• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil analisis data, keterbatasan, dan saran bagi penelitian selanjutnya.

commit to user

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Budaya

Berikut terdapat beberapa pendapat yang mendefinisikan budaya, yaitu antara lain:

1. Hofstede

Budaya menurut Hofstede (1983) didefinisikan sebagai “sebuah program kolektif dari pemikiran di mana membedakan dari satu kelompok manusia terhadap yang lainnya”, dan membagi dimensi budaya menjadi empat bagian, antara lain:

· Individualism versus Collectivism

Individualism menempatkan kepentingan individu lebih penting ketimbang kepentingan kelompok. Hal yang sebaliknya terjadi pada Collectivism.

· Large versus Small Power Distance

Power distance menggambarkan sampai seberapa jauh anggota masyarakat dapat menerima ketidakadilan pendistribusian kekuasaan (power). Power Distance menunjukkan tingkat ketergantungan antara atasan dengan bawahan. Semakin kecil Power Distance, ketergantungan bawahan terhadap atasan semakin kecil, semakin besar Power Distance yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu ketergantungan bawahan terhadap atasan semakin besar.

commit to user

9 · Strong versus Weak Uncertainty Avoidance

Uncertainty Avoidance adalah tingkat sampai berapa jauh anggota masyarakat merasa tidak nyaman terhadap ketidakpastian dan ambiguitas. Dalam hal menghadapi ketidakpastian dan ambiguitas, anggota masyarakat dapat berperilaku antisipatif dengan meyakini aturan dengan ketat atau membiarkannya berlalu.

· Masculinity versus Femininity

Masculinity merupakan tingkat di mana nilai-nilai seperti assertiveness, performa, sukses dan kompetisi yang hampir di seluruh masyarakat berhubungan dengan peranan pria. Nilai-nilai tersebut lebih diutamakan daripada nilai-nilai seperti kualitas hidup, memelihara hubungan yang akrab, pelayanan, kepedulian terhadap yang lemah, serta solidaritas yang hampir di seluruh masyarakat berhubungan dengan peranan wanita (Feminity).

· Confucian Work Dynamics

Kemudian Hofstede dan Bond (1988) menambahkan dimensi budaya kelima yaitu Confucian Work Dynamics, yang kemudian dinamakan dengan orientasi jangka panjang sebagai gambaran masa datang yang berorientasi pada reward dan punishment.

commit to user

10 Secara garis besar, kerangka pemikiran dari Hofstede (1980) sebagai berikut:

Hofstede Framework

Reinforcement

Sumber: Hofstede (1980)

Gambar II.1

Kerangka Pemikiran Hofstede

Outside Influences: Force of nature Forces of man: Trade, Conquest, Scientific discovery Consequences: Structure and Functioning of institutioning: Family pattern Role differenciation Social stratification Socialization emphasis Education Religion Political structure Legislation Architecture Theory development Origins: Ecological factors: Geographic Economic Demographic Genetic/hygienic Historical Technological Urbanization Societal Norms: Value systems Of Major groups Of population

commit to user

11 2. Harrison dan McKinnon

Harrison dan McKinnon, 1986, p. 239 mendefinisikan budaya sebagai pertimbangan sebuah unsur penting dalam kerangka untuk memahami bagaimana sistim sosial berubah, sebab budaya mempengaruhi:

a. Norma dan sistim nilai

b. Tindakan kelompok dalam interaksi mereka dalam dan melalui sistim.

B. Etnis Tionghoa

Variasi orientasi kelompok ekonomi telah terbentuk sejak ratusan tahun yang lalu di Indonesia. Alasan pertama latar belakang sejarah etnis Tionghoa berada di Indonesia yaitu: Hidajat (1993) menuliskan bahwa migrasi etnis Cina ke Asia Tenggara diakibatkan adanya tekanan ekonomi dan negara asal mengalami masa sulit. Dengan kata lain, masyarakat mencari kondisi hidup lebih baik dan para imigran akan berjuang dan bekerja keras untuk mencapai tujuan ekonomi mereka. Kedua, berhubungan dengan kebijakan pemerintah Indonesia (Skinner, 1967; Adicondro, 1979; Suryadinata, 1993; Tan, 1996).

