• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.2 Deskripsi Data Penelitian

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum dan maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi (Ghozali, 2011:19). Nilai minimum dan maksimum menunjukkan nilai tertinggi dan terendah dari data penelitian, sementara itu nilai mean menunjukkan nilai rata-rata dari data penelitian. Standar deviasi merupakan ukuran penyebaran yang memberikan informasi sebagaimana data menyebar. Nilai ukuran penyebaran yang besar menunjukkan bahwa data sangat beragam/bervariasi, sedangkan ukuran penyebaran yang kecil menunjukkan bahwa data lebih kompak atau homogen. Statistik deskriptif dari setiap variabel penelitian yang terdapat dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

WCTA 115 -.293 .729 .33993 .229001 DER 115 .104 8.441 .82951 .931766 ITO 115 1.154 15.110 4.30403 2.081424 TATO 115 .364 3.248 1.37113 .523224 GPM 115 .105 .719 .37387 .174311 OPM 115 .007 .471 .13528 .105391 LABA 115 -.634 5.874 .37295 .731114 Valid N (listwise) 115

Sumber: Ouput SPSS 19, diolah penulis 2013

Berdasarkan statistik deskriptif data yang disajikan pada tabel 4.3 tersebut, dapat dijelaskan hal berikut :

1. WCTA minimum yaitu sebesar -0,293 dimiliki oleh PT Multi Bintang Indonesia pada tahun 2009. Nilai WCTA diperoleh dari nilai aset lancar yaitu aset yang perputarannya kurang dari 1 (satu) tahun dikurangi dengan hutang jangka pendek yang harus dilunasi, kemudian hasil pengurangan tersebut dibagi dengan jumlah aset yang dimiliki. Rasio WCTA yang hanya -0,239 mengindikasikan jika modal operasional PT Multi Bintang Indonesia sangat rendah, ini dapat menjadi ancaman bagi kegiatan operasi dari PT Multi Bintang Indonesia.

Rasio WCTA maksimum dimiliki oleh PT Merck Tbk pada tahun 2011 sebesar 0,729. Ini menandakan bahwa PT Merck Tbk memiliki modal operasional yang cukup tinggi dan paling efisien dalam mengelola aset lancar yang dimiliki sehingga mampu menutupi jumlah hutang jangka pendek yang harus dilunasi.

Adapun mean WCTA yang dimiliki oleh industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 adalah 0,339. Sementara itu nilai standar deviasi dari industri barang konsumsi selama periode 2008-2012 adalah 0,229. Ini menujukkan bahwa ukuran penyebaran nilai rasio WCTA relatif kecil, sehingga rasio WCTA pada sektor industri barang konsumsi lebih homogen.

2. DER minimum yaitu sebesar 0,104 dimiliki oleh PT Mandom Indonesia Tbk pada tahun 2010. Nilai DER diperoleh dari jumlah utang yang dimiliki dibagi dengan modal yang dimiliki, dengan rasio DER sebesar 0,104 mengindikasikan bahwa PT Mandom Indonesia Tbk sebagai perusahaan yang

paling sedikit menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan.

Rasio DER maksimum dimiliki oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2009 sebesar 8,441. Ini menandakan bahwa PT Multi Bintang Indonesia Tbk paling banyak menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan. Hal ini dapat menimbulkan resiko yang cukup besar ketika PT Multi Bintang Indonesia Tbk tidak mampu melunasi hutang-hutangnya tersebut.

Adapun mean DER yang dimiliki oleh industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 adalah 0,829. Sementara itu nilai standar deviasi dari industri barang konsumsi selama periode 2008-2012 adalah 0,931. Ini menujukkan bahwa ukuran penyebaran nilai rasio DER relatif kecil, sehingga rasio DER pada sektor industri barang konsumsi lebih homogen.

3. ITO minimum yaitu sebesar 1,154 dimiliki oleh PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk pada tahun 2009. Nilai ITO didapat dari harga pokok penjualan yaitu biaya langsung yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dibagi dengan rata-rata persediaan bahan baku, dengan rasio ITO sebesar 1,154 mengindikasikan tidak efisisiensinya kinerja PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk dalam memproduksi produk sehingga banyak persediaan bahan baku yang menumpuk.

Rasio ITO maksimum dimiliki oleh PT Cahaya Kalbar Tbk pada tahun 2008 sebesar 15,11. Ini menunjukkan bahwa PT Cahaya Kalbar Tbk merupakan perusahaan yang paling efisien dan produktif dalam kegaitan bisnisnya,

dimana perputaran persediaan barang yang dimiliki sangat tinggi dibanding perusahaan-perusahaan lain pada sektor industri barang konsumsi.

Adapun mean ITO yang dimiliki oleh industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 adalah 4,304. Sementara itu nilai standar deviasi dari industri barang konsumsi selama periode 2008-2012 adalah 2,081. Ini menujukkan bahwa ukuran penyebaran nilai rasio ITO lumayan tinggi, sehingga rasio ITO pada sektor industri barang konsumsi lebih bervariasi.

