• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran dari penulis mengenai isi dan pembahasan kertas karya ini.

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1 Definisi Pariwisata

Untuk memudahkan kita dalam memahami definisi pariwisata sebagai suatu objek pembahasan ilmiah ada baiknya terlebih dahulu kita pahami mengenai istilah pariwisata itu sendiri. Bila ditinjau dari segi etimologi, istilah pariwisata berasal dari dua suku kata sansekerta yaitu Pari yang berarti berkali-kali atau berkeliling dan Wisata yang berarti perjalanan. Jadi, secara etimologi pariwisata dapat dipahami sebagai suatu aktifitas perjalanan berkeliling.

Lebih jelas lagi, guna menyatukan konsep mengenai defenisi pariwisata penulis akan memaparkan beberapa pendapat para ahli mengenai defenisi pariwisata, yaitu sebagai berikut.

1. Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapt (dalam Yoeti, 1996 : 115)

“Tourism is the totally of the relationship and phenomena arising from the travel and stay of strangers (Ortsfremde), provide the stay does not imply theestablishment of a permanent resident.”

2. Prof. Hands Buchli (dalam Yoeti, 1996 : 117)

Kepariwisataan adalah setiap peralihan tempat yang bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang, dengan maksud memperoleh pelayanan yang diperuntukkan bagi kepariwisataan itu oleh lembaga-lembaga yang digunakan untuk maksud tersebut.

3. Dr. Hubbert Gulden (dalam Yoeti, 1996 : 117)

“Pariwisata merupakan suatu seni dari lalu lintas dimana manusia berdiam di suatu tempat asing untuk maksud tertentu, tetapi dengan kediamannya itu tidak boleh tinggal atau menetap untuk melakukan pekerjaan selama-lamanya atau meskipun sementara waktu, yang sifatnya masih berhubungan dengan pekerjaan”.

4. Ketetapan MPRS No 1 II Tahun 1960

Kepariwisataan dala dunia modern pada hakikatnya adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberi hiburan rohani dan jasmani setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk melihat-lihat daerah lain (pariwisata dalam negri) atau negara-negara lain (pariwisata luar negri).

Defenisi pariwisata memang tidak dapat persis sama diantara para ahli, hal ini sering terjadi dalam dunia akademis, sebagaimana juga bisa ditemui pada berbagai disiplin ilmu lain. Namun berdasarkan defenisi-defenisi yang telah dipaparkan diatas ada beberapa unsur pokok yang menjadi patokan utama yaitu :

a. Adanya unsur travel (perjalanan) merupakan pergerakan dari suatu tempat ke tempat lain

b. Adanya unsur “tinggal sementara” di tempat tujuan

c. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut adalah untuk kesenangan dan bukan untuk mencari penghidupan/pekerjaan di tempat yang dituju.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan berkeliling yang dilakukan oleh perorangan atau individu maupun kelompok dari tempat asal ke satu atau beberapa tempat yang berbeda dari rutinitas sehari-hari dan menetap sementara dengan maksud untuk bersenang-senang dan bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi dan juga termasuk didalamnya keseluruhan dari elemen-elemen yang terkait dalam penyelenggaraan perjalanan wisata.

2.2 Definisi Wisatawan

Dalam rangka pegembangan dan pembinaan kepriwisataan di Indonesia, pemerintah telah pula merumuskan batasan tentang wisatawan, sepeti yang dituangkan dalam Interasi Intruksi presiden No.9 Tahun 1969 yang memberikan defenisi bahwa wisatawan adalah setiap orang yang berpergian daeri tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kenjungannya itu. Batasan ini walau berlaku untuk wisatawan dalam dan luar negeri, dianggap pengertiannya terlalu luas, sehingga untuk menampung persoalan-persoalan yang mungkin timbul terutama dalam menentukan atau merumuskan kebijaksanaan masih di perlukan uraian tambahan .

Menurut panitian Statistik Liga Bangsa-bangsa dalam sidang dewan yang diselenggarakan pada tanggal 22 Januari 1937 bahwa wisatawan adalah setiap orang yang mengadakan perjalanan selama 24 jam atau lebih dalam suatu negara yang lain dari negara di mana ia biasanya tinggal.

