• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN BAGI NASABAH BANK DALAM PENGGUNAAN FASILITAS INTERNET BANKING ATAS TERJADINYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERLINDUNGAN BAGI NASABAH BANK DALAM PENGGUNAAN FASILITAS INTERNET BANKING ATAS TERJADINYA"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PERLINDUNGAN BAGI NASABAH BANK DALAM PENGGUNAAN

FASILITAS INTERNET BANKING ATAS TERJADINYA CYBER CRIME DI INDONESIA

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

NIKO ESTRADIYANTO

NIM. E0008196

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v MOTTO

Semangat adalah kunci awal dari kesuksesan.

Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Kamu mungkin tak melihatnya, namun

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Sebuah karya yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:

Bapak dan Ibu tercinta, Drs. A. Nugroho Budi Rukisman, M.T., dan Emmy

Marliana Roostyastuti, yang senantiasa memberikan semangat dan kasih

sayangnya, Mbak Vivi dan Dek susan yang penulis sayangi, Septika Mega

Dewanti yang selalu memberikan dukungan dan cinta kepada penulis setiap saat,

(7)

commit to user

vii ABSTRAK

Niko Estradiyanto. E0008196. 2012. PERLINDUNGAN BAGI NASABAH BANK DALAM PENGGUNAAN FASILITAS INTERNET BANKING ATAS TERJADINYA CYBER CRIME DI INDONESIA. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk cyber crime di bidang perbankan, bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia kepada nasabah atas terjadinya cyber crime dalam internet banking,

serta upaya apa saja yang dilakukan oleh bank terhadap ancaman cyber crime

dalam internet banking yang dapat mengakibatkan kerugian bagi nasabah. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif. Penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif ini, membantu penulis untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai perlindungan kepada nasabah bank atas terjadinya cyber crime dalam internet banking yang diberikan oleh Bank Indonesia. Sumber data primer diperoleh dari lokasi penelitian yaitu Bank Indonesia di Surakarta, dengan mewawancarai pegawai yang ditunjuk oleh pihak Bank Indonesia untuk mengetahui mengenai bentuk perlindungan kepada nasabah atas terjadinya cyber crime dalam internet banking. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa pengaturan Internet banking di Indonesia terdapat dalam Regulasi Bank Indonesia yang dituangkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/30/DPNP tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum tanggal 12 Desember 2007, Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP tentang Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum tanggal 9 Desember 2011, serta Peraturan Bank Indonesia No. 9/15/PBI/2007 tentang Penerapan Manajemen risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum yang merupakan suatu pedoman bagi penyelesaian pengaduan nasabah.

(8)

commit to user

viii ABSTRACT

Niko Estradiyanto. E0008196. 2012. PROTECTION FOR BANK CUSTOMERS IN THE USE OF INTERNET BANKING FACILITIES OF THE CYBER CRIME IN INDONESIA. Faculty of Law Sebelas Maret University Surakarta.

This research aims to find out the cyber crime form in banking, the form of law protection the Government and Bank of Indonesia give to the customers against the cyber crime incidence in internet banking, as well as the measures the bank takes against the cyber crime threat in internet banking that can harm the customers. This study belonged to an sociologycal law research that was descriptive in nature. This descriptive sociologycal law research help the writer gives a clear description about the protection for the bank customer against the cyber crime incidence in internet banking given by Bank of Indonesia. The primary data source was obtained from the research location, namely the Bank of Indonesia in Surakarta, by interviewing the designated personnel of Bank of Indonesia to find out the form of protection to the customers against the cybercrime incidence in internet banking. Based on the obtained results of that study Internet banking in Indonesia arrangements contained in the Regulation of Bank Indonesia as outlined in the Circular Letter of Bank Indonesia No. 9/30/DPNP on the Application of Risk Management in Information Technology Usage by Commercial Banks on December 12, 2007, Bank Indonesia Circular Letter No. 13/28/DPNP on the Application of Anti-Fraud Strategy for Commercial Banks dated December 9, 2011, and Bank Indonesia Regulation No. 9/15/PBI/2007 on the Application of Risk Management in the Use of Information Technology by Commercial Banks, which is a guideline for the resolution of customer complaints.