Cina-Indonesia, memperoleh keuntungan ekonomi melalui kebijakan pemerintahan, khususnya era Orde Baru (Crouch, 1975). Dengan kata lain, menggerakkan kebijakan ekonomi sosial dan penggunaan kekuasaan maksimal untuk Cina-Indonesia untuk stabilitas serta pertumbuhan ekonomi Indonesia (Adicondro, 1979; Suryadinata, 1993; Dahana, 1994; Supriatna, 1996), dan etnis Tionghoa di Indonesia diakui telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam memajukan perekonomian Indonesia.

commit to user

12 C. IAS (International Accounting Standards)

Akuntansi internasional didefinisikan oleh Iqbal et al. (1997:18) sebagai akuntansi untuk transaksi antar negara, pembandingan prinsip-prinsip akuntansi di negara-negara yang berlainan dan harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia. Suatu perusahaan mulai terlibat dengan akuntansi internasional adalah pada saat mendapatkan kesempatan melakukan transaksi ekspor atau impor. IAS (International Accounting Standards) adalah standar yang dapat digunakan perusahaan multinasional yang dapat menjembatani perbedaan-perbedaan antar negara, dalam perdagangan multinasional.

1. Tujuan IAS (International Accounting Standards)

Tujuan IAS (International Accounting Standards) adalah memastikan bahwa laporan keuangan intern perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang:

a. Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan.

b. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IAS.

c. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

commit to user

13 2. Manfaat IAS (International Accounting standards)

Manfaat dari adanya IAS (International Accounting standards):

a. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi lokal.

b. Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik.

c. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan mengenai merger dan akuisisi.

d. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan dalam mengembangkan standar akuntansi internasional yang berkualitas tertinggi.

3. Pengaruh Adopsi IAS (International Accounting Standards) pada Laporan Keuangan Perusahaan

Barth et al. (2005) menunjukkan pengaruh pengadopsian International Accounting Standards (IAS) pada laporan keuangan perusahaanyaitu:

a. Dengan mengadopsi IAS, laporan keuangan yang dihasilkan memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi.

b. Dengan mengadopsi IAS, terdapat perbedaan pengukuran item-item dalam laporan keuangan dan rasio keuangan perusahaan. Misalnya: total aktiva dan nilai buku ekuitas akan menghasilkan nilai yang lebih tinggi jika mengadopsi IAS.

commit to user

14 c. Dengan mengadopsi IAS, manajemen laba akan semakin rendah,

pengakuan kerugian akan semakin sering atau perusahaan lebih konservatis, dan memiliki nilai relevansi (value relevance) yang semakin tinggi.

4. Pengadopsian Standar Akuntansi Internasional di Indonesia

Posisi IAS yang sudah diadopsi hingga saat ini pada tahun 2009 dan 2010 adalah seperti yang tercantum dalam daftar- daftar berikut ini (sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2009).

Tabel II. 1

Tabel Pengadopsian IAS dalam PSAK

IAS yang Telah Diadopsi ke dalam PSAK hingga 31 Desember 2008

1. IAS 2 Inventories

2. IAS 10 Events after balance sheet date 3. IAS 11 Construction contracts

4. IAS 16 Property, plant and equipment 5. IAS 17 Leases

6. IAS 18 Revenues

7. IAS 19 Employee benefits 8. IAS 23 Borrowing costs

9. IAS 32 Financial instruments: presentation

commit to user

15

11. IAS 40 Investment property

IAS yang telah Diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun 2009

1. IAS 1 Presentation of financial statements

2. IAS 27 Consolidated and separate financial statements 3. IAS 28 Investments in associates

4. IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates and errors 5. IAS 12 Income taxes

6. IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates 7. IAS 26 Accounting and reporting by retirement benefit plans 8. IAS 31 Interests in joint ventures

