• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh model PBL (Problem Based Learning) terhadap pemahaman konsep siswa pada materi kesetimbangan kimia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh model PBL (Problem Based Learning) terhadap pemahaman konsep siswa pada materi kesetimbangan kimia"

Copied!
255
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

Untuk Memenuni Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

ANITA SUMARYANI 109016200023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LBMBAR PENGESAHAN PEMBTMBING

SKRTPSI

Skripsi

ini

berjudul Pengaruh Model Pembelajaran

PBL

(Problem Basetl Learning) terhadap Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Kesetimbangan

Kimia

disusun oleh Anita Sumaryani,

NIM

109016200023, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan llmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Flidayatullah lakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak diajukan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Jakarta. 8 September 2014

Yang mengesahkan,

"][;".'

Salamah Asung. M.A., Ph. D

NIP.19790624 200604 2 002

Pembimbing

ll

D1,l,da

(3)

Skripsi berjudul Pengaruh

Model

pembelajaran

pBL

(problem Based Learning) terhadap Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Kesetimbangan

Kimia disusun oleh Anita Sumaryani, Nomor Induk Mahasiswa 109016200023, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal

7

oktober 2014

di

hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana

sl

(s. pd) dalam bidang pendidikan Kimia.

Jakarta, 3 Desember 2014

Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia (Program Studi Pendidikan Kimia) Dedi Irwandi. M.Si

NIP. 19710528 200003

I

002

Penguji I

Tonih Feronika. M.Pd

NIP. 19760t07 2005011 007

Penguji

II

Dedi Irwandi. M.Si

NrP. 19710528 200003

I

002

Tanggal

4/t*'

\

/'14

-

/tL

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dra. Nurlena Rifa'i. MA. Ph.D

NIP. 19591020 168603 2001

(4)

SURAT

PERNYATAAN

KARYA

ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

NIM

Jurusan

: Anita Sumaryani

:109016200023

: Pendidikan IPA/Pendidikan Kimia

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran PBL (Problem

Bosed

Learning) terhadap

Pemahaman Konsep

Siswa

pada

Materi Kesetimbangan Kimia adalah benar karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

1.

Nama Pembimbing I

NIP

Jurusan/Program Studi

2.

Nama Pembimbing

I

I Jurusan/Program Studi

Demikian surat pernyataan

ini

saya menerima segala konsekuensi apabila saya sendiri.

Salamah Agung, M.A., Ph. D

19790624200604 2 002

Pendidikan lPA/Pendidikan Kimia

Dewi Mumiati, M.Si

Pendidikan IPA/Pendidikan Kimia.

buat dengan sesungguhnya dan saya siap terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya

Jakarta, 8 September 2014 Yano Menrzahkan

Anita Sumaryani

(5)

Kimia”. Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan IPA,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,tahun 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) terhadap Materi Kesetimbangan Kimia. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Parung pada bulan November tahun 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini, siswa kelas XI IPA-4 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA-3 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa masing-masing 32 dan 31 siswa. Kelas eksperimen diberi perlakuan berupa penerapan model PBL dan kelas kontrol diberi perlakuan dengan model konvensional. Instrumen penelitian adalah tes pilihan ganda yang berjumlah 18 dengan lima alternatif jawaban. Berdasarkan uji statistik dengan taraf signifikansi 0,05 diperoleh thitung > ttabel (4,85 > 1,67) maka

Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat dapat disimpulkan terdapat pengaruh positif penerapan model pembelajaran PBL terhadap pemahaman konsep siswa pada materi kesetimbangan kimia.

Kata kunci: Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning), Materi

(6)

ABSTRACT

Anita Sumaryani (Science Education, Chemistry), Effect of Problem Based

Learning (PBL) towards student’s conceptual understanding on chemical equilibrium

The purpose of this research was to know the effect of Problem Based Learning (PBL) Model towards student’s conceptual understanding on chemical equilibrium.Using quasi experiment, this research purposive sampling were in total 63 students from SMAN 1 Parung were involved. The students were grouped in experiment group (32 students) were PBL was used in their teaching and learning process and control group (31 students) were conventional method was applied. Testing with with questionare of 18 items, the result showed that there was significant different of student result in the questionare making T>ttable

(4,85>1,67).

Keywords: Problem Based Learning (PBL) Model , chemical equilibrium,

(7)

i

Alhamdulillahirobbil’a lamin. Segala puji bagi Allah penulis panjatkan atas anugrah dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) terhadap Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Kesetimbangan Kimia”.

Shalawat serta salam semoga tercurah pada baginda Nabi Muhammad

SAW, keluarganya serta sahabatnya. Semoga kita dapat menjadikan beliau

sebagai panutan dalam menjalani hidup.

Dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan

dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hanna Susanti, M.Sc selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Salamah Agung, Ph. D sebagai pembimbing 1 yang telah memberikan

bimbingan dan ilmunya dalam proses penyelesaian skripsi. Semoga ibu selalu

diberkahi dan dirahmati oleh Allah.

5. Ibu Dewi Murniati, M.Sc sebagai pembimbing 2 yang telah memberikan

bimbingan dan ilmunya dalam proses penyelesaian skripsi. Semoga ibu selalu

diberkahi dan dirahmati oleh Allah.

6. Bapak Tonih Feronika, M.Pd dan Bapak Dedi Irwandi, M.Si sebagai

penguji yang telah memberikan ilmunya dalam proses revisi skripsi. Semoga

(8)

ii

7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah

memberikan ilmunya selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi.

Semoga Allah membalas semua kebaikan dan memberkahi ilmu yang telah

diberikan.

8. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd sebagai dosen pembimbing akademik.

9. Kepala Sekolah, guru, dan staf SMAN 1 Parung yang telah bersedia

mengizinkan penulis mengadakan penelitian.

10.Spesial bagi kedua orang tua tercinta, Bpk Sumarsono dan Ibu Yeni yang

senantiasa mendukung memberikan kasih sayang, motivasi dan doa yang

terus mengalir kepada penulis. Semoga Allah membalas segala kebaikan atas

pengorbanan yang telah diberikan oleh keduanya dan memberi keberkahan

dalam hidupnya.

11.Ade Suryani dan Fina Sumarliani, adik-adikku tersayang yang juga terus

mendukung dan memberikan motivasi.

12.Nurul Mumin, Ani Syahida, Fitria Takhlisi, Indriyani, Sri Wahyuni, Ira

Isnawati, Debby Ariyanti, Yefi, serta semua teman-teman kimia angkatan

2009 yang menjadi kk dan kawan dalam bertukar fikiran. Terima kasih

banyak semoga Allah memberi keberkahan dan menjadikan kita semua guru

yang terbaik dimata Allah dan dapat memajukan Indonesia kedepannya.

13.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyusunan skrispi ini.

Akhir kata semoga tulisan karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun

untuk menambah ilmu demi perbaikan di masa yang akan datang.

