• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Penutupan oleh Ketua Tim

Tindak lanjut dari kegiatan rapat ini akan diteruskan oleh Tim Pokja.

Rangkuman dibuat oleh : Tavip Kurniadi Mustafa Gadisha Amelia

Program Revitalisasi Bidang Ilmu

Penyusunan Standar Pendidikan, Kurikulum, dan Capaian Pembelajaran

(Learning Outcomes) Pendidikan Profesi Arsitek Tahun 2015

Kegiatan 2: Workshop Penyusunan Kurikulum

Tanggal : 12 September 2015

Tempat : Ruang Sidang Gedung SAPPK ITB

Peserta :

No Nama Peserta Institusi/Lembaga Hadir

1. Yandi Andri Yatmo Tim Pokja √

2. A. Adib Abadi Tim Pokja √

3. Kemas Ridwan Kurniawan Tim Pokja √

4. Paramita Atmodiwirjo Tim Pokja

5. Ilya F. Maharika, IAI Tim Pokja

6. Tavip Kurniadi Mustafa, IAI Tim Pokja √

7. Susinety Prakoso Tim Pokja √

8. Himasari Hanan Tim Pokja √

9. Munichy B. Edrees, IAI, AA Ketua Umum IAI √

10. Didi Haryadi, IAI Dewan Keprofesian √

11. Tateng K. Djajasudarma, IAI, AA IAI √

12. Eko Alvares, IAI Universitas Bung Hatta √

13. Bambang Soemardiono IAI √

14. Ahmad Djuhara, IAI IAI √

13. Timmy Setiawan T., IAI., AA Badan Keprofesian √

15. Bambang Eryudhawan, IAI IAI √

16. Hanson Endra Kusuma ITB √

17. Eko Purwono ITB √

18. Widjaja Martokusumo ITB √

19. Basuki Dwisusanto Universitas Parahyangan √

20. Rahadian Prajudi Herwindo Universitas Parahyangan √

21. Rony Gunawan Sunaryo Universitas Kristen Petra √

22. VG Sri Rejeki Universitas Katolik

Soegijapranata

23. Krisprantono Universitas Katolik

Soegijapranata

24. Ahmad Sarwadi UGM √

25. Baharuddin Universitas Hasanuddin √

26. Nani Widayati Universitas Tarumanegara √

27. Nina Carina Universitas Tarumanegara √

28. Maria Veronica Universitas Tarumanegara √

29. Gregorius Sri Wuryanto Universitas Kristen Duta

Wacana

30. Freddy M. Nainggolan Universitas Kristen Duta

No Nama Peserta Institusi/Lembaga Hadir

31. Arif Kusumawanto UGM √

32. Labdo Pranowo UGM √

33. Jarwa Prasetyo Universitas Islam Indonesia √

34. Triandriani Mustikawati Universitas Brawijaya √

35. Bambang Susetyarto Universitas Trisakti √

36. SP. Mursid DIKTI √

37. Wayan Wiryawan Universitas Udayana √

38. Nikolaus Nino Ardhiansyah Universitas Atmajaya √

Agenda:

1. Pembahasan alur pendidikan, profil lulusan, capaian pembelajaran 2. Pembahasan kurikulum pendidikan profesi

Pembukaan

Moderator : A. Adib Abadi

Sambutan penanggung jawab program oleh A. Adib Abadi

Pengantar oleh Yandi Andri Yatmo

 Acara ini didanai oleh Dikti dan IAI bertanggung jawab sebagai penyelenggaranya dan kemudian

bergandengan dengan APTARI agar pihak profesi dan pendidikan dapat sejalan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memudahkan pendirian dari prodi profesi. Yang diundang pada workshop kali ini adalah universitas-universitas yang dapat mendirikan Prodi Profesi lebih dahulu.

 Kegiatan yang sudah dilakukan adalah melihat hubungan antara UIA, kompetensi di IAI, dll.

 Diperlukan masukan untuk alur/capaian yang seperti itu. Juga apakah ada ruang fleksibilitas

untuk Prodi ini di daerah-daerah lain.

