• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penutup berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang dapat dijadikan rekomendasikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, daftar pustaka.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Persepsi Siswa tentang Gaya Mengajar Guru

1. Pengertian

a. Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan (Walgito, 1994:53). Menurut Moskowis dan Orgel (1969) persepsi itu merupakan proses yang integreted dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integreted dalam diri individu (Walgito, 1994:53-54).

b. Siswa

Siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Suwarno, 2006:36).

Dengan demikian persepsi siswa dapat diartikan suatu tindakan penerimaanatau timbal balik atas stimulus yang didapat oleh indra seseorang. Yang didapat dari stimulus tersebut dianggap

bermanfaat bagi dirinya untuk diterapkan atau juga diproses lebih dalam lagi.

c. Gaya

Gaya adalah segala sesuatu cara yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan dan informasi. Gaya juga diartikan sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar.

d. Mengajar

Mengajar adalah memberikan sesuatu dengan cara membimbing dan membantu kegiatan belajar kepada seseorang (siswa) dalam mengembangkan potensi intelektual, (emosional serta spiritualnya) sehingga potensi-potensi tersebut dapat berkembang secara optimal (Fajar, 2004:13).

e. Guru

Mengajar biasa dilakukan oleh seseorang yang dianggap lebih berpengalaman dalam hidup. Di dalam kelompok masyarakat biasanya identik dengan orang tua atau yang biasa disebut dengan istilah sesepuh desa. Yang penyusun seseorang yang dianggap lebih berpengalaman disini adalah orang yang telah mempunyai ilmu pengetahuan dan wawasan dalam suatu bidang studi keilmuan tertentu. Seseorang datang untuk menanyakan yang belum mereka ketahui dalam suatu hal yang ditemui. Hal itu biasa mereka lakukan saat-saat acara pertemuan di balai desa atau menemui langsung

dengan orang yang bersangkutan. Orang-orang semacam itu biasanya disebut dengan istilah guru.

Dalam pendidikan formal tidak semua orang dapat dikatakan sebagai guru. Menjadi seorang guru juga ada syarat-syarat yang harus dipenuhi sesuai dengan bidang keilmuan yang telah dipelajari. Menjadi seorang guru ada sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya karena mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan dan memberi materi kajian ilmu saja. Seorang guru harus memikirkan sejauh mana perkembangan pemikiran seseorang dan bagaimana kepercayaan atau adat yang berkembang di masyarakat. Hal semacam itu sangat penting jika suatu saat akan menimbulkan perbuatan yang bisa dikatakan tidak sesuai dengan tingkat kematangan atau kondisi adat istiadat masyarakat setempat.

Sosok guru adalah orang yang identik dengan pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa (Isjoni, 2008:3). Tugas seorang guru tidak hanya menyampaikan materi, memberi tugas kemudian mengevaluasi. Guru juga harus pandai membaca situasi di sekitarnya supaya guru tahu apa yang dibutuhkan oleh siswa. Menggali potensi-potensi pada setiap individu siswa. Memberi materi sesuai dengan apa yang dikehendaki siswa dan bermanfaat untuk masa depannya.

Dalam hal ini bisa dikatakan guru sebagai pengorganisasi lingkungan belajar. Peranan guru sebagai pengorganisasi pada

dasarnya bertitik tolak dari asumsi bahwa pengajaran adalah suatu aktivitas profesional yang unik, rasional dan humanis. Dalam hal itu, seseorang menggunakan pengetahuannya secara kreatif dan imajinatif untuk mempromosikan pelajaran dan kesejahteraan bagi orang-orang lain (Hamalik, 2004:45).

Fungsi guru dalam suatu sistem pengajaran ialah sebagai perancang dan sebagai guru yang mengajar (unsur satu sistem). Pelaksanaan fungsi pertama, guru bertugas menyusun suatu sistem pengajaran, sedangkan pelaksanaannya mungkin digantikan atau dilaksanakan oleh tenaga lain atau dengan media lainnya. Pelaksanaan fungsi kedua adalah guru berfungsi mendesain sistem pengajaran, sedangkan dia sendiri langsung bertindak sebagai pelaksana (Hamalik, 2004:12).

f. Gaya Mengajar Guru

Gaya mengajar dapat diartikan teknik atau strategi dalam belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Gaya mengajar pada umumnya diartikan sebagai segala sesuatu cara atau strategi dalam menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi (http://www.edu-articles.com/mengenal-gaya-mengajar/2005).