Jakarta, September 2014 Penulis

(9)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA TEORI A. Landasan Teori ... 8

1. Model Pembelajaran PBL ... 8

a. Model Pembelajaran... 8

b. Definisi PBL (Problem Based Learning) ... 10

c. Karakteristik Masalah dan Model PBL ... 13

d. Kelebihan dan Manfaat PBL ... 16

(10)

iv

2. Belajar dan Pembelajaran ... 20

a. Pengertian Belajar ... 20

b. Hakikat Pembelajaran ... 24

3. Pemahaman Konsep ... 25

4. Konsep Kesetimbangan Kimia ... 28

B. Penelitian Relevan ... 34

C. Kerangka Berfikir... 36

D. Pengajuan Hipotesis ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 38

1. Metode Penelitian ... 38

2. Desain Penelitian ... 38

C.Populasi dan sampel ... 40

1. Populasi ... 40

2. Sampel ... 40

D.Variabel Penelitian ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 41

G.Kalibrasi Instrumen ... 42

1. Validitas Tes... 42

2. Reliabilitas Tes ... 43

3. Tingkat Kesukaran ... 44

4. Daya Beda ... 45

H.Teknik Analisis Data ... 46

1. Uji Normalitas ... 46

2. Uji Homogenitas ... 46

3. Uji Hipotesis ... 47

(11)

v

a. Pretest ... 49

b. Posttest ... 51

2. Hasil Analisis Data ... 53

a. Hasil Uji Normalitas ... 53

1) Pretest ... 53

2) Posttest ... 54

b. Hasil Uji Homogenitas ... 55

1) Pretest ... 55

2) Posttest ... 56

c. Hasil Pengujian Hipotesis ... 57

1) Pretest ... 57

2) Posttest ... 58

d. Hasil N-Gain ... 59

1) Kelas Eksperimen ... 59

2) Kelas Kontrol ... 61

3. Data Hasil Tes Pemahaman Konsep ... 62

a. Kelas Eksperimen ... 62

b. Kelas Kontrol ... 64

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(12)

vi

[image:12.595.102.527.157.571.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Hasil Pembelajaran ... 12

Gambar 2.2 Alur Proses Pembelajaran ... 24

Gambar 4.1 Grafik Kategori N-Gain Kelas Eksperimen ... 60

Gambar 4.2 Grafik Kategori N-Gain Kelas Kontrol ... 62

(13)

vii

Tabel 2.2 Hubungan antara fase belajar dan acara pembelajaran ... 21

Tabel 2.3 Prediksi Arah Kesetimbangan Berdasarkan Data Kc ... 31

Tabel 3.1 Desain Penelitian... 39

Tabel 3.2 Instrumen Tes Pemahaman Konsep ... 41

Tabel 3.3 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen... 44

Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Pretest ... 49

Tabel 4.2 Pemahaman Konsep Siswa pada Pretest ... 50

Tabel 4.3 Perbandingan Hasil Posttest ... 51

Tabel 4.4 Pemahaman Konsep Siswa pada Posttest ... 52

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Skor Pretest ... 53

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Skor Posttest ... 52

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Data Skor Pretest ... 56

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Data Skor Posttest ... 56

Tabel 4.9 Uji t Hasil Tes Pemahaman Konsep Siswa Pretest ... 57

Tabel 4.10 Uji t Hasil Tes Pemahaman Konsep Siswa Posttest ... 56

Tabel 4.11 Data Hasil N-Gain Kelas Eksperimen ... 59

Tabel 4.12 Data Hasil N-Gain Kelas Kontrol ... 61

Tabel 4.13 Data Hasil Pemahaman Siswa Eksperimen ... 63

(14)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 77

Lampiran 2Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 109

Lampiran 3Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 127

Lampiran 4Kisi-kisi Instrumen ... 136

Lampiran 5Instrumen sebelum Validasi ... 165

Lampiran 6Kalibrasi Instrumen ... 177

Lampiran 7Instrumen setelah Validasi ... 180

Lampiran 8Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 186

Lampiran 9Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 188

Lampiran 10 Daftar Distribusi Frekuensi Data Pretest... 190

Lampiran 11 Daftar Distribusi Frekuensi Data Posttest ... 198

Lampiran 12 Uji Normalitas Pretest ... 206

Lampiran 13 Uji Normalitas Posttest ... 210

Lampiran 14 Uji Homogenitas Pretest ... 214

Lampiran 15 Uji Homogenitas Posttest ... 216

Lampiran 16 Perhitungan Uji Hipotesis Pretest ... 218

Lampiran 17 Perhitungan Uji Hipotesis Posttest ... 220

Lampiran 18 Rekapitulasi Pemahaman Konsep Siswa ... 222

Lampiran 19 Lembar Uji Referensi ... 230

Lampiran 20 Tabel Nilai Kritis Uji Liliefors ... 237

Lampiran 21 Tabel Distribusi Uji Fischer ... 238

Lampiran 22 Tabel Distribusi Uji-t ... 239

(15)

A. Latar Belakang Masalah

Sistem pembelajaran sains khususnya kimia sudah mulai mengalami

pergeseran paradigma dari pendekatan pembelajaran yang berpusat pada

pendidik (teacher centered) menjadi berpusat pada siswa (student centered).1 Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered)

diharapkan dapat membuat siswa terampil dalam membangun

pengetahuannya secara utuh. Keterampilan membangun pengetahuan ini

sudah seharusnya dapat diaplikasikan dalam suatu institusi pendidikan

seperti sekolah agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Hal ini sesuai

dengan isi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003.

Dalam UU Sisdiknas tersebut, dikatakan:

“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2

Ketika pendidik, siswa, dan sekolah sudah dapat berkolaborasi

dalam mewujudkan pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa, maka

dapat dipastikan bahwa kualitas pembelajaran sains khususnya kimia dapat

berjalan secara efektif. Namun pada faktanya di lapangan, masih terdapat

beberapa kendala untuk mewujudkan pembelajaran kimia yang efektif.

Salah satu kendala adalah rendahnya pemahaman pendidik dalam hal

penerapan model pembelajaran yang mendukung terjadinya pembelajaran

yang berpusat pada siswa (student centered).

1

Taufik Amir,Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2010), h.4.

2

Kemenag, Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003, 2014, h.3 (www.kemenag.go.id).

(16)

2

Meski paradigma pembelajaran sudah bergeser pada paradigma

student centered namun banyak tenaga pendidik yang masih menganut cara konvensional yakni pembelajaran berorientasi teacher centered.

Pembelajaran berorientasi teacher centered lebih menekankan siswa untuk menghafal informasi dari konsep yang diberikan oleh guru.3 Siswa hanya

dipaksa untuk mengingat dan menimbun informasi dari suatu konsep dan

kurang dalam memahami informasi tersebut sehingga dapat menghambat

tercapainya tujuan pendidikan nasional yang mengharapkan siswa untuk

cakap dan berilmu di kemudian hari.

Pembelajaran kimia adalah sebuah pembelajaran yang erat kaitannya

dengan proses penemuan dengan teknik ilmiah untuk mendapatkan suatu

produk teori, fakta, prinsip, dan hukum.4 Pembelajaran yang berorientasi

pada pembangunan pengetahuan (kontruktivistik) dapat mendukung

terjadinya proses pembelajaran dan pemerolehan konsep yang utuh dalam

kimia sebagai dasar dari kemampuan kognitif yang lebih tinggi dan

keterampilan proses siswa. Salah satu model pembelajaran yang

berorientasi pada pembelajaran kontruktivistik adalah model PBL

(Problem Based Learning).5 Model PBL adalah model pembelajaran yang erat dengan proses menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan

memfasilitasi penyelidikan dialog. Proses-proses pembelajaran ini akan

mendukung pemerolehan konsep siswa pada pembelajaran kimia.6

Konsep-konsep dalam kimia saling berkaitan. Ketika siswa

mengalami kesalahan konsep pada satu materi maka akan berpengaruh

terhadap pemahaman siswa pada konsep-konsep selanjutnya. Terkadang

tenaga pendidik kurang peka dalam mengetahui pemahaman konsep yang

3

Taufik Amir,Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2010),h.12.

4

BSNP. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia untuk Sekolah Menengah Atas atau Madrasah

Aliyah, 2013, h. 13 (www.bsnp-indonesia.org.id).

