• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bab ini penulis menyampaikan tentang beberapa kesimpulan dan beberapa saran, serta pada akhir penulisan ini dilengkapi dengan penutup dan daftar pustaka.

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Membaca Al-Qur’an 1. Pengertian kemampuan

Menurut Lyle M. Spencer yang dikutip oleh Hamzah B. Uno dalam bukunya yang beijudul “Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran”, mendefinisikan kemampuan sebagai karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan/atau superior dalam suatu situasi (2008:139).

Pendapat R.M. Guion yang dikutip oleh Hamzah B. Uno dalam bukunya yang beijudul “Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran",

mendefinisikan kemampuan sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berfikir dalam segala situasi dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama (2008:129).

Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kemampuan adalah kapasitas seseorang dalam suatu situasi yang dapat dilihat dari pola pikir, sikap dan perilaku.

Kemampuan awal sangat penting peranannya dalam meningkatkan

kebermaknaan pengajaran yang selanjutnya berdampak dalam

memudahkan proses internal yang berlangsung dalam diri siswa ketika belajar. Adapun Reigeluth yang dikutip Hamzah B. Uno menegaskan

dalam bukunya “Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran",

karakteristik yang berkaitan dengan kemampuan awal yang berguna sebagai dasar dalam pemilihan strategi pengajaran yang optimal, antara lain:

a. Pengetahuan bermakna tak terorganisasi sebagai tempat mengaitkan pengetahuan hafalan (yang tak bermakna) untuk memudahkan retensi. b. Pengetahuan analogis, yang mengaitkan pengetahuan baru dengan

pengetahuan lain yang amat serupa; yang berada di luar isi yang sedang dibicarakan.

c. Pengetahuan tingkat lebih tinggi yang dapat berfungsi sebagai kerangka contohan bagi pengetahuan baru.

d. Pengetahuan setingkat yang dapat memenuhi fungsinya sebagai pengetahuan asosiatik/komparatif.

e. Pengetahuan tingkat yang lebih rendah yang berfungsi untuk mengkonkritkan pengetahuan baru atau juga penyediaan contoh. f. Pengetahuan pengalaman yang memiliki fungsi sama dengan

pengetahuan tingkat yang lebih rendah yaitu untuk mengkonkritkan dan menyediakan contoh bagi pengetahuan baru.

g. Strategi kognitif yang menyediakan cara mengolah pengetahuan baru mulai dari penyandian, penyimpanan sampai pada pengungkapan kembali pengetahuan yang telah tersimpan dalam ingatan (2008:160). Dari ketujuh karakteristik Reigeluth diatas dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan:

a. Pengetahuan yang akan diajarkan, meliputi: pengetahuan tingkat lebih tinggi, pengetahuan setingkat, pengetahuan tingkat lebih rendah dan pengetahuan pengalaman.

b. Pengetahuan yang berada di luar pengetahuan yang akan dibicarakan, meliputi: pengetahuan bermakna tak terorganisasi dan pengetahuan analogis.

c. Pengetahuan tentang ketrampilan generik hanya meliputi: strategi kognitif.

Setiap kemampuan awal yang diidentifikasi Reigeluth, dapat disimpulkan bahwa setiap kemampuan awal dapat bervariasi tingkat penguasaannya antara seorang siswa dengan siswa yang lain. Maka yang harus diperhatikan oleh perancang pengajaran adalah mana dari sejumlah kemampuan awal yang dapat memudahkan belajar sudah termasuk siap pakai, siap ulang, pengenalan dan untuk siswa yang mana.

2. Pengertian Membaca Al-Qur’an

Menurut Munawar Khalil yang dikutip oleh Howard M. Federspiel

dalam bukunya yang beijudul “Kajian al-Qur'an di Indonesia”,

mendefinisikan membaca Al-Qur’an adalah suatu bentuk ibadah, sebagaimana shalat dan puasa (1996:49). Sedangkan menurut Ahmad Syarifuddin dalam bukunya “Mendidik A nak', membaca adalah jembatan menuju pemahaman, pengalaman dan penerapan dalam Al-Qur’an (2002:49).

Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Soedarso menjabarkan sebagaimana dikutip oleh Mulyono mengemukakan bahwa membaca merupakan aktivitas komplek yang

memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup

Membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki. Membaca adalah keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh seseorang, disamping keterampilan menulis. Membaca merupakan salah satu cara untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan.

Menurut Haris seperti dikutip oleh Mulyono dalam buku yang beijudul “Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar”, ada lima tahap perkembangan membaca:

a. Kesiapan Membaca

Tahap ini mencakup rentang waktu dari sejak dilahirkan hingga pelajaran membaca yang diberikan umumnya pada saat masuk kelas satu Sekolah Dasar. Kesiapan menunjukkan pada taraf perkembangan yang diperlukan untuk belajar secara efisien.

b. Membaca Permulaan

Umumnya tahap membaca permulaan dimulai sejak anak masuk kelas 1 SD, yaitu saat anak berusia 6 tahun.

c. Ketrampilan Membaca Cepat

Tahap ketrampilan membaca cepat atau lancar biasanya teijadi pada data anak-anak duduk dikelas dua atau tiga Sekolah Dasar.

d. Membaca Luas

Biasanya terjadi pada saat anak-anak duduk dikelas 4 atau 5 Sekolah Dasar.

e. Membaca Yang Sesungguhnya.

Tahap membaca yang terakhir yaitu tahap membaca yang sesungguhnya (refinement o f reading stage) umumnya terjadi ketika anak-anak sudah duduk di SLTP dan berlanjut hingga dewasa. (1986: 200

)

Tahap perkembangan kesiapan membaca mencakup rentang waktu dari sejak dilahirkan hingga pelajaran membaca yang diberikan. Umumnya pada saat masuk kelas satu Sekolah Dasar. Kesiapan menunjukkan pada taraf perkembangan yang diperlukan untuk belajar secara efisien (1986: 201).

Tahap membaca permulaan umumnya dimulai sejak anak masuk kelas 1 Sekolah Dasar, yaitu saat anak berusia 6 tahun. Tahap ketrampilan membaca cepat atau lancar biasanya teijadi pada data anak-anak duduk dikelas dua atau tiga Sekolah Dasar. Tahap membaca luas biasanya terjadi pada saat anak-anak duduk dikelas 4 atau 5 Sekolah Dasar. Tahap membaca yang terakhir yaitu tahap membaca yang sesungguhnya

(refinement o f reading stage) umumnya teijadi ketika anak-anak sudah

duduk di SLTP dan berlanjut hingga dewasa (1986: 201-203).

Penggambaran secara lengkap tentang motivasi membaca diberikan oleh Hans E Giehrl, ia merincinya menurut tiga rangsangan dasar. Rangsangan pertama untuk membaca adalah keinginan untuk menangkap dan menghayati yang dijumpai di dunia. Dalamnya, disadari oleh hasrat berorientasi pada dunia sekelilingnya itu. Rangsangan dasar

kedua untuk membaca berasal dari hasrat untuk mengatasi atau setidaknya melonggarkan keterikatan manusia.

Dari akar yang sama, seperti rangsangan dasar untuk membaca yang kedua yaitu pengalaman ketidakpuasan dalam keadaan diri sendiri. Tumbuh juga rangsangan yang ketiga didalamnya lebih terungkap suatu sikap yang terdapat dalam jiwa manusia yaitu mencari keteraturan dan bentuk, mencari apa arti dan makna kehidupan manusia (Kurt Franz / Bernhard Meier, 1986: 8-9).

Dengan membaca juga dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman. Kadang orang akan lebih memahami dengan membaca apabila dibanding dengan melihat secara langsung atau mendengar.

