• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan dari Tugas Akhir ini serta saran apakah rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitnnya pada suatu metode lain yang mempunyai sistem kerja yang sama.

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Component Tester

Component tester adalah instrument elektronika, atau alat penguji komponen yang

dirancang khusus dengan menggunakan microcontroller AT89S52 sebagai pusat kendali dan uji dari alat tersebut. Berbeda dengan alat penguji komponen yang sering kita jumpai dipasaran, component tester akan menguji setiap komponen berdasarkan ciri khas dari karakteristik komponen yang akan diujikan dengan otomatis akan menampilkan hasil yang diinginkan. Komponen – komponen tersebut antara lain : IC 741, IC Timer 555, Dioda, Capasitor dan Continuitas.

Component tester diciptakan hanya untuk mengetahui berfungsi atau tidaknya

komponen dengan menguji sifat umum dari komponen tersebut. Dalam hal ini tidak membahas variasai pengujian yang kompleks seperti tegangan input atau tegangan output dari sebuah komponen. Sebagian alat penguji komponen di lakukan secara manual, sehingga membutuhkan banyak waktu untuk menguji satu komponen, dan tampilan yang diperoleh hanya sebatas penunjukan arah jarum. Apabila komponen tersebut berfungsi maka jarum akan bergerak dari angka 0 ke angka berapa besar tegangan yang dimiliki komponen tersebut, dan apabila komponen tidak berfungsi maka jarum tidak akan bergerak sama sekali. Dengan menggunakan microcontroller, Component tester menampilkan hasil dari pengujian komponen berfungsi atau

tidaknya pada layar LCD sehingga memberikan kemudahan untuk mengetahui kondisi / keadaan komponen yang diujikan.

2.2Sistem Minimum Mikrokontroler AT89S52

Perkembangan teknologi telah maju dengan pesat dalam perkembangan dunia elektronika, khususnya dunia mikroelektronika. Penemuan silikon menyebabkan bidang ini mampu memberikan sumbangan yang amat berharga bagi perkembangan teknologi modern. Atmel sebagai salah satu vendor yang mengembangkan dan memasarkan produk mikroelektronika telah menjadi suatu teknologi standar bagi para desainer sistem elektronika masa kini.

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya), mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan lainnya terletak pada perbandingan RAM dan ROM-nya. Pada sistem komputer perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relatif besar dan rutin - rutin antarmuka perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program kontrol disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan.

7

2.2.1 Konstruksi AT89S52

Mikrokontroler AT89S52 hanya memerlukan tambahan 3 buah kapasitor, 1 resistor dan 1 kristal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 mikro-Farad dan resistor 8k2 Ohm dipakai untuk membentuk rangkaian reset. Dengan adanya rangkaian reset ini AT89S52 otomatis direset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan frekuensi maksimum 11,0592 MHz dan kapasitor 30 piko-Farad dipakai untuk melengkapi rangkaian oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja mikrokontroler.

Memori merupakan bagian yang sangat penting pada mikrokontroler. Mikrokontroler memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda. ROM (Read Only Memory) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan catu daya. Sesuai

dangan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori penyimpanan program ini dinamakan sebagai memori program. RAM (Random Access Memory) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat program bekerja. RAM yang dipakai untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data.

Ada berbagai jenis ROM, untuk mikrokontroler dengan program yang sudah baku dan diproduksi secara massal, program diisikan ke dalam ROM pada saat IC mikrokontroler dicetak di pabrik IC. Untuk keperluan tertentu mikrokontroler mengunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programable-Eraseable ROM yang disingkat menjadi PEROM atau PROM. Dulu banyak dipakai UV-EPROM (Ultra Violet Eraseable Programable ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan

9

Jenis memori yang dipakai untuk memori program AT89S52 adalah Flash PEROM, program untuk mengendalikan mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89S52 Flash PEROM Programmer. Memori data yang disediakan dalam chip AT89S52 sebesar 128 byte, meskipun hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan, memori berkapasitas 128 byte sudah cukup. Sarana Input/Output (I/O) yang disediakan cukup banyak dan bervariasi. AT89S52 mempunyai 32 jalur Input/Output. Jalur Input/Output paralel dikenal sebagai Port 1 (P1.0..P1.7) dan Port 3 (P3.0..P3.5 dan P3.7).

