• Tidak ada hasil yang ditemukan

Merupakan bab yang berisi kesimpulan dan saran yang dapat digunakan sebagai bahan perbaikan dan pengembangan dari kegiatan perancangan dan pembuatan sistem yang dibuat.

6

2.1. Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan atau Decision Support System (DSS),

secara umum didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mampu memberikan masukkan dalam pemecahan masalah maupun pengkomunikasian untuk masalah yang tidak, belum terstruktur, atau semi-terstruktur. Secara khusus, DSS didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mendukung kerja seorang manajer maupun sekelompok manajer dalam memecahkan masalah semi-terstruktur dengan cara memberikan informasi ataupun usulan menuju pada keputusan tertentu.

Masalah semi-terstuktur memiliki karakteristik yang merupakan perpotongan dari masalah terstruktur dan masalah tidak terstruktur. Dua sifat diantaranya adalah :

1. Beberapa bagian dari masalah terjadi berulang-ulang, sementara

2. Beberapa bagian dari masalah melibatkan subjektifitas manusia.

Proses pengambilan keputusan meliputi tiga fase, yaitu:

a. Intelligence:

Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari ruang lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah.

7

b. Design

Tahap ini merupakan proses menentukan, mengembangkan dan menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi.

c. Choise

Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.

Meskipun implementasi termasuk tahap ketiga, namun ada beberapa pihak berpendapat bahwa tahap ini perlu dipandang sebagai bagian yang terpisah guna menggambarkan hubungan antar fase secara lebih konferhensif.

2.2. Pengambilan Keputusan yang Kompleks

Permasalahan di dunia merupakan suatu sistem yang kompleks dari berbagai elemen yang saling berinteraksi, seperti masalah ekonomi bergantung pada ketersediaan energi dan sumber daya, ketersediaan sumber daya bergantung pada teknologi, teknologi bergantung pada ide, dst. Dalam jaringan yang rumit tersebut, tidak dapat diketahui dengan mudah mana sebab-sebab awal dan mana efek-efek akhirnya.

Oleh karena itu, dalam sistem dunia yang kompleks tersebut, kita dipaksa untuk menangani persoalan yang tidak terstruktur dengan menyusun tingkat prioritas. Penyusunan tingkat prioritas dilakukan dengan menyepakati bahwa dalam jangka pendek, sasaran yang satu lebih penting daripada sasaran yang lain. Tetapi seringkali sulit untuk sepakat tentang sasaran apa yang lebih penting dibanding yang lain, terutama dalam persoalan yang kompleks dimana tingkat

kesalahan menjadi lebih besar. Sebagai contoh, konsumen sering menjadi bingung oleh informasi yang beragam yang diberikan oleh para produsen. Mereka perlu bantuan untuk menidentifikasi perbedaan antara berbagai pendapat dan mereka juga perlu tahu persoalan penting mana yang harus diteliti secara mendalam untuk memperoleh informasi yang lebih baik.

Pengambilan keputusan untuk masalah yang kompleks, dapat diselesaikan dengan cara memandang masalah tersebut dalam suatu kerangka yang terorganisir yang memungkinkan adanya interaksi dan saling ketergantungan antar faktor, yaitu dengan membuat sebuah hirarki yang memungkinkan kita untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan kompleks dengan jalan menyederhanakan proses pengambilan keputusan. Metode hirarki ini memecah-mecah suatu situasi yang kompleks, tak terstruktur ke dalam bagian-bagian komponennya, kemudian disusun ke dalam suatu hirarki dan memberi nilai numerik pada pertimbangan subyektif tentang relatif pentingnya setiap variabel terhadap variabel lain dan menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas tertinggi dibanding yang lain.

2.3. Analitical Hierarchy Process (AHP)

AHP pada dasarnya didesain untuk menangkap persepsi orang yang

berhubungan erat dengan permasalahan tertentu melalui suatu prosedur. Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya

adalah persepsi manusia. AHP memiliki kelebihan yang terletak pada

kemampuannya memecahkan masalah yang multi objektif dan multi kriteria.

Disamping kelebihan yang dimiliki, AHP memiliki kelemahan yang dapat

9

akan membuat hasil akhir yang tidak memiliki arti jika orang tersebut memberi penilaian yang keliru.

Secara naluri, manusia dapat mengestimasi besaran sederhana melalui inderanya, proses yang paling murah adalah membandingkan dua hal dengan keakuratan perbandingan tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu, ditetapkan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai perbandingan tingkat suatu elemen terhadap elemen lain.

Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan Intensitas

Kepentingan

Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama

pentingnya

Dua elemen yang mempunyai pengaruh sama besar terhadapa tujuan

3 Elemen satu sedikit lebih

penting daripada elemen yang lainnya.

Pengalaman dan penilaian sedikit kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya.

5 Elemen yang satu lebih

utlak penting daripada elemen yang lainnnya.

Pegalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya.

Intensitas Kepentingan

Keterangan Penjelasan

7 Satu elemen jelas lebih

mutlak penting daripada elemen yang lainnya.

Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek.

9 Satu elemen mutlak

penting daripada elemen lainnya.

Bukti yang mendukung yang 1 dengan elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.

2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai

pertimbangan yang berdekatan.

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan

Kebalikan (reciprocal)

Jika untuk aktivitas mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i Kebalikan

11

AHP tidak menuntut konsistensi atau transitif sempurna. Ini sama sekali

berbeda dengan Arrow’s Impossibility Theorem dalam khasanah welfare

economics. Teori ini menganggap bahwa pelanggaran terhadap konsistensi adalah

pelanggaran fatal. Sebaliknya, AHP memaklumi inkonsistensi manusia, karena gejala ini bersifat natural. Meskipun demikian, AHP mensyaratkan inkonsistensi tidak lebih dari sepuluh persen. AHP mengukur konsistensi dengan nilai

Consistency Ratio (CR):

RI CI

CR= ………(2.1)

di mana CI adalah Consistency Index (CI) dan RI adalah Random Consistency

Index.

Nilai Consistency Index (CI) dirumuskan sbb:

1

)

(

=

n

n

Z

CI

maks ……….(2.2)

dengan Zmaks adalah nilai eigen maksimum dari matriks pairwise comparisons.

Sedangkan nilai Random Consistency Index (RI) dapat digunakan patokan tabel

berikut :

Tabel 2.2 Nilai Random Consistency Index (RI)

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

Nilai RI adalah indeks konsistensi matriks resiprokal yang dibentuk secara random. Indeks ini disusun setelah melalui eksperimen terhadap 100 sampel dengan matriks orde 1 hingga 15, dengan hipotesis bahwa RI meningkat

searah dengan besarnya orde matriks AHP berprinsip bahwa perasaan, intuisi,

penginderaan, dan pengalaman seseorang minimal sama nilainya dengan data yang digunakan. Dengan memasukkan fungsi psikologis AHP dapat menutupi

kelemahan utama metode pengambilan keputusan yang selama ini ada. Untuk sampai pada pemahaman logis, harus dicermati empat aksioma berikut :

1. Reciprocity

Pengambil keputusan harus mampu menyatakan preferensinya. Preferensi harus memenuhi syarat resiprokal, yaitu bila A lebih disukai dari B dengan skala w, maka B lebih disukai dari A dengan skala 1/w.

2. Homogenity

Elemen-elemen dalam hairarki harus dapat dibandingkan satu sama lain dengan skala terbatas. Kalau ini tidak terpenuhi maka diperlukan agregasi terhadap elemen-elemen yang relatif homogen.

3. Dependence

Preferensi dinyatakan dengan asumsi bahwa kriteria tidak dipengaruhi alternatif kriteria yang lain, selain alternatif elemen dibawah suatu kriteria. Atau, perbandingan elemen-elemen dalam suatu level dipengaruhi atau tergantung elemen-elemen dalam level diatasnya. Ini berarti ketergantungan dalam AHP adalah selaras ke atas bukan ke samping.

4. Expectation

Untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki AHP diasumsikan lengkap. Jika ini tidak dipenuhi, maka pengambilan keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau pilihan yang tersedia, akibatnya keputusan menjadi kurang memuaskan.

Disamping empat aksioma diatas, ada empat prinsip kerja AHP yaitu:

decomposition, comparative judgement, synthesis of priority, dan logical

13

1. Decomposition

Decomposition adalah proses penjelasan masalah atau variabel menjadi

beberapa elemen sampai tidak dapat diuraikan lagi. Dengan kata lain,

decomposition yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya.

Hal inilah yang menjadi alasan proses ini dinamakan hirarki. Hirarki dikatakan lengkap bila semua elemen dalam suatu level berhubungan dengan semua level yang berada pada level berikutnya. Jika tidak demikian, maka disebut hirarki yang tidak lengkap dan tidak sesuai.

