• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran

Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Probolinggo dan tabel data.

Profil Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 3 BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Geografis

Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu bagian dari Propinsi Jawa Timur yang terletak diantara 1120 51’ - 1130 30’ Bujur Timur dan 70 40’ - 1130 30’ Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah:

 Utara : Selat Madura

 Timur : Kabupaten Situbondo  Barat : Kabupaten Pasuruan

 Selatan : Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember

 Sedangkan di sebelah utara bagian tengah terdapat daerah Otonom, yaitu Kota Probolinggo.

Gambar 1

Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Probolinggo

Letak ketinggian wilayah di Kabupaten Probolinggo dari permukaan laut terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:

 Dataran tinggi (> 1.000 meter) : 7 Kecamatan  Dataran sedang (100-1.000 meter) : 11 Kecamatan  Dataran rendah (< 100 meter) : 6 Kecamatan

Profil Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 4 B. Wilayah Administrasi

Secara umum wilayah Kabupaten Probolinggo terdiri atas 2 bagian, yaitu Probolinggo daratan dan Pulau Gili dengan luas wilayah sebesar 1.696,17 Km2 yang terbagi atas 24 kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Krucil (202,53 Km2).

Adapun jumlah desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Probolinggo tahun 2014 sebanyak 325 desa dan 5 kelurahan. Kecamatan yang memiliki desa terbanyak adalah Kecamatan Paiton (20 desa).

C. Demografi

Jumlah penduduk di Kabupaten Probolinggo tahun 2014 berdasarkan hasil proyeksi BPS Provinsi Jawa Timur sebanyak 1.132.443 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 663 jiwa per km2. Kecamatan Paiton merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling besar, yaitu 70.651 jiwa (6,29%), namun apabila dilihat dari tingkat kepadatan penduduk, maka Kecamatan Sumberasih menjadi kecamatan terpadat dengan 2.016 jiwa per km2.

Gambar piramida penduduk di bawah ini memperlihatkan bahwa secara umum penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 94,94%, atau bisa dikatakan apabila terdapat 95 penduduk laki-laki maka terdapat 100 penduduk perempuan.

Grafik 1

Piramida Penduduk Kabupaten Probolinggo Tahun 2014

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Hasil Proyeksi Penduduk) 46.589 46.117 45.121 47.319 43.043 39.202 42.134 42.615 42.109 40.453 34.731 28.962 21.750 13.777 9.375 8.399 45.085 44.378 44.021 46.569 44.861 43.111 46.857 45.830 44.807 42.488 36.845 29.107 22.392 16.476 12.909 15.011 60.000 40.000 20.000 0 20.000 40.000 60.000 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 > 75 Perempuan Laki-laki

Profil Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 5 Bentuk piramida penduduk ini menggambarkan bentuk Limas (Expansive). Bentuk ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia muda lebih banyak dari pada usia dewasa maupun usia tua, sehingga dapat dikatakan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Probolinggo sangat tinggi. Memperhatikan bentuk Piramida Penduduk Expansif, maka sasaran prioritas kesehatan ditentukan kepada usia muda/bayi, karena bentuk piramida ini memiliki ciri-ciri :

a. Sebagian besar berada pada kelompok penduduk muda b. Kelompok usia tua jumlahnya sedikit

c. Tingkat kelahiran bayi tinggi d. Pertumbuhan penduduk tinggi

Profil Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 6 BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Untuk mengetahui gambaran derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dari indikator-indikator yang digunakan antara lain angka kematian, Umur harapan hidup, angka kesakitan serta status gizi. Indikator tersebut dapat diperoleh melalui laporan dari fasilitas kesehatan (facility based) dan data yang dikumpulkan dari masyarakat (community based).

A. Mortalitas

Perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat. Angka kejadian kematian dapat digunakan sebagai indikator dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, sehingga program-program kesehatan banyak yang menitikberatkan pada upaya penurunan AKB, dimana AKB merujuk pada jumlah bayi yang meninggal antara fase kelahiran hingga bayi umur < 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan laporan kematian dari puskesmas pada tahun 2014 tercatat 235 bayi meninggal dari 18.388 kelahiran hidup. Jumlah tersebut naik apabila dibandingkan dengan tahun 2013, yaitu sebanyak 201 kasus kematian. Jadi angka kematian bayi pada tahun 2014 naik dibandingkan tahun 2013 yaitu dari 11,04 menjadi 12,78 per 1.000 Kelahiran hidup.

