• Tidak ada hasil yang ditemukan

saran-saran penulis kaitannya dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

3. Bagian akhir skripsi yang berisi antara lain daftar kepustakaan sebagai rujukan penulis membuat landasan teori pada penelitian ini, dan lampiran berkaitan dengan penelitian.

BAB

n

KAJIAN PUSTAKA

A. Penulisan Al-Qur’an

H uruf hijaiyah adalah abjad Arab yang digunakan dalam penulisan Al- Qur’an dan Hadits. Penulisan Al-Qur’an sendiri telah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW. Penulisan Al-Qur’an dilakukan secara berhati-hati, sehingga sampai sekarang Al-Qur’an tetap berada pada orisinilitasnya. Hal ini sesuai dengan penuturan Zaid bin Tsabit : “setelah saya menulis wahyu yang telah didiktekan Nabi Muhammad SAW kepada saya, segera beliau meminta untuk dibacakannya, lalu saya membacanya, kemudian beliau membagikan hasil catatan itu kepada orang banyak untuk disalin dan dihafal.17

Bentuk huruf hijaiyah telah mengalami banyak perubahan. Pada zaman Rasul, bentuk huruf hijaiyah tanpa titik dan baris. Namun demikian hal ini tidak mempengaruhi pembacaa A I-Q ur'an, karena para sahabat dan para tabiin adalah orang-orang yang fasih dalam bahasa Arab. Oleh sebab itu mereka dapat membacanya dengan baik dan tepat. Akan tetapi setelah ajaran agama Islam tersiar dan banyak bangsa yang bukan bangsa Arab memeluk agama Islam, sulitlah bagi mereka membaca Al-Qur'an tanpa titik dan baris itu

Apabila keadaan demikian dibiarkan, dikhawatirkan bahwa hal ini akan menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pembacaan Al-Qur'an.

17 Prof. Dr. Umar Shihab, M A., KontekstualitasAl-Qur'an, Jakarta, Penamadani, 2004, him. 180

Maka Abu Aswad Ad-Duwali mengambil inisiatif untuk memberi tanda- tanda dalam Al-Quran dengan tinta yang berlainan warnanya dengan tulisan Al- Qur'an. Tanda-tanda itu adalah titik diatas untuk fat-hah, titik di bawah untuk

kasrah, titik di sebelah kiri atas untuk dhammah, dan dua titik untuk tanwin, hal

ini terjadi pada masa Muawiyah.

Kemudian di masa khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705 M). Nashir bin Ashim dan Yahya bin Ya’mar menambahkan tanda-tanda untuk huruf-huruf yang bertitik dengan tinta yang sama dengan tulisan Al-Qur'an. Itu adalah untuk membedakan antara maksud dari titik Abui Aswad ad Duali dengan titik yang baru ini. Titik Abui Aswad adalah untuk tanda baca dan titik Nashir bin Ashim adalah titik huruf. Cara penulisan seperti ini tetap berlaku pada masa bani Umayyah, dan pada permulaan Abbasiyah, bahkan tetap dipakai pula di Spanyol sampai pertengahan abad ke 4 H. Bahwa kemudian ternyata cara pemberian tanda seperti ini menimbulkan kesulitan bagi para pembaca Al- Qur'an, karena terlalu banyak titik, sedang titik itu lama-kelamaan hampir menjadi serupa warnanya.

Maka Al-Khalil mengambil inisiatif, untuk membuat tanda-tanda yang baru, yaitu huruf waw kecil (* ) di atas untuk tanda dhammah, huruf alif kecil ( i ) untuk tanda fatha, huruf yaa kecil ( j ) untuk tanda kasrah, kepala huruf syin ( * ) untuk tanda syiddah, kepala ha ( ') untuk sukun dan kepala 'ain ( * ) untuk

hamzah. Kemudian tanda-tanda ini dipermudah, dipotong dan ditambah

19

Adapun Al-Qur'an yang telah dibukukan yang sampai pada kita sekarang ini khususnya yang ada di Indonesia ditulis berdasarkan bahasa Quraisy.18

B. M enyambung H uruf Hijaiyah

H uruf hijaiyah dapat dituliskan secara terpisah ataupun bersambung. Menyambung huruf hijaiyah berarti merangkai abjad Arab sesuai dengan kaidah penulisan Al-Qur’an. Huruf-huruf hijaiyah akan sedikit berubah ketika pada posisi di awal, tengah atau akhir.

