Bab ini membahas kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan.
Keterbatasan penelitian dan saran yang dapat disampaikan untuk
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Signaling Theory
Menurut Permatasari (2012), teori sinyal menyatakan bahwa
informasi penting yang dikeluarkan oleh perusahaan akan berpengaruh
terhadap keputusan investasi pihak luar perusahaan. Informasi merupakan
unsur penting bagi para pengguna laporan keuangan khususnya investor
dan pelaku bisnis karena informasi menyajikan keterangan catatan atau
gambaran keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan
datang. Informasi yang dipublikasikan merupakan kabar yang diberikan
perusahaan sebagai sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan
investasi.
Menurut Shabrina (2014), informasi yang diberikan oleh perusahaan
akan direspon langsung oleh pasar sebagai sinyal good news atau bad news. Sehingga sinyal yang diberikan oleh perusahaan dapat diterima dan diharapkan pasar dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan
buruk. Teori sinyal bermanfaat sebagai akurasi dan ketepatan waktu dalam
melakukan pelaporan keuangan ke publik. Semakin lama audit report lag
menyebabkan kurang bergunanya informasi dalam mengambil keputusan
2.2. Laporan Keuangan
2.2.1. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Menurut Prastowo dan Julianty (2005: 7-8), karakteristik laporan
keuangan yang membuat informasi dalam laporan keuangan dapat
digunakan oleh pemakai laporan adalah sebagai berikut:
a. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan
keuangan adalah kemudahan untuk dipahami oleh para
pemakai.
b. Relevan
Sebuah informasi dapat dikatan relevan apabila informasi
tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomik pemakai
dengan membantu untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi
hasil evaluasi di masa lalu.
c. Keandalan
Informasi dapat dikatakan andal apabila informasi tersebut
bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material
dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang
tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang
d. Dapat dibandingkan
Pemakai laporan keuangan harus dapat membandingkan
laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
secara relatif. Selain itu, pemakai juga harus dapat
membandingkan laporan keuangan perusahaan antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi
keuangan dan kinerja perusahaan.
Laporan keuangan harus disususun sesuai Prinsip Akuntansi
Berterima Umum (PABU) agar dapat memenuhi kebutuhan semua
pihak yang mempunyai kepentingan atas laporan keuangan perusahaan.
Menurut Wirakusuma dan Cindrawati (2010), kualitas informasi
keuangan dapat dinilai dari relevansi dari laporan keuangan. Informasi
laporan keuangan dikatakan relevan apabila laporan keuangan tersebut
disampaikan secara tepat waktu dan mempunyai manfaat. Semakin
lama penyampaian laporan keuangan, semakin berkurang nilai manfaat
atas laporan keuangan yang disampaikan kepada pengguna laporan
dalam mengambil keputusan.
2.2.2. Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tentang
Laporan Keuangan
Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor X.K.2 lampiran
Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-346/BL/2011 mengenai
Untuk memberikan informasi yang cepat dan relevan bagi pengguna
laporan keuangan suatu emiten, BAPEPAM mewajibkan bagi seluruh
perusahaan yang terdaftar di pasar modal untuk menyampaikan laporan
keuangan tahunan secara tepat waktu dan disertai dengan laporan
auditor independen dan disampaikan kepada BAPEPAM
selambat-lambatnya akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan
tahunan. Berdasarkan peraturan BAPEPAM laporan keuangan yang
harus disampaikan terdiri dari:
a. Laporan posisi keuangan (neraca)
b. Laporan laba rugi
c. Laporan perubahan ekuitas
d. Laporan keuangan pada awal periode komparatif, jika
perusahaan publik menerapkan kebijakan akuntansi secara
retrospektif, atau membuat penyajian kembali pos-pos
laporan keuangan
e. Catatan atas laporan keuangan
Laporan keuangan yang telah di wajibkan oleh BAPEPAM
diharuskan tepat waktu, apabila dalam penyampaian laporan keuangan
tahunan perusahaan publik mengalami keterlambatan sesuai tanggal
yang telah ditetapkan maka perusahaa publik tersebut akan dikenakan
sanksi berdasarkan peraturan BAPEPAM Nomor: I.H Gabungan
Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor: 307/BEJ/07-2004
pelanggaran dari peraturan Bursa Efek dikenakan sanksi oleh Bursa
Efek dengan ketentuan:
a. Peringatan tertulis I, keterlambatan penyampaian laporan
keuangan (30 hari) terhitung sejak lampaunya batas tanggal
penyampaian laporan.
