• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini sebagai bagian akhir dari penulisan penelitian mengenai kesimpulan dan saran sebagai suatu masukan maupun perbaikan dari apa saja yang telah didapatkan selama penelitian.

commit to user

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Cyber Crime a. Pengertian Cyber Crime

Teknologi merupakan hasil dari perkembangan budaya, ia dapat menjadi alat perubahan di tengah masyarakat. Kemajuan teknologi merupakan hasil budaya manusia di samping membawa dampak positif, dalam arti dapat didayagunakan untuk kepentingan manusia juga membawa dampak negatif terhadap perkembangan dan peradaban manusia sendiri. Dampak negatif yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan dunia kejahatan (Jurnal Sentris Teknologi dan Informasi Volume 3 Nomor 1 Tahun 2006, Ahmad Basori 2006:181).

Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi yang modern, manusia mendapatkan kenyamanan dan kemudahan-kemudahan untuk menyebarkan informasi dan menjalin komunikasi dengan orang lain di belahan dunia manapun. Pengaruh internet telah mengubah jarak dan waktu menjadi tidak terbatas. Melalui media internet, orang bisa melakukan berbagai aktivitas yang sulit dilakukan dalam dunia nyata (real) karena kendala jarak dan waktu. Internet mengubah paradigma komunikasi manusia dalam bergaul, berbisnis, dan menjalin hubungan dalam jejaring sosial dengan sesama.

Dalam menggunakan jasa pada dunia maya, masyarakat cenderung bebas berinteraksi, beraktivitas dan berkreasi yang hampir sempurna pada semua bidang. Masyarakat sedang membangun kebudayaan baru di ruang

maya yang dikenal dengan istilah cyber space. Menurut Howard

Rheingold, cyber space adalah sebuah ruang imajiner atau ruang maya yang bersifat artificial, dimana setiap orang melakukan apa saja yang biasa

commit to user

dilakukan dalam kehidupan sosial sehari-hari dengan cara-cara yang baru (Abdul Wahid, 2005: 32). Cyber space merupakan tempat kita berada ketika kita mengarungi dunia informasi global interaktif yang bernama internet.

Menurut John Suler dalam artikelnya yang berjudul The Psykology

of Cyber space, Overview And Guided Tour menganggap bahwa cyber

space adalah ruang psikologis, dan sebagai ruang psikologis,

keberadaannya tidaklah tergantung pada batas-batas konvensional mengenai keberadaan benda-benda berwujud. Bedanya dengan benda yang wujudnya berada dalam dunia nyata, cyber space sebagai hasil teknologi tidak berada dalam dunia nyata, namun cyber space betul-betul ada (Agus Raharjo, 2002: 93).

Realitas atau alam baru yang terbentuk oleh medium internet ini pada perkembangannya menciptakan masyarakat baru sebagai warganya yang dalam istilah pengguna dan pemerhati internet lazim disebut Netizen.

Cyber space menawarkan manusia untuk “hidup” dalam dunia alternatif.

Sebuah dunia yang dapat mengambil alih dan menggantikan realitas yang ada, yang lebih menyenangkan dari kesenangan yang ada, yang lebih fantastis dari fantasi yang ada, yang lebih menggairahkan dari kegairahan yang ada, sehingga kehidupan manusia tidak lagi hanya merupakan aktivitas yang bersifat fisik dalam dunia nyata (real) belaka, akan tetapi menjangkau juga aktivitas non fisik yang dilakukan secara virtual.

Cyber space telah pula menciptakan bentuk kejahatan baru, sebagai

dampak negatif yang ditimbulkan oleh perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi yaitu kejahatan yang berkaitan dengan aplikasi internet yang dalam istilah asing disebut cyber crime yaitu segala kejahatan yang dalam modus operandinya menggunakan fasilitas internet. Kejahatan ini sering dipersepsikan sebagai kejahatan yang dilakukan dalam ruang atau dunia cyber. Cyber crime merupakan kejahatan bentuk baru yang sama sekali berbeda dengan bentuk-bentuk kejahatan konvensional yang selama ini dikenal. Dengan menggunakan

commit to user

internet, jenis kejahatan cyber crime tidak dapat sepenuhnya terjangkau oleh hukum yang berlaku saat ini, bahkan tidak dapat sepenuhnya diatur dan dikontrol oleh hukum.

