api maka ekspor melalui pelabuhan Belawan terus meningkat pula. Untuk itu

pemerintah Hindia Belanda sudah terpikirkan untuk membuat pelabuhan baru lagi

yang terletak di Ujung Baru sedang lama di Pelabuhan Belawan Lama atau lebih

dikenal dengan sebutan Gudang Merah. Pembangunan pelabuhan di Ujung Baru ini

dimulai pada tahun 1912 sampai 1920.

Pada zaman Hindia Belanda dahulu Pengusaha Pelabuhan Belawan ini bernama

“HAVEN BEDRIJF” dan nama itu masih dipakai terus sampai tahun 1950. Ketika itu

Haven Bedrijf Belawan Deli ini mempunyai karyawan/pegawai berjumlah lebih

kurang 50 orang dan hingga tahun 1950 masih tetap berstatus pegawai Federal. Pada

tahun 1951 nama Haven Bedrijf dirubah menjadi Jawatan Pelabuhan. Priode tahun

1956-1961 dari Jawaban Pelabuhan diganti lagi dengan Preusan Pelabuhan Negara.

Tahun 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15/1961, nama Preusan

Pelabuhan Negara diganti lagi menjadi Perusahaan Negara Pelabuhan Daerah-I.

(50)

Pelabuhan ditetapkan kembali statusnya seperti semula dan organisasi Penguasa

Pelabuhan lebih diarahkan kepada segi ekonomi dan perdagangan. Penguasa

Pelabuhan dirubah menjadi Administrator Pelabuhan selaku penanggungjawab

tunggal di pelabuhan, didalamnya organisasi Badan Pengusahaan Pelabuhan

(BPP)Belawan. Sebagai unsur penunjang kelancaran angkutan laut telah ditata

kembali, baik status pembinaannya maupun pengelolaannya.

Berdasarkan PP No. 11/tahun 1983 pelabuhan menjadi Perusahaan Umum

seluruh pelabuhan yang diusahakan di wilayah Nusantara dalam bentuk Badan Usaha

Milik Negara di lingkungan Departemen Perhubungan. Dalam hal ini Blawan

termasuk kedalam Perum Pelabuhan I dengan beberapa pelabuhan dikawasan

Sumatera Utara, Aceh dan Riau. Dalam upaya pembenahan dan akan kelangsungan

dan perkembangan pelabuhan Belawan, berdasarkan PP. No. 56/1991 dari Perum

Pelabuhan I berubah status menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I hingga kini.

Sementara perencanaan dan pembangunan didalam daerah kerja Pelabuhan Begawan

terus berkembang dan berkembang serta pembenahan untuk melangkah maju ke

depan sesuai Master Plan pelabuhan Belawan yang merupakan pelabuhan Utara

Belawan. Pelabuhan Belawan sendiri dalam menggiatkan ekspor untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi dan keharusan menyiapkan fasilitas keamanan pelabuhan dan

kapal yang melayani pelayaran internasional yang disebut dengan istilah

(51)

4.2 Gambaran Umum Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan Pelabuhan Belawan yang merupakan pintu gerbang untuk transaksi ekonomi

dari laut, letaknya sangat menguntungkan bagi daerah Sumatera Utara. Pelabuhan ini

mempunyai fasilitas yang cukup serta kondisinya baik, tetapi alur pelayarannya harus

terus menerus dikeruk.

Perusahaan bongkar muat di Pelabuhan Belawan yang tergabung dalam

Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) Sumatera Utara (Sumut).

Koperasi Upaya Karya Belawan yang di percayakan Mentri Koperasi sebagai Unit

Kerja buruh TKBM. Setiap buruh TKBM Belawan menjalankan tugasnya sebagai

bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan, upah yang di terima buruh TKBM

Belawan rata-rata di atas Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum

Propinsi (UMP) maupun Upah Minimum Kota (UMK) sekitar Rp.912 ribu per

bulan.11)

Di pelabuhan Belawan terbagi dalam 4 sektor. Sektor I buruh yang bekerja di

dermaga pelabuhan Belawan Lama, sektor II dermaga Ujung Baru, sektor III dermaga

Citra dan sektor IV dermaga Terminal Peti Kemas Konvensional Gabion, setiap

sektor terdapat beberapa regu dan setiap regunya di ketua oleh KRK (Kepala Regu

Kerja) atau mandor yang bertugas untuk mengawas TKBM.