Paparan narasumber Dikti oleh SP Mursid

 Di Indonesia dikenal tiga istilah dalam pendidikan yaitu jenis, jalur, dan jenjang. Jalur yaitu

formal dan non formal. UU No. 2 Tahun 1990 hanya berbicara mengenai 2 jenis pendidikan yaitu akademik dan profesional. Profesional kemudian dipecah menjadi yaitu pendidikan vokasi dan profesi. Vokasi sendiri adalah sesuatu yang tidak dikenal di dunia. Apabila ditelaah lagi vokasi adalah kejuruan. Untuk profesi, mestinya bukan pendidikan. Profesi adalah istilah untuk

melakukan fungsi-fungsi profesional. Saat ini di UU No. 20 kita mengenal pendidikan akademik, vokasi, dan profesi. Profesi adalah pendidikan setelah S-1. Di UU, sebenarnya profesi adalah kegiatan untuk kedinasan. Dibutuhkan pengakuan terhadap profesi, kemudian dibuat pendidikan satu tahun di atas S-1 (profesi). Berkaitan dengan sertifikasi profesi dan kompetensi, pengakuan terhadap lulusan profesi itu adalah sertifikat profesi. Seorang yang mengikuti pendidikan profesi, selain dengan ijazah juga diakui dengan sertifikat profesi.

 Permendikbud No. 83 disepakati untuk menyelenggarakan pendidikan profesi dan pengakuan

terhadap keprofesian, pendidikan profesi harus diselenggarakan dengan asosisi profesinya. Jadi yang terpenting adalah bahwa lulusannya nanti harus diakui oleh masyarakat/asosiasi profesinya.

 Apabila berkaitan dengan jenis, pendidikan profesi itu adalah kelanjutan dari kevokasian.

Pendidikan profesi di arsitektur adalah kelanjutan dari S-1. Yang tidak bisa dicocokkan adalah

academic value. Kaidahnya, profesi sejajar pada tingkat yang tidak sepenuhnya sama. S-1 bisa melanjutkan S-2 atau S-1 bisa melanjutkan profesi.

 Pengakuan untuk arsitek adalah sertifikat dan lisensi. Dalam dunia pendidikan adalah sertifikat

sehingga prosesinya adalah sertifikasi. Sertifikasi profesi sebaiknya diselenggarakran oleh asosiasi profesi. Institusi pendidikan melahirkan lulusan yang siap terjun ke dunia profesional, tetapi untuk diakui memiliki fungsi profesionalnya itu dapat diakui oleh asosiasi profesi.

 Bagaimana kalau pendidikan profesi diselenggarakan oleh institusi pendidikan tinggi? Sertifikasi

tidak bisa disamakan dengan memiliki ijazah. Tetapi dalam keprofesian adalah dia bisa melakukan tugasnya atau tidak.

 Pada keperawatan, pendidikan profesi menjadi kesatuan dengan pendidikannya. Tidak semua

pendidikan sudah ada asosiasi keprofesian.

Paparan oleh Munichy B. Edrees

 RUU Arsitek sudah masuk di Badan Legislatif. Pemerintah perlu dijelaskan lebih lanjut mengenai

apa sebetulnya tugas arsitek dan bahayanya apabila arsitek melakukan mal-praktik. Dijelaskan bahwa proses desain adalah proses ilmiah. Banyak kekhawatiran mengenai RUU Arsitek untuk diterapkan di kota-kota di berbagai daerah karena kurang paham akan ilmu arsitektur. Hasil sosialisasi di ITB adalah banyak mahasiswa arsitektur yang tidak mengaplikasikan

pengetahuannya di dunia arsitektur dan bekerja di bidang lain. Timbul pertanyaan, apakah sebetulnya yang butuh UU Arsitek adalah pengguna arsitektur?

 Di FGD maupun rapat dengar pendapat, pendidikan arsitek membutuhkan waktu yang lama yaitu

idealnya 5-7 tahun. Bagaimana tim kurikulum bisa mengolah hal tersebut. Saat ini lulusan arsitektur adalah sarjana arsitektur, tetapi belum bisa prodi melanjutkan pendidikan tersebut (keprofesian).