Dalam beberapa literatur, cyber crime sering diidentikan dengan

computer crime. Menurut Kepolisian Inggris, cyber crime adalah segala

macam penggunaan jaringan komputer untuk tujuan kriminal dan atau kriminal berteknologi tinggi dengan menyalahgunakan kemudahan teknologi digital (Abdul Wahid, 2005: 32).

Cyber crime merupakan suatu istilah umum yang pengertiannya

mencakup berbagai tindak pidana yang menggunakan teknologi komputer sebagai suatu komponen sentral. Dengan demikian cyber crime bisa berupa: tindakan sengaja merusak properti, masuk tanpa ijin, pencurian hak milik intelektual, perbuatan cabul, pemalsuan, pornografi anak, pencurian dan beberapa tindak pidana lainnya.

Istilah cyber crime sampai saat ini belum ada kesatuan pendapat bahkan tidak ada pengakuan internasional mengenai istilah baku, tetapi ada yang menyamakan istilah cyber crime dengan computer crime. Demikian juga sampai saat ini sepengetahuan penulis belum ada istilah baku atau definisi secara yuridis untuk menunjuk jenis kejahatan yang lebih dikenal dengan sebutan cyber crime ini.

b. Jenis-jenis Katagori Cyber Crime

Dikdik M. Arief Mansur menyebutkan jenis-jenis kejahatan yang masuk dalam kategori cyber crime sebagai berikut (Dikdik M. Arief Mansur, 2005:26-27):

1) Cyber pornography: penyebarluasan obscene materials termasuk

pornography, indecent exposure, dan child pornography.

2) Cyber harassment: pelecehan seksual melalui e-mail, websites dan

chat programs.

3) Cyber stalking: crimes of stalking melalui penggunaan komputer dan

commit to user

4) Hacking: penggunaan programming abilities dengan maksud yang

bertentangan dengan hukum.

5) Carding (credit card fraud): melibatkan berbagai macam aktifitas

yang melibatkan kartu kredit. Carding muncul ketika seseorang yang bukan pemilik kartu kredit menggunakan kartu kredit tersebut secara melawan hukum.

Kejahatan yang berhubungan erat dengan penggunaan teknologi yang berbasis komputer dan jaringan telekomunikasi dikelompokkan dalam beberapa bentuk sesuai modus operandi yang ada, antara lain (Sutan Remy Sjahdeini, 2009:195):

1) Unauthorized Access to Computer System and Service

Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatusistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya. Biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukannya dengan maksud sabotase ataupun pencurian informasi penting dan rahasia. Namun begitu, ada juga yang melakukannya hanya karena merasa tertantang untuk mencoba keahliannya menembus suatu sistem yang memiliki tingkat proteksi tinggi. Kejahatan ini semakin marak dengan berkembangnya teknologi Internet.

2) IllegalContents

Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke Internet tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum.

3) Data Forgery

Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting yang tersimpan sebagai scripless document melalui Internet. Kejahatan ini biasanya ditujukan pada dokumen-dokumen

e-commerce dengan membuat seolah-olah terjadi "salah ketik" yang

commit to user

memasukkan data pribadi dan nomor kartu kredit yang dapat saja disalah gunakan.

4) Cyber Espionage

Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan Internet untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer (computer network system) pihak sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap saingan bisnis yang dokumen ataupun data pentingnya (data base) tersimpan dalam suatu sistem yang computerized (tersambung dalam jaringan komputer)

5) Cyber Sabotage and Extortion

Kejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung dengan Internet. Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan suatu logic bomb, yaitu memasukan virus komputer ke dalam suatu program tertentu, sehingga data, program komputer atau sistem jaringan komputer tidak dapat digunakan, tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh pelaku.

6) Offense against Intellectual Property

Kejahatan ini ditujukan terhadap hak atas kekayaan intelektual yang dimiliki pihak lain di Internet. Sebagai contoh, peniruan tampilan pada web page suatu situs milik orang lain secara ilegal, penyiaran suatu informasi di Internet yang ternyata merupakan rahasia dagang orang lain, dan sebagainya.