5

Rusman,dkk., Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2012), Cet. 2, h.39.

6

(17)

telah dicapai oleh siswa. Padahal hal ini pun akan menghambat keefektifan

pembelajaran. Sehingga dapat membuat tenaga pendidik kesulitan untuk

mengulang kembali penjelasan dikarenakan keterbatasan waktu

pembelajaran. Untuk itu penting bagi tenaga pendidik untuk

memperhatikan dan meneliti pemahaman konsep siswa.

Konsep-konsep yang dirasa sulit pada mata pelajaran kimia yang

sering dialami siswa adalah pada konsep mol, atom, molekul,

kesetimbangan kimia, ikatan kimia, elektrokimia, dan perubahan fasa.7

Pada penelitian ini saya memilih untuk meneliti pemahaman konsep siswa

pada materi kesetimbangan kimia. Materi kesetimbangan kimia adalah

materi yang cukup sulit dipahami oleh siswa. Hasil Simposium Nasional

Inovasi Pembelajaran dan Sains pada tahun 2011, mengatakan bahwa

terdapat beberapa konsep yang kurang dipahami siswa, contohnya siswa

tidak dapat mengaitkan nilai K dengan komposisi zat kimia saat

kesetimbangan.8 Hasil simposium tersebut menandakan kurang

maksimalnya pengembangan kemampuan siswa pada taraf berfikir

pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran materi kesetimbangan

kimia.

Model pembelajaran PBL dapat menjadi solusi yang cocok untuk

memaksimalkan pengembangan pada taraf berfikir pemahaman untuk

meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Hal ini dikuatkan oleh penelitian

pada jurnal Inovasi Pendidikan kimia bahwa terdapat peningkatan hasil

belajar siswa melalui pendekatan Keterampilan Proses Sains yang

berorientasi Problem Based Instruction atau Problem Based Learning.9

7

Gulten Sendur, Mustafa Toprak, and Esin Sahin,Analyzing of Student’s Misconceptions About Chemical Equilibrium, International Conference of New Trends and Their Implications,1,2010,pp1-7.

8

Muh Afturizaliur dan I Nyoman Marsih, Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011.h.1, 22-23 Juni 2011.Bandung, (http//portal.fi.itb.ac.id)

9

(18)

4

Dengan demikian penggunaan model PBL akan memberikan hasil positif

untuk pembelajaran kimia pada taraf berfikir pemahaman konsep.

Begitu juga pada penelitian yang berjudul Penggunaan Model PBL

pada Materi Larutan Penyangga dan Hidrolisis, terlihat bahwa setelah

diberi perlakuan dengan pembelajaran model PBL (Problem Based Learning) menggunakan metode two stay two spray kelas eksperimen mencapai ketuntasan belajar klasikan sebesar 93,8%. Pada kelas kontrol

mencapai ketuntasan 85,3%.10 Materi kimia pada jurnal tersebut sejalan

dengan materi kesetimbangan kimia dimana perlu adanya penekanan

konsep dan proses praktikum.

Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) menunjang materi kesetimbangan kimia karena memiliki ciri-ciri pembelajaran yang

diawali dengan masalah, biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia

nyata, siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan

mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan

mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan

solusi dari masalah.11 Ciri khas dari model ini adalah adanya keterbukaan,

proses yang demokratis, dan peran aktif siswa.12

Model PBL dapat membantu siswa untuk membangun kecakapan

sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerja sama tim, dan

berkomunikasi.13 Alasan hal tersebut adalah ketika model ini diterapkan

dikelas akan menantang siswa untuk bekerja sama dalam kelompoknya

untuk mencari solusi untuk masalah dunia nyata dan mengembangkan

keterampilan menjadi pembelajar mandiri.

10

Aji Trihatmo,dkk.,Penggunaan Model Problem Based Learning pada Materi Larutan Penyangga dan Hidrolisis, Journal Chemistry in Education, 2012, h.7

11

Taufik Amir,Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2010),h.12.

12

Richard.I.Arends, Learning To Teach, (New York:Mc Graw Hill,2007), pp.384.

13

(19)

Situasi belajar pada model PBL akan mengaktifkan pengetahuan

sebelumnya, memfasilitasi pembelajaran baru, secara paralel akan

diperlukan di dunia nyata dan memungkinkan pelajar akan mengingat dan

menerapkan apa yang disimpan dalam memorinya.14 Penggunaan model

PBL diharapkan dapat membuat siswa terampil dalam menganalisis

masalah dan turut aktif berkomunikasi dengan kelompok untuk

menemukan suatu solusi dari hasil pemahaman konsep yang baik pada

ranah kognitif.

Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini peneliti mengangkat

judul Pengaruh Model PBL (Problem Based Learning) terhadap Pemahaman Konsep Siswa Pada Konsep Kesetimbangan Kimia.

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang dapat diidentifikasi berdasarkan latar belakang

masalah diatas adalah:

1. Pembelajaran kimia masih menganut teacher centered yang membuat siswa bersikap pasif.

2. Diperlukan kemampuan pemahaman konsep yang baik dalam

materi kesetimbangan kimia.

3. Dibutuhkannya model pembelajaran berorientasi learner centered yang dapat memperbaiki pemahaman konsep siswa pada materi kesetimbangan kimia.

4. Belum membudayanya pendidikan yang berdasarkan masalah

yang dapat membuat siswa mampu membangun

pengetahuannya secara utuh.

14

(20)

6

C. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran PBL

(Problem Based Learning).

2. Penelitian dilakukan pada materi Kesetimbangan Kimia.

3. Penelitian dilakukan terhadap pemahaman konsep siswa

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan maka

perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah pengaruh penerapan

Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) terhadap Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Kesetimbangan Kimia?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi

bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) pada pemahaman konsep siswa pada materi kesetimbangan kimia.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini khususnya bagi

kemajuan bidang pendidikan dan pengajaran adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa sebagai jalan mengasah kemampuan mereka dalam

membangun pengetahuannya berdasarkan masalah yang disajikan

sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam

mengenai konsep terkait sebagai penunjang kemampuan kognitif

yang lebih tinggi dan kemampuan keterampilan proses yang

berguna bagi masa depannya.

2. Bagi guru sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk

memperoleh gambaran mengenai proses pembelajaran dengan

(21)

3. Bagi peneliti sebagai bahan pembelajaran untuk dapat

melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan zaman

yakni pembelajaran berbasis masalah yang dapat memaksimalkan

(22)

8

8

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA TEORI

A. Landasan Teori

1. Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)

a. Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Joice adalah, “suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman

dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran

dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat

pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer,

kurikulum, dan sebagainya.”1

Model pembelajaran menurut Nurulwati, “kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.”2

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khas yang lebih

luas dibandingkan strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut

adalah:3

1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya.

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa

belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model

tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

1

Trianto,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana,2010) ,h.22.

2

Ibid., h. 22.

3

(23)

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan

pembelajaran itu dapat tercapai.

Model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan

tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya), dan sifat

lingkungan belajar. Sintaks dari suatu model pembelajaran adalah

pola yang menggambarkan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada

umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran.

