Analisis Lokasi dan Keruangan–Retail Giant Mulyosari Page 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Retail
Retail merupakan semua usaha bisnis yang mengarahkan secara langsung kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa seabgai inti dari distribusi (Gillbert, 2013). Dalam jalur distribusi barang, retail berada di antara pedagang besar dengan konsumen akhir.
Seorang retailer dapat menjangkau konsumen potensial melalui dua konsep yaitu store atau non-store format retail. Pengecer toko (store based retaillers) mengoperasikan sebuah toko dengan lokasi yang sudah tetap sehingga membutuhkan konsumen utnuk bergerak ke toko untuk melihat dan memilih barang atau layanan yang diinginkan. Sedangkan pengecer non-toko (non-strored based retailers) menangkap konsumen yang ada di rumah, di tempat kerja, atau tempat selain toko dimana konsumen mudah untuk melakukan pembelian (Eko Budi Santoso, 2012). Beberapa jenis retail berdasarkan konsep toko (stored based) antara lain :
Toko Khusus (specialty store)
Toko ini menyediakan lini produk yang sempit dengan ragam barang yang cukup dalam untuk setiap lini.
Departement store
Toko ini menjual beberapa lini produk, biasanya pakaian, perabot rumah tangga, barang-barang rumah tangga dengan masing-masing lini dioperasikan sebagai suatu departement yang terpisah yang dikelola oleh seseorang bagian pembelian khusus.
Supermarket
Merupakan toko yang relatif berbiaya murah, bermarjin rendah, bervolume besar dan diciptakan untuk melayani beberapa kebutuhan konsumen.
Hypermarket
Merupakan supermarket yang memiliki luas antara lebih dari 18.000 meter persegi dengn kombinasi produk makanan 60-70% dan produk-produk umum 30-40%.Hypermarket merupakan salah satu betnuk supermarket yang memiliki persediaan lebih sedikit dibanding supercenter, yaitu lebih dari 25.000 item yang meliputi produk makanan, perkakas (hardware), peralatan olahraga, furniture, perlengkapan rumah tangga, computer, elektronik, dan
Analisis Lokasi dan Keruangan–Retail Giant Mulyosari Page 8
sebagainya. Dengan demikikan hypermarket adalah toko eceran yang mengombinasikan pasar swalayan dan pemberi diskon lini penuh.
Supercenter
Adalah supermarket yang mempunyai luas lantai 3.000 sampai 10.000 meter persegi dengan variasi produk yang dijual, untuk makanan sebanyak 30-40% dan produk-produk nonmakanan sebanyak 60-70%. Supermarket jenis ini termasuk supermarket yang tumbuh dengan cepat. Persediaan yang dimiliki berkisar antara 12.000-20.000 item. Supermarketjenis ini memiliki kelebihan sebagai tempat belanja dalam satu atap (one stop shopping) sehingga banyak pengunjungnya yang datang dari tempat jauh.
Convenience store
Toko dengan ukuran yang relatif kecil, berlokasi di daerah permukiman, waktu operasional toko cukup lama dan menjual barang-barang yang perputarannya cukup tinggi namun dalam jumlah yang terbatas.
Superstore
Toko yang ukurannya relatif besar yang ditujukan utnuk memenuhi keseluruhan kebutuhan konsumen untuk bahan makanan dan bukan makanan. Termasuk di dalamnya supercenter, kombinasi supermarket dan toko diskon yang menyediakan barang-barang lintas jenis. Categori killer dan hypermarket juga termasuk kategori superstore.
Toko Diskon (discount store
Toko ini menjual barang dagangan standar dengan harga yang lebih rendah dengan menerima margin yang rendah dan menjual barnag dengan jumlah yang banyak. Toko diskon yang sebenarnya menjual produk dengan harga rendah, sebagian menjual merek-merek nasional, bukan barang-barang inferior.
