• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan mengantar pada hasil penelitian secara ringkas berisi kesimpulan dan saran.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1. Earning Per Share ( EPS )

Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M (2012) pengertian laba perlembar saham atau Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang menunjukan seberapa besar keuntungan (laba) yang diperoleh investor atau pemegang saham atas perlembar sahamnya, sedangkan menurut Henry Simamora (2012) Earning Per Share (EPS) adalah laba bersih perlembar saham biasa yang beredar selama satu periode, rasio laba perlembar saham ini mengukur profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham biasa. Dari dua pengertian Earning Per Share (EPS) menurut para ahli diatas, Earning Per

Share (EPS) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa

besar keuntungan atau laba yang akan diterima oleh para investor perlembar sahamnya selama satu periode, semakin besar keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan semakin besar juga Earning Per Share (EPS) yang diterima oleh para pemegang saham. Karena jika EPS meningkat, berarti perusahaan mampu menghasilkan kenaikan laba bersih, sehingga investor akan memperoleh keuntungan dari laba perlembar saham yang semakin besar.

Menurut Garrison dan Noreen (2008) rumus untuk menghitung

Earning After Tax (EAT) yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan

jumlah saham biasa yang beredar selama satu tahun .

Laba Bersih EPS Earning Per Share (EPS) =

Jumlah saham yang beredar

2.1.2. Price Earning Ratio ( PER )

Price Earning Ratio (PER) adalah rasio yang selalu menjadi patokan

investor untuk menentukan harga wajar saham perusahaan. Wajar disini bisa diartikan harganya sudah terlalu mahal atau masih murah. Menurut Dyah Ratih Sulistyastuti (2008) Price Earning Ratio (PER) merupakan ukuran kinerja saham yang didasarkan atas perbandingan antara harga pasar saham terhadap pendapatan perlembar saham, sedangkan menurut Sugianto (2008:26) Price Earning Ratio (PER) adalah rasio yang diperoleh dari harga pasar saham biasa dibagi dengan laba perusahaan, maka semakin tinggi rasio ini akan mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan bagus, selain itu juga jika rasio ini semakin tinggi dapat mengindikasikan juga harga saham yang ditawarkan sudah sangat tinggi.

Dari pengertian menurut para ahli diatas, Price Earning Ratio (PER) adalah rasio yang didapatkan dari perbandingan antara harga pasar saham dengan laba perlembar saham yang merupakan tolak ukur dari kinerja perusahaan. Price Earning Ratio (PER) sangat efektif digunakan untuk mengestimasi suatu saham apakah harga saham tersebut terlalu tinggi (overvalued) atau terlalu rendah (undervalued). Jika harga pasar saham lebih

rendah dari nilai intrinsiknya, maka saham tersebut tergolong sebagai saham yang undervalued dan layak dibeli.

Bagi para investor semakin tinggi Price Earning Ratio (PER) suatu perusahaan berarti harga saham perusahaan tersebut semakin mahal. Dan sebaliknya, semakin rendah nilai PER, berarti harga saham perusahaan tersebut semakin murah. Kalau PER perusahaan rendah sekali dibandingkan dengan sektor industri sejenis dan memiliki prosfek pertumbuhan yang baik, ada kemungkinan besar, harga saham perusahaan dimasa yang akan datang akan naik tinggi. Karena logikanya secara valuasi, harga saham yang masih murah dari perhitungan PER dan didukung dengan prosfek bisnis yang bagus ada kemungkinan harga saham perusahaan akan semakin sulit untuk naik lebih tinggi.

Rumus untuk menghitung Price Earning Ratio (PER) adalah : Harga Saham

Price Earning Ratio (PER) =

Earning Per Share (EPS)

2.1.3. Price To Book Value (PBV)

Price To Book Value (PBV) adalah rasio yang digunakan untuk

membandingkan apakah harga sahamnya masih murah atau sudah mahal di bandingkan dengan saham lainya. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012)

Price To Book Value (PBV) merupakan rasio yang menggambarkan seberapa

besar pasar menghargai nilai buku saham dari suatu perusahaan, sedangkan menurut Robert Ang (2010) Price To Book Value (PBV) merupakan salah

satu rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Dari pengertian menurut para ahli diatas Price To

Book Value (PBV) adalah salah satu rasio pasar yang menggambarkan

kondisi suatu perusahaan yang dinilai dengan seberapa besar pasar menghargai nilai buku perusahaan tersebut.