Sintaks ini menunjukkan dengan jelas kegiatan apa saja yang

dilakukan oleh guru dan siswa. Sintaks dari model model

pembelajaran memiliki beberapa komponen yang sama, contohnya

memotivasi siswa diawal pembelajaran dan diakhir diadakan

konfirmasi dan merangkum pokok-pokok pembelajaran.4

Model pembelajaran memiliki sistem pengelolaan dan

lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya model

pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang

fleksibel seperti tersedianya kursi dan meja yang mudah

dipindahkan.5

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu pedoman pembelajaran yang

menggambarkan prosedur pembelajaran. Prosedur tersebut berisi

rasional teoritis, tujuan pembelajaran, tingkah laku yang

diharapkan serta lingkungan belajar yang dibutuhkan. Model

pembelajaran satu dengan yang lainnya memiliki sintaks yang

sama dalam komponennya yakni ketika diawal ada konfirmasi

kemudian di akhir ada konfirmasi dan merangkum pokok

pembelajaran. Sedangkan sintaks yang berbeda terdapat pada

komponen lingkungan belajar dan sistem pengelolaannya

4

Ibid.,h.23-24.

5

(24)

10

b. Definisi PBL

Pembelajaran berbasis masalah yang kita kenal merupakan

suatu adopsi dari istilah bahasa inggris yakni Problem Based Instruction (PBI). Model ini dikenal saat zaman John Dewey.6 Model Problem Based Instruction (PBI) adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan

dan dialog. Lebih penting lagi adalah bahwa guru melakukan

scaffolding, yakni suatu kerangka dukungan yang memperkaya

inkuiri dan pertumbuhan intelektual. 7 Pembelajaran berbasis

masalah adalah cara yang tepat bagi pembelajaran berbasis

penyelidikan dimana siswa menggunakan masalah autentik sebagai

konteks untuk penyelidikan mendalam tentang apa yang mereka

butuhkan dan apa yang harus mereka ketahui.8

Secara umum pembelajaran berbasis masalah terdiri dari

menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan

bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka

untuk melakukan penyidikan dan inkuiri.Menurut John Dewey

dalam Sudjana, belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara

stimulus dan respon, merupakan hubungan dua arah belajar dan

lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa

bantuan dan masalah, sedangkan sistem syaraf otak berfungsi

menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang

dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari

pemecahannya dengan baik.9

Pengajaran berdasarkan masalah menurut Arends

merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa

mengerjakan permasalahan autentik dengan maksud untuk

6

Ibid,.h.91

7

Muslimin dan Muhammad Nur, Pembelajaran Berdasarkan Masalah,(Surabaya:UNESA-University Press,2000)h.3.

8

Behiye Akcay,Problem Based learning in Science Education,Electronic Jurnal of Turkish Sciece Education,2009,pp.1.

9

(25)

menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri,

dan keterampilan berfikir dengan tingkat lebih tinggi,

mengembangkan kemandirian dan percaya diri . 10

Model pembelajaran berbasis masalah dilandasi oleh teori

belajar kontruktivistik. Pada model ini pembelajaran dimulai

dengan pengajuan permasalahan nyata yang penyelesaiannya

membutuhkan kerja sama diantara siswa-siswa. Dalam model

pembelajaran ini guru memandu siswa untuk menguraikan rencana

pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru memberi

contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang

dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru

menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada

upaya penyelidikan oleh siswa.11

Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan

menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh

pengertian serta bisa dijadikan pedomandan tujuan

belajarnya.Menurut Ratumanan, pembelajaran berdasarkan

masalah adalah pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses

berfikir tingkat tinggi12

Model Pembelajaran PBL dirancang bukan untuk

membantu guru menyampaikan informasi sebanyak-banyaknya

pada siswa. Model PBL didesain untuk membantu siswa

membangun pengetahuannya, memecahkan masalah, mengasah

intelektualitas, belajar menjadi dewasa melalui pengalaman nyata

atau suatu simulasi, serta menjadi pembelajar yang mandiri.13

10

Ibid.,h.92

11

Ibid.,h.92.

12

Ibid., h. 92.

13

(26)

12

Untuk mengetahui lebih jauh, berikut hasil pembelajaran

[image:26.595.104.525.163.710.2]

yang diharapkan dalam model PBL:14

Gambar 2.1 Bagan Hasil Pembelajaran PBL.

Model PBL diharapkan dapat memberikan keterampilan

inquiry dan problem solving karena adanya pengajuan suatu masalah yang dituntut untuk dapat menemukan solusi. Siswa akan

menggunakan kemampuan berfikir analitis, kritis, dan mencari

kesimpulan berdasarkan keputusannya. Keterampilan selanjutnya

keterampilan sosial dan bersikap dewasa akan membantu siswa

mengenali situasi kehidupan dan belajar mengenai peran orang

dewasa. 15

Selain itu salah satu tujuan dalam pembelajaran PBL ini

untuk menghilangkan gap antara aktifitas pembelajaran di sekolah dan aktifitas yang berjalan dikehidupan. Siswa juga diharapkan

menjadi pembelajar mandiri dengan pengelolaan lingkungan kelas

dimana guru mendorong siswa dengan memberi penghargaan

ketika bertanya dan mencari solusi permasalahan nyata. Siswa

akan dapat menjadi pembelajar mandiri setelah terbiasa melakukan

kegiatan tersebut ketika dewasa. 16

14

Ibid.,h.382.

15

Ibid.,h.382.

16

Ibid.,h.382-384

Problem Based Learning

Keterampilan inkuiri dan

problem solving

Keterampilan sosial dan bersikap

dewasa

Keterampilan menjadi pembelajar

(27)

Berdasarkan penjelasan diatas, model PBL adalah suatu

model pembelajaran yang menekankan suatu penyelidikan

terhadap konteks masalah nyata dimana guru memandu siswa

untuk menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi

tahap-tahap kegiatan, guru memberi contoh mengenai penggunaan

keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas

tersebut dapat diselesaikan. Model PBL diharapkan dapat

menghasilkan keterampilan inquiry, problem solving, sosial,

bersikap dewasa, dan siswa menjadi pembelajar mandiri.17

c. Karakteristik Masalah dan Model PBL

Karakteristik dari model Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBL) menurut Tan adalah sebagai berikut:18

1) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.

2) Biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah

dunia nyata yang disajikan secara mengambang (ill-structured.

3) Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspective). Solusinya menuntut pembelajar menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa bab atau disiplin

ilmu bidang lainnya.

4) Masalah membuat pembelajar tertantang untuk

mendapatkan pembelajaran diranah pembelajaran yang

baru.

5) Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning.

6) Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak

dari satu sumber saja. Pencarian, evaluasi, serta

penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci penting.

17

Richard.loc.cit., h 382

18

(28)

14

7) Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.

Pembelajar belajar dalam kelompok, berinteraksi, saling

mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi.

Adapun karakteristik PBL yang diadopsi dari PBI adalah

sebagai berikut:19

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah

Bukannya mengorganisasikan disekitar

prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, PBL

mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan

masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara

pribadi bermakna untuk siswa.Mereka mengajukan situasi

kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana,

dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk

situasi itu.

2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin

Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah

mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, MTK,

dan ilmu-ilmu sosial) masalah yang akan diselidiki telah

dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa

meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. Sebagai

contoh masalah polusi yang dimunculkan dalam pelajaran

Teluk Chesapeake mencakup berbagai subjek akademik

dan terapan mata pelajaran seperti biologi, ekonomi,

sosiologi, pariwisata dan pemerintahan.

3) Penyelidikan autentik

Pembelajaran inimengharuskan siswa melakukan

penyelidikan autentik untuk penyelesaian nyata terhadap

19

(29)

masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan

mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan

membuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi,

melakukan eksperimen (jika diperlukan),

membuatinferensi, dan merumuskan kesimpulan. Metode

penyelidikan tergantung masalah yang akan dipelajari.