Selanjutnya menurut G.A. Schmoll bahwa:

“Wisatawan adalah individu atau kelompok individu yang mempertimbangkan dan merencanakan tenaga beli yang dimilikinya untuk perjalanan rekreasi dan berlibur, yang tertarik pada perjalanan yang pada umumnya dengan motivasi perjalanan yang pernah ia lakukan, menambah pengetahuan, tertarik oleh pelayanan yang diberikan oleh suatu daerah tujuan wisata yang dapat menarik pengunjung dimasa yang akan datang”.

Bila kita perhatkan batasan-batasan yang telah dikemukakan, maka kita dapat memberi kesimpulan bahwa seseorang itu dapat disebut sebagai wisatawan apabila:

1. Perjalanan yang dilakuannya lebih dari 24 jam.

2. Perjalanan yang dilakukannya hanya untuk sementara waktu.

3. Orang yang melakuan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat atau negara yang dikunjunginya.

Apabila ketiga syarat di atas tidak dipenuhi maka orang tersbut belum dapat dikatakan sebagai seorang wisatawan. Satu saja syarat tidak dipenuhi maka syarat dua yang lain menjai gugur, karena itu suatu batasan yang memenuhi syarat haruslah mencakup ketiga syarat tersebut di atas tanpa satupun yang ditinggalkan.

IUOTO (The International Union of Official Organization) menggunakan batasan mengenai wisatawan secara umum yaitu :

Pengunjung (visitor) yaitu, setiap orang yang datang ke suatu Negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah. Ada dua kategori mengenai sebuta pengujung, yakni:

1. Wisatawan (Tourist)

Adalah pengunjung yang tinggal sementara sekurang-kurangnya 24 jam di suatu daerah yang dikunjungi. Wisatawan dengan maksud perjalanan wisata dapat digolongkan menjadi:

a. Pesiar (Leasure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan dan olah raga.

b. Hubungan dagang, seperti mengunjungi sanak saudara, handai taulan, konferensi, misi, dan sebagainya.

2. Pelancong (excursionist)

Pengunjung sementara yang tinggal di daerah yang di kunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam.

2.3 Objek Dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata (tourist attraction) merupakan salah satu unsur pokok dalam pengembangan dan pembangunan dunia kepariwisataan yang keberadaannya akan mendorong parawisatawan, untuk mengunjunginya.

Objek dan daya wisata juga merupakan hal yang sangat penting dalam mensukseskan program pemerintah dalam melestarikan adat dan budaya bangsa sebagai asset yang dapat dijual kepada wisatawan.

Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup, dan sebagainya yang memiliki daya tarik dan nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh wisatawan sekaligus merupakan sasaran utama wisatawan dalam mengunjungi suatu daerah atau negara. Dalam pengertian luas bahwa wisatawan dapat disebut sebagai objek dan daya tarik wisata.

Menurut UU No. 9 / 1990, objek dan atraksi wisata memiliki pengertian tersendiri, yaitu :

a. Objek wisata adalah merupakan hal-hal yang menarik untuk dilihat dirasakan oleh wisatawan yang bersumber pada alam saja.

b. Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menarik untuk dilihat, dinikmati dan dirasakan oleh wisatawan yang merupakan hasil kerja manusia.

Menurut Peraturan Pemerintah, Republik Indonesia No. 24/ 1979 :

a. Objek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, atau hidup, seni budaya, serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik bagi wisatawan untuk dikunjungi.

b. Atraksi wisata adalah semula yang diciptakan manusia berupa penyajian kebudayaan seperti tari-tarian, kesenian rakyat upacara adat, dan lain-lain.

Sumber objek wisata sebagai daya tarik wisata dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yang terdiri dari beberapa unsur, yaitu :

a. Nature (alam) yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam

dimanfaatkan dan diusahakan di tempat objek wisata yang dapat dinikmati dan memberikan kepuasan bagi wisatawan, misalnya keindahan alam, flora dan fauna, pemandangan alam dan lain-lain.

b. Culture (kebudayaan) yaitu segala sesuatu yang berupa daya tarik

yang berasal dari seni dan kreasi manusia berupa kesenian tari-tarian, upacara adat, keagamaan dan lain-lain.

c. Human (manusia) yaitu segala sesuatu yang merupakan aktivitas

atau kegiatan manusia (way of life) yang khas, dan mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan objek wisata, misalnya Suku Dayak di Kalimantan dan Suku Asmat di Irian Jaya dengan gaya dan cara hidup yang masih unik.

d. Man made (ciptaan manusia) yaitu segala sesuatu yang merupakan

hasil karya manusia yang dapat dijadikan sebagai objek wisata, misalnya candi-candi, prasasti, monumen, kerajinan tangan dan lain-lain.