Berikut adalah penulisan huruf hijaiyah ketika berada di posisi awal, tengah dan akhir kata :

Tabel 1

Cara Menulis Huruf Hijaiyah Sambung

H uruf Sambung H uruf

Akhir H uruf Tengah H uruf Awal H uruf Dasar 1 2 3 4 5 ill l 1 I 1 SAW C A A J Lmi « 0 4 A i J Ci A CA A A J i £ > C C M > C C C M >

18 Muhammad Zainal Abidin, http://metabied. wordpress. com /2009/10/30/budaya-baca-tlis al qur'an masyarakat Sulawesi selatan/diakses 1 Agustus 2010

JJJ JL JL J J)

• ♦

*

JJJ JL JL

*

J J

JJJ

j

J J

JJJ

j

j

J J

1 2 3 4 5

(JM U hU U

t r

«M h «U *

0 “

* > * hM

A

U*

«M h

A A cf>

u* «d +0 o*

{ 'jA M fa d

a J* JS

0

o*

u.u Ja L Ja ia

Ubb £ k Ja

4«* t

JL

A t

4 ^ t

A

i t

,

iU CA

A

i ui

jia J

A i J

. f l «

<il £ * d

JU J- JL J J

f A «« f

*

* *

CP 0 J

j

0

J J J J J J J

H * 4A A

21 VW 51 51 V V f f f f f f p J «• J 4 --- --- --- . J 9

Namun tidak semua huruf hijaiyah dapat ditulis bersambung, baik di awal, tengah atau belakang. Ada enam huruf hijaiyah yang tidak dapat disambung dengan huruf sesudahnya. Keenam huruf tersebut adalah alif ( ') , dai ( j ), zal ( j ), ra ( j ), zai ( j )dan wau ( j ).19 20 21

Huruf alif ( ') hanya dapat disambung jika ia terletak di akhir kata.

C ontoh: akhir tengah awal

t -v r. OjUil) 1 * 0Juuil \

Huruf alif di posisi awal dan tengah tidak dapat disambung dengan huruf sesudahnya. Sedangkan huruf dai, zal, ra, zai dan wau hanya dapat disambung dengan huruf sebelumnya. Contoh :

Akhir tengah awal

.1 •*<* 2s %' o " h - j J J * *

J D

j o ' <> ft J

19 Ibid Muhammad Zainal Abidin

20 M. Zaid Su’udi, S. Ag., Ayo Belajar Membaca dan Menulis Al-Qur’an, Yogyakarta, 2007, Pustaka Insan Madani, him. 48

Ketika berada di awal, tengah dan akhir, huruf-huruf hijaiyah ini sama tidak ada perubahan. Khusus untuk huruf ta, ketika berada di akhir kata tidak selalu berupa ta panjang (o ), Kadang-kadang huruf ta yang terletak di akhir berbentuk ta marbutah atau ta yang bentuknya melingkar ( ® atau '<*).

Adakalanya ta marbuthah bersambung dengan huruf sebelumnya. Contoh : Bentuknya bulat, namun sedikit diangkat (*->).

Tapi adakalanya pula ta marbutah ditulis secara terpisah. Contoh:

i j jjc_Lui bentuknya bulat ( s j.22

Penulisan huruf hijaiyah berbeda dengan penulisan huruf latin. Cara menuliskan huruf Al-Qur’an dimulai dari sebelah kanan, diteruskan ke sebelah kiri.23

Huruf hijaiyah juga tidak mengenal huruf besar pada awal kalimat seperti yang kita kenal dalam Bahasa Indonesia.

