• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini penulis membuat kesimpulan dari semua pembahasan yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Modal Pinjaman

Muhammad Teguh menjelaskan bahwa modal dapat diartikan secara fisik dan bukan fisik. Dalam artian fisik modal diartikan sebagai segala hal yang melekat pada faktor produksi yang dimaksud, seperti mesin-mesin dan peralatan-peralatan produksi, kendaraan serta bangunan. Modal juga dapat berupa dana untuk membeli segala input variabel untuk digunakan dalam proses produksi guna menghasilkan output produksi.1 Dalam penelitian ini, modal yang dimaksud adalah berupa dana.

Dilihat dari segi sumber asalnya, modal dibagi dua macam, yaitu:2

a. Modal Asing (Modal Pinjaman)

Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang diperolah dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh secara pinjaman. Keuntungan modal pinjaman adalah jumlahnya yang relatif tidak terbatas, artinya tersedia dalam jumlah banyak. Menggunakan modal pinjaman menimbulkan

1

Muhammad Teguh, Ekonomi Industri, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010), h. 236 2

Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2003),h.91

kewajiban untuk mengembalikan pinjaman setelah jangka waktu tertentu sesuai perjanjian sebelumnya, akan tetapi dengan menggunakan modal pinjaman biasanya timbul motivasi dari pihak manajemen untuk sungguh-sungguh mengerjakan usaha yang dijalankan, hal ini dikarenakan adanya kewajiban untuk mengembalikan modal tersebut. Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh dari:

a) Pinjaman dari dunia perbankan.

b) Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan modal ventura, asuransi, leasing, dana pensiun, atau lembaga keuangan lainnya.

c) Pinjaman dari perusahaan nonbank. b. Modal Sendiri

Modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik perusahaan dengan cara mengeluarkan saham baik secara tertutup atau terbuka. Tertutup artinya hanya dari kalangan internal pemilik saham sebelumnya, sedangkan terbuka dengan menjual saham kepada masyarakat luas. Menggunakan modal sendiri tidak ada kewajiban untuk mengembalikan modal yang telah digunakan, tetapi menggunakan modal sendiri jumlahnya sangat terbatas dan relatif sulit untuk memperolehnya. Perolehan dana dari modal sendiri biasanya berasal dari:

12

a) Setoran dari pemegang saham b) Dari cadangan laba

c) Dari laba yang belum dibagi.

Penelitian ini berfokus pada modal pinjaman, hal ini didasarkan pada kegiatan yang terdapat pada objek penelitian yaitu program Pinjaman Modal Usaha (PMU). Modal yang diberikan kepada usaha mikro merupakan modal pinjaman yang berasal dari dana zakat, infaq dan shadaqah yang disalurkan dengan pola produktif. Modal pinjaman yang diberikan oleh BAZDA Kota Tangerang ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja usaha para peserta programnya sebagai pelaku usaha mikro. Modal pinjaman ini diberikan dengan cara menggunakan skema Qardhul Hasan,

yaitu pemberian pinjaman dana tanpa adanya biaya-biaya administrasi, bunga dan denda keterlambatan pembayaran, sehingga jumlah dana pinjaman yang diberikan sesuai dengan yang telah disepakati. Dalam pengembaliannya, si peminjam hanya diwajibkan untuk membayar pokok pinjamannya saja.3

Modal pinjaman merupakan salah satu aspek keuangan usaha mikro yang sangat penting dalam meningkatkan dan kinerjanya, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Musran Munizu tentang kinerja usaha mikro dan kecil, bahwa aspek

3

keuangan yang meliputi modal sendiri, modal pinjaman, tingkat keuntungan dan akumulasi modal, serta membedakan pengeluaran pribadi/keluarga berpengaruh terhadap kinerja usaha mikro dan kecil.4

2. Pembinaan

Pembinaan berasal dari kata bina, yang berarti proses, cara, perbuatan membina, pembaharuan/penyempurnaan usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.5 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil pada Pasal 1 Ayat 2 menyatakan bahwa Pembinaan dan pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melalui pemberian bimbingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah.6