Retail off-price
Toko yang menjual barang berkualitas tinggi. Barang yang dijual sering merupakan barang-barang sisa, stok lebihdan barang-barang yang produksinya kurang sempurna yang diperoleh dengan harga rendah dari harga standar dan menjualnya dengan harga yang lebih rendah dari toko eceran lainnya.
Factory Outlet
Toko yang dimilikioleh pabrik dan dijalannya oleh pabrik dan biasanya menjual barang-barang pabrik tersebut yang berlebih, tidak dilanjutkan produksinya atau barang-barang cacat. Biasanya harga yang ditawarkan tidak lebih dari 50% dibawah harga eceran.
Analisis Lokasi dan Keruangan–Retail Giant Mulyosari Page 9
Seiring berkembangnya zaman, retail konsep toko dirasa kurang praktis, sehingga banyak yang mulai beralih pada retail konsep non-toko. Dibawah ini merupakan jenis retail non-toko :
Directing Marketing (pemasaran langsung)
Dilakukan dengan komunikasi langsung dengan konsumen yang membidik secara seksama utnuk mendapatkan respon langsung dari konsumen. Pemaparan langsung ini digunakan untuk memperoleh langsung konsumen yang menjadi target pasar.S
Directing selling (penjualan langsung) atau door-to-door retailing
Keuntungan dari penjualan ini adalah kenyamanan dan perhatian yang diberikan kepada konsumen jauh lebih besar. Tetapi, tingginya perekrutan, pelatihan, gaji dan motivasi bagi tenaga kerja berdampak pada harga produk menjadi lebih tinggi.
Automatic vending (penjualan otomatis)
Dilakukan melalui mesin penjual secara otomatis yang akan mengeluarkan produk setelah konsumen memasukkan uang.
2.2 Teori-teori Pemilihan Lokasi Retail
Teori landasan yang sering digunakan dalam menentukan lokasi pemilihan retail antara lain :
a) Basu Swastha dan Irawan (1997)
Bagi seorang retailer, untuk menentukan lokasi toko yang tepat maka perlu diperhatikan hal-hal berikut :
Luas daerah perdagangan
Dapat dicapai dengan mudah
Potensi pertumbuhannya
Lokasi toko-toko saingan
Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi potensi penjualan dari lokasi toko baru ialah :
Dapat dicapai dengan mudah
Populasi penduduk
Pesaing
Batas-batas daerah perdagangan b) Diana (2003)
Analisis Lokasi dan Keruangan–Retail Giant Mulyosari Page 10
Jumlah penduduk pendukung
Setiap jenis fasilitas perdagangan eceran mempunyai jumlah ambang batas penduduk atau pasar yang menjadi persyaratan dapat berkembangnya kegiatan. Jumlah penduduk pendukung dapat ditentukan sendiri karena faktor ini bergantung pada faktor fisik yang mempengaruhi daya tarik suatu fasilitas perdagangan.
Aksesibilitas
Aksesibilitas berkaitan dengan kemudahan pencapaian suatu lokasi melalui kendaraan umum dan pribadi serta pedestrian. Untuk fasilitas perdagangan kemudahan pencapaian lokasi, kelancaran lalu lintas dan kelengkapan fasilitas parkir merupakan syarat penentu lokasi dan kesuksesan kegiatan perdagangan.
Keterkaitan spasial
Pada kegiatan perdagangan yang bersifat generative, analisa ambang batas penduduk dan pasar menjadi hal yang pentingsedangkan pada lokasi perdagangan yang bersifat suscipient, analisa kaitan spasial dari kegiatan merupakan hal yang penting.
Jarak
Kecenderungan pembeli untuk berbelanja pada pusat yang dominan, namun menyukai tempat yang dekat maka faktor jarak merupakan pertimbangan penting untuk melihat kemugkinan perkembangan suatu lokasi terutama pusat perdagangan sekunder menunjukkan trade off antara besarnya daya tarik pusat dan jarak antar pusat.
