• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. Simpulan

Gerakan Samin sebagai gerakan petani anti kolonial lebih cenderung mempergunakan metode protes pasif, artinya gerakan yang tidak merupakan pemberontakan yang radikal. Gerakan Samin Surosentiko adalah gerakan protes petani yang anggota-anggotanya terdiri dari petani kaya dan petani miskin. Kemudian masyarakat Samin mempunyai lima pokok ajaran yang sangat bijaksana diantaranya:

a. Agama adalah senjata atau pegangan hidup. Paham Samin tidak membeda-bedakan agama, oleh karena itu orang Samin tidak pernah mengingkari atau membenci agama. Yang penting adalah tabiat dalam hidupnya.

b. Jangan mengganggu orang, jangan bertengkar, jangan suka iri hati, dan jangan suka mengambil milik orang.

c. Bersikap sabar dan jangan sombong.

d. Manusia hidup harus memahami kehidupannya sebab hidup adalah sama dengan roh dan hanya satu, dibawa abadi selamanya. Menurut orang Samin, roh orang yang meninggal tidaklah meninggal, namun hanya menanggalkan pakaiannya.

e. Bila berbicara harus bisa menjaga mulut, jujur, dan saling menghormati. Berdagang bagi orang Samin dilarang karena dalam perdagangan terdapat unsur

“ketidakjujuran”. Juga tidak boleh menerima sumbangan dalam bentuk uang.

Masyarakat Samin mempunyai ajaran yang sangat unik. Menurut ajaran Saminisme

orang itu harus rajin bekerja, jangan mencuri milik orang lain. Apabila ada seseorang minta sesuatu barang milik orang lain, maka orang itu wajib memberi. Ajaran Saminisme

ini mengandung arti kemurahan hati, sabar dan rajin. Unsur-unsur dari ajaran Saminisme

ini merupakan bagian dari gerakan Samin menentang kekuasaan kolonial Belanda. Suku Samin sering menjadi bahan cemoohan orang-orang di sekitarnya karena keluguannya dan kepolosannya. Suku Samin terkenal dengan kejujurannya. Mereka hidup di dalam area hutan milik negara dan terletak di sebelah Selatan Kabupaten Blora yaitu tepatnya di Desa Klopoduwur.

Dari keseluruhan ajaran Samin Surosentika tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa ajaran Samin Surosentika itu bermacam ragam. Hal itu membuktikan bahwa Samin Surosentika sangatlah luas pengetahuannya mengenai kebudayaan bangsanya.

Sehubungan dengan hal di atas maka tak mengherankan kita apabila dalam buku

Bahasa Kawi. Disamping itu disebutkan beberapa nama buku yang telah dibaca oleh Samin Surosentika. Misal sebagai berikut:

1. “(7) ....Mangertos dhateng larasing sekar ageng ingkang asri kagem ambawani gendhing.”24

2. “(7) ....sarta mangertos dhateng tembung Kawi punika kasaged anggampilaken pangertosan anggenipun remen maos buku-buku karanganipun para linangkung ing jaman kina.”25

3. “(7) ....Umpaminipun kedos d n serat punika utawi ee ee Wedhatama kawedhar.”26

4. “(8) Tumrap Ronggowarsitan piyambak sampun nglampahi, ngebleng kanthi angeningaken cipta....”27

5. “(8) ....T kadipun dhateng kasidan sang wiku jamadagni punika dipunee

cariyosaken wonten ing Serat Rama.”28

Selain itu Samin Surosentika juga mengajarkan para pengikutnya dengan ajaran yang mudah dan dapat dimengerti oleh pengikutnya yang sebagian besar adalah rakyat jelata atau petani berdasarkan pengetahuan tentang gejala alam. Diantara ajarannya yang berdasarkan pada kearifan tentang tentang kehidupan manusia sehari-hari. Diantara ajarannya adalah yang tertuang pada buku Serat Jamuskalimasada adalah sebagai berikut:

24 Maksudnya, “Mengert akan irama Sekar Ageng (Tembang Gedhe) yang bagus sekali mengawali lagu.”

25 Maksudnya, “....serta mengert kata-kata bahasa kawi agar dapat memudahkan kita membaca buku-buku karangan orang cerdik pandai jaman dulu.”

26 Maksudnya, “....sepert buku yang telah kalian baca atau sepert buku Wedhatamayang telah dikupas.”

(Keterangan: Wedhatama adalah karya pujangga KGPAA Mangkunegara IV)

27 Maksudnya, “Bagi Ronggowarsita sendiri sudah menjalankannya, yaitu bersemedi...” 28 Maksudnya, “Tekad pendheta Jamadagni yang ingin meninggal tanpa terikat oleh triloka itu diceritakan dalam Serat Rama.”

Serat Uri-uri Pambudi, yaitu buku tentang pemeliharaan tingkah laku manusia yang berbudi. Ajaran kebatinan Samin surosentiko adalah perihal manunggaling kawulo Gusti atau sangkan paraning dumadi. Menurut Samin Surosentiko , perihal manunggaling kawulo Gusti itu dapat diibaratkan sebagai rangka umanjing curiga ( tempat keris yang meresap masuk ke dalam kerisnya ).

