• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Faktor Penyebab Pelanggaran Lalu Lintas

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara yang telah dilakukan, hampir setiap hari di Universitas Indonesia terjadi pelanggaran lalu lintas, dengan jumlah pelanggar yang relatif luar biasa banyak.. Oleh sebab itu, perlu diketahui mengapa di lingkungan Universitas Indonesia tingkat kesadaran akan mamatuhi peraturan lalu

lintas masih tergolong randah. Berikut beberapa hal yang mungkin menjawab penyebab rendahanya kesadaran akan mematuhi peraturan lalu lintas:

1. Menganggap bahwa Jalanan di Universitas Indonesia bukanlah jalan besar. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa UI adalah Jalan kampus, dimana tidak terdapat sanksi yang mengikat kepada mereka.Karena aparat penegak hukum yang berjaga hanyalah Subdit PLK UI bukanlah polisi.Terdapat anggapan meremehkan peraturan yang ada.

2. Rambu Lalu Lintas yang dibuat di Inisiasi oleh Satpam, bukan oleh Polisi. Legitimasi Satpam UI atau Subdit PLK ternyata masih kurang dianggap oleh masyarakat, karena pada dasarnya PLK hanya memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan bukan memberikan sanksi sekaligus.Maka dari itu, tidak heran apabila Rambu yang dibuat oleh Satpam tidak dianggap, karena pada dasarnya Satpam tidak memiliki kewenangan untuk menjatuhkan sanksi.

3 . Minimnya pengetahuan mengenai,peratut\ran,marka dan rambu lalu lintas. Tidak semua pengemudi kendaraan paham dan mengetahui

peraturan-peraturan lalu lintas, arti dari marka, dan rambu-rambu lalu lintas.Penyebabnya adalah kurangnya kesadaran untuk mencari tahu arti dari marka dan rambu-rambu lalu lintas ditambah pada saat ujian memperoleh SIM, mereka lebih senang mendapatkan SIM dengan instan daripada mengikuti seluruh prosedur.

4. Dari kecil sudah terbiasa melihat orang melanggar lalu lintas atau bahkan orang tuanya sendiri.

Pada saat jalan jalan keluar kota, biasanya orang tua mengajak anaknya ikut dengannya, akan tetapi dalam beberapa kasus orang tua lah yang tidak patuh pada rambu rambu yang ada, sehingga hal inilah yang tertanam pada jiwa si kecil untuk melakukan pelanggaran di suatu hari nanti. Kondisi ini sangatlah ironi bila seorang anak kelak mencontoh orang tuanya, bila orang tuanya sering melanggar peraturan, kemungkinan besar anak itu juga melanggar.

Ini juga menjadi kebiasaan kebanyakan orang indonesia. Kita ambil contoh, seorang pengemudi tidak akan melanggar lalu lintas ketika ada polisi yang sedang mengatur arus lalu lintas di simpang jalan atau ada polisi yang sedang jaga di pos dekat simpang tersebut. Namun bila tidak ada polisi, dia bisa langsung tancap gas. 6. Memutar balikkan ungkapan

Sering kita dengar , "peraturan dibuat untuk dilanggar." Ini sangat menyesatkan. Akan tetapi entah bagaimana ungkapan ini sangat melekat di hati orang indonesia, sehingga sangat ingin menerapkannya

7. Tidak memikirkan keselamatan diri atau orang lain

Pemerintah telah mewajibkan beberapa standar keselamatan pengemudi saat mengemudikan kendaraannya seperti wajib memasang safety belt untuk pengemudi roda 4 dan wajib memakai helm,kaca spion tetap terpasang, dan menyalakan lampu pada siang hari bagi roda 2. Masih banyak contoh standar keselamatan lainnya, akan tetapi kenapa pengemudi malas menerapkannya?

8. Melanggar dengan berbagai alasan

"sebentar saja kok parkir disini (di bawah rambu larangan parkir), ntar jalan lagi." "ah,sekali-sekali boleh dong ngelanggar, ini butuh cepat". Masih banyak lagi berbagai alasan yang dijadikan pembelaan. Orang indonesia memang memiliki keahlian khusus dalam berargumentasi untuk hal-hal seperti ini.

9. Bisa "damai" ketika tilang

Ini hal yang paling sering terjadi. Ketika pengemudi-pengemudi melanggar peraturan atau tidak lengkapnya kelengkapan surat-surat saat dirazia, hal yang pertama diajukan oleh pengemudi tersebut adalah jalan "damai". Kalu tidak bisa "damai" di jalan, pasti nanti bisa coba "damai" lagi sebelum pengadilan demi mendapatkan kembali surat-surat yang ditahan oleh pihak kepolisian dengan segera.