7) Infringements of Privacy

Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi seseorang yang tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara computerized, yang apabila diketahui oleh orang lain, maka dapat merugikan korban secara materil maupun immateril, seperti nomor kartu kredit atau nomor PIN ATM menjadi tidak dapat berfungsi kembali.

commit to user

c. Pengaturan Cyber Crime dalam hukum positif di

Indonesia

Dalam upaya menangani kasus-kasus yang terjadi para penyidik melakukan analogi atau perumpamaan dan persamaaan terhadap Pasal-Pasal yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pasal-Pasal di dalam KUHP biasanya digunakan lebih dari satu Pasal karena melibatkan beberapa perbuatan sekaligus. Pasal-Pasal yang dapat dikenakan dalam KUHP pada cyber crime antara lain :

1) Pasal 282 KUHP dapat dikenakan untuk penyebaran pornografi

maupun website porno yang banyak beredar dan mudah diakses di Internet. Walaupun berbahasa Indonesia, sangat sulit sekali untuk menindak pelakunya karena mereka melakukan pendaftaran domain tersebut di luar negeri dimana pornografi yang menampilkan orang dewasa bukan merupakan hal yang ilegal.

2) Pasal 303 KUHP dapat dikenakan untuk menjerat permainan judi yang

dilakukan secara online di Internet dengan penyelenggara dari Indonesia.

3) Pasal 311 KUHP dapat dikenakan untuk kasus pencemaran nama baik

dengan menggunakan media Internet. Modusnya adalah pelaku menyebarkan email kepada teman-teman korban tentang suatu cerita yang tidak benar atau mengirimkan email ke suatu mailing list sehingga banyak orang mengetahui cerita tersebut.

4) Pasal 335 KUHP dapat dikenakan untuk kasus pengancaman dan

pemerasan yang dilakukan melalui e-mail yang dikirimkan oleh pelaku untuk memaksa korban melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelaku dan jika tidak dilaksanakan akan membawa dampak yang membahayakan. Hal ini biasanya dilakukan karena pelaku biasanya mengetahui rahasia korban.

5) Pasal 362 KUHP yang dikenakan untuk kasus carding pelaku mencuri

nomor kartu kredit milik orang lain, walaupun tidak secara fisik karena hanya nomor kartunya saja yang diambil dengan menggunakan

commit to user

software card generator di internet untuk melakukan transaksi di

e-commerce. Setelah dilakukan transaksi dan barang dikirimkan,

kemudian penjual yang ingin mencairkan uangnya di bank ternyata ditolak karena pemilik kartu bukanlah orang yang melakukan transaksi.

6) Pasal 378 KUHP dapat dikenakan untuk penipuan dengan seolah olah

menawarkan dan menjual suatu produk atau barang dengan memasang iklan di salah satu website sehingga orang tertarik untuk membelinya lalu mengirimkan uang kepada pemasang iklan. Tetapi, pada kenyataannya, barang tersebut tidak ada. Hal tersebut diketahui setelah uang dikirimkan dan barang yang dipesankan tidak datang sehingga pembeli tersebut menjadi tertipu.

7) Pasal 406 KUHP dapat dikenakan pada kasus deface atau hacking

yang membuat sistem milik orang lain, seperti website atau program menjadi tidak berfungsi atau dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Pengaturan mengenai cyber crime yang berkaitan dengan

kerahasiaan, integritas dan keberadaan data dan sistem komputer berdasarkan kebijakan hukum positif yang ada di Indonesia yang tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi adalah:

1) Illegal Access (akses secara tidak sah terhadap sistem komputer)

Merupakan tindakan yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan akses secara tidak sah terhadap seluruh atau sebagian sistem komputer, dengan maksud untuk mendapatkan data komputer atau maksud tidak balk lainnya, atau berkaitan dengan sistem komputer yang dihubungkan dengan sistem komputer lain.

Hacking merupakan salah satu dari jenis kejahatan ini yang sangat

sering terjadi. Perbuatan melakukan akses secara tidak sah terhadap sistem komputer belum ada diatur secara jelas di dalam sistem perundang-undangan di Indonesia. Namun meskipun demikian,

commit to user

pelaku dapat dijerat dengan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi elektronik disebutkan, (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan

hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.

(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.

Ketentuan pidana Pasal 30 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik diatur dalam Pasal 46 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. untuk ayat 1, ketentuan pidananya yaitu pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah). Sedangkan ayat 2 Pasal 46 memberikan ketentuan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah). Sementara untuk ayat 3, ketentuan pidananya adalah pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

2) Data Interference (mengganggu data komputer)

Merupakan tindakan yang dengan sengaja melakukan

perbuatan merusak, menghapus, memerosotkan (deterioration),

mengubah atau menyembunyikan (suppression) data komputer tanpa hak. Perbuatan menyebarkan virus komputer merupakan salah satu dari jenis kejahatan ini yang sering terjadi. Pasal 32 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik berbunyi, ”Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak

commit to user

atau melawan hukum dengan cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan,

memindahkan, menyembunyikan suatu informasi elektronik

dan/atau dokumen elektronik milik orang lain atau milik publik.”