Kelengkapan fasilitas perdagangan
Kelengkapan fasilitas perdagangan menjadi faktor penentu emilihan lokasi berbelanja konsumen. Konsumen berbelanja barang-barang tahan lama yang tidak dibeli secara teratur seperti pakaian, alat-alat elektronik pada tempat perdagangan yang memiliki banyak pilihan barang yang dapat diperbandingkan. Oleh karena itu pembeli cenderung untuk berbelanja barang-barang tahan lama pada pusat perdagangan yang lebih lengkap, tetapi untuk kebutuhan standar sehari-hari seperti bahan makanan, para konsumen cenderung masih mempertimbangkan jarak yang dekat kalau terdapat fasilitas yang memadai.
c) Jones dan Simmons (1993)
Beberapa faktor yang digunakan dalam pemilihan lokasi retail antara lain :
Analisis Lokasi dan Keruangan–Retail Giant Mulyosari Page 11
Dicirikan dengan atribut non demografi dari area umum disekitar toko dalam satuan angka dan bentuk kategori lain, seperti rata-rata lalu lintas harian dari rute dengan akses langsung terhadap lokasi retail, jarak terhadap pemberhentian transportasi umum terdekat, banyaknya tenaga kerja, penerimaan batas skala minimum dari area umu untuk retail.
Sosioekonomi dan demografi
Variabel ini didasarkan pada sensus yang diartkan untuk menangkap tingkat dari permintaan potensial dalam area perdagangan atau area yang diinginkan dari suatu toko. Contohnya : jumlah dari rumah tangga, rata-rata pendapatan, presentase rumah tngga yang memiliki anak, presentase pekerja profesional.
Persaingan
Meliputi jumlah pesaing utama dalam radius 1 km dan jumlah pesaing sekunder dlaam radius 2 km.
Lokasi
Gambaran yang dikategorikan dalam daya tarik secra relatif dari lokasi itu sendiri dan perbaikan terhadap lokasi. Contohnya : tipe dari lokasi, ukuran lokasi, visibiliti dari lokasi, luasan dari tempat parkir ke lokasi.
Instrumen yang lain
Atribut dari kondisi toko sekarang, yang mana untuk toko baru di bawah kendali secara langsung dari manajemen. Contohnya indeks dari mutu manajemen persediaan, rasio dari ruang display terhadap ruang terbuka.
d) Utami (2006)
Menurut Utami, faktor yang berpengaruh dalam penetuan lokasi retail antara lain :
Pemilihan komunitas
Keputusan ini bergantung pada potensi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas maupun persaingan serta iklim politik.
Aspek geografis
Lokasi yang spesifik
Karakteristik spesifik yang dimaksud adalah kondisi sosioekonomi yang meliputi arus lalu lintas, harga tanah, peraturan kawasan dan transportasi publik. Pertimbangan lainnya adalah posisi pesaing di sekitar retailer berada.