Pemberian suap kepada Polantas dapat dikenakan tindak pidana terhadap penguasa umum dengan pidana penjara paling lama 2 tahun delapan bulan (Pasal 209 KUHP). Bahkan usaha atau percobaan untuk melakukan kegiatan tersebut juga dapat dipidana penjara (Pasal 53 (1) (2) jo Pasal 209 KHUP). Sedangkan bagi

Polantas yang menerima suap dapat dikenakan tindak pidana denganancaman penjara paling lama lima tahun (Pasal 419 KUHP)

B. Dampak dari Pelanggaran Lalu Lintas

Tentunya dari permasalahan yang terjadi pada kondisi lalu lintas di Universitas Indonesia telah menimbulkan berbagai masalah khususnya menyangkut permasalahan lalu lintas. Permasalahan tersebut, seperti:

1.) Tingginya angka kecelakaan lalu lintas baik pada persimpangan lampu lalu lintas 2.) Keselamatan para pengendara dan para pejalan kaki menjadi terancam;

3) Kebiasaan melanggar peraturan lalu lintas yang biasa kemudian menjadi budaya melanggar peraturan.

C. Solusi atas Pelanggaran Lalu Lintas di Universitas Indonesia

Usaha dalam rangka mewujudkan ketertiban di Lingkugnan Universitas Indonesia merupakan tanggung jawab bersama antara pengguna jalan dan aparatur negara yang berkompeten dan bertanggung jawab terhadap pengadaan dan pemeliharaan infra dan supra struktur, sarana dan prasarana jalan maupun pengaturan dan penegakan hukumnya , hal ini bertujuan untuk tetap terpelihara serta terjaganya situasi Kamseltibcar Lantas di lingkungan Universitas Indonesia secara terarah dan mencapai sasaran yang diharapkan, partisipasi aktif daripemakai jalan terhadap etika. Sopan santun dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku merupakan suatu hal yang paling penting guna terwujudnya keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas, sesuai dengan sistem perpolisian modern menempatkan masyarakat sebagai subjek dalam menjaga keselamatan pribadinya akan berdampak terhadap keselamatan untuk mewujudkan hal tersebut perlu dilakukan beberapa perumusan dalam bentuk 5 (lima) Strategi penanganannya, berupa :

1. Engineering.

Wujud strategi yang dilakukan melalui serangkaian kegiatan pengamatan, penelitian dan penyelidikan terhadap faktor penyebab gangguan / hambatan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas serta memberikan

saran-saran berupa langkah-langkah perbaikan dan penangulangan serta pengembangannya kepada instansi-instansi yang berhubungan dengan permasalahan lalu lintas.

2. Education.

Segala kegiatan yang meliputi segala sesuatu untuk menumbuhkan pengertian, dukungan dan pengikutsertaan masyarakat secara aktif dalam usaha menciptakan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu lintas dengan sasaran masyarakat terorganisir dan masyarakat tidak terorganisir sehingga menimbulkan kesadaran secara personal tanpa harus diawasi oleh petugas.

3. Enforcement.

Merupakan segala bentuk kegiatan dan tindakan dari polri dibidang lalu lintas agar Undang-undang atau ketentuan perundang-undangan lalu lintas lainnya ditaati oleh semua para pemakai jalan dalam usaha menciptakan Kamseltibcar lantas. Preventif, segala usaha dan kegiatan untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, memelihara keselamatan orang, benda, masyarakat termasuk memberikan perlindungan dan pertolongan khususnya mencegah terjadinya pelanggaran yang meliputi pengaturan lalu lintas, penjagaan lalu lintas, pengawalan lalu lintas dan patroli lalu lintas. Represif, merupakan serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan menemukan sesuatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana yang meliputi penindakan pelanggaran lalu lintas dan penyidikan kecelakaan lalu lintas.

4. Encouragement.

Encouragement bisa diartikan : desakan/pengobar semangat. Bahwa untuk mewujudkan kamseltibcar Lantas juga dipengaruhi oleh faktor individu setiap pemakai jalan, dimana Kecerdasan Intelektual individu / kemampuan memotivasi dalam diri guna menumbuhkan kesadaran dalam dirinya untuk beretika dalam berlalu lintas dengan benar sangat dibutuhkan untuk mewujudkan hal tersebut. Menumbuhkan motivasi dalam diri bisa dipengaruhi oleh faktor Internal (kesadaran diri seseorang) maupun eksternal (lingkungan sekitarnya). Selain dari pada itu desakan semangat untuk menciptakan situasi lalu lintas harus dimiliki oleh semua

stake holder yang berada pada struktur pemerintahan maupun non pemerintah yang berkompeten dalam bidang lalu lintas sehingga semua komponen yang berkepentingan serta pengguna jalan secara bersama memiliki motivasi dan harapan yang sama dengan mengaplikasikannya didalam aksi nyata pada kehidupan berlalu lintas di jalan raya.

5. Emergency Preparedness and response.

Kesiapan dalam tanggap darurat dalam menghadapi suatu permasalahan lalu lintas harus menjadi prioritas utama dalam upaya penanganannya, kesiapan seluruh komponen stake holder bidang lalu lintas senantiasa mempersiapkan diri baik sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta hal lainnya dalam menghadapi situasi yang mungkin terjadi, pemberdayaan kemajuan informasi dan teknologi sangat bermanfaat sebagai pemantau lalu lintas jalan raya disamping keberadaan petugas dilapangan, dalam mewujudkan Emergency Preparedness and response ini perlu adanya konsignes yang jelas di seluruh stake holder dan dalam pelaksanaannya harus dapat bekerja sama secara terpadu sesuai dengan S.O.P yang telah ditetapkan bersama.