b. Peringatan tertulis II dan denda Rp 50.000.000, apabila hari
kalender ke-31 hinga hari kalender ke-60 perusahaan belum
menyampaikan laporan keuangan sesuai ketentuan.
c. Peringatan tertulis III dan dendan tambahan sebesar Rp
150.000.000, apabila sejak hari kalender ke-61 hinga hari
kalender ke-91 sejak batas lampaunya penyampaian laporan
keuangan perusahaan belum memenuhi kewajiban
penyampaian laporan keuangannya.
d. Penghentian sementara perdagangan efek perusahaan
tercatat di Bursa, apabila dimulai dari hari kalender ke-91
perusahaan belum memenuhi kewajiban penyampaian
laporan keuangan pada Bursa Efek.
2.3. Pengauditan (Auditing)
2.3.1. Pengertian Pengauditan (Auditing)
Pengauditan adalah suatu proses sistimatis untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang
tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif untuk
yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada
pihak-pihak yang berkepntingan (Jusup 2001: 11).
Menurut Halim (1995:1), pengertian audit dapat diartikan sebagai
berikut:
“Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan
mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai
asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomik untuk
menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut
dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan
hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.”
2.3.2. Tujuan Audit
Secara umum dilakukannya pengauditan atas laporan keuangan
adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Dalam melaksanakan
tujuan audit, auditor memerlukan komponen bukti yang cukup dengan
mengidentifikasi dan menyusun tujuan audit secara khusus untuk setiap
akun laporan keuangan. Tujuan khusus audit ditentukan berdasarkan
asersi-asersi yang dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam
laporan keuangan (Halim 1995: 113).
2.3.3. Jenis Audit
Menurut Jusup (2001: 15-16), terdapat tiga jenis audit berdasarkan
a. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan
oleh auditor untuk menentukan apakah laporan keuangan
sesuai dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan.
Kriteria yang ditetapkan oleh auditor dalam menilai
kewajaran laporan keuangan klien adalah prinsip akuntansi
berterima umum (PABU).
b. Audit Kesesuaian (Complience Audit)
Audit kesesuaian adalah audit yang dilakukan oleh
auditor atas laporan keuangan klien untuk menentukan
apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur atau
aturan yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang yaitu
seperti manajemen, kreditor, dan lembaga pemerintah.
c. Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional adalah pengkajian atas setiap bagian
dari prosedur dan metode yang diterapkan suatu organisasi
dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi, efektifitas, dan
kehematan operasional. Hasil akhir audit operasional yang
dilakukan auditor berupa rekomendasi kepada manajemen
untuk perbaikan operasi.
2.3.4. Klasifikasi Auditing
Menurut Halim (1995: 6-9) atas dasar untuk siapa audit
a. Auditing Eksternal
Auditing eksternal merupakan suatu kontrol yang memberikan jasa untuk memenuhi kebutuhan informasi
untuk pihak luar perusahaan yang diaudit. Auditor yang
melakukan audit eksternal pada suatu perusahaan adalah
pihak luar perusahaan yang independen. Audit ini bertujuan
untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran informasi
laporan keuangan.
b. Auditing internal
Auditing internal adalah suatu kontrol organisasi yang mengukur dan mengevaluasi efektifitas organisasi yang
ditujukan kepada manajemen organisasi. Auditor yang
melakukan audit internal yaitu karyawan organisasi
tersebut.