Agar proses pengajaran mata pelajaran tertentu ini dapat terlaksana dengan baik, maka salah satu yang perlu dibenahi adalah

perbaikan kualitas tenaga pengajarnya. Dengan perbaikan tenaga ini, maka guru paling tidak dapat mengorganisasi pengajaran tersebut dengan jalan menggunakan teori-teori belajar, serta desain yang dapat menimbulkan minat dan memotivasi anak didik (siswa) dalam belajar mata pelajaran tersebut (Hamzah Uno, 2008:133).

Status guru mempunyai implikasi terhadap peran dan fungsi yang menjadi tanggung jawabnya. Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar dan melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan kemampuan integratif, antara yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Seseorang yang tidak memiliki kemampuan membimbing, mengajar dan melatih, ia tidaklah dapat disebut sebagai guru yang paripurna. Selanjutnya, seseorang yang memiliki kemampuan mengajar, tetapi tidak memiliki kemampuan mendidik, membimbing, dan melatih, juga tidak dapat disebut sebagai guru sebenarnya. Guru memiliki kemampuan keempat-empatnya secara paripurna (Suparlan, 2005:25).

Dalam menggunakan dan memilih gaya mengajar, seorang guru harus mengetahui masing-masing karakter siswa dari segi latar belakang siswa, tingkat kematangan siswa dan masih banyak yang lainnya. Karakteristik siswa akan sangat memengaruhi dalam pemilihan strategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi

pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa (Hamzah Uno, 2008:158).

Sebagai pengelola pengajaran, seorang guru harus mampu mengelola seluruh proses kegiatan belajar-mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa, sehingga setiap anak dapat belajar secara efektif dan efisien. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar murid, seorang guru hendaknya senantiasa secara terus menerus mengikuti hasil-hasil belajar yang telah dicapai siswa dari waktu ke waktu, informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan merupakan umpan balik terhadap proses kegiatan belajar mengajar, yang akan dijadikan sebagai titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya (Ahmadi, 2004:106).

Dalam mengajar, guru tidak hanya menyamapaikan materi menggunakan gaya, metode dan setelah itu selesai. Akan tetapi guru bertanggung jawab mengenai ketuntasan siswa dalam memahami mata pelajar yang disampaikan. Guru juga harus mengevaluasi gaya dan metode yang dilakukan dalam proses belajar mengajar sesuai. Dan bagaimana respom siswa mengenai materi pelajaran yang disampaikan, jangan sampai dengan gaya yang dilakukan guru akan menyulitkan siswa dalam menerima pelajaran.

Hasil jangka panjang dari proses belajar mengajar yang paling penting adalah meningkatnya kemampuan belajar yang lebih mudah

dan efektif pada masa mendatang yang disebabkan oleh bertambahnya pengetahuan dan kemampuan yang didapatkan setelah mengikuti proses belajar (Sopiatin, 2010:46).

2. Macam-Macam Gaya Mengajar Guru

Untuk mengatasi kejenuhan siswa dalam mengikuti pelajaran, seorang guru harus berani mengadakan variasi dalam mengajar. Keterampilan menggunakan variasi diadakan karena faktor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan belajar yang begitu-begitu saja akan mengakibatkan perhatian, motivasi, minat siswa terhadap pelajaran, guru dan sekolah menurun (Hamzah B. Uno, 2008:171).

Ada banyak sekali hal yang menimbulkan kejenuhan siswa dalam belajar seperti durasi belajar yang terlalu lama, cuaca atau waktu yang sudah siang, pelajaran yang sulit diikuti, gaya mengajar guru yang monoton dan masih banyak yang lainnya. Jika terjadi bahwa para siswa menentang pelajaran guru, atau bersikap acuh atau tidak mau masuk kelas maka salah satu sebabnya adalah masalah metode mengajar yang dipergunakan oleh guru (Hamalik, 2004:16).

Jadi jangan salahkan siswa jika mereka lebih memilih tidur atau mengalihkan perhatiannya terhadap hal-hal yang mereka anggap menarik daripada dengan pelajaran yang sedang disampaikan oleh guru. Hal tersebut bisa dikatakan guru belum bisa menguasai kelas

dan metode yang digunakan belum tepat sehingga siswa bersikap acuh terhadap pelajaran.