Pekerjaan bongkar muat di Pelabuhan Belawan merupakan pekerjaan yang

mengandalkan fisik pekerja. Pekerjaan bongkar muat di Pelabuhan Belawan hanya

dapat dilaksanakan oleh Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang terdaftar di

Kantor Pelabuhan Belawan. TKBM Pelabuhan Belawan terhimpun dalam sebuah

(52)

TKBM bekerja sama dengan Perusahaan Bongkar Muat (PBM) yang terdaftar di

Pelabuhan Belawan.

Kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan di bagi dalam tiga bagian

terdiri dari Stevedoring (pekerjaan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga dan

sebaliknya), Corgodoring (pekerjaan membawa barang dari dermaga ke gudang dan

sebaliknya, Receiveing/Delivery (pekerjaan mengambil barang dari gudang ke atas

kendaraan dan sebaliknya. Kesiapan sumber daya manusia operasional dan tenaga

kerja bongkar muat merupakan salah satu persyaratan aperasional pelabuhan dalam

24 jam.

Peneliti melakukan penelitian pada sektor II yaitu di ujung baru terdiri dari 116

regu, setiap regunya ada 12 orang. Bongkar muat dalam 1 kapal bisa dikerjakan

dalam 2 atau 3 hari tergantung muatan kapal dan besarnya kapal. Dalam 1 kapal bisa

dikerjakan oleh 2 atau 3 regu tergantung banyaknya muatan kapal.

Kegiatan bongkar muat pada bagian stevedoring yaitu pekerjaan membawa

barang dari dermaga ke kapal dan sebaliknya. Pekerjaan bongkar muat dilakukan

dengan menggunakan sistem borongan, bekerja sesuai kesepakatan dengan pihak

pengguna jasa. Sehingga memungkinkan waktu kerja melebihi 8 jam per hari.

Dimulai pada pukul 8 pagi sampai selesai mengangkat barang dari kapal sampai ke

Gambar

Tabel 1.  Pengaturan Waktu Kerja dengan ISBB
Tabel 2. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh dan Denyut Jantung Kategori Beban Konsumsi Ventilasi Paru Suhu Rektal Denyut
Tabel 3.  Distribusi TKBM Menurut Kelompok Umur di Pelabuhan Belawan No. Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persen (%)
Tabel 7. Distribusi TKBM Menurut Kategori Beban Kerja di Pelabuhan Belawan
+7

Referensi

Dokumen terkait

GAMBARAN TEKANAN DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SEBELUM DAN..

Simpulan Penelitian : Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB

Berdasarkan alasan pemilihan judul di atas, maka permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah “Apakah ada perbedaan antara tekanan darah sebelum dan sesudah berdiri

Tidak terdapatnya perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik saat sebelum dan sesudah bekerja tidak sejalan dengan teori tentang efek panas terhadap tubuh,

Tujuan:Untuk mengetahui perbedaan nilai saturasi oksigen dan tekanan darah pada pasien gagal jantung sebelum dan sesudah diberikan pengaturan posisi fowler di RSUD

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO DENGAN TERJADINYA NYERI PUNGGUNG BAWAH ( LOW BACK PAIN ) PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT ( TKBM ) DI PELABUHAN BELAWAN TAHUN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah intradialisis baik sistole maupun diastole sebelum dan sesudah dilakukan terapi

P-ISSN 1693-3516 | E-ISSN 2528-7575 268 2012 Efektivitas Pelayanan Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat TKBM Di Pelabuhan Teluk Nibung Kota Tanjung Balai 1Miftahul Husna Hasibuan,