C. Metode Turnamen Belajar

Teknik ini merupakan versi sederhana dari “Turnamen permainan tim”, yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan rekan-rekannya. Teknik ini menggabungkan kelompok belajar dan kompetisi tim dan biasa digunakan untuk meningkatkan pembelajaran beragam fakta, konsep dan ketrampilan.24

22 Ibid., him. 42

23 H. Syamsul Bahri, Cepat Pintar Membaca Menulis Mengerti Al-Qur 'an, Jakarta, Cet. Ke-IV, 1993, PT. Dian Intan Nusantara, him. 12

23

Dengan keija sama kelompok diharapkan peserta didik bisa menjadi tutor sebaya bagi temannya. Kompetisi tim akan memacu peserta didik untuk selalu menang atau berlomba mendapatkan nilai yang terbaik.

Langkah penggunaan metode Turnamen Belajar: 1. Persiapan

a. Bagi siswa dalam tim yang terdiri atas 2-8 anggota.

b. Beri nama tim sesuai tema pelajaran karena pembelajaran di kelas II MI disampaikan secara tematik.

2. Pelaksanaan

a. Memberikan materi kepada tim untuk dipelajari bersama. Materi tersebut tentang perubahan bentuk huruf hijaiyah.

b. Membuat pertanyaan yang menguji pemahaman dan ingatan akan materi pelajaran. Format yang digunakan adalah pilihan ganda, benar/salah dan mengisi titik-titik.

c. Membagikan pertanyaan pada siswa yang hams dijawab siswa secara perseorangan (Ronde Pertama)

d. Setelah pertanyaan diajukan, sediakan jawaban dan perintahkan siswa untuk menghitung jumlah pertanyaan yang mereka jawab dengan benar. Selanjutnya perintahkan mereka untuk menyatukan skor mereka dengan tiap anggota tim mereka untuk mendapatkan skor tim. Umumkan skor dari tiap tim.

e. Beri kesempatan pada siswa yang belum bisa menjawab dengan benar untuk membetulkan jawabannya lagi, dengan catatan jawaban tersebut tidak menambah nilai bagi tim.

f. Perintahkan semua siswa untuk belajar lagi untuk ronde kedua dalam turnamen. Kemudian ajukan pertanyaan tes lagi sebagai bagian dari “ronde kedua” perintahkan tim untuk sekali lagi menggabungkan skor mereka dan menambahkannya ke skor mereka di ronde pertama.

g. Jumlahkan skor tim dari ronde pertama dan terakhir. Umumkan kepada siswa tim yang keluar sebagai pemenang.

3. Penutup

a. Beri motivasi pada seluruh siswa.

b. Berikan bimbingan belajar bagi siswa yang belum menguasai materi dengan baik.

D. Pembelajaran Menulis dalam Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits

1. Tujuan Pembelajaran Menulis Al-Qur’an dan Hadits

Salah satu nama lain .41-Qur’an adalah Al Kitab yang berarti “yang tertulis”. Rekaman Al-Qur'an dan Hadits dalam bentuk tulisan memiliki manfaat yang sangat besar bagi umat Islam. Proses penyampaian Al-Qur’an Hadits dalam bentuk tulisan meminimalkan kesalah tafsiran, ataupun cara baca terhadap keduanya. 25

25

Tulisan menjadi alat bantu komunikasi yang efektif bagi manusia yang terpisah ruang dan waktu. Melalui tulisan pula rekam jejak perkembangan manusia dapat diketahui.

Mahir dalam menulis Al-Qur’an dan Hadits menjadi nilai lebih bagi orang yang menguasainya. Penulisan wahyu pada masa Rasulullah didorong karena banyaknya penghafal Al-Qur’an/hafidz yang gugur di medan perang. Jika wahyu tidak didokumentasikan dikhawatirkan generasi

selanjutnya tidak bisa mempelajari Al-Qur’an.

Pada masa sekarang ini, pembelajaran menulis Al-Qur’an dan Hadits telah dimulai pada sekolah tingkat dasar, yakni Madrasah Ibtidaiyah / MI. Hal ini bertujuan agar umat Islam sejak dini mampu menulis Al-Qur’an secara baik dan tepat.

