SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.,Sy)
Oleh:
DINA RAISA OKTAVIANA
NIM: 109046100227KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Nama : DINA RAISA OKTAVIANA
NIM : 109046100227
Fakultas : Syariah dan Hukum
Program Studi : Muamalat (Ekonomi Islam) Konsentrasi : Perbankan Syariah
Jenis Karya Tulis : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Hak Bebas Royalti Non-ekslusive (Non-exclusive royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “PENGARUH MODAL PINJAMAN DAN PEMBINAAN TERHADAP KINERJA USAHA PESERTA PROGRAM PINJAMAN MODAL USAHA (PMU) BAZDA KOTA TANGERANG”
Dengan hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan karya tulis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Ciputat, Maret 2014 Yang menyatakan,
v
ABSTRAK
Dina Raisa Oktaviana, NIM: 109046100227. Pengaruh Modal Pinjaman dan Pembinaan Terhadap Kinerja Usaha Peserta Program Pinjaman Modal Usaha (PMU) BAZDA Kota Tangerang. Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/2014.
Isi: xiii + 71 halaman + 13 lampiran, 30 literatur (1983 - 2012)
BAZDA Kota Tangerang merupakan lembaga non profit pengelola dana ZIS yang memiliki program-program pendayagunaan dana ZIS dengan pola produktif yang bertujuan untuk membantu pelaku usaha di Kota Tangerang untuk bisa terus mengembangkan usahanya. Penelitian di dalam skripsi ini meneliti salah satu program yang dijalankan oleh BAZDA Kota Tangerang, yaitu program Pinjaman Modal Usaha (PMU) yang merupakan program khusus untuk usaha-usaha mikro dengan memberikan bantuan berupa modal pinjaman dan pembinaan dengan tujuan meningkatkan kinerja usaha para pelaku usaha mikro tersebut. Penelitian ini bermaksud untuk menguji pengaruh dari modal pinjaman dan pembinaan terhadap kinerja usaha para peserta program PMU.
Variabel yang digunakan adalah modal pinjaman, pembinaan dan kinerja usaha. Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan sampel objek penelitian 50 responden. Objek penelitian adalah pelaku usaha mikro yang tergabung menjadi peserta program Pinjaman Modal Usaha (PMU) BAZDA kota Tangerang. Hasil penelitian analisis statistik menggunakan Statistical Package for the Social Science (SPSS) menunjukkan bahwa variabel modal pinjaman dan pembinaan berpengaruh terhadap kinerja usaha peserta program PMU.
Kata Kunci : Modal Pinjaman, Pembinaan dan Kinerja Pembimbing : Djaka Badranaya, S.Ei., ME.
NIP : 197705302007011008
vi
serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi dan Rasul kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dengan izin Allah SWT, penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Modal Pinjaman dan Pembinaan terhadap Kinerja Usaha Peserta Program Pinjaman Modal Usaha (PMU) BAZDA Kota Tangerang” dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penelitian untuk penulisan skripsi ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan dan bimbingan dari semua pihak, karena banyak rintangan yang dilalui penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, tetapi dengan kesungguhan hati, kerja keras, serta bantuan dan do’a dari berbagai pihak, akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Yang tercinta, Papah Susnendar dan Mamah Eka Ramawati yang senantiasa selalu mencurahkan kasih sayang, do’a, dukungan, bimbingan serta kesabaran bagi anak-anaknya.
2. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Euis Amalia, M.A. dan Mu’min Rouf, S.A., M.A., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
5. Drs. Noryamin Aini, M.A dan Sofyan Rizal M.Si, selaku penguji yang telah memberikan kritik dan pengarahan kepada penulis demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
6. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan mendapat balasan dari Allah SWT.
7. Segenap karyawan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Indonesia yang telah memfasilitasi penulis dalam mencari bahan literatur yang berkaitan dengan skripsi ini. 8. Staf BAZDA Kota Tangerang, Ibu Siti Syahriyah, S.Ei., yang telah
memberikan informasi dan bantuan untuk kebutuhan penyusunan skripsi ini.
9. Mba Ayu dan A’ Yudy, terima kasih untuk dukungan dan bantuan yang kalian berikan, juga kepada ponakan penulis: Qeenan Umair Aydillah yang selalu bisa memberikan hiburan di tengah kejenuhan dalam pembuatan skripsi ini.
10. Mbah Kakung dan Mbah Uti, yang telah memberikan bantuan berupa fasilitas tempat tinggal dan dukungan kepada penulis semasa berada di perkuliahan, matur suwun sanget yo Mbah.
11. Keluarga besar Soewarno, Oom dan Tante semuanya yang selalu memberikan motivasi dan mendukung segala hal kepada penulis, serta para sepupu: Kemal, Aidil, Ariel, Haura, Anis, Saras, Fira, Sultan, Salwa, Sarah, Ja’far, dan Hana, terima kasih untuk kebersamaan dan keceriaan yang selalu ada selama ini.
viii
selalu ada menemani penulis dalam melewati masa-masa suka maupun duka.
15. Teman-teman PSF2009 yang menemani semasa perkuliahan dan memberikan saran serta kritik untuk skripsi ini, juga untuk sahabat-sahabatku Puri Hukmi Lestari dan Hilda Arnaz yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi kisah, canda dan tawa, serta untuk Nabila Damayanti, Suhaelah, Nurwakhidurrohman dan Gandy Perdana Putra, terima kasih untuk kebersamaan dan segala bantuannya.
16. Sahabat-sahabat penulis: Arinda Mardiana Hanifah, Ratna Purnamasari, Siva Widi Junita dan Ichgo Subastiar, terima kasih untuk kebersamaan, dukungan dan bantuan kalian, para sahabat kecil.
Pada akhirnya hanya kepada Allah SWT semua amal baik tersebut penulis kembalikan, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan, namun penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat dan memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ekonomi Islam.
Ciputat, Maret 2014
ix
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
E. Pedoman Penulisan Skripsi ... 8
F. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 10
B. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 23
C. Model Kerangka Penelitian ... 26
D. Hipotesis ... 27
E. Indikator Variabel ... 28
x
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 50
B. Profil Responden dan Usaha ... 53
C. Hasil Uji Statistik Deskripstif ... 59
D. Hasil Uji Regresi Berganda ... 60
E. Elaborasi ... 64
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 67
xi
DAFTAR TABEL
Hal. Tabel 1.1 Daftar Peserta Program Pinjaman Modal Usaha (PMU)
Tahun 2005 – 2012 ... 4
Tabel 2.2 Operasional Variabel Penelitian ... 32
Tabel 3.1 Skala Likert ... 35
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Modal Pinjaman ... 38
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Pembinaan ... 39
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Usaha ... 40
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Modal Pinjaman ... 41
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pembinaan ... 42
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kinerja Usaha ... 42
Tabel 3.8 Hasil Uji Multikolinieritas ... 43
Tabel 4.3 Nilai Usaha Responden ... 54
Tabel 4.6 Nilai Modal Pinjaman yang Diterima Responden... 57
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 59
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 60
Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikasi Simultan (Uji F Statistik) ... 61
Tabel 4.10 Hasil Uji t Statistik ... 62
xii
Gambar 3.9 Hasil Uji Normalitas ... 44
Gambar 3.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 45
Gambar 4.1 Skema Program Pinjaman Modal Usaha (PMU) ... 52
Gambar 4.2 Jenis Kelamin Responden ... 54
Gambar 4.4 Jenis Usaha Responden ... 55
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1
A. Latar Belakang Masalah
Zakat merupakan bagian dari rukun Islam, selain syahadat,
sholat, puasa dan haji. Oleh sebab itu, hukum zakat adalah wajib untuk
setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Dalam
pelaksanaannya, zakat biasanya dialokasikan untuk kegiatan yang
bersifat konsumtif, padahal pengalokasian dana zakat juga bisa
ditujukan untuk kegiatan usaha yang bersifat produktif. Hal ini
bertujuan agar dana zakat yang dikelola tidak habis untuk keperluan
konsumsi, melainkan dana zakat bisa terus berputar secara
berkesinambungan, sehingga para mustahik sebagai pihak yang
menerima dana zakat bisa menjadi mandiri melalui kegiatan usaha
produktif dan tidak lagi bergantung pada orang lain untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Artinya, zakat produktif merupakan salah satu cara
untuk membangun dan meningkatkan kegiatan usaha mandiri para
penerimanya.