Dalam buku Serat Uri-uri Pambudi diterangkan sebagai berikut : Tempat keris yang meresap masuk dalam kerisnya mengibaratkan ilmu ke-Tuhan-an. Hal ini menunjukkan pamor (pencampuran) antara mahkluk dan Khaliknya yang benar-benar sejati. Bila mahkluk musnah, yang ada hanyalah Tuhan (Khalik). Senjata tajam merupakan ibarat campuran yang menunjukkan bahwa seperti itulah yang disebut campuran mahkluk dan Khaliknya. Sebenarnya yang dinamakan hidup hanyalah terhalang oleh adanya badan atau tubuh kita sendiri yang terdiri dari darah, daging dan tulang. Hidup kita ini, yang menghidupinya adalah yang sama-sama menjadi pancer (pokok) kita. Hidup yang sejati itu adalah hidup yang menghidupi segala hal yang ada di semesta alam.

Di tempat lain Samin Surosentiko menjelaskan lagi sebagai berikut : Yang dinamakan sifat Wisesa (penguasa utama/luhur) yang bertindak sebagai wakil Allah, yaitu ingsun (aku, saya), yang membikin rumah besar, yang merupakan dinding (tirai) yaitu badan atau tubuh kita (yaitu yang merupakan realisasi kehadirannya ingsun). Yang bersujud adalah mahkluk, sedang yang disujudi adalah Khalik, (Allah, Tuhan). Hal ini sebenarnya hanya terdindingi oleh sifat. Maksudnya, hidup mandiri itu sebenarnya telah berkumpul menjadi satu antara mahkluk dan Khaliknya.

Selanjutnya menurut Samin Surosentiko, yang bertindak mencari sandang pangan kita sehari-hari adalah Saderek gangsal kalima pancer adapun jiwa kita diibaratkan oleh Samin sebagai mandor. Seorang mandor harus mengawasi kuli-kulinya. Atau lebih jelasnya dikatakan sebagai berikut: Gajah Seno saudara Wrekodara yang berwujud gajah. Jelasnya saudara yang berjumlah lima itu mengibaratkan ilmu ke-Tuhan-an.

Hal ini perlu dicapai (yaitu tiga saudara, empat dan lima pokoknya). Adapun yang bekerja mencari sandang pangan setiap hari itu adalah saudara kita berlima itu. Adapun jiwa (sukma) kita bertindak sebagai mandor. Itulah sebabnya mandor harus berpegang teguh pada kekuasaan yang berada ditangannya untuk mengatur anak buahnya, agar semuanya selamat. Sebaliknya apabila anak buahnya tadi betindak salah dan tindakan tersebut dibiarkan saja, maka lama kelamaan mereka kian berbuat seenaknya.

Hal ini akan mengakibatkan penderitaan. Pengandaian jiwa sebagai mandhor dan sedulur papat kalima pancer sebagai kuli-kuli tersebut diatas adalah sangat menarik. Kata-kata ini erat hubungannya dengan kerja paksa/kerja rodi di hutan-hutan jati di daerah Blora dan sekitarnya. Pekerja rodi terdiri dari mandor dan kuli. Mandhor berfungsi sebagai pengawas, sedangkan kuli berfungsi sebagai pekerja.

Pemakaian kata yang sederhana tersebut oleh Samin Surosentiko dikandung maksud agar ajarannya dapat dimengerti oleh murid-muridnya yang umumnya adalah orang desa yang terkena kerja paksa. Menurut Samin Surosentiko, tugas manusia di dunia adalah sebagai utusan Tuhan. Jadi apa yang dialami oleh manusia di dunia adalah kehendak Tuhan.

Oleh karena itu sedih dan gembira, sehat dan sakit, bahagia dan sedih, harus diterima sebagai hal yang wajar. Hal tersebut bisa dilihat pada ajarannya yang berbunyi : Menurut perjanjian, manusia adalah pesuruh Tuhan di dunia untuk menambah keindahan jagad raya. Dalam hubungan ini masyarakat harus menyadari bahwa mereka hanyalah sekedar melaksanakan perintah. Oleh karena itu apabila manusia mengalami kebahagiaan dan kecelakaan, sedih dan gembira, sehat dan sakit, semuanya harus diterima tanpa keluhan, sebab manusia terikat dengan perjanjiannya.