 UU Dikti No. 12 Tahun 12, program PPAr adalah program terpisah dari program akademik yang

wajib hukumnya, diselenggarakan oleh PTN atau PTS yang memiliki program arsitektur. Di Indonesia ada 13 yang buka program PPAr dan yang sudah legal adalah di UI. Ijazah yang dikeluarkan beragam. Sebaiknya dalam forum ini dapat disepakati bagaimana pendapat yang bermacam-macam tersebut dapat disamakan.

o Pendidikan profesi arsitek dibutuhkan 5+2 tahun (magang). Untuk dapat lisensi ditambah 2-3 tahun.

Pembahasan

1. Sesi 1: Pembahasan alur pendidikan, profil lulusan, capaian pembelajaran

Moderator : A. Adib Abadi Paparan Tim Pokja terkait :

1. Draft alur pendidikan 2. Draft profil lulusan

3. Draft capaian pembelajaran

Alur Pendidikan

 Alur menjadi sangat penting untuk mengarahkan sekolah-sekolah dalam proses pengembangan.

Sudah waktunya kita sepakat dalam konteks alur ini. Skema yang ditunjukkan adalah bentuk yang ideal sehingga mahasiswa memiliki pandangan secara umum sehingga saat menjalani pendidikan formal kembali di kampus akan membawa pengalaman tersebut dalam diskusi. Ideal juga bahwa di antara PPAr dan Magister karena memang jenis yang berbeda maka dibedakan.

Yang kami coba rumuskan adalah minimum requirement yang confront dengan berbagai macam

hal. Untuk mahasiswa yang memiliki track record pendidikan 5 tahun sudah dapat memiliki

kesetaraan dengan mahasiswa di Singapura/negara lainnya.

 Tidak semua institusi mampu mendirikan magister karena requirement cukup tinggi. Untuk PPAr,

doesn biasa dan ditambah dengan pengalam profesi sudah cukup untuk menjadi dosen program

profesi. Untuk bisa menyajikan pendidikan keprofesian di universitas, requirement ini lebih

mudah dicapai. Apbila sebuah universitas akan memasukkan program profesi, itu akan menjadi opsi dalam level universitas. Posisi-posisi tersebut yang perlu dirumuskan bersama. Sertifikasi yang setara dengan proses matrikulasi bisa dibuat.

Profil lulusan

 IAI belum berhasil mengeluarkan profil lulusan, tetapi terdapat acuan berupa 13 kompetensi

IAI untuk memperoleh SKA.

 Tim Pokja melakukan analisis aturan-aturan dari kompetensi-kompetensi yang ada berupa

tabel hubungan antara UIA, IAI, dan Aptari.

 4 tahun di setiap universitas berbeda-beda, di 1 tahun apakah nanti akan disamakan. Perlu

dibicarakan sejauh mana fleksibilitasnya. Ada beberapa pengetahun yang hilang, jadi sangat sulit untuk 4 tahun kemudian dapat memenuhi standard UIA yang 7 tahun.

 35 butir kompetensi UIA adalah untuk pendidikan arsitektur 5 tahun. Untuk pendidikan

arsitektur 4 tahun ditambah PPAr 1 tahun, semestinya dapat memenuhi 35 butir kompetensi yang diminta UIA, tetapi untuk saat ini belum cukup materi yang diberikan. Ada beberapa skill yang diminta UIA tetapi tidak muncul dalam list kompetensi Aptari dan IAI.

 Yang diharapkan dari IAI adalah kemunculan profil karena dapat memberi arahan.

Tanggapan Didi Haryadi

Penjelasan mengenai tabel kompetensi SKKNI. Ilya F. Maharika

 Kedudukan dokumen SKKNI adalah alat uji bahwa seorang lulusan PPAr dapat melakukan ini

karena kemungkinan menjadi uji kompetensinya. Ini adalah ujian untuk mendapatkan sertifikat. Selayaknya diskusi yang dilakukan bermuara ke tabel ini (ditayangkan di layar).