Dengan menulis anak dapat membaca kembali huruf-huruf yang ditulisnya, sehingga anak akan mudah untuk mempelajarinya.

Pembelajaran menulis Al-Qur’an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran menulis, yakni:

a. Aspek pengetahuan / knowing

Dalam hal ini peserta didik dibekali pengetahuan mengenai berbagai hal yang berkenaan dengan tata cara penulisn Al-Qur’an dan Hadits.26 Penulisan Al-Qur’an dan Hadits dilengkapi dengan tanda baca dan teknik menyambung.

Pengetahuan-pengetahuan dasar semacam inilah yang paling pokok diberikan kepada peserta didik. Selain pengetahuan tata cara penulisan, peserta didik juga dibekali dengan pentingnya menguasai Al- Qur’an dan Hadits dalam bentuk tulisan.

b. Aspek pelaksanaan / doing

Pelaksanaan yang dimaksud adalah peserta didik terampil dalam menuliskan ayat-ayat dari surat-surat tertentu dalam ju z ’amma maupun hadits-hadits pilihan yang menjadi materi pelajaran.27

Pembelajaran diawali dengan menuliskan huruf hijaiyah dan tanda bacanya, dilanjutkan cara menyambung huruf hijaiyah dan tanda bacanya. Setelah proses ini dikuasai peserta didik dilanjutkan dengan menulis surat-surat pendek dan hadits.

Apabila peserta didik telah mamopu dan trampil menulis ayat- ayat dan surat-surat tertentu atau hadits-hadits yang telah diajarkan dengan baik, tepat dan rapi maka tujuan aspek doing telah tercapai. c. Aspek pembiasaan / being

Setelah peserta didik memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam penulisan Al-Qur’an dan Hadits, tahap selanjutnya pesertta didik diharapkan tidak sekedar tahu tetapi dapat menyatu dengan kepribadiannya. Proses peleburan pengetahuan dan ketrampilan ke dalam kepribadiannya disebut dengan proses internalisasi yang menjadi tujuan dari aspek pembiasaan/being. Hal ini dilakukan agar apa yang

27

telah diketahui dan dikuasai peserta didik dalam menulis Al Qur'an dan hadis dapat diejawantahkan dalam perilaku yang menyatu dalam kepribadiannya dan diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.

Pembiasaan bertujuan agar ketrampilan menulis Al Qur'an dan Hadis tetap terjaga dan tidak lupa. Teknik yang dapat digunakan diantaranya perlombaan dan penugasan.28

2. Rumusan indikator pembelajaran menulis Al Qur'an dan Hadis

Merumuskan indikator dalam sebuah pembelajaran merupakan hal yang sangat penting. Demikian pula dalam proses pembelajaran menulis Al-Qur'an dan hadis perlu dirumuskan indikatornya.

Indikator yang dirumuskan menjadi acuan dalam melihat keberhasilan proses pembelajaran dan proses penilaian.

Indikator pembelajaran menulis Al-Qur'an dan hadis adalah diupayakan agar peserta didik mampu :

a. Menulis huruf hijaiyah secara terpisah dengan tanda bacanya.

Dalam hal ini peserta didik diajarkan teknik menulis semua huruf hijaiyah yang baik dan tepat mulai huruf alif ( t ) sampai dengan huruf (

Lf ). Misalnya, dengan memberitahukan bahwa menulis huruf hijaiyah dari tepi kanan: menulis huruf alif ( ' ) dari atas kebawah, begitu seterusnya sampai lengkap huruf hijaiyah diajarkan cara menulisnya. Dengan demikian indikator ketercapaian pembelajaran menulis pada tahap ini diupayakan agar peserta didik mampu :

28

1) Menulis huruf-huruf hijaiyah dengan baik, tepat dan rapih.