Isi dari Pasal tersebut dapat digunakan untuk menjerat pelaku kejahatan karena unsur-unsur pidananya telah terpenuhi. Ketentuan Pidananya diatur dalam Pasal 48 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yaitu pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

3) System Interference (mengganggu sistem komputer)

Merupakan tindakan yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan gangguan terhadap fungsi sistem komputer dengan cara memasukkan, memancarkan, merusak, menghapus, memerosotkan, mengubah, atau menyembunyikan data komputer. Perbuatan menyebarkan program virus komputer dan E-mail bombings (surat elektronik berantai) merupakan bagian dari jenis kejahatan ini yang sangat sering terjadi.

Prihal tentang kerusakan pada sistem, dasar hukumnya diatur dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik yang berbunyi, "Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan apapun yang mengakihatkan sistam elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya."

Kemudian untuk ketentuan pidananya diatur dalam Pasal 49 Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi elektronik, yaitu pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak 10.000.000,000,00 (sepuluh miliar rupiah).

commit to user

4) Illegal Interception In The Computers, Systems And Computer

Networks Operation (intersepsi secara tidak sah terhadap komputer,

sistem, dan jaringan operasional komputer)

Merupakan tindakan yang dengan sengaja melakukan intersepsi tanpa hak, dengan menggunakan peralatan teknik, terhadap data komputer, sistem komputer, dan atau jaringan operasional komputer yang bukan diperuntukkan bagi kalangan umum, dari atau melalui sistem komputer, tennasuk didalamnya gelombang elektromagnetik yang dipancarkan dari suatu sistem komputer yang membawa sejumlah data. Perbuatan dilakukan dengan maksud tidak baik, atau berkaitan dengan suatu sistem komputer yang dihubungkan dengan sistem komputer lainnya. Pasal 31 ayat 1 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik telah mengatur permasalahan sebagai berikut: (1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan

hukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dalam suatu komputer dan/atau sistem elektronik tertentu milik orang lain.

Sedangkan untuk ketentuak pidananya ada pada Pasal 47 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik yang berbunyi, "Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 800. 000. 000, 00 (delapan ratus juta rupiah)."

5) Data Theft (mencuri data)

Pelaku memperoleh data komputer secara tidak sah, baik untuk digunakan sendiri ataupun untuk diberikan kepada orang lain.

Identity theft (pencurian identitas) merupakan salah satu dari jenis

commit to user

Pencurian data merupakan suatu perbuatan yang telah mengganggu hak pribadi seseorang, terutama jika si pemilik data tidak menghendaki ada orang lain yang mengambil atau bahkan sekedar membaca datanya tersebut.

Pasal 32 ayat 2 UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik dapat digunakan untuk menjerat pelaku yang berbunyi, "Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun memindahkcrn atau mentransfer informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik kepada sistem elektronik orang lain yang tidak

berhak ", dapat dipidana dengan ketentuan pidana sebagaimana

diatur dalam Pasal 48 ayat 2, yaitu pidana penjara paling lama 9

(sembilan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.

3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

2. Tinjauan Umum Tentang Internet Banking

a. Pengertian Internet Banking

Persaingan dalam dunia perbankan harus dapat diimbangi dengan peningkatan pelayanan bank kepada para nasabah, sehingga nasabah tersebut tidak tertarik untuk menggunakan jasa bank lain. Salah satu jenis pelayanan yang dapat bank berikan adalah internet banking. Menurut David Whiteley, seorang pakar teknologi dari Inggris, Internet banking

didefinisikan sebagai salah satu jasa pelayanan yang diberikan bank kepada nasabahnya, dengan maksud agar nasabah dapat mengecek saldo rekening dan membayar tagihan selama 24 jam tanpa perlu datang ke kantor cabang.

Internet banking merupakan salah satu produk perbankan elektronik yang

ditawarkan untuk memberikan kemudahan bagi nasabah dalam melakukan transaksi perbankan non tunai melalui komputer dan jaringan internet. Pada prinsipnya layanan internet banking hampir serupa dengan layanan ATM. Hal ini disebabkan karena konsep ATM sudah diterima di hampir setiap

commit to user

lapisan masyarakat sehingga menggunakan internet banking sama seperti layaknya mempunyai kartu ATM. Layanan internet banking dirancang sebagai salah satu sarana akses ATM dimana saja yang disebut dengan

virtual ATM. Sehingga apa yang dilakukan di ATM dapat dilakukan

kecuali mengambil uang tunai.