 Cakupan PPAr adalah tiga profil tersebut sehingga proses kurikulumnya akan diarahkan ke

sana. Dokumen yang disampaikan Bu Susi memperlihatkan adanya kesenjangan antar dokumen. Yang pertama adalah dokumen UIA. Kemudian terdapat perbedaan dengan dokumen dari Aptari yang merupakan revisi dari KKNI. Yang perlu dilihat adalah apakah capaian pembelajaran yang berdasarkan KKNI masih terlalu jauh dari UIA. Contohnya, PPAr intinya profilnya adalah ketiga itu. Kemudian capaian pembelajaran di PPAr dapat dipetakan berdasarkan dua dokumen yaitu KKNI dan UIA. Dalam penegasan PPAr ini sangat mungkin

untuk hanya melihat minimum requirement saja. Kita bisa membuat prinsip semua sudah

disentuh di PPAr, tetapi untuk mencapai ability dapat diterima di program magang. 13

kompetensi dapat dipakai. Apabila yang bisa dihandle adalah 3 project, minimum

requirement adalah 3 projek. Yandi Andri Yatmo

Ilya F. Maharika

Intinya mempunya cukup bekal untuk memenuhi 13 kompetensi. Dokumen-dokumen yang sudah ada dapat digabungkan. Dalam proses magang akan ada proses-proses pemahiran.

Didi Haryadi

Lupakan jumlah proyek, kita harus melihat butir-butir yang tadi. A. Adib Abadi

Sekolah arsitektur di Indonesia memiliki situasi beragam dan kita dituntut untuk menghasilkan kurikulum yang dapat dipakai oleh semuanya.

Capaian Pembelajaran

 Di aturan Dikti level 7. Terdapat hal-hal yang berkaitan dengan sikap, keterampilan umum,

mampu bekerja di bidang keahlian, keterampilan khusus. Sebagian ditetapkan di S-1, tetapi ada juga yang di profesi.

Sesi Diskusi

1. Hanson Endra Kusuma (Kaprodi Magister dan Doktor Arsitektur)

 Terkait dengan pendidikan 5 tahun. Dilihat di UIA, consideration, objective, dan prasyarat,

memang prasyarat pendidikan arsitektur adalah 5 tahun. Bagaimana kita menyelenggarakan 5 tahun tsb?

 Kalau melihat alur, 5 tahun itu tidak ada pilihan lain kecuali PPAr, apakah memang seperti itu?

Kita mengacu 5 tahun karena itu adalah dari UIA. KAAB menyelenggarakan 5 tahun tersebut yaitu 4 tahun di S1 dan 2 tahun S2. Di Jepang dan Amerika juga seperti itu. Kekhawatirannya adalah apakah lulusan kita nanti tidak dipertanyakan?

 Untuk memiliki lisensi arsitek tidak hanya dari PPAr tapi dari Magister juga bisa. Ada UU yang

menyebutkan pendidikan profesi merupakan kelanjutan dari vokasi, tapi mungkin ada beberapa pilihan untuk menjadi arsitek berlisensi.

Tanggapan SP Mursid

Level pendidikan tinggi kita memiliki pendidikan yang lebih ke akademik atau lebih ke profesi. Di Indonesia banyak sekali jenis perguruan tinggi. Institut teknologi dimasukkan ke program akademik. Dulu kita berpikir bahwa diploma sampai ke sub spsesialis ada di area sekolah tinggi akademik. Pendidikan profesi berada di level 7. Pada saat membicarakan profesi ada di area akademik komunitas.

Yandi Andri Yatmo

Di UU dinyatakan ada 3 jenis pendidikan, akademik, profesi, dan vokasi. Pasal 24 ayat 1, program profesi merupakan pendidikan keahlian khusus yang diperuntukkan bagi lulusan program sarjana atau sederajat untuk mengembangkan bakat dan kemampuan memperoleh kecakapan yang diperlukan dalam dunia kerja. Di UIA tidak dikatakan secara spesifik 5 tahun langsung, tetapi merupakan pilihan. Untuk aturan yang sekarang, akan memudahkan apabila 4 + 1 jadi minimum. Apakah artinya pendidikan akdemik dan profesi satu-satu atau termasuk semuanya?