2) Menulis huruf-huruf hijaiyah secara terpisah lengkap dengan tanda bacanya dengan baik, tepat dan rapih.29

b. Menulis huruf-huruf hijaiyah secara bersambung dan tanda bacanya. Setelah peserta didik mampu menulis huruf-huruf hijaiyah secara terpisah lengkap dengan tanda bacanya, proses selanjutnya adalah peserta didik diajarkan cara-cara menulis huruf hijaiyah secara bersambung lengkap denga tandabacanya.

Guru mengenalkan dan mengajarkan kepada peserta didik huruf- huruf hijaiyah yang disambung dan tidak dapat disambung guru mengajarkan cara menulis huruf-huruf hijaiyah yang disambung ketika berada di awal, di tengah atau di akhir suatu lafadh atau kata.

Indikator ketercapaian pada tahap ini diusahakan peserta didik m am p u :

1) Menulis huruf-huruf hijaiyah secara bersambung lengkap dengan tanda bacanya dengan baik, tepat dan rapih.

2) Menulis kalimat pendek teks arab dengan tanda bacanya dengan baik, tepat dan rapih.30

c. Menulis surat-surat ju z 'amma dan hadis-hadis pilihan sesuai tanda beanya.

29 Ibid.,him 138. 30 Ibid.,hlm 138.

29

Pada rumusan indikator ini diharapkan peserta didik terampil menulis surat-surat juz 'amma dan hadis-hadis pilihan yang menjadi materi pelajaran dengan baik, tepat dan rapih.

E. Materi Mata Pelajaran Al-Qur'an Hadis Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Semester 01.

Mata pelajaran Al Qur’an dan Hadis adalah bagian dari mata pelajaran agama di Madrasah Ibtidaiyah. Pemerintah menetapkan standar isi yang berisi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk mencapai tujuan masing-masing pelajaran. Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Al Qur’an Hadis kelas II Madrasah Ibtidaiyah Semester 01 adalah sebagai berikut:

1. Standar kompetensi (SK)

a. Menulis huruf hijaiyah secara terpisah dan bersambung b. Memahami kaidah ilmu tajwid

c. Menghafal surat-surat pendek 2. Kompetensi dasar (KD)

1.1. Menulis huruf hijaiyah secara terpisah dengan benar

1.2. Menulis huruf-huruf hijaiyah secara bersambung lengkap dengan benar 2.1. Menerapkan tanda baca wagaf dan wasal

3.1. Melafalkan surat Al Kausar secara benar dan fasih

3.2. Menghafalkan Melafalkan surat Al Kausar secara benar dan fasih."1

31 Standar kompetensi lulusan dan standar isi pendidikanagama islam dan bahasa arab di madrasah, 2008, Jakarta, Direktorat Jendral pendidikan islam, him. 6.

A. Gambaran Situasi Umum MI Karangduren

1. Sejarah singkat MI Karangduren

Madrasah Wajib Belajar (MWB) adalah awal berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Karangduren. Bertempat di mushola Wedilelo. Madrasah Wajib Belajar yang selanjutnya disebut dengan Madrasah Diniyah ini selalu dipenuhi santri yang ingin belajar agama. Melihat antusias masyarakat yang tinggi terhadap madrasah maka pada tahun 1961 para tokoh masyarakat, ulama dusun Wedilelo berinisiatif mendirikan madrasah yang lebih formal/Madrasah Ibtidaiyah.

Para tokoh tersebut adalah : Bp. Asruri/Tokoh agama, Bp. Hasyim / Tokoh Masyarakat, Bp. Nur Salim / Guru, Bp. Masjuri / Tokoh Masyarakat

Tahun 1961 Madrasah Ibtidaiyah Karangduren mulai menerima siswa baru. Karena belum mempunyai gedung sendiri maka proses belajar mengajar dilaksanakan di mushola dan di rumah bapak Nur Salim.Tahun 1965, atas swadaya masyarakat berdirilah gedung baru yang sederhana, yang masih berupa papan dan lantai masih tanah.