Yang terpenting adalah manusia hidup di dunia ini harus mematuhi hukum Tuhan, yaitu memahami pada asal-usulnya masing-masing Samin Surosentiko

juga mengajarkan pengikutnya untuk berbuat kebajikan, kejujuran dan kesabaran. Murid-muridnya dilarang mempunyai rasa dendam. Adapun ajaran selengkapnya sebagai berikut: Arah tujuannya agar dapat berbuat baik dengan niat yang sungguh-sungguh, sehingga tidak ragu-ragu lagi. Tekad jangan sampai goyah oleh sembarang godaan, serta harus menjalankan kesabaran lahir dan batin, sehingga bagaikan mati dalam hidup. Segala tindak-tanduk yang terlahir haruslah dapat menerima segala cobaan yang datang padanya, walaupun terserang sakit, hidupnya mengalami kesulitan, tidak disenangi orang, dijelek-jelekkan orang, semuanya harus diterima tanpa gerutuan, apalagi sampai membalas berbuat jahat, melainkan orang harus selalu ingat pada Tuhan.

Ajaran di atas dalam tradisi lisan di desa Tapelan dikenal sebagai angger-angger pratikel (hukum tindak tanduk), angger-angger-angger-angger pengucap (hukum berbicara), serta angger-angger lakonana (hukum perihal apa saja yang perlu dijalankan).

Hukum yang pertama berbunyi: Aja dengki srei, tukar padu, dahpen kemeren, aja kutil jumput, mbedog colong. Maksudnya, warga samin dilarang berhati jahat, berperang mulut, iri hati pada orang lain, dan dilarang mengambil milik orang.

Hukum ke dua berbunyi Pangucap saka lima bundhelane ana pitu lan pengucap saka sanga budhelane ana pitu. Maksud hukum ini , orang berbicara harus meletakkan pembicaraannya diantara angka lima, tujuh dan sembilan. Angka-angka tersebut hanyalah simbolik belaka. Jelasnya, kita harus memelihara mulut kita dari segala kata-kata yang tidak senonoh atau kata-kata yang menyakitkan orang lain. Kata-kata yang tidak senonoh dan dapat menyakitkan orang lain dapat mengakibatkan hidup manusia ini tidak sempurna.

Adapun hukum yang ke tiga berbunyi Lakonana sabar trokal. Sabare dieling-eling. Trokale dilakoni. Maksudnya, warga Samin senantiasa diharap ingat pada kesabaran dan berbuat bagaikan orang mati dalam hidup Menurut Samin

Surosentiko, semua ajaran diatas dapat berjalan denganbaik asalkan orang yang menerima mau melatih diri dalam hal samadi. Ajaran ini tertuang dalam Serat Uri-uri Pambudi yang berbunyi sebagai berikut : Adapun batinnya agar dapat mengetahui benar-benar akan perihal peristiwa kematiannya, yaitu dengan cara samadi, berlatih mati senyampang masih hidup (mencicipi mati) sehingga dapat menanggulangi segala godaan yang menghalang-halangi perjalanannya bersatu dengan Tuhan, agar upaya kukuh, dapat terwujud, dan terhindar dari bencana. 3.2. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dijelaskan oleh penulis di atas maka penulis menyarankan kepada semua pihak yaitu:

1. Pemerintah Kabupaten Blora, dimana keberadaan masyarakat samin yang menamakan dirinya sebagai saudara sikep bernaung pada wilayah administratif Kabupaten Blora untuk melestarikan keberadaan masyarakat Samin sebagai bagian dari “Kearifan Lokal” Kabupaten Blora.

2. Dinas Perhubungan, Pariwisata, Kebudayaan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Blora, untuk mempromosikan Padepokan Samin di desa Klopoduwur Kabupaten Blora sebagai tempat yang dapat dikunjungi wisatawan yang sedang berwisata di Kabupaten Blora

3. Masyarakat Kabupaten Blora, untuk membantu pemerintah Kabupaten Blora dalam melestarikan “Kearifan Lokal” masyarakat Samin.

4. Pemerintah Republik Indonesia, untuk mengangkat nama “Samin Surosentika” sebagai pahlawan Nasional karena Samin Surosentika mempelopori rakyat jelata untuk memperjuangkan nasibnya saat terjadi penindasan yang berupa pajak yang diterapkan oleh pemerintah Kolonial Belanda pada saat itu.

5. Semua pihak yang membaca tulisan ini tanpa terkecuali, untuk menerapkan ajaran-ajaran Samin yang mengajarkan kita untuk bersikap jujur, bersikap toleransi, dan menghindari sikap iri, bertengkar dengan orang, mengganggu orang, dan mengambil barang orang lain tanpa sepengetahuan serta bersikap saling memberi kepada orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

________. 1987, Sejarah dan Hari Jadi Kabupaten Blora. Blora: Pemerintah Kabupaten Blora

Hutomo, Suripan Sadi. 1970, Masyarakat Samin (Sebuah Tinjauan Sosio Kulturil) . Surabaya: Kantor Pembinaan Permuseuman Perwakialn P & K

Hutomo, Suripan Sadi. 1996, Tradisi dari Blora. Semarang: Citra Almamater

Rogers, E. M (Ed). 1989, Komunikasi dan Pembangunan: Prespektif Kritis. Jakarta: LP3S

Dalam dokumen PERLAWANAN MASYARAKAT SAMIN TERHADAP KEB (Halaman 28-35)

Dokumen terkait