Price To Book Value (PBV) didapat dengan membagi harga saham

yang ada dipasar saham dengan nilai book value dari saham tersebut. Saham yang memiliki rasio PBV yang besar bisa dikatakan memiliki valuasi yang tinggi (overvalue) sedangkan saham yang memiliki PBV dibawah satu memiliki valuasi yang rendah alias (undervalue). Tidak semua saham yang memiliki PBV yang dibawah satu adalah saham yang murah atau undervalue, bisa saja saham tersebut memang memiliki PBV yang rendah karena perusahaan itu merugi sehingga pada tahun-tahun kemudian nilai book value menurun, sebaliknya saham yang memiliki PBV yang tinggi juga tidak bisa dikatakan bahwa sahamnya overvalue karena bisa saja perusahaan tersebut memiliki prosfek dan kinerja yang bagus serta produknya terkenal.

Suatu saham akan dianggap sudah terlalu mahal atau tinggi jika Price

To Book Value (PBV) saham tersebut sudah diatas rata-rata Price To Book Value (PBV) historisnya, begitu juga sebaliknya suatu saham akan dianggap

masih murah atau wajar jika Price To Book Value (PBV) perusahaan tersebut masih dibawah rata-rata Price To Book Value (PBV) historisnya.

Untuk mengukur Price To Book Value (PBV) dapat dirumuskan dengan :

Harga Saham

Price To Book Value (PBV) = x 100 % BVPS

2.1.4. Debt To Equity Ratio ( DER )

Menurut Purwanto dan Haryanto (2010) Debt To Equity Ratio (DER) merupakan indikator struktur modal dan risiko finansial yang merupakan perbandingan antara hutang dan modal itu sendiri, sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap (2008) mengemukan rasio utang atas modal atau Debt To Equity Ratio (DER) menggambarkan sejauh mana modal perusahaan dapat menutupi utang - utangnya pada pihak luar (kreditor). Dari pengertian Debt To Equity Ratio (DER) menurut para ahli diatas, Debt To Equity Ratio (DER) merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur sejauh mana perbandingan modal yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk menutupi utang – utangnya.

Financial leverage menunjukan proporsi atas penggunaan hutang

untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri 100%. Penggunaan hutang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi diantaranya yaitu :

1. Pemberi kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan

2. dengan menggunakan hutang, maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka keuntungan akan meningkat

3. Dengan menggunakan hutang maka pemilik perusahaan memperoleh dana dan tidak kehilangan pengendalian perusahaan (Sartono :2010)

Debt To Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya atau menunjukan solvabilitas suatu perusahaan. Suatu perusahaan yang solvabel berarti perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Debt To Equity Ratio (DER) digunakan oleh perusahaan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam melunasi semua utang – utangnya baik yang jangka panjang maupun jangka pendek. Oleh karena itu semakin semakin besar nilai Debt To Equity Ratio (DER) suatu perusahaan menunjukan bahwa laba usaha yang diperoleh akan digunakan untuk melunasi semua utang – utangnya, tetapi semakin kecil Debt To Equity Ratio (DER) akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar semua utang – utangnya.

Untuk mengukur Debt To Equity Ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut :

Total utang Debt To Equity Ratio (DER) =

Jumlah modal 2.1.5 Saham

Saham adalah tanda bukti kepemilikan atau penyertaan pemegangnya atas perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (emiten).Menurut Sawidji Widoatmodjo dalam Nor Hadi (2013) dengan menyertakan modal tersebut

maka pemilik saham berhak memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Menurut surat keputusan menteri keuangan republik indonesia No.1548/KMK.013/1990, saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas. Dengan demikian, seorang pemegang saham merupakan pemilik suatu perusahaan dimana dapat disimpulkan bahwa pemegang saham turut menikmati hasil keuntungan yang diperoleh perusahaan, serta ikut menanggung kerugian yang diderita oleh perusahaan tersebut.