Tahun 1972 MI ini mendapatkan bantuan rehab dari pemerintah untuk membangun gedung. Bantuan ini kemudian dipergunakan untuk menambah lokal baru di atas tanah wakaf dari bapak H. Subhan Bajuri. Sejak tahun 1972 inilah Madrasah Ibtidaiyah Karangduren mempunyai dua

31

lokal yakni di sebelah selatan jalan dan sebelah utara jalan. Sekitar tahun 1990-an, mendapatkan bantuan dari pemerintah. Bantuan ini dipergunakan untuk merehab gedung yang berada di sebelah utara jalan.

Pembenahan bukan hanya dilakukan secara fisik tetapi juga non fisik. Dalam perkembangan selanjutnya, Madrasah Ibtidaiyah Karangduren mampu mensejajarkan diri dengan Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tengaran. Menjadi regu tergiat putra-putri SD Ml sekecamatan (2007), mewakili kecamatan dalam jambore kabupaten (2009), peringkat UASBN ke delapan SD/MI sekecamatan (2008/2009) merupakan sebagian kecil dari prestasi yang telah diraih Madrasah Ibtidaiyah Karangduren.

Eksistensi Madrasah Ibtidaiyah Karangduren tak lepas dari peran serta komite yang selalu mendukung kinerja sekolah. Bp. Subhan Bajuri, Aim. Bp. Muzakkir, Bp. Muh. Haris (Yaspinamat) dan Bp. K.H. fatchul Mu'in adalah tokoh yang senantiasa memberikan dukungan bagi perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Karangduren. Tahun 2009 adalah tahun bersejarah bagi Madrasah Ibtidaiyah Karangduren karena pada tahun tersebut Madrasah Ibtidaiyah Karangduren mendapat nilai akreditasi "A" dan berhasil membeli tanah untuk menambah lokal baru.

Dengan harapan, semoga dengan luas tanah yang ideal, Madrasah Ibtidaiyah Karangduren kelak dapat menjadi Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN).

2. Letak geografis MI Karangduren

Madrasah Ibtidaiyah Karangduren terletak di Desa Karangduren. Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Adapun batas-batasnya sebagai berikut:

a. Bagian timur dengan batas area rumah Bapak H. Mundiri b. Bagian selatan dengan batas area rumah milik Bapak Chumaidi c. Bagian barat dengan batas milik Ibu Nurul

d. Bagian utara dengan batas area kebun salak milik Bapak Ichwan 3. Identitas MI Karangduren

a. Nomor Statistik : 112332202018

b. Alamat : Dsn. Wedilelo, Ds. Karangduren, Kec. Tengaran, Kab Semarang

c. Status : Terakreditasi A d. Tanggal SK Akreditasi : 11 November 2009

e. Yayasan Penyelenggara: Yayasan Pendidikan Amanat Umat (YASP1NAMAT)

4. Keadaan gedung MI Karangduren

Gedung MI Karangduren Tengaran sudah layak dan mencukupi sebagai salah satu sarana pendidikan. MI Karangduren Tengaran telah memiliki gedung yang meliputi;

a. 6 lokal kelas untuk kelas I - VI dengan ukuran 8 x 8 m2

b. 1 lokal ukuran 8 x 8 m2 terbagi menjadi ruang kepala sekolah dan ruang guru serta ruang komputer

c. Halaman sekolah

33

d. 1 lokal ukuran 8 x 8 m2 terbagi yang terbagi untuk ruang perpustakaan, mushola dan ruang UKS

e. 3 lokal WC dan kamar mandi, di antaranya 4 kamar mandi/WC di sebelah selatan, 1 kamar mandi sebelah utara, dan 1 kamar mandi khusus guru di sebelah selatan gandeng dengan mushola

5. Keadaan guru M I Karangduren

Jumlah guru yang mengajar di MI Karangduren Tengaran seluruhnya ada 9 orang. Selain bertugas secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, para guru juga bertanggungjawab terhadap program ekstra kurikuler.