(9)

commit to user

ix

KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebab oleh

karena kasih dan rahmatNya, penulisan hukum (skripsi) yang berjudul “PERLINDUNGAN BAGI NASABAH BANK DALAM PENGGUNAAN FASILITAS INTERNET BANKING ATAS TERJADINYA CYBER CRIME DI INDONESIA” ini dapat penulis selesaikan dengan baik.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya

kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk

bantuannya, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

UNS yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan penulisan hukum ini.

2. Bapak Rehnalemken Ginting, S.H.,M.H., selaku Ketua Bagian Hukum

Pidana yang telah memberikan bantuan dan izin kepada penulis untuk

menyelesaikan penulisan hukum ini.

3. Bapak Prof. Dr. Supanto, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing I skripsi penulis

yang telah memberikan bimbingan dan arahan bagi tersusunnya skripsi ini

hingga selesai.

4. Ibu Rofikah, S.H., M.H., selaku Pembimbing II skripsi penulis yang telah

banyak membantu memberikan pengarahan, bimbingan, serta saran dari awal

hingga akhir penulisan hukum ini.

5. Bapak Budi Setiyanto, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik penulis

atas segala bimbingan dan pengarahan selama penulis menempuh

perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

6. Ibu Diana Lukitasari, S.H., M.H., selaku dosen yang senantiasa memberikan

arahan, motivasi, dan bahan-bahan literatur mengenai Cyber Crime bagi

(10)

commit to user

x

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan bekal ilmu hukum kepada penulis selama menempuh

pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

8. Bapak Tigor Silalahi, selaku Deputi pemimpin Bank Indonesia Surakarta,

yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian di Bank Indonesia

Surakarta.

9. Bapak Benny Supriyadi, S.H., selaku salah satu majelis hakim di Pengadilan

Negeri Karanganyar yang telah memberikan banyak masukan dalam proses

penelitian.

10. Bapak Budi selaku pihak dari BNI ‟46 yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian.

11. Bapak, Ibu, kakak, dan adikku tercinta yang senantiasa memberikan

semangat dan kasih sayang kepada penulis.

12. Seseorang yang spesial, Septika Mega Dewanti. Terima kasih banyak karena

sudah banyak memberi masukan dan bantuan selama ini. Terima kasih juga

untuk cinta, kasih sayang, waktu, tenaga serta segalanya yang telah diberikan.

13. Sahabat-sahabat penulis di kampus, Aryanto, Dimas Pramodya, Rangga

Anwari yastiant, Gangga, Eli Puspitasari, Dhina Christy dan Nezz Anastacia.

Bersama kalian, penulis melewati masa perkuliahan di Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan suka dan duka.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuannya bagi penulis dalam menyusun penulisan hukum ini

baik secara moril maupun materiil.

Dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang

membangun sehingga dapat memperbaiki semua kekurangan yang ada dalam

penulisan hukum ini. Semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi

siapapun yang membacanya.

Surakarta, Juli 2012

(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... . vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metode Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan Hukum ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Kerangka Teori ... 15

1. Tinjauan Umum Tentang Cyber Crime ... 15

a. Pengertian Cyber Crime ... 15

b. Jenis-jenis Katagori Cyber Crime ... 17

c. Cyber Crime dalam Hukum Positif di Indonesia .... 20

2. Tinjauan Umum Tentang Internet Banking ... 25

a. Pengertian Internet Banking ... 25

b. Tujuan Internet Banking ... 26

(12)

commit to user

xii

d. Pengaturan Internet Banking di Indonesia ... 28

B. Kerangka Pemikiran ... 30

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A.Lokasi Penelitian ... 32

B.Bentuk-Bentuk Cyber crime Di Bidang Perbankan ... 32

C.Upaya Perlindungan Hukum yang Diberikan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia Kepada Nasabah Bank ... 43