Sumber daya merupakan suatu modal utama pada setiap industry yang menghasilkan suatu produk . Sumber daya yang dimiliki akan sangat menentukan kualitas suatu produk yang akan dihasilkan. Menurut Depbudpar (2007), argumentasi tentang sumber daya pariwisata dapat diperluas, termasuk berbagai faktor yang tidak tercakup dalam konseptualisasi secara tradisional yang selalu dihubungkan dengan sumber daya alam. Salah satu karakteristik dari sumber daya pariwisata adalah dapat dirusak dan dihancurkan oleh pemakaian yang tidak terkendali dan kesalahan pengaturan.

Dalam dunia pariwisata sumber daya yang terkait diantaranya : 1. Sumber Daya Alam

Usur-unsur alam sebenarnya bersifat netral sampai manusia mentransformasikanya menjadi sumber daya. Hal ini juga dipengaruhi oleh bagaimana sumber daya alam itu digunakan.

Menurut Damanik dan Weber (dalam Pinata dan Diarta, 2009 : 70), sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata alam adalah :

a. Keajaiban dan keindahan alam (topografi) b. Keragaman flora

c. Keragaman fauna d. Kehidupan satwa liar e. Vegetasi alam

f. Ekosistem yang belum terjamah manusia

h. Lintas alam (trekking, rafting, dan lain-lain) i. Objek megalitik

j. Suhu dan kelembaban udara yang nyaman k. Curah hujan yang normal.

Sedangkan Menurut Fennel (dalam Pinata dan Diarta, 2009 : 71), sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi sumber daya pariwisaya diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Lokasi geografis

Menyangkut karakteristik ruang yang menentukan kondisi yang terkait dengan beberapa variabrel lain, misalnya untuk wilayah eropa yang dingin dan bersalju seperti Swiss mungkin cocok untuk dikembangakan atraksi wisata ski es.

b. Iklim dan cuaca

Ditentukan oleh latitude dan elevation diukur dari permukaan air laut, daratan, pegunungan, dan sebagainya. Bersama faktor geologis, iklim merupakan penentu utama dari lingkungan fisik yang mempengaruhi vegetasi, kehidupan binatang, angin, dan sebagainya. c. Topografi dan landforms.

Bentuk umum dan struktur permukaan bumi membuat beberapa georafis menjadi bentangan alam yang unik (landform). Kedua aspek ini menjadai daya tarik tersendiri yang membedakan kondisi georafis suatu wilayah/benua lainya sehingga sangat menarik untuk menjadi atraksi wisata.

d. Surface materials.

Menyangkut sifat dan ragam material yang menyusun permukaan bumi, misalnya formasi buatan alam, pasir, mineral, minyak, dan sebagainya, yang sangat unik dan menarik sehingga bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata alam.

e. Air

Air memegang peran yang sangat penting dalam menentukan tipe

dan level dari rekreasi outdoor, misalnya dalam mengembangkan

jenis wisata pantai/bahari, danau, sungai, dan sebagainya (sailing,

cruisesw, fishing, snorkeling, dan sebagainya)

f. Vegetasi

Vegetasi merujuk pada keseluruhan kehidupan tumbuhan yang menutupi suatu area tertentu. Kegiatan wisata sangat tergantung pada kehidupan dan formasi tumbuhan seperti misalnya ekowisata pada kawasan konservasi alam/hudan lindung.

g. Fauna

Beragam binatang berperan cukup signifikan terhadap aktifitas wisata baik dipandang dari sisi konsumsi (misalnya wisata berburu dan mancing) maupun non konsumsi (misalnya birdwatching).

2. Sumber Daya Budaya

Istilah “budaya” tidak hanya sekedar merujuk pada sastra dan seni, tetapi juga pada keseluruhan cara hidup yang dipraktikan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang diwariskan dari satu generasi ke generasi

berikutnya, serta mencakup pengertian yang lebih luas dari lifestyle dan folk

heritage. Dalam pariwisata, jenis pariwisata yang menggunakan sumber daya

budaya sebagai modal utama dalam atraksi wisata sering dikenal sebagai pariwisata budaya.