Untuk lebih jelasnya mengenai data guru MI Karangduren Tengaran dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2

Keadaan Kepala dan Guru MI Karangduren Tengaran Tahun Ajaran 2010/2011 No Nama/NIP Tempat, Tgl. lahir L/ P Pend./Thn Jab 1. Umi Irtifaiyah M, S.Pd. 197312282005012002 Kab. Smg, 28-12-1973 P S 1 / 9 9 Kep.

2. N ur Sikhah, S.Ag. Kab. Smg, 07-10-1971

P S 1 / 9 7 Guru

3. Alfi Nugrahani Kab Smg,

22-07-1980

4. Khumasiatul Arifah Kab. Smg, 06-09-1983

P S 1 / 09 Guru

5. Muhammad Muin Kab. Smg,

13-04-1983

L S 1 / 09 Guru

6. Supadi, S.H.I. Kab. Smg,

07-03-1982

L S 1 / 07 Guru

7. Fitriyah Kab. Byll

28-05-1978

P D I I / 01 Guru

8. Puji Sahri, S.Pd.I. Kab. Smg, 30-10-1979

L S 1 / 0 5 Guru

9. Roqoyyah Kab. Smg,

04-10-1947

P SPG / 07 Guru

6. Keadaan Peserta Didik MI KarangdurenTengaran

Jumlah peserta didik MI Karangduren Tengaran dan kelas I sampai kelas VI tahun pelajaran 2010/2011 seluruhnya beijumlah 151 peserta didik yang terdiri dan 82 siswa laki-laki dan 69 siswa perempuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel berikut:

35

Tabel 3

Data Keadaan Peserta Didik MI Karangduren Tahun Ajaran 2010/2011

Kelas Jumlah Siswa Jumlah LP L P I. 17 10 27 II. 10 16 26 III. 14 11 25 IV. 16 14 30 V. 19 9 28 VI. 6 9 15 Jumlah 82 69 151

7. Visi dan Misi MI Karangduren a. Visi

Visi Madrasah adalah berakhlak mulia, terdidik berdasarkan IPTEK dan IMTAQ.

b. Misi Madrasah:

1) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam 2) Membentuk sumber daya manusia yang aktif, kreatif, inovatif sesuai

dengan perkembangan zaman

8. Kurikulum MI Karangduren Tengaran

Kurikulum atau mata pelajaran yang diajarkan di MI Karangduren Tengaran adalah sebagai berikut:

a. Kurikulum yang memuat jenis-jenis mata pelajaran serta penjatahan waktu masing-masing mata pelajaran

Tabel 4

Program Pengajaran Madrasah Ibtidaiyah

No Mata Pelajaran Madrasah Ibtidaiyah 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pendidikan Agama Islam a. Qur'an Hadis

b. Aqidah Ahlaq c. Fiqih

d. Sejarah Kebudayaan Islam Pendidikan Kewarga Negaraan Bahasa Indonesia

Bahasa Arab Matematika

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Sosial Seni Budaya Dan Ketrampilajn Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

37

10 Muatan Lokal a. BTA

b. Bahasa Inggris c. Bahasa Jawa

b. Ekstrakurikuler yaitu kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran, adapun kegiatan ekstrakurikuler yang diajarkan di MI Karangduren Tengaran antara lain adalah kepramukaan, rebana, madding, kaligrafi, qiroah dan olah raga. Yang semua termuat dalam pengembangan diri.

B. Diskripsi Pelaksanaan Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di MI Karangduren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang.

2. Waktu Penelitian

Waktu peelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan hari senin tanggal

3. Subyek Penelitian

Peserta didik kelas II MI Karangduren yang beijumlah 26 anak, 11 anak laki-laki dan 15 anak perempuan.

4. Mata Pelajaran

Mata pelajaran yang menjadi objek penelitian adalah mata pelajaran Al-Qur'an Hadis. Sesuai dengan Kompetensi Dasar pada saat penelitian ini dilaksanakan, maka pokok bahasan yang digunakan adalah menyambung huruf hijaiy ah

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: a. Rencana Pembelajaran (RP)

Yaitu merupakan pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran, masing-masing RP

Dokumen terkait