Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Untuk Memenuni Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
ANITA SUMARYANI 109016200023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
LBMBAR PENGESAHAN PEMBTMBING
SKRTPSISkripsi
ini
berjudul Pengaruh Model PembelajaranPBL
(Problem Basetl Learning) terhadap Pemahaman Konsep Siswa pada Materi KesetimbanganKimia
disusun oleh Anita Sumaryani,NIM
109016200023, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan llmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Flidayatullah lakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak diajukan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.Jakarta. 8 September 2014
Yang mengesahkan,
"][;".'
Salamah Asung. M.A., Ph. D
NIP.19790624 200604 2 002
Pembimbing
ll
D1,l,da
Skripsi berjudul Pengaruh
Model
pembelajaranpBL
(problem Based Learning) terhadap Pemahaman Konsep Siswa pada Materi KesetimbanganKimia disusun oleh Anita Sumaryani, Nomor Induk Mahasiswa 109016200023, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal
7
oktober 2014di
hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjanasl
(s. pd) dalam bidang pendidikan Kimia.Jakarta, 3 Desember 2014
Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia (Program Studi Pendidikan Kimia) Dedi Irwandi. M.Si
NIP. 19710528 200003
I
002Penguji I
Tonih Feronika. M.Pd
NIP. 19760t07 2005011 007
Penguji
II
Dedi Irwandi. M.Si
NrP. 19710528 200003
I
002Tanggal
4/t*'
\
/'14
-/tL
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dra. Nurlena Rifa'i. MA. Ph.D
NIP. 19591020 168603 2001
SURAT
PERNYATAAN
KARYA
ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
NIM
Jurusan
: Anita Sumaryani
:109016200023
: Pendidikan IPA/Pendidikan Kimia
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran PBL (Problem
Bosed
Learning) terhadap
Pemahaman KonsepSiswa
pada
Materi Kesetimbangan Kimia adalah benar karya sendiri di bawah bimbingan dosen:1.
Nama Pembimbing INIP
Jurusan/Program Studi
2.
Nama PembimbingI
I Jurusan/Program StudiDemikian surat pernyataan
ini
saya menerima segala konsekuensi apabila saya sendiri.Salamah Agung, M.A., Ph. D
19790624200604 2 002
Pendidikan lPA/Pendidikan Kimia
Dewi Mumiati, M.Si
Pendidikan IPA/Pendidikan Kimia.
buat dengan sesungguhnya dan saya siap terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
Jakarta, 8 September 2014 Yano Menrzahkan
Anita Sumaryani
Kimia”. Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan IPA,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,tahun 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) terhadap Materi Kesetimbangan Kimia. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Parung pada bulan November tahun 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini, siswa kelas XI IPA-4 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA-3 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa masing-masing 32 dan 31 siswa. Kelas eksperimen diberi perlakuan berupa penerapan model PBL dan kelas kontrol diberi perlakuan dengan model konvensional. Instrumen penelitian adalah tes pilihan ganda yang berjumlah 18 dengan lima alternatif jawaban. Berdasarkan uji statistik dengan taraf signifikansi 0,05 diperoleh thitung > ttabel (4,85 > 1,67) maka
Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat dapat disimpulkan terdapat pengaruh positif penerapan model pembelajaran PBL terhadap pemahaman konsep siswa pada materi kesetimbangan kimia.
Kata kunci: Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning), Materi
ABSTRACT
Anita Sumaryani (Science Education, Chemistry), Effect of Problem Based
Learning (PBL) towards student’s conceptual understanding on chemical equilibrium
The purpose of this research was to know the effect of Problem Based Learning (PBL) Model towards student’s conceptual understanding on chemical equilibrium.Using quasi experiment, this research purposive sampling were in total 63 students from SMAN 1 Parung were involved. The students were grouped in experiment group (32 students) were PBL was used in their teaching and learning process and control group (31 students) were conventional method was applied. Testing with with questionare of 18 items, the result showed that there was significant different of student result in the questionare making T>ttable
(4,85>1,67).
Keywords: Problem Based Learning (PBL) Model , chemical equilibrium,
i
Alhamdulillahirobbil’a lamin. Segala puji bagi Allah penulis panjatkan atas anugrah dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) terhadap Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Kesetimbangan Kimia”.
Shalawat serta salam semoga tercurah pada baginda Nabi Muhammad
SAW, keluarganya serta sahabatnya. Semoga kita dapat menjadikan beliau
sebagai panutan dalam menjalani hidup.
Dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan
dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hanna Susanti, M.Sc selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Salamah Agung, Ph. D sebagai pembimbing 1 yang telah memberikan
bimbingan dan ilmunya dalam proses penyelesaian skripsi. Semoga ibu selalu
diberkahi dan dirahmati oleh Allah.
5. Ibu Dewi Murniati, M.Sc sebagai pembimbing 2 yang telah memberikan
bimbingan dan ilmunya dalam proses penyelesaian skripsi. Semoga ibu selalu
diberkahi dan dirahmati oleh Allah.
6. Bapak Tonih Feronika, M.Pd dan Bapak Dedi Irwandi, M.Si sebagai
penguji yang telah memberikan ilmunya dalam proses revisi skripsi. Semoga
ii
7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah
memberikan ilmunya selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi.
Semoga Allah membalas semua kebaikan dan memberkahi ilmu yang telah
diberikan.
8. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd sebagai dosen pembimbing akademik.
9. Kepala Sekolah, guru, dan staf SMAN 1 Parung yang telah bersedia
mengizinkan penulis mengadakan penelitian.
10.Spesial bagi kedua orang tua tercinta, Bpk Sumarsono dan Ibu Yeni yang
senantiasa mendukung memberikan kasih sayang, motivasi dan doa yang
terus mengalir kepada penulis. Semoga Allah membalas segala kebaikan atas
pengorbanan yang telah diberikan oleh keduanya dan memberi keberkahan
dalam hidupnya.
11.Ade Suryani dan Fina Sumarliani, adik-adikku tersayang yang juga terus
mendukung dan memberikan motivasi.
12.Nurul Mumin, Ani Syahida, Fitria Takhlisi, Indriyani, Sri Wahyuni, Ira
Isnawati, Debby Ariyanti, Yefi, serta semua teman-teman kimia angkatan
2009 yang menjadi kk dan kawan dalam bertukar fikiran. Terima kasih
banyak semoga Allah memberi keberkahan dan menjadikan kita semua guru
yang terbaik dimata Allah dan dapat memajukan Indonesia kedepannya.
13.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan skrispi ini.
Akhir kata semoga tulisan karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
untuk menambah ilmu demi perbaikan di masa yang akan datang.