Menurut YB. Sudarmanto dalam bukunya yang berjudul “Tuntunan

Metodologi Belajar”, untuk meningkatkan kemampuan membaca ada

beberapa langkah yang harus ditempuh:

a. Telitilah kesehatan mata (misalnya: apakah kaca mata yang dipakai masih cocok)

b. Membaca dengan sungguh-sungguh

c. Mempercepat cara membaca atau membaca bacaan yang terasa mudah dengan lebih cepat

d. Batinkanlah atau ulangilah dalam batin bahan yang telah dibaca. e. Tidak membaca selama dosen menerangkan atau dalam diskusi f. Menambah waktu membaca

\

g. Berkonsentrasi pada saat membaca dan tidak mengikuti hal lain yang bukan bahan bacaan

h. Mengembangkan kosa kata asing maupun baru yang sering dipakai dengan cara membuka kamus, mengikuti acara pembinaan bahasa baik di televisi atau surat kabar (1993:37).

Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Dalam bukunya Abdurahman Mulyono yang berjudul

“Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar” Kirk, Kliebhan dan Lemer

berpendapat ada delapan faktor yang memberikan sumbangan bagi keberhasilan belajar membaca, yaitu:

a. Kematangan mental b. Kemampuan visual

c. Kemampuan mendengarkan d. Perkembangan wicara dan bahasa e. Ketrampilan berfikir dan memperhatikan f. Perkembangan motorik

g. Kematangan sosial dan emosional h. Motivasi dan minat. (1986: 201)

Membaca adalah implikasi dari kemampuan awal yang berkembang yaitu kemampuan motorik dan kognitif. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis.

Al-Qur’an secara bahasa menurut Hasanuddin dalam bukunya

beijudul “Perbedaan Q ira’at dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath

Hukum dalam Al-Q ur’an'\ diartikan lafal Qur’an sama dengan Qira’at

Syukran. Bentuk kata keijanya adalah qara 'at yang berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dengan demikian, lafal Qur’an dan Qira’at secara bahasa berarti menghimpun dan memadukan sebagian huruf-huruf dan kata dengan sebagian lainnya (1995:13). Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah dalam QS. Al-Qiyamah, 75:17-18 :

Artinya : “Sesungguhnya atas tanggapan kamilah mengumpulkannya (didadamu) dan (membuat pandai) membacanya. Apabila

kamu telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacanya

itu".

Kata Al-Qur’an menurut Fahmi Amrullah dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Al-Q ur’an Untuk Pemula" mengemukakan Al-Qur’an merupakan bentuk mashdar dari kata kerja qara 'a. Adapun menurut istilah para ulama Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad S.A.W disampaikan secara mutawatir, bernilai ibadah bagi umat muslim yang membacanya dan ditulis dalam mushaf- m ushaf(2008:1).

Berdasarkan definisi diatas, jelas bahwa semua kalamullah yang tidak diturunkan kepada Nabi Muhammad saw seperti: Zabur, Taurat dan Injil. Adapun pengertian Ibadah bagi yang membacanya ini membedakan Al-Qur’an dengan Hadist Qudsy. Al-Qur’an diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw dengan perantara Malaikat Jibril a. s, wahyu pertama kali diterima oleh beliau adalah QS. Al-Alaq, ayat 1-5 :

b*1 O cr? oL"i 'P <3^ 0 3 ^ f~< t*l

Jj

a & o

JaTi.

jt t*# o j£Vf

A rtin y a : “B acalah dengan (m enyebut) nam a Tuhanm u Yang m enciptakan (1) D ia telah m enciptakan m anusia d a ri segum pal d a ra h (2) B acalah, dan Tuhanm ulah Yang M a h a P em urah (3 ) Yang m engajar (m anusia) dengan p e ra n ta ra n kalam (4 ) D ia m engajar kepada m anusia ap a y a n g tid a k diketahuinya (5)

Al-Qur’an adalah sumber hukum sekaligus bacaan yang diturunkan secara mutawatir, artinya kemutawatiran Al-Qur’an teijaga dari generasi ke generasi. Di masa Rasulullah saw para sabahat menerima Al-Qur’an secara langsung dari beliau, selanjutnya mereka sangat antusias menghafal, memahami dan menyampaikan Al-Qur’an kepada sahabat yang lain atau kepada generasi selanjutnya sesuai dengan yang mereka terima dari Rasulullah saw tanpa berkurang satu huruf pun.