Variasi dalam gaya guru yang profesional harus hidup dan antusias (teacher liveliness) menarik minat belajar peserta didik (Asril, 2011:87). Variasi gaya mengajar guru meliputi beberapa komponen sebagai berikut:

a. Variasi Suara

Dalam menggunakan variasi suara, seorang guru harus bisa mengadakan tekanan tinggi rendah, cepat-lambat, besar kecilnya suara.

b. Variasi Penekanan (Focusing)

Memusatkan perhatian peserta didik (verbal focusing) pada hal yang dianggap penting dapat dilakukan guru dengan kata-kata seperti, perhatian baik, peka, sekaligus dilakukan dengan gerakan tangan (Asril, 2011:87). Pemusatan perhatian dapat dikerjakan secara verbal, isyarat atau dengan menggunakan model (Hamzah B Uno, 2008:172).

c. Pemberian Waktu (Pausing)

Mengadakan diam sejenak (silence) pada saat yang tepat membuat pembicaraan guru lebih jelas, karena ini berfungsi sebagai koma, titik, atau tanda seru yang membagi pelajaran dalam kelompok-kelompok kecil (Asril, 2011:87-88).

Pada saat guru menerangkan sering diperlukan kegiatan berhenti sejenak secara tiba-tiba. Kesenyapan macam ini bertujuan meminta perhatian siswa. Ada kalanya kesenyapan dikerjakan apabila guru akan berpindah dari segmen mengajar satu ke segmen mengajar yang lain. Jika hal ini dikerjakan, tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengendapkan pengetahuan yang baru diperoleh sebelum pindah ke segmen berikutnya (Hamzah B. Uno, 2008:172).

d. Kontak Pandang

Guru menguasai dengan kontak mata (eye contact), kalau ada kontak mata guru dengan peserta didik, kata-kata yang diucapkan guru terasa lebih meyakinkan dan memperkuat informasi. Sebaiknya guru menatap peserta didik secara keseluruhan, tidak diarahkan ke arah tertentu saja seperti yang duduk di depan saja, tengah sehingga yang duduk di samping tidak dilihat (Asril, 2011:88). Untuk meningkatkan hubungan dengan siswa dan menghindarkan hal-hal yang bersifat impersonal, maka kontak pandang perlu dikerjakan selama proses mengajarnya (Hamzah B. Uno, 2008:172).

e. Gerakan Anggota Badan (Gesturing)

Gerak gerik tangan (gestures) variasi dengan gerakan tangan, mata, kepala, dan badan dapat memperkuat ekspresi guru, sebaliknya gerakan yang aneh dapat mengganggu situasi

perhatian dalam proses pembelajaran (Asril, 2011:88). Perubahan ekspresi wajah, gerakan kepala, badan, sangat penting dalam proses komunikasi (Hamzah B. Uno, 2008:172).

f. Pindah Posisi

Tempat berdirinya guru di kelas (movement) variasi penggantian posisi guru di dalam kelas akan mendapat perhatian oleh peserta didik, seperti gerakan ke arah depan, belakang, kanan ke kiri dan sebagainya (tidak selalu duduk dalam kelas). Jika guru melakukan tanya jawab sebaiknya dekatilah pelan-pelan peserta didik. Kalau guru mendekati peserta didik mengandung arti yang sangat dalam bagi mereka (Asril, 2011:88-89). Perhatian siswa dapat ditingkatkan melalui perubahan posisi guru dalam proses interaksi komunikasi (Hamzah B. Uno, 2008:172).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Mengajar Guru

Dalam mengajar yang efektif ini dapat dikemukakan suatu pandangan lain yang dapat menjadi pertimbangan juga. Pandangan ini mengatakan bahwa mengajar yang efektif perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut (Slameto,2003:95-96):

a. Penguasaan Bahan Pelajaran

Guru harus menguasai bahan pelajaran sebaik mungkin, sehingga dapat membuat perencanaan pelajaran dengan baik, memikirkan variasi metode, cara memecahkan persoalan dan

membatasi bahan, membimbing siswa ke arah tujuan yang diharapkan tanpa kehilangan kepercayaan terhadap dirinya.