Jakarta, September 2014 Penulis
iii
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ...iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA TEORI A. Landasan Teori ... 8
1. Model Pembelajaran PBL ... 8
a. Model Pembelajaran... 8
b. Definisi PBL (Problem Based Learning) ... 10
c. Karakteristik Masalah dan Model PBL ... 13
d. Kelebihan dan Manfaat PBL ... 16
iv
2. Belajar dan Pembelajaran ... 20
a. Pengertian Belajar ... 20
b. Hakikat Pembelajaran ... 24
3. Pemahaman Konsep ... 25
4. Konsep Kesetimbangan Kimia ... 28
B. Penelitian Relevan ... 34
C. Kerangka Berfikir... 36
D. Pengajuan Hipotesis ... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 38
1. Metode Penelitian ... 38
2. Desain Penelitian ... 38
C.Populasi dan sampel ... 40
1. Populasi ... 40
2. Sampel ... 40
D.Variabel Penelitian ... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ... 40
F. Instrumen Pengumpulan Data ... 41
G.Kalibrasi Instrumen ... 42
1. Validitas Tes... 42
2. Reliabilitas Tes ... 43
3. Tingkat Kesukaran ... 44
4. Daya Beda ... 45
H.Teknik Analisis Data ... 46
1. Uji Normalitas ... 46
2. Uji Homogenitas ... 46
3. Uji Hipotesis ... 47
v
a. Pretest ... 49
b. Posttest ... 51
2. Hasil Analisis Data ... 53
a. Hasil Uji Normalitas ... 53
1) Pretest ... 53
2) Posttest ... 54
b. Hasil Uji Homogenitas ... 55
1) Pretest ... 55
2) Posttest ... 56
c. Hasil Pengujian Hipotesis ... 57
1) Pretest ... 57
2) Posttest ... 58
d. Hasil N-Gain ... 59
1) Kelas Eksperimen ... 59
2) Kelas Kontrol ... 61
3. Data Hasil Tes Pemahaman Konsep ... 62
a. Kelas Eksperimen ... 62
b. Kelas Kontrol ... 64
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
vi
[image:12.595.102.527.157.571.2]DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Hasil Pembelajaran ... 12
Gambar 2.2 Alur Proses Pembelajaran ... 24
Gambar 4.1 Grafik Kategori N-Gain Kelas Eksperimen ... 60
Gambar 4.2 Grafik Kategori N-Gain Kelas Kontrol ... 62
vii
Tabel 2.2 Hubungan antara fase belajar dan acara pembelajaran ... 21
Tabel 2.3 Prediksi Arah Kesetimbangan Berdasarkan Data Kc ... 31
Tabel 3.1 Desain Penelitian... 39
Tabel 3.2 Instrumen Tes Pemahaman Konsep ... 41
Tabel 3.3 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen... 44
Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Pretest ... 49
Tabel 4.2 Pemahaman Konsep Siswa pada Pretest ... 50
Tabel 4.3 Perbandingan Hasil Posttest ... 51
Tabel 4.4 Pemahaman Konsep Siswa pada Posttest ... 52
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Skor Pretest ... 53
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Skor Posttest ... 52
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Data Skor Pretest ... 56
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Data Skor Posttest ... 56
Tabel 4.9 Uji t Hasil Tes Pemahaman Konsep Siswa Pretest ... 57
Tabel 4.10 Uji t Hasil Tes Pemahaman Konsep Siswa Posttest ... 56
Tabel 4.11 Data Hasil N-Gain Kelas Eksperimen ... 59
Tabel 4.12 Data Hasil N-Gain Kelas Kontrol ... 61
Tabel 4.13 Data Hasil Pemahaman Siswa Eksperimen ... 63
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 77
Lampiran 2Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 109
Lampiran 3Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 127
Lampiran 4Kisi-kisi Instrumen ... 136
Lampiran 5Instrumen sebelum Validasi ... 165
Lampiran 6Kalibrasi Instrumen ... 177
Lampiran 7Instrumen setelah Validasi ... 180
Lampiran 8Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 186
Lampiran 9Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 188
Lampiran 10 Daftar Distribusi Frekuensi Data Pretest... 190
Lampiran 11 Daftar Distribusi Frekuensi Data Posttest ... 198
Lampiran 12 Uji Normalitas Pretest ... 206
Lampiran 13 Uji Normalitas Posttest ... 210
Lampiran 14 Uji Homogenitas Pretest ... 214
Lampiran 15 Uji Homogenitas Posttest ... 216
Lampiran 16 Perhitungan Uji Hipotesis Pretest ... 218
Lampiran 17 Perhitungan Uji Hipotesis Posttest ... 220
Lampiran 18 Rekapitulasi Pemahaman Konsep Siswa ... 222
Lampiran 19 Lembar Uji Referensi ... 230
Lampiran 20 Tabel Nilai Kritis Uji Liliefors ... 237
Lampiran 21 Tabel Distribusi Uji Fischer ... 238
Lampiran 22 Tabel Distribusi Uji-t ... 239
A. Latar Belakang Masalah
Sistem pembelajaran sains khususnya kimia sudah mulai mengalami
pergeseran paradigma dari pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
pendidik (teacher centered) menjadi berpusat pada siswa (student centered).1 Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered)
diharapkan dapat membuat siswa terampil dalam membangun
pengetahuannya secara utuh. Keterampilan membangun pengetahuan ini
sudah seharusnya dapat diaplikasikan dalam suatu institusi pendidikan
seperti sekolah agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Hal ini sesuai
dengan isi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003.
Dalam UU Sisdiknas tersebut, dikatakan:
“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2
Ketika pendidik, siswa, dan sekolah sudah dapat berkolaborasi
dalam mewujudkan pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa, maka
dapat dipastikan bahwa kualitas pembelajaran sains khususnya kimia dapat
berjalan secara efektif. Namun pada faktanya di lapangan, masih terdapat
beberapa kendala untuk mewujudkan pembelajaran kimia yang efektif.
Salah satu kendala adalah rendahnya pemahaman pendidik dalam hal
penerapan model pembelajaran yang mendukung terjadinya pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student centered).
1
Taufik Amir,Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2010), h.4.
2
Kemenag, Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003, 2014, h.3 (www.kemenag.go.id).
2
Meski paradigma pembelajaran sudah bergeser pada paradigma
student centered namun banyak tenaga pendidik yang masih menganut cara konvensional yakni pembelajaran berorientasi teacher centered.
Pembelajaran berorientasi teacher centered lebih menekankan siswa untuk menghafal informasi dari konsep yang diberikan oleh guru.3 Siswa hanya
dipaksa untuk mengingat dan menimbun informasi dari suatu konsep dan
kurang dalam memahami informasi tersebut sehingga dapat menghambat
tercapainya tujuan pendidikan nasional yang mengharapkan siswa untuk
cakap dan berilmu di kemudian hari.
Pembelajaran kimia adalah sebuah pembelajaran yang erat kaitannya
dengan proses penemuan dengan teknik ilmiah untuk mendapatkan suatu
produk teori, fakta, prinsip, dan hukum.4 Pembelajaran yang berorientasi
pada pembangunan pengetahuan (kontruktivistik) dapat mendukung
terjadinya proses pembelajaran dan pemerolehan konsep yang utuh dalam
kimia sebagai dasar dari kemampuan kognitif yang lebih tinggi dan
keterampilan proses siswa. Salah satu model pembelajaran yang
berorientasi pada pembelajaran kontruktivistik adalah model PBL
(Problem Based Learning).5 Model PBL adalah model pembelajaran yang erat dengan proses menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan
memfasilitasi penyelidikan dialog. Proses-proses pembelajaran ini akan
mendukung pemerolehan konsep siswa pada pembelajaran kimia.6
Konsep-konsep dalam kimia saling berkaitan. Ketika siswa
mengalami kesalahan konsep pada satu materi maka akan berpengaruh
terhadap pemahaman siswa pada konsep-konsep selanjutnya. Terkadang
tenaga pendidik kurang peka dalam mengetahui pemahaman konsep yang
3
Taufik Amir,Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2010),h.12.