Kwik Kian Gie berpendapat bahwa kredit pinjaman harus diberikan dalam satu paket dengan bimbingan dan pembinaan

4

Musran Munizu, Pengaruh Faktor-Faktor Eksternal dan Internal Terhadap Kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Sulawesi Selatan, (Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.12, No. 1, Maret 2010),h.36

5

Definisi Pembinaan diakses pada 6 Febuari 2014 dari http://kbbi.web.id/bina 6

Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil diakses pada 7 Febuari 2014 dari http://www.depkop.go.id/

14

manajemen, karena apabila pembinaan dijadikan syarat dalam pemberian modal maka para pelaku usaha mau tidak mau harus menerimanya.7 Menurut Mudrajad Kuncoro, pembinaan bisa dilakukan melalui program pendidikan dan pelatihan. Kedua hal ini merupakan salah satu solusi dalam mengatasi masalah utama yang dihadapi oleh usaha mikro, yaitu masalah permodalan, pemasaran dan keahlian.8

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, pada Pasal 13 disebutkan bahwa jalur pendidikan dibagi menjadi tiga, yaitu pendidikan formal, nonformal dan informal. 9 Menurut Coombs dan Ahmed dalam Mustofa, definisi dari pendidikan formal dan nonformal adalah:

a. Pendidikan formal

‘Sistem pendidikan’ yang berstruktur hirarkis dan memiliki kelas yang berurutan dari Sekolah Dasar sampai Universitas yang termasuk juga di dalamnya kegiatan tambahan bagi studi

7

Kwik Kian Gie, Praktek Bisnis dan Orientasi Ekonomi Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996),h.216 & 221

8

Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Industri Indonesia: Menuju Negara Industri Baru 2030?,(Yogyakarta: CV.Andi Offset,2007),h.371

9

akademik umum dengan bermacam-macam program juga lembaga khusus untuk pelatihan teknis dan professional.10 b. Pendidikan nonformal

Setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal, diselenggarakan secara tersendiri atau merupakan bagian penting dari sebuah sistem yang lebih luas dengan maksud memberikan layanan khusus kepada warga belajar atau membantu mengidentifikasi kebutuhan belajar agar sesuai dengan kebutuhan dan mencapai tujuan belajarnya.11

Selanjutnya definisi pendidikan informal menurut Alan Rogers dalam Mustofa adalah sebuah proses pendidikan sepanjang hayat dimana setiap individu memperoleh dan mempelajari tingkah laku, norma-norma, keterampilan, pengetahuan dari pengalaman sehari-hari, dan pengaruh serta sumber-sumber pendidikan di lingkungan sekitarnya; dari keluarga, tetangga, dari lingkungan kerja dan lingkungan bermain, dari tempat belanja, dan dari perpustakaan serta media massa.12

10

Mustofa Kamil, Pendidikan Nonformal Pengembangan Melalui PKBM, (Bandung: Alfabeta,2009),h.7

11

Mustofa Kamil, Pendidikan Nonformal Pengembangan Melalui PKBM,h.8

12

16

Pendidikan yang diberikan oleh BAZDA Kota Tangerang kepada peserta program PMU termasuk dalam pendidikan nonformal, karena pendidikan yang diberikan oleh BAZDA Kota Tangerang merupakan bagian dari kegiatan PMU yang secara khusus diberikan hanya kepada peserta program sesuai dengan kebutuhan usahanya tanpa mengenal jenjang pendidikan yang dimiliki oleh peserta program.

Pelatihan sebagai bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktik daripada teori. Pelatihan, secara singkat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja saat ini dan di masa mendatang.13

Dari pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembinaan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan harus diberikan kepada pelaku usaha mikro yang menerima bantuan modal pinjaman dengan tujuan mengatasi masalah permodalan yang dialami oleh usaha mikro sekaligus meningkatkan kualitas kinerja para pelaku usaha mikro