Gambar 2.1 Proses Decomposition

2. Comparative judgement

Comparative judgement merupakan proses penilaian kepentingan atau

kesukaan relatif terhadap elemen berpasangan dalam suatu level berhubungan dengan level di atasnya. Penilaian ini adalah inti dari AHP, sehingga kita memperoleh prioritas elemen dalam suatu level.

Prinsip comparative judgement dilakukan dengan membuat penilaian tentang

kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini sangat penting karena akan berpengaruh terhadap prioritas dari elemen-elemen yang ada. Hasil dari

Tujuan (Goal) Kriteria 2 Kriteria 3 Alternatif 1 Tingkat 1: Tingkat 2: Tingkat 3: Kriteria 1 Alternatif 2 Alternatif 3

penilaian ini dituliskan dalam matriks yang disebut dengan matriks pairwise

comparison.

Pertanyaan yang biasa diajukan dalam penyusunan skala kepentingan adalah:

a. Elemen mana yang lebih (penting / disukai / mungkin / ….dsb)?

b. Berapa kali lebih (penting / disukai / mungkin / ….dsb)?

Patokan (skala dasar) yang dapat digunakan dalam penyusunan skala

kepentingan dapat menggunakan pedoman yang tertulis pada Tabel 2.1. Perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1 artinya sama pentingnya. Dua elemen yang berlainan dapat dinilai sama penting.

3. Synthesis of priority

Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari local priority.

Matriks-matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, sehingga

untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis di antara local

priority tersebut. Local priority dari matriks-matriks pairwise comparison

yang terdapat pada setiap tingkat dihitung dengan cara mencari rata-rata dari tiap kriteria.

4. Logical consistency

Konsistensi memiliki 2 makna, yaitu: obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi dan menyangkut tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

Bila diketahui A adalah matriks pairwise comparisons dimana penilaian kita

sempurna pada setiap perbandingan, maka berlaku aij.ajk = aik untuk semua i,

15

penilaian yang telah dibuat mungkin dilakukan secara random dan perlu direvisi.

2.4. Website

Web 2.0 adalah sebuah istilah yang dicetuskan pertama kali oleh O’Reilly Media pada tahun 2003, dan dipopulerkan pada konferensi web 2.0 pertama di tahun 2004, merujuk pada generasi yang dirasakan sebagai generasi kedua layanan berbasis web seperti situs jaringan sosial, wiki, perangkat komunikasi, dan folksonomi yang menekankan pada kolaborasi online dan berbagi antar pengguna. O’Reilly Media dengan kolaborasinya bersama MediaLive International, menggunakan istilah ini sebagai judul untuk sejumlah seri konferensi, dan sejak 2004 beberapa pengembang dan pemasar telah mengadopsi ungkapan ini. Sebuah situs web (sering pula disingkat menjadi situs

saja; web site, site) adalah sebutan bagi sekelompok halaman web (web page),

yang umumnya merupakan bagian dari suatu nama domain (domain name) atau

subdomain di World Wide Web (WWW) di Internet. WWW terdiri dari seluruh

situs web yang tersedia kepada publik. Halaman-halaman sebuah situs web

diakses dari sebuah URL yang menjadi "akar" (root), yang disebut homepage

(halaman induk; sering diterjemahkan menjadi "beranda", "halaman muka" atau laman web), dan biasanya disimpan dalam server yang sama. Tidak semua situs web dapat diakses dengan gratis. Beberapa situs web memerlukan pembayaran agar dapat menjadi pelanggan, misalnya situs-situs yang menampilkan pornografi,

situs-situs berita, layanan surat elektronik (e-mail), dan lain-lain. Secara

terminologi, website adalah kumpulan dari halaman-halaman situs, yang biasanya

dalam World Wide Web (WWW) di Internet. Sebuah halaman web adalah

dokumen yang ditulis dalam format HTML (Hyper Text Markup Language), yang

hampir selalu bisa diakses melalui HTTP, yaitu protokol yang menyampaikan

informasi dari server website untuk ditampilkan kepada para pemakai melalui web

browser. Semua publikasi dari website-website tersebut dapat membentuk sebuah jaringan informasi yang sangat besar. Halaman-halaman dari website akan bisa diakses melalui sebuah URL yang biasa disebut Homepage. URL ini mengatur halaman-halaman situs untuk menjadi sebuah hirarki, meskipun, hyperlink-hyperlink yang ada di halaman tersebut mengatur para pembaca dan memberitahu mereka sususan keseluruhan dan bagaimana arus informasi ini berjalan.