4
BSNP. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia untuk Sekolah Menengah Atas atau Madrasah
Aliyah, 2013, h. 13 (www.bsnp-indonesia.org.id).
5
Rusman,dkk., Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2012), Cet. 2, h.39.
6
telah dicapai oleh siswa. Padahal hal ini pun akan menghambat keefektifan
pembelajaran. Sehingga dapat membuat tenaga pendidik kesulitan untuk
mengulang kembali penjelasan dikarenakan keterbatasan waktu
pembelajaran. Untuk itu penting bagi tenaga pendidik untuk
memperhatikan dan meneliti pemahaman konsep siswa.
Konsep-konsep yang dirasa sulit pada mata pelajaran kimia yang
sering dialami siswa adalah pada konsep mol, atom, molekul,
kesetimbangan kimia, ikatan kimia, elektrokimia, dan perubahan fasa.7
Pada penelitian ini saya memilih untuk meneliti pemahaman konsep siswa
pada materi kesetimbangan kimia. Materi kesetimbangan kimia adalah
materi yang cukup sulit dipahami oleh siswa. Hasil Simposium Nasional
Inovasi Pembelajaran dan Sains pada tahun 2011, mengatakan bahwa
terdapat beberapa konsep yang kurang dipahami siswa, contohnya siswa
tidak dapat mengaitkan nilai K dengan komposisi zat kimia saat
kesetimbangan.8 Hasil simposium tersebut menandakan kurang
maksimalnya pengembangan kemampuan siswa pada taraf berfikir
pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran materi kesetimbangan
kimia.
Model pembelajaran PBL dapat menjadi solusi yang cocok untuk
memaksimalkan pengembangan pada taraf berfikir pemahaman untuk
meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Hal ini dikuatkan oleh penelitian
pada jurnal Inovasi Pendidikan kimia bahwa terdapat peningkatan hasil
belajar siswa melalui pendekatan Keterampilan Proses Sains yang
berorientasi Problem Based Instruction atau Problem Based Learning.9
7
Gulten Sendur, Mustafa Toprak, and Esin Sahin,Analyzing of Student’s Misconceptions About Chemical Equilibrium, International Conference of New Trends and Their Implications,1,2010,pp1-7.
8
Muh Afturizaliur dan I Nyoman Marsih, Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011.h.1, 22-23 Juni 2011.Bandung, (http//portal.fi.itb.ac.id)
9
4
Dengan demikian penggunaan model PBL akan memberikan hasil positif
untuk pembelajaran kimia pada taraf berfikir pemahaman konsep.
Begitu juga pada penelitian yang berjudul Penggunaan Model PBL
pada Materi Larutan Penyangga dan Hidrolisis, terlihat bahwa setelah
diberi perlakuan dengan pembelajaran model PBL (Problem Based Learning) menggunakan metode two stay two spray kelas eksperimen mencapai ketuntasan belajar klasikan sebesar 93,8%. Pada kelas kontrol
mencapai ketuntasan 85,3%.10 Materi kimia pada jurnal tersebut sejalan
dengan materi kesetimbangan kimia dimana perlu adanya penekanan
konsep dan proses praktikum.
Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) menunjang materi kesetimbangan kimia karena memiliki ciri-ciri pembelajaran yang
diawali dengan masalah, biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia
nyata, siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan
mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan
mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan
solusi dari masalah.11 Ciri khas dari model ini adalah adanya keterbukaan,
proses yang demokratis, dan peran aktif siswa.12
Model PBL dapat membantu siswa untuk membangun kecakapan
sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerja sama tim, dan
berkomunikasi.13 Alasan hal tersebut adalah ketika model ini diterapkan
dikelas akan menantang siswa untuk bekerja sama dalam kelompoknya
untuk mencari solusi untuk masalah dunia nyata dan mengembangkan
keterampilan menjadi pembelajar mandiri.
10
Aji Trihatmo,dkk.,Penggunaan Model Problem Based Learning pada Materi Larutan Penyangga dan Hidrolisis, Journal Chemistry in Education, 2012, h.7
11
Taufik Amir,Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2010),h.12.
12
Richard.I.Arends, Learning To Teach, (New York:Mc Graw Hill,2007), pp.384.
13
Situasi belajar pada model PBL akan mengaktifkan pengetahuan
sebelumnya, memfasilitasi pembelajaran baru, secara paralel akan
diperlukan di dunia nyata dan memungkinkan pelajar akan mengingat dan
menerapkan apa yang disimpan dalam memorinya.14 Penggunaan model
PBL diharapkan dapat membuat siswa terampil dalam menganalisis
masalah dan turut aktif berkomunikasi dengan kelompok untuk
menemukan suatu solusi dari hasil pemahaman konsep yang baik pada
ranah kognitif.
Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini peneliti mengangkat
judul Pengaruh Model PBL (Problem Based Learning) terhadap Pemahaman Konsep Siswa Pada Konsep Kesetimbangan Kimia.
B. Identifikasi Masalah
Masalah yang dapat diidentifikasi berdasarkan latar belakang
masalah diatas adalah:
1. Pembelajaran kimia masih menganut teacher centered yang membuat siswa bersikap pasif.
2. Diperlukan kemampuan pemahaman konsep yang baik dalam
materi kesetimbangan kimia.
3. Dibutuhkannya model pembelajaran berorientasi learner centered yang dapat memperbaiki pemahaman konsep siswa pada materi kesetimbangan kimia.
4. Belum membudayanya pendidikan yang berdasarkan masalah
yang dapat membuat siswa mampu membangun
pengetahuannya secara utuh.
14
6
C. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran PBL
(Problem Based Learning).
2. Penelitian dilakukan pada materi Kesetimbangan Kimia.
3. Penelitian dilakukan terhadap pemahaman konsep siswa
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan maka
perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah pengaruh penerapan
Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) terhadap Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Kesetimbangan Kimia?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi
bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) pada pemahaman konsep siswa pada materi kesetimbangan kimia.
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini khususnya bagi
kemajuan bidang pendidikan dan pengajaran adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa sebagai jalan mengasah kemampuan mereka dalam
membangun pengetahuannya berdasarkan masalah yang disajikan
sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam
mengenai konsep terkait sebagai penunjang kemampuan kognitif
yang lebih tinggi dan kemampuan keterampilan proses yang
berguna bagi masa depannya.
2. Bagi guru sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk
memperoleh gambaran mengenai proses pembelajaran dengan
3. Bagi peneliti sebagai bahan pembelajaran untuk dapat
melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan zaman
yakni pembelajaran berbasis masalah yang dapat memaksimalkan
8
8
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori
1. Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)
a. Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Joice adalah, “suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan sebagainya.”1
Model pembelajaran menurut Nurulwati, “kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.”2
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khas yang lebih
luas dibandingkan strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut
adalah:3
1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa
belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model
tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
1
Trianto,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana,2010) ,h.22.
2
Ibid., h. 22.
3
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran itu dapat tercapai.
Model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan
tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya), dan sifat
lingkungan belajar. Sintaks dari suatu model pembelajaran adalah
pola yang menggambarkan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada
umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran.