b. Cinta Kepada yang Diajarkan

Guru yang mencintai pelajaran yang diberikan, akan berusaha mengajar dengan efektif, agar pelajaran itu dapat menjadi milik siswa sehingga berguna bagi hidupnya kelak. Guru yang cinta pada pekerjaannya, akan menyadari pula bahwa mengajar adalah profesinya, sehingga pantang mundur walaupun banyak mengalami kesulitan dalam tugasnya. Ia berusaha mengatasi dengan ketekunan, kesabaran terhadap dirinya.

c. Pengalaman Pribadi dan Pengetahuan yang Telah Dimiliki Siswa

Pengetahuan yang dibawa siswa dari lingkungan keluarganya, dapat memberi sumbangan yang besar bagi guru untuk mengajar. Latar belakang kebudayaan, sikap dan kebiasaan, minat perhatian dan kesenangan berperan pula terhadap pelajaran yang akan diberikan. Guru perlu meneliti hal-hal tersebut, termasuk juga kemampuan dan prestasi siswa, dengan cara apa saja yang dapat mengungkap masalah itu.

d. Variasi Metode

Waktu guru mengajar bila haya menggunakan salah satu metode maka akan membosankan, siswa tidak tertarik

perhatiannya pada pelajaran. Dengan variasi metode dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa.

e. Kemampuan Dalam Mengajar

Seorang guru harus menyadari bahwa dirinya tidak mungkin menguasai dan mendalami semua bahan pelajaran. Maka seorang guru harus selalu menambah ilmunya, dan mengadakan diskusi ilmiah dengan teman seprofesi, agar dapat meningkatkan kemampuannya mengajar.

f. Berpengetahuan Luas

Bila guru mengajar harus selalu memberikan pengetahuan yang aktual dan dipersiapkan sebaik-baiknya. Pengetahuan yang aktual akan menarik minat siswa, karena saat itu sedang mengalami peristiwa itu juga, sehingga pelajaran guru akan menimbulkan rangsangan yang efektif bagi belajar siswa.

Masing-masing siswa mempunyai perbedaan dalam pengalaman, kemampuan dan sifat-sifat pribadi yang lain, sehingga dapat memberikan kebebasan dan kebiasaan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dan penuh inisiatif dan kreatif dalam pekerjaannya.

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian

Motif adalah sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan sesuatu (Hamzah B. Uno, 2008:129). Dorongan yang timbul dalam diri seseorang disebut motivasi, di mana seseorang memperoleh daya jiwa yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang timbul dalam dirinya sendiri dinamakan motivasi intrinsik. Sedangkan dorongan yang timbul yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar disebut motivasi ekstrinsik (Usman, 2010:10).

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Ahmadi, 2004:128).

Individu yang belajar, akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, karena individu yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu (Ahmadi, 2004:129).

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Satu perubahan

yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya (Ahmadi, 2004:129).

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama (Suprijono, 2011:163).

Indikator motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. d. Adanya penghargaan dalam belajar.

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik.

2. Macam-macam Motivasi

Seorang guru dapat memberikan bermacam-macam motivasi ekstrinsik terhadap anak-anak namun tidak semua motivasi itu baik bagi perkembangan jiwa mereka (Usman, 2010:10). Sehubungan

dengan hal itu S. Nasution membedakan macam-macam motivasi sebagai berikut (Usman, 2010:10):

a. Memberi Angka

Banyak anak belajar semata-mata untuk mencapai atau mendapatkan angka yang baik, dengan berusaha belajar segiat-giatnya. Angka yang baik bagi mereka merupakan motivasi dalam kegiatan belajarnya.

b. Hadiah

Hal ini dapat membangkitkan motivasi yang kuat bagi setiap orang dalam melakukan sesuatu pekerjaan atau belajar sekalipun. Hadiah bagi pelajar dapat merusak jiwa mereka bila mana hadiah yang diinginkan tersebut dapat membelokkan pikiran dan jiwa mereka dari tujuan yang sebenarnya.

c. Persaingan

Faktor persaingan ini sering digunakan sebagai alat untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi di lapangan industri dan perdagangan dan juga di sekolah. Persaingan dapat mempertinggi hasil belajar anak bila mana dilakukan secara positif.

d. Tugas Yang Menantang (Challenging)