Analisis Lokasi dan Keruangan–Retail Giant Mulyosari Page 12
e) Klimert (2004)
Pemilihan lokasi yang tepat untuk retail perlu mempertimbangkan kombinasi terbaik dari karkateristik faktor berikut :
Demographics
Location and distance
Shape Access Visibility Size Topography Utilities Surroundings Environmental impacs Zoning
Financial benefits to the community 2.3 Sintesa Teori Pemilihan Lokasi Retail
Bedasarkan beberapa variabel dalam penetuan lokasi retail diatas, berikut merupakan variabel yang akan digunakan dalam analisa faktor penentuan pemilihan lokasi retail modern di Kota Surabaya:
Tabel 1. Faktor dan Variabel Penentuan Lokasi Retail Menurut Ahli
No Tokoh Faktor Variabel Keterangan
1 Basu Swastha (1996), Klimert (2004), Utami (2006) Aksesibilitas Posisi
Letaknya di tepi jalan raya, langsung bisa dijangkau oleh kendaraan pribadi, umum, maupun pejalan kaki Kemudahan
mencapai lokasi
Lalu lintas disekitar retail lancar, dekat dengan tempat penurunan kendaraan umum, jarak lokasi retail dengan parkir tidak terlalu jauh Jarak antar
pusat kegiatan
Jarak retail terhadap fasilitas pendidikan (UNAIR, ITS, dan UWK), perumahan, maupun kegiatan lainnya 2 Basu Swastha (1996), Jones dan Simmons (1993), Klimert (2004), Utami Demografi – Ekonomi Populasi
Populasi penduduk yang menjadi konsumen dan masuk dalam area cakupan
pelayanan retail
Analisis Lokasi dan Keruangan–Retail Giant Mulyosari Page 13
(2006) pendapatan mempengaruhi tingkat konsumsi penduduk Kepadatan
penduduk
Tingkat kepadatan penduduk kawasan guna meningkatkan potensi pasar retail
3 Basu Swastha (1996), Jones dan Simmons (1993), Utami (2006) Persaingan Jarak lokasi pesaing
Lokasi toko-toko pesaing dengan produk barang jual serupa
Jenis dan tingkat pesaing
Tingkat persaingan antar pusat kegiatan
Kelengkapan fasilitas dibandingkan pesaing
Jenis layanan jasa yang ditawarkan retailer
4 Basu Swastha
(1996) Pengelolaan
Harga produk
Nilai barang yang ditawarkan retailer (relatif murah atau mahal)
Kelengkapan produk
Kelengkapan dan variasi produk yang disediakan retailer
Promosi dan diskon
Iklan produk, potongan harga, yang ditawarkan kepada pelanggan
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Berdasarkan tabel sintesa teori diatas, didapatkan empat faktor pembentuk, yaitu: aksesibilitas, demografi, persaingan, dan pengelolaan yang juga membawa beberapa variabel pada masing-masing faktor. Variabel disesuaikan dengan kebutuhan penelitian makalah ini, yakni faktor yang mempengaruhi penentuhan lokasi hypermarket Giant di Mulyosari dari pereferensi konsumen.
Tabel 2. Faktor dan Variabel Penentuan Lokasi Giant Mulyosari
No
Faktor Pertimbangan
Penentuan Lokasi
Variabel
1 Aksesibilitas PosisiKemudahan mencapai lokasi Jarak antar pusat kegiatan
2 Demografi - Ekonomi
Populasi
Rata-rata pendapatan Kepadatan penduduk 3 Persaingan Jarak lokasi pesaing
Analisis Lokasi dan Keruangan–Retail Giant Mulyosari Page 14
Jenis dan tingkat pesaing
Kelengkapan fasilitas dibandingkan pesaing
4 Pengelolaan
Harga produk Kelengkapan produk Promosi dan diskon
Sumber : Hasil Analisis, 2016
2.4 Alat Analisis 2.4.1 Gravity Model
Gravity Model digunakan secara luas dalam teknik menentukan lokasi retail.
Metode ini berasal dari William J. Reilly’s yang disebut dengan Hukum Gravity Retail. Pada initinya, metode ini merupakan metode yang digunakan untuk mengevaluasi tingkah laku manusia yang mengukur bahwa setiap individu kemungkinan akan tertarik menuju retail bergantung pada jarak tempuh ke toko alternatif dan keunggulan masing-masing lokasi. Hukum Reilly’s secara sederhana dapat
diibaratkan sebagai batasan area perdagangan, dengan cara menentukan titik yang berbeda dari dua kota atau dua wilayah, maka masing-masing luasan area perdagangan dapat ditentukan.
Teori titik henti merupakan modifikasi dari teori modifikasi dari teori gravitasi W.J. Reilly. Teori ini dapat digunakan untuk memberikan gambaran mengenai pola interaksi antara dua wilayah dan dapat memprakirakan penempatan lokasi suatu retail atau pusat pelayanan. Teori ini dapat digunakan jika memenuhi beberap syarat yaitu :
1. Keadaan ekonomi penduduk relatif sama 2. Topografi wilayah datar
3. Sarana prasarana transportasi memadai 4. Daya beli masyarakat sama
Teori titik henti yang dilakukan pada makalah ini menggunakan data jarak anatar dua lokasi retail sehingga tidak menggunakan garis khayal sebagai jarak.
