• Tidak ada hasil yang ditemukan

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Agama Dalam Keluarga 1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan memberikan peluang kepada seseorang untuk memiliki ilmu pengetahuan, karena dengan ilmu pengetahuan manusia bisa mencapai kemajuan bagi kehidupannya. a. Pengertian Pendidikan menurut bahasa

Pendidikan berasal dari asal dasar “ didik “ yang artinya memberi ajaran atau tuntunan mengenai tingkah laku, kesopanan dan kecerdasan pikiran. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 849 )

15

 Dalam Alquran dan hadis, pengertian pendidikan tercangkup dalam kata rabba, kata kerja dari tarbiyyah, „allama, kata kerja dari ta‟lim dan addaba, kata kerja dari ta‟dib. Kata kerja Rabba memiliki arti mengasuh, mendidik dan memelihara. Kata kerja “allama berarti mengajar yang lebih bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan. Sedangkan kata kerja addaba dapat diartikan mendidik yang lebih tertuju pada penyempurnaan akhlak budi pekerti. Istilah pendidikan dinisbatkan dengan at-tarbiyah karena kata itu mencakup empat unsur yaitu : memelihara pertumbuhan fitrah manusia, mengembangkan potensi dan kelengkapan manusia yang beraneka macam (terutama akal budinya), mengarahkan fitrah dan potensi manusia menuju kesempurnaannya, dan melaksanakan secara bertahap sesuai dengan perkembangan anak. (Achmadi, 1992: 14)

b. Pengertian Pendidikan menurut pendapat para ahli atau secara istilah adalah sebagai berikut:

 Pendidikan menurut UU RI No. 20 tahun 2003

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta

16

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. (UU RI, 2003: 4)

 Menurut Achmadi

Pendidikan adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah secara potensi (sumber daya) insan menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil). (1992: 16)

 Menurut Ahmad Tafsir

Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Definisi ini mencakup kegiatan pendidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatka guru (pendidik) mencakup pendidikan formal, maupun non formal serta informal. (1992: 6) Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha atau tindakan yang dilakukan baik oleh pendidik maupun bukan pendidik secara bertahap untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia agar lebih optimal sehingga kelak akan berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Melalui pendidikan seseorang akan belajar untuk berpikir dan belajar mengembangkan seluruh potensi dirinya sehingga ia dapat mandiri, berperilaku yang baik dan berguna bagi masyarakat dan negara.

17

Dalam konteks ini pendidikan yang penulis maksudkan adalah pendidikan Islam. Dalam buku Islam sebagai paradigm Ilmu pendidikan, dijelaskan bahwa pendidikan Islam adalah: “ Segala usaha untuk mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam. (Achmadi, 1992: 20)

Menurut Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama islam bahwa Pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian muslim. (1982:27)

Menurut Armai Arief bahwa pendidikan Islam adalah sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia–manusia yang seutuhnya, beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensnya sebagai khalifah Allahdi muka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran Al-Qur‟an dan sunnah. (2002: 16)

Menurut M. Arifin bahwa pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita – cita islam, karena nilai – nilai Islam telah menjwai dan mewarnai corak kepribadiannya. (1994: 10)

Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, dapat dirumuskan bahwa pendidikan Islam adalah proses penyampaian pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan dan pengembangan potensinya untuk mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.

18

3. Fungsi dan tujuan pendidikan agama

Fungsi pendidikan Islam secara makro adalah memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya insani yang ada pada subyek didik menuju terbentuknya insan kamil sesuai norma Islam. Berdasarkan ayat suci al-Qur‟an dan kajian secara sosiologi maupun antropologi, fungsi pendidikan Islam ialah:

a. Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri manusia, alam sekitarnya dan mengenai kebesaran Ilahi, sehingga tumbuh kreativitas yang benar.

b. Menyucikan diri manusia dari syirik dan berbagai sikap hidup dan perilaku yang dapat mencemari fitrah kemanusiaannya.

c. Mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menopang dan memajukan kehidupan baik individual maupun sosial. (Achmadi, 1992: 20)

Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan yang bisa mengarahkan usaha yang akan dikerjakan dan dapat menjadi titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain. Dalam pendidikan Islam diharapkan terjadi perubahan pada subyek didik dan perilaku yang berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan kehidupan masyarakat serta dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan YME.