Memberi kesempatan terhadap anak dalam memperoleh kesuksesan belajar bukan berarti mereka harus diberi tugas-tugas yang mudah saja, tetapi tugas-tugas yang lebih sulit yang

diberikan kepada mereka merupakan tantangan dan merangsang mereka untuk belajar secara serius dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.

e. Pujian

Pujian diberikan sebagai akibat pekerjaan atau belajar anak dapat memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Pujian merupakan motivasi yang baik bila diberikan secara benar dan beralasan.

f. Teguran dan Kecaman

Digunakan untuk memperbaiki kesalahan anak yang melanggar disiplin atau melalaikan tugas yang diberikan. Teguran diberikan harus secara bijaksana dan dapat menjadikan anak menyadari kesalahannya.

g. Celaan (Sarkisme)

Celaan ini secara psikologis dapat merusak jiwa anak antara lain; anak menjadi prustasi dalam belajarnya, dan timbul rasa dendam terhadap guru.

h. Hukuman

Sama halnya dengan celaan, juga dapat menimbulkan kekecewaan dalam diri anak dan perasaan dendam yang tidak mudah mereka lupakan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar (Ahmadi, 2004:83).

Motivasi dan minat seseorang tumbuh dari dalam diri sendiri dan dapat dipengaruhi oleh seseorang serta dapat dipengaruhi keadaan sekitar yang mengharuskan seseorang berkembang menjadi lebih baik dari sebelumnya. Untuk menjadi lebih baik seseorang harus belajar, mencari pengetahuan dan wawasan dalam suatu bidang pelajaran yang bersifat umum maupun bersifat khusus.

Kebanyakan pengajar menginginkan kelas yang penuh dengan siswa-siswa yang mempunyai motivasi intrinsik. Tapi kenyataannya seringkali tidak demikian. Karena itu pengajar harus menghadapi tantangan untuk membangkitkan motivasi siswa, membangkitkan minatnya, menarik dan mempertahankan perhatiannya, mengusahakan

agar siswa mau mempelajari meteri-materi yang diharapkan untuk dipelajarinya (Slameto, 2003:173).

Ada empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi siswa yaitu (Slameto, 2003:99):

a. Memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar

b. Menjelaskan secara konkret kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran

c. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai sehingga dapat merangsang untuk mencapai prestasi yang lebih baik di kemudian hari

d. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

4. Ptinsip-Prinsip Motivasi

Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai model ARCS, yaitu:

a.Attention (Perhatian)

Perhatian peserta didik muncul karena didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga peserta didik akan memberikan perhatian selama proses pembelajaran. Rasa ingin tahu tersebut dapat

dirangsang melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks.

Apabila elemen-elemen tersebut dimasukkan dalam rencana pembelajaran, hal ini dapat menstimulus rasa ingin tahu peserta didik. Namun, perlu diperhatikan agar tidak memberikan stimulus yang berlebihan, untuk menjaga efektifitasnya.

b.Relevance (Relevansi)

Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. Motivasi peserta didik akan terpelihara apabila mereka menganggap bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.

Kebutuhan pribadi (basic need) dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu motif pribadi, motif instrumental dan motif kultural. Motif nilai pribadi (personal motif value), menurut McClelland mencakup tiga hal, yaitu (1) kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievement), (2) kebutuhan untuk berkuasa (needs for power), dan (3) kebutuhan untuk berafiliasi (needs for affiliation).

Sementara nilai yang bersifat instrumental, yaitu keberhasilan dalam mengerjakan suatu tugas dianggap sebagai langkah untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut. Sedangkan nilai kultural yaitu apabila tujuan yang ingin dicapai konsisten atau

sesuai dengan nilai yang dipegang oleh kelpmpok yang diacu peserta didik, seperti orang tua, teman, dan sebagainya.

c.Confidence (Percaya Diri)

Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lampau. Motivasi dapat memberikan ketekunan untuk membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi untuk mengerjakan tugas berikutnya.

d.Satisfaction (Kepuasan)

Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun luar individu. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi peserta didik, dapat menggunakan pemberian penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan, dan sebagainya

(http://donsogamalielschool.blogspot.com/2009/02/meningkatkan-semangat-belajar.html).

C. Persepsi Siswa tentang Variasi Gaya Mengajar Guru PAI Pengaruhnya terhadap Motivasi Belajar Siswa

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Ahmadi, 2004:128).

Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat

Dokumen terkait