AT89S52 dilengkapi UART (Universal Asyncronous Receiver / Transmitter) yang biasa dipakai untuk komunikasi data secara serial. Jalur untuk komunikasi data serial (RXD dan TXD) diletakkan berhimpitan dengan P3.0 dan P3.1 di kaki nomor 10 dan 11, sehingga kalau sarana input/ouput yang bekerja menurut fungsi waktu, clock penggerak untaian pencacah ini dapat berasal dari oscillator kristal atau clock

yang diumpan dari luar lewat T0 dan T1. T0 dan T1 berhimpitan dengan P3.4 dan P3.5, sehingga P3.4 dan P3.5 tidak bisa dipakai untuk jalur input/ouput parelel kalau T0 dan T1 terpakai.

AT89S52 mempunyai enam sumber pembangkit interupsi, dua diantaranya adalah sinyal interupsi yang diumpankan ke kaki INT0 dan INT1. Kedua kaki ini berhimpitan dengan P3.2 dan P3.3 sehingga tidak dapat dipakai sebagai jalur input/output paralel kalau INT0 dan INT1 dipakai untuk menerima sinyal interupsi. Port 1 dan Port 2, UART, Timer 0, Timer 1 dan sarana lainnya merupakan register yang secara fisik merupakan RAM khusus, yang ditempatkan di Special Function Register (SFR).

Berikut ini merupakan spesifikasi dari IC AT89S52 : a. Kompatibel dengan produk MCS-51.

b. 8 Kbyte In-System Reprogammable Flash Memory. c. Daya tahan 1000 kali baca/tulis.

d. Fully Static Operation : 0 Hz sampai 24 MHz.

e. Tiga level kunci memori program. f. 128 x 8 bit RAM internal.

g. 32 jalur I/O.

h. Tiga 16 bit Timer/Counter. i. Enam sumber interupt. j. Jalur serial dengan UART.

2.2.2 Gambar IC Mikrokontroler AT89S52

11

Deskripsi pin-pin pada mikrokontroler AT89S52 :

VCC (Pin 40)

Suplai tegangan 5 Volt.

GND (Pin 20)

Ground.

Port 0 (Pin 39 – Pin 32)

Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun penerima kode byte pada saat flash programming Pada fungsinya sebagai I/O biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut. Pada fungsinya sebagai low order multiplex address/data, port ini akan mempunyai internal pull up. Pada saat flash programming diperlukan eksternal pull up, terutama pada saat verifikasi program.

Port 1 (Pin 1 – Pin 8)

Port 1 berfungsi sebagai I/O biasa, pada kaki ke 6, ke 7 dan ke 8 terdapat Mosi, Miso dan Sck sebagai masukan dari ISP Programmer yang terhubung ke komputer. Tanpa adanya port ini maka mikrokontroler tidak dapat diprogram oleh ISP Programmer.

Port 2 (Pin 21 – pin 28)

Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat mengakses memori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal pull up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini

Port 3 (Pin 10 – pin 17)

Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pull up. Port 3 juga mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1 Konfigurasi port 3 mikrokontroler AT89S52

Nama Pin Fungsi

P3.0 (Pin 10) RXD (Port Input Serial) P3.1 (Pin 11) TXD (Port Output Serial) P3.2 (Pin 12) INT0 (Interrupt 0 Eksternal) P3.3 (Pin 13) INT1 (Interrupt 1 Eksternal) P3.4 (Pin 14) T0 (Input Eksternal Timer 0) P3.5 (Pin 15) T1 (Input Eksternal Timer 1) P3.6 (Pin 16) WR (Untuk menulis eksternal data memori) P3.7 (Pin 17) RD (Untuk membaca eksternal data memori)

RST (pin 9)

Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.

ALE/PROG (pin 30)

Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari

alamat selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input program (PROG) selama memprogram Flash.

PSEN (pin 29)

Program store enable digunakan untuk mengakses memori program eksternal.

EA (pin 31)

Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan menjalankan program yang ada pada memori eksternal setelah sistem di-reset. Jika kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan program yang ada pada

13

memori internal. Pada saat flash programming, pin ini akan mendapat tegangan 12 Volt.