4) Menghasilkan produk dan memamerkannya

Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa

untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya

nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau

mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka

temukan.

Produk itu juga dapat berupa laporan, model fisik,

video atau program komputer. Karya nyata dan peragaan

seperti yang kana dijelaskan kemudian, direncanakan oleh

siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya

yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan

menyediakan suatu alternatif segar terhadap suatu laporan

atau makalah.

5) Kerjasama

Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa

yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering

dalam berpasangan atau berkelompok kecil. Kerja sama

memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat

dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang

untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk

mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan

(30)

16

d. Kelebihan dan Manfaat PBL

Adapun kelebihan dari Model PBL sebagai berikut:20

1) Realistis dengan kehidupan siswa

2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa

3) Memupuk sifat inkuiri siswa

4) Retensi konsep jadi kuat

5) Memupuk kemampuan problem solving

Adapun manfaat dari PBL adalah sebagai berikut:21

1) Siswa menjadi lebih ingat dan pemahamannya meningkat

atas materi ajar. Hal ini karena pengetahuan lebih dekat

dengan konteks praktik. Selain itu ketika siswa mengajukan

pertanyaan maka akan lebih memahami lebih dalam

tentang materi.

2) Meningkatkan fokus pada kemampuan yang relevan.

Merujuk kritik pendidikan di Indonesia bahwa

pembelajaran di sekoalh jauh dengan yang terjadi di dunia

praktik. Dengan model PBL ini siswa akan merasakan

konteks operasi di lapangan.

3) Mendorong untuk berfikir. Pembelajar dianjurkan untuk

tidak secara cepat menyimpulkan namun mencoba terlebih

dahulu menemukan landasan atas argumennya. Siswa

dilatih pula kemampuan berfikirnya.

4) Membangun kerja sama tim, kepemimpinan, dan

keterampilan sosial. Dalam pembelajaran ini dilakukan

dalam kelompok dimana akan berusaha memahami

perannya dalam kelompok, pengalaman kepemimpinan,

20

Trianto,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana,2010) ,h.97

21

(31)

mempertimbangkan strategi, memutuskan, dan persuasif

dengan orang lain.

5) Membangun kecakapan belajar. Siswa perlu dibiasakan

mampu belajar terus-menerus yang nanti dibutuhkan untuk

mengembangkan suatu hal dalam bidang pekerjaannnya.

6) Memotivasi siswa. Pendidik mempunyai peluang untuk

membangkitkan minat dari dalam diri siswa karena

menciptakan masalah dengan konteks pekerjaan. Hal ni

menantang mereka dan perlu dibimbing dengan baik oleh

pendidik.

e. Langkah-langkah PBL

Adapun langkah-langkah atau sintaks pengajaran dengan model

pembelajaran masalah menurut Ibrahim adalah sebagai berikut:22

1) Mengajukan masalah yang mengorientasikan siswa kepada

masalah yang autentik yaitu masalah kehidupan nyata

sehari-hari

2) Memfasilitasi atau membimbing penyelidikan misalnya

melakukan pengamatan atau melakukan percobaan

3) Memfasilitasi dialog siswa

4) Mendukung belajar siswa.

[image:31.595.103.528.109.575.2]

Rincian sintaks pengajaran Model PBL dapat pula dilihat pada

tabel di bawah ini:23

22

Trianto,op. cit.,h97.

23

(32)
[image:32.595.107.522.105.766.2]

18

Tabel 2.1Tahap-tahap Pengajaran Model Problem Based

Learning (PBL)

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan:

1. tujuan pembelajaran

2. Logistik yang dibutuhkan

3. Mengajukan fenomena

atau demonstrasi atau

cerita untuk

memunculkan masalah

4. Motivasi siswa untuk

terlibat dalam pemecahan

masalah.

Tahap-2

Mengorganisasi siswa untuk

belajar

Guru membantu siswa untuk

mendefiniskan dan

mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan dengan

masalah tersebut.

Tahap 3

Membimbing penyelidikan

individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang

sesuai, melaksanakan

eksperimen, untuk mendapatkan

penjelasan dan pemecahan

masalah.

Tahap 4 Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan

karya yang sesuai seperti laporan,

video, dan model serta membantu

mereka untuk berbagi tugas

(33)

Tahap 5 Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk

melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap penyelidikan mereka

dan proses-proses yang mereka

gunakan.

Kegiatan awal dari model PBL ini sama dengan tipe model lain

yakni guru mengkomunikasikan tujuan pelajaran secara jelas,

menumbuhkan sikap-sikap positif terhadap pembelajaran, dan

memberikan apa yang diharapkan untuk dilakukan siswa.24Pada

kegiatan mengorganisasi siswa untuk belajar, guru membantu untuk

merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan, serta

mengorganisasi siswa kedalam kelompok kooperatif. 25 Pda kegiatan

membimbing penyelidikan kelompok guru mendorong agar siswa

mengumpulan informasi, dan melakukan eksperimen jika diperlukan

serta penciptaan laporan atau tugas lainnya.26

Pada tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya, guru

mendorong siswa untuk menampilkan hasil karya yang sudah

ditelitinya dengan kelompok, disini tujuannya selain memamerkan

hasil karya namun juga sebagai penutup dari projek berdasarkan

masalah. 27 Pada tahap analisis dan proses pemecahan masalah

bertujuan membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses

berfikir mereka sendiri dan disamping itu juga keterampilan

penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Pada kegiatan ini

24

Muslimin dan Muhammad Nur, Pembelajaran Berdasarkan Masalah,(Surabaya:UNESA-University Press,2000).h.3.

25

Trianto, op. cit., h. 99

26

Ibid., h. 100

27

(34)

20

guru membantu siswa menrekonstruksi fikiran dan aktifitas selama

tahap-tahap proses pembelajaran berbasis masalah.28

2. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Menurut Anthony Robbins, belajar adalah proses

menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah

dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini

dimensi belajar, yaitu:29

1) Penciptaan hubungan

2) Sesuatu hal yang sudah dipahami

3) Sesuatu (pengetahuan) yang baru

Pada makna ini, belajar bukan berangkat dari sesuatu yang

benar-benar belum diketahui (nol) tapi merupakan keterkaitan dari

dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.

Belajar menurut Piaget dapat dilakukan berdasarkan

tahap-tahap perkembangan intelektual:30

1) Sensori motor (0-2 tahun)

Pada tahap ini anak mengenal lingkungan dengan

kemampuan sensorik dan motorik. Anak mengenal

lingkungan dengan penglihatan, penciuman, pendengaran,

perabaan, dan mengerak-gerakannya.

2) Pra oprasional (2-7 tahun)

Pada tahap ini anak mengandalkan diri pada

persepsi tentang realitas. Ia telah mampu menggunakan

[image:34.595.101.521.141.760.2]

simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat

gambar, dan menggolong-golongkan.

28

Ibid., h. 40

29

Ibid.,h.15.

30

(35)

3) Operasional konkret (7-11 tahun)

Pada tahap operasi konkret anak dapat

mengembangkan fikiran logis. Ia dapat mengikuti

penalaran logis, walau kadang memecahkan masalah secara

trial and error.

4) Operasi formal (11- keatas)

Pada tahap ini anak dapat berfikir abstrak seperti

orang dewasa.

