• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN IDENTIFIKASI PERCAYA DIRI PADA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan " MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN IDENTIFIKASI PERCAYA DIRI PADA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN IDENTIFIKASI PERCAYA DIRI PADA

MATERI IKATAN KIMIA

DI SMA NEGERI 13 PEKANBARU

Helmy Hidayat1, Maria Erna2, Lenny Anwar3

1Program Studi Magister Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Riau. Jl. H.R. Soebrantas Km 12,5 Panam, Pekanbaru, 28293, Indonesia

2Universitas Riau,Jl H.R. Soebrantas Km 12,5 Panam, Pekanbaru,28293, Indonesia

*Email: helmyhidayat82@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk untuk melihat peningkatan pemahaman konsep dan identifikasi percaya diri dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi ikatan kimia. Jenis penelitian ini adalah adalah Pre- Ekperimental design dan deskriptif. Peningkatan pemahaman konsep menggunakan langkah-langkah one group pretest-posttest dan identifikasi percaya diri menggunakan angket. Sampel penelitian ini adalah peserta didik Kelas X MIA 1 di SMA Negeri 13 Pekanbaru berjumlah 36 orang. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu, tes kemampuan pemahaman konsep dan angket identifikasi percaya diri peserta didik.

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif kuantitatif yaitu dengan menghitung persentase nilai pemahaman konsep peserta didik. Hasil analisa data diperoleh bahwa terjadi peningkatan pemahaman konsep ikatan kimia dari 37,28 (pretest) menjadi 81,39 (hasil posttest) yakni mengalami kenaikan 44,11. Hasil analisa deskriptif kuantitatif dengan Uji paired sample t-test dengan nilai signifikansi sebesar 0,000<0,05. Hasil identifikasi percaya diri peserta didik diperoleh 81,94 dengan kategori sangat baik.

Kata kunci: ikatan kimia, pemahaman konsep, identifikasi percaya diri, Problem Based Learning

ABSTRACT

This study aims to see the extent to which the understanding of concepts and self- confidence identification by applying the Problem Based Learning (PBL) learning model to chemical bonding materials. Design of research is a pre-experimental design and descriptive. Increased understanding of concepts using one group pretest- posttest steps and self-confidence identification using a questionnaires. The sample of this research was 36 students of Class X MIA 1 in SMA Negeri 13 Pekanbaru City. Data collection techniques in the study were students' conceptual understanding ability tests and self-confidence questionnaires. The results of the data analysis showed that there was an increase in understanding of the concept of chemical bonds from 37.28 (pretest) to 81.39 (posttest), which was an increase of 44.11. The result of Quantitative descriptive analysis using paired sample t-test with a significance value of 0.000 <0.05.The results of the students' confidence identification obtained 81.94 in the very good category.

Keywords: chemical bonding, concept understanding, self-confidence identification, Problem Based Learning

1.PENDAHULUAN

(2)

Peningkatan dan perbaikan mutu pendidikan tidak dapat terlepas dari berbagai upaya. Salah satunya

upaya pemerintah adalah

menerapkan dan mengembangkan kurikulum berbasis kompetensi pada tahun 2004 dan 2006 menjadi kurikulum 2013 dengan tiga ranah kompetensi, yaitu: pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tahap pelaksanaan kurikulum 2013 berfokus pada kegiatan aktif siswa melalui suatu proses ilmiah dengan tujuan agar pembelajaran tidak hanya menciptakan peserta didik yang mempunyai kompetensi pengetahuan saja, tetapi juga mampu menciptakan peserta didik yang baik dalam sikap dan keterampilan.

Bukan hanya sekedar di kelas saja akan tetapi kurikulum sekarang mengarahkan peserta didik dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari- hari. Proses pembelajaran harus diubah dari teacher centered ke student centered, metode yang semula di dominasi oleh ekspositori berganti ke partisipatori dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual dengan keseimbangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sesuai dengan kurikulum 2013 revisi peserta didik dituntut untuk mampu berinteraksi, berargumen, berdebat, dan berkolaborasi sehingga fungsi guru dari pengajar berubah dengan sendirinya menjadi fasilitator bagi peserta didik dalam proses belajar mengajar di kelas. Bahwa proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks segala sesuatunya berarti. Setiap kata, pikiran, tindakan dan asosiasi serta sejauh

mana guru mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran (Depoter, 2007).