XTAL1 (pin 19)

Input untuk clock internal.

XTAL2 (pin 18)

Output dari osilator.

2.3IC 741

Suatu penguat operasional atau operational amplifier sering disingkat sebagai Op-Amp, biasa dikenal sebagai sebuah IC. IC yang sering dipakai sebagai penguat adalah IC 741, dimana banyak transistor banyak digabungkan dalam satu kristal semi konduktor. Dengan memakai teknologi IC banyak transistor dan komponen elektronik lain bisa digabungkan menjadi satu komponen dengan berbagai sambungan dan sifat tertentu yang cukup canggih. Rangkaian Op-Amp dalam IC modern merupakan pendekatan yang baik untuk sifat Op-Amp ideal. Sifat Op-Amp ideal dapat dijelaskan sebagai berikut :

Satu Op-Amp merupakan suatu penguat diferensial dengan penguatan yang tak terhingga. Satu penguat diferensial adalah suatu penguat yang mempunyai dua masukan dan voltase pada keluaran tergantung dari perbedaan potensial antara kedua masukannya.

2.4IC 555

IC timer 555 memberi solusi praktis dan relatif murah untuk berbagai aplikasi elektronik yang berkenaan dengan pewaktuan (timing). Terutama dua aplikasinya yang paling populer adalah rangkaian pewaktu monostable dan osilator astable. Isi utama komponen ini terdiri dari komparator dan flip-flop yang direalisasikan dengan banyak transistor.

2.5.1 Rangkaian Monostable

IC ini didesain sedemikian rupa sehingga hanya memerlukan sedikit komponen luar untuk bekerja. Diantaranya yang utama adalah resistor dan kapasitor luar (eksternal). IC ini memang bekerja dengan memanfaatkan prinsip pengisian (charging) dan pengosongan (discharging) dari kapasitor melalui resistor luar tersebut.

Untuk menjelaskan prinsip kerjanya, coba perhatikan diagram pada gambar 2.3. IC 555 dengan resistor dan kapasitor luar berikut ini. Rangkaian ini tidak lain adalah sebuah rangkaian pewaktu (timer) monostable. Prinsipnya rangkaian ini akan menghasilkan pulsa tunggal dengan lama waktu tertentu pada keluaran pin 3, jika pin 2 dari komponen ini dipicu. Perhatikan di dalam IC ini ada dua komparator yaitu Comp A dan Comp B. Perhatikan juga di dalam IC ini ada 3 resistor internal R yang besarnya sama. Dengan susunan seri yang demikian terhadap VCC dan GND, rangkaian resistor internal ini merupakan pembagi tegangan. Susunan ini memberikan tegangan referensi yang masing-masing besarnya 2/3 VCC pada input negatif komparator A dan 1/3 VCC pada input positif komparator B.

15

Gambar 2.3 Rangkaian pewaktu monostable

Pada keadaan tanpa input, keluaran pin 3 adalah 0 (ground atau normally low). Transistor Q1 yang ada di dalam IC ini selalu ON dan mencegah kapasitor eksternal C dari proses pengisisian (charging). Ketika ada sinyal trigger dari 1 ke 0 (VCC to GND) yang diumpankan ke pin 2 dan lebih kecil dari 1/3 VCC, maka serta merta komparator B men-set keluaran flip-flop. Ini pada gilirannya memicu transistor Q1 menjadi OFF. Jika transistor Q1 OFF akan membuka jalan bagi resistor eksternal R untuk mulai mengisi kapasitor C (charging). Pada saat yang sama output dari pin 3 menjadi high (VCC), dan terus high sampai satu saat tertentu yang diinginkan. Sebut saja lamanya adalah t detik, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengisi kapasitor C mencapai tegangan 2/3 VCC. Tegangan C ini disambungkan ke pin 6 yang tidak lain merupakan input positif comp A. Maka jika tegangan 2/3 VCC ini tercapai, komparator A akan men-reset flip-flop dan serta merta transistor internal Q1 menjadi ON kembali. Pada saat yang sama keluaran pin 3 dari IC 555 tersebut kembali menjadi 0 (GND).