Piaget menegaskan pula bahwa belajar pengetahuan

meliputi tiga fase, yakni fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan

aplikasi konsep. Dalam fasa eksplorasi siswa mempelajari gejala

dengan bimbingan. Pada fase pengenalan konsep siswa mengenal

konsep yang ada hubungannya dengan gejala. Dalam fase aplikasi

konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain

lebih lanjut.31

Belajar menurut Gagne terdiri dari tiga tahap yang meliputi

sembilan fase. Tahap-tahap tersebut adalah persiapan untuk

belajar, pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi), dan alih

belajar.Berikut bagan dari tahap belajar Gagne:32

Tabel 2.2Hubungan antara Fase Belajar dan Acara Pembelajaran

Tahap-tahap Fase Belajar Acara

Pembelajaran Persiapan untuk

belajar

1. Mengarahkan

perhatian

Menarik perhatian

siswa dengan

kejadian yang tidak

seperti biasanya,

31

Ibid.,h.14.

32

[image:35.595.103.520.107.751.2]
(36)

22

pertanyaan atau

perubahan stimulus.

2. Ekpektasi Memberi tahu siswa

agar mengingat

kembali hasil belajar

(apa yang telah

dipelajari) sebelumnya. 3. Retrival (informasi dan keterampilan

yang relevan

untuk memori

kerja)

Merangsang siswa

agar mengingat

kembali hasil belajar

(apa yang telah

dipelajari) sebelumnya. Pemerolehan dan unjuk perbuatan 4. Persepsi selektif

atas sifat

stimulus

Menyajikan

stimulus yang jelas

sifatnya 5. Sandi semantik Memberikan bimbingan belajar 6. Retrivaldan respon Memunculkan perbuatan siswa

7. Penguatan Memberikan balikan

informatif.

Retrival dan alih

belajar

8. Pengisyaratan Menilai perbuatan

siswa

9. Pemberlakuan

secara umum

Meningkatkan

retensi dan alih

(37)

Belajar merupakan suatu aktifitas yang dapat dilakukan

secara psikologis maupun secara fisiologis. Aktifitas yang bersifat

psikologis, yaitu aktifitas yang merupakan proses mental, misalnya

aktifitas berfikir, memahami, menyimpulkan, menyimak,

menelaah, membandingkan membedakan, mengungkapkan,

menganalisis dan sebagainya. Sedangkan aktifitas yang bersifat

fisiologis yaitu aktifitas yang merupakan proses penerapan atau

praktik, misalnya melakukan eksperimen, latihan, kegiatan praktik,

membuat karya (produk), apresiasi,dan sebagainya.33

Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang

kompleks. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu

dari lingkungan berupa keadaan alam, benda-benda, hewan-hewan,

tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dapat dijadikan

sebagai bahan belajar. 34

Prinsip-prinsip belajar diantara adalah:

1) Perhatian dan motivasi

2) Keaktifan

3) Keterlibatan langsung/ pengalaman

4) Pengulangan

5) Tantangan

6) Balikan dan penguatan

7) Perbedaan individual35

Berdasarkan beberapa definisi belajar menurut para ahli,

belajar dapat diartikan sebagai proses penciptaan hubungan yang

mengaitkan dua unsur yakni pengetahuan yang ada sebelumnya

33

Rusman,dkk.,Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2012),Cet. 2, h.7.

34

Dimyati dan Mudsjiono, Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta: Rineka Cipta, 2006),h.7

35

(38)

24

dengan pengetahuan baru yang dapat terjadi melalui beberapa

tahapan diantaranya tahap persiapan belajar, pemerolehan dan

unjuk perbuatan, dan retrival serta alih belajar.

b. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru

dan siswa dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens

dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan

sebelumnya.36

Alur proses pembelajaran diusahakan dapat berjalan efektif

[image:38.595.102.527.166.666.2]

seperti dalam bagan berikut:37

Gambar 2.2 Alur Proses Pembelajaran

Pembelajaran yang kita lihat dewasa ini masih dominan

bersifat transmisif, pengejaran mentransfer dan memenuhi dengan

konsep-konsep langsung pada siswa. Dalam pandangan ini siswa secara pasif “menyerap” struktur pengetahuan guru atau yang terdapat dalam buku pelajaran. Pembelajaran hanya sekedar

penyampaian fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan pada siswa.

Menutur Soedjaji, kurikulum sekolah di Indonesia terutama pada

mata pelajaran eksak (matematika, fisika, kimia) dan dalam

pengajarannya selama ini terpatri kebiasaan dengan urutan sajian

36

Trianto,op. cit.,h.17.

37

Ibid.,h.18.

1. Kurikulum 2. Strategi 3. Metodologi

Pembelajaran Pengembangan

(39)

pembelajaran sebagai berikut: diajarkan teori, diberi contoh, dan

diberi latihan soal.38

Pandangan pembelajaran kini adalah menggunakan

pandangan kontruktivistik. Paradigma kontruktivistik merupakan

basis reformasi pendidikan saat ini. Pembelajaran lebih

mengutamakan penyelesaian masalah, mengembangkan konsep ,

konstruksi solusi dan algoritma ketimbang menghafal prosedur dan

menggunakannyauntuk memperoleh satu jawaban yang

benar.Pembelajaran kontruktivistik lebih dicirikan oleh aktifitas

eksperimentasi,pertanyaan-pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan

model-model yang dibangkitkan oleh siswa sendiri. Secara umum

terdapat lima prinsip dasar yang melandasi kelas kontruktivistik.

Hal tersebut diantaranya adalah meletakan permasalahan yang

relevan dengan kebutuhan siswa, menyusun pembelajaran di

sekitar konsep-konsep utama, menghargai pandangan siswa,

materi pembelajaran disesuaikan terhadap kebutuhan siswa,

menilai pembelajaran secara kontekstual.39

3. Pemahaman Konsep

Dalam Kamus bahasa Indonesia paham artinya mengerti

benar.40Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau

memahamkan.41.

Pemahaman merupakan salah satu jenjang dalam ranah

kognitif. Ranah kognitif merupakan ranah yang lebih banyak

melibatkan kegiatan mental/otak. 42 Siswa dapat memahami bila

mereka dapat mengkonstruksi makna dari pesan-pesan

38

Ibid., h. 18.

39

Rusman,dkk.,Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2012),Cet. 2, h.37.

40

Kemendikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online,(www.kbbi.web.id)

41 Ibid.

42

(40)

26

pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan, atau grafis, yang

disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer. 43

Pemahaman dapat diperoleh ketika siswa dapat

menghubungkan pengetahuan yang baru diterimanya dan

pengetahuan lama yang mereka simpan. Pengetahuan baru yang

didapat dipadukan dengan skema-skema dan kerangka kognitif

yang telah ada.44

Suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang

memiliki ciri-ciri umum. Stimuli adalah objek-objek atau

orang.Konsep berguna untuk mengidentifikasi objek-objek yang

ada di dunia sekitar kita dengan cara mengenali ciri-ciri

masing-masing objek.45

Menurut Ausubel, individu memperoleh konsep melalui dua

cara yaitu melalui formasi konsep dan asimilasi konsep. Menurut

Gagne, formasi konsep menyangkut cara materi atau informasi

diterima siswa. Formasi konsep diperoleh individu sebelum ia

masuk sekolah. 46 Karena proses perkembangan konsep yang

diperoleh semasa kecil termodifikasi oleh pengalaman sepanjang

perkembangan individu.47

Formasi konsep merupakan proses pembentukan konsep secara

induktif sebagai bentuk penemuan yang melibatkan proses-proses

mental yang menghasilkan generalisasi-generalisasi.48 Sedangkan

asimilasi konsep menyangkut cara bagaimana siswa dapat

mengaitkan informasi atau materi pelajaran dengan struktur

kognitif yang telah ada. Asimilasi konsep terjadi setelah anak

43

Lorin W Anderson, dan David R. Krathwol, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,Pengajaran, dan Asesmen, (Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2010), h. 105-106.