Grafik 2

Kecenderungan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Probolinggo

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Probolinggo

Kematian bayi yang terbesar adalah pada umur 0-28 hari yaitu sebanyak 175 kasus kematian. Penyebab langsung kematian bayi (0-28 hari) pada tahun 2014 adalah

10 11 12 13 2010 2011 2012 2013 2014 12,69 11,71 12,43 11,04 12,78 AKB PER 1000 KH

Profil Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 7 Berat Badan Lahir Rendah (51,42%), Asfiksia (17,71%), Kelainan Kongenital (16%) Sepsis (4,57%), Trauma Lahir (0,57%), dan penyebab lain-lain (9,14%).

Sedangkan penyebab tidak langsung dari kematian bayi adalah disebabkan karena faktor keterlambatan (3 T) yaitu Terlambat Pengambilan keputusan, Terlambat Merujuk, Terlambat Mendapat penanganan.

Grafik 3

Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir (0-28 hari) di Kabupaten Probolinggo

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Probolinggo 2. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

Kematian ibu maternal adalah kematian ibu karena kehamilan, melahirkan atau selama nifas. Selama 5 (lima) tahun terakhir jumlah kematian ibu tergambar dalam Gambar sebagai berikut:

Grafik 4

Kematian Ibu Maternal di Kabupaten Probolinggo Tahun 2010 - 2014

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Probolinggo

Angka Kematian Ibu adalah jumlah kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup. Menurut laporan dari puskesmas, kematian ibu pada tahun 2014 terjadi 24 kasus kematian ibu atau 130,51 per 100.000 kelahiran hidup. Dibandingkan tahun sebelumnya, baik jumlah maupun AKI pada tahun 2014 mengalami peningkatan.

Penyebab langsung kematian ibu pada tahun 2014 disebabkan karena Perdarahan (29,83%), Pre Eklamsi (16,66), Infeksi (8,33%), Emboli Air Ketuban (4,16%) dan Lain-lain (50%). BBLR, 51,73% Kelainan Kongenital, 16,09% Asfiksia, 17,82% Sepsis, 4,60% Trauma Lahir, 0,57% lain-lain, 9,19% 16 15 15 12 24 86,74 80,59 81,07 65,93 130,51 0 20 40 60 80 100 120 140 0 5 10 15 20 25 30 2010 2011 2012 2013 2014 Jml Kasus AKB

Profil Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 8 Penyebab kematian ibu maternal tergambar sebagai grafik berikut ini:

Grafik 5

Penyebab Langsung Kematian Ibu di Kabupaten Probolinggo Tahun 2014

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Probolinggo B. Umur Harapan Hidup (UHH)

Umur Harapan Hidup juga merupakan salah satu indikator derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat, dimana adanya peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dapat diindikasikan adanya keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan.

Umur Harapan Hidup didapatkan berdasarkan hasil survei dari BPS Kabupaten Probolinggo, maka angka harapan hidup waktu lahir (℮○) tahun 2012 telah menjadi 61,70 Tahun. Adapun Angka Harapan Hidup di Kabupaten Probolinggo adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Probolinggo Tahun 2004-2013

Tahun Angka Harapan Hidup

2004 59,60 Tahun 2005 59,99 Tahun 2006 60,00 Tahun 2007 60,33 Tahun 2008 60,56 Tahun 2009 60,85 Tahun 2010 61,13 Tahun 2011 61,42 Tahun 2012 61,70 Tahun 2013 61,87 Tahun

Sumber: BAPPEDA Kab Probolinggo dan BPS Kab Probolinggo

Penambahan usia harapan hidup waktu lahir menunjukkan telah terjadinya peningkatan kemampuan penduduk dalam memperbaiki kualitas hidup dan lingkungan. Peningkatan kualitas hidup akan sebanding dengan peningkatan status sosio-ekonomi keluarga. Sedangkan kualitas lingkungan berkaitan dengan kesadaran masyarakat untuk hidup dalam lingkungan fisik yang lebih baik.

Pre Eklamsi, 16,66%

Infeksi, 8,33%

Perdarahan, 29,83% Emboli Air Ketuban,

4,16% Lain-lain, 50,00%

Profil Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 9 C. Morbiditas (Angka Kesakitan)

Angka kesakitan pada penduduk diperoleh dari data yang berasal dari masyarakat (community Base data) melalui pengamatan (surveilans) dan data yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan (facility base data) melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin dan insidentil.