5 tahun diselenggarakan dalam bentuk yang seperti apa? Dalam jenjang seperti apa? Dalam website KAAB mereka mengatakan yang diakreditasi ada 34. 23 dari 19 adalah master program. PPAr jalan itu oke, tetapi alur yang tadi hanya 1 pilihan sedangkan di UIA yang dikatakan adalah pendidikan arsitek 5 tahun, bukan 4+1 tahun PPAr. Ada kemungkinan alumni-alumni kita bekerja di luar negeri, apa nanti tidak dipertanyakan? Seperti yang Pak Ilya katakan tadi kita harus fleksibel. Barangkali alur tadi bisa sedikit revisi, pendidikan arsitektur 5 tahun bisa disimpan.

2. Sarwadi (UGM)

 Muncul 3 profil dari SKKNI, apakah benar akan seperti itu? Perancangan kota juga keluar,

tetapi asosiasinya juga berbeda. Apakah untuk keahlian memang akan ketiga itu? Mungkin tidak muatan sks kita bisa membekali untuk seperti itu? Di dalam dokumen sertifikasi IAI sendiri nilai urban design kecil. Apakah kita akan ubah sertifikasi tersebut? Atau kita fokuskan pada perancangan bangunan? Di UIA tidak pernah disebut perancang kota tetapi berwawasan mengenai perancangan kota. Kedodoran di UGM mengenai lulusan adalah teknikal, jadi kalau ada profesi dapat memfokuskan pada gambar DED itu.

 Berkaitan dengan itu mengenai profil lulusan, mungkin perlu dibuat peta kurikulum

tersambungnya di mana, jadi nanti dapat diketahui mana jatah di PPAr. Di tiap perguruan tinggi bisa berbeda. Karena kalau berbeda tidak bisa masuk ke PPAr yang lain. Terutama karena situasi pendidikan arsitektur kita berbeda.

3. Pak Baharuddin (Unhas)

 Pasal 12 sudah bertentangan, apakah kita mau ikuti atau tidak? 5 tahun saya sepakat

bahwa adalah waktu pendidikan di sekolah. Yang tadi digambarkan ada internship yang diluar pendidikan. 35 kompetensi di UIA memang tidak bisa dicocokkan dengan Aptari karena Aptari hanya sekolah. Apa yang diurus di sekolah seharusnya berbeda dengan yang diurus di profesi. Core pendidikan arsitektur tetap diikuti, tetapi kegiatan pendidikan sendiri di Unhas sangat berbeda dengan di Jawa. Tidak boleh hanya lanjutan-lanjutan saja. Padahal kalau sudah dipelajari di S-1 kenapa harus dilanjutkan? Barangkali bisa ditambah dengan kompetensi yang belum didapatkan di S-1?

 Mengenai alur pendidikan, magang setelah PPAr. Sebaiknya PPAr adalah bagian dari

sarjana. Pendidikan kita system S-1nya adalah 4 tahun, kalau kita ubah S-1 3 tahun akan lebih baik, tetapi harus diakui oleh pemerintah. Jadi magang dilakukan setelah PPAr, yaitu setelah sekolah. Registrasi arsitek adalah arsitek yang teregistrasi, bagaimana dengan lisensi?

4. Gregorius Sri Wuryanto

 alur pendidikan di Indonesia ada prasyarat sebelum PPAr harus magang 1 tahun. Setelah

lulus PPAr magang lagi 1 tahun. Lulus PPAr sudah dapat gelar Ar, sudah arsitek pratama. Berarti PPAr belum tuntas. PPAr 1 tahun, kemudian dapat sertifikasi, dan lisensi.

 Pokja ini atas nama siapa dan posisinya apa. Apakah ini punya hak dan badan hukum

yang legal? Tanggapan

Yandi Andri Yatmo

Di FGD di Demokrat sudah ditanyakan, selama ini yang kita kerjakan terkait dengan rancang bangun. Lingkup kerja arsitek dapat dilihat pada UU yang akan keluar 3 bulan kemudian. 2 tahun datangnya dari mana? UIA dan RUU Arsitek. Disebutkan di UIA dia harus memiliki 5 tahun belajar ditambah 2 tahun

magang yang tidak perlu berurutan. Di UIA disebutkan 5 dan 2, 2 dapat didefinisikan sesuai kebijakan seberapa Negara ini mau mendapatkan arsiteknya. Tim Pokja berusaha mengikuti aturan yang ada sehingga menghasilkan alur yang ada.