13

Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik,

Tujuan pembinaan dan pengembangan terhadap usaha mikro adalah agar mereka memiliki sifat-sifat kewirausahaan, adaptif, kompetitif, sadar lingkungan, dapat berhubungan dengan lembaga keuangan, serta diupayakan agar status mereka dapat ditingkatkan menjadi skala usaha yang lebih besar dari sebelumnya.14 Pembinaan pada usaha mikro sangatlah dibutuhkan mengingat bahwa tata kelola usaha dan kualitas SDM usaha mikro masih rendah, hal ini sesuai dengan Marco Sumampouw yang menyatakan bahwa perkembangan bisnis atau kinerja suatu usaha tidak dapat dipisahkan dari kualitas sumber daya manusianya, perusahaan yang ingin meningkatkan kinerjanya harus mempunyai komitmen terhadap pengembangan kualitas sumber daya manusia.15

Pembinaan yang dilakukan oleh BAZDA Kota Tangerang kepada peserta program PMU bertujuan agar para peserta program PMU mampu untuk berpikir kreatif, inovatif dan dinamis dalam menghasilkan produk barang atau jasa, sehingga dapat meningkatkan daya jual untuk produk-produk yang dijualnya serta mengasah keahlian yang mereka miliki, selain itu pembinaan juga

14

Hidayat,Sebuah Tinjauan Singkat Tentang Kebijaksanaan Pendanaan Bagi Usaha Skala Kecil di Indonesia,(Jakarta: Yayasan Indonesia Forum dan Asia Foundation, 1998),h.41

15

Marco Sumampouw, “Investasi sumber daya manusia dan perkembangan perusahaan/organisasi”, (Manajemen Usahawan Indonesia, Volume 26, No 7,1997),h. 20

18

dilakukan agar para peserta program menerapkan sistem perdagangan yang islami dalam menjalankan usahanya. Cara pembinaan yang dilakukan antara lain berupa:16

a. Pembinaan Class Room, yaitu pembinaan yang dilakukan dengan bentuk seminar serta tanya jawab dengan materi yang berkaitan dengan peningkatan usaha. Pembinaan Class Room yang dilakukan berkaitan dengan pendidikan untuk peserta program mengenai pengetahuan ibadah dan amaliyah, hal ini dianggap penting karena PMU merupakan bentuk dari penyaluran dana zakat produktif, sehingga penggunaannya juga harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

a) Pengetahuan Ibadah, yaitu pembinaan yang dilakukan terkait dengan pengetahuan peserta program tentang perdagangan secara islam, seperti tidak memperbolehkan para pelaku usaha untuk menjual atau memproduksi barang haram dan memasukkan unsur riba dalam menjalankan usahanya. Pembinaan ini dilakukan agar peserta program menjalankan usahanya dengan cara-cara yang halal sehingga usaha yang dijalankan pun akan memperoleh ridho Allah SWT.

16

b) Pengetahuan Amaliyah, yaitu pembinaan yang berkaitan dengan perilaku peserta program dalam menjalankan usaha mereka, seperti menjaga kelestarian lingkungan dan melakukan pemasaran yang baik dan tidak merugikan pelaku usaha lainnya.

b. Pembinaan Lapangan, yaitu pembinaan yang dilakukan dengan mendatangi langsung ke tempat usaha untuk memberikan pelatihan secara langsung kepada peserta program. Dalam hal ini pembinaan yang dilakukan adalah:

a) Administrasi keuangan, yaitu pelatihan untuk pelaku usaha mikro yang berkaitan dengan pencatatan keuangan. Pelatihan ini dilakukan dengan tujuan agar usaha mikro mampu menggunakan administrasi keuangan (walaupun hanya catatan laporan laba/rugi, pemasukan dan pengeluran usaha), sehingga BAZDA Kota Tangerang dapat mengetahui peningkatan usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha mikro yang menjadi peserta program Pinjaman Modal Usaha (PMU).

b) Rancangan (design) tempat usaha, yaitu pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan usaha melalui penataan ruang atau tempat serta tata letak barang yang dijual agar lebih efisien.

20

c) Pelayanan konsumen, yaitu pelatihan yang dilakukan kepada para peserta program agar mampu memberikan pelayanan yang baik kepada para konsumennya.