Analisis Lokasi dan Keruangan–Retail Giant Mulyosari Page 15
Keterangan :
D = Titik henti
d A.B = Jarak retail A dengan retail B
P A = Jumlah penduduk pada kecamatan dimana retail A berada P B = Jumlah penduduk pada kecamatan dimana retail B berada 2.4.2 Confirmatory Factor Analysis (CFA)
Analisis faktor adalah sebuah teknik yang digunakan untuk mencari faktor-faktor yang mampu menjelaskan hubungan atau korelasi antara berbagai indikator independen yang diobservasi. Analisis faktor merupakan perluasan dari analisis komponen utama yang digunakan untuk mengidentifikasi sejumlah faktor yang relatif kecil yang dapat digunakan untuk menjelaskan sejumlah besar variabel yang saling berhubungan. Analisis faktor pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu Pricnciple Component Analysis (PCA) dan Confirmatory Factor Analysis (CFA).
Menurut Joreskog dan Stoborn (1993), CFA digunakan untuk menguji uni-dimensional, validitas dan reabilitas model pengukuran konstruk yang tidak dapat diukur langsung. Model pengukuran atau juga disebut model deskriptif (Ferdinant, 2002), measurement theory (Hair, dkk, 2006), atau confirmatory factor model (Long, 1983) yang menunjukan operasional variabel penelitian menjadi indikator-indikator terukur yang dirumuskan dalam bentuk persamaan dan atau diagram jalur tertentu (dalam Kusnaedi, 2008). Intinya CFA atau Analisis Faktor Konfirmatori adalah suatu teknik analisis faktor dimana secara apriori berdasarkan teori dan konsep yang sudah diketahui, dipahami, atau ditentukan sebelumnya, maka dibuat dibuat sejumlah faktor yang akan dibentuk, serta variabel apa saja yang termasuk ke dalam masing-masing faktor yang dibentuk dan sudah pasti tujuannya.
Pada dasarnya tujuan CFA adalah untuk mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel dengan melakukan uji korelasi dan untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Dalam pengujian terhadap validitas dan reliabilitas instrumen atau kuisioner untuk mendapatkan data penelitian yang valid dan reliabel (Hidayat, 2014).
Analisis Lokasi dan Keruangan–Retail Giant Mulyosari Page 16
Gambar 1. Framework Analisis Faktor
Sumber: www.statistikian.com
Secara garis besar, terdapat tujuh tahapan pada CFA, yaitu merumuskan masalah, menyusun matriks korelasi, ekstraksi faktor, merotasi faktor, menginterpretasi faktor, pembuatan factor scores, dan memilih variabel surrogate atau menentukan summated scale.
Matriks korelasi
Tahapan ini bertujuan untuk menganalisis apakah data yang ada cukup memenuhi syarat di dalam analisis faktor. Data atau variabel yang memenuhi syarat untuk dilanjutakan ke proses selanjutnya bilamana nilai Kaiser-Meyer Olkin (KMO) dan Bartlett’s Test >0,5 dan nilai Sig <0,05. Nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) juga diperhatikan dengan ketentuan sebagai berikut: (Santoso, 2006:20)
MSA = 1 → variabel dapat dipredeksi tanpa kesalahan oleh variabel lain MSA > 0,5 → variabel masih bisa diprediksi dan dianalisis lebih lanjut
MSA < 0,5 → variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis
Ekstraksi faktor
Tahapan ini bertujuan untuk mereduksi data dari beberapa indikator untuk menghasilkan faktor yang lebih sedikit mampu menjelaskan korelasi antara indikator yang diobservasi. Data atau variabel tidak ter-reduksi bilamana nilainya >0.5.