Tujuan itu sesuai dengan tujuan pendidikan Islam sebagaimana pendapat Chabib Thoha yaitu tujuan pendidikan Islam secara umum adalah untuk mencapai tujuan hidup seorang muslim yaitu menumbuhkan

19

kesadaran manusia sebagai makhluk Allah SWT, agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia dan beribadah kepada-Nya. (1996: 100)

Achmadi memberikan 4 ciri pokok yang dimiliki tujuan pendidikan Islam sebagaimana yang dikutip dari Omar Attoumy Asy syaibani yaitu: a. Sifat yang bercorak agama dan akhlak

b. Sifat kemenyeluruhnya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar dan semua aspek perkembangan dalam masyarakat.

c. Sifat keseimbangan, kejelasan tidak adanya pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaan.

d. Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan. (Achmadi, 1992:60) Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah dan berakhlak terpuji.

Pendidikan agama memegang peranan penting dalam membentuk pribadi dan watak seseorang tergantung pada kebiasaan dan pendidikan yang diterima dalam keluarga. Dapat diartikan bahwa pendidikan memegang peranan penting dalam menertibkan tata sosial dalam masyarakat. Proses pendidikan yang mampu membentuk sikap anak, memerlukan perhatian dari seluruh anggota keluarga.

20

4. Pengertian keluarga

Keluarga adalah masyarakat kecil yang merupakan sel pertama bagi masyarakat besar. (Mantep Miharso, 2004: 2) Keluarga berarti sekumpulan orang yang hidup dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota marasakan adanya pertallian.

Jadi pendidikan agama dalam keluarga adalah bimbingan orang tua melalui pengajaran, pembiasaan, pengasuhan dan pengembangan potensinya untuk mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat. 5. Peran orang tua dalam mendidik anak

a. Orang tua sebagai pendidik

Anak adalah anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada kita untuk diterima dan dididik semaksimal. Ia memerlukan pemeliharaan dengan sebaik-baiknya, pemeliharaan sekarang akan dapat kita petik di kemudian hari. Dengan demikian pula pemeliharaan dengan anak-anak kita tergantung bagaimana cara mendidiknya. Sebagaimana firman Allah yang terdapat dalam surat Al-Hasyr ayat 18:



































Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

21

Anak adalah amanat Allah bagi orang tua yang akan dimintai pertanggungjawaban. Ia memiliki jiwa yang suci dan cemerlang, apabila sejak kecil dibiasakan baik, dididik dengan baik maka ia akan tumbuuh menjadi anak yang baik, sebaliknya jika ia dibiasakan berbuat buruk maka ia akan terbiasa berbuat buruk sehingga bisa membawa pada kerusakan.

Sebagai pendidik, orang tua tidak hanya memberikan bekal pendidikan ilmu pengetahuan tetapi juga harus membekali anak dengan pendidikan dan bimbingan keagamaan sebagai dasar kepribadian mereka.

Anak adalah bunga hidup, anak adalah pewangi rumah tangga kepadanya tergantung harapan keluarga dikemudian hari dan dialah ujung cita-cita di dalam setiap kepayahan dalam pergaulan suami istri.

Diantara cara-cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak adalah dengan cara berikut:

1) Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman kepada Allah dan berpegang dengan ajaran-ajaran agama dalam bentuknya yang sempurna dalam waktu tertentu.

2) Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah mendaging, mereka melakukannya dengan kemauan sendiri dan merasa tenteram sebab mereka melakukannya.

22

3) Menyiapkan suasana agama dan spiritual yang sesuai di rumah di mana mereka berada.

4) Membimbing mereka membaca bacaan-bacaan agama yang berguna dan memikirkan ciptaan-ciptaan Allah dan makhluk-makhluk untuk menjadi bukti kehalusan sistem ciptaan itu dan atas wujud dan keagungannya.

5) Menggalakkan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama, dan lain-lain lagi cara-cara lain. (Hasan Langgulung, 1989: 372) b. Orang tua sebagai pelindung dan pemelihara

Orang tua selain memiliki kekuasaan pendidikan mereka juga memiliki tugas kekeluargaan yaitu memelihara keselamatan kehidupan keluarganya baik moril maupun materiil. Orang tua memiliki kewajiban untuk memberi nafkah kepada anggota keluarganya dengan rejeki yang halal. Menjaga kesehatan anggota keluarganya dan menjaga serta memelihara keselamatan keluarganya baik di dunia maupun di akherat. Sebagaimana firman Allah dalam surat At Tahrim ayat 6:















































Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak

23

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

c. Orang tua sebagai pemimpin

Orang tua sebagai pembentuk dan pemimpin keluarga memiliki kekuasaan pendidikan untuk memelihara dan membimbing anak menjadi manusia dewasa yang mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab. Sebagai seorang pemimpin orang tua hendaknya dapat membimbing dan membiasakan anak untuk senantiasa taat dan patuh kepada Sang pencipta, Allah SWT. Membimbing ke jalan yang benar dan di ridhoi Allah SWT.