Di Indonesia, kegiatan usaha dibagi menjadi berbagai macam
tingkatan atau skala, yaitu Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah
dan Usaha Besar. Kenyataannya, berdasarkan data dari Badan Pusat
2
mendominasi adalah usaha mikro, yaitu sebesar 99,79%. Namun,
jumlah yang mendominasi tersebut tidak sebanding dengan
produktivitas yang dihasilkan, bahwa di tahun yang sama usaha mikro
hanya mampu memberikan kontribusi ekspor produk-produknya sebesar
1,29%. Artinya, terdapat permasalahan di dalam kinerja usaha mikro.
Salah satu akar permasalahan utama yang dihadapi yaitu lemahnya
permodalan. Hal ini terjadi karena usaha mikro belum mampu
mengakses modal pinjaman ke lembaga-lembaga keuangan formal,
buktinya hingga tahun 2011 baru sekitar 25% atau sekitar 13 juta pelaku
Usaha Mikro dan Kecil yang mendapat akses ke lembaga keuangan.1
Melihat fenomena tersebut, di sinilah seharusnya zakat produktif
berperan dalam memenuhi terbatasnya modal usaha mikro, karena
sampai saat ini sudah tidak sedikit Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang
menghimpun dan menyalurkan dana zakat, diantaranya Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS), Dompet Dhuafa Republika, Pos Keadilan
Peduli umat (PKPU), Yayasan Amanah Takaful, dan Yayasan Rumah
Zakat Indonesia.
Salah satu lembaga yang memiliki peran dalam hal mendukung
keberadaan usaha mikro adalah BAZDA Kota Tangerang, yaitu sebuah
1
lembaga yang menghimpun dan menyalurkan dana zakat, infaq dan
sedekah pada tingkat daerah. Sebagai lembaga amil zakat, BAZDA Kota
Tangerang juga menunjukkan kepeduliannya terhadap pelaku usaha
mikro dengan mengelola zakat secara produktif, hal ini dilakukan
karena BAZDA Kota Tangerang memiliki tekad untuk menumbuhkan
kesadaran religius masyarakat dan mengatasi masalah kesulitan
ekonominya. Dalam hal penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah
(ZIS), BAZDA Kota Tangerang memiliki potensi yang besar. Pada
bulan Desember 2012, BAZDA Kota Tangerang berhasil menghimpun
dana ZIS kurang lebih sebesar Rp. 1 Milyar. Program pendayagunaan
yang dimiliki oleh BAZDA Kota Tangerang memiliki dua aksi, yaitu
pendayaan ekonomi dan pendayaan Sumber Daya Manusia (SDM) 2.
Program pendayaan ekonomi memiliki program-program yang
terfokus pada pemberdayaan dan pengembangan usaha para kaum
dhuafa dan pelaku-pelaku usaha mikro. Cara yang dilakukan oleh
BAZDA Kota Tangerang untuk mewujudkan kepeduliannya adalah
mengadakan program Pinjaman Modal Usaha (PMU). Program PMU
merupakan bentuk upaya dari BAZDA Kota Tangerang untuk
membantu mengatasi masalah kesulitan permodalan yang dialami oleh
2
4
para peserta programnya yang merupakan pelaku-pelaku usaha mikro di
Kota Tangerang.
Di dalam pelaksanaan program PMU, tentunya banyak kendala
yang dihadapi BAZDA Kota Tangerang, salah satunya adalah resiko
tidak dikembalikannya angsuran pinjaman oleh peserta program, untuk
itu BAZDA Kota Tangerang melakukan strategi dengan cara
menyertakan pembinaan kepada peserta program, sehingga modal
pinjaman yang diberikan mampu dikelola dengan benar dan resiko
tersendatnya pembayaran angsuran pinjaman bisa diperkecil. Menurut
data yang diperoleh dari BAZDA Kota Tangerang, jumlah peserta
program PMU dari tahun 2005 – 2012 berjumlah 418 peserta dengan
jumlah dana Rp. 1.609.840.000.
Tabel 1.1
Daftar Peserta Program Pinjaman Modal Usaha (PMU) Tahun 2005 - 2012
Bantuan yang diberikan oleh BAZDA Kota Tangerang melalui
program PMU bisa menjadi salah satu strategi untuk mengatasi masalah
permodalan yang dialami oleh usaha mikro, namun yang menjadi
permasalahan adalah apakah program PMU secara nyata dapat
meningkatkan kinerja para peserta programnya sebagai pelaku usaha
mikro, untuk itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
judul: “Pengaruh Modal Pinjaman dan Pembinaan Terhadap Kinerja Usaha Peserta Program Pinjaman Modal Usaha (PMU) BAZDA Kota Tangerang”.
B. Identifikasi Masalah
Penulis mengidentifikasi beberapa uraian yang menjadi
permasalahan terkait dengan topik penelitian, diantaranya:
1. Usaha mikro adalah unit usaha yang paling banyak dijalani oleh
masyarakat, namun besarnya jumlah usaha mikro dan potensi
yang dimiliki tidak sebanding dengan produktivitas yang
dihasilkan, padahal usaha mikro merupakan bentuk ekonomi
kerakyatan yang potensinya masih bisa digali lebih dalam.
2. Usaha mikro sulit mengakses lembaga keuangan untuk
mendapatkan bantuan berupa pinjaman dana untuk menambah
modal usaha, padahal permodalan merupakan masalah yang
6
C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan untuk menghindari
kemungkinan meluasnya pembahasan, maka penulis melakukan
pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Penelitian ini menggunakan faktor-faktor yang berhubungan
dengan peningkatan kinerja usaha mikro.
b. Penelitian ini menggunakan variabel independen berdasarkan
dengan kegiatan yang dilakukan pada program PMU BAZDA
Kota Tangerang, yaitu modal pinjaman dan pembinaan.