c. Auditing sektor publik
Auditing sektor publik adalah suatu kontrol atas organisasi pemerintah yang memberikan jasanya kepada
masyarakat, seperti pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
2.4. Pengertian Audit Report Lag
Menurut Rahayu dan Suhayati (2010: 73), audit report merupakan alat komunikasi formal untuk mengkomunikasikan kepada pihak-pihak
dicapai atas audit laporan keuangan. Laporan auditor harus memuat suatu
pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan atau
memuat suatu asersi, bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Menurut Rahayu dan Suhayati (2010: 57), dalam melaksanakan tugas
audit, auditor mempunyai tanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit, sedangkan manajemen perusahaan bertanggung
jawab atas laporan keuangan perusahaan dalam menerapkan kebijakan
akuntansi yang sehat, membangun pengendalian intern, serta
melaksanakan kewajiban mencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan
transaksi yang konsisten dalam laporan keuangan. Dalam melaksanakan
audit atas laporan keuangan, auditor bertujuan untuk memperoleh
keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan perusahaan bebas dari
salah saji material, yaitu berupa kekeliruan, kecurangan atau pelanggaran
hukum.
Menurut Agoes dan Hoesada (2012: 68), untuk menentukan apakah
laporan keuangan telah sesuai dengan standar akuntansi berterima umum,
auditor harus melakukan pengujian substantif untuk mengetahui apakah
laporan keuangan perusahaan mengandung kesalahan atau salah saji
material lainnya. Pengujian substantif dilakukan untuk mengumpulkan
bukti-bukti yang digunakan auditor mencapai kesimpulan tentang apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang
material serta untuk menerbitkan laporan audit. Lag dalam arti bahasa Indonesia adalah keterlambatan. Keterlambatan ini berhubungan dengan
rentang waktu yang diperlukan dalam proses audit sampai audit laporan
keuangan selesai diaudit oleh auditor independen. Menurut Kartika (2011),
audit report lag adalah lamanya waktu penyelesaian pelaksanaan audit yang dilihat dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal
diterbitkan laporan audit. Menurut Shabrina (2014), audit report lag
termasuk karakteristik kualitatif yang harus di penuhi dalam laporan
keuangan, yaitu sifat relevan. Laporan keuangan dikatakan tidak relevan
saat laporan keuangan tidak disampaikan tepat waktu, sehingga kehilangan
manfaat untuk mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh penguna
laporan keuangan perusahaan.
Ketepatan penerbitan laporan keuangan auditan merupakan hal
yang sangat penting bagi perusahaan dan pengguna laporan keuangan.
Menurut Listiana dan Susilo (2012), ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh auditor independen
membantu perusahaan untuk menghindari denda atas keterlambatan yang
dikenakan sesuai keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor:
Kep-307/BEJ/07-2004. Menurut Wirakusuma dan Cindrawati (2010), ketepatan
waktu penyampaian laporan keuangan kepublik bermanfaat bagi pengguna
laporan untuk mengambil keputusan sebelum laporan keuangan tersebut
kehilangan manfaat untuk mempengaruhi atau membuat perbedaan dalam
keputusan. Menurut Kartika (2011), keterlambatan penyampaian laporan
keuangan bisa mengidentifikasi adanya masalah, yaitu kesalahan dan
memerlukan waktu yang lama dalam penyelesaian audit. Ketepatan waktu
dalam penyampaian laporan sangat penting karena ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan bukan hanya berpengaruh pada nilai dan
kualitas laporan keuangan namun juga dapat membawa reaksi negatif dari
pasar.
Ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan sangat
tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan pekerjaan
auditnya. Menurut Swayer et al. (2006: 455), dalam menyelesaikan tugas audit atas laporan keuangan perusahaan, auditor independen dapat
bekerjasama dengan auditor internal perusahaan untuk mendapatakan
informasi yang dibutuhkan, sehingga laporan keuangan perusahaan dapat
disampaikan tepat waktu kepada publik. Audit report lag dapat diukur dari tanggal tutup buku perusahaan sampai tanggal laporan auditor independen
yang dapat ditentukan dengan rumus sebagi berikut (Azizah dan
Kumalasari, 2012).
Audit Report Lag = Tanggal Laporan Audit – Tanggal Laporan Keuangan
Tanggal laporan audit atau tanggal publikasi laporan keuangan
merupakan tanggal ketika laporan keuangan disajikan kepada publik. Pada
tanggal tersebut laporan keuangan auditan secara lengkap sudah dapat
2.5. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag
2.5.1. Profitabilitas
Menurut Harahap (2007: 304), rasio profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan atau laba
selama periode tertentu. Rasio profitabilitas digunakan sebagai
penilaian kinerja suatu perusahaan dalam memanfaatkan aktiva untuk
memperoleh laba. Menurut Wild et al. (2005), profitabilitas perusahaan sangat bermanfaat bagi semua pengguna, khususnya investor dan
kreditor, bagi investor laba merupakan salah satu faktor penentu
perubahan nilai efek (sekuritas). Bagi kreditor, laba dan arus kas operasi
merupakan sumber pembayaran bunga dan pokok pinjaman perusahaan.
Dengan melihat profitabilitas yang dihasilkan perusahaan dapat
diketahui sejauh mana keefektifan perusahaan dalam memanfaatkan
aktivanya dalam memperoleh laba perusahaan dan tingkat profitabilitas
yang konsisten akan menjadi alat ukur bagaimana perusahaan tersebut
mampu bertahan dalam bisnis yang dilakukan.
Untuk menghitung tingkat profitabilitas perusahaan menurut
Harahap (2007: 305), dapat diukur dari Earning Per Share (EPS),
Retrun on Asset (ROA), Retrun on Equity (ROE). Dalam penelitian ini, untuk menghitung rasio profitabilitas dengan menggunakan Retrun on Asset (ROA) Harahap (2007: 304).
2.5.2. Solvabilitas
Menurut Hanafi dan Halim (2012: 79), solvabilitas merupakan
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
panjang. Analisis solvabilitas difokuskan terutama pada reaksi dalam
neraca yang menunjukkan kemampuan untuk melunasi utang lancar dan
utang tidak lancar. Solvabilitas diukur dengan menghitung Debt to total asset dengan membandingkan antara jumlah aktiva (total asset) dengan jumlah utang (baik jangka pendek ataupun jangka panjang). Rasio ini
digunakan untuk mengetahui sejauh mana utang perusahaan dapat
ditutupi oleh aktiva yang dimiliki serta mengindikasikan tingkat
kesehatan perusahaan.
Menurut Lianto dan Kusuma (2010), semakin besar tingkat utang
terhadap tingkat aktiva sebuah perusahaan mencerminkan tingginya
resiko keuangan perusahaan tersebut. Tingginya resiko ini
menunjukkan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak
bisa melunasi kewajiban atau hutangnya berupa pokok pinjaman
maupun bunga.
Dalam penelitian ini, menghitung rasio hutang dengan
menggunakan debt to total asset. Rasio ini mengukur berapa besar dana yang disediakan oleh kreditur, semakin tinggi debt to total asset maka semakin besar jumlah hutang yang digunakan dalam menghasilkan
perusahaaan. Menurut Hanafi dan Halim (2012: 79), rasio solvabilitas
dapat diukur dengan rumus sebagai berikut.`
Total hutang yang digunakan dalam menilai tingkat solvabilitas
perusahaan yaitu total hutang yang dimilki oleh perusahaan yaitu
hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang.