4. TATO minimum yaitu sebesar 0,364 dimiliki oleh PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk pada tahun 2010. Nilai TATO didapat dari jumlah penjualan bersih dibagi dengan jumlah aset yang dimiliki, dengan rasio TATO yang hanya 0,364 mengindikasikan bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk tidak efektif dalam menggunakan seluruh aset yang dimiliki, sehingga mengakibatkan rendahnya penjualan bersih yang diperoleh.

Rasio TATO maksimum dimiliki oleh PT Cahaya Kalbar Tbk pada tahun 2008 sebesar 3,248. Ini menunjukkan bahwa PT Cahaya Kalbar Tbk menghasilkan penjualan bersih yang tinggi karena efektif dalam mengelola seluruh aset yang dimiliki.

Adapun mean TATO yang dimiliki oleh industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 adalah 1,371. Sementara itu nilai standar deviasi dari industri barang konsumsi selama periode 2008-2012 adalah 0,523. Ini menujukkan bahwa ukuran penyebaran nilai rasio TATO relatif kecil, sehingga rasio TATO pada sektor industri barang konsumsi lebih homogen.

5. GPM minimum yaitu sebesar 0,105 dimiliki oleh PT Kedawung Setia Industrial Tbk pada tahun 2008. Nilai GPM didapat dari jumlah laba kotor yang dihasilkan dibagi dengan jumlah penjualan bersih selama setahun, dengan rasio GPM yang hanya 0,105 mengindikasikan rendahnya jumlah laba kotor yang dihasilkan oleh PT Kedawung Setia Industrial Tbk, karena tingginya biaya langsung yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi.

Rasio GPM maksimum dimiliki oleh PT Delta Djakarta Tbk pada tahun 2012 sebesar 0,719. Nilai ini menandakan bahwa PT Delta Djakarta Tbk menghasilkan laba kotor yang paling tinggi dibanding dengan perusahaan lain pada sektor industri barang konsumsi. Selain itu PT Delta Djakarta Tbk lebih efisien dalam kegiatan produksinya.

Adapun mean GPM yang dimiliki oleh industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 adalah 0,373. Sementara itu nilai standar deviasi dari industri barang konsumsi selama periode 2008-2012 adalah 0,174. Ini menunjukkan bahwa ukuran penyebaran nilai rasio GPM relatif kecil, sehingga rasio GPM pada sektor industri barang konsumsi lebih homogen.

6. OPM minimum yaitu sebesar 0,007 dimiliki oleh PT Indofarma Tbk pada tahun 2008. Nilai OPM didapat dari jumlah laba operasi atau laba sebelum pajak yang dihasilkan dibagi dengan penjualan bersih yang diperoleh selama satu periode, dengan rasio OPM yang hanya 0,007 mengindikasikan laba operasi dari PT Indofarma Tbk sangat rendah, karena PT Indofarma Tbk banyak melakukan pengeluaran melalui kegiatan operasinya.

Rasio OPM maksimum dimiliki oleh PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk pada tahun 2011 sebesar 0,471. Nilai ini menandakan bahwa PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk memiliki laba operasi yang paling tinggi dibanding dengan perusahaan lain pada sektor industri barang konsumsi. Ini juga mengindikasikan bahwa PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk memiliki kegiatan operasi yang efektif.

Adapun mean OPM yang dimiliki oleh industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 adalah 0,135. Sementara itu nilai standar deviasi dari industri barang konsumsi selama periode 2008-2012 adalah 0,105. Nilai ini menunjukkan bahwa ukuran penyebaran nilai rasio OPM relatif kecil, sehingga rasio OPM dari sektor industri barang konsumsi lebih homogen.

7. Pertumbuhan Laba minimum yaitu sebesar -0,634 dimiliki oleh PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk pada tahun 2009. Pertumbuhan Laba diperoleh dari jumlah laba yang diperoleh tahun saat ini dikurangi jumlah laba yang diperoleh tahun sebelumnya, kemudian hasil pengurangan tersebut dibagi dengan jumlah laba yang diperoleh tahun sebelumnya. Dengan pertumbuhan laba sebesar -0,634 ini menunjukkan bahwa laba yang diperoleh PT Ultrajaya Tbk tahun 2009 mengalami penurunan dibanding tahun 2008, jika ini terus berlanjut maka dapat mengancam kelangsungan usaha dari PT Ultrajaya.

Pertumbuhan Laba maksimum dimiliki oleh PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk pada tahun 2008 sebesar 5,874. Nilai ini mengindikasikan bahwa laba tahun 2008 yang diperoleh oleh PT Ultrajaya

jauh lebih tinggi dibanding laba tahun 2007, karena itu nilai seperti ini harus dipertahankan untuk terus meningkatkan kelangsungan usaha dari PT Ultrajaya.

Adapun mean Pertumbuhan Laba yang dimiliki oleh industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 adalah 0,372. Sementara itu nilai standar deviasi dari industri barang konsumsi selama periode 2008-2012 adalah 0,731. Nilai ini menunjukkan bahwa ukuran penyebaran pertumbuhan laba cukup tinggi, sehingga pertumbuhan laba dari sektor industri barang konsumsi lebih bervariasi.

4.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik

Dokumen terkait