3. Kinerja Usaha

Menurut Wirawan, kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.17 Armstrong dan Baron seperti yang diterjemahkan oleh Wibowo juga menjelaskan bahwa kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.18 Di dalam suatu perusahaan yang melaksanakan suatu bisnis, kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.19 Maka, dapat disimpulkan bahwa kinerja usaha merupakan keluaran, hasil atau output dari suatu usaha yang dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya selama periode waktu tertentu.

17

Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia: Teori, Aplikasi, dan Penelitian, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 5.

18

Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h.2

19

Erich A. Helfert, Teknik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis Untuk Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan Edisi 8, (Jakarta: Elangga, 1996), Diterjemahkan: Herman Wibowo

Pengukuran kinerja merupakan salah satu upaya supaya dapat dilakukan sumber daya secara efektif dan dapat memberikan arah pada pengambilan keputusan strategis yang menyangkut perkembangan suatu organisasi pada masa yang akan datang.20 Zou dan Stan mengemukakan tiga hal dalam mengukur kinerja usaha, yaitu:21

a. Pengukuran finansial, seperti penjualan (sales), keuntungan (profit), dan pertumbuhan aset (growth assets)

b. Pengukuran non finansial, seperti kepuasan (satisfaction), pencapaian tujuan (goal achievement), dan proses bisnis (business process)

c. Pengukuran gabungan

Di dalam penelitian ini, pengukuran kinerja usaha dibatasi pada pengukuran finansial, yaitu penjualan, keuntungan dan pertumbuhan aset, hal ini disesuaikan dengan indikator BAZDA Kota Tangerang yang mengukur kinerja usaha peserta program sebagai tujuan dari program PMU dengan menilai dari peningkatan omzet penjualan, keuntungan dan aset tetap para peserta program PMU.

20

Mulyadi, Tesis S2, Pengaruh Kinerja Agro Industri Terhadap Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan, (Palembang: Universitas Sriwijaya,2006),h.14

21

Zou dan Stan, The Determinants of Export performance: A Review of The Emphirical Literature Between 1987 and 1997. (International Marketing Review Vol. 15 No. 5: MCB University Press, 1998), h.342

22

Menurut A. Arifinal Chaniago, omzet penjualan adalah keseluruhan jumlah pendapatan yang didapat dari hasil penjualan suatu barang/jasa dalam kurun waktu tertentu.22 Sedangkan menurut Basu Swastha, omzet penjualan adalah akumulasi dari kegiatan penjualan suatu produk barang barang dan jasa yang dihitung secara keseluruhan selama kurun waktu tertentu secara terus menerus atau dalam satu proses akuntansi.23 Sedangkan keuntungan usaha atau laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu.24 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa omzet penjualan adalah keseluruhan dari hasil penjualan barang/jasa dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh, sedangkan keuntungan usaha adalah selisih dari pendapatan usaha dengan beban atau biaya-biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan suatu kegiatan usaha.

Peningkatan aset yang dinilai oleh BAZDA Kota Tangerang adalah pada jenis aset tetap yang dimiliki oleh peserta program

22

A.Arifinal Chaniago, Ekonomi 2, (Bandung: Angkasa, 1995), h.14 23

Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran: Edisi Kedua, (Yogyakarta: Liberty,1983),h.14

24

SR Soemarso, Akuntansi Suatu Pengantar Buku 1 Edisi 5, (Jakarta: Salemba Empat,2004),h.245

dalam menjalankan usahanya. Menurut PSAK 16 paragraf 6 aset tetap didefinisikan sebagai aset berwujud yang:25

a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan

b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. B. Hasil Penelitian Sebelumnya

No. Peneliti Judul Penelitian

1. Ida Bagus Putu Swara Hamdani, Skripsi S1 Ilmu Ekonomi Studi

Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012

Analisis Pengaruh Dana Zakat Produktif, Tingkat Pendidikan

dan Lama Usaha Terhadap Peningkatan Pendapatan Mustahik (Studi Kasus Pada Badan Amil Zakat Nasional)

Keterangan Penelitian

Penelitian ini membahas tentang pengaruh dana pinjaman usaha yang berasal dari zakat produktif (X1), tingkat pendidikan (X2) dan lama usaha (X3) terhadap peningkatan pendapatan

