A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada bab V, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Ada pengaruh positif kultur lingkungan kerja pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. Hasil ini didukung oleh perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai Fhitung
= 61,221 lebih besar dari Ftabel= 2,6928 atau nilai signifikansi koefisien
regresi (3) yang menunjukkan (= 0,039 <= 0,050).
2. Ada pengaruh positif locus of controlpada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan. Hasil ini didukung oleh perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai Fhitung= 62,922 lebih
besar dari nilai Ftabel= 2,6928 atau nilai signifikansi koefisien regresi (3)
yang menunjukkan (= 0,045 < = 0,050).
B. Keterbatasan Penelitian
1. Data penelitian ini dikumpulkan dengan metode kuesioner. Jumlah pertanyaan untuk mengukur keempat variabel sebanyak 102 butir (variabel kultur lingkungan kerja = 27 pertanyaan, locus of control = 29 pertanyaan, kecerdasan emosional = 27 pertanyaan dan kualitas pelayanan karyawan = 22 pertanyaan). Masing-masing pertanyaan terdiri dari 4
pilihan jawaban (SS, S, TS, dan STS). Mengingat masing-masing pilihan jawaban tidak terjabarkan ke dalam suatu uraian secara rinci, ada kemungkinan bahwa karyawan memiliki interpretasi berbeda-beda. Hal ini kemungkinan akan berdampak pada hasil penelitian yang kurang memberikan cerminan pada kondisi yang sesungguhnya.
2. Keterbatasan penulis dalam hal waktu, biaya dan kemampuan penulis. Akibatnya banyak hal yang belum terungkap dan tersampaikan. Penulis tidak mampu melacak kejujuran dari responden dalam memberikan jawaban kuesioner. Ada kemungkinan bahwa responden tidak menjawab item-item pertanyaan kuesioner tidak apa adanya karena beberapa alasan. Jika hal ini terjadi, maka hasil penelitian ini tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya sehingga data yang diperoleh kurang maksimal.
C. Saran
1. Sejalan dengan hasil penelitian pertama, maka universitas perlu meningkatkan dan menciptakan kultur lingkungan kerja yang sangat kondusif berorientasi pada power distance yang kecil (adanya sistem demokratis terhadap karyawan), collectivism (adanya komunikasi yang lancar antar karyawan, menjadikan tempat kerja sebagai rumah kedua agar antar karyawan mempunyai sikap kekeluargaan), femininity (adanya sikap bersosial dalam lingkungan kerja, adanya relasi karyawan dan atasan yang tidak ada jarak, adanya kesempatan untuk saling membantu antara atasan dan karyawan; serta antar karyawan, pembelajaran bersama menjadi
rendah hati), uncertainty avoidance yang lemah (menyadari kebutuhan akan peraturan dalam lingkungan kerja, adanya orientasi dalam bekerja, adanya semangat bekerja yang tinggi, adanya sikap terhadap pencapaian ketelitian kerja, adanya sikap menghargai terhadap perilaku karyawan, adanya bentuk penilaian terhadap hasil pekerjaan). Atasan/pimpinan bersikap aktif dalam menciptakan kultur lingkungan kerja yang kondusif di tempat kerja/kantor dengan menyediakan fasilitas kerja yang dapat mendukung tercapainya kualitas pelayanan karyawan yang baik, membantu kesulitan kerja karyawan dalam pelayanan terhadap mahasiswa sesuai dengan kemampuannya, menjaga keharmonisan antar karyawan, mengawasi dan berkonsultasi dengan karyawan mengenai pengambilan keputusan yang penting, mendukung dan membantu dalam mengembangkan prestasi karyawan dengan pemberian pelatihan kerja. 2. Sejalan dengan hasil penelitian kedua, maka karyawan perlu meningkatkan
locus of control yang lebih berorientasi pada internal karena dengan memiliki keyakinan diri dan kepercayaan diri, karyawan akan menjadi mandiri, ulet, maju, optimisme, dan bekerja keras. Bagi karyawan lebih meningkatkan kemandirian dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan efisiensi pekerjaan. Hal ini dapat dilakukan dengan berusaha sendiri, percaya diri, dan tidak bergantung pada orang lain dalam mengerjakan tugas di kantor. Karyawan hendaknya juga meningkatkan inisiatif untuk berkreatif dalam bekerja seperti membuat jadwal pelayanan terhadap mahasiswa. Bagi atasan/pimpinan hendaknya dapat memberikan