Pelajaran kimia merupakan cabang dari kelompok Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang lebih mengutamakan sikap positif,

pemahaman konsep dan

mengembangkan keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah. Tujuan yang ada dalam pelajaran kimia dapat dicapai apabila semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran dilibatkan secara aktif dan saling mendukung satu dan yang lainnya.

Guru memegang peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran, baik dari hasil nilai belajar maupun pemahaman konsep dan munculnya sikap percaya diri peserta didik.

Kesulitan utamanya adalah siswa hanya bisa mengulangi definisi dari istilah-istilah yang ada dalam materi ikatan kimia, namun tidak benar- benar memahami arti sebenarnya, atau dapat dikatakan siswa belum mampu untuk menerapkan konsep ikatan kimia dan cenderung masih mengandalkan hafalannya. Selama dua dasawarsa ini banyak peneliti menemukan bahwa siswa kurang memahami konsep ikatan kimia secara mendalam dan gagal mengintegrasikan model mental ke dalam suatu kerangka konseptual yang koheren (Farida, 2013).

Bila pemahaman siswa terhadap suatu konsep tidak sesuai dengan pemahaman para ahli, maka dapat dikatakan siswa mengalami miskonsepsi atau kesalahan konsep.

Kesalahan konsep ini yang menyebabkan kesulitan belajar siswa, sehingga hasil belajar yang

(3)

diperoleh menjadi rendah (Istijabatun, 2008).

Dalam hal ini model pembelajaran yang mengintegrasikan dengan masalah salah satunya adalah model Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran dengan model PBL memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi

pengetahuannya melalui

penyelidikan suatu masalah yang ada disekitar lingkungannya.

nteraksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan (Dewey, 2007).

Hal tersebut diperkuat dengan penelitian tentang model PBL yang pernah dilakukan oleh Wasonowati (2014) yang menyatakan bahwa penerapan model PBL dapat memberikan dampak positif terhadap aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Selanjutnya, Kusdemir (2013) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah memberikan dampak positif pada peserta didik, yang berdampak pada meningkatnya prestasi belajar peserta didik. Demikian juga Zheng (2013) menyatakan penerapan PBL dalam pembelajaran dapat memudahkan peserta didik memecahkan permasalahan yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut Astika (2013) juga menyatakan bahwa dengan menggunakan model PBL dapat meningkatkan sikap ilmiah dan dan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Lebih lanjut, Qianli (2008) menyatakan model PBL dapat mendorong peserta didik untuk memecahkan suatu permasalahan sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang logis.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Penerapan Model Problem Based Learning untuk meningkatkan pemahaman konsep dan percaya diri pada materi pembelajaran ikatan kimia di SMA Negeri 13 Pekanbaru.

2.METODE PENELITIAN

Penelitian ini mengacu pada pendekatan penelitian kuantitatif.

Menurut Sukmadinata (2010) penelitian kuantitatif didasari pada filsafat positivisme yang menekankan fenomena objektif yang dikaji secara kuantitatif atau dilakukan dengan menggunakan angka, pengolahan statistik, struktur, dan percobaan terkontrol.

Jenis penelitian ini adalah Pre-

Ekperimental design dan

dikembangkan menggunakan langkah-langkah one group pretest- posttest design. Bahwa penelitian eksperimen yaitu penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali Sugiyono (2007).

Sampel penelitian ini sampelnya adalah peserta didik kelas X MIA 1 SMAN 13 Pekanbaru sebagai kelas eksperimen berjumlah 36 orang.