2. 4. 1 Macam- macam website

Sebuah Website static, adalah salah satu bentuk website yang isi didalam

website tersebut tidak dimaksudkan untuk di update secara berkala, dan biasanya di maintain secara manual oleh beberapa orang yang menggunakan software editor. Ada 3 tipe kategori software editor yang biasa dipakai untuk tujuan maintaining ini, mereka adalah :

1. Elemen 1 Penyunting teks. Contohnya adalah Notepad atau TextEdit,

dimana HTML diubah didalam program editor tersebut.

2. Elemen 2 WYSIWYG editor. Contohnya Microsoft Frontpage dan

Macromedia Dreamweaver, dimana situs di edit menggunakan GUI (Graphical User Interface) dan format HTML ini secara otomatis di generate oleh editor ini.

17

3. Elemen 3 Editor yang sudah memiliki template, contohnya Rapidweaver

dan iWeb, dimana, editor ini membolehkan user untuk membuat dan mengupdate websitenya langsung ke server web secara cepat, tanpa harus mengetahui apapun tentang HTML. Mereka dapat memilih templat yang sesuai dengan keinginan mereka, menambah gambar atau obyek, mengisinya dengan tulisan, dan dengan sekejap mereka sudah dapat membuat situs web tanpa harus melihat sama sekali kode-kode HTML.

Sebuah website dynamic adalah website yang secara berkala, informasi

didalamnya berubah, atau website ini bisa berhubungan dengan user dengan berbagai macam cara atau metode (HTTP cookies atau Variabel Database, sejarah kunjungan, variabel sesi dan lain-lain) bisa juga dengan cara interaksi langsung menggunakan form dan pergerakan mouse. Ketika web server menerima permintaan dari user untuk memberikan halaman tertentu, maka halaman tersebut akan secara otomatis di ambil dari media penyimpanan sebagai respon dari permintaan yang diminta oleh user. Sebuah situs dapat menampilkan dialog yang sedang berlangsung diantara dua user, memantau perubahan situasi, atau menyediakan informasi yang berkaitan dengan user.

16

3.1. Identifikasi Masalah

PT. Wijaya Putra Persada adalah salah satu perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang properti. Salah satu jasa yang dihasilkan adalah pelayanan jual-beli properti seperti rumah. Perusahaan baru berdiri sejak Maret 2009, di kota Banjar baru Banjarmasin. Oleh karena itu, guna untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumennya, perusahaan membutuhkan sebuah sistem pemilihan properti yang dapat membantu konsumen dalam memutuskan properti mana yang sebaiknya dipilih. Sistem yang akan dibuat adalah sebuah sistem pendukung keputusan dalam pemilihan

properti dengan menggunakan metode AHP (Analitical Hierarchy Process) berbasis

web

3.2. Penerapan Metode AHP

Dalam penerapan metode AHP ini, data-data yang diperlukan adalah data kriteria yang digunakan konsumen dalam pemilihan properti, yaitu harga properti, lokasi, luas dan tipe, sekuritas, serta fasilitas yang tersedia di properti tersebut. Alternatif pilihan properti yang akan dipilih oleh konsumen adalah rumah-rumah yang ditawarkan oleh PT. Wijaya Putra Persada yang ditampilkan dalam web.

Langkah awal yang dilakukan oleh konsumen adalah mengisikan penilaian terhadap tingkat kepentingan masing-masing kriteria dan hasil penilaian akan dituliskan

dalam bentuk matriks pairwise comparison. Penilaian tersebut didasarkan pada

pertanyaan yang ditampilkan dalam sistem yang akan dibuat. Sebagai contoh dalam

penyusunan matriks pairwise comparison pada level tujuan (pemilihan properti) adalah