Adapun hak-hak pemilik saham antara lain adalah :

1. Mendapat deviden, yaitu bagian keuntungan usaha dari perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham

2. Mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS), 3. Peningkatan nilai modal terjadi apabila saham tersebut dijual oleh

pemiliknya

Ada dua jenis saham yang dilihat dari hak yang melekat pada saham yaitu : 1. Saham biasa (common stock)

Adalah saham yang tidak mendapat hak istimewa. Hak dari pemegang saham biasa adalah mendapat deviden hanya jika perusahaan tersebut mengeluarkan pengumuman tentang pembagian deviden, jika tidak ada pengumuman maka pemilik saham biasa tidak memiliki klaim atas perusahaan meskipun perusahaan pada periode tersebut mendapat

keuntungan. Selanjutnya, pemilik saham biasa memiliki hak suara pada rapat umum pemegang saham (RUPS). Apabila terjadi likuidasi pada perusahaan, pemegang saham biasa memiliki hak atas pembagian kekayaan setelah kewajiban terhadap kreditor dan pemegang saham preferen dipenuhi.

2. Saham preferen (preferred stock).

Adalah Saham yang didalamnya disertai dengan hak-hak istimewa. Hak tersebut adalah hak untuk mendapat deviden atau pembagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi lebih dahulu daripada pemegang saham biasa. Disamping itu pemegang saham preferen memiliki preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi atau komisaris perusahaan. Menurut Fakhrudin dan Hadianto (2010) saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa.Saham preferen serupa dengan saham biasa karena mewakili kepemilikan equitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis atas lembaran saham tersebut serta mendapatkan deviden. Sedangkan persamaan saham preferen dengan obligasi terletak pada adanya klaim atas laba dan aktiva perusahaan.

Saham biasa merupakan efek yang paling populer dipasar modal. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2008) ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dikatagorikan atas :

1. Saham unggulan (Blue-chip stock) yaitu saham biasa dari perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin (leader) di industri

sejenis, memiliki pendapatan yang stabil, dan konsisten dalam membayar deviden.

2. Saham pendapatan (income stock) yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham (P/E ratio).

3. Saham pertumbuhan (growth stock-well know) yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

4. Saham spekulatif (speculative stock) yaitu saham suatu emiten yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi memiliki kemungkinan penghasilan yang tinggi dimasa mendatang, meskipun belum pasti.

5. Saham siklikal (cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada saat resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalm produk yang sangat dan selalu dibutuhkan oleh masyarakat, seperti rokok dan barang-barang kebutuhan sehari-hari (consumer goods).

Menurut Dominic (2008) harga saham adalah pembagian antara modal perusahaan dan jumlah saham yang beredar. Harga saham merupakan nilai dari suatu saham yang ditentukan oleh kekuatan penawaran jual beli saham yang dilakukan oleh investor yang satu ke investor yang lainnya, harga saham memiliki sifat yang fluktuatif atau berubah-ubah. Perubahan harga saham tidak selalu berdampak positif namun dapat berdampak negatif juga tergantung dari banyaknya permintaan dan penawaran harga saham. Sehingga terbentuk harga saham yang naik turun dan tidak beraturan dan inilah yang dilakukan oleh para pelaku pasar dalam hal ini trader (pialang) atau investor untuk memperoleh keuntungan dari selisih perubahan harga tersebut.

Terdapat dua pendekatan atau analisis yang harus dilakukan oleh investor dalam menganalisis harga saham, yaitu pendekatan fundamental (mendasarkan pada informasi yang dikeluarkan oleh emiten yang dikaitkan dengan faktor-faktor fundamental seperti perekonomian makro, kondisi sektor industri, dan kinerja emiten itu sendiri) dan analisis teknikal yang analisisnya berdasarkan pada harga saham di masa lalu yang dipakai untuk memperkirakan atau memprediksi perubahan harga di masa yang akan datang.

2.2 Penelitian Yang Terdahulu Yang Relevan Tabel : 2.2

Penelitian Terdahulu yang Relevan

N O

Nama/ Tahun/ Institusi Peneliti

Judul Kesimpulan Tempat/

Publikasi 1 Ashifa arief Ulzanah dan Isrochmani Murtaqi / 2015 / Sekolah Bisnis Dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung

Dampak earning per share, debt to equity ratio, dan current ratio terhadap profitabilitas perusahaan yang terdaftar di lq 45 dari tahun 2009 sampai 2013 Hasil penelitian menunjukkan bahwa earning per share, debt to equity ratio, dan current ratio berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Pendapatan per saham memiliki dampak signifikan yang signifikan terhadap profitabilitas (ROA), di sisi lain rasio hutang terhadap ekuitas memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap profitabilitas (ROA), dan rasio lancar juga memiliki dampak signifikant negatif terhadap / Sekolah Bisnis Dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung

2 Liem Pei Fun dan Sautma Ronni Basana / 2012 / Fakultas Price earning ratio dan stock Return Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara Fakultas ekonomi, Universitas Petra

ekonomi, Universitas Petra Cristian, Surabaya. Analisys (Bukti dari likuiditas 45 saham yang tercatat di bursa efek Indonesia) tingkat pengembalian saham PE dan PE PE yang rendah dalam jangka pendek (periode holding enam bulan) namun tidak ada perbedaan signifikan jika mereka bertahan selama satu, dua tiga dan empat tahun. Penelitian ini juga menemukan bahwa Tidak ada hubungan yang signifikan antara return saham dan rasio PE.

Cristian, Surabaya

3 Sri Zuliarni/ 2012/ Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Riau, Pekanbaru Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Mining And Mining Service Di Bursa Efek Indonesia

Dari model regresi berganda yang digunakan dalam penelitian kali ini, hasil pengujian secara parsial (uji t) menunjukan bahwa hanya dua variabel yaitu ROA dan PER yang berpengaruh signifikan positif terhadap harga Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau, Kampus bina widya Pekanbaru.

(BEI) saham, sedangkan secar simultan (uji F) menunjukan bahwa ROA,PER dan DER secara bersama sama berpengaruh terhadap harga saham 4 Dewi Anjarwani Mugiasih/ 2010/ Universitas Muhammadiyah Purworejo Pengaruh Roa, Eps Per, Dan Der Terhadap Penetapan Harga Saham Setelah Ipo (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia

Roa, Eps Per, Dan

Der Secara Signifikan Berpengaruh Terhadap Harga Saham, Sedangkan Der Tidak Signifikan, Namun Secara Simultan Roa, Eps Per, Dan Der Berpengaruh Terhadap Penetapan Harga Saham Universitas Muhammadi yah Purworejo 5 I Made Januari Antara/ 2011/ Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Bali, Indonesia Pengaruh Dividend Payout Ratio, Price To Book Value Ratio, Dan Price To Earning Terhadap Return Saham Di Bei Hanya Variabel DPR Yang Tidak Berpengaruh Pada Return Saham, Sedangkan Pbv Dan Per Berpengaruh Fakultas Ekonomi Universitas Udayana,Bali ,indonesia

Ratio pada Return Saham Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2011 Negatif 2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah sebuah dugaan sementara dalam menguji variabel independen dan dependen (Surya Bintarti : 2015). Berdasarkan rumusan masalah penelitian inidapat ditarik beberapa hipotesis sebagai berikut :

1. Ho: Tidak terdapat pengaruh positif antara variabel bebas EPS (X1) terhadap variabel terikat Harga Saham (Y)

H1: Diduga terdapat pengaruh positif antara variabel bebas EPS (X1) terhadap variabel terikat Harga Saham (Y)

2. Ho: Tidak terdapat pengaruh positif antara variabel bebas PER (X2) terhadap variabel terikat Harga Saham (Y)

H2: Diduga terdapat pengaruh positif antara variabel bebas PER (X2) terhadap variabel terikat Harga Saham (Y)

3. Ho: Tidak terdapat pengaruh positif antara variabel bebas PBV (X3) terhadap variabel terikat Harga Saham (Y)

H3: Diduga terdapat pengaruh positif antara variabel bebas PBV (X3) terhadap variabel terikat Harga Saham (Y)

4. Ho: Tidak terdapat pengaruh positif antara variabel bebas DER (X4) terhadap variabel terikat Harga Saham (Y)

H4: Diduga terdapat pengaruh positif antara variabel bebas DER (X4) terhadap variabel terikat Harga Saham (Y)

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang berbentuk angka atau bilangan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari perusahaan KBLI yang sudah terdaftar di bursa efek indonesia sejak tahun 1992. Data sekunder pada penelitian ini berupa data laporan keuangan perusahaan KBLI periode 2006-2016 yang diperoleh mengunduh laporan keuangan melalui website www.idx.co.id . Data sekunder yang kedua berupa data harga saham closing price setiap tahun yang didapat melalui website www.idx.co.id dan www.yahoofinance.com

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis data kuantitatif dengan menggunakan statistik inferensial, yaitu metode analisis yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur derajat hubungan atau perbedaan antara dua variabel atau lebih. Data kuantitatif dapat di kelompokan berdasarkan sumbernya dalam dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang di peroleh atau di kumpulkan oleh peneliti secara langsun dari sumber utama, teknik yang di gunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain: observasi, wawancara dan penyebaran kuisioner. Data sekunder adalah data yang di peroleh atau dikumpulkan oleh penelitian dari berbagai sumber yang telah ada, data sekunder dapat di peroleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal dan lain-lain.