9. IAS 36 Impairment of assets

10. IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent assets 11. IAS 38 Intangible assets

IAS yang telah Diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun 2010

1. IAS 7 Cash flow statements

2. IAS 20 Accounting for government grants and disclosure of government assistance 3. IAS 24 Related party disclosures

4. IAS 29 Financial reporting in hyperinflationary economies 5. IAS 33 Earning per share

6. IAS 34 Interim financial reporting 7. IAS 41 Agriculture

commit to user

16 D. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar akuntansi keuangan yang dikeluarkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia), dan merupakan kerangka acuan dalam prosedur yang berkaitan dengan penyajian laporan keuangan. Keberadaanya dibutuhkan untuk membentuk kesamaan prosedur dalam menjelaskan bagaimana laporan keuangan disusun dan disajikan, oleh karenanya sangat berarti dalam hal kesatuan bahasa dalam menganalisa laporan – laporan keuangan bagi perusahaan, dana pensiun dan unit ekonomi lainya.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Hofstede (1980) menunjukkan penelitian yang lebih luas terhadap perbedaan budaya, dalam Doupnik dan Tsakumis (2004). Dari survei perilaku yang dikumpulkan sekitar 116.000 pekerja dari sebuah perusahaan multinasional besar yaitu IBM yang meliputi 39 negara, Hofstede mengidentifikasi empat nilai dimensi yang di posisikan pada setiap negara. Nilai tersebut antara lain: individualism versus collectivism; large versus small power distance; strong versus weak uncertainty avoidance, dan masculinity versus feminity, di mana kerangka Hofstede tersebut memilih pengukuran secara kuantitatif untuk setiap negara sampel.

Violet (1983, p. 6) mengidentifikasi bahwa prinsip akuntansi akan bervariasi tergantung pada variasi budaya yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan serta menyimpulkan bahwa akuntansi juga mempengaruhi budaya dan sukses komite standar akuntansi internasional dalam penerimaan standar internasional tersebut yang tergantung pada variabel budaya.

commit to user

17 Harrison dan Mckinnon (1986) mengembangkan suatu kerangka pikir untuk menjelaskan bagaimana sistim pelaporan akuntansi berubah, karena akuntansi merupakan sistim sosial, di mana perubahan tersebut dijelaskan dalam bentuk 4 aspek penting yaitu:

- Intrusive event

- Intra-system activity

- Trans-system activity

- The cultural environment

Penelitian Doupnik dan Salter (1995) menyimpulkan bahwa kerangka pikir yang dikembangkan oleh Harrison dan Mckinnon (1986) merupakan pengembangan model umum dari perkembangan akuntansi. Norma dan nilai-nilai budaya dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi praktik akuntansi, di mana variabel ini juga mempengaruhi pentingnya Intrusive Event yang berasal dari lingkungan eksternal. Jika lingkungan eksternal, struktur lembaga, norma dan nilai budaya berbeda antar negara, maka praktik akuntansi yang ada juga seharusnya berbeda antar negara.

Sementara itu Zarzeski (1996) memfokuskan bagaimana pengaruh budaya dan kekuatan pasar dalam praktik disclosure yang berorientasi pada investor. Hasilnya mendukung hipotesa dan menunjukkan Uncertainty Avoidance dan

Masculinity berhubungan disclosure yang berbeda-beda tergantung pada

perusahaan internasional. Terdapat hubungan positif antara disclosure dan Uncertainty Avoidance tetapi hubungan yang kuat terjadi pada sampel perusahaan internasional.

commit to user

18 Subiyantoro dan Hatane (2007) melakukan penelitian pada dampak perubahan kultur masyarakat terhadap praktik pengungkapan laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia, di mana penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi perubahan kultur masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perubahan kultur masyarakat antara periode konglomerasi dan periode reformasi, di mana pada periode reformasi tersebut relatif lebih Individualist, relatif lebih Masculine, cenderung High Uncertainty Avoidance dan cenderung Small Power Distance, serta perubahan kultur masyarakat di periode reformasi mampu mendorong perusahaan untuk membuat pengungkapan secara lebih luas. Hasil analisis uji beda (t-test two samples) terhadap luas pengungkapan pada periode konglomerasi dan periode reformasi membuktikan bahwa aktivitas bisnis perusahaan pada periode reformasi dipengaruhi oleh masyarakat sekitarnya tak ketercuali praktik-praktik akuntansi dan keuangan yang salah satunya tercermin pada luas pengungkapan laporan keuangan, sehingga temuan ini sesuai dengan Alford et al. (1993), Meek et al. (1995) dan Zarzeski (1996).