1.Perlindungan Hukum dari Pemerintah ... 43

2.Lembaga Negara yang Menangani Permasalahan Cyber Crime 51 a. Kepolisian Republik Indonesia (Polri)... 51

b. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)……… 55

3.Perlindungan Hukum dari Bank Indonesia ... 60

D. Prospektif Pengaturan Dalam Upaya Penanggulangan Cyber Crime di Indonesia ... 61

BAB IV PENUTUP ... 65

A. Simpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA

(13)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini peran teknologi dalam dunia perbankan sangatlah mutlak, dimana

kemajuan suatu sistem perbankan sangat dipengaruhi oleh peran teknologi

informasi. Semakin berkembang dan kompleksnya fasilitas yang diterapkan

perbankan untuk memudahkan pelayanan, itu berarti semakin beragam dan

kompleks adopsi teknologi yang dimiliki oleh suatu bank. Tidak dapat dipungkiri,

dalam setiap bidang termasuk perbankan penerapan teknologi bertujuan selain

untuk memudahkan operasional intern perusahaan, juga bertujuan untuk semakin

memudahkan pelayanan terhadap nasabah atau customers. Apalagi untuk saat ini,

khususnya dalam dunia perbankan hampir semua produk yang ditawarkan kepada

customers serupa, sehingga persaingan yang terjadi dalam dunia perbankan adalah

bagaimana memberikan produk yang serba mudah dan serba cepat.

Melalui penggunaan internet sebagai sarana pertukaran informasi di

bidang komunikasi, maka waktu dan tempat bukanlah menjadi penghalang untuk

melakukan transaksi perbankan. Oleh karenanya, internet banyak dipergunakan

dalam kegiatan perbankan di berbagai negara maju, sebagai alat untuk mengakses

data maupun informasi dari seluruh penjuru dunia. Electronic Fund Transfer

(EFT) merupakan salah satu contoh inovasi dari penggunaan teknologi internet

yang mendasar dalam Teknologi Sistem Informasi (TSI) di bidang perbankan.

Contoh dari produk-produk EFT antara lain meliputi Anjungan Tunai Mandiri

(ATM), electronic home banking (biasa disebut sebagai internet banking), dan

money transfer network.

Internet banking merupakan salah satu pelayanan perbankan tanpa cabang,

yaitu berupa fasilitas yang akan memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi

perbankan tanpa perlu datang ke kantor cabang. Layanan yang diberikan internet

(14)

commit to user

rekening, pemindahbukuan antarrekening, infomasi terbaru mengenai suku bunga

dan nilai tukar valuta asing, administrasi mengenai perubahan Personal

Identification Number (PIN), alamat rekening atau kartu, data pribadi dan

lain-lain, terkecuali pengambilan uang atau penyetoran uang. Karena untuk

pengambilan uang masih memerlukan layanan ATM dan penyetoran uang masih

memerlukan bantuan bank cabang (Onno W. Purbo dan Aang Arif Wahyudi, 2001

: 85).

Praktek internet banking ini jelas akan mengubah strategi bank dalam

berusaha. Setidaknya ada faktor baru yang bisa mempengaruhi pengkajian suatu

bank untuk membuka cabang baru atau menambah ATM. Internet banking

memungkinkan nasabah untuk melakukan pembayaran-pembayaran secara online.

Internet banking juga memberikan akomodasi kegiatan perbankan melalui

jaringan komputer kapan saja dan dimana saja dengan cepat, mudah dan aman

karena didukung oleh sistem pengamanan yang kuat. Hal ini berguna untuk

menjamin keamanan dan kerahasian data serta transaksi yang dilakukan oleh

nasabah.