Gregorius Sri Wuryanto

Kenapa tidak membuat sendiri? Bolehkah kita keluar dari alur-alur UU Pendidikan Tinggi? Yandi Andri Yatmo

Kami sudah mencoba melihat kemungkinan tersebut. Kesannya 5 + 2 = 7, tapi prior tidak melulu harus

setelah tetapi bisa akumulasi. Mengenai legitimasi Tim Pokja, IAI diberikan mandat oleh Dikti untuk mengerjakan ini dan semestinya akan menjadi produk Permen. Di tahap kedua, kami akan menjaring lagi akan apa yang dibutuhkan karena ada kekhawatiran tahap 1 UU Arsitek lebih Jakarta-oriented. RUU Arsitek mengatakan terus-menerus dan akan sulit dan merugikan.

Gregorius Sri Wuryanto

Bagaimana agar tidak keluar dari koridoor UU?

5. Sri Rejeki Soegijapranata

 Bagaimana bisa menjadi pertimbangan magang 2 tahun? Kita ada KP agar mahasiswa

betul-betul paham dan S-1 bisa diambil untuk itu? Bagaimana dengan 5 tahun bisa digabung magang? Memungkinkan atau tidak apabila ada yang S-1 + PPAr atau ada S-1 + magister, bisa tidak bersinergi?

 Kita ada balai pembinaan tenaga konstruksi. Di dalam bali tersebut ada penelitian untuk

lisensi arsitek, yang punya pengalaman 1-2 tahun dilatih dalam 50 jam kemudian diuji di LPJK, langsung punya sertifikat untuk arsitek muda. SKKNI tadi yang digunakan untuk menilai. Apakah kita hanya di tataran Indonesia itu sepakat, tetapi harus ada keputusan untuk strategi gerak cepat.

6. Bambang Susetyarto (Kajur Arsitektur Trisakti)

 Betul bahwa yang akan kita sepakati adalah kesepakatan requirement minimal. Kepada

IAI perlu dipahami bahwa KKNI adalah rezim kebebasan. Kurikulum disebut sebagai kurikulum perguruan tinggi, jadi yang akan mempertaruhkan adalah perguruan tinggi masing-masing. Jadi tidak perlu kita mencapai keseragaman, tetapi minimal seragam. Pada skema yang diberikan, letak PPAr terlalu jauh ke dalam program pendidikan profesi.

 Mengenai jam belajar dan bekerja, saya tetap mengatakan magang adalah working hour

dan 5 tahun adalah learning hour. Dia menjalani proses yang bekerja yang berbeda antara kedua hal tersebut. harus kita disiplinkan kalau sekolah arsitek adalah sekolah sehat. Pada saat kita meletakkan pendidikan profesi yaitu bekerja dan menerapkan kedua, sedangkan akademik adalah eksploratif. Bagaimana PPAr masuk dalam kelompok akademik tetapi tidak bereksplorasi?

 Saya mengusulkan kalau mau membuka PPAr, harus melatih orang untuk mempelajari

pedoman, dsb. Kalau mau mencuri start, di dalam substance-nya dapat membelah. 5,6,7 nya dapat melatih untuk berterapan dan berkesplorasi.

Tanggapan A. Adib Abadi

 Revisi draft SNPT. Tertulis bahwa pendidikan profesi adalah program lanjutan yang tidak terpisah dari program sarjana.

 Perubahan Permendikbud No. 49. Maksimal masa studi 7 tahun. Belum tahu kapan

diberlakukan. SP Mursid

 Sepakati bagian minimal yang dapat dibantu oleh profil. Desain UU kita memang

berantakan, semestinya rekan-rekan juga memiliki rencana untuk arsitektur sendiri mau seperti apa. Tetap ikuti tetapi jangan ragu-ragu bahwa ada rancangan sendiri yang dapat dilakukan. Yang diharapkan Dikti adalah, boleh saja masing-masing memiliki keunggulan tetapi harus ada profil dasar yang diajukan.