Menurut Fahmi Amrullah dalam bukunya yang beijudul “Ilm u

A l-Q u r ’an U ntuk P em ula”, mengemukakan bahwa kemutawatiran

Al-Qur’an juga menjadikannya sebagai dalil yang q a t’i (pasti). Menurut Jumhur Ulama, segala berita yang disampaikan secara mutawatir tidak mungkin diragukan lagi keabsahannya. Al-Qur’an terbagi dalam 30 juz, 114 surat dan kurang lebih 6666 ayat. Berdasarkan panjang pendeknya surat dalam Al-Qur’an, para ulama membagi ke dalam 4 kategori yaitu

a. Kedudukan Al-Qur’an, sebagai berikut:

1) Sebagai mukjizat Nabi Muhammad yang terbesar

Al-Qur’an sebagai mukjizat merupakan tantangan bagi orang Arab setelah mereka memberi persepsi yang keliru terhadap Al-Qur’an, sehingga para ulama sepakat bahwa Al-Qur’an itu merupakan mukjizat nabi Muhammad yang paling besar. Mukjizat Al-Qur’an dapat dilihat dari segi bahasa dan isi kandungannya. 2) Sebagai kitab suci umat Islam

3) Sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat Islam.

Sesungguhnya Al-Qur’an ini sebagai tali hubungan kepada Allah yang sangat kukuh dan sebagai cahaya yang menerangi dan obat penyembuh yang sangat berguna, dapat memelihara siapa yang berpegang padanya dan menyelamatkan bagi siapa yang mengikutinya, tidak kuatir berbelok untuk ditegakkan dan tidak tersesat untuk diulang, tidak akan habis nikmat mutiaranya, tidak akan lapuk karena sering diulang-ulang.

b. Keistimewaan Al-Qur’an 1) Dari segi bahasa

Keistimewaan Al-Qur’an dari segi bahasa telah diakui oleh ahli sastra Arab, baik dimasa Nabi saw maupun masa sesudahnya. Selanjurnya Muhammad Abduh mengemukakan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada masa yang terkenal dengan banyaknya ahli-ahli Arab. Akan tetapi sejarah membuktikan bahwa tidak seorangpun

diantara sastrawan-sastrawan Arab itu yang mampu membuat suatu gubahan yang seindah gubahan Al-Qur’an, ini merupakan bukti bahwa Al-Qur’an itu benar-benar istimewa / mukjizat.

2) Dari segi kandungan isi, Al-Qur’an dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu:

a) Merupakan isyarat ilmiah. Al-Qur’an banyak berisi informasi ilmu pengetahuan walaupun hanya dalam bentuk isyarat ilmiah seperti informasi ilmu pengetahuan alam, antara lain dikatakan bahwa bumi dan langit sebenarnya suatu yang padu dan setelah terpisah dijadikan suatu yang hidup (QS 21:30) dan bahwa seluruh kehidupan berasal dari air (QS 21:30) dan bahwa alam semesta terbentuk dari gumpalan gas (QS 4:11) b) Merupakan sumber hukum; Al-Qur’an memberikan andil yang

kuat dalam pertumbuhan hukum bahkan Al-Qur’an tetap merupakan produk hukum yang ideal hingga masa kini.

c) Menerangkan suatu ibrah (teladan) dan khabar ghoib baik yang terjadi pada masa lalu, sekarang maupun masa yang akan datang, Al-Qur’an banyak mengandung berita-berita tentang hal-hal yang ghoib seperti surga, neraka, hari kiamat, dan hari

perhitungan. Selain itu Al-Qur’an juga banyak

mengungkapkan kisah-kisah para nabi dan kisah umat manusia

Samud, kisah nabi Yusuf dan nabi Ibrahim As Al-Qur’an banyak pula menyinggung.