6. Tugas dan tanggungjawab orang tua

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan. Anak tempat ia belajar menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Pendidikan yang ada dalam keluarga mencerminkan latar belakang keluarga itu sendiri. Dari latar belakang itulah, orang tua harus memikirkan dan memperhatikan tugas dan tanggungjawabnya sebagai kepala rumah tangga dan juga sebagai seorang pendidik yang utama dan pertama.

Tugas dan tanggungjawab orang tua selain mendidik anak-anaknya juga berkewajiban menafkahi (memenuhi kebuutuhan) keluarganya berupa kebutuhan ekonomi sehari-hari. Oleh karena itu, dari terpenuhinya kebutuhan yang diperlukan setiap hari, maka pendidikan anak-anak akan

24

terpenuhi, baik itu pendidikan fisik maupun psikis. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Abdullah Nashih Ulwan bahwa, orang tua dalam mendidik anak adalah meliputi tiga bagian:

a. Tanggungjawab fisik

Diantara berbagai tanggung jawab besar yang diwajibkan oleh islam pada para pendidik adalah tanggung jawab pendidikan fisik agar anak-anak tumbuh seiring dengan baik pertumbuhan fisiknya, badan sehat dan bersemangat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al-Baqarah ayat 233:













Artinya : Dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf.

Berikut ini adalah beberapa tanggungjawab orang tua dalam mendidik anak dalam menafkahi keluarganya dan anak-anaknya sebagaimana yang diungkapkan Abdullah Nashih Ulwan:

1) Kewajiban menafkahi keluarga dan anak

2) Mengikuti aturan yang sehat ketika makan, minum dan tidur agar semua itu menjadi kebiasaan bagi akhlak anak-anak.

3) Menghindari penyakit menular 4) Kewajiban mengobati penyakit.

5) Menerapkan prinsip “tidak boleh membahayakan (diri sendiri) dan tidak boleh membahayakan (orang lain)

25

7) Membiasakan anak hidup sederhana, tidak mewah dan tenggelam dalam kenikmatan.

8) Membiasakan anak hidup bersungguh-sungguh, jantan dan menghindari pengangguran dan penyimpangan. (1990:1)

b. Tanggungjawab intelektual

Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan tanggungjawab intlektual adalah membentuk pemikiran anak dengan sesuatu yang bermanfaat seperti ilmu-ilmu syariat, kebudayaan ilmiah dan modern, kesadaran intelektual dan peradaban sehingga anak matang dalam pemikiran dan sikap ilmiahnya.

Tanggungjawab ini tidak kalah pentingnya dari tanggungjawab iman, fisik dan moral. Sebagai persiapan pendidikan moral untuk membentuk akhlak dan kebiasaan. Sedangkan pendidikan intelektual untuk penyadaran dan pembudayaan. (1990: 54)

c. Tanggungjawab psikis

Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan bahwasanya pendidikan psikis adalah sejak anak-anak mulai bisa berpikir, seorang anak harus dididik untuk berani menyatakan hak dengan tegas, ksatri dan tugas tanggungjawab sehingga dapat mengendalikan amarah dan berluas diri dengan semua keutamaan jiwa dan moral. (1990:109)

26

Dari pernyataan Dr. Abdullah Nashih Ulwan di atas bahwasanya tujuan dari tugas dan tanggungjawab orang tua dalam membimbing dan mendidik anak itu merupakan suatu hal yang mendasar dan penting, oleh karena itu anak harus dibiasakan dididik pada hal-hal yang positif sejak dini, karena pendidikan masa kecil akan sengat berpengaruh dalam kehidupan kelak. Di dalam kehidupan sehari-hari, anak selalu mengidentifikasikan setiap perilaku orang tuanya, untuk itu kewajiban orang tua adalah menjadi suri teladan yang baik dalam kehidupan anaknya, karena pendidikan pertama kali sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap jalan kehidupan seseorang.