Rotasi faktor
Tahapan ini diperlukan jika metode estraksi belum menghasilkan komponen faktor utama yang jelas. Tahapan ini bertujuan untuk memperoleh struktur
Analisis Lokasi dan Keruangan–Retail Giant Mulyosari Page 17
faktor yang lebih sederhana agar mudah diinterpretasikan. Hasil akhirnya berupa pengelompokan variabel-variabel pada faktor yang baru.
2.5 Teknik Sampling
Sampling merupakan proses pengambilan atau pemilihan n buah dari populasi yang berjumlah N. Sampling digunakan untuk menentukan jumlah responden untuk keperluan pengumpulan data, salah satunya dengan metode kuisioner. Adapun macamnya dibagi menjadi probabilistik dan non probabilistik. Probabilistik digunakan bilamana semua populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel (responden), sedangkan non probabilistik digunakan bilamana tidak semua populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel (responden). Berikut adalah macam-macam teknik sampling non probabilistik :
Boring sampling
Jumlah sampel maksimal 30 responden saja.
Purposive sampling
Jumlah sampel tidak dipersoalkan, namun pemilihan sampel harus sesuai kriteria.
Stakeholders analysis
Pemilihan sampel pada para pemangku kepentingan dan pihak-pihak yang mempengaruhi, dipengaruhi, dan terlibat.
Snowbaliing sampling
Dimulai dari key stakeholder untuk selanjutnya dilempar ke responden lainnya. Jumlah sampel yang awalnya sedikit, lalu menjadi banyak.
Accidental sampling
Pengambilan sampel secara kebetulan dan tidak direncanakan, namun tetap sampel (responden) harus sesuai kriteria.
Quota sampling
Pemilihan sampel pada masing-masing kelompok dengan memberikan quota per kelompok.
Systematic sampling
Analisis Lokasi dan Keruangan–Retail Giant Mulyosari Page 18
BAB III GAMBARAN UMUM
3.1 Profil Retail Giant
Giant hypermarket adalah anak perusahaan dari Hero Group yang merupakan salah satu supermarket terlama di Indonesia. Hero supermarket adalah pelopor untuk konsep berbelanja kebutuhan sehari-hari, produk dan bahan makanan segar di lingkungan yang lebih bersih, sehat dan moderen.
Demi kepuasan semua jenis pelanggannya, Hero sebagai multi format retailer membuka Hero supermarket, Giant supermarket, Giant hypermarket, Starmart, dan Guardian. Dengan mengembangkan karyawan dan cara kerja yang lebih efektif, efisien, serta kerjasama yang kuat dari setiap jenis tokonya, Hero Group berharap dapat memajukan dan meningkatkan kesejahteraan bersama, serta memberikan kepuasan kepada para pelanggannya.
Giant hypermarket sendiri didirikan untuk memberikan pelayanan dan mutu yang baik, pilihan merk serta produk lokal maupun etnik dengan harga murah. Giant hypermarket pertama kali didirikan pada tahun 1997 di Malaysia, disusul kemudian di Singapura. Di Indonesia, Giant baru berdiri pada Juni 2002 di Villa Melati (Serpong), November 2002 di Maspion Square (Surabaya), April 2003 di Cimanggis (Bogor), dan pada Mei 2003 di Bekasi.
Gambar 2. Giant Hypermarket Sumber: Google, 2016
3.2 Persebaran Retail Giant di Kota Surabaya
Di Kota Surabaya, Giant menjadi salah satu retail favorit yang banyak dikunjugi oleh masyarakat untuk membeli keperluan hidup. Walaupun jumlah persebarannya tidak sebanyak retail Indomaret atau Alfamart, namun lokasi Giant terdistribusi secara baik di Kota Surabaya. Jenisnya pun beragam, yakni Giant
Analisis Lokasi dan Keruangan–Retail Giant Mulyosari Page 19
Supermarket, Giant Hypermarket, Giant Express, dan Giant Extra. Berikut merupakan tabel persebaran Giant di Kota Surabaya.