Sintaks ini menunjukkan dengan jelas kegiatan apa saja yang
dilakukan oleh guru dan siswa. Sintaks dari model model
pembelajaran memiliki beberapa komponen yang sama, contohnya
memotivasi siswa diawal pembelajaran dan diakhir diadakan
konfirmasi dan merangkum pokok-pokok pembelajaran.4
Model pembelajaran memiliki sistem pengelolaan dan
lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya model
pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang
fleksibel seperti tersedianya kursi dan meja yang mudah
dipindahkan.5
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu pedoman pembelajaran yang
menggambarkan prosedur pembelajaran. Prosedur tersebut berisi
rasional teoritis, tujuan pembelajaran, tingkah laku yang
diharapkan serta lingkungan belajar yang dibutuhkan. Model
pembelajaran satu dengan yang lainnya memiliki sintaks yang
sama dalam komponennya yakni ketika diawal ada konfirmasi
kemudian di akhir ada konfirmasi dan merangkum pokok
pembelajaran. Sedangkan sintaks yang berbeda terdapat pada
komponen lingkungan belajar dan sistem pengelolaannya
4
Ibid.,h.23-24.
5
10
b. Definisi PBL
Pembelajaran berbasis masalah yang kita kenal merupakan
suatu adopsi dari istilah bahasa inggris yakni Problem Based Instruction (PBI). Model ini dikenal saat zaman John Dewey.6 Model Problem Based Instruction (PBI) adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan
dan dialog. Lebih penting lagi adalah bahwa guru melakukan
scaffolding, yakni suatu kerangka dukungan yang memperkaya
inkuiri dan pertumbuhan intelektual. 7 Pembelajaran berbasis
masalah adalah cara yang tepat bagi pembelajaran berbasis
penyelidikan dimana siswa menggunakan masalah autentik sebagai
konteks untuk penyelidikan mendalam tentang apa yang mereka
butuhkan dan apa yang harus mereka ketahui.8
Secara umum pembelajaran berbasis masalah terdiri dari
menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan
bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka
untuk melakukan penyidikan dan inkuiri.Menurut John Dewey
dalam Sudjana, belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara
stimulus dan respon, merupakan hubungan dua arah belajar dan
lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa
bantuan dan masalah, sedangkan sistem syaraf otak berfungsi
menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang
dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari
pemecahannya dengan baik.9
Pengajaran berdasarkan masalah menurut Arends
merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa
mengerjakan permasalahan autentik dengan maksud untuk
6
Ibid,.h.91
7
Muslimin dan Muhammad Nur, Pembelajaran Berdasarkan Masalah,(Surabaya:UNESA-University Press,2000)h.3.
8
Behiye Akcay,Problem Based learning in Science Education,Electronic Jurnal of Turkish Sciece Education,2009,pp.1.
9
menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri,
dan keterampilan berfikir dengan tingkat lebih tinggi,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri . 10
Model pembelajaran berbasis masalah dilandasi oleh teori
belajar kontruktivistik. Pada model ini pembelajaran dimulai
dengan pengajuan permasalahan nyata yang penyelesaiannya
membutuhkan kerja sama diantara siswa-siswa. Dalam model
pembelajaran ini guru memandu siswa untuk menguraikan rencana
pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru memberi
contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang
dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru
menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada
upaya penyelidikan oleh siswa.11
Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan
menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh
pengertian serta bisa dijadikan pedomandan tujuan
belajarnya.Menurut Ratumanan, pembelajaran berdasarkan
masalah adalah pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses
berfikir tingkat tinggi12
Model Pembelajaran PBL dirancang bukan untuk
membantu guru menyampaikan informasi sebanyak-banyaknya
pada siswa. Model PBL didesain untuk membantu siswa
membangun pengetahuannya, memecahkan masalah, mengasah
intelektualitas, belajar menjadi dewasa melalui pengalaman nyata
atau suatu simulasi, serta menjadi pembelajar yang mandiri.13
10
Ibid.,h.92
11
Ibid.,h.92.
12
Ibid., h. 92.
13
12
Untuk mengetahui lebih jauh, berikut hasil pembelajaran
[image:26.595.104.525.163.710.2]yang diharapkan dalam model PBL:14
Gambar 2.1 Bagan Hasil Pembelajaran PBL.
Model PBL diharapkan dapat memberikan keterampilan
inquiry dan problem solving karena adanya pengajuan suatu masalah yang dituntut untuk dapat menemukan solusi. Siswa akan
menggunakan kemampuan berfikir analitis, kritis, dan mencari
kesimpulan berdasarkan keputusannya. Keterampilan selanjutnya
keterampilan sosial dan bersikap dewasa akan membantu siswa
mengenali situasi kehidupan dan belajar mengenai peran orang
dewasa. 15
Selain itu salah satu tujuan dalam pembelajaran PBL ini
untuk menghilangkan gap antara aktifitas pembelajaran di sekolah dan aktifitas yang berjalan dikehidupan. Siswa juga diharapkan
menjadi pembelajar mandiri dengan pengelolaan lingkungan kelas
dimana guru mendorong siswa dengan memberi penghargaan
ketika bertanya dan mencari solusi permasalahan nyata. Siswa
akan dapat menjadi pembelajar mandiri setelah terbiasa melakukan
kegiatan tersebut ketika dewasa. 16
14
Ibid.,h.382.
15
Ibid.,h.382.
16
Ibid.,h.382-384
Problem Based Learning
Keterampilan inkuiri dan
problem solving
Keterampilan sosial dan bersikap
dewasa
Keterampilan menjadi pembelajar
Berdasarkan penjelasan diatas, model PBL adalah suatu
model pembelajaran yang menekankan suatu penyelidikan
terhadap konteks masalah nyata dimana guru memandu siswa
untuk menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi
tahap-tahap kegiatan, guru memberi contoh mengenai penggunaan
keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas
tersebut dapat diselesaikan. Model PBL diharapkan dapat
menghasilkan keterampilan inquiry, problem solving, sosial,
bersikap dewasa, dan siswa menjadi pembelajar mandiri.17
c. Karakteristik Masalah dan Model PBL
Karakteristik dari model Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBL) menurut Tan adalah sebagai berikut:18
1) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.
2) Biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah
dunia nyata yang disajikan secara mengambang (ill-structured.
3) Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspective). Solusinya menuntut pembelajar menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa bab atau disiplin
ilmu bidang lainnya.
4) Masalah membuat pembelajar tertantang untuk
mendapatkan pembelajaran diranah pembelajaran yang
baru.
5) Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning.
6) Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak
dari satu sumber saja. Pencarian, evaluasi, serta
penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci penting.
17
Richard.loc.cit., h 382
18
14
7) Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.
Pembelajar belajar dalam kelompok, berinteraksi, saling
mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi.
Adapun karakteristik PBL yang diadopsi dari PBI adalah
sebagai berikut:19
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah
Bukannya mengorganisasikan disekitar
prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, PBL
mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan
masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara
pribadi bermakna untuk siswa.Mereka mengajukan situasi
kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana,
dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk
situasi itu.
2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah
mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, MTK,
dan ilmu-ilmu sosial) masalah yang akan diselidiki telah
dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa
meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. Sebagai
contoh masalah polusi yang dimunculkan dalam pelajaran
Teluk Chesapeake mencakup berbagai subjek akademik
dan terapan mata pelajaran seperti biologi, ekonomi,
sosiologi, pariwisata dan pemerintahan.