7. Pentingnya pendidikan agama dalam keluarga

Pendidikan agama merupakan masalah yang sangat penting dalam mendidik anak. Semakin banyak pengalaman beragama semakin banyak pola unsur agama dalam pribadi anak. Pada umumnya pendidikan dalam keluarga bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik melainkan karena secara kodrati suasana dan stukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu tewujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak. (Zakiah Daradjat, 1995: 35)

Mendidik anak tidak bisa hanya dilaksanakan oleh satu orang aspek saja. Mendidik harus menyeluruh meliputi jasmaniah, rohaniah, akal, kasih

27

sayang dan ilmu pengetahuan. Sebagaimana Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa “ apabila pendidikan agama itu tidak diberikan pada anak sejak kecil maka sukarlah baginya untuk menerimanya nanti kalau ia dewasa karena dalam kepribadiannya yang terbentuk sejak kecil itu tidak terdapat unsur-unsur agama. (1991 : 128)

Pendidikan agama dalam keluarga adalah usaha orang dewasa dalam membimbing, memimpin, menuntun perkembangan jasmani dan rohani anak didik agar menjadi manusia yang berkepribadian utama dan sempurna serta mengamalkan ajaran agama sebagai pandangan hidup, adapun yang dimaksud dengan kepribadian utama adalah kepribadian yang tumbuh dalam diri yang membentuk anak didik menjadi insan kamil dengan pola takwa sehingga diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berguna bagi diri, masyarakat, bangsa dan Negara, mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-harinya.

Dalam Islam penyemaian rasa agama dimulai sejak anak dalam kandungan, ketika anak lahir dibisikkan kalimah adzan dan iqomah, orang tua memenuhi kebutuhan makan dan minum dengan rezeki yang halal, ketika anak mulai tumbuh besar ia akan menyerap apa yang dilihatnya, apa yang didengarnya, segala tingkah laku keluarganya akan keliru. Pengalaman agama anak ketika kecil merupakan pendidikan agama yang paling mendasar pada jiwa anak.

Nabi Muhammad mengajarkan bahwa penanaman keagamaan yang berinti pada keimanan pada dasarnya dilakukan orang tua dengan

28

pembiasaan dan peneladanan. Orang tua menjadi panutan bagi anak-anaknya. Anak yang sejak kecil sudah dibiasakan dilatih dengan pendidikan agama akan tumbuh keimanan dalam dirinya, sebaliknya jika anak tidak mendapatkan pendidikan, latihan dan pembiasaan keagamaan waktu kecil ia akan besar dengan sikap tidak acuh atau anti agama. Kualitas hubungan antara orang tua dan anak di kemudian hari. Bila anak merasa disayang dan diperlakukan adil, maka ia akan meniru dan menyerap agama dan nilai-nilai yang dianut orang tuanya tetapi sebaliknya jika anak hidup tanpa kasih sayang, maka ia akan jauh dari apa yang diharapkan orang tua. Rasa keagamaan yang ditanamkan dan dibiasakan sejak kecil pada diri anak akan menjadi fondasi untuk pendidikan selanjutnya, selain itu keimanan sangat diperlukan oleh anak untuk menjadi landasan dalam pembentukan akhlak mulia. Keimanan diperlukan agar akhlak anak terutama anak remaja tidak merosot, keberimanan diperlukan agar anak-anak mampu hidup mandiri, tenteram dan konstruktif pada zaman global nanti. Jadi pendidikan agama didalam keluarga sangat perlu, karena keluarga merupakan satu-satunya institusi pendidikan yang mampu melakukan pendidikan keberimanan bagi anak-anaknya. Melakukan pendidikan agama dalam keluarga berarti ikut menyelamatkan masa depan generasi muda yang akan menjadi tulang punggung bangsa dan Negara.

B. Ketaatan anak dalam beribadah

29

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, ketaatan berasal dari kata taat yang artinya senantiasa tunduk (kepada Tuhan, pemerintah). (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 1042) Taat berarti juga patuh kepada ajaran Islam, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Ibadah adalah perubahan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Sedangkan menurut ahli fiqh, ibadah adalah apa yang dikerjakan untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT dan mengharapkan pahala di akhirat. (Zakiah Daradjat, 1995: 3)

Pembinaan ketaatan beribadah pada anak dimulai dari dalam keluarga, anak dilatih, dididik untuk menjalankan ibadah dengan pola pembiasaan dan peneladanan.

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi ketaatan beribadah anak.