Soderstrom dan Jialin Sun (2007) memberikan sebuah tinjauan literatur tentang isu kualitas akuntansi. Menurut mereka, adopsi standar akuntansi menunjukkan hanya satu dari berbagai faktor yang menyumbang kualitas sistim akuntansi. Insentif merupakan standar penting, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tingkat pengembangan pasar finansial, modal perusahaan dan struktur kepemilikan, serta campurtangan antara sistim perpajakan dan pelaporan keuangan. Jaminan sistim yang baik dari proteksi investor dan hak properti, oleh karena itu penting mengadopsi kualitas standar akuntansi.

commit to user

19 Barth et al. (2008) menemukan bahwa perusahaan yang secara sukarela mengadopsi IAS yang berasal dari 21 negara terpilih menunjukkan kurangnya manajemen earning, kurangnya pengakuan, dan informasi nilai-relevan dari sampel yang tepat di mana berasal dari perusahaan yang menggunakan standar domestik non-U.S.

Penelitian mengenai akibat adopsi wajib IFRS terhadap lingkungan informasi perusahaan yang dilakukan oleh Horton et al. (2008) menemukan bahwa perbaikan di dalam lingkungan informasi lebih siap dalam pengadopsian IFRS secara sukarela, di mana mereka menggunakan analis akurasi peramalan, keikut-sertaan, pertentangan, dan revisi atas pendapat yang berubah sebagai proksi untuk lingkungan informasi.

Ramanna dan Sletten (2009, p. 1) memberikan bukti di dalam penelitiannya mengenai hubungan antara budaya dan keputusan pengadopsian IFRS, yaitu bahwa negara dengan kekuasaan yang besar akan lebih tidak memilih mengadopsi IFRS, di mana negara dengan kekuasaan yang besar tersebut tidak akan menyetujui adanya otoritas penetapan standar yang dilakukan oleh badan internasional.

F. Kerangka Teoritis

Penelitian ini dibangun dengan mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi variabel, dan kemudian menghubungkan antar variabel secara logis untuk memecahkan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh budaya dari etnis Tionghoa di Surakarta yang terdiri dari mahasiswa akuntansi, dosen

commit to user

20 akuntansi, dan kayawan bank terhadap keputusan adopsi IAS (International

Accounting Standards) ke dalam PSAK di Indonesia. Untuk memudahkan dalam

menganalisa maka dibuatlah kerangka teoritis sebagai berikut:

Gambar II. 2 Kerangka Teoritis

G. Pengembangan Hipotesis 1. Power Distance

Chanchani dan MacGregor (1999) dalam Ding et al. (2004) menyatakan bahwa fleksibilitas akuntansi yang tinggi, lebih diterima dalam masyarakat yang memiliki Power Distance rendah, di mana terdapat hak yang sama, dan membenarkan adanya peraturan hukum dan kode.

Sementara itu William dan Zinkin (2008, p. 213) berpendapat bahwa masyarakat dengan Power Distance tinggi mengharapkan untuk menerima perintah dari otoritas (dalam konteks dari keputusan pengadopsian IFRS, IASB sebagai badan otoritatif yang dihormati dalam pengumuman standar akuntansi internasional).

Budaya Etnis Tionghoa di Surakarta:

¨ Power Distance ¨ Uncertainty Avoidance ¨ Masculinity

¨ Individualism

¨ Confucian Work Dynamics

Keputusan Adopsi IAS (International Accounting Standards)

dalam PSAK di Indonesia

commit to user

21 H1 : Power Distance etnis Tionghoa di Surakarta, berpengaruh positif

terhadap keputusan adopsi IAS (International Accounting Standards) ke dalam PSAK di Indonesia.

2. Uncertainty Avoidance

Penelitian yang dilakukan oleh Zarzeski (1996) mengungkapkan bahwa perusahaan yang terletak dalam budaya Masculinity yang tinggi dan Uncertainty Avoidance yang rendah lebih memilih pengungkapan informasi tinggi.