Tabel 3. Lokasi Persebaran Giant di Kota Surabaya
NO NAMA ALAMAT
1. Giant Supermarket Arief Rachman Hakim
Jl. Arief Rachman Hakim No. 269, Keputih, Sukolilo, Surabaya
2. Giant Supermarket HR Muhammad Jl. HR Muhammad Kav. 11 – 12 3. Giant Supermarket Kapas
Krampung Plaza
Jl. Kapas Krampung no. 45, Rangkah, Tambaksari, Surabaya
4. Giant Supermarket Kedungsari Jl. Kedungsari No. 80, Tegalsari, Surabaya 5. Giant Supermarket Klampis Jl. Raya Klampis Jaya No. 102 - 120, Klampis
Ngasem, Surabaya
6. Giant Supermarket Manukan Lor Jl. Raya Manukan Tama 44R No. 9, Surabaya
7. Giant Hypermarket Mulyosari Jl. Raya Mulyosari No. 300 – 306, Mulyorejo, Surabaya
8. Giant Supermarket Rungkut Jl. Rungkut Mapan Utara No. FE-1, Surabaya
9. Giant Supermarket Wiyung Jl. Komp. Perum. Taman Pondok Indah No. 223 – 224, Wiyung, Surabaya
10. Giant Hypermarket Maspion Jl. Jend. A. Yani No. 73 Surabaya 11. Giant Hypermarket Mayjend
Sungkono Jl. Mayjend Sungkono No. 89, Surabaya 12. Giant Hypermarket Diponegoro Jl. Diponegoro No. 225 – 229, Tegalsari,
Surabaya
13. Giant Hypermarket Rajawali Jl. Rajawali No. 57, Surabaya
14. Giant Supermarket Kebraon Jl. Kebraon V, Perum. Griya Kebraon, Karangpilang, Surabaya
Sumber: Wikipedia, 2016
Analisis Lokasi dan Keruangan–Retail Giant Mulyosari Page 20
Gambar 3. Peta Persebaran Retail Giant di Kota Surabaya
Sumber: Google Map, 2016
3.3 Gambaran Lokasi Giant Mulyosari
Giant Mulyosari terletak di Jalan Raya Mulyosari No. 300-306, Kelurahan Mulyosari, Kecamatan Mulyorejo, Kota Surabaya. Letak Giant Mulyosari tepat dipinggir jalan, sehingga mudah diakses, baik menggunakan kendaraan pribadi, maupun kendaraan umum. Lokasi Giant Mulyosari tergolong potensial karena terletak di dekat permukiman dan area pedagangan jasa. Selain itu, lokasinya termasuk dekat dengan fasilitas pendidikan, yakni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), PENS, PPNS, dan SD AL Izhar. Adapun perumahan disekitar Giant Mulyosari adalah Wisma Permai, Sutorejo, Bhaskara, dan Mulyosari.
Jalan Raya Mulyosari termasuk dalam kelas jalan kolektor sekunder yang berarti jalan ini merupakan jalan yang melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, jumlah jalan masuk dibatasi, dan untuk melayani kegiatan dalam kota. Adapun batas-batas Jalan Raya Mulyosari adalah sebagai berikut.
Analisis Lokasi dan Keruangan–Retail Giant Mulyosari Page 21
Timur : Jalan Bhaskara Selatan : Jalan Raya ITS Barat : Jalan Suterejo
Giant Mulyosari terletak diantara retail sejenis lainnya, yakni Superindo Dharmahusada yang berlokasi di Jalan Dharmahusada Dalam No. 191 Gubeng dan Superindo Arief Rahman Hakim yang terletak di Jalan Arief Rahman Hakim No. 169-171 Sukolilo. Jarak Giant Mulyosari ke Superindo Dharmahusada adalah 5,5 kilometer, sedangkan jarak ke Superindo Arief Rahman Hakim adalah 3,5 kilometer. Kedua retail ini dipilih karena lokasinya termasuk yang paling dekat dengan Giant