Anak adalah karunia dan amanat yang diberikan Allah SWT kepada hambaNya. Sebagai sebuah karunia, kedatangan anak sebagai buah hati harus disyukuri. Orang tua yang mendapat amanat memiliki keharusan untuk menjaga amanat itu dengan penuh tanggung jawab dengan cara mengantarkan buah hatinya untuk mengenal Allah, karena semua amanat yang diberikan itu akan dimintai pertanggungjawaban. Selain itu orang tua juga memiliki kewajiban untuk mendidik dan mengantarkan anaknya menjadi insan yang saleh, berilmu, beriman, berakhlak dan bertaqwa.

30

Faktor yang mempengaruhi ketaatan anak dalam beribadah ada dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada pada diri anak dan sudah melekat pada sanubari anak. Faktor intern yang ada dalam diri anak misalnya selektivitas diri, daya pilih diri, minat dan perhatian anak.

Menurut Jalaludin rahmat faktor intern ada dua yaitu : a. Faktor biologis

Adanya warisan biologis sampai muncul aliran baru memandang segala kegiatan termasuk agama, budaya, moral dari struktur biologis.

b. Faktor sosio psikologis

Komponen-komponen yang ada dalam sosio psikologis antara lain : 1) Bakat, merupakan suatu kemampuan pembawaan yang potensial

mengacu pada perkembangan kemampuan akademis, ilmiah dan keahlian dalam berbagai bidang kehidupan.

2) Insting, adalah suatu kemampuan berbuat atau bertingkah laku dengan tanpa melalui proses belajar. Kemampuan insting ini termasuk kapabilitas yaitu kemampuan berbuat sesuatu tanpa belajar.

3) Nafsu dan dorongan (drives)

Dalam tasawuf dikenal adanya nafsu lawwamah yang mendorong kea rah perbuatan tercela dan merendahkan orang lain (egosentris), nafsu amarah (polemis) yang mendorong kearah perbuatan merusak, nafsu birahi yang mendorong kea rah perbuatan seksual

31

dan nafsu mutmainnah (religius) yang mendorong kearah ketaatan kepada Allah.

4) Karakter /watak manusia

Karakter merupakan kemampuan psikologis yang terbawa dan terbentuk sejak lahir.

5) Hereditas merupakan faktor dasar yang mengandung ciri psikologis dan fisiologis yang diturunkan orang tua. (1995:34)

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi ketaatan seseorang yang berasal dari luar dirinya. Yang termasuk faktor ekstern adalah keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

a. Faktor keluarga

Keluarga merupakan kesatuan sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang punya tempat tinggal dan ditandai oleh kerja sama ekonomi, berkembang, mendidik, merawat, melindungi dan sebagainya. Keluarga adalah institusi terkecil dan peletak dasar pendidikan bagi anak. Dimulai dari keluargalah seorang anak mengenal Allah dan agamaNya. Orang tua dalam hal ini berperan sebagai pendidik, harus mengajarkan kebenaran yang tidak menyimpang dari ajaran agama. Keluarga terutama orang tua adalah pendidik yang utama dan pertama dalam hal penanaman keimanan. Disebut sebagai pendidik pertama karena merekalah yang pertama mendidik anaknya.

Orang tua merupakan bagi anak-anaknya dalam segala aspek kehidupan. Dalam hal keagamaan pun peran orang tua dan keteladanan

32

orang tua dapat mempengaruhi perilaku dan keagamaan anak. Perilaku seseorang akan menjadi tolok ukur sebagai diri seseorang bila perilakunya baik sehingga akan mencerminkan pribadi yang baik begitu juga sebaliknya. Dalam hal ini peran serta keluarga sangat penting, karena keluarga merupakan lembaga pertama yang mengajarkan pendidikan agama. Keluarga yang membiasakan dan mengajarkan anak tentang beribadah melalui peneladanan, melatih anak tentang tata cara salat, menjalankan puasa, membayar zakat, menghormati orang lain dan berperilaku yang baik, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi muslim yang diharapkan, mau melaksanakan ibadah dengan kesadaran dirinya bukan karena perasaan takut kepada orang tua.

b. Faktor sekolah dan lingkungan

Sekolah adalah lembaga yang secara khusus mengenai kegiatan pendidikan. Pada dasarnya tanggung jawab yang dipikulnya merupakan limpahan dari orang tua dan masyarakat. Sekolah merupakan lemgaba

Dokumen terkait