Selain itu, dengan internet banking, bank bisa meningkatkan kecepatan

layanan dan jangkauan dalam aktivitas perbankan. Dalam perkembangan

teknologi perbankan seperti internet banking, pihak bank harus memperhatikan

aspek perlindungan nasabah khususnya keamanan yang berhubungan dengan

privasi nasabah. Keamanan layanan online ada empat, yaitu keamanan koneksi

nasabah, keamanan data transaksi, keamanan koneksi server, dan keamanan

jaringan sistem informasi dari server. Aspek penyampaian informasi produk

perbankan sebaiknya disampaikan secara proporsional, artinya bank tidak hanya

menginformasikan keunggulan atau kekhasan produknya saja, tapi juga sistem

keamanan penggunaan produk yang ditawarkan.

Dalam prakteknya, internet banking mendapatkan berbagai macam

serangan atau ancaman bagi pihak pengguna dan penyedia layanan internet

banking. Contohnya serangan seperti man in the middle attack dan trojan horses

dapat mengganggu keamanan layanan. Gambaran umum dari aktivitas yang sering

(15)

commit to user

membuat nasabah pengguna layanan internet banking atau user masuk ke website

tersebut. Agar berhasil mengelabui user, website tersebut harus dibuat semirip

mungkin dengan website bank yang sebenarnya. Kemudian user memasukkan

password-nya, dan penyerang kemudian menggunakan informasi ini untuk

mengakses website bank yang sebenarnya. Untuk mengecoh token, penyerang

dapat mengirimkan challenge-response kepada user sebelum melakukan transaksi

illegal. Sedangkan, trojan horses adalah program palsu dengan tujuan jahat yang

disusupkan kepada sebuah program yang umum dipakai. Di sini para penyerang

meng-install trojan ke komputer user. Ketika user mulai login ke website

banknya, penyerang menumpangi sesi tersebut melalui trojan untuk melakukan

transaksi yang diinginkannya. Trojan Horse berbeda dengan virus yang merusak

lainnya, trojan horses tidak dapat diketahui keberadaannya (Sutan Remy

Sjahdenini, 2009:157).

Untuk mencegah serangan-serangan tersebut, bank penyedia layanan

internet banking perlu membentuk sebuah unit kerja khusus atau divisi

pengamanan dan pencegahan kejahatan perbankan di dalam struktur bank tersebut

dan Bank Indonesia yang fungsinya untuk melakukan penerapan kebijakan

pengamanan sistem, melakukan penelitian untuk pencegahan terhadap ancaman

atau kejahatan yang sudah ada maupun yang mungkin terjadi dan melakukan

tindakan pemulihan (recovery) serta pemantauan transaksi perbankan selama 24

jam (Onno W. Purbo dan Aang Arif Wahyudi, 2001 : 95).

Dalam rangka melakukan pengawasan terhadap perbankan, Bank

Indonesia perlu melakukan audit terhadap sistem teknologi informasi dan

komunikasi yang digunakan oleh perbankan untuk setiap kurun waktu tertentu.

Serta melakukan training mengenai pemahaman dan pengendalian akses nasabah

maupun pegawai perbankan tentang jaringan sistem internet banking, agar seluruh

pegawai perbankan mengetahui bahwa merekapun juga dipantau. Juga diperlukan

ketentuan (Peraturan atau Undang-Undang) agar perbankan bertanggung jawab

dengan mengganti uang nasabah yang hilang akibat kelemahan sistem

pengamanan internet banking, misalnya perbankan lalai meningkatkan sistem

(16)

commit to user

komputer deteksi untuk aktivitas rekening nasabah, agar apabila terjadi

kejanggalan transaksi, seperti pengambilan uang nasabah yang melampaui jumlah

tertentu, sehingga dapat ditangani dengan cepat.

Perlunya sosialisasi aktif dari perbankan kepada masyarakat atau nasabah

dan pegawai perbankan mengenai bentuk-bentuk kejahatan yang dapat terjadi

dengan produk atau layanan yang disediakannya. Menambah persyaratan formulir

identitas pada waktu pembukaan rekening baru untuk pemeriksaan pada data base

yang menghimpun daftar orang bermasalah dengan institusi keuangan. Saat ini

sudah terdapat teknologi dan peraturan hukum yang dapat membuat internet

banking menjadi aman, akan tetapi pihak perbankan dan pemerintah perlu terus

mengupayakan agar penyelenggaraan internet banking lebih aman dan terjamin.

Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan pihak perbankan untuk

meningkatkan keamanan internet banking, misalnya melakukan standardisasi

dalam pembuatan aplikasi internet banking. Contohnya, formulir internet banking

yang mudah dipahami, sehingga user dapat mengambil tindakan yang sesuai, dan

membuat buku panduan bila terjadi masalah dalam internet banking serta

memberi informasi yang jelas kepada user (Onno W. Purbo dan Aang Arif

Wahyudi, 2001 : 45).

Informasi merupakan hal yang sangat berharga bagi bank, mengingat

bahwa bank merupakan lembaga kepercayaan. Oleh karena itu, pengamanan

terhadap informasi tersebut baik dari penyalahgunaan yang disengaja ataupun

pengungkapan informasi yang tidak bertanggung jawab serta bentuk-bentuk

kecurangan lainnya sangat diperlukan. Namun, saat ini terdapat kesan bahwa para

pelaku usaha perbankan dan masyarakat pada umumnya kurang peduli terhadap

proses penanganan kasus-kasus tindak pidana internet banking. Maka dari itu

perlu dilakukan upaya-upaya menyeluruh dari semua pihak untuk menuju ke arah

yang lebih baik.

Dalam rangka perkembangan internet banking, pihak Bank Indonesia

mengeluarkan regulasinya yang dituangkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia

No. 9/30/DPNP tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan

(17)

commit to user

Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP tentang Penerapan Strategi Anti Fraud

bagi Bank Umum tanggal 9 Desember 2011. Bank Indonesia juga mengeluarkan

panduan Pengamanan Penggunaan Teknologi Sistem Informasi oleh Bank dengan

dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia No. 9/15/PBI/2007 tentang Penerapan

Manajemen risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum

yang merupakan suatu pedoman bagi penyelesaian pengaduan nasabah. Pihak

pemerintah dapat membebankan masalah keamanan internet banking kepada

pihak bank, sehingga bila terjadi masalah kelalaian bank dalam suatu nilai

tertentu, user dapat mengajukan klaim. Khusus perihal beban pembuktian, perlu

dipikirkan kemungkinan untuk menerapkan omkering van bewijslast atau

pembuktian terbalik untuk kasus-kasus cyber crime yang sulit pembuktiannya.

Hakikat dari pembuktian terbalik ini adalah terdakwa wajib membuktikan bahwa

dia tidak bersalah atas dakwaan yang dituduhkan kepada terdakwa.

Berdasarkan uraian di atas, Penulis merasa tertarik untuk mengadakan

penelitian yang tertuang dalam bentuk penulisan hukum dengan judul:

PERLINDUNGAN BAGI NASABAH BANK DALAM PENGGUNAAN

FASILITAS INTERNET BANKING ATAS TERJADINYA CYBER CRIME DI INDONESIA.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja bentuk-bentuk cyber crime di bidang Perbankan?

2. Bagaimanakah upaya perlindungan hukum saat ini yang sudah diberikan oleh

Pemerintah dan Bank Indonesia kepada nasabah bank atas terjadinya cyber

crime dalam internet banking?

3. Bagaimana prospektif pengaturan dalam upaya penanggulangan cyber crime

(18)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan isu hukum

yang timbul. Oleh karena itu, maka penelitan ini mempunyai tujuan obyektif dan

subyektif, sehingga mampu mencari pemecahan isu hukum terkait. Adapun tujuan

yang hendak dicapai penulis adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui bentuk cyber crime di bidang perbankan.

b. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh

Pemerintah dan Bank Indonesia kepada nasabah atas terjadinya cyber

crime dalam internet banking.

c. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan oleh bank terhadap

ancaman cyber crime dalam internet banking yang dapat mengakibatkan

kerugian bagi nasabah.