18

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1. Identifikasi Masalah

PT. Wijaya Putra Persada adalah salah satu perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang properti. Salah satu jasa yang dihasilkan adalah pelayanan jual-beli properti seperti rumah. Perusahaan baru berdiri sejak Maret 2009, di kota Banjar baru Banjarmasin. Oleh karena itu, guna untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumennya, perusahaan membutuhkan sebuah sistem pemilihan properti yang dapat membantu konsumen dalam memutuskan properti mana yang sebaiknya dipilih. Sistem yang akan dibuat adalah sebuah sistem pendukung keputusan dalam pemilihan properti

dengan menggunakan metode AHP (Analitical Hierarchy Process) berbasis web

3.2. Penerapan Metode AHP

Dalam penerapan metode AHP ini, data-data yang diperlukan adalah data kriteria yang digunakan konsumen dalam pemilihan properti, yaitu harga properti, lokasi, luas dan tipe, sekuritas, serta fasilitas yang tersedia di properti tersebut. Alternatif pilihan properti yang akan dipilih oleh konsumen adalah rumah-rumah yang ditawarkan oleh PT. Wijaya Putra Persada yang ditampilkan dalam web.

Langkah awal yang dilakukan oleh konsumen adalah mengisikan penilaian terhadap tingkat kepentingan masing-masing kriteria dan hasil penilaian akan dituliskan

dalam bentuk matriks pairwise comparison. Penilaian tersebut didasarkan pada

pertanyaan yang ditampilkan dalam sistem yang akan dibuat. Sebagai contoh dalam

penyusunan matriks pairwise comparison pada level tujuan (pemilihan properti) adalah

a. Dalam pemilihan rumah, mana yang lebih penting antara harga dengan lokasi? Berapa kali lebih pentingnya?

b. Dalam pemilihan rumah, mana yang lebih penting antara harga dengan luas-tipe?

Berapa kali lebih pentingnya?

c. Dalam pemilihan rumah, mana yang lebih penting antara harga dengan sekuritas?

Berapa kali lebih pentingnya?

d. Dalam pemilihan rumah, mana yang lebih penting antara harga dengan fasilitas?

Berapa kali lebih pentingnya?

Tabel 3.1 menampilkan matriks pairwise comparison yang diperoleh

berdasarkan jawaban konsumen atas pertanyaan-pertanyaan yang disajikan konsumen melalui web.

Tabel 3.1 matriks pairwise comparison untuk tujuan pemilihan properti

Harga Lokasi Luas-Tipe Sekuritas Fasilitas

Harga 1 2 1/3 3 1/2

Lokasi 1/2 1 4 1/3 4

Luas-Tipe 3 ¼ 1 ½ 3

Sekuritas 1/3 3 2 1 4

Fasilitas 2 ¼ 1/3 ¼ 1

Penjelasan tabel 3.1 berdasar pada pengisian persepsi konsumen terhadap tingkat kepentingan kelima kriteria tersebut untuk tujuan pemilihan properti yang akan dibeli, adalah bahwa konsumen menganggap bahwa dalam melakukan pemilihan properti harga merupakan hal yang 2 kali lebih penting dari pada lokasi properti

tersebut. Sehingga, untuk sebaliknya berlaku kebalikannya (sifat reciprocal). Contoh

lain, konsumen menganggap bahwa luas-tipe rumah 3 kali lebih penting daripada fasilitas yang disediakan. Untuk sebaliknya berlaku kebalikannya, yaitu fasilitas 1/3

20

lebih penting dari pada luas-tipe properti. Demikian seterusnya dengan logika yang sama.

Setelah tersusun matriks pairwise comparison, dilakukan proses normalisasi

yaitu dengan cara membagi setiap sel dengan jumlah total setiap kolomnya. Misal, sel [harga-harga] diperoleh dari 1/6,83 = 0,14; sel [lokasi-harga] diperoleh dari 0,5/6,83 = 0,07; sel [harga-lokasi] diperoleh dari 2/6,5 = 0,30; demikian seterusnyua untuk sel

yang lainnya. Tabel 3.2 menunjukkan matriks pairwise comparison dilengkapi dengan

jumlah nilai dari masing-masing kriteria. Tabel 3.3 menunjukkan hasil normalisasi dari

matriks pairwise comparison.