3) Penyelidikan autentik
Pembelajaran inimengharuskan siswa melakukan
penyelidikan autentik untuk penyelesaian nyata terhadap
19
masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan
membuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi,
melakukan eksperimen (jika diperlukan),
membuatinferensi, dan merumuskan kesimpulan. Metode
penyelidikan tergantung masalah yang akan dipelajari.
4) Menghasilkan produk dan memamerkannya
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa
untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya
nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau
mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka
temukan.
Produk itu juga dapat berupa laporan, model fisik,
video atau program komputer. Karya nyata dan peragaan
seperti yang kana dijelaskan kemudian, direncanakan oleh
siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya
yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan
menyediakan suatu alternatif segar terhadap suatu laporan
atau makalah.
5) Kerjasama
Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa
yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering
dalam berpasangan atau berkelompok kecil. Kerja sama
memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat
dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang
untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan
16
d. Kelebihan dan Manfaat PBL
Adapun kelebihan dari Model PBL sebagai berikut:20
1) Realistis dengan kehidupan siswa
2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
3) Memupuk sifat inkuiri siswa
4) Retensi konsep jadi kuat
5) Memupuk kemampuan problem solving
Adapun manfaat dari PBL adalah sebagai berikut:21
1) Siswa menjadi lebih ingat dan pemahamannya meningkat
atas materi ajar. Hal ini karena pengetahuan lebih dekat
dengan konteks praktik. Selain itu ketika siswa mengajukan
pertanyaan maka akan lebih memahami lebih dalam
tentang materi.
2) Meningkatkan fokus pada kemampuan yang relevan.
Merujuk kritik pendidikan di Indonesia bahwa
pembelajaran di sekoalh jauh dengan yang terjadi di dunia
praktik. Dengan model PBL ini siswa akan merasakan
konteks operasi di lapangan.
3) Mendorong untuk berfikir. Pembelajar dianjurkan untuk
tidak secara cepat menyimpulkan namun mencoba terlebih
dahulu menemukan landasan atas argumennya. Siswa
dilatih pula kemampuan berfikirnya.
4) Membangun kerja sama tim, kepemimpinan, dan
keterampilan sosial. Dalam pembelajaran ini dilakukan
dalam kelompok dimana akan berusaha memahami
perannya dalam kelompok, pengalaman kepemimpinan,
20
Trianto,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana,2010) ,h.97
21
mempertimbangkan strategi, memutuskan, dan persuasif
dengan orang lain.
5) Membangun kecakapan belajar. Siswa perlu dibiasakan
mampu belajar terus-menerus yang nanti dibutuhkan untuk
mengembangkan suatu hal dalam bidang pekerjaannnya.
6) Memotivasi siswa. Pendidik mempunyai peluang untuk
membangkitkan minat dari dalam diri siswa karena
menciptakan masalah dengan konteks pekerjaan. Hal ni
menantang mereka dan perlu dibimbing dengan baik oleh
pendidik.
e. Langkah-langkah PBL
Adapun langkah-langkah atau sintaks pengajaran dengan model
pembelajaran masalah menurut Ibrahim adalah sebagai berikut:22
1) Mengajukan masalah yang mengorientasikan siswa kepada
masalah yang autentik yaitu masalah kehidupan nyata
sehari-hari
2) Memfasilitasi atau membimbing penyelidikan misalnya
melakukan pengamatan atau melakukan percobaan
3) Memfasilitasi dialog siswa
4) Mendukung belajar siswa.
[image:31.595.103.528.109.575.2]Rincian sintaks pengajaran Model PBL dapat pula dilihat pada
tabel di bawah ini:23
22
Trianto,op. cit.,h97.
23
18
Tabel 2.1Tahap-tahap Pengajaran Model Problem Based
Learning (PBL)
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap-1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan:
1. tujuan pembelajaran
2. Logistik yang dibutuhkan
3. Mengajukan fenomena
atau demonstrasi atau
cerita untuk
memunculkan masalah
4. Motivasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahan
masalah.
Tahap-2
Mengorganisasi siswa untuk
belajar
Guru membantu siswa untuk
mendefiniskan dan
mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
Tahap 3
Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan
masalah.
Tahap 4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan,
video, dan model serta membantu
mereka untuk berbagi tugas
Tahap 5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka
dan proses-proses yang mereka
gunakan.
Kegiatan awal dari model PBL ini sama dengan tipe model lain
yakni guru mengkomunikasikan tujuan pelajaran secara jelas,
menumbuhkan sikap-sikap positif terhadap pembelajaran, dan
memberikan apa yang diharapkan untuk dilakukan siswa.24Pada
kegiatan mengorganisasi siswa untuk belajar, guru membantu untuk
merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan, serta
mengorganisasi siswa kedalam kelompok kooperatif. 25 Pda kegiatan
membimbing penyelidikan kelompok guru mendorong agar siswa
mengumpulan informasi, dan melakukan eksperimen jika diperlukan
serta penciptaan laporan atau tugas lainnya.26
Pada tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya, guru
mendorong siswa untuk menampilkan hasil karya yang sudah
ditelitinya dengan kelompok, disini tujuannya selain memamerkan
hasil karya namun juga sebagai penutup dari projek berdasarkan
masalah. 27 Pada tahap analisis dan proses pemecahan masalah
bertujuan membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses
berfikir mereka sendiri dan disamping itu juga keterampilan
penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Pada kegiatan ini
24
Muslimin dan Muhammad Nur, Pembelajaran Berdasarkan Masalah,(Surabaya:UNESA-University Press,2000).h.3.
25
Trianto, op. cit., h. 99
26
Ibid., h. 100
27
20
guru membantu siswa menrekonstruksi fikiran dan aktifitas selama
tahap-tahap proses pembelajaran berbasis masalah.28
2. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Menurut Anthony Robbins, belajar adalah proses
menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah
dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini
dimensi belajar, yaitu:29
1) Penciptaan hubungan
2) Sesuatu hal yang sudah dipahami
3) Sesuatu (pengetahuan) yang baru
Pada makna ini, belajar bukan berangkat dari sesuatu yang
benar-benar belum diketahui (nol) tapi merupakan keterkaitan dari
dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.
Belajar menurut Piaget dapat dilakukan berdasarkan
tahap-tahap perkembangan intelektual:30
1) Sensori motor (0-2 tahun)
Pada tahap ini anak mengenal lingkungan dengan
kemampuan sensorik dan motorik. Anak mengenal
lingkungan dengan penglihatan, penciuman, pendengaran,
perabaan, dan mengerak-gerakannya.
2) Pra oprasional (2-7 tahun)
Pada tahap ini anak mengandalkan diri pada
persepsi tentang realitas. Ia telah mampu menggunakan
[image:34.595.101.521.141.760.2]simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat
gambar, dan menggolong-golongkan.
28
Ibid., h. 40
29
Ibid.,h.15.
30
3) Operasional konkret (7-11 tahun)
Pada tahap operasi konkret anak dapat
mengembangkan fikiran logis. Ia dapat mengikuti
penalaran logis, walau kadang memecahkan masalah secara
trial and error.