1. Penyakit Menular Langsung a. Penyakit Tuberkulosis Paru

Penyakit Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit infeksi serius yang bisa menyebabkan kematian di semua usia, terutama usia produktif (15-50 tahun) dan anak-anak. Golongan sosial ekonomi lemah yang asupan nutrisinya kurang dari rata rata merupakan golongan terbanyak yang menderita penyakit ini.

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melaui percikan dahak infeksius penderita BTA positif. Sebagian besar penyakit ini menyerang paru-paru sebagai organ tempat infeksi primer, namun dapat juga menyerang organ lain seperti kulit, kelanjar limfe, tulang dan selaput otak.

Pada tahun 2014, jumlah seluruh kasus TB sebanyak 1.328 kasus dan 809 diantaranya adalah TB paru BTA positif. Sedangkan persentase kesembuhan mencapai 88,81% dari 861 pasien BTA positif yang diobati pada tahun 2014. Cakupan kesembuhan tersebut sudah memenuhi target MDGs 2015 sebesar 85%.

Grafik 6

Perkembangan Penderita TB Paru di Kabupaten Probolinggo Tahun 2010 - 2014

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Probolinggo

b. Penyakit Pneumonia

Pneumonia merupakan salah satu penyakit utama penyebab kematian bayi dan balita terbesar di Indonesia. Kondisi tersebut umumnya terjadi pada balita terutama pada kasus gizi kurang dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat (asap rokok, polusi). Berdasarkan laporan puskesmas tahun 2014 di Kabupaten Probolinggo terdapat 193 kasus pneumonia pada balita. Angka tersebut menurun

852 1.003 958 861 809 91,15 91,55 93,32 91,75 88,81 70,00 80,00 90,00 100,00 700 800 900 1.000 1.100 2010 2011 2012 2013 2014 BTA+ %Sembuh

Profil Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 10 apabila dibandingkan jumlah penderita pneumonia balita pada tahun 2013, yaitu 404 penderita.

Grafik 7

Jumlah Penderita ISPA Pneumonia pada Balita di Kabupaten Probolinggo Tahun 2010 – 2014

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Probolinggo

Upaya pemberantasan penyakit ISPA difokuskan pada upaya penemuan dini dan tata laksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita. Kecepatan keluarga dalam membawa penderita ke pelayanan kesehatan serta keterampilan petugas dalam menegakkan diagnosa merupakan kunci keberhasilan penanganan penyakit pneumonia.

c. Penyakit HIV-AIDS dan IMS

AIDS (Acqiured Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh karena diserang virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus). Keberadaan penderita HIV-AIDS bagaikan fenomena gunung es, dimana jumlah penderita yang ditemukan jauh lebih kecil dibandingkan penduduk yang terinfeksi. Kondisi tersebut tak dapat dipungkiri bertalian erat dengan mobilitas penduduk yang meningkat pesat disertai peningkatan perilaku seksual yang tidak aman serta penggunaan NAPZA suntik yang semakin meluas.

Grafik 8

Jumlah Penderita HIV-AIDS di Kabupaten Probolinggo Tahun 2010 – 2014

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Probolinggo 716 682 605 404 193 0 200 400 600 800 2010 2011 2012 2013 2014 41 103 161 237 240 0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 2010 2011 2012 2013 2014

Profil Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 11 Pada dengan tahun 2014 jumlah kasus HIV yang dilaporkan oleh 33 puskesmas sebanyak 240 kasus dan sebanyak 179 kasus diantaranya telah dinyatakan positif AIDS dengan kasus terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Paiton sebanyak 110 kasus. Sedangkan jumlah kasus IMS pada tahun 2014 menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu 59 kasus dari 90 kasus di tahun 2013.

Grafik 9

Kasus HIV/AIDS berdasarkan Usia di Kabupaten Probolinggo Tahun 2014

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Probolinggo

Dari grafik di atas, terlihat bahwa HIV/AIDS lebih banyak menyerang kelompok usia produktif.

Grafik 10

Distribusi Penyebaran HIV/AIDS berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Probolinggo Tahun 2014

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Probolinggo

Melihat grafik penyebaran HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Probolinggo terlihat bahwa penderita laki-laki lebih banyak dari pada penderita perempuan. Rasio Laki-laki dibandingkan perempuan adalah 11 : 10. Rasio ini tentunya telah bergeser dimana rasio Laki-laki dibandingkan perempuan penderita HIV/AIDS pada tahun 2009 adalah 3 : 1.