Kemudian variabel dependennya adalah tujuan dari program
PMU BAZDA Kota Tangerang, yaitu peningkatan kinerja
usaha mikro.
c. Penelitian ini dilakukan hanya pada peserta program PMU di
tahun 2012 yang telah melunasi angsuran pinjamannya. 2. Perumusan masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka untuk
mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalah
a. Bagaimana pengaruh modal pinjaman terhadap kinerja usaha
peserta program PMU BAZDA Kota Tangerang?
b. Bagaimana pengaruh pembinaan terhadap kinerja usaha peserta
program PMU BAZDA Kota Tangerang?
c. Bagaimana pengaruh modal pinjaman dan pembinaan secara
simultan terhadap kinerja usaha peserta program PMU BAZDA
Kota Tangerang?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh modal pinjaman terhadap kinerja
usaha peserta program PMU BAZDA Kota Tangerang
b. Untuk mengetahui pengaruh pembinaan terhadap kinerja usaha
peserta program PMU BAZDA Kota Tangerang.
c. Untuk mengatahui pengaruh modal pinjaman dan pembinaan
secara simultan terhadap kinerja usaha peserta program PMU
BAZDA Kota Tangerang.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
Untuk menambah khazanah pengetahuan tentang pola
pendayagunaan dana zakat, infaq dan shadaqah dalam membantu
8
b. Manfaat Teoritis
Untuk menambah wawasan dan referensi pada pihak yang
terkait, seperti lembaga-lembaga penghimpun dana zakat dan
lembaga keuangan syariah lainnya yang memiliki kegiatan
membantu para pelaku usaha mikro untuk meningkatkan
usahanya.
E. Pedoman Penulisan Skripsi
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada
kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku Pedoman Akademik
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2012-2013.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang dibagi dan saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Sistematika penulisan
dalam penelitian ini disusun sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini membahas latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, pedoman penulisan skripsi dan sistematika penulisan.
Pada bab ini terdiri dari teori-teori tentang modal pinjaman,
pembinaan dan kinerja. Selain itu, bab ini juga terdiri hasil
penelitian sebelumnya, model kerangka penelitian, hipotesis,
indikator variabel, dan operasional variabel penelitian.
BAB III Metode Penelitian
Pada bab ini terdiri dari ruang lingkup penelitian, populasi dan
sampel penelitian, jenis dan teknik pengambilan data, dan metode
analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai hasil penelitian
yang terdiri dari penjelasan mengenai gambaran umum program
Pinjaman Modal Usaha (PMU) BAZDA Kota Tangerang, profil
responden, pembahasan mengenai hasil uji analisis dan elaborasi.
BAB V Penutup
Pada bab ini penulis membuat kesimpulan dari semua pembahasan
yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Modal Pinjaman
Muhammad Teguh menjelaskan bahwa modal dapat diartikan
secara fisik dan bukan fisik. Dalam artian fisik modal diartikan
sebagai segala hal yang melekat pada faktor produksi yang
dimaksud, seperti mesin-mesin dan peralatan-peralatan produksi,
kendaraan serta bangunan. Modal juga dapat berupa dana untuk
membeli segala input variabel untuk digunakan dalam proses
produksi guna menghasilkan output produksi.1 Dalam penelitian ini,
modal yang dimaksud adalah berupa dana.
Dilihat dari segi sumber asalnya, modal dibagi dua macam,
yaitu:2
a. Modal Asing (Modal Pinjaman)
Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang
diperolah dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh
secara pinjaman. Keuntungan modal pinjaman adalah
jumlahnya yang relatif tidak terbatas, artinya tersedia dalam
jumlah banyak. Menggunakan modal pinjaman menimbulkan
1
Muhammad Teguh, Ekonomi Industri, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010), h. 236 2
kewajiban untuk mengembalikan pinjaman setelah jangka
waktu tertentu sesuai perjanjian sebelumnya, akan tetapi
dengan menggunakan modal pinjaman biasanya timbul
motivasi dari pihak manajemen untuk sungguh-sungguh
mengerjakan usaha yang dijalankan, hal ini dikarenakan
adanya kewajiban untuk mengembalikan modal tersebut.
Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh dari:
a) Pinjaman dari dunia perbankan.
b) Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan modal
ventura, asuransi, leasing, dana pensiun, atau lembaga keuangan lainnya.
c) Pinjaman dari perusahaan nonbank.
b. Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik
perusahaan dengan cara mengeluarkan saham baik secara
tertutup atau terbuka. Tertutup artinya hanya dari kalangan
internal pemilik saham sebelumnya, sedangkan terbuka dengan
menjual saham kepada masyarakat luas. Menggunakan modal
sendiri tidak ada kewajiban untuk mengembalikan modal yang
telah digunakan, tetapi menggunakan modal sendiri jumlahnya
sangat terbatas dan relatif sulit untuk memperolehnya.
12
a) Setoran dari pemegang saham
b) Dari cadangan laba
c) Dari laba yang belum dibagi.
Penelitian ini berfokus pada modal pinjaman, hal ini
didasarkan pada kegiatan yang terdapat pada objek penelitian yaitu
program Pinjaman Modal Usaha (PMU). Modal yang diberikan
kepada usaha mikro merupakan modal pinjaman yang berasal dari
dana zakat, infaq dan shadaqah yang disalurkan dengan pola
produktif. Modal pinjaman yang diberikan oleh BAZDA Kota
Tangerang ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja usaha para
peserta programnya sebagai pelaku usaha mikro. Modal pinjaman
ini diberikan dengan cara menggunakan skema Qardhul Hasan,
yaitu pemberian pinjaman dana tanpa adanya biaya-biaya
administrasi, bunga dan denda keterlambatan pembayaran, sehingga
jumlah dana pinjaman yang diberikan sesuai dengan yang telah
disepakati. Dalam pengembaliannya, si peminjam hanya diwajibkan
untuk membayar pokok pinjamannya saja.3
Modal pinjaman merupakan salah satu aspek keuangan usaha
mikro yang sangat penting dalam meningkatkan dan kinerjanya, hal
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Musran
Munizu tentang kinerja usaha mikro dan kecil, bahwa aspek
3
keuangan yang meliputi modal sendiri, modal pinjaman, tingkat
keuntungan dan akumulasi modal, serta membedakan pengeluaran
pribadi/keluarga berpengaruh terhadap kinerja usaha mikro dan
kecil.4
2. Pembinaan
Pembinaan berasal dari kata bina, yang berarti proses, cara,
perbuatan membina, pembaharuan/penyempurnaan usaha, tindakan,
dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.5 Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kecil pada Pasal 1 Ayat 2 menyatakan
bahwa Pembinaan dan pengembangan adalah upaya yang
dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melalui
pemberian bimbingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan
dan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi usaha
yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha
menengah.6
Kwik Kian Gie berpendapat bahwa kredit pinjaman harus
diberikan dalam satu paket dengan bimbingan dan pembinaan
4
Musran Munizu, Pengaruh Faktor-Faktor Eksternal dan Internal Terhadap Kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Sulawesi Selatan, (Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.12, No. 1, Maret 2010),h.36
5
Definisi Pembinaan diakses pada 6 Febuari 2014 dari http://kbbi.web.id/bina 6
14
manajemen, karena apabila pembinaan dijadikan syarat dalam
pemberian modal maka para pelaku usaha mau tidak mau harus
menerimanya.7 Menurut Mudrajad Kuncoro, pembinaan bisa
dilakukan melalui program pendidikan dan pelatihan. Kedua hal ini
merupakan salah satu solusi dalam mengatasi masalah utama yang
dihadapi oleh usaha mikro, yaitu masalah permodalan, pemasaran
dan keahlian.8
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, pada Pasal 13
disebutkan bahwa jalur pendidikan dibagi menjadi tiga, yaitu
pendidikan formal, nonformal dan informal. 9 Menurut Coombs dan
Ahmed dalam Mustofa, definisi dari pendidikan formal dan
nonformal adalah: a. Pendidikan formal
‘Sistem pendidikan’ yang berstruktur hirarkis dan memiliki
kelas yang berurutan dari Sekolah Dasar sampai Universitas
yang termasuk juga di dalamnya kegiatan tambahan bagi studi
7
Kwik Kian Gie, Praktek Bisnis dan Orientasi Ekonomi Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996),h.216 & 221
8
Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Industri Indonesia: Menuju Negara Industri Baru 2030?,(Yogyakarta: CV.Andi Offset,2007),h.371
9
akademik umum dengan bermacam-macam program juga
lembaga khusus untuk pelatihan teknis dan professional.10
b. Pendidikan nonformal
Setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir diselenggarakan
di luar sistem pendidikan formal, diselenggarakan secara
tersendiri atau merupakan bagian penting dari sebuah sistem
yang lebih luas dengan maksud memberikan layanan khusus
kepada warga belajar atau membantu mengidentifikasi
kebutuhan belajar agar sesuai dengan kebutuhan dan mencapai
tujuan belajarnya.11
Selanjutnya definisi pendidikan informal menurut Alan Rogers
dalam Mustofa adalah sebuah proses pendidikan sepanjang hayat
dimana setiap individu memperoleh dan mempelajari tingkah laku,
norma-norma, keterampilan, pengetahuan dari pengalaman
sehari-hari, dan pengaruh serta sumber-sumber pendidikan di lingkungan
sekitarnya; dari keluarga, tetangga, dari lingkungan kerja dan
lingkungan bermain, dari tempat belanja, dan dari perpustakaan
serta media massa.12
10
Mustofa Kamil, Pendidikan Nonformal Pengembangan Melalui PKBM, (Bandung: Alfabeta,2009),h.7
11
Mustofa Kamil, Pendidikan Nonformal Pengembangan Melalui PKBM,h.8
12
16
Pendidikan yang diberikan oleh BAZDA Kota Tangerang
kepada peserta program PMU termasuk dalam pendidikan
nonformal, karena pendidikan yang diberikan oleh BAZDA Kota
Tangerang merupakan bagian dari kegiatan PMU yang secara
khusus diberikan hanya kepada peserta program sesuai dengan
kebutuhan usahanya tanpa mengenal jenjang pendidikan yang
dimiliki oleh peserta program.
Pelatihan sebagai bagian dari pendidikan yang menyangkut
proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan
di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif
singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktik
daripada teori. Pelatihan, secara singkat didefinisikan sebagai suatu
kegiatan untuk meningkatkan kinerja saat ini dan di masa
mendatang.13
Dari pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pembinaan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan harus diberikan
kepada pelaku usaha mikro yang menerima bantuan modal
pinjaman dengan tujuan mengatasi masalah permodalan yang
dialami oleh usaha mikro sekaligus meningkatkan kualitas kinerja
para pelaku usaha mikro
13
Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik,
Tujuan pembinaan dan pengembangan terhadap usaha mikro
adalah agar mereka memiliki sifat-sifat kewirausahaan, adaptif,
kompetitif, sadar lingkungan, dapat berhubungan dengan lembaga
keuangan, serta diupayakan agar status mereka dapat ditingkatkan
menjadi skala usaha yang lebih besar dari sebelumnya.14
Pembinaan pada usaha mikro sangatlah dibutuhkan mengingat
bahwa tata kelola usaha dan kualitas SDM usaha mikro masih
rendah, hal ini sesuai dengan Marco Sumampouw yang
menyatakan bahwa perkembangan bisnis atau kinerja suatu usaha
tidak dapat dipisahkan dari kualitas sumber daya manusianya,
perusahaan yang ingin meningkatkan kinerjanya harus mempunyai
komitmen terhadap pengembangan kualitas sumber daya
manusia.15
Pembinaan yang dilakukan oleh BAZDA Kota Tangerang
kepada peserta program PMU bertujuan agar para peserta program
PMU mampu untuk berpikir kreatif, inovatif dan dinamis dalam
menghasilkan produk barang atau jasa, sehingga dapat
meningkatkan daya jual untuk produk-produk yang dijualnya serta
mengasah keahlian yang mereka miliki, selain itu pembinaan juga
14
Hidayat,Sebuah Tinjauan Singkat Tentang Kebijaksanaan Pendanaan Bagi Usaha Skala Kecil di Indonesia,(Jakarta: Yayasan Indonesia Forum dan Asia Foundation, 1998),h.41
15
18
dilakukan agar para peserta program menerapkan sistem
perdagangan yang islami dalam menjalankan usahanya. Cara
pembinaan yang dilakukan antara lain berupa:16
a. Pembinaan Class Room, yaitu pembinaan yang dilakukan dengan bentuk seminar serta tanya jawab dengan materi yang
berkaitan dengan peningkatan usaha. Pembinaan Class Room yang dilakukan berkaitan dengan pendidikan untuk peserta
program mengenai pengetahuan ibadah dan amaliyah, hal ini
dianggap penting karena PMU merupakan bentuk dari
penyaluran dana zakat produktif, sehingga penggunaannya juga
harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
a) Pengetahuan Ibadah, yaitu pembinaan yang dilakukan
terkait dengan pengetahuan peserta program tentang
perdagangan secara islam, seperti tidak memperbolehkan
para pelaku usaha untuk menjual atau memproduksi barang
haram dan memasukkan unsur riba dalam menjalankan
usahanya. Pembinaan ini dilakukan agar peserta program
menjalankan usahanya dengan cara-cara yang halal
sehingga usaha yang dijalankan pun akan memperoleh
ridho Allah SWT.
16
b) Pengetahuan Amaliyah, yaitu pembinaan yang berkaitan
dengan perilaku peserta program dalam menjalankan usaha
mereka, seperti menjaga kelestarian lingkungan dan
melakukan pemasaran yang baik dan tidak merugikan
pelaku usaha lainnya.
b. Pembinaan Lapangan, yaitu pembinaan yang dilakukan dengan
mendatangi langsung ke tempat usaha untuk memberikan
pelatihan secara langsung kepada peserta program. Dalam hal
ini pembinaan yang dilakukan adalah:
a) Administrasi keuangan, yaitu pelatihan untuk pelaku usaha
mikro yang berkaitan dengan pencatatan keuangan.