25

Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan: Aset Tetap ED PSAK 16 Revisi 2011 (Menteng, Dewan Standar Akuntansi Keuangan: 2011) h. 16.2

24

mustahik (Y). Penelitian ini menggunakan perhitungan dengan uji regresi logistik dengan objek penelitian adalah mustahik BAZNAS yang berada di wilayah DKI Jakarta sebesar 40 responden. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa dana zakat produktif berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan Perbedaan

Pada penelitian ini penulis menambahkan variabel pembinaan untuk mengukur kinerja usaha. Penelitian ini menggunakan objek penelitian yaitu mustahik yang tergabung dalam program PMU di BAZDA Kota Tangerang.

2. Dessi Susanti, Jurnal Bisnis & Manajemen Vol.4, No.1, tahun 2008

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Kecil Kerupuk Sanjai (Studi di Kecamatan Mandiangin Koto

Selayan Bukittingi) Keterangan Penelitian

Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usaha kecil. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepribadian wirausaha (X1), tingkat pendidikan (X2), tingkat pengalaman wirausaha (X3), jumlah modal (X4), jumlah tenaga kerja (X5), pembinaan

(X6), sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja usaha kecil. Penelitian ini menggunakan perhitungan dengan uji regresi berganda. Sampel yang digunakan sebesar 27 usaha kecil kerupuk sanjai yang tersebar di 3 kelurahan pada Kecamatan Mandiangin koto Selayan Bukittinggi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel pembinaan (X6) mempunyai pengaruh yang berarti terhadap kinerja usaha kecil kerupuk sanjai di Mandiangin Bukittinggi.

Perbedaan

Penelitian ini menambahkan variabel modal pinjaman untuk mengukur kinerja usaha mikro. Penelitian ini menggunakan objek pelaku usaha mikro yang tergabung di program PMU BAZDA Kota Tangerang.

3. Cut Yusriati, Muhammad Arfan, dan M. Rizal Yahya, Jurnal Akuntansi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, tahun Volume 1, No.1, tahun 2012.

Pengaruh Pinjaman Modal Kerja dan Profesionalisme Sumber Daya Manusia terhadap Laba

Usaha Kecil Menengah Kota Banda Aceh

26

Keterangan Penelitian:

Penelitian ini membahas tentang pengaruh pinjaman modal kerja (X1) dan profesionalisme SDM (X2) terhadap laba usaha kecil dan menengah (Y). Sampel yang digunakan berjumlah 32 responden merupakan pelaku usaha kecil dan menengah yang menjadi nasabah di Bank Syariah Mandiri Kota Banda Aceh dengan menggunakan perhitungan uji regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pinjaman modal kerja memiliki pengaruh terhadap kinerja usaha kecil dan menengah.

Perbedaan:

Pada penelitian ini penulis menambahkan variabel pembinaan. Adapun laba usaha merupakan indikator dari variabel terikat yang juga digunakan dalam penelitian ini. Objek pada penelitian ini yaitu pelaku usaha mikro yang tergabung di program PMU BAZDA Kota Tangerang.

C. Model Kerangka Peneltian

Berdasarkan landasan teori variabel penelitian di atas, maka dapat disusun model kerangka penelitian ini sebagai berikut:

Kesimpulan Uji Regresi Berganda 1. Uji Koefisien

Determinasi 2. Uji F 3. Uji t Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas 2. Uji Multikolinearitas

3. Uji Heteroskedastisitas Uji Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas 2. Uji Reliabilitas Variabel Y

Kinerja (Y) Variabel X

Modal Pinjaman (X1) Pembinaan (X2) Gambar 2.1

Model Penelitian

D. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai karakteristik populasi.26 Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan model penelitian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ha1= Terdapat pengaruh positif modal pinjaman terhadap kinerja usaha.

26

Ety Rochaety, dkk., Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, Edisi Revisi,(Jakarta:Mitra Wacana Media,2009),h.108.