Teknik pengumpulan data

mengunakan kuisioner. Untuk variabel pemahaman konsep kelompok diberikan pretest di awal sebelum perlakuan dengan cara memberikan soal-soal pretest sebanyak 25 pertanyaan dengan 4 materi pembelajaran ikatan kimia yaitu: kestabilan unsur dan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen polar dan non polar dan ikatan

(4)

kovalen koordinasi. Jenis pertanyaaan menggunakan two tire multiple choice.

Sedangkan untuk variabel identifikasi percaya diri menggunakan angket berjumlah 20 pernyataan dengan 5 indikator yaitu: Percaya kepada kemampuan diri sendiri, Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, Menghargai diri dan usaha sendiri, Bersemangat ketika mengemukakan pendapat ketika diskusi, Berani menghadapi tantangan dengan menggunakan skala likert. Hasil angket diberi skor dan dalam bentuk ceklis (√). Setiap butir pertanyaan terdiri atas sebuah pertanyaan dan kolom jawaban memiliki 5 alternatif pilihan yaitu Sangat Sering (SS), Sering (S), Kadang-kadang (KK), Jarang (Jr), dan Tidak Pernah (TP).

Analisis ini dilakukan dengan melibatkan satu kelas sampel dengan menggunakan model One Group Pretest- Posttest Design.

Pelaksanaan pretest untuk mengukur variable terikat pelaksanaan perlakuan atau eksperimen. Pelaksanaan posttest untuk mengukur hasil atau dampak pada variabel terikat dengan menggunakan uji independent sample t test.

3.HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun langkah-langkah penelitian yaitu. Tahapan 1.

Kelompok diberikan pretest di awal sebelum perlakuan dengan cara memberikan soal-soal pretest sebanyak 25 pertanyaan. Jenis pertanyaaan menggunakan two tire multiple choice. Proses tersebut dilakukan pada kelas X MIA 1 berjumlah 36 orang.

Tahapan 2, terdiri dari 5 fase.

Pemberian perlakuan dengan cara penerapan model pembelajaran Problem Based Learning selama 100 menit. Fase 1 yaitu melakukan orientasi siswa pada masalah. Pada tahapan ini guru meminta siswa mengamati (observing) masalah yang disajikan dalam LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik). Fase 2 yaitu mengorganisasikan siswa belajar.

Pada fase ini guru mencermati siswa

bekerja dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan memberikan bantuan bila mengalami kesulitan.

Fase 3 yaitu membimbing penyelidikan individu dan kelompok.

Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan percobaan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Fase 4 yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya dengan cara Mengasosiasi (Associating). Guru meminta siswa melihat hubungan berdasarkan informasi atau data terkait dan melakukan analisa literatur untuk menyelesaikan masalah. Pada fase ini terlihat bahwa peserta didik mampu menyiapkan hasil karya berdasarkan literatur dan mampu menyampaikan kendala dalam bentuk diskusi dan tanya jawab. Fase 5 yaitu menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada fase ini guru meminta siswa menyiapkan laporan hasil diskusi kelompok secara rapi, rinci dan sistematis. Guru mencermati siswa bekerja menyusun laporan hasil secara rapi, rinci, sistematis.

Melakukan diskusi, dan memberikan bantuan jika diperlukan.

Tahapan 2 ini diakhiri dengan aktifitas refleksi. Guru dan peserta didik melakukan refleksi untuk menyadari adanya keteraturan

(5)

struktur partikel materi sebagai wujud kebesaran Tuhan TME dan pengetahuan tentang struktur partikel materi sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif. Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi pembelajaran.

Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas dan meminta siswa untuk mempelajari materi selanjutnya

Tahapan 3. Pada tahapan ini peserta didik diberikan posttest dengan jenis dan jumlah pertanyaan yang sama dengan pretest selama 50-60 menit. Kemudian peneliti melakukan analisis hasil pretest dan posttest dengan menggunakan uji one sample t-test.

Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep

merupakan salah satu aspek penilaian kimia yang bertujuan mengetahui kompetensi atau kemampuan siswa dalam menerima dan memahami konsep dasar kimia. Pengujian hasil pemahaman konsep ini dilakukan berdasarkan hasil pretest dan posttest yang telah dilakukan. Pengujian data tersebut dilakukan jika telah dilakukan uji normalitas data. Hasil uji normalitas tersebut terdistribusi normal dan dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

P r e

e s

,164 36 ,016 ,934 36 ,033

P o s

e s

,074 36 ,200* ,973 36 ,521

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa kedua data memiliki sighitung >

α sehingga dapat disimpulkan bahwa data pretest dan posttest terdistribusi normal pada taraf signifikan (α = 0,05).

Tabel 2. Frekuensi nilai Pretest

Nilai Prete

st Fi Xi Xi2 FiXi FiXi2 20-

29 11 24,5 600,25 269,

5 6602,7 5 30-39 11 34,5 1190,2

5 379,

5 13092, 75 40-

49 6 44,5 1980,2

5 267 11881, 50- 5

59 7 54,5 2970,2

5 381,

5 20791, 75 60-

69 1 64,5 4160,2

5 64,5 4160,2 5 Jumla

h n=

36 222,

5 10901,

25 136

2 56529

Berdasarkan tabel 2 diperoleh hasil nilai minimum pretest adalah 20 sedangkan nilai maksimum 64.

Rerata nilai pretest adalah 37,28.

Kategori nilai pretest rendah berjumlah 4 orang (nilai 20-25), kategori nilai sedang berjumlah 24 orang (nilai 26-49) dan kategori nilai tinggi berjumlah 8 orang (nilai >

50). Kemudian dilanjutkan dengan proses analisis posttest yang tertuang pada tabel 3 berikut ini.

(6)

Tabel 3 Frekuensi nilai Posttest

Nilai

Pretest Fi Xi Xi2 FiXi FiXi2 60-69 3 64,5 4160,

25 193,

5 12480, 75 70-79 1

2 74,5 5550,

25 894 66603

80-89 1

4 84,5 7140,

25 118

3 99963, 5 90-99 7 94,5 8930,

25 661,

5 62511, 75 Jumlah 3

6 318 25781 293

2 24155

9

Berdasarkan tabel 3 diperoleh hasil nilai minimum

posttest adalah 60 sedangkan nilai maksimum 96. Rerata nilai pretest adalah 81,39.

Kategori nilai posttest rendah 3 orang (nilai < 70), kategori nilai sedang 28 orang (nilai 70- 90) dan kategori nilai tinggi 5 orang (nilai > 90). Tahapan selanjutnya peneliti melakukan uji paired sample T test bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata- rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan.

Hasil uji tersebut dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Uji paired samples t test Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean Std.

Deviation

Std.

Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Pretes t- Postes t

- 44,1111

1

12,85474 2,1424

6 -48,46053 -39,76169 - 20,58

9

35 ,000

Hasil uji tersebut diperoleh kenaikan rerata pretest dan posttest sebesar 44.11 dengan sig 0,000.

Artinya nilai sig < 0,05 menunjukkan terlihat kenaikan yang signifikan hasil pemahaman konsep peserta didik. Tabel hasil Mean didapat dari hasil selisih rata-rata dari pretest dan posttest sebesar -44,11. Nilai negative berarti telah terjadi kenaikan rerata nilai dari pretest ke posttest. Tahapan analisis selajutnya untuk mencari perbedaan variasi antar kelompok (between groups) dan variasi di dalam kelompok (within groups). Proses tersebut dilakukan dengan menggunakan uji Anova one way terlihat pada tabel 5 berikut ini.

Tabel 5 Uji Anova One Way

Sum of

Squares Df Mean

Square F Sig.

Between

Groups 35024,2

22 1 35024,2

22 320,91

2 ,000

Within

Groups 7639,77

8 70 109,140 Total 42664,0

00 71

Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa nilai rerata pada between group lebih besar dari within group.

Artinya intervensi tersebut memberikan efek yang berbeda dengan kata lain nilai mean yang dibandingkan menunjukkan perbedaan yang signifikan (sig <

0,05).