44

Ibid., h. 106

45

Oemar Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Bumi Aksara:Jakarta,2009), h.162.

46

Zulfiani,dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Uin Jakarta:Jakarta,2009), h. 28.

47

Ibid.,h.28

48

(41)

mulai memasuki bangku sekolah. Asimilasi konsep ini terjadi

secara deduktif. Biasanya anak belajar diberi atribut sehingga

mereka belajar konseptual.49

Untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui suatu konsep

paling tidak ada empat hal yang diperbuatnya:50

1) Ia dapat menyebutkan nama-nama contoh konsep bila dia

melihatnya

2) Ia dapat menyatakan ciri-ciri konsep tersebut

3) Ia dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dari

yang bukan contoh

4) Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang

berkenaan dengan konsep tersebut.

Pemahaman konsep dapat diartikan sebagai kemampuan dalam

memperoleh pengertian dan untuk mengenali suatu objek dengan

cara membedakannya dan mampu memprediksi dan memecahkan

masalah ketika dihadapkan pada suatu hal terkait pengembangan

konsep tersebut. Kemampuan ini lebih banyak dipengaruhi oleh

proses mental suatu individu.

Pemahaman konsep pada penelitian ini adalah pemhamanam

konsep dalam artian pemahaman keseluruhan indikator materi

pembelajaran kesetimbangan kimia. Tingkat pemahaman konsep

siswa dapat dihitung dengan cara jumlah jawaban benar dibagi

dengan jumlah soal kemudian dikalikan 100 %. Berikut arti tingkat

pemahaman konsep berdasarkan hasil perhitungan jumlah jawaban

benar:51

90% - 100% = Baik Sekali

80% - 89% = Baik

49

Zulfiani,dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Uin Jakarta:Jakarta,2009), h. 28.

50

Oemar Hamalik, op.cit.,h.166

51

(42)

28

70% - 79% = Cukup

-69% = Kurang

4. Konsep Kesetimbangan Kimia

Suatu zat dapat bereaksi dengan zat lain yang kemudian

menghasilkan zat baru. Reaksi tersebut umumnya disebut reaksi kimia

yang berlangsung sampai habis.. Reaksi dalam kimia ada yang dapat

berlangsung satu arah (irreversibel) dandua arah atau disebut

reversibel.Pada faktanya hanya sedikit reksi kimia yang berlangsung

satu arah. Reaksi reversibelini terjadi suatu reaksi kesetimbangan. Reaksi kesetimbangan ditulis dengan tanda panah bolak-balik ( ).52

Reaksi setimbang merupakan reaksi yang terjadi saat laju reaksi

maju sama dengan laju reaksi balik. Kesetimbangan reaksi disebut juga

kesetimbangan dinamis karena reaksi pada saat setimbang tidak dalam

keadaan diam (statis) namun terjadi dua reaksi yang berlawanan arah.

Secara umum reaksi kesetimbangan adalah sebagai berikut:53

aA + bB cC + dD

Sesuai dengan azas Le Chatelier, jika kedalam reaksi

kesetimbangan dilakukan suatu aksi, maka kesetimbangan akan

bergeser dan sekaligus mengubah komposisi zat-zat sampai menuju

reaksi dalam kesetimbangan kembali. Akan tetapi pada setiap keadaan

setimbang yang dicapai pada temperatur tetap diperoleh bahwa

perbandingan konsentrasi produk dengan konsentrasi pereaksi

masing-masing dipangkatkan dengan koefisiennya adalah tetap. Hal ini

dikemukakan oleh Cato Maximillian Gulberg dan Peter Wage pada

tahun 1864 yang dikenal dengan hukum kesetimbangan Gulberg

Wage. Reaksi tersebut dapat kita tulis sesuai dengan hukum

kesetimbangan tersebut, yaitu:54

52

Parning, dkk., Kimia,(Jakarta:Yudhistira,2012),Cet. 2, h. 141-142

53

Ibid., h.145

54

(43)

Keterangan:

Berdasarkan wujud dari zat-zat pereaksi dan produk reaksi,

kesetimbangan dapat dibedakan menjadi kesetimbangan homogen dan

kesetimbangan heterogen:55

a. Kesetimbangan Homogen

Kesetimbangan Homogen adalah kesetimbangan dimana

semua pereaksi dan dan produk reaksi berada dalam wujud

yang sama, contohnya:

1) Pereaksi dan produk reaksi dalam wujud gas, misal:

2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g)

Konsentrasi reaktan dan produk ini juga dapat dinyatakan

dalam tekanan parsialnya dimana pada suhu tetap, tekanan

suatu gas berbanding lurus dengan konsentrasi dalam mol per

liter gas tersebut, artinya P= (n/V)RT, jadi untuk proses

kesetimbangannya dapat dituliskan sebagai berikut:

2) Pereaksi dan produk reaksi larut dalam zat cair yang sama,

misal:

55

(44)

30

CH3COOH(aq) + H2O(l) CH3CO (aq)+ H3 (aq)

b. Kesetimbangan Heterogen

Kesetimbangan heterogen adalah kesetimbangan dimana

terdapat lebih dari satu wujud zat dalam reaksi, misal:

1) Reaksi: CaCO3(s) CaO(s)+ CO2(g)

Reaksi kesetimbangan ini melibatkan zat padat murni,

yakni CaCO3 dan CaO. Oleh karena konsentrasi zat padat

murni adalah tetap, maka konsentrasi CaCO3 dan CaO

tidak muncul dalam persamaan tetapan kesetimbangannya.

Kc = [CO2]

2) Reaksi : PCl5(s) PCl3(s)+ Cl2(g)

Reaksi kesetimbangan ini melibatkan zat padat murni :

PCl5 dan zat cair murni PCl3. Oleh karena konsentrasi zat

padat murni adalah tetap, maka konsentrasi PCl5 dan

PCl3tidak dimasukkan ke dalam kesetimbangan, jadi

diperoleh:

Kc = [Cl2]

Dalam penulisan konstanta kesetimbangan, terdapat dua aturan

penting penulisan konstanta kesetimbangan:

1) Ketika persamaan untuk suatu reaksi reversible dituliskan

dengan arah yang berlawanan, konstanta kesetimbangannya

menjadi kebalikan dari konstanta kesetimbangan asal, sebagai

contoh:

N2O4 (g) 2NO2(g)

maka Kc =

2) Nilai K juga bergantung pada bagaimana persamaan

(45)

½ N2O4 (g) 2NO2(g) K’c =

N2O4 (g) 2NO2(g) Kc =

Dengan melihat pangkatnya kita mengetahui bahwa K’c=√ .

56

Data Kc yang diketahui dapat digunakan untuk memprediksi arah

reaksi. Semakin kecil Kc maka semakin sedikit pereaksi yang

membentuk produk reaksi. Posisi kesetimbangan ada di sbelah kiri.

Sebaliknya semakin besar Kc semakin banyak produk reaksi yang

terbentuk. Posisi kesetimbangan ada di kanan reaksi atau reaksi

berlangsung sampai tuntas, berikut tabel menganai sebarapa jauh

[image:45.595.105.524.106.597.2]

reaksi berlangsung berdasarkan data Kc:57

Tabel 2.3 Prediksi Arah Kesetimbangan Berdasarkan Data Kc

Nilai Kc Seberapa Jauh reaksi berlangsung

Kc sangat kecil

(<10-3)

Posisi kesetimbangan ada di kiri

Reaksi hanya membetuk sedikit sekali produk

reaksi

Kc sangat besar

(>103)

Posisi kesetimbangan ada di kanan

Reaksi berlangsung hampir tuntas

Kc = 1 Posisi kesetimbangan kurang lebuh ada di tengah

Reaksi berimbang

Selain berdasarkan data Kc, kita juga bisa meramalkan arah

pergeseran kesetimbangan berdasarkan perbandingannya dengan Qc.