Perbedaan utama antara ATM dengan virtual adalah terletak pada awal dan akhirnya yaitu untuk mulai melakukan transaksi pada virtual

ATM, nasabah terlebih dahulu harus mempunyai user ID dan nomor PIN. Sedangkan ATM cukup dengan nomor PIN saja. Perbedaan lainnya yaitu cara memberikan bukti transaksi. ATM akan mengeluarkan secarik kertas dari mesin tersebut, sedangkan virtual ATM akan memberikan konfirmasi melalui layar komputer dan mengirim ulang konfirmasi tersebut melalui

e-mail nasabah (Jurnal Hukum dan Teknologi, Arismendi 2006:122).

b. Tujuan Internet Banking

Institusi perbankan dalam penerapan internet banking harus memberikan jasa pelayanan yang lebih sesuai dengan kehendak nasabah dan lebih menjamin keamanannya sehingga dapat memberikan kenyamanan dan kepuasan kepada para nasabah. Penggunaan internet

banking oleh nasabah akan memberikan pelayanan yang lebih baik tanpa

mengenal tempat dan waktu. Media internet dapat digunakan oleh bank untuk beberapa tujuan, baik bagi pihak bank maupun pihak nasabah, yaitu:

1. Bagi Bank

a) Menjelaskan produk dan jasa seperti, pemberian pinjaman dan kartu kredit.

b) Menyediakan informasi mengenai suku bunga dan kurs mata uang asing yang terbaru.

c) Menunjukkan laporan tahunan perusahaan dan keterangan pers

lainnya.

d) Menyediakan informasi ekonomi dan bisnis seperti perkiraan bisnis. e) Memberikan daftar lokasi kantor bank tersebut dan lokasi ATM.

commit to user

f) Memberikan daftar pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja baru.

g) Memberikan gambaran mengenai bank.

h) Menyediakan informasi mengenai sejarah bank dan peristiwa

terbaru.

i) Memberikan pelayanan kepada nasabah untuk memeriksa neraca

tabungan dan memindahkan dana antar tabungan.

j) Menyediakan algorithma yang sederhana sehingga para nasabah dapat membuat perhitungan untuk pembayaran pinjaman, perubahan atau pengurangan pembayaran hipotik, dan lain sebagainya (Mary J.Cronin, 1998 : 75).

2. Bagi Nasabah

a) Mempermudah nasabah dalam bertransaksi perbankan, karena

dengan internet banking akses perbankan dapat dilakukan di komputer pribadi (personal computer) nasabah bahkan lebih dekat, tanpa harus datang ke kantor cabang.

b) Mempercepat kegiatan transaksi perbankan, hanya dengan modal komputer pribadi, nasabah dapat mengakses transaksi apapun

dengan beberapa “klik” di mouse komputer. Tanpa

membuang-buang waktu untuk datang dan mengisi formulir di kantor cabang.

c) Menghemat biaya seperti menghemat ongkos jalan ke kantor

cabang.

c. Sistem Keamanan Internet Banking

Kesempatan Indonesia untuk mengembangkan internet banking

sangat terbuka luas. Hal itu dimungkinkan karena pertumbuhan penggunaan internet di kawasan Asia sangat tinggi dan nasabah perbankan juga memerlukan pelayanan yang lebih baik lagi (Abdul Wahid, 2005: 38).

Salah satu isu yang menjadi permasalahan dalam penggunaan

internet banking adalah sistem keamanan bertransaksi perbankan dengan

menggunakan internet. Masalah yang paling sering muncul adalah adanya pencurian nomor kartu kredit. Nomor curian ini kemudian dimanfaatkan

commit to user

oleh orang yang sesungguhnya tidak berhak. Nasabah harus diyakinkan oleh pihak bank bahwa transaksi perbankan berjalan aman karena bank bersangkutan memiliki perangkat keamanan untuk mencegah para hacker

mengganggu transaksi mereka. Ada dua jenis sistem keamanan yang dipakai dalam internet banking yaitu (Mary J.Cronin, 1998 : 175):

a) Sistem Cryptography

Sistem ini menggunakan angka-angka yang dikenal dengan kunci (key). Sistem ini disebut juga dengan sistem sandi. Ada dua tipe

cryptography yaitu simetris dan asimetris. Pada sistem simetris ini

Dokumen terkait