Berdasarkan hasil pemahaman konsep terdapat 4 materi pembelajaran sebagai indikator keberhasilan model pembelajaran yaitu: kestabilan unsur dan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen polar dan non polar dan ikatan kovalen koordinasi.

Hasil distribusi frekuensi tersebut dapat dilihat pada grafik 1 berikut ini.

(7)

42% 36% 37%

16%

81% 84% 78% 82%

PRETEST POSTTEST

Grafik 1.

Perbandingan Indikator Pembelajaran

Berdasarkan grafik 1 terdapat perbedaan signifikan antara nilai pretest dan posttest pada setiap indikator materi pembelajaran. Pada materi kestabilan unsur dan ikatan ion terjadi peningkatan sebesar 39, nilai ikatan kovalen terjadi peningkatan sebesar 48, nilai ikatan kovalen polar dan non polar terjadi peningkatan sebesar 41 sedangkan nilai ikatan kovalen koordinasi menunjukkan kenaikan nilai paling signifikan sebesar 66.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jahro dan Ridho (2015) tentang implementasi PBL dalam materi Hidrokarbon yang dilakukan pada kedua kelas eksperimen dengan perlakuan pretest dan posttest.

Model PBL ini dikatakan efektif digunakan karena model pengajaran

yang bercirikan adanya

permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan (Shoimin, 2014).

Penelitian Nelli (2016) menerangkan bahwa peserta didik juga memberikan tanggapan yang baik terhadap implementasi model PBL, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model

PBL dapat meningkatkan hasil belajar dan sikap ilmiah peserta didik. Bila ditelaah kembali bahwa penerapan model PBL ini dinilai sangat efektif dalam peningkatan kualitas pembelajaran peserta didik.

Menurut Hesson dan Shed (2007) untuk meningkatkan kualitas peserta didik, guru harus melaksanakan proses mengajar yang efektif, dengan memilih metode yang tepat untuk setiap bahan pelajaran. Pemilihan berbagai variasi metode mengajar harus sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Kusdemir (2013) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah memberikan dampak positif pada peserta didik, yang berdampak pada meningkatnya prestasi belajar peserta didik. Penerapan PBL dalam pembelajaran dapat memudahkan peserta didik memecahkan permasalahan yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung (Zheng, 2013)

Masih rendahnya kualitas pembelajaran di Indonesia terlihat dari salah satu indikator peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index) Indonesia meliputi peringkat pencapaian pendidikan berada di urutan 124 dari 183 negara di dunia.

Selain itu, media yang digunakan kurang maksimal juga menjadi salah satu faktor rendahnya hasil belajar siswa (Ernawati, 2013)

Percaya diri

Percaya diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari.

Pada penelitian pengukuran nilai identifikasi percaya diri dilakukan menggunakan angket. Bentuk angket

(8)

berupa 20 pernyataan dengan skala likert.

Terdapat lima indikator percaya diri yaitu: percaya kepada kemampuan diri sendiri, bertindak

mandiri dalam mengambil

keputusan, menghargai diri dan usaha sendiri, bersemangat ketika mengemukakan pendapat ketika diskusi dan berani menghadapi tantangan. Tiap indikator ada 4 pernyataan. Pada indikator percaya diri ada lima indikator tersebut terdapat 4 indikator sangat baik (81- 100) dan 1 indikator baik (61-80) dengan rerata nilai 81,94 (kategori sangat baik). Artinya model Problem Based Learning dinilai mampu memunculkan rasa percaya diri peserta didik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa identifikasi tingkat percaya diri peserta didik tentang ikatan kimia memberikan nilai rerata sangat baik dengan nilai 81,94 setelah memperoleh perlakukan penerapan model PBL ini. Penelitian sejalan dengan hasil riset Handayani (2015) yang mengatakan bahwa peningkatan sikap siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran PBL lebih baik.

Tindak lanjut dari landasan pendidikan tersebut adalah munculnya orientasi pada pembentukan kompetensi yang relevan dengan tuntutan dunia nyata. Kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dimiliki dan dapat ditampilkan dalam unjuk kerja profesionalisme.