4) Operasi formal (11- keatas)
Pada tahap ini anak dapat berfikir abstrak seperti
orang dewasa.
Piaget menegaskan pula bahwa belajar pengetahuan
meliputi tiga fase, yakni fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan
aplikasi konsep. Dalam fasa eksplorasi siswa mempelajari gejala
dengan bimbingan. Pada fase pengenalan konsep siswa mengenal
konsep yang ada hubungannya dengan gejala. Dalam fase aplikasi
konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain
lebih lanjut.31
Belajar menurut Gagne terdiri dari tiga tahap yang meliputi
sembilan fase. Tahap-tahap tersebut adalah persiapan untuk
belajar, pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi), dan alih
belajar.Berikut bagan dari tahap belajar Gagne:32
Tabel 2.2Hubungan antara Fase Belajar dan Acara Pembelajaran
Tahap-tahap Fase Belajar Acara
Pembelajaran Persiapan untuk
belajar
1. Mengarahkan
perhatian
Menarik perhatian
siswa dengan
kejadian yang tidak
seperti biasanya,
31
Ibid.,h.14.
32
[image:35.595.103.520.107.751.2]22
pertanyaan atau
perubahan stimulus.
2. Ekpektasi Memberi tahu siswa
agar mengingat
kembali hasil belajar
(apa yang telah
dipelajari) sebelumnya. 3. Retrival (informasi dan keterampilan
yang relevan
untuk memori
kerja)
Merangsang siswa
agar mengingat
kembali hasil belajar
(apa yang telah
dipelajari) sebelumnya. Pemerolehan dan unjuk perbuatan 4. Persepsi selektif
atas sifat
stimulus
Menyajikan
stimulus yang jelas
sifatnya 5. Sandi semantik Memberikan bimbingan belajar 6. Retrivaldan respon Memunculkan perbuatan siswa
7. Penguatan Memberikan balikan
informatif.
Retrival dan alih
belajar
8. Pengisyaratan Menilai perbuatan
siswa
9. Pemberlakuan
secara umum
Meningkatkan
retensi dan alih
Belajar merupakan suatu aktifitas yang dapat dilakukan
secara psikologis maupun secara fisiologis. Aktifitas yang bersifat
psikologis, yaitu aktifitas yang merupakan proses mental, misalnya
aktifitas berfikir, memahami, menyimpulkan, menyimak,
menelaah, membandingkan membedakan, mengungkapkan,
menganalisis dan sebagainya. Sedangkan aktifitas yang bersifat
fisiologis yaitu aktifitas yang merupakan proses penerapan atau
praktik, misalnya melakukan eksperimen, latihan, kegiatan praktik,
membuat karya (produk), apresiasi,dan sebagainya.33
Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang
kompleks. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu
dari lingkungan berupa keadaan alam, benda-benda, hewan-hewan,
tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dapat dijadikan
sebagai bahan belajar. 34
Prinsip-prinsip belajar diantara adalah:
1) Perhatian dan motivasi
2) Keaktifan
3) Keterlibatan langsung/ pengalaman
4) Pengulangan
5) Tantangan
6) Balikan dan penguatan
7) Perbedaan individual35
Berdasarkan beberapa definisi belajar menurut para ahli,
belajar dapat diartikan sebagai proses penciptaan hubungan yang
mengaitkan dua unsur yakni pengetahuan yang ada sebelumnya
33
Rusman,dkk.,Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2012),Cet. 2, h.7.
34
Dimyati dan Mudsjiono, Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta: Rineka Cipta, 2006),h.7
35
24
dengan pengetahuan baru yang dapat terjadi melalui beberapa
tahapan diantaranya tahap persiapan belajar, pemerolehan dan
unjuk perbuatan, dan retrival serta alih belajar.
b. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru
dan siswa dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens
dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan
sebelumnya.36
Alur proses pembelajaran diusahakan dapat berjalan efektif
[image:38.595.102.527.166.666.2]seperti dalam bagan berikut:37
Gambar 2.2 Alur Proses Pembelajaran
Pembelajaran yang kita lihat dewasa ini masih dominan
bersifat transmisif, pengejaran mentransfer dan memenuhi dengan
konsep-konsep langsung pada siswa. Dalam pandangan ini siswa secara pasif “menyerap” struktur pengetahuan guru atau yang terdapat dalam buku pelajaran. Pembelajaran hanya sekedar
penyampaian fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan pada siswa.
Menutur Soedjaji, kurikulum sekolah di Indonesia terutama pada
mata pelajaran eksak (matematika, fisika, kimia) dan dalam
pengajarannya selama ini terpatri kebiasaan dengan urutan sajian
36
Trianto,op. cit.,h.17.
37
Ibid.,h.18.
1. Kurikulum 2. Strategi 3. Metodologi
Pembelajaran Pengembangan
pembelajaran sebagai berikut: diajarkan teori, diberi contoh, dan
diberi latihan soal.38
Pandangan pembelajaran kini adalah menggunakan
pandangan kontruktivistik. Paradigma kontruktivistik merupakan
basis reformasi pendidikan saat ini. Pembelajaran lebih
mengutamakan penyelesaian masalah, mengembangkan konsep ,
konstruksi solusi dan algoritma ketimbang menghafal prosedur dan
menggunakannyauntuk memperoleh satu jawaban yang
benar.Pembelajaran kontruktivistik lebih dicirikan oleh aktifitas
eksperimentasi,pertanyaan-pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan
model-model yang dibangkitkan oleh siswa sendiri. Secara umum
terdapat lima prinsip dasar yang melandasi kelas kontruktivistik.
Hal tersebut diantaranya adalah meletakan permasalahan yang
relevan dengan kebutuhan siswa, menyusun pembelajaran di
sekitar konsep-konsep utama, menghargai pandangan siswa,
materi pembelajaran disesuaikan terhadap kebutuhan siswa,
menilai pembelajaran secara kontekstual.39
3. Pemahaman Konsep
Dalam Kamus bahasa Indonesia paham artinya mengerti
benar.40Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau
memahamkan.41.
Pemahaman merupakan salah satu jenjang dalam ranah
kognitif. Ranah kognitif merupakan ranah yang lebih banyak
melibatkan kegiatan mental/otak. 42 Siswa dapat memahami bila
mereka dapat mengkonstruksi makna dari pesan-pesan
38
Ibid., h. 18.
39
Rusman,dkk.,Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2012),Cet. 2, h.37.
40
Kemendikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online,(www.kbbi.web.id)
41 Ibid.
42
26
pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan, atau grafis, yang
disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer. 43
Pemahaman dapat diperoleh ketika siswa dapat
menghubungkan pengetahuan yang baru diterimanya dan
pengetahuan lama yang mereka simpan. Pengetahuan baru yang
didapat dipadukan dengan skema-skema dan kerangka kognitif
yang telah ada.44
Suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang
memiliki ciri-ciri umum. Stimuli adalah objek-objek atau
orang.Konsep berguna untuk mengidentifikasi objek-objek yang
ada di dunia sekitar kita dengan cara mengenali ciri-ciri
masing-masing objek.45
Menurut Ausubel, individu memperoleh konsep melalui dua
cara yaitu melalui formasi konsep dan asimilasi konsep. Menurut
Gagne, formasi konsep menyangkut cara materi atau informasi
diterima siswa. Formasi konsep diperoleh individu sebelum ia
masuk sekolah. 46 Karena proses perkembangan konsep yang
diperoleh semasa kecil termodifikasi oleh pengalaman sepanjang
perkembangan individu.47
Formasi konsep merupakan proses pembentukan konsep secara
induktif sebagai bentuk penemuan yang melibatkan proses-proses
mental yang menghasilkan generalisasi-generalisasi.48 Sedangkan
asimilasi konsep menyangkut cara bagaimana siswa dapat
mengaitkan informasi atau materi pelajaran dengan struktur
kognitif yang telah ada. Asimilasi konsep terjadi setelah anak
43
Lorin W Anderson, dan David R. Krathwol, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,Pengajaran, dan Asesmen, (Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2010), h. 105-106.