kepercayaan kepada karyawan dengan untuk menentukan cara pelayanan terhadap mahasiswa agar lebih disukai mahasiswa. Bagi universitas sebagai tempat bekerja harus dapat membantu kelancaran kegiatan belajar mahasiswa maka dari itu universitas harus dapat memfasilitasi sarana prasarana dan mengembangkan locus of control yang berorientasi internal seperti: kegiatan pelatihan-pelatihan kepribadian, seminar tentang pengembangan diri, lokakarya, studi lanjut untuk karyawan. Oleh sebab hal tersebut mempunyai dampak positif terhadaplocus of controldari para karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, Agus. (1989). Management Produksi: Perencanaan Sistem Produksi. Yogyakarta: BPFE
Anggraeni, Ika Septi Kurnia. (2004:62). Pengembangan Karir Sukses Individu Melalui Lingkungan Sosial Dan Emotional Intelligence. Yogyakarta: STIE YKPN
Arikunto, Suharsimi. (1998).Manajemen Penelitian.Jakarta: PT. Prineka Cipta Cooper, R. K dan Sawaf, A. (1998). Excecutive EQ: Kecerdasan Emosional dalam
Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Dayakisni, Tri dan Yuniardi, Salis. (2003).Psikologi Lintas Budaya. Malang: UMM Press
Goleman. (1997). “Kecerdasan Emosional Apa itu?”. http://www.balipost.co.id/ balipost-cetak/2004/12/5/kel3.html
________. (1999). Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Gujarati, D. (2005).Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.
Harmoko, Agung. “Kecerdasan Emosional”. http://binuscareer.com/article
Hendroyono, Agus. “Mutu Pelayanan Kesehatan dan Service RecoveryHelp-Help for Webmasters: Kualitas Pelayanan Karyawan”. http://www. lrckesehatan.net/ upload/ mutu%20pelayanan
Hofstede, G. (1994).Cultures and Organization. London: Harper Collins Publishers. Kohler, H. (1985). Statistics for Business and Economics.England: Scott, Foresman
and Company.
Kotler, P. (1984).Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga
Lianto, Benny dan Kurniawan, Robertus. “Pengaruh Faktor Kebisingan dan Penerangan Lingkungan Kerja terhadap Kelelahan dn Kualitas Hasil Kerja Operator Poles”. Anima,Indonesia Psychological Journal2001, Vol. 17. No. 3, 270-284. Surabaya: Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya
Melianawati., Prihanto, Sutyas., dan Tjahyoanggoro. “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Kinerja Karyawan”. Anima, Indonesia Psychological Journal 2001, Vol. 17. No. 1, 57-62. Surabaya: Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya
Nitisemito, Alex. (1982). Manajemen Personalia. Kudus: Percetakan Galia Indonesia
Pujiwati, Brigita. (2004). “Hubungan antara Locus of Controldengan Produktivitas Kerja Karyawan pada Divisi Pemasaran PT Astra Internasional, Tbk-Honda Yogyakarta”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma
Rosita, M W A. (2005). “Hubungan antara Locus of Control dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja Putri”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma
Rotter. (1964). Clinical Psychology. Prentice-hall, inc. Englewood Cliffs, News Jersey
. “Locus of Control”. www.ballarat.edu.ac.au/ard/bssh/ pycoh/rot/htm Tjiptono, Fandy. (1996).Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi Offset
Triningsih, Aluvicia. (2007). “Pengaruh Locus of Control, Jenis Pekerjaan, dan Tingkat Pendidikan terhadap Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Kinerja Karyawan”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma
LAMPIRAN-LAMPIRAN
I. Kuesioner Penelitian
II. Data Validitas dan Reliabilitas III. Uji Validitas dan Reliabilitas IV. Data Induk Penelitian
V. Distribusi Frekuensi Deskripsi Variabel Penelitian VI. Uji Normalitas dan Linieritas
VII. Hasil Hipotesis VIII. Tabel r dan Tabel F IX. Surat Ijin