Doupnik dan Salter (1995) dalam Ding et al. (2004), menemukan bahwa pengungkapan tingkat tinggi, konsisten dengan Uncertainty Avoidance rendah dan bahwa masyarakat dengan Uncertainty Avoidance rendah cenderung menjadi kurang konservatif, serta negara dengan Uncertainty

Avoidance yang tinggi akan mengharapkan untuk mencoba untuk berbeda dari

IAS untuk menghindari diperlukannya pengungkapan tingkat tinggi.

H2 : Uncertainty Avoidance etnis Tionghoa di Surakarta, berpengaruh negatif terhadap keputusan adopsi IAS (International Accounting Standards) ke dalam PSAK di Indonesia.

3. Masculinity

Masculinity pada tingkat yang rendah berhubungan dengan

Conservatism yang tinggi, di mana IAS diasumsikan cenderung mendukung transparansi yang besar, sedangkan Masculinity yang rendah diasosiasikan berbeda dari IAS (Gray, 1988).

commit to user

22 Selain itu Clements et al. (2010) berpendapat bahwa dalam masyarakat dengan Masculinity yang tinggi, individu secara khusus lebih memilih otonomi melebihi ketergantungan terhadap hal lain. Selain itu, individu menolak untuk mengikuti peraturan, khususnya apabila peraturan tersebut merupakan perintah dari pihak luar organisasi internasional seperti IASB. H3 : Masculinity etnis Tionghoa di Surakarta, berpengaruh negatif

terhadap keputusan adopsi IAS (International Accounting Standards) ke dalam PSAK di Indonesia.

4. Individualism

Penelitian yang dilakukan oleh Buhr dan Freedman (2001) menunjukkan bahwa Individualism yang tinggi mewakili standar akuntansi yang berbeda dari IAS, yang didasarkan pada keseragaman serta pengungkapan yang lebih.

Clements et al. (2010) mengungkapkan bahwa dalam hubungannya dengan keputusan adopsi IFRS, negara dengan Individualistic tinggi akan enggan untuk mengubah kendali atas proses setting standar akuntansi terhadap pihak luar organisasi internasional, sementara masyarakat Collectivist akan lebih menyukai untuk menyerahkan keputusan pengadopsian IFRS kepada badan setting standar internasional.

H4 : Individualism etnis Tionghoa di Surakarta, berpengaruh negatif terhadap keputusan adopsi IAS (International Accounting Standards) ke dalam PSAK di Indonesia.

commit to user

23

5. Confucian Work Dynamics

Cohen et al. (1995) menemukan bahwa implikasi dari Confucian Work Dynamics mengusulkan bahwa individu akan lebih memilih implikasi yang pantas dari pengungkapan tingkat tinggi untuk mencapai keuntungan yang layak.

Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Weymes (2004), mengungkapkan bahwa praktik Confucian merupakan tempat penyusunan undang-undang dari tindakan sosial yang tidak seharusnya dilakukan dan mengganggu.

H5 : Confucian Work Dynamics etnis Tionghoa di Surakarta,

berpengaruh negatif terhadap keputusan adopsi IAS (International Accounting Standards) ke dalam PSAK di Indonesia.

commit to user

24 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah budaya dalam dimensi Hofstede yaitu Power Distance, Uncertainty Avoidance, Masculinity, Individualism, dan Confucian Work Dynamics dari etnis Tionghoa di Surakarta yang terdiri dari mahasiswa akuntansi, dosen akuntansi dan karyawan bank berpengaruh terhadap keputusan adopsi IAS (International Accounting Standards) ke dalam PSAK di Indonesia. Jenis penelitian ini adalah pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang menjelaskan mengenai sifat dari hubungan antar variabel.

B. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh etnis Tionghoa di Surakarta yang terdiri dari mahasiswa akuntansi, dosen akuntansi dan karyawan bank. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non-probability sampling yaitu dengan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Responden berasal etnis Tionghoa di Surakarta yang terdiri dari mahasiswa akuntansi yang telah mengambil mata kuliah akuntansi internasional, dosen akuntansi dan karyawan bank bagian akuntansi (Accounting Officer).