44
Ibid., h. 106
45
Oemar Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Bumi Aksara:Jakarta,2009), h.162.
46
Zulfiani,dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Uin Jakarta:Jakarta,2009), h. 28.
47
Ibid.,h.28
48
mulai memasuki bangku sekolah. Asimilasi konsep ini terjadi
secara deduktif. Biasanya anak belajar diberi atribut sehingga
mereka belajar konseptual.49
Untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui suatu konsep
paling tidak ada empat hal yang diperbuatnya:50
1) Ia dapat menyebutkan nama-nama contoh konsep bila dia
melihatnya
2) Ia dapat menyatakan ciri-ciri konsep tersebut
3) Ia dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dari
yang bukan contoh
4) Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang
berkenaan dengan konsep tersebut.
Pemahaman konsep dapat diartikan sebagai kemampuan dalam
memperoleh pengertian dan untuk mengenali suatu objek dengan
cara membedakannya dan mampu memprediksi dan memecahkan
masalah ketika dihadapkan pada suatu hal terkait pengembangan
konsep tersebut. Kemampuan ini lebih banyak dipengaruhi oleh
proses mental suatu individu.
Pemahaman konsep pada penelitian ini adalah pemhamanam
konsep dalam artian pemahaman keseluruhan indikator materi
pembelajaran kesetimbangan kimia. Tingkat pemahaman konsep
siswa dapat dihitung dengan cara jumlah jawaban benar dibagi
dengan jumlah soal kemudian dikalikan 100 %. Berikut arti tingkat
pemahaman konsep berdasarkan hasil perhitungan jumlah jawaban
benar:51
90% - 100% = Baik Sekali
80% - 89% = Baik
49
Zulfiani,dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Uin Jakarta:Jakarta,2009), h. 28.
50
Oemar Hamalik, op.cit.,h.166
51
28
70% - 79% = Cukup
-69% = Kurang
4. Konsep Kesetimbangan Kimia
Suatu zat dapat bereaksi dengan zat lain yang kemudian
menghasilkan zat baru. Reaksi tersebut umumnya disebut reaksi kimia
yang berlangsung sampai habis.. Reaksi dalam kimia ada yang dapat
berlangsung satu arah (irreversibel) dandua arah atau disebut
reversibel.Pada faktanya hanya sedikit reksi kimia yang berlangsung
satu arah. Reaksi reversibelini terjadi suatu reaksi kesetimbangan. Reaksi kesetimbangan ditulis dengan tanda panah bolak-balik ( ).52
Reaksi setimbang merupakan reaksi yang terjadi saat laju reaksi
maju sama dengan laju reaksi balik. Kesetimbangan reaksi disebut juga
kesetimbangan dinamis karena reaksi pada saat setimbang tidak dalam
keadaan diam (statis) namun terjadi dua reaksi yang berlawanan arah.
Secara umum reaksi kesetimbangan adalah sebagai berikut:53
aA + bB cC + dD
Sesuai dengan azas Le Chatelier, jika kedalam reaksi
kesetimbangan dilakukan suatu aksi, maka kesetimbangan akan
bergeser dan sekaligus mengubah komposisi zat-zat sampai menuju
reaksi dalam kesetimbangan kembali. Akan tetapi pada setiap keadaan
setimbang yang dicapai pada temperatur tetap diperoleh bahwa
perbandingan konsentrasi produk dengan konsentrasi pereaksi
masing-masing dipangkatkan dengan koefisiennya adalah tetap. Hal ini
dikemukakan oleh Cato Maximillian Gulberg dan Peter Wage pada
tahun 1864 yang dikenal dengan hukum kesetimbangan Gulberg
Wage. Reaksi tersebut dapat kita tulis sesuai dengan hukum
kesetimbangan tersebut, yaitu:54
52
Parning, dkk., Kimia,(Jakarta:Yudhistira,2012),Cet. 2, h. 141-142
53
Ibid., h.145
54
Keterangan:
Berdasarkan wujud dari zat-zat pereaksi dan produk reaksi,
kesetimbangan dapat dibedakan menjadi kesetimbangan homogen dan
kesetimbangan heterogen:55
a. Kesetimbangan Homogen
Kesetimbangan Homogen adalah kesetimbangan dimana
semua pereaksi dan dan produk reaksi berada dalam wujud
yang sama, contohnya:
1) Pereaksi dan produk reaksi dalam wujud gas, misal:
2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)
Konsentrasi reaktan dan produk ini juga dapat dinyatakan
dalam tekanan parsialnya dimana pada suhu tetap, tekanan
suatu gas berbanding lurus dengan konsentrasi dalam mol per
liter gas tersebut, artinya P= (n/V)RT, jadi untuk proses
kesetimbangannya dapat dituliskan sebagai berikut:
2) Pereaksi dan produk reaksi larut dalam zat cair yang sama,
misal:
55
30
CH3COOH(aq) + H2O(l) CH3CO (aq)+ H3 (aq)
b. Kesetimbangan Heterogen
Kesetimbangan heterogen adalah kesetimbangan dimana
terdapat lebih dari satu wujud zat dalam reaksi, misal:
1) Reaksi: CaCO3(s) CaO(s)+ CO2(g)
Reaksi kesetimbangan ini melibatkan zat padat murni,
yakni CaCO3 dan CaO. Oleh karena konsentrasi zat padat
murni adalah tetap, maka konsentrasi CaCO3 dan CaO
tidak muncul dalam persamaan tetapan kesetimbangannya.
Kc = [CO2]
2) Reaksi : PCl5(s) PCl3(s)+ Cl2(g)
Reaksi kesetimbangan ini melibatkan zat padat murni :
PCl5 dan zat cair murni PCl3. Oleh karena konsentrasi zat
padat murni adalah tetap, maka konsentrasi PCl5 dan
PCl3tidak dimasukkan ke dalam kesetimbangan, jadi
diperoleh:
Kc = [Cl2]
Dalam penulisan konstanta kesetimbangan, terdapat dua aturan
penting penulisan konstanta kesetimbangan:
1) Ketika persamaan untuk suatu reaksi reversible dituliskan
dengan arah yang berlawanan, konstanta kesetimbangannya
menjadi kebalikan dari konstanta kesetimbangan asal, sebagai
contoh:
N2O4 (g) 2NO2(g)
maka Kc =
2) Nilai K juga bergantung pada bagaimana persamaan
½ N2O4 (g) 2NO2(g) K’c =
N2O4 (g) 2NO2(g) Kc =
Dengan melihat pangkatnya kita mengetahui bahwa K’c=√ .