2.5.3. Likuiditas
Menurut Harahap (2007: 301), likuiditas adalah kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Likuiditas
merupakan kemampuan untuk mengubah aktiva menjadi kas atau
kemampuan untuk memperoleh kas. Menurut Listiana dan Susilo
(2012), perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi
memiliki risiko yang lebih kecil terhadap kemungkinan terjadinya gagal
bayar atas utang jangka pendek yang dimiliki perusahaan. Tingginya
tingkat likuiditas perusahaan menggambarkan bahwa kinerja
perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga perusahaan dapat
dengan cepat dalam menyampaikan laporan keuangan perusahaan.
Dalam penelitian ini, rasio likuiditas diukur menggunakan rasio
lancar peruahaan (current ratio) (Harahap, 2007: 301). Rasio ini mengukur sampai seberapa jauh aset lancar perusahaan mampu untuk
melunasi kewajiban jangka pendek perusahaan tersebut. Semakin tinggi
kewajiban jangka pendeknya dengan tepat waktu. Menurut Harahap
(2007: 301), rasio likuiditas dapat diukur dengan rumus sebagai berikut.
Current asset yang digunakan dalam menghitung rasio lancar perusahaan yaitu seluruh asset lancar yang dimilki perusahaan terdiri
dari kas dan setara kas, piutang usaha, persediaan dan beban dibayar
dimuka (Wild et al. 2005).
2.5.4. Ukuran Perusahaan
Menurut Permatasari (2012), ukuran perusahaan merupakan
gambaran besar kecilnya perusahaan yang ditentukan berdasarkan
sebuah ukuran yang dapat dinilai. Besar kecilnya ukuran perusahaan
dapat dilihat dari total aktiva, total penjualan dan juga dipengaruhi oleh
operasional dan intensitas perusahaan. Semakin besar nilai aset
perusahaan, maka akan semakin cepat penyampaian laporan keuangan
auditan dan sebaliknya. Menurut Lianto dan Kusuma (2010),
perusahaan yang tergolong perusahaan besar biasanya lebih cepat
menyelesaikan proses audit atas laporan keuangannya. Hal ini
disebabkan bahwa perusahaan besar biasanya dimonitor oleh investor,
pengawas permodalan, dan pemerintah sehingga terdapat
kecenderungan mengurangi audit report lag. Dalam penelitian ini untuk menilai ukuran perusahaan didasarkan pada total aktiva yang dimiliki
Berdasarkan peraturan ketua BAPEPAM No. Kep. 11/PM/1997
menyatakan bahwa perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva
(kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih
dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum
yang total aktivanya diatas seratus milyar.
2.5.5. Opini Audit
Menurut Mulyadi (2002: 20-22), terdapat lima tipe pokok laporan
audit yang diterbitkan oleh auditor yaitu:
a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualina diberikan oleh
auditor apabila tidak terjadi pembatasan dalam lingkup
audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan
mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi
berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan.
b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa
penjelasan (Unqualified Opinion with Explanatory Language)
Opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas
diberikan oleh auditor apabila terdapat hal-hal yang
memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan
tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil
usaha perusahaan klien.
Opini wajar dengan pengecualian diberikan oleh auditor
apabila auditor menjumpai kondisi:
1. Lingkup audit dibatasi oleh klien.
2. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit
penting.
3. Laporan keuangan tidak disususn sesuai PABU.
4. Prinsip akuntansi berterima umum tidak diterapkan
secara konsisten dalam laporan keuangan.
d. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan
keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi
berterima umum. Laporan keuangan klien jika diberikan
pendapat tidak wajar, maka informasi laporan keuangan
tidak dapat dipercaya.
e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion)
Auditor dapat memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat
atas laporan keuangan klien apabila auditor menemukan kondisi sebagai
berikut:
1. Pembatasan yang luar biasa terhadap lingkup audit.
2. Auditor tidak independen dalam hubunganya dengan
2.6. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian mengenai audit report lag telah dilakukan di dalam negeri maupun di luar negeri.