Qc (reaction quotient) adalah kuantitas yang diperoleh dengan cara mensubstitusikan konsentrasi awal ke persamaan konstanta

56

J.M.C Johari dan M. Rachmawati. Kimia 2,(Jakarta:Esis,2009),. h.137

57

(46)

32

kesetimbangan, atau disebut hasil bagi. Berikut kemungkinan tiga

kasus yang dapat terjadi:

a. Qc < Kc, perbandingan konsentrasi awal produk terhadap

reakttan terlalu kecil. Untuk mencapai kesetimbangan, reaktan

hasus diubah menjadi produk. Sistem bergeser dari kiri ke

kanan membentuk produk.

b. Qc = Kc, hal ini berarti bahwa konsentrasi awal adalah

konsentrasi kesetimbangan. Sistem berada pada

kesetimbangan.

c. Qc > Kc Perbandingan konsentrasi awal produk terhadap

reaktan terlalu besar. Untuk mencapai kesetimbangan produk

harus diubah menjadi reaktan. Sistem bergeser dari kanan ke

kiri membentuk reaktan.58

Untuk reaksi yang melibatkan gas, tetapan kesetimbangan dapat

dinyatakan dengan tekanan parsial gas dalam campurannya. Hal ini

didapat dari Hukum gas ideal dimana pada suhu tetap, tekanan suatu

gas berbanding lurus dengan konsentrasi dalam mol per liter gas

tersebut, artinya P= (n/V)RT. Apabila reaksi kesetimbangan

dinyatakan sebagai berikut:

aA + bB cC + dD

maka

dengan adalah tekana parsial dari gas A,B,C, dan

D. Untuk menentukan tekanan pasrsial dari setiap zat dapat dicari

dengan:

x

58

(47)

Persamaan Kp juga dapat dinyatakan dalam Kc, yakni:

∆n gas = ∑ mol gas produk reaksi - ∑ mol gas pereaksi.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

kesetimbangandiantaranya adalah sebagai berikut:59

a. Perubahan Konsentrasi

Berdasarkan asas Le Chatelier, apabila konsentrasi pereaksi

atau produk reaksi berubah, maka kesetimbangan akan bergeser

untuk mengurangi pengaruh perubahan konsentrasi yang terjadi

sampai diperoleh kesetimbangan yang baru.

Jika konsentrasi pereaksi dinaikan maka kesetimbangan

akan bergeser ke arah reaksi produk untuk mengurangi pereaksi

sampai kesetimbangan baru dicapai. Sebaliknya jika

konsentrasi pereaksi diturunkan, maka kesetimbangan akan

bergeser ke arah pereaksi tersebut untuk menaikkan konsentrasi

pereaksi sampai kesetimbangan baru dicapai. Jika konsentrasi

produk dinaikan maka kesetimbangan bergeser ke arah pereaksi

dan bila konsentrasi produk diturunkan maka kesetimbangan

bergeser ke arah produk untuk menaikan konsentrasinya hingga

kesetimbangan baru dicapai.

b. Perubahan Tekanan

Pengaruh perubahan tekanan terhadap kesetimbangan

reaksi berlaku hanya untuk sistem reaksi yang melibatkan gas.

Berdasarkan asas Le Chatelier, jika tekanan suatu sistem reaksi

diubah, maka kesetimbangan akan bergeser mengurangi

pengaruh perubahan tekanan ini sampai diperoleh

kesetimbangan yang baru.

59

(48)

34

c. Perubahan Suhu

Perubahan suhu terkait dengan pelepasan atau penyerapan

kalor. Berdasarkan asas Le Chatelier apabila suhu dinaikkan

(kalor bertambah), maka sistem akan menyerap kalor tersebut.

Kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi endoterm. Apabila

suhu reaksi diturunkan (kalor berkurang), maka sistem akan

melepas kalor tersebut. Kesetimbangan akan bergeser ke arah

reaksi eksoterm.

Katalisator dalam reaksi bolak balik dapat mempercepat reaksi ke

kanan atau ke kiri sehingga keadaan kesetimbangan tercapai lebih cepat.

Akan tetapi katalisator tidak dapat mengubah sususna zat-zat dalam

keadaan setimbang yang berarti katalis tidak dapat menggeser

kesetimbangan.

Dalam reaksi kesetimbangan terdapat istilah kesetimbangan

disosiasi yaitu reaksi kesetimbangan dari reaksi penguraian gas. Reaksi ini dilambangkan dengan α. Disosiasi merupakan penguraian suatu zat menjadi beberapa zat lain yang lebih sederhana:

Harga derajat disosiasi terletak antara 0 dan 1, jika:

1. α = 0 berarti tidak terjadi penguraian

2. α = 1 berarti terjadi penguraian sempurna

3. 0 < α < 1 berarti disosiasi pada reaksi setimbang.

B. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang telah dilakukan, penggunaan model

pembelajaran PBLdapat dijadikan model pembelajaran yang berpengaruh

baik bagi pembelajaran siswa. Diantaranya penelitian yang sejalan dengan

(49)

dengan penelitian yang berjudul Pengaruh Problem Based Learning, Motivasi Belajar, dan Intelligence Quotient Terhadap Prestasi Belajar Mata Kuliah Fisiologi Olahraga Pada Manusia. Hasil penelitiannya

menyatakan bahwa berdasarkan hasil analisis regresi linier, model

pembelajaran PBL memberikan pengaruh secara signifikan60

Penelitian yang dilakukan oleh S.M Raimi, dengan penelitiannya yang

berjudul Problem Based Learning Strategy and Quantitative Ability In College of Education Student Learning of Integrated Science dibuktikan

bahwa teknik Problem Based Learning memberikan cara yang baik bagi siswa untuk mempelajari sains.61

Penelitian lain yang dilakukan oleh I Wayan Madia yang berjudul

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Prestasi Belajar

Kimia dan Konsep Diri Siswa SMA ditinjau dari Gaya Kognitif, hasil

penelitiannya adalah menunjukkan 1) terdapat perbedaan yang signifikan

model pembelajaran berbasis masalah terhadap variabel prestasi belajar

kimia siswa; 2) terdapat interaksi antara model pembelajaran antara model

pembelaja

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Hasil Pembelajaran ......................................................
Gambar 2.1 Bagan Hasil Pembelajaran PBL.
tabel di bawah ini:23
Tabel 2.1Tahap-tahap Pengajaran Model Problem Based
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan media

jukkan bahwa pembelajaran materi kesetimbangan kimia dengan model problem solving lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis.. Kata kunci : model pembelajaran

Skripsi berjudul “ Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran Yang Menggunakan Macromedia Flash Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas X

karunia-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) Pada Mata Pelajaran Ipa

Sedangkan berdasarkan hasil uji coba formatif yang telah dilakukan, modul kimia SMA berbasis problem based learning (PBL) pada materi kelarutan dan tetapan hasil kali

12 Sry Astuti, dkk., Pengembangan LKPD Berbasis PBL (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Kesetimbangan Kimia,

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaraan Problem Based Learning (PBL) pada materi hukum-hukum dasar kimia

Skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Menggunakan Media Kartu Pintar dan Kartu Soal Terhadap Pemahaman Konsep Kimia