Data kuantitatif berdasarkan cara untuk mendapatkanya, yaitu data data diskrit dan data kontinum. Data diskrit adalah data dalam bentuk angka / bilangan yang di peroleh dengan cara membilang, data diskrit akan berbentuk bilangan bulat (bukan bilangan pecahan) Data kontinum adalah data dalam bentuk angka / bilangan yang di peroleh berdasarkan hasil pengukuran. Data kontinum dapat berbentuk bilangan bulat atau pecahan tergantung jenis skala pengukuran yang digunakan.

Berdasarkan tipe skala pengukuran yang digunakan, data kuantitatif dapat dikelompokan dalam beberapa jenis tingkatan yang memiliki sifat berbeda yaitu : Data nominal yaitu data yang diperoleh melaluipengelompokan obyek berdasarkan kategori tertentu. Data ordinal yaitu data yang berasal dari suatu objekatau kategori yang telah disusun secara berjenjangyang tidak harus sama. Data interval yaitu data hasil pengukuran yang dapat diurutkan atas dasar kriteria tertentu serta menunjukan semua sifat yang dimiliki oleh data ordinal. Data rasio yaitu data data yang menghimpun semua sifat yang dimiliki oleh data nominal, data ordinal, serta data interval.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Perusahaan PT KMI Wire & Cable (KBLI) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan input data tahun 2007 – 2016. Data yang digunakan dalam penelitian ini diakses melalui

www.idx.co.id dan www.yahoofinance.com. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2017 sampai dengan selesai.

Tabel : 3.2 Jadwal penelitian 3.3 Kerangka Konsep 3.3.1 Desain Penelitian EPS (X1) PER (X2) Harga saham PBV (X3) DER (X4) Keterangan :

: Pengaruh secara parsial

3.3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Independen (X)

No Uraian Kegiatan Periode Kegiatan

April Mei Juni Juli Agustus September

1 Observasi 2 Menyusun Proposal 3 Bimbingan Proposal 4 Menyusun Skripsi 5 Bimbingan Skripsi 6 Pengesahan 7 Sidang Skripsi

Menurut Sugiyono (2010 : 39), Variabel independen atau variabel bebas yaitu : Variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen (X1), (X2), (X3), (X4) adalah EPS, PER, PBV dan DER

2. Variabel Dependen (Y)

Menurut Sugiyono (2010 : 33), Variabel dependen atau variabel terikat yaitu :”Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen atau variabel bebas”.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen (Y) adalah Harga Saham

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono : 2012 :115) adapun populasi dalam penelitian adalah semua emiten yang terdaftar di bursa efek indonesia yang sampai dengan saat ini ada sekitar 570 an emiten. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono : 2012 :116) sampel penelitian dipilih melalui metode purposive sampling, yang merupakan metode pemilihan sampel tidak secara acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu.

Adapun yang menjadi keriteria pemilihan sampel tersebut adalah sebagai berikut :

a. Variabel yang menjadi sampel adalah variabel yang terdapat dalam rasio keuangan PT.KMI Wire & Cable (KBLI) dalam periode 2007 – 2016 b. Laporan keuangan dari PT.KMI Wire & Cable (KBLI) selama periode

2007 – 2016 disampaikan secara lengkap

c. Laporan keuangan dari PT.KMI Wire & Cable (KBLI) selama periode 2007 – 2016 memiliki laba bersih yang positif.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder . Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara, dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari PT KMI Wire & Cable (KBLI) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data saham yang dipakai adalah harga pasar saham pada saat publikasi laporan keuangan tahunan dalam periode 2007 – 2016. Data tersebut diperoleh dari www.idx.co.id dan www.yahoofinance.com serta NEO HOTS Mobile.

3.6 Metode Analisa Data

Menurut Sugiyono (2010:31) analisis kuantitatif adalah Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris.

Dokumen terkait