Azizah dan Kumalasari (2012) melakukan penelitian terhadap
perusahaan consumer good industry dan perusahaan finance yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan variabel
profitabilitas, rasio hutang, ukuran perusahaan dan jenis industri
perusahaan sebagai variabel independen. Hasil penelitian yang dilakuakan
oleh Azizah dan Kumalasari (2012), menunjukan bahwa secara simultan,
profitabilitas, rasio hutang, ukuran perusahaan, dan jenis industri
berpengaruh signifikan terhadap audit report lag. Secara parsial, variabel profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
audit report lag sedangkan variabel rasio hutang dan jenis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap audit report lag.
Siwy (2012) menggunakan sampel perusahaan manufaktur dan
perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2008-2010. Peneilitan ini menggunakan faktor ukuran perusahaan,
profitabilitas, opini audit, ukuran KAP, dan perpindahan KAP sebagai
variabel independen. Hasil penelitian Siwy (2012) menyimpulkan bahwa
variabel profitabilitas dan opini audit terdapat pengaruh signifikan
terhadap audit report lag, sedangkan untuk variabel ukuran perusahaan, ukuran KAP, dan perpindahan KAP tidak berpengaruh terhadap audit report lag.
Penelitian audit report lag di Malaysia, Shafie dan Hussin (2010) menggunakan sampel 628 perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia
pada tahun 2002. Penelitian ini menggunakan variabel komite audit
sebagai variabel independen terlihat bahwa variabel tersebut memiliki
hubungan signifikan terhadap audit report lag.
Permatasari (2012) menggunakan sampel pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010
dengan jumlah sampel 41 emiten. Penelitian ini menggunakan variabel
profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, ukuran KAP dan opini
audit. Secara simultan semua varriabel berpengaruh terhadap audit report lag, sedangkan secara parsial hanya variabel solvabilitas yang berpengaruh terhadap audit report lag dengan tingkat signifikansi 0,00. Sedangkan vairabel profitabilitas, ukuran KAP, ukuran perusahaan dan opini audit
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit report lag.
Tiono dan Jogi (2013) menggunakan sampel pada
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, khususnya tahun
2009-2011 dengan jumlah sampel sebanyak 600 perusahaan. Penelitian ini
menguji variabel profitabilitas, jenis industri, ukuran perusahaan, dan
reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP). Secara parsial, jenis industri
mempengaruhi audit report lag. Sedangkan opini audit, profitabilitas, ukuran perusahaan dan reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap audit report lag.
Juanita (2012) melakukan penelitian terhadap perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007
sampai 2009 dengan jumlah sampel 379. Penelitian ini menguji faktor
ukuran kantor akuntan publik, kepemilikan, laba rugi, profitabilitas, dan
solvabilitas. Dari hasil uji hipotesis didapat rata-rata audit report lag pada perusahaan manufaktur tahun 2007-2009 adalah 80,34 hari. Variabel yang
mempengaruhi audit report lag adalah variabel laba rugi, sedangkan variabel ukuran perusahaan, ukuran KAP, struktur kepemilikan,
2.7. Pengembangan Hipotesis dan Kerangka Pemikiran
2.7.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Audit Report Lag
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan
aktivanya untuk memperoleh laba. Profitabilitas diperlukan untuk
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin
dikendalikan di masa depan. Menurut Tiono dan Jogic (2013), salah
satu penyebab kemunduran penyampaian laporan keuangan adalah
pelaporan laba atau rugi sebagai indikator good news atau bad news
atas kinerja manajerial. Perusahaan yang mengalami kerugian
memungkinkan mengulur waktu pelaporan dengan meminta auditor
untuk mengatur waktu audit laporan keuangan lebih lama. Hal ini
sejalan dengan penelitian Lianto dan Kusuma (2010), profitabilitas
menunjukan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan merupakan berita baik yang
dimiliki dan harus segera disampaiakan kepada pengguna laporan