3) Keutamaan membaca Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah salah satu bukti Allah SWT semata. Al-Qur’an mengandung nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang harus dilaksanakan oleh manusia. Al-Qur’an merupakan sumber hukum dan aturan yang utama bagi umat Islam dan merupakan rahmat yang tiada banding dalam kehidupan, karena didalamnya terkumpul wahyu ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa saja yang mengimaninya. Orang yang beriman, kecintaan kepada Al-Qur’an akan bertambah sebagai bukti cintanya dia akan semakin bersemangat membacanya setiap

waktu memperlajari isi kandungan dan memahaminya.

Selanjurnya, akan mengamalkan Al-Qur-an dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan Allah SWT maupun dengan lingkungan sekitarnya.

Tanda-tanda keimanan seseorang juga dapat dilihat dari seberapa besar kecintaannya kepada Al-Qur’an. Semakin tebal keimanan seseorang, akan semakin dalam cintanya kepada Al-Qur’an. Sehingga tidak hanya menganggap sebagai ibadah, melainkan sudah menjadi kebutuhan dan penawar atas kegelisahan jiwanya. Allah SWT berfirman dalam:

V 3 ^ Cr? J -A ’J

I j l ^ * l a * i i t f i < j ;

Artinya : "Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian". (QS. Al-Isra, 17: 82)

Menurut Salim Bahreisj dalam bukunya “Mabahis Fi Ulum

A l Qur'an” bahwa Rasulullah Muhammad saw menganjurkan

kepada kita agar selalu membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya karena di dalamnya mengandung banyak hikmah dan berkah. Sebagaimana dalam HR. Muslim, yaitu:

N \

^ ^ u ^

4-* LaJI ^ b <u 0!jje)\ Ijj5l I (Jy u

(^L w . « Ijj)

Artinya : "Abu Umamah ra berkata : saya telah mendengar Rasulullah S.A. W bersabda: Bacalah Al-Qur 'an karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pembela bagi

orang yang mempelajari dan menaatinya" (1987: 122).

4) Adab membaca Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab suci, sehingga untuk membacanya diperlukan aturan-aturan karena membaca Al-Qur’an merupakan ibadah. Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa mempelajari Al-Qur’an adalah wajib, sebab Al-Qur’an adalah pedoman paling pokok bagi setiap muslim.

Adab membaca Al-Qur’an menurut Ahmad Syarifuddin dalam bukunya berjudul “Mendidik Anak”, antara lain :

a) Berpenampilan bersih dan rapi. b) Membersihkan mulut.

c) Di tempat yang bersih.

d) Diawali dengan membaca to ’awudz.

e) Membaca basmalah setiap awal surat. f) Dengan suara yang bagus.

g) Bertajwid.

h) Konsentrasi (2002 : 87-92).

Dengan mempelajari Al-Qur’an, terbuktilah sebuah umat Islam bertanggung jawab terhadap kitab sucinya. Rasulullah saw telah menganjurkan kita untuk mempelajari dan mengajarkan Al- Qur’an kepada orang lain, sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw:

*))! J l i aSJI

* * \

o T y <5)1

Artinya: “Usman bin Affan ra berkata: Rasulullah saw bersabda: sebaik baik kamu yaitu orang yang mempelajari A l-Q ur’an dan mengajarkannya kepada orang lain”

(HR Bukhari).

Mempelajari Al-Qur’an merupakan keharusan bagi umat Islam. Dalam proses belajar, tentunya ada tingkatan-tingkatan mulai dari yang paling dasar yaitu mengeja huruf sampai lancar

membacanya, setelah itu mempelajari arti dan maksudnya untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Apabila sudah mampu melafalkan bacaan Al-Qur’an dengan lancar dan fasih, barulah diajarkan maksud dan arti yang

terkandung dalam Al-Qur’an serta menghimbau untuk

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Cara

menyampaikan maksud dan arti dari Al-Qur’an dapat ditempuh dengan berbagai cara, misalnya: dengan menyampaikan kisah- kisah dalam Al-Qur’an atau mengkaitkan suatu kejadian.