4.KESIMPULAN

Penerapan Model Problem Based Learning dapat meningkatkan

pemahaman konsep dan identifikasi percaya diri peserta didik kategori sangat baik pada materi ikatan kimia di Kelas X MIA 1 SMA Negeri 13 Pekanbaru. Hasil uji tersebut diperoleh kenaikan rerata pretest dan posttest sebesar 44.11 dengan sig 0,000. Artinya nilai sig < 0,05 menunjukkan terlihat kenaikan yang signifikan hasil pemahaman konsep peserta didik. Sedangkan untuk kepercayaan diri peserta didik menunjukkan bahwa dari lima indikator tersebut, terdapat 4 indikator dengan kategori sangat baik (81-100) dan 1 indikator karegori baik (61-80), dengan rerata nilai 81,94 (kategori sangat baik).

Artinya model Problem Based

Learning dinilai mampu

memunculkan rasa percaya diri peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Astika, K.U., K. Suma.W. Suastra.

2013. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Sikap Ilmiah dan Keterampilan Berpikir Kritis. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA. 3(1):1- 10.

Deporter, B. 2007. Quantum Teaching.

Bandung: Raifa

Dewey, J. 2006. Pendidikan dan Pengalaman. Yogyakarta: Kepel Press Farida, I 2013. Pendekatan

Pembelajaran Konsep Ikatan Kimia Yang Sesuai Dengan Pendekatan Ilmiah dan Pedagogi.

Handayani, T, I.D.A. T, Karyasa, I.W, Suardana. I. N 2015. Komparasi Peningkatan Pemahaman Konsep Dan Sikap Ilmiah Siswa SMA yang Dibelajarkan Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning.

e-Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan IPA (Vol 5 Tahun 2015)

(9)

Hesson, M dan K. F. Shed. 2007. A Student Centered Learning Model.

American Journal of Applied Sciences.4(9):628-636.

Istijabatun, S. 2008. Pengaruh Pengetahuan Alam Terhadap Pemahaman Mata Pelajaran Kimia.

Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol.2, No.2.

Jahro I.S dan Ridho. D (2015) Penerapan Model Problem Based Learning Menggunakan Media Exe Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kerjasama Siswa Pada Materi Hidrokarbon. Jurnal Pendidikan Kimia (JPKIM), Vol.7, No.3, Desember 2015,

80-86 ISSN:2085-3653.

http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.

php/jpk

Kusdemir, M., A.Y. Yusuf, dan C. Tuysuz.

2013. An Analysis of the Effect of Problem Based Learning Model on the 10th Grade Students’ Achievement, Attitude and Motivation in the Unit of

“Mixtures”. Journal of Science and Mathematics Education. 7(2):159- 224.

Nelli, E. Gani. A dan Marlina. 2016 Implementasi model Problem Based Learning pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Sikap

Ilmiah Peserta Didik kelas XI SMA Negeri 1 Peudada. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 04, No. 02, p.

12-23, 2016.

http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

Qianli, T. 2008. The Feasibility of Applying PBL Teaching Method to Surgery Teaching of Chinese Medicine. Journal International Education Studies. 1(4):110-113.

Shoimin. A. 2014. 68 Model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar Ruzz Media

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Sukmadinata. N.S. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wasonowati, R.R.T., T. Redjeki, dan S.R.D. Arina. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) pada Pembelajaran Hukum– Hukum Dasar Kimia Ditinjau dari Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia.

3(3):66-75

Zheng, Y. 2013. The Motivation of Problem-Based Teaching and Learning in Translation. Journal of Science and Education. 6(4):120-125.

Referensi

Dokumen terkait

12 Sry Astuti, dkk., Pengembangan LKPD Berbasis PBL (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Kesetimbangan Kimia,

Selanjutnya adalah kegiatan inti, disini guru akan menampilkan sebuah pembelajaran yang berisi materi penelitian sosial untuk mengenali ragam gejala sosial serta memberi contoh