Pelatihan ini dilakukan dengan tujuan agar usaha mikro
mampu menggunakan administrasi keuangan (walaupun
hanya catatan laporan laba/rugi, pemasukan dan
pengeluran usaha), sehingga BAZDA Kota Tangerang
dapat mengetahui peningkatan usaha yang dijalankan oleh
pelaku usaha mikro yang menjadi peserta program
Pinjaman Modal Usaha (PMU).
b) Rancangan (design) tempat usaha, yaitu pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan usaha melalui penataan
ruang atau tempat serta tata letak barang yang dijual agar
20
c) Pelayanan konsumen, yaitu pelatihan yang dilakukan
kepada para peserta program agar mampu memberikan
pelayanan yang baik kepada para konsumennya.
3. Kinerja Usaha
Menurut Wirawan, kinerja adalah keluaran yang dihasilkan
oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau
suatu profesi dalam waktu tertentu.17 Armstrong dan Baron seperti
yang diterjemahkan oleh Wibowo juga menjelaskan bahwa kinerja
adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari
pekerjaan tersebut.18 Di dalam suatu perusahaan yang
melaksanakan suatu bisnis, kinerja adalah suatu tampilan keadaan
secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu,
merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan
operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang
dimiliki.19 Maka, dapat disimpulkan bahwa kinerja usaha
merupakan keluaran, hasil atau output dari suatu usaha yang dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya selama periode
waktu tertentu.
17
Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia: Teori, Aplikasi, dan Penelitian, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 5.
18
Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h.2
19
Pengukuran kinerja merupakan salah satu upaya supaya dapat
dilakukan sumber daya secara efektif dan dapat memberikan arah
pada pengambilan keputusan strategis yang menyangkut
perkembangan suatu organisasi pada masa yang akan datang.20 Zou
dan Stan mengemukakan tiga hal dalam mengukur kinerja usaha,
yaitu:21
a. Pengukuran finansial, seperti penjualan (sales), keuntungan
(profit), dan pertumbuhan aset (growth assets)
b. Pengukuran non finansial, seperti kepuasan (satisfaction), pencapaian tujuan (goal achievement), dan proses bisnis (business process)
c. Pengukuran gabungan
Di dalam penelitian ini, pengukuran kinerja usaha dibatasi pada
pengukuran finansial, yaitu penjualan, keuntungan dan
pertumbuhan aset, hal ini disesuaikan dengan indikator BAZDA
Kota Tangerang yang mengukur kinerja usaha peserta program
sebagai tujuan dari program PMU dengan menilai dari peningkatan
omzet penjualan, keuntungan dan aset tetap para peserta program
PMU.
20
Mulyadi, Tesis S2, Pengaruh Kinerja Agro Industri Terhadap Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan, (Palembang: Universitas Sriwijaya,2006),h.14
21
22
Menurut A. Arifinal Chaniago, omzet penjualan adalah
keseluruhan jumlah pendapatan yang didapat dari hasil penjualan
suatu barang/jasa dalam kurun waktu tertentu.22 Sedangkan menurut
Basu Swastha, omzet penjualan adalah akumulasi dari kegiatan
penjualan suatu produk barang barang dan jasa yang dihitung secara
keseluruhan selama kurun waktu tertentu secara terus menerus atau
dalam satu proses akuntansi.23 Sedangkan keuntungan usaha atau
laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan
usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode
tertentu.24 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa omzet
penjualan adalah keseluruhan dari hasil penjualan barang/jasa
dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang
yang diperoleh, sedangkan keuntungan usaha adalah selisih dari
pendapatan usaha dengan beban atau biaya-biaya yang dikeluarkan
dalam menjalankan suatu kegiatan usaha.
Peningkatan aset yang dinilai oleh BAZDA Kota Tangerang
adalah pada jenis aset tetap yang dimiliki oleh peserta program
22
A.Arifinal Chaniago, Ekonomi 2, (Bandung: Angkasa, 1995), h.14 23
Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran: Edisi Kedua, (Yogyakarta: Liberty,1983),h.14
24
dalam menjalankan usahanya. Menurut PSAK 16 paragraf 6 aset
tetap didefinisikan sebagai aset berwujud yang:25
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau
untuk tujuan administratif, dan
b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
B. Hasil Penelitian Sebelumnya
No. Peneliti Judul Penelitian
1. Ida Bagus Putu Swara
Penelitian ini membahas tentang pengaruh dana pinjaman
usaha yang berasal dari zakat produktif (X1), tingkat pendidikan
(X2) dan lama usaha (X3) terhadap peningkatan pendapatan
25
24
mustahik (Y). Penelitian ini menggunakan perhitungan dengan
uji regresi logistik dengan objek penelitian adalah mustahik
BAZNAS yang berada di wilayah DKI Jakarta sebesar 40
responden. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa dana
zakat produktif berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan
Perbedaan
Pada penelitian ini penulis menambahkan variabel
pembinaan untuk mengukur kinerja usaha. Penelitian ini
menggunakan objek penelitian yaitu mustahik yang tergabung
dalam program PMU di BAZDA Kota Tangerang.
2. Dessi Susanti, Jurnal Bisnis
& Manajemen Vol.4, No.1,
tahun 2008
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kinerja Usaha
Kecil Kerupuk Sanjai (Studi di
Kecamatan Mandiangin Koto
Selayan Bukittingi)
Keterangan Penelitian
Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja usaha kecil. Variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kepribadian wirausaha
(X1), tingkat pendidikan (X2), tingkat pengalaman wirausaha
(X6), sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja usaha kecil.
Penelitian ini menggunakan perhitungan dengan uji regresi
berganda. Sampel yang digunakan sebesar 27 usaha kecil
kerupuk sanjai yang tersebar di 3 kelurahan pada Kecamatan
Mandiangin koto Selayan Bukittinggi. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa variabel pembinaan (X6) mempunyai
pengaruh yang berarti terhadap kinerja usaha kecil kerupuk
sanjai di Mandiangin Bukittinggi.
Perbedaan
Penelitian ini menambahkan variabel modal pinjaman untuk
mengukur kinerja usaha mikro. Penelitian ini menggunakan
objek pelaku usaha mikro yang tergabung di program PMU
BAZDA Kota Tangerang.
3. Cut Yusriati, Muhammad
Arfan, dan M. Rizal Yahya,
Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas
Syiah Kuala Banda Aceh,
tahun Volume 1, No.1,
tahun 2012.
Pengaruh Pinjaman Modal Kerja dan Profesionalisme Sumber Daya Manusia terhadap Laba
26
Keterangan Penelitian:
Penelitian ini membahas tentang pengaruh pinjaman modal kerja
(X1) dan profesionalisme SDM (X2) terhadap laba usaha kecil
dan menengah (Y). Sampel yang digunakan berjumlah 32
responden merupakan pelaku usaha kecil dan menengah yang
menjadi nasabah di Bank Syariah Mandiri Kota Banda Aceh
dengan menggunakan perhitungan uji regresi berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pinjaman modal kerja memiliki
pengaruh terhadap kinerja usaha kecil dan menengah.
Perbedaan:
Pada penelitian ini penulis menambahkan variabel pembinaan.
Adapun laba usaha merupakan indikator dari variabel terikat
yang juga digunakan dalam penelitian ini. Objek pada penelitian
ini yaitu pelaku usaha mikro yang tergabung di program PMU
BAZDA Kota Tangerang.