Upaya pencegahan dan penanggulangan dilakukan melalui penyuluhan ke masyarakat, pengobatan dan pemeriksaan berkala Infeksi Menular Seksual (IMS), pengamanan darah donor dan kegiatan lain yang menunjang pemberantasan penyakit HIV-AIDS. ≤ 4 TAHUN, 2,50 5 - 14 TAHUN, 0,42 15 - 19 TAHUN, 2,08 20 - 24 TAHUN, 9,17 25 - 49 TAHUN, 79,17 ≥ 50 TAHUN, 6,67 Laki-laki, 53,33% Perempuan, 46,67%

Profil Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 12 Apabila melihat usia yang telah mengerti tentang HIV/AIDS berada pada usia 5 – 14 th., maka untuk promosi pencegahan HIV AIDS sudah harus dilakukan pada usia tersebut dan apabila melihat kecenderungan rasio jenis kelamin, maka ini menunjukkan bahwa penyebaran HIV/AIDS tidak lagi menganut gender sehingga penyuluhan harus ditekankan pada usia SD – SMP tanpa memandang jenis kelamin. d. Penyakit Kusta

Penyakit kusta atau sering disebut penyakit Lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae yang menyerang saraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Sampai saat ini penyakit kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat dan Indonesia menjadi negara penyumbang kusta terbesar ketiga di dunia. Sementara itu di Kabupaten Probolinggo penyakit kusta sebagian besar terdapat di wilayah Puskesmas Krejengan.

Gambar 2

Kasus Kusta yang tercatat di Kabupaten Probolinggo Tahun 2014

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Probolinggo

Penyakit kusta menurut jenis penyakitnya dibedakan menjadi kusta PB (Pausi Basiler) dan kusta MB (Multi Basiler), dan pengobatannya disesuaikan dengan klasifikasi jenisnya. Berdasarkan laporan, dari 15 penderita kusta yang ditemukan pada tahun 2013 di Kabupaten Probolinggo yang selesai pengobatan (RFT) sampai tahun 2014 sebanyak 15 penderita (100%). Sementara dari 211 penderita kusta MB pada tahun 2012 yang telah menyelesaikan pengobatan sampai tahun 2014 ada 196 penderita (92,89%), sedangkan sisanya masih menyelesaikan pengobatan. Penderita kusta MB baru yang ditemukan tahun 2014 sebanyak 168 orang.

Untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat dapat dilihat melalui angka proporsi cacat tingkat II. Angka ini menunjukkan keterlambatan penemuan penderita dan proporsi anak yang menular di masyarakat. Angka proporsi anak di Kabupaten Probolinggo tahun 2014 sebesar 10% dan tingkat kecacatan tingkat II sebesar 9%. Kedua angka tersebut masih diatas target nasional yaitu 5%, artinya

Profil Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 13 penularan penyakit kusta masih berlanjut di masyarakat dan kesadaran masyarakat masih kurang dalam mengenali secara dini gejala penyakit kusta sehingga penderita kusta yang ditemukan sering kali telah dalam keadaan cacat.

Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit kusta dilakukan melalui penemuan penderita secara dini dan pengobatan dengan MDT (Multi Drug Therapy). Untuk mencegah kecacatan penderita dilakukan pemeriksaan POD (Prevention of Disability) setiap bulan selama masa pengobatan dan rehabilitasi medis serta dilakukan Kelompok Perawatan Diri (KPD) di 4 Puskesmas.

2. Penyakit Potensi KLB (Kejadian Luar Biasa)/Wabah a. Diare

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan, dimana sarana air bersih dan BAB serta perilaku manusia yang tidak sehat merupakan faktor dominan penyebab penyakit tersebut. Kasus diare dapat menyebabkan kematian terutama pada saat Kejadian Luar Biasa (KLB).

Pada tahun 2014 di Kabupaten Probolinggo terdapat 27.029 kasus diare dengan proporsi balita sebesar 32,27 % (9.159 kasus).

Grafik 11

Perkembangan Kasus Diare di Kabupaten Probolinggo Tahun 2010 – 2014

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Probolinggo

Dari gambar di atas terlihat total kasus diare pada tahun 2014 cenderung menurun dibandingkan tahun 2013, begitu pula untuk kasus diare pada balita.