28

Ha2= Terdapat pengaruh positif pembinaan terhadap kinerja usaha. Ha3 = Terdapat pengaruh positif modal pinjaman, dan pembinaan

terhadap kinerja usaha. E. Indikator Variabel

1. Indikator Variabel Modal Pinjaman

Pada pemaparan sebelumnya dijelaskan bahwa BAZDA Kota Tangerang memberikan modal pinjaman kepada para peserta program PMU dengan skema Qardhul Hasan. Qardhul Hasan gabungan dari dua kata, qardh dan hasan. Menurut bahasa (etimologi) qardh berasal dari kata qat’u yang berarti potongan, yang dimaksud adalah potongan atas harta piutang untuk dipinjamkan. Sedangkan hasan artinya baik. Apabila digabungkan Qardhul Hasan berarti pinjaman yang baik, dimana pinjaman ini bertujuan untuk menolong menyelesaikan masalah keuangan atau untuk keperluan peminjam.27 Qardhul Hasan merupakan produk yang ditawarkan dari segi pembiayaan. Qardhul Hasan atau benevolent loan adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata-mata. Dalam hal ini, pinjaman tidak dituntut untuk mengembalikan apa pun kecuali modal pinjaman.28 Qardhul Hasan adalah meminjamkan harta kepada seseorang tanpa mengharapkan imbalan dan disebut juga akad ta’awuniah yaitu

27

Osman Sabran, Urus Niaga Al-Qard Al-hasan dalam Pinjaman Tanpa Riba, (Johor Baru: University Teknologi Malaysia, 2002), h.59-60.

28

akad yang berdasarkan prinsip tolong-menolong.29 Maka, dapat disimpulkan bahwa Qardhul Hasan merupakan trasnsaksi yang berupa pinjaman yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata, tanpa dituntut adanya jaminan dan tambahan pengembalian cicilan sehingga peminjam hanya mengembalikan jumlah pokok pinjamannya saja.

BAZDA Kota Tangerang memberikan modal pinjaman tanpa adanya jaminan, biaya administrasi, bunga pinjaman, dan denda keterlambatan pelunasan, sehingga seharusnya para peserta program tidak mengalami kesulitan dalam meminjam dan mengembalikan modal pinjaman untuk usahanya. Jadi variabel modal pinjaman dalam penelitian ini dinilai dari pemberian pinjaman berdasarkan skema Qardhul Hasan yang dapat diukur melalui indikator:

a. Prosedur pinjaman

b. Pengelolaan modal pinjaman 2. Indikator Variabel Pembinaan

Pada pemaparan sebelumnya dijelaskan bahwa program bantuan modal usaha untuk usaha kecil harus disertai dengan pembinaan, hal ini selaras dengan Kwik Kian Gie yang berpendapat bahwa kredit pinjaman harus diberikan dalam satu paket dengan

29

Abdul Ghofur Ansori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2009), h.146.

30

bimbingan dan pembinaan manajemen.30 Marco Sumampouw menyatakan bahwa perkembangan bisnis atau organisasi tidak dapat dipisahkan dari kualitas sumber daya manusia.31 Menurut Kuncoro, pembinaan bisa dilakukan melalui program pendidikan dan pelatihan.32

Pembinaan dari sisi pendidikan diberikan oleh BAZDA Kota Tangerang dilakukan dengan cara pembinaan Class Room, yaitu pembinaan berupa seminar tanya jawab mengenai pengetahuan ibadah dan amaliyah. Pembinaan dari sisi pelatihan diberikan dengan cara pembinaan lapangan, yaitu memberikan pelatihan secara langsung kepada peserta program mengenai administrasi keuangan, tata letak (layout), dan pelayanan konsumen. Jadi, variabel pembinaan dapat diukur dari indikator sebagai berikut:

a. Pendidikan b. Pelatihan

3. Indikator Variabel Kinerja Usaha

Pada pemaparan sebelumnya dijelaskan bahwa kinerja merupakan hasil atau output yang didapatkan dari serangkaian kegiatan yang telah dilakukan, hal ini selaras dengan Armstrong

30

Kwik Kian Gie, Praktek Bisnis dan Orientasi Ekonomi Indonesia, h.221 31

Marco Sumampow, Investasi sumber daya manusia dan perkembangan perusahaan/organisasi, h.20

Dokumen terkait