C. Model Kerangka Peneltian
Berdasarkan landasan teori variabel penelitian di atas, maka dapat
Kesimpulan Uji Regresi Berganda 1. Uji Koefisien
Determinasi 2. Uji F 3. Uji t Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas 2. Uji Multikolinearitas
3. Uji Heteroskedastisitas Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas 2. Uji Reliabilitas Variabel Y
Kinerja (Y) Variabel X
Modal Pinjaman (X1) Pembinaan (X2) Gambar 2.1
Model Penelitian
D. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik
mengenai karakteristik populasi.26 Berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya dan model penelitian di atas, maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
Ha1= Terdapat pengaruh positif modal pinjaman terhadap kinerja usaha.
26
28
Ha2= Terdapat pengaruh positif pembinaan terhadap kinerja usaha. Ha3 = Terdapat pengaruh positif modal pinjaman, dan pembinaan
terhadap kinerja usaha. E. Indikator Variabel
1. Indikator Variabel Modal Pinjaman
Pada pemaparan sebelumnya dijelaskan bahwa BAZDA Kota
Tangerang memberikan modal pinjaman kepada para peserta
program PMU dengan skema Qardhul Hasan. Qardhul Hasan gabungan dari dua kata, qardh dan hasan. Menurut bahasa
(etimologi) qardh berasal dari kata qat’u yang berarti potongan, yang dimaksud adalah potongan atas harta piutang untuk
dipinjamkan. Sedangkan hasan artinya baik. Apabila digabungkan Qardhul Hasan berarti pinjaman yang baik, dimana pinjaman ini bertujuan untuk menolong menyelesaikan masalah keuangan atau
untuk keperluan peminjam.27 Qardhul Hasan merupakan produk yang ditawarkan dari segi pembiayaan. Qardhul Hasan atau benevolent loan adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata-mata. Dalam hal ini, pinjaman tidak
dituntut untuk mengembalikan apa pun kecuali modal pinjaman.28
Qardhul Hasan adalah meminjamkan harta kepada seseorang tanpa mengharapkan imbalan dan disebut juga akad ta’awuniah yaitu
27
Osman Sabran, Urus Niaga Al-Qard Al-hasan dalam Pinjaman Tanpa Riba, (Johor Baru: University Teknologi Malaysia, 2002), h.59-60.
28
akad yang berdasarkan prinsip tolong-menolong.29 Maka, dapat
disimpulkan bahwa Qardhul Hasan merupakan trasnsaksi yang berupa pinjaman yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata,
tanpa dituntut adanya jaminan dan tambahan pengembalian cicilan
sehingga peminjam hanya mengembalikan jumlah pokok
pinjamannya saja.
BAZDA Kota Tangerang memberikan modal pinjaman tanpa
adanya jaminan, biaya administrasi, bunga pinjaman, dan denda
keterlambatan pelunasan, sehingga seharusnya para peserta program
tidak mengalami kesulitan dalam meminjam dan mengembalikan
modal pinjaman untuk usahanya. Jadi variabel modal pinjaman
dalam penelitian ini dinilai dari pemberian pinjaman berdasarkan
skema Qardhul Hasan yang dapat diukur melalui indikator: a. Prosedur pinjaman
b. Pengelolaan modal pinjaman
2. Indikator Variabel Pembinaan
Pada pemaparan sebelumnya dijelaskan bahwa program
bantuan modal usaha untuk usaha kecil harus disertai dengan
pembinaan, hal ini selaras dengan Kwik Kian Gie yang berpendapat
bahwa kredit pinjaman harus diberikan dalam satu paket dengan
29
Abdul Ghofur Ansori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2009), h.146.
30
bimbingan dan pembinaan manajemen.30 Marco Sumampouw
menyatakan bahwa perkembangan bisnis atau organisasi tidak dapat
dipisahkan dari kualitas sumber daya manusia.31 Menurut Kuncoro,
pembinaan bisa dilakukan melalui program pendidikan dan
pelatihan.32
Pembinaan dari sisi pendidikan diberikan oleh BAZDA Kota
Tangerang dilakukan dengan cara pembinaan Class Room, yaitu pembinaan berupa seminar tanya jawab mengenai pengetahuan
ibadah dan amaliyah. Pembinaan dari sisi pelatihan diberikan dengan cara pembinaan lapangan, yaitu memberikan pelatihan
secara langsung kepada peserta program mengenai administrasi
keuangan, tata letak (layout), dan pelayanan konsumen. Jadi, variabel pembinaan dapat diukur dari indikator sebagai berikut:
a. Pendidikan
b. Pelatihan
3. Indikator Variabel Kinerja Usaha
Pada pemaparan sebelumnya dijelaskan bahwa kinerja
merupakan hasil atau output yang didapatkan dari serangkaian kegiatan yang telah dilakukan, hal ini selaras dengan Armstrong
30
Kwik Kian Gie, Praktek Bisnis dan Orientasi Ekonomi Indonesia, h.221 31
Marco Sumampow, Investasi sumber daya manusia dan perkembangan perusahaan/organisasi, h.20
32
Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Industri Indonesia: Menuju Negara Industri Baru 2030?,
dan Baron yang menjelaskan bahwa kinerja adalah tentang
melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan
tersebut.33
Peningkatan kinerja usaha peserta program merupakan tujuan
dari program PMU yang ditetapkan oleh BAZDA, indikator yang
digunakan untuk mengukur peningkatan kinerja tersebut adalah
meningkatnya omzet penjualan per bulan, keuntungan usaha dan
aset usaha peserta program. Hal ini selaras dengan pendapat Zou
dan Stan yang menyatakan bahwa kinerja dapat diukur melalui tiga
cara, salah satunya yaitu melalui pengukuran finansial yang dilihat
dari penjualan (sales), keuntungan (profit), dan pertumbuhan aset (assets growth).34 Jadi, variabel kinerja dapat diukur dari indikator sebagai berikut:
a. Omzet per bulan
b. Keuntungan usaha
c. Aset tetap
F. Operasional Variabel Penelitian
33
Wibowo, Manajemen Kinerja, h.2. 34
32
Tabel 2.2
Operasional Variabel
No. Variabel Indikator Instrumen
Peningkatan
Keuntungan 1
Aset Usaha
Mengembangkan
Usaha 1
Peralatan Usaha 1
Peningkatan Keahlian
Usaha Dagang 2
Memodifikasi Tempat
Usaha 1
34
BAB III
METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan kepada usaha-usaha mikro yang
tergabung di dalam program PMU BAZDA Kota Tangerang. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan hubungan serta
pengaruh antar variabel antara lain; modal pinjaman, pembinaan dan
kinerja usaha para peserta program PMU.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, penentuan sampel menggunakan
Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling tahu
tentang apa yang diharapkan, sehingga mempermudah peneliti
menjelajahi objek atau situasi sosial yang sedang diteliti.1
Penulis meneliti peserta program PMU yang terdaftar pada
tahun 2012, yaitu sejumlah 100 peserta, hal tersebut dikarenakan
peserta yang terdaftar bisa menggambarkan keadaan terkini dari usaha
mereka setelah mengikuti program PMU. Kemudian dari 100 peserta
tersebut diambil 80 peserta yang telah melunasi pinjamannya untuk
dijadikan sampel pada penelitian ini, hal tersebut dilakukan karena
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
dengan menggunakan peserta program yang telah melunasi
pinjamannya diharapkan data-data yang didapatkan bisa lebih akurat.
C. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
1. Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya.2
Pengambilan data primer dilakukan langsung melalui objek
penelitian yaitu peserta program PMU BAZDA Kota Tangerang.
Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner yang
digunakan dalam bentuk pernyataan dan beberapa pertanyaan yang
dirangkai sesuai dengan data variabel yang akan diteliti. Tipe
kuesioner yang diberikan mengacu pada Skala Likert. Skala Likert merupakan skala yang digunakan secara luas yang meminta
responden menandai derajat setuju atau tidak setuju terhadap
masing-masing dari serangkaian pertanyaan mengenai objek stimulasi.3
Untuk kategori pernyataan tersebut menggunakan bobot nilai sebagai
berikut.
Tabel 3.1 Skala Likert
Tanda Keterangan Bobot
SS Sangat Setuju 5
Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2008),h.101 3
36
STS Sangat Tidak Setuju 1
Data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner merupakan
data ordinal. Data ordinal dalam penelitian ini perlu diubah menjadi
data interval untuk mendapatkan angka sebenarnya. Hal ini sesuai
dengan salah satu syarat menjalankan prosedur statistik untuk
melakukan analisis data. Adapun proses mengubah data ordinal
menjadi data interval dilakukan dengan metode suksesif interval
(Method of Successive Interval/MSI).
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan.4 Adapun untuk data sekunder di dalam
penelitian ini, diperoleh dengan mengutip literatur ilmiah terdahulu
dan data dokumen lembaga yang diperlukan dengan mencantumkan
sumber data tersebut diperoleh.
D. Metode Analisis Data
Tujuan metode analisis data adalah untuk menginterpretasikan
dan menarik kesimpulan dari sejumlah data yang terkumpul. Untuk
mempermudah dalam menganalisis, digunakan program SPSS
(Statistical Package for Social Science) untuk sistem operasi (OS) Windows.
Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
dapat dipaparkan sebagai berikut:
4
1. Statistik Deskriptif
Penggambaran secara umum terhadap keseluruhan data primer yang
telah diperoleh dari responden melalui kuesioner. Dalam statistik
desriptif ini menampilkan jumlah responden nilai jawaban minimal
dan nilai jawaban maksimal, juga menampilkan mean dan standard deviation pada setiap variabel, baik yang independen maupun dependen.
2. Kualitas Data a. Uji Validitas
Sesuatu dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila tes
tersebut menjalankan fungsi ukurannya, atau memberikan hasil
ukuran sesuai dengan makna dan tujuan diadakan tes tersebut.5
Uji validitas dalam penelitian ini digunakan untuk menguji
validitas kuesioner. Validitas menunjukkan sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi alat ukurnya. Uji validitas dilakukan dengan
membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel untuk degree of freedom d (f) = n-k dengan alpha 0,05. Untuk hasil analisis dapat dilihat pada output uji reabilitas pada bagian corrected
5
38
item total correlation. Dalam pengambilan keputusan untuk menguji validitas indikatornya antara lain:
Jika r hitung positif serta r hitung > r tabel maka butir atau
variabel tersebut valid.
Jika r hitung tidak positif dan r hitung < r tabel maka butir
atau variabel tersebut tidak valid.
Sampel yang digunakan untuk setiap variabel dalam penelitian
ini berjumlah 30 responden. Adapun hasil uji validitas terhadap
instrumen penelitian ini dijelaskan dalam tabel 3.1, tabel 3.2
dan tabel 3.3.
Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas Modal Pinjaman
Sumber: Data yang diolah
Data pada tabel 3.2 menjelaskan bahwa pada 7 butir
pernyataan variabel modal pinjaman dari sampel berjumlah 30
responden memiliki nilai positif dan rhasil lebih besar dari rtabel Corrected
Item-Total Correlation
Keterangan
MP1 ,877 Valid
MP2 ,909 Valid
MP3 ,884 Valid
MP4 ,660 Valid
MP5 ,846 Valid
MP6 ,879 Valid
0,361, sehingga seluruh instrumen pernyataan pada variabel
modal pinjaman dinyatakan valid.
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Variabel Pembinaan
Sumber: Data yang diolah
Data pada tabel 3.3 menjelaskan bahwa pada 13 butir
pernyataan variabel modal pembinaan dari sampel berjumlah
30 responden memiliki nilai positif dan rhasil lebih besar dari
rtabel 0,361, sehingga seluruh instrumen dinyatakan valid. Corrected
Item-Total Correlation
Keterangan
P1 ,637 Valid
P2 ,374 Valid
P3 ,725 Valid
P4 ,679 Valid
P5 ,828 Valid
P6 ,689 Valid
P7 ,732 Valid
P8 ,722 Valid
P9 ,692 Valid
P10 ,698 Valid
P11 ,716 Valid
P12 ,540 Valid
40
pernyataan variabel kinerja usaha dari sampel berjumlah 30
responden memiliki nilai positif dan rhasil lebih besar dari rtabel
0,361, sehingga seluruh instrumen pernyataan pada variabel
kinerja usaha dinyatakan valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk.6 Pengujian ini
dilakukan untuk mengetahui tentang kuesioner yang diajukan
6
pertanyaannya kepada responden, dapat dijawab secara
konsisten atau tidak.
Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. Adapun cara yang digunakan untuk menguji
reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini adalah mengukur
reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha. Adapun kriteria penilaian uji reliabilitas antara lain:7
Apabila hasil koefisien Alpha lebih besar dari taraf
signifikansi 60% atau 0,6 maka kuesioner tersebut reliable. Apabila hasil koefisien Alpha lebih kecil dari taraf
signifikansi 60% atau 0,6 maka kuesioner tersebut tidak
reliable.
Hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap instrumen
penelitian ini dijelaskan dalam tabel 3.4, tabel 3.5 dan tabel 3.6.
7
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h. 145.
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Modal Pinjaman
Cronbach's Alpha N of Items
42
Data pada tabel 3.5 menjelaskan bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel modal pinjaman adalah 0,950. Artinya nilai dari
variabel modal pinjaman memiliki nilai yang lebih dari 0,6
sehingga variabel modal pinjaman termasuk dalam kriteria
yang reliabel.
Data pada tabel 3.6 menjelaskan bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel modal pinjaman adalah 0,932. Artinya nilai dari
variabel pembinaan memiliki nilai yang lebih dari 0,6 sehingga
variabel
pembinaan
termasuk dalam
kriteria yang reliabel.
Tabel 3.6
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pembinaan
Cronbach's Alpha N of Items
,932 13
Tabel 3.7
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kinerja Usaha
Cronbach's Alpha N of Items
Data pada tabel 3.7 menjelaskan bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel kinerja usaha adalah 0,915. Artinya nilai dari
variabel kinerja usaha memiliki nilai yang lebih dari 0,6
sehingga variabel kinerja usaha termasuk dalam kriteria yang
reliabel.