Sumbr daya budaya yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Bangunan bersejarah, situs, monument, museum, galeri seni, situs budaya kuno dan sebagainya.

b. Seni patung kontemporer, arsitektur, tekstil, pusat kerajinan tangan dan seni, pusat desain, studio artis, industry film, penerbit, dan sebagainya.

c. Seni pertunjukan, drama, sendratari, lagu daerah, teater jalanan, eksibisi foto, festival, dan even khusus lainya.

d. Peninggalan keagamaan, pura, candi, masjid, situs, dan jejak peninggalan agama lainya.

e. Kegiatan dan tata cara hidup masyarakat lokal, sestem pendidikan, sanggar, teknologi tradisional, cara kerja dan tradisi yang berlaku pada masyarakat setempat.

f. Perjalanan (trekking) ke tempat bersejarah menggunakan alat transportasi tradisional unik (berkuda, delman, dan sebagainya).

Mencoba kuliner setempat. Melihat persiapan, cara membuat, menyajikan,dan menyantapnya merupakan salah satu atraksi budaya yang samgat menarik bagi wisatawan.

3. Sumber Daya Manusia

Faktor sumber daya manusia sangat menentukan eksistensi pariwisata. Hampir setiap tahap dan elemen pariwisata memerlukan sumber daya manusia untuk menggerakanya. Sebagai salah satu industry jasa, sikap dan kemampuan

staff akan sangat berdampak terhadap pelayanan yang diberikan kepada

wisatawan yang secara lansung akan berdampak pada kenyamanan, kepuasan, dan kesan atas kegiatan wisata yang dilakukan.

Secara garis besar, karir yang dapat ditekuni dan memerlukan sumber daya manusia dalam dunia kepariwisataan adalah :

a. Bidan transportasi, darat, laut, dan udara

b. Bidang akomodasi, dari segala macam bentuk akomodasi c. Biro perjalanan wisata

d. Instansi pengelola wisata, baik swasta maupun pemerintah e. Dan lain sebagainya.

2.6Manfaat Pariwisata

Perkembangan kepariwisataan dewasa ini sangat mempengaruhi perkembangan suatu negara. Begitu besar manfaat pariwisata, hal ini dapat kita lihat dari :

a. Bidang Ekonomi

Dengan adanya pariwisata pendapatan negara semakin bertambah khususnya dari penerimaan pajak-pajak pada sektor usaha yang bergerak pada bidang kepariwisataan yang meliputi hotel dan

restoran , biro perjalanan umum, agen perjalanan serta usaha-usaha lainnya yang menunjang kegiatan kepariwisataan tersebut. Kebutuhan wisatawan akan akomodasi, makan dan minum serta souvenir, akan merangsang pertumbuhan sektor usaha ekonomi lainnya seperti kerajinan tangan, pertanian, peternakan, dan industri ringan lainnya yang menghasilkan barang-barang untuk keperluan wisatawan.

b. Bidang Seni Budaya

Untuk memenuhi rasa ingin tahu dan menyelami seni budaya suatu daerah dimana seni budaya tersebut tidak terdapat dinegaranya, maka jelas hal itu merupakan salah satu dorongan untuk melakukan perjalanan. Wisatawan jauh-jauh datang dari negara asalnya untuk melihat seni budaya suatu daerah yang dianggapnya menarik. Dan ini merupakan dorongan untuk mengembangkan serta menumbuhkan kreasi, penggalian dan pemeliharaan seni budaya yang hampir punah. Disamping itu juga akan mendorong serta mengembangkan nilai-nilai budaya suatu bangsa, menghidupkan kembali seni tradisional, serta meningkatkan budaya lain.

c. Memperluas Kesempatan Kerja

Adanya perkembangan usaha pariwisata maka semakin banyak membutuhkan tenaga kerja. Yang nantinya tenaga kerja ini akan

bekerja pada usaha-usaha pariwisata. Misalnya bekerja di Hotel, Biro Perjalanan Wisata dan lain sebagainya.

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN

3.1 Kabupaten Simalungun

Kabupaten Simalungun adalah sebua ini. Bupatinya saat ini adalah Dr. Jopinus Ramli Saragih, S.H , M.M yang

sedang bertugas untuk masa bakti adalah Hj. Nuriaty Damanik, S.H.

dari selama beberapa waktu.