2.5.2 Rangkaian Astable

Sedikit berdeda dengan rangkaian monostable, rangkaian astable dibuat dengan mengubah susunan resistor dan kapasitor luar pada IC 555 seperti gambar berikut. Ada dua buah resistor R dan R serta satu kapasitor eksternal C yang diperlukan. a b

Prinsipnya rangkaian astable dibuat agar memicu dirinya sendiri berulang-ulang sehingga rangkaian ini dapat menghasilkan sinyal osilasi pada keluarannya. Pada saat power supply rangkaian ini di hidupkan, kapasitor C mulai terisi melalui resistor Ra dan Rb sampai mencapai tegangan 2/3 VCC. Pada saat tegangan ini tercapai, dapat dimengerti komparator A dari IC 555 mulai bekerja mereset flip-flop dan seterusnya membuat transistor Q1 ON. Ketika transisor ON, resistor Rb seolah dihubung singkat ke ground sehingga kapasitor C membuang muatannya (discharging) melalui resistor Rb. Pada saat ini keluaran pin 3 menjadi 0 (GND). Ketika discharging, tegangan pada pin 2 terus turun sampai mencapai 1/3 VCC. Ketika tegangan ini tercapai, bisa dipahami giliran komparator B yang bekerja dan kembali memicu transistor Q1 menjadi OFF. Ini menyebabkan keluaran pin 3 kembali menjadi high (VCC). Demikian seterusnya berulang-ulang sehingga terbentuk sinyal osilasi pada keluaran pin3. Terlihat di sini sinyal pemicu (trigger) kedua komparator tersebut bekerja bergantian pada tegangan antara 1/3 VCC dan 2/3 VCC. Inilah batasan untuk mengetahui lebar pulsa dan periode osilasi yang dihasilkan.

Misal diasumsikan t1 adalah waktu proses pengisian kapasitor yang di isi melalui resistor Ra dan Rb dari 1/3 VCC sampai 2/3 VCC. Diasumsikan juga t2 adalah waktu discharging kapasitor melalui resistor Rb dari tegangan 2/3 VCC

17

menjadi 1/3 VCC. Dengan perhitungan eksponensial dengan batasan 1/3 VCC dan 2/3 VCC maka dapat diperoleh :

t = ln(2) (R +R )C = 0.693 (R +R )C1 a b a b

dan

t = ln(2) R C = 0.693 R C 2 b b

Periode osilator adalah dapat diketahui dengan menghitung T = t1 + t2. Persentasi duty cycle dari sinyal osilasi yang dihasilkan dihitung dari rumus t1/T. Jadi jika diinginkan duty cycle osilator sebesar (mendekati) 50%, maka dapat digunakan resistor R yang relatif jauh lebih kecil dari resistor R .a b

Gambar 2.4 Rangkaian osilator astable

Satu hal yang menarik dari komponen IC 555, baik timer aplikasi rangkaian monostable maupun frekuensi osilasi dari rangkaian astable tidak tergantung dari berapa nilai tegangan kerja VCC yang diberikan. Tegangan kerja IC 555 bisa bervariasi antara 5 sampai 15 Vdc. Tingkat keakuratan waktu (timing) yang dihasilkan tergantung dari nilai dan toleransi dari resistor dan kapasitor eksternal yang digunakan.

Untuk rangkaian yang tergolong time critical, biasanya digunakan kapasitor dan resistor yang presisi dengan toleransi yang kecil. Pada banyak nota aplikasi, biasanya juga ditambahkan kapasitor 10 nF pada pin 5 ke ground untuk menjamin kestabilan tegangan referensi 2/3 VCC.

2.6Dioda

Dioda merupakan alat dengan dua terminal dan terbentuk dari dua jenis semikonduktor (silicon jenis n dan jenis p) yang tersambung. Alat ini mampu dialiri oleh arus secara relektif mudah dalam satu arah, tetapi amat sukar dalam arah kebalikannya.

Dalam skema rangkaian, dioda dilambangkan seperti gambar di bawah ini. Dari lambang terlihat bahwa arah arus mempengaruhi sifat dari dioda. Satu sisi dari dioda disebut anoda, sedangkan yang lain disebut katoda. Komponen dioda sering berbentuk silinder kecil dan biasanya di beri lingkaran pada katoda untuk menunjukkan posisi garis dalam lambang. Jika bentuk dioda lain dan lingkaran itu tidak ada, posisi dari anoda dan katoda dapat diketahui dari bentuk komponen dan informasi di buku data.