56
Data Kc yang diketahui dapat digunakan untuk memprediksi arah
reaksi. Semakin kecil Kc maka semakin sedikit pereaksi yang
membentuk produk reaksi. Posisi kesetimbangan ada di sbelah kiri.
Sebaliknya semakin besar Kc semakin banyak produk reaksi yang
terbentuk. Posisi kesetimbangan ada di kanan reaksi atau reaksi
berlangsung sampai tuntas, berikut tabel menganai sebarapa jauh
[image:45.595.105.524.106.597.2]reaksi berlangsung berdasarkan data Kc:57
Tabel 2.3 Prediksi Arah Kesetimbangan Berdasarkan Data Kc
Nilai Kc Seberapa Jauh reaksi berlangsung
Kc sangat kecil
(<10-3)
Posisi kesetimbangan ada di kiri
Reaksi hanya membetuk sedikit sekali produk
reaksi
Kc sangat besar
(>103)
Posisi kesetimbangan ada di kanan
Reaksi berlangsung hampir tuntas
Kc = 1 Posisi kesetimbangan kurang lebuh ada di tengah
Reaksi berimbang
Selain berdasarkan data Kc, kita juga bisa meramalkan arah
pergeseran kesetimbangan berdasarkan perbandingannya dengan Qc.
Qc (reaction quotient) adalah kuantitas yang diperoleh dengan cara mensubstitusikan konsentrasi awal ke persamaan konstanta
56
J.M.C Johari dan M. Rachmawati. Kimia 2,(Jakarta:Esis,2009),. h.137
57
32
kesetimbangan, atau disebut hasil bagi. Berikut kemungkinan tiga
kasus yang dapat terjadi:
a. Qc < Kc, perbandingan konsentrasi awal produk terhadap
reakttan terlalu kecil. Untuk mencapai kesetimbangan, reaktan
hasus diubah menjadi produk. Sistem bergeser dari kiri ke
kanan membentuk produk.
b. Qc = Kc, hal ini berarti bahwa konsentrasi awal adalah
konsentrasi kesetimbangan. Sistem berada pada
kesetimbangan.
c. Qc > Kc Perbandingan konsentrasi awal produk terhadap
reaktan terlalu besar. Untuk mencapai kesetimbangan produk
harus diubah menjadi reaktan. Sistem bergeser dari kanan ke
kiri membentuk reaktan.58
Untuk reaksi yang melibatkan gas, tetapan kesetimbangan dapat
dinyatakan dengan tekanan parsial gas dalam campurannya. Hal ini
didapat dari Hukum gas ideal dimana pada suhu tetap, tekanan suatu
gas berbanding lurus dengan konsentrasi dalam mol per liter gas
tersebut, artinya P= (n/V)RT. Apabila reaksi kesetimbangan
dinyatakan sebagai berikut:
aA + bB cC + dD
maka
dengan adalah tekana parsial dari gas A,B,C, dan
D. Untuk menentukan tekanan pasrsial dari setiap zat dapat dicari
dengan:
∑ x
58
Persamaan Kp juga dapat dinyatakan dalam Kc, yakni:
∆n gas = ∑ mol gas produk reaksi - ∑ mol gas pereaksi.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kesetimbangandiantaranya adalah sebagai berikut:59
a. Perubahan Konsentrasi
Berdasarkan asas Le Chatelier, apabila konsentrasi pereaksi
atau produk reaksi berubah, maka kesetimbangan akan bergeser
untuk mengurangi pengaruh perubahan konsentrasi yang terjadi
sampai diperoleh kesetimbangan yang baru.
Jika konsentrasi pereaksi dinaikan maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah reaksi produk untuk mengurangi pereaksi
sampai kesetimbangan baru dicapai. Sebaliknya jika
konsentrasi pereaksi diturunkan, maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah pereaksi tersebut untuk menaikkan konsentrasi
pereaksi sampai kesetimbangan baru dicapai. Jika konsentrasi
produk dinaikan maka kesetimbangan bergeser ke arah pereaksi
dan bila konsentrasi produk diturunkan maka kesetimbangan
bergeser ke arah produk untuk menaikan konsentrasinya hingga
kesetimbangan baru dicapai.
b. Perubahan Tekanan
Pengaruh perubahan tekanan terhadap kesetimbangan
reaksi berlaku hanya untuk sistem reaksi yang melibatkan gas.
Berdasarkan asas Le Chatelier, jika tekanan suatu sistem reaksi
diubah, maka kesetimbangan akan bergeser mengurangi
pengaruh perubahan tekanan ini sampai diperoleh
kesetimbangan yang baru.
59
34
c. Perubahan Suhu
Perubahan suhu terkait dengan pelepasan atau penyerapan
kalor. Berdasarkan asas Le Chatelier apabila suhu dinaikkan
(kalor bertambah), maka sistem akan menyerap kalor tersebut.
Kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi endoterm. Apabila
suhu reaksi diturunkan (kalor berkurang), maka sistem akan
melepas kalor tersebut. Kesetimbangan akan bergeser ke arah
reaksi eksoterm.
Katalisator dalam reaksi bolak balik dapat mempercepat reaksi ke
kanan atau ke kiri sehingga keadaan kesetimbangan tercapai lebih cepat.
Akan tetapi katalisator tidak dapat mengubah sususna zat-zat dalam
keadaan setimbang yang berarti katalis tidak dapat menggeser
kesetimbangan.
Dalam reaksi kesetimbangan terdapat istilah kesetimbangan
disosiasi yaitu reaksi kesetimbangan dari reaksi penguraian gas. Reaksi ini dilambangkan dengan α. Disosiasi merupakan penguraian suatu zat menjadi beberapa zat lain yang lebih sederhana:
Harga derajat disosiasi terletak antara 0 dan 1, jika:
1. α = 0 berarti tidak terjadi penguraian
2. α = 1 berarti terjadi penguraian sempurna
3. 0 < α < 1 berarti disosiasi pada reaksi setimbang.
B. Penelitian Relevan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan, penggunaan model
pembelajaran PBLdapat dijadikan model pembelajaran yang berpengaruh
baik bagi pembelajaran siswa. Diantaranya penelitian yang sejalan dengan
dengan penelitian yang berjudul Pengaruh Problem Based Learning, Motivasi Belajar, dan Intelligence Quotient Terhadap Prestasi Belajar Mata Kuliah Fisiologi Olahraga Pada Manusia. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa berdasarkan hasil analisis regresi linier, model
pembelajaran PBL memberikan pengaruh secara signifikan60
Penelitian yang dilakukan oleh S.M Raimi, dengan penelitiannya yang
berjudul Problem Based Learning Strategy and Quantitative Ability In College of Education Student Learning of Integrated Science dibuktikan
bahwa teknik Problem Based Learning memberikan cara yang baik bagi siswa untuk mempelajari sains.61
Penelitian lain yang dilakukan oleh I Wayan Madia yang berjudul
Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Prestasi Belajar
Kimia dan Konsep Diri Siswa SMA ditinjau dari Gaya Kognitif, hasil
penelitiannya adalah menunjukkan 1) terdapat perbedaan yang signifikan
model pembelajaran berbasis masalah terhadap variabel prestasi belajar
kimia siswa; 2) terdapat interaksi antara model pembelajaran antara model
pembelaja