Lambang Kabupaten Simalungun:

1. Lambang berbentuk perisai terbagi lima petak dengan dasar lambang hijau lahan.

2. Bagian atas lambang digambarkan hiou Suri-suri dengan warna hitam yang bersuat (bersifat) putih dan pada hiou Suri-suri tertulis nama "Simalungun" dengan warna putih.

3. Pada petak tengah dengan latar belakang warna kuning emas terdapat gambar rumah balai adat dengan susunan galang 10, 7 anak tangga, jerjak 8 sebelah, tiang 4, sudut atap lima, dan pada rabung atas terdapat gambar kepala kerbau dengan warna atap hitam dan galang warna putih.

4. Pada petak kiri atas dengan latar belakang warna merah darah terdapat gambar daun teh sebanyak 8 helai berwarna hijau.

5. Pada petak kanan atas dengan latar belakang warna putih terdapat gambar Bukit Barisan berpuncak dan dua buah puncak di tengah lebih tinggi daripada di sampingnya berwarna biru dan sebelah bawah gelombang danau empat baris berwarna biru muda.

6. Pada petak kiri bawah dengan latar belakang warna putih terdapat gambar setangkai padi dengan jumlah padi 17 butir berwarna kuning emas.

7. Pada petak kanan bawah dengan latar belakang warna merah darah terdapat gambar bunga kapas 5 kuntum berwarna putih dan kelopak bunga berwarna hijau.

8. Garis batas-batas petak dengan warna hitam dan sebelah luar perisai tepi hiou Suri-suri ditambah dengan garis putih.

9. Pita sebelah bawah perisai berwarna putih dengan tepi berwarna hitam. Di pita tersebut tertulis semboyan lambang, yaitu "HABONARON DO BONA", kata dalam bahasa Simalungun yang berarti kebenaran itu adalah pokok.

Makna gambar-gambar pada lambang:

1. Lambang berbentuk perisai menggambarkan kekuatan dan pertahanan membela kepentingan daerah dan negara.

2. Bilangan-bilangan pada bagian-bagian lambang adalah simbol yang menggambarkan kesetiaan kepada Negara Republik Indonesia.

3. Padi dan Kapas adalah kebutuhan pokok untuk mencapai kemakmuran dan keadilan.

5. Gunung dan danau menggambarkan keindahan alamnya. 6. Gelombang danau menggambarkan dinamika masyarakat.

7. Rumah Balai adalah spesifik daerah yang menggambarkan adat,

kebudayaan, dan kesenian daerah.

Lambang Kabupaten Simalungun

3.2 Suku dan Agama

Suku Bangsa di Simalungun masih didominasi ole Sedangkan agama yang dianut oleh masyarakat Simalungun adala (56,6 dan sisa-sisanya adalah agama-agama lain seper

Secara geografis kabupaten Simalungun memiliki luas wilayah 438.660 ha atau 6,12 % dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan yang paling luas adalah Kecamat mencapai 33.626 ha, sedangkan yang paling kecil adalah Kecamata

Wilayah Simalungun berbatasan dengan beberapa kabupaten diantaranya: 3.4 Potensi Ekonomi

Potensi ekonomi Kabupaten Simalungun sebagian besar terletak pada produksi pertaniannya. Produksi lainnya adalah hasil industri pengolahan dan jasa.

3.4.1 Pertanian dan Perkebunan

Selama tahun 2012, Kabupaten Simalungun menghasilkan antara lain 440.992 t menjadikan Kabupaten Simalungun sebagai penghasil padi, jagung, dan ubi

kayu terbesar di Sumatera Utar cukup besar dari kabupaten ini adalah kedelai, kacang tanah, dan ubi jalar.

Tanaman perkebunan rakyat yang memberikan kontribusi sebesar 25,41% terhadap kelapa

3.4.2 Pariwisata

Kabupaten Simalungun memiliki 57 titik lokasi objek wisata, terdiri atas 30 lokasi wisata alam, 14 lokasi wisata agro, 4 lokasi wisata budaya, dan selebihnya adalah lokasi wisata rekreasi lainnya. Kecamat kecamatan itu pula terdapat objek wisata yang paling diandalkan, yait atau 74 km dari

Pada tahun 2012, industri pariwisata Simalungun bertumpu pada 10 hotel bintang dan 43 hotel melati. Jumlah hotel bintang tersebut adalah yang terbanyak kedua di Sumatera Utara setelah Kota Medan.