2. Responden memilliki pemahaman tentang akuntansi, laporan keuangan, serta memiliki pengetahuan mengenai IAS(International Accounting Standards).

commit to user

25 3. Sampel diambil secara acak dari keseluruhan populasi, di mana kuesioner

yang kembali dan telah dijawab secara lengkap oleh responden dianggap menjadi sampel. Peneliti tidak akan melakukan penentuan jumlah sampel terlebih dahulu, cara ini mengingat sedikitnya mahasiswa akuntansi, dosen akuntansi dan karyawan bank yang beretnis Tionghoa di Surakarta, di mana peneliti memberikan kuesioner secara langsung kepada responden.

C. Data dan Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah field research atau studi lapangan. Studi lapangan adalah penelitian yang secara langsung membagikan kuesioner kepada responden yang dianggap memenuhi syarat dan dapat memberi informasi yang cukup. Sumber data yang digunakan yaitu: data primer dan data sekunder. 1. Data primer

Data primer dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan pada responden. Kuesioner ini digunakan untuk mengukur budaya yang terdiri dari Power Distance, Uncertainty Avoidance, Masculinity, Individualism, Confucian Work Dynamics, serta keputusan adopsi IAS (International Accounting Standards) ke dalam PSAK di Indonesia dari etnis Tionghoa di Surakarta, yang terdiri dari mahasiswa akuntansi dan dosen akuntansi baik yang berasal dari perguruan tinggi negeri, perguruan tinggi swasta maupun sekolah tinggi ilmu ekonomi, serta karyawan bank kantor cabang di Surakarta.

commit to user

26 2. Data sekunder

Untuk data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari berbagai sumber, yaitu :

a. Jurnal merupakan artikel yang digunakan sebagai referensi penelitian ini, didapat dari jurnal-jurnal yang telah diterbitkan.

b. Sumber lain yang digunakan dalam penelitian ini berupa buku, dan internet.

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel pengaruh budaya dari etnis Tionghoa di Surakarta dengan mengambil dasar dari dimensi budaya Hofstede yang terdiri dari Power Distance, Uncertainty Avoidance, Masculinity, Individualism dan Confucian Work Dynamics. Instrumen yang digunakan untuk mengukur dimensi budaya dari etnis Tionghoa di Surakarta yang terdiri dari mahasiswa akuntansi, dosen akuntansi dan karyawan bank dengan menggunakan kuesioner yang diadopsi dari penelitian Ming Yi-Wu (2006) dengan modifikasi yang sesuai dengan kondisi di Indonesia, terkait kuesioner ini menggunakan skor skala Likert lima poin, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Rentang nilai untuk mengukur jawaban di dalam kuesioner mengenai dimensi budaya nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju sampai dengan nilai 5 untuk jawaban sangat setuju, khusus untuk pertanyaan

commit to user

27 mengenai Power Distance dan Individualism, nilai 1 untuk jawaban sangat setuju sampai dengan nilai 5 untuk jawaban sangat tidak setuju.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen ditinjau dari keputusan adopsi IAS (International

Accounting Standards) ke dalam PSAK di Indonesia. Instrumen yang

digunakan untuk mengukur keputusan adopsi IAS (International Accounting

Standards) ke dalam PSAK di Indonesia berdasarkan kuesioner yang mengacu

pada survei AICPA, Deloitte, Grant Thornton, dan KPMG terhadap pengadopsian IFRS dalam U.S GAAP yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Kuesioner untuk mengukur perspektif mahasiswa akuntansi, dosen akuntansi dan karyawan bank yang beretnis Tionghoa di Surakarta terhadap keputusan adopsi IAS (International Accounting Standards) ke dalam PSAK di Indonesia ini menggunakan skor skala Likert lima poin, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Rentang nilai untuk mengukur jawaban di dalam kuesioner mengenai keputusan adopsi IAS (International Accounting Standards) ke dalam PSAK di Indonesia nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju sampai dengan nilai 5 untuk jawaban sangat setuju.

commit to user

28 E. Metode Analisis Data

Keseluruhan analisis data dan pengujian statistik dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari kisaran teoritis, kisaran sesungguhnya, rata-rata hitung (mean), dan standar deviasi (standard deviation). Menurut Sekaran (2006:176), statistik deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang baik tentang bagaimana responden bereaksi terhadap item dalam kuesioner.

2. Uji Kualitas Data a. Uji Validitas

Untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner digunakan uji validitas. Uji validitas mengukur apakah pertanyaan

Dokumen terkait