Upaya penanggulangan diare dilakukan dengan pemberian oralit dan penggunaan infus pada penderita, penyuluhan kepada masyarakat agar meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari serta melibatkan peran serta kader dalam tata laksana diare. Hal ini dimaksudkan untuk penanganan kasus diare yang tepat dan cepat di tingkat rumah tangga, sehingga dapat mencegah terjadinya kasus dehidrasi berat yang dapat mengakibatkan kematian. 0 10.000 20.000 30.000 40.000 2010 2011 2012 2013 2014

Profil Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 14 b. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). KLB DBD sering menimbulkan kepanikan di masyarkat karena penyebarannya yang cepat dan berpotensi menimbulkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang penularannya melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang hidup di genangan air bersih di sekitar rumah. Umumnya kasus ini mulai meningkat saat musim hujan.

Jumlah kasus DBD di Kabupaten Probolinggo yang dilaporkan pada tahun 2014 sebanyak 216 kasus dengan angka kesakitan (Insiden Rate) sebesar 19,07 per 100.000 penduduk. Kasus terbanyak di wilayah Puskesmas Paiton sebanyak 26 kasus (Tabel 21). Insiden rate tersebut telah memenuhi target nasional (<20/100.000 penduduk) namun menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun 2013 (11,92/100.000 penduduk).

Gambar 3

Kasus DBD di Kabupaten Probolinggo Tahun 2014

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Probolinggo

c. Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan parasit “Plasmodium” yang menyerang sel darah merah, ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan ancaman di Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi serta sering menimbulkan KLB. Penyakit Malaria menyebar cukup merata di Indonesia, terutama diluar wilayah Jawa-Bali. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010, kasus baru dan prevalensi Malaria masih cukup tinggi terutama di Indonesia Timur. Malaria juga merupakan salah satu yang menjadi tujuan Millenium Development Goals (MDGs) untuk dikendalikan penyebarannya. Melihat fenomena ini, maka kewaspadaan terhadap Malaria masih diberlakukan di Jawa Timur khususnya Kabupaten Probolinggo. Hal ini karena

Profil Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 15 masih memungkinkan adanya Malaria yang dapat menimbulkan KLB maupun wabah.

Di Jawa Timur penyakit malaria masih menjadi penyakit endemis dibeberapa daerah. Kabupaten Probolinggo meski tidak termasuk di dalamnya, namun telah terjadi KLB dengan munculnya 2 kasus pada tahun 2014. Kedua kasus tersebut terjadi di wilayah kecamatan Leces dan Kecamatan Banyuanyar. Dimana hasil PE menyatakan bahwa sumber penularan kasus tersebut berasal dari luar Kabupaten Probolinggo.

d. Filariasis

Penyakit Filariasis adalah penyakit menular kronis yang disebabkan cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening serta merusak sistem limfe. Penyakit filariasis menimbulkan pembengkakan kaki, granula mammae dan scrotum. Menyebabkan kecacatan hidup serta stigma sosial bagi penderita dan keluarganya. Sampai dengan tahun 2014 jumlah total penderita filariasis di Kabupaten Probolinggo sebanyak 8 kasus, tersebar di Maron 1 kasus, Tongas 4 kasus, Leces 1 kasus, dan Kuripan 2 kasus.

Gambar 4

Penderita Filariasis di Kabupaten Probolinggo sampai dengan Tahun 2014

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Probolinggo

Strategi eliminasi filariasis dilaksanakan berdasarkan kesepakatan WHO tahun 2000 melalui pemutusan rantai penularan dengan pengobatan massal sekali setahun di daerah endemis minimal 5 tahun. Penanggulangan yang biasanya dilakukan adalah melalui pelacakan dan pemeriksaan darah jari penderita dan yang kontak serumah, pengobatan individual sesuai protap serta perawatan diri secara mandiri.

Profil Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 16 3. Penyakit Menular yang dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

Beberapa penyakit dapat menular dengan cepat sehingga berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, namun diantara penyakit-penyakit tersebut ada yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) antara lain:

a. Difteri

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae, yang ditandai dengan gejala panas tinggi disertai pseudo membran (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tenggorok yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Penyakit ini bisa menyerang anak-anak dan dewasa serta sering kali menyebabkan kematian pada anak-anak. Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi DPT-HB / DPT-HB-Hib (Pentavalen) sebanyak 3 dosis pada saat bayi, DPT-HB-Hib sebanyak 1 dosis saat Batita (18-36 bulan), DT 1 sebanyak 1 dosis saat SD Kelas 1 dan Td sebanyak 2 dosis untuk SD kelas 2 dan 3.