3.5 Objek Wisata Kabupaten Simalungun

Beberapa objek wisata yang terdapat dikabupaten Simalungun.

3.6 Pemerintahan

3.5.1Kecamatan

Kabupaten Simalungun terdiri dari 31 kecamatan yaitu:

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.

3.6 Pemekaran Daerah

3.6.1 Kabupaten Simalungun Hataran

Kecamatan yang mungkin bergabung ke dalam kabupaten ini meliputi :

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

3.6.2 Kota Pematangsiantar

Kota Pematangsiantar adalah salah sat Pematangsiantar yang strategis, ia dilintasi ole Kota ini memiliki luas wilayah 79,97 km2 dan berpenduduk sebanyak 240.787 jiwa (2000).

Kota Pematangsiantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari memiliki banyak terdapat sepeda motor BSA model lama sebagai menimbulkan bunyi yang keras.

ini pada atas kebersihan dan kelestarian lingkungan kotanya. Sementara itu, karena ketertiban pengaturan lalu lintasnya, kota ini pun meraih penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha pada t

Sektor terletak di tengah-tengah Kabupat sedang. Dari total kegiatan ekonomi pada tahun 2000 yang mencapai Rp 1,69 trilyun, pangsa pasar industri mencapai 38,18 persen atau Rp 646 miliar. Sektor

perdagangan, hotel dan restoran menyusul di urutan kedua, dengan sumbangan 22,77 persen atau Rp 385 miliar.

Lambang Kota Pematangsiantar Sapangambei Manoktok Hitei

3.6.3 Sejarah

Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar merupakan daerah kerajaan. Pematangsiantar yang berkedudukan di Pulau Holing dan raja terakhir dari dinasti ini adalah keturunan marga kekuasaan sebagai raja ta

Di sekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat tinggal penduduk diantaranya Kampung Suhi Haluan, Siantar Bayu, Suhi Kahean, Pantoan, Suhi Bah Bosar, dan Tomuan. Daerah-daerah tersebut kemudian menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar yaitu:

1. Pulau Holing menjadi Kampung Pematang 2. Siantar Bayu menjadi Kampung Pusat Kota

3. Suhi Kahean menjadi Kampung

4. Suhi Bah Bosar menjadi

Setel menjadi daerah kekuasaan Belanda sehingga pada ta kekuasaan raja-raja. Kontroleur Belanda yang semula berkedudukan di Pematangsiantar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang bar

Pada ta Kemudian pada tanggal 1 Juli Pematangsiantar berubah menjadi Gemente yang mempunyai otonomi sendiri. Sejak Januari yang mempunyai Dewan.

Pada Setelah

Kot sampai ta

Berdasarkan UU No.1/ 1957 berubah menjadi Kota Praja Penuh dan dengan keluarnya Undang-undang No.18/ 1965 berubah menjadi Kota, dan dengan keluarnya Undang-undang No. 5/ 1974 tentang-Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah berubah menjadi Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar sampai sekarang.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.35 Tahu Tingkat II Pematangsiantar terbagi atas empat wilayah kecamatan yang terdiri atas 29 Desa/Kelurahan dengan luas wilayah 12,48 km² yang peresmiannya dilaksanakan oleh Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 17 Maret

Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu:

1. Kecamat

2. Kecamat

3. Kecamat

4. Kecamat

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1986 tanggal 10 Maret 1986 Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar diperluas menjadi 6 wilayah kecamatan, dimana 9 desa/Kelurahan dari wilaya

masuk menjadi wilayah Kota Pematangsiantar, sehingga Kota Pematangsiantar terdiri dari 38 desa/kelurahan dengan luas wilayah menjadi 70,230 km²

Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu:

1. Kecamat 2. Kecamat 3. Kecamat 4. Kecamat 5. Kecamat 6. Kecamat

Selanjutnya, pada tanggal 23 Mei 1994, dikeluarkan kesepakatan bersama Penyesuaian Batas Wilayah Administrasi antara Kota Pematangsiantar da Kota Pematangsiantar menjadi seluas 79,9706 km².

Pada tahun 2007, diterbitkan 5 Peraturan Daerah tentang pemekaran wilayah administrasi Kota Pematangsiantar yaitu:

1. Peraturan Daerah No.3 tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan

Dokumen terkait