Katoda

Anoda

19

Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa dioda melewatkan arus untuk mengalir ke satu arah saja. Ketika anoda mendapatkan voltase yang lebih positif dari pada katoda, maka arus dapat mengalir dengan bebas. Dalam situasi ini dikatakan dioda dalam keadaan bias maju. Jika voltase dibalikkan, berarti katoda positif terhadap anoda, arus tidak dapat mengalir kecuali suatu arus yang sangat kecil. Dalam situasi ini dikatakan dioda dalam keadaan bias balik atau bias mundur. Arus yang mengalir ketika dioda dalam keadaan bias balik disebut arus balik atau arus bocor dari dioda dan arus yang mengalir sangat kecil sehingga dalam kebanyakan rangkaian dapat diabaikan. Agar arus dapat mengalir ke arah maju, voltase harus sebesar 0,7 volt pada dioda silicon dan 0,3 volt pada dioda germanium dan voltase yang lebih besar lagi untuk LED.

2.6.1 Karakteristik operasi diode

Beberapa karakteristik operasi dioda di antaranya :

1. Tegangan maksimum terbalik yang berulang, VRRM. Jika dioda dihungkan sedemikian rupa sehingga menyekat aliran arus, yaitu jika dioda dibiaskan secara terbalik, maka hanya ada sedikit kebocoran arus yang dapat mengalir (beberapa nanoAmper untuk silicon dan sampai sekitar 50uAuntuk germanium). Dalam hal ini tegangan yang terbalik akan menyebabkan dioda tertekan secara elektris. Bila tekanan itu terlampau besar, dioda akan berhenti bekerja, dilewatkan dan dilenyapkan. Tegangan terbalik paling besar yang dapat diterima oleh dioda adalah VRRM.

2. Arus tetap maksimum yang dapat dialirkan ke dioda dalam arah biasa, Imaks. Besar daya yang digunakan oleh dioda dalam hal ini adalah Vmaks Imaks. untuk dioda silikon, Vmaks = 0,7 V dan untuk germanium Vmaks = 0,3 V, sehingga Vmaks Imaks

menunjukkan besar daya maksimum yang dapat disalurkan oleh dioda. Daya ini dapat diperbesar dengan pendinginan buatan, seperti alat penyerap panas, hembusan udara, dan air pendingin lewat pipa di sekitar dioda. Banyak dioda silikon yang bekerja dengan baik pada temperatur sambungan atas 200o C, yaitu diluar temperatur dalam yang mendekati 150o C.

Beberapa dioda, khususnya yang dipakai dalam suplay daya yang dihaluskan, hanya dibutuhkan untuk melewatkan arus selama jangka waktu yang singkat dalam tiap siklus. Arus ini biasanya beberapa kali lebih tinggi dari pada arus muatan tetap. Oleh karena itu, diperlukan karakteristik operasi yang besar untuk dioda.

2.7Capasitor

Kapasitor banyak digunakan dalam sirkit elektronik dan mengerjakan berbagai fungsi. Pada dasarnya kapasitor merupakan alat penyimpan muatan listrik yang dibentuk dari dua permukaan (piringan) yang berhubungan, tetapi dipisahkan oleh suatu penyekat. Bila electron berpindah dari satu plat ke plat yang lain, akan terdapat muatan di antara ke dua plat tersebut pada medium penyekat tadi. Muatan ini disebabkan oleh muatan positif pada plat yang kahilangan electron dan muatan negatif pada plat yang memperoleh elektron.

21

Kapasitor dapat dibentuk di manapun asalkan kondisi di atas dapat terpenuhi. Dengan kata lain kapasitor dapat dibuat berdasarkan cara ini dan kapasitor yang tidak diharapkan juga dapat ditemukan di tempat-tempat tertentu, seperti pada dua jalur kabel terpisah yang bekerja sama atau pada pertemuan alat semikonduktor.