Tabel 3.2 Matriks pairwise comparison dan jumlah untuk tiap kriteria

Harga Lokasi Luas-Tipe Sekuritas Fasilitas

Harga 1.00 2.00 0.33 3.00 0.50 Lokasi 0.50 1.00 4.00 0.33 4.00 Luas-Tipe 3.00 0.25 1.00 0.50 3.00 Sekuritas 0.33 3.00 2.00 1.00 4.00 Fasilitas 2.00 0.25 0.33 0.25 1.00 Jumlah 6.83 6.50 7.66 5.08 12.50

Tabel 3.3 Hasil normalisasi matriks pairwise comparison

Harga Lokasi Luas-Tipe Sekuritas Fasilitas

Harga 0.1463 0.3077 0.0435 0.5902 0.0400

Lokasi 0.0732 0.1538 0.5217 0.0656 0.3200

Luas-Tipe 0.4390 0.0385 0.1304 0.0984 0.2400

Sekuritas 0.0488 0.4615 0.2609 0.1967 0.3200

Fasilitas 0.2927 0.0385 0.0435 0.0492 0.0800

Setelah diperoleh matriks hasil normalisasi, maka dapat dihitung local priority

yaitu dengan menghitung rata-rata nilai untuk tiap barisnya. Hasil perhitungan local

priority ditampilkan dalam tabel 3.4. Dari tabel 3.4 dapat disimpulkan bahwa konsumen

tertinggi dibanding dengan kriteria yang lain dalam hal pemilihan properti. Hal ini,

dikarenakan kriteria sekuritas mempunyai bobot local priority yang tertinggi dibanding

kriteria yang lainnya.

Tabel 3.4 Hasil perhitungan local priority

Harga Lokasi

Luas-Tipe

Sekuritas Fasilitas Local

Priority Harga 0.14 0.30 0.04 0.59 0.04 0.22 Lokasi 0.07 0.15 0.52 0.06 0.32 0.22 Luas-Tipe 0.43 0.03 0.13 0.09 0.24 0.18 Sekuritas 0.04 0.46 0.26 0.19 0.32 0.25 Fasilitas 0.29 0.03 0.04 0.04 0.08 0.10

Langkah berikutnya yang dilakukan oleh konsumen adalah mengisikan penilaian terhadap tingkat ketertarikan (kesukaan) masing-masing pilihan properti dan

hasil penilaian akan dituliskan dalam bentuk matriks pairwise comparison. Penilaian

tersebut didasarkan pada pertanyaan yang ditampilkan dalam sistem yang akan dibuat.

Sebagai contoh dalam penyusunan matriks pairwise comparison pada level kriteria

(lokasi) adalah didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan, diantaranya adalah sebagi berikut:

a. Berdasar kriteria Lokasi, mana yang lebih disukai antara properti A dengan properti

B? Berapa kali lebih sukanya?

b. Berdasar kriteria Lokasi, mana yang lebih disukai antara properti A dengan properti

C? Berapa kali lebih sukanya?

c. Berdasar kriteria Lokasi, mana yang lebih disukai antara properti B dengan properti

22

Tabel 3.5 menampilkan matriks pairwise comparison yang diperoleh

berdasarkan jawaban konsumen atas pertanyaan-pertanyaan yang disajikan konsumen melalui web.

Tabel 3.5 matriks pairwise comparison berdasar kriteria Lokasi

Properti A Properti B Properti C

Properti A 1 2 1/3

Properti B ½ 1 4

Properti C 3 1/4 1

Penjelasan tabel 3.5 berdasar pada pengisian persepsi konsumen terhadap tingkat kesukaan terhadap 3 pilihan properti yang akan dibeli, adalah berdasar kriteria lokasi konsumen menganggap bahwa properti A merupakan pilihan yang 2 kali lebih disukai dari pada properti B. Sehingga, untuk sebaliknya berlaku kebalikannya (sifat

reciprocal). Contoh lain, konsumen menganggap bahwa properti C, 3 kali lebih disukai

daripada properti A dan untuk sebaliknya berlaku kebalikannya. Demikian seterusnya dengan logika yang sama.

Setelah tersusun matriks pairwise comparison, dilakukan proses normalisasi

yaitu dengan cara membagi setiap sel dengan jumlah total setiap kolomnya. Misal, sel [properti A - properti A] diperoleh dari 1 / 4,5 = 0,22; sel [properti A - properti B] diperoleh dari 2/3,25 = 0,61; sel [properti B - properti C] diperoleh dari 4/5,33 0,75; demikian seterusnyua untuk sel yang lainnya dengan logika yang sama. Tabel 3.6

menunjukkan matriks pairwise comparison dilengkapi dengan jumlah nilai dari

masing-masing pilihan properti. Tabel 3.7 menunjukkan hasil normalisasi dari matriks pairwise

comparison. Setelah diperoleh matriks hasil normalisasi, maka dapat dihitung local

Dokumen terkait