3. Uji Asumsi Klasik a. Multikolinieritas
Untuk mendeteksi apakah penelitian ini ada masalah
multikolinieritas, maka dapat dideteksi dengan nilai Variance Inflation Factor (VIF), apabila nilai VIF lebih besar dari 10, maka diindikasikan memililiki masalah multikolinieritas.
Adapun hasil uji multikolinieritas yang dilakukan terhadap
instrumen penelitian ini dapat dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel 3.8
Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 4,224 1,704 2,478 ,017
44
Pembinaan ,112 ,034 ,251 3,285 ,002 ,987 1,014
a. Dependent Variable: Kinerja Usaha
Sumber: Data primer yang diolah
Data pada tabel 3.8 menunjukkan bahwa nilai VIF untuk
variabel modal pinjaman dan variabel pembinaan adalah 1,014
yang menandakan kurang dari 10, artinya penelitian ini
terbebas dari asumsi multikolinieritas.
b. Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mendeteksi apakah model
regresi memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah yang berdistribusi normal. Dalam penelitian
ini pendeteksian uji normalitas dilakukan dengan cara melihat
tabel Histogram dan Normal P-Plot pada hasil print out analisis data program SPSS for windows.
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 3.9 menunjukkan bahwa pada tabel histogram,
sebaran data mengikuti garis lengkung dan pada tabel Normal
P-Plot, data menyebar mengikuti garis diagonal. Artinya, data
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi ini
memenuhi asumsi normalitas.
c. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui
apakah varian residual dari satu pengamatan ke pengamatan
lain memiliki kesamaan persebaran atau tidak. Jika memiliki
kesamaan atau tetap penyebarannya, maka model penelitian
tersebut mengalami masalah heteroskedastsisitas.
Gambar 3.10
Hasil Uji Heteroskedastisitas
46
Gambar 3.10 menunjukkan bahwa bentuk penyebaran data
berada di sekitar angka 0 pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu
pola yang jelas, maka data tersebut terbebas dari asumsi
heteroskedastisitas.
4. Uji Hipotesis
Hipotesis merupakan kegiatan pengolahan data dengan
melakukan tabulasi terhadap kuesioner dengan memberikan dan
menjumlahkan bobot jawaban pada masing-masing pertanyaan
untuk masing-masing variabel. Analisis data menggunakan teknik
statistic multiple regression untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel dependen.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linear berganda. Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel bebas yaitu modal
pinjaman (X1), pembinaan (X2) dan kinerja usaha (Y).
Adapun bentuk persamaan regresi linier berganda dapat
dipaparkan sebagai berikut: Y1= α+β1X1+ β2X2
Dimana :
Y : Kinerja Usaha
β : Koefisien Regresi
X1 : Modal Pinjaman
X2 : Pembinaan
Hasil pengujian statistik dengan menggunakan multiple regression yang perlu dianalisis dan dibahas antara lain:
a. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Dalam output program SPSS, koefisien determinasi
terletak pada table model summary dan tertulis R square.
Namun untuk regresi linier berganda sebaliknya menggunakan
R square yang sudah disesuaikan atau tertulis adjust R square,
karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang
digunakan dalam penelitian.
Dalam kenyataan nilai adjust R square dapat bernilai negatif,
walaupun yang dikehendaki bernilai positif. Jika dalam uji
empiris didapat nilai adjust R square negatif, maka nilai adjust
R square dianggap nol.8
b. Uji F Statistik
8
48
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel terikat.9
Dalam penelitian ini pengujian hipotesis secara simultan
dimaksudkan untuk mengukur besarnya pengaruh modal
pinjaman (X1), pembinaan (X2) terhadap kinerja usaha (Y),
hipotesis yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan dalam penelitian ini antara lain:
Dengan membandingkan nilai F hitung dengan F table,
Apabila F tabel > F hitung, maka Ho diterima dan H1
ditolak,
Apabila F tabel < F hitung, maka Ho ditolak dan H1
diterima.
Dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi, `
Apabila probabilitas signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
dan H1 ditolak.
Apabila probabilitas signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak
dan H1 diterima.
c. Uji t Statitik
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara
variabel X dan variabel Y, apakah variabel X1 dan X2
9
benar berpengaruh terhadap variabel Y. Uji t pada dasarnya
menunjukan seberapa jauh satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi-variasi dependen.
Probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka hasilnya signifikan
berarti terdapat pengaruh dari variabel independen secara
individual terhadap dependen.10
Untuk menunjukkan apakah masing-masing variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel tidak bebas maka perumusan
hipotesisnya sebagai berikut:
Bila t hitung > t tabel, maka Ho ditolak H1 diterima.
Bila t hitung < t tabel, maka Ho diterima H1 ditolak.
Atau,
Bila probability t hitung > 0,05 Ho diterima H1 ditolak.
Bila probability t hitung < 0,05 Ho ditolak dan H1
diterima.
10
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini, penulis menyajikan gambaran umum objek yang diteliti,
profil responden, hasil penjelasan responden dan hasil uji-uji analisis data
yang telah diperoleh, sehingga dapat membahas uraian mengenai
temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian.
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Program Pinjaman Modal Usaha (PMU) BAZDA Kota Tangerang
Pinjaman Modal Usaha (PMU) merupakan salah satu program
yang dimiliki BAZDA Kota Tangerang sebagai upaya untuk
mengatasi masalah kesulitan permodalan yang dialami oleh para
pelaku usaha mikro di Kota Tangerang. Sumber dana program ini berasal dari zakat, infaq dan sedekah yang terkumpul di BAZDA
Kota Tangerang dan disalurkan dengan skema Qardhul Hasan. Program PMU juga bertujuan untuk mengurangi peran rentenir
yang biasanya dijadikan sumber bantuan permodalan oleh
pelaku-pelaku usaha mikro. Kegiatan pada program PMU terdiri dari
pemberian modal pinjaman dan pembinaan untuk para peserta
programnya.
Dalam menjalankan program PMU, BAZDA Kota Tangerang
menggunakan konsep jangka panjang, maksudnya adalah peserta
program yang telah memperoleh pinjaman diperbolehkan untuk
mengajukan pinjaman kembali sehingga usaha yang dijalankan bisa
terus berkembang. Sedangkan mekanisme penyaluran dana PMU,
BAZDA Kota Tangerang bekerjasama dengan BAZ Kecamatan dan
Pemerintah Daerah Kota Tangerang, hal ini bertujuan agar
pemberian dana tepat sasaran dan mampu memberdayakan
usaha-usaha mikro.
Adapun persyaratan dalam pengajuan Pinjaman Modal Usaha
(PMU) adalah sebagai berikut:1
a. Dikhususkan pada usaha mikro
b. Membuat permohonan dan proposal usaha, dilengkapi
KTP, Kartu Keluarga untuk diajukan ke BAZ Kecamatan c. Rekomendasi BAZ Kecamatan
3. Prosedur Pengajuan dan Pencairan Pinjaman Modal Usaha (PMU)
Prosedur pengajuan pinjaman berawal dari BAZ Kecamatan,
pada tahap pertama calon peserta menyerahkan proposal yang berisi
profil usaha yang mereka jalani dengan melampirkan KTP dan
1