2.7.1 Karakteristik operasi tegangan

Karakteristik operasi tegangan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam kapasitor karena memberitahukan besar tegangan maksimum yang dapat diberikan di antara plat kapasitor tanpa memutuskan hubungan dielektris lewat penyekat. Karakteristik kapasitor juga searah, dengan kata lain sebuah kapasitor 200 V dapat dialiri tegangan DC sebesar 200 V.

2.7.2 Pengisian dan pengosongan kapasitor

Kapasitor dapat diisi oleh suplay DC lewat register yang memadai, seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini. ketika saklar ditutup, tegangan VS akan menyebabkan arus mengalir kedalam salah satu sisi kapasitor dan keluar dari sisi yang lain. Arus ini tidak tetap karena adanya penyekat dielektris, sehingga arus menurun ketika muatan pada kapasitor meninggi, sampai vC = VS ketika I = 0.

S + C - VS R

Pengosongan kapasitor mirip dengan pengisian kapasitor, yaitu dengan

dihilangkannya supply, sirkit kapasitor-resistor menjadi terhubung singkat, seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini. ketika saklar ditutup, arus mengalir dari salah satu sisi kapasitor yang mengandung muatan dan kembali ke sisi yang lain. Ketika vC

turun sampai nol, arus juga menghilang.

S +

- C R

Gambar 2.7 Pengosongan kapasitor

2.8Modul LCD (Liquid Crystal Display) M1632

M1632 merupakan modul LCD matrix dengan konfigurasi 16 karakter dan 2 baris dengan setiap karakternya dibentuk oleh 8 baris pixel dan 5 kolom pixel (1 baris pixel terakhir adalah kursor). HD44780 ini sudah tersedia dalam Modul M1632 yang dikeluarkan oleh Hitachi, Hyundai dan modul-modul M1632 lainnya.

HD44780 sebetulnya merupakan mikrokontroler yang dirancang khusus untuk mengendalikan LCD dan mempunyai kemampuan untuk mengatur proses scanning pada layar LCD yang terbentuk oleh 16 COM dan 40 SEG sehingga mikrokontroler /perangkat yang mengakses modul LCD ini tidak perlu lagi mengatur proses scanning pada layar LCD. Mikrokontroler atau perangkat tersebut hanya mengirimkan data-data yang merupakan karakter yang akan ditampilkan pada LCD atau perintah yang mengatur proses tampilan pada LCD saja.

23

2.8.1 Kaki – kaki Modul M1632

Untuk keperluan antarmuka suatu komponen elektronik dengan mikrokontroler, perlu diketahui fungsi dari setiap kaki yang ada pada komponen tersebut.

a. Kaki 1 (GND)

Kaki ini berhubungan dengan tegangan +5 Volt yang merupakan tegangan untuk sumber daya dari HD44780 (khusus untuk modul M1632 keluaran hitachi, kaki ini adalah VCC)

b. Kaki 2 (VCC)

Kaki ini berhubungan dengan tegangan 0 volt (ground) dan modul LCD (khusus untuk modul M1632 keluaran hitachi, kaki ini adalah GND)

c. Kaki 3 (VEE/VLCD)

Tegangan pengatur kontras LCD, kaki ini terhubung pada V5. Kontras mencapai nilai maksimum pada saat kondisi kaki ini pada tegangan 0 volt. d. Kaki 4 (RS)

Register Select, kaki pemilih register yang akan diakses. Untuk akses ke

register data, logika dari kaki ini adalah 1 dan untuk akses ke register perintah, logika dari kaki ini adalah 0.

e. Kaki 5 (R/W)

Logika 1 pada kaki ini menunjukkan bahwa modul LCD sedang pada mode pembacaan dan logika 0 menunjukkan bahwa modul LCD sedang pada mode penulisan. Untuk aplikasi yang tidak memerlukan pembacaan data pada modul LCD, kaki ini dapat dihubungkan langsung ke ground.

f. Kaki 6 (E)

Enable Clock LCD, kaki ini mengaktifkan clock LCD. Logika 1 pada kaki ini

diberikan pada saat penulisan atau pembacaan data. g. Kaki 7-14 (D0-D7)

Data bus, kedelapan kaki modul LCD ini adalah bagian dimana aliran data sebanyak 4 bit atau 8 bit mengalir saat proses penulisan maupun pembacaan

Dokumen terkait