Kelima strategi ini dipetakan dalam sektor-sektor yang ada di lingkungan tugas kepolisian sehingga dapat diketahui instansi mana yang berwenang terhadap sektor terkait termasuk masyarakat pengguna jalan, apabila strategi ini dapat diterapkan sesuai dengan konsepsi yang telah dirumuskan diharapkan mampu mewujudkan upaya penanganan secara bersama dimana masyarakat pengguna jalan dapat menumbuhkan pengamanan swakarsa serta Polri maupun instansi terkait lainnya dapat melaksanakan tugas secara profesonal dan proporsional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, dalam arti kata lain etika, sopan santun dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku bukan lagi menjadi suatu “keharusan” yang merupakan kewajiban dengan pemberlakuan reward

and punishment dalam pelaksanaanya, tetapi menjadi sebuah “keinginan” bersama yang muncul dari setiap pribadi Polri, Instansi terkait dan pengguna jalan dalam upaya mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan raya.

DISCLAIMER : Tulisan ini diperuntukan Penulis untuk kepentingan tugas perkuliahan sehingga apabila terdapat kekeliruan mohon dikoreksi. Sebagai insan akademis yang taat. jika ingin men Copy-Paste harap izin ke nomor berikut 082114497494

DAFTAR PUSTAKA Regulasi

1. Undang Undang Dasar 1945

2. Undang Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan 3. UU Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan

4. Kitab Undang Undang Hukum Pidana, Moeljatno, Jakarta: Bumi Aksara, 1992 Buku

1. Warpani, Suwardjoko. 1990.Merencanakan Sistem Pengangkutan, Bandung : Penerbit ITB,

2. Soekanto, Soejono.1996.Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta

3. Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Akademi Kepolisian, 2009,Fungsi Teknis Lalu Lintas, Semarang : Kompetensi Utama

4. Ramdlon, Naning. 1983.Menggairahkan Kesadaran Hukum Masyarakatdan Disiplin Penegak Hukum dalam Lalulintas. Bina Ilmu: Surabaya.

5. Muhammad, Farouk . 1998.Praktik Penegakan Hukum Bidang Lalu Lintas. Balai Pustaka: Jakarta .

6. Faqih, Mansour ,dkk. 2007, Pendidikan Popular, Membangun Kesadaran Kritis. Yogyakarta: insist press

7. Amalee, Irfan .2002. Membela Teman sebaya, Jakarta : Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah.

8. Hakim, Abdul 2005, Pedoman Advokasi, Jakarta : Cinles

9. Danukusumo, Sutjipto.1995. Memelihara Keamanan dan Ketertiban. Jakarta : Pelita merdeka,1 Juli

10. Khoidin , M.1995. Sosok Polisi antara Harapan dan Kenyataan .Jakarta : Suara Pembaharuan,30 Juni

Website

1.Media Indonesia,Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia Renggut 31 Ribu Jiwa, diakses dari http://instran.org/index.php/in/ruang-berita/depan/25-front-page/1627-kecelakaan-lalu-lintas-di-indonesia-renggut-31-ribu-jiwa, pada 3 Januari 2014, pukul 11.21

2. Budi Malau, Pelanggaran capai Angka 45.0007 dalam 10 hari operasi zebra , http://www.tribunnews.com/metropolitan/2013/12/07/pelanggaran-capai-angka-45007-dalam-10-hari-operasi-zebra, diakses pada 3 Januari 2014, pukul 11.23

3. Diunduh dari Skripsi, eprints.undip.ac.id/3162/1/BAB_I.pdf, Pada 3 januari 2014, Pukul 15.37

4. Diunduh dari Surat Keputusan Bersama 1993, http://acarapidana.bphn.go.id/wp- content/uploads/2011/12/SKB-Ketua-MA-MenKeh-Jagung-Kapolri-Tahun-1993-Penanganan-Perkara-Lalulintas-Tertentu.pdf , diakses pada 3 Januari 2014, pukul 15.41

5. Ernies Virgo, Advokasi: Sebuah definisi berbicara advokasi, http://www.academia.edu/4906164/Advokasi_Sebuah_Definisi_Berbicara_advokasi, pada 2 Januari 2013 pukul 15.50

6. Unknown, Advokasi Kebijakan Korban, diakses dari http://www.kipasbengkulu.org/2013/07/advokasi-kebijakan-korban-napza.html, pada 2 Januari 2014, pukul 16.30

7. Iman Zenit, 10 Langkah Dasar Advokasi, http://hukum.jadilah.com/2012/02/pengertian-umum-advokasi.html , di akses pada 1 Januari 2014 puku 16.16

Dalam dokumen Penelitian Terhadap Pelanggaran Lalu Lin (Halaman 37-45)

Dokumen terkait