Pada tahun 2014, ada 4 kasus difteri di Kabupaten Probolinggo yang terdapat di 4 Puskesmas. Semua penderita sudah memperoleh penanganan sesuai standar, akan tetapi karena penemuan kasus yang kurang cepat disertai proses rujukan yang kurang tepat ditunjang dengan status imunisasinya masih 0 (nol), sehingga 1 penderita difteri tersebut akhirnya meninggal dunia. Mengacu pada Gambar 11, tampak adanya penurunan jumlah kasus pada tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013. Hal ini sebagai hasil dari upaya penanganan KLB tahun 2012 – 2013 yaitu dengan pemberian imunisasi tambahan Sub PIN Difteri sebanyak 3 kali putaran.

Grafik 12

Jumlah Kasus Difteri dan Penderita Meninggal di Kabupaten Probolinggo Tahun 2010 – 2014

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Probolinggo b. Tetanus dan Tetanus Neonatorum

Tetanus adalah penyakit toksemia akut yang menyerang pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Jika menyerang pada neonatus (0-1 Bulan) dinamakan Tetanus Neonatorum. Berdasarkan laporan dari puskesmas, pada tahun 2014 terdapat 2 kasus tetanus neonatorum dengan 1

7 26 28 10 4 0 3 2 0 1 0 5 10 15 20 25 30 35 2010 2011 2012 2013 2014

Profil Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 17 kematian di Kabupaten Probolinggo. Kejadian kasus tetanus neonatorum dapat dicegah dengan upaya pertolongan persalinan pada tenaga kesehatan profesional dan dengan pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil. Selain ibu hamil, imunisasi TT juga diupayakan untuk diberikan pada wanita usia subur (WUS) non hamil usia 15 – 49 tahun. Baik hamil atau non hamil akan memperoleh perlindungan maksimal bila status imunisasi TT nya sudah mendapatkan TT5. Dari gambar di bawah terlihat ada kenaikan kasus bila dibandingkan tahun sebelumnya.

Grafik 13

Jumlah Penderita dan Kematian Tetanus Neonatorum di Kabupaten Probolinggo Tahun 2010 – 2014

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Probolinggo c. Campak

Penyakit campak merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus Measles. Penyakit ini yang disebarkan melalui bersin/batuk dengan gejala awal yaitu demam, bercak kemerahan, batuk-pilek lalu timbul ruam di seluruh tubuh. Penyakit campak sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) bahkan lebih parah lagi bisa meningkat menjadi wabah, dimana kematian akibat campak pada umumnya disebabkan komplikasi dengan penyakit lain seperti meningitis. Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi campak pada bayi, batita, dan anak sekolah.

Gambar 5

Kasus Campak di Kabupaten Probolinggo Tahun 2014

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Probolinggo 2010, 6 2011, 2 2012, 3 2013, 0 2014, 2 2010, 3 2011, 1 2012, 3 2013, 0 2014, 1 Ju mlah K as u s Kasus TN Meninggal

Profil Kesehatan Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 18 Di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2014 terdapat kasus campak sejumlah 262 kasus dari laporan 22 puskesmas. Berdasarkan Gambar 3.12 terlihat adanya peningkatan kasus yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya. Kejadian campak merata hampir di seluruh wilayah Kabupaten Probolinggo. Untuk menanggulangi KLB campak, telah dilakukan upaya antara lain pelacakan kasus, pemberian vitamin A, memberikan penyuluhan pentingnya imunisasi baik individu maupun secara kelompok, dan pelaksanaan pemberian imunisasi tambahan melalui kegiatan Outbreak Response Immunization (ORI) campak pada daerah kasus.

Grafik 14

Jumlah Penderita Campak di Kabupaten Probolinggo Tahun 2010 – 2014

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Probolinggo d. Hepatitis B

Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B yang dapat merusak hati. Penyebaran penyakit tersebut bisa melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan dan melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak-anak biasanya tidak menimbulkan gejala dan kalaupun ada biasanya adalah gangguan pada perut, lemah dan urine menjadi kuning. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan cirrhosis hepatis (kanker hati) dan dapat menyebabkan kematian.

Pada tahun 2010 jumlah kasus Hepatitis B yang dilaporkan sebanyak 20 kasus yang terjadi di Desa Randupitu Kecamatan Gending. Sedangkan untuk tahun 2011 - 2014 tidak ditemukan lagi kasus ini.

e. AFP (Acute Flaccid Paralysis)

Pada tanggal 27 Maret 2014 World Health Organization (WHO) telah memberikan sertifikat bebas polio pada negara - negara regional SEARO termasuk

Dokumen terkait