 Kita mempercayakan pada otonomi dari pt masing-masing. Kurikulum itu nanti di bagian

kajiannya, rekan-rekan boleh mengambil dari SKKNI dan bagaimana menyelenggarakan PPAr bahwa ada jenjang sendiri. Sejauh rekan-rekan bisa memberikan alasan konkrit. Termasuk menjawab pertanyaan mengenai eksploratif dan aplikatif, tidak bisa semuanya mau.

Didi Haryadi

 Mengenai istilah registered architect dan licensed architect. Yang dimaksud lisensi

sebenarnya, lisensi yang mengeluarkan adalah pemerintah daerah. Magang sebaiknya

sebelum registered. Kita hanya sampai register saja, urusan lisensi urusan daerah saja.

Yandi Andri Yatmo

Kalau memang seperti itu akan lebih lama untuk mendapatkan lisensinya. Registernya dimana?

Saya agak bingung dengan istilah licensed, registered, dan sertifikasi. Di UIA menggunakan garis

miring, kalau kita jadi tiga. Himasari Hanan

Untuk pendidikan profesi gelarnya apa? Setiap kesetaraan ijazah itu yang akan dilihat karena di situlah PPAr bermasalah. Pendidikan arsitek itu profesional.

SP Mursid

 Indonesia memiliki lebih dari 4000 pt dan lebih dari 22000 prodi. Pada akhirnya ada

aturan-aturan yang generic, perlu dibuat nomenklatur dan pengaturan gelar. Kalau itu memang tidak fit, tapi bagus apabila dituliskan dalam naskah akademik yang

berdasarkan fakta-fakta dan riset. Mungkin rekan-rekan nanti menyepakati berbagai

model, tidak one fit for all berkaitan dengan prodi. Walaupun nanti ada beberapa model

yang disepakati, sebaiknya diketahui oleh semuanya sehingga kalau diskusi sistematis

dan tidak campur aduk. License setahu saya punya jangka waktu, sedangkan sertifikat

berlaku seumur hidup.

 Mungkinkah semua prodi yang memiliki arsitektur memiliki program yang sama atau bisa

berdiri sendiri karena tuntutannya lain?

 Berkaitan dengan gelar, rekan-rekan bisa menyampaikan opininya.

Himasari Hanan

SP Mursid

Ada persetujuan dari negara-negara Fredy Nainggolan

Ibu bertanya mengenai gelar PPAr, sementara kita tahu Pak Munichy sudah bercerita bahwa mereka sudah menandatangani lulusan PPAr jadi bagaimana dengan lulusan perguruan tinggi dari program ini?

A. Adib Abadi

Nanti pendidikan profesi arsitek diformalkan. Saat ini baru UI, tetapi pt lain belum ada jadi UI yang berhak mengeluarkan gelar. Dikti berharap seperti itu, yang sudah terlanjur tidak masalah tetapi ke depannya ada keinginan Dikti untuk memisahkan itu.

Yandi Andri Yatmo

Gelar diberikan sesuai dengan UU RI No. 12 Th. 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Paramita Atmodiwirjo

Kalaupun institusi menggabungkan S-2 dengan PPAr yang akan terjadi adalah ini sangat tergantung dengan kurikulum S-2 nya. Atau memang institusi beranggapan ini merupakan pendidikan yang terpisah. Kalau sudah seperti ini, dapat dilihat bahwa terjadi fleksibel. Termasuk untuk pt-pt yang belum dan dalam waktu dekat tidak akan membuka S-2, dia dapat langsung membuat profesi.

Himasari Hanan

Di UU pendidikan dia adalah prodi sendiri

2. Sesi 2: Pembahasan Kurikulum PPAr Sharing pengalaman membuka program PPAr

Kemas Ridwan Kurniawan (UI)

Magister bidang arsitektur ada bermacam-macam, di luar itu tidak dimasukkan dalam alur ini.

Sebenarnya tidak ada masalah dan tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Sekarang kita sepakat untuk

Dokumen terkait