Bagi setiap muslim yang membaca Al-Qur'an tidak hanya mempunyai nilai ibadah yang akan mendapatkan pahala dari setiap hurufnya tetapi juga akan mendapatkan kesuksesan yang sejati dalam hidupnya baik di dunia maupun di akhirat, karena di dalam pokok-pokok ibadah mengandung nilai-nilai yang agung membawa efek baik bagi yang melaksanakannya maupun kepada orang yang lain. Islam merupakan manifestasi rohaniah pengagungan terhadap dzat semesta pernyataan kerendahan dan kelemahan di hadapan dzat yang maha perkasa, sehingga dapat menghancurkan kesombongan hati, ia juga merupakan realisasi pernyataan terima kasih kepada Tuhannya. Al-Qur'an adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan pertama ajaran Islam, yang menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia yang diturunkan Allah sebagai salah satu rahmat yang tidak ada bandingannya dengan kitab-kitab

lain. Dengan kata lain, Al-Qur'an merupakan sumber dari segala sumber hukum dan satu-satunya kitab suci yang dilegalisasi oleh Allah sebagai penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya. Dan Al- Qur'an merupakan petunjuk (hidayah) dan penjelas terhadap jalan hidup manusia.

Dalam membaca Al-Qur’an, Fahmi Amrullah dalam bukunya berjudul “Ilmu A l-Q ur’an Untuk Pemula” menegaskan bahwa perlu diajarkan mengenai ilmu tajwid. Sedangkan yang dimaksud dari ilmu tajwid adalah suatu cabang ilmu yang mengatur tata cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar (2008:71). Ilmu tajwid tersebut berisi cara pengucapan huruf yang benar, melatih lidah mengucapkan huruf sesuai makhrajnya, mengetahui panjang pendek suatu bacaan dan sebagainya.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa kita sebagai umat Islam harus ikut menjaga kemurnian Al-Qur’an dengan membaca dan mempelajari Al-Qur’an dengan baik karena Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang menjadi sumber aqidah kita serta menjadi pedoman hidup yang abadi.

B. Metode Qiro'ati

1. Pengertian Metode Pembelajaran.

Syifiil Bahri Djammarah berpendapat, metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan

penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satupun metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan (1991:53).

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan dan dapat menarik perhatian peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi juga harus tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan dengan kondisi psikologi anak didik. Oleh karena itu, disinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat.

Untuk mengetahui metode qiro'ati, maka kita perlu mengetahui apa itu metode pembelajaran karena metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok.

2. Faktor Penggunaan Metode Pembelajaran.

Pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya menguntungkan, apabila guru mengabaikan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penggunaan. Menurut Winamo Surakhmad yang dikutip oleh Syaiful Bahri Dj amarah dalam bukunya “Strategi Belajar

Mengajar” mengemukakan 5 (lima) macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar, sebagai berikut :

a. Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya. b. Tingkat kematangan siswa yang berbagai macam. c. Situasi yang berubah-ubah keadaannya.

d. Fasilitas.

e. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda (1995:54).

Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dalam bentuk apapun akan ditentukan dari baik atau tidaknya penerapan suatu metode pengajaran terpilih sehingga sangat berpengaruh pada tujuan yang dicapai

Berdasarkan model KTSP Departemen Pendidikan Nasional standar ketuntasan belajar PAI adalah 65% (2007:14) , apabila penguasaan bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% maka belum memenuhi standar ketuntasan yang ditentukan.

3. Metode Qiro'ati a. Definisi

Dari pengertian metode pembelajaran diatas, penulis memilih metode Qiro'ati sebagai bahan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi membaca Al-Qur’an siswa kelas V SD Negeri Butuh 2 Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.

Tabel 2.1Komponen membaca Al-Qur’an

Komponen Membaca AI-Qur’an

No Komponen Keterangan

Makhroj Tajwid Kelancaran

1 A nak tidak keliru A nak dapat m em b aca A nak dapat m em b aca T dalam m em baca bacaan hukum -hukum bacaan secara cepat I

Dokumen terkait