2. Tujuan Subyektif

a. Memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar Sarjana Hukum

dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakara.

b. Memperluas wawasan, pengetahuan, dan kemampuan penulis dalam

mengkaji masalah di bidang hukum pidana, khususnya mengenai

Perlindungan Nasabah Bank Dalam Penggunaan Fasilitas Internet Banking

Atas Terjadinya Cyber Crime Di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap bahwa kegiatan penelitian dalam penulisan hukum ini akan

bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain. Adapun manfaat yang dapat

diperoleh dari penulisan hukum ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan

(19)

commit to user

Pidana pada khususnya, serta dapat dipakai sebagai acuan terhadap

penulisan maupun penelitian sejenis untuk tahap berikutnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur

dalam dunia kepustakaan tentang Perlindungan Nasabah Bank Dalam

Penggunaan Fasilitas Internet Banking Atas Terjadinya Cyber Crime Di

Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan bahan masukan bagi aparat penegak hukum (polisi, jaksa,

hakim, lembaga pemasyarakatan, dan advokat) serta pihak bank, sehingga

aparat penegak hukum dan para pihak yang terlibat dalam transaksi

elektronik mempunyai persepsi yang sama. Dapat menjadi masukan bagi

pihak-pihak yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai dasar

perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi melalui internet

banking di Indonesia. Sehingga dengan adanya penelitian ini pemerintah

dapat segera menyosialisasikan Undang-Undang Informasi dan Transaksi

Elektronik.

b. Memberikan pendalaman, pengetahuan, dan pengalaman yang baru kepada

penulis mengenai permasalahan hukum yang dikaji, sehingga dapat

berguna bagi penulis maupun orang lain di kemudian hari.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara berpikir dan berbuat yang dipersiapkan

sebaik-baiknya untuk mengadakan dan mencapai tujuan penelitian. Pemilihan

metode penelitian adalah hal yang sangat signifikan dalam suatu penelitian ilmiah

karena nilai, validitas, dan hasil penelitian ilmiah sangat ditentukan oleh metode

yang digunakan.

Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang

didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan

(20)

commit to user

terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan

atas permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala bersangkutan

(Soerjono Soekanto, 2008:43). Adapun metode penelitian yang akan digunakan

oleh penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis pergunakan yaitu penelitian yang langsung

dilakukan di lapangan. Penulis dalam penulisan hukum ini melakukan

penelitian dan memperoleh data-data yang berkaitan dengan materi penulisan

dengan melakukan studi langsung ketiga tempat, yakni kantor Bank Indonesia,

PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk, serta Pengadilan Negeri

Karanganyar.

2. Sifat Penelitian

Ditinjau dari sifatnya, penulisan hukum ini termasuk dalam penelitian

hukum yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk

menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau

kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat (Soerjono Soekanto, 2008:10).

Penelitian bersifat deskriptif ini, membantu penulis untuk memberikan

gambaran yang jelas mengenai perlindungan kepada nasabah bank atas

terjadinya cyber crime dalam internet banking yang diberikan oleh Bank

Indonesia.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Menurut Soerjono Soekanto, pendekatan kualitatif

merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa

yang dinyatakan responden secara lisan dan perilaku nyata (Soerjono Soekanto,

2008:32).

4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat penulis akan melakukan penelitian

(21)

commit to user

penulisan hukum ini yaitu pada Bank Indonesia di Surakarta yang beralamat di

jalan Jenderal Sudirman Nomor 4 Surakarta, PT. Bank Negara Indonesia

(persero) Tbk yang beralamat di jalan Arifin Nomor 2 Surakarta, serta

Pengadilan Negeri Karanganyar yang beralamat di jalan Lawu Barat Nomor

76B Karanganyar.

5. Jenis Data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan secara

langsung dari lapangan yang menjadi objek penelitian atau yang diperoleh

langsung dari narasumber yang berupa keterangan atau fakta-fakta

(Soerjono Soekanto, 2008:12). Dalam hal ini narasumber yang dimaksud

adalah Ibu Mega yakni salah seorang pegawai di bidang Perbankan pada

kantor Bank Indonesia Surakarta, Ibu Judith yang merupakan salah seorang

pegawai PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk di bagian Customers

Service bidang Internet Banking, serta Bapak Benny, S.H., yang merupakan

salah seorang majelis hakim di Pengadilan Karanganyar.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang menunjang dan mendukung data

primer yang diperoleh dari dari studi kepustakaan yaitu membaca dan

mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku, literatur, dan studi

dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

6. Sumber Data

a. Sumber data primer

Sumber data utama atau data primer adalah kata-kata dan tindakan

orang-orang yang diamati atau wawancara sumber ini dicatat melalui

catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes (Lexy

J.Moleong, 2007:157-163). Sumber data primer dalam penelitian penulisan

hukum ini diperoleh dari lokasi penelitian yaitu Bank Indonesia di

Surakarta, dengan mewawancarai pegawai yang ditunjuk, yakni ibu Mega,

(22)

commit to user

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang mendukung data

primer. Di dalam penelitian hukum, dipergunakan pula data sekunder yang

terdiri dari (Soerjono Soekanto, 2008:51):

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat

yang terdiri dari peraturan perundang-undangan. Sesuai dengan judul

serta rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan hukum ini, maka

bahan hukum primernya adalah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP), serta Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer. Sesuai dengan permasalahan hukum

yang diangkat dalam penelitian hukum ini, maka bahan hukum

sekundernya adalah antara lain; hasil-hasil penelitian yang dilakukan

dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan langsung dengan

permasalahan hukum yang diangkat, yakni Bank Indonesia selaku bank

sentral yang memberikan regulasi mengenai bentuk perlindungan kepada

nasabah atas terjadinya cyber crime dalam internet banking.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder. Sesuai dengan judul serta permasalahan dalam

penelitian hukum ini, maka bahan hukum tersiernya adalah antara lain;

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus hukum atau black’s law

(23)

commit to user

7. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara adalah cara memperoleh informasi dengan bertanya

langsung pada yang diwawancarai. Hasil wawancara ditentukan oleh

beberapa faktor yang berinteraksi dan memengaruhi arus informasi.

Faktor-faktor tersebut adalah (Syamsudin, 2007:108):

1) Pewawancara;

2) Yang diwawancarai;

3) Situasi wawancara.

b. Studi Kepustakaan

Studi dokumen atau kepustakaan adalah kegiatan mengumpulkan dan

memeriksa atau menelusuri dokumen-dokumen atau kepustakaan yang

dapat memberikan informasi atau keterangan yang dibutuhkan oleh peneliti

(Syamsudin, 2007:101).

8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat

penting untuk menguraikan dan memecahkan masalah yang diteliti

berdasarkan data-data yang sudah dikumpulkan. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis model interaktif

(interactive model of analysis). Langkah-langkah analisis model tersebut

adalah:

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang

merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data

dari fieldnote. Reduksi data juga merupakan bagian dari proses analisis

yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal

yang tidak penting, dan mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan

(24)

commit to user

b. Sajian data

Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah sehingga dapat

menjawab permasalahan yang diteliti. Sajian data selain dalam bentuk

narasi kalimat, juga dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar/skema,

jaringan kerja kaitan kegiatan, dan juga tabel sebagai pendukung narasinya.

c. Penarikan kesimpulan/verifikasi

Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh

peneliti yang perlu untuk diverifikasi, berupa suatu pengulangan dari tahap

pengumpulan data yang terdahulu dan dilakukan secara lebih teliti setelah

data tersaji. Hal ini merupakan tahap akhir dari suatu penelitian yang

dilakukan dengan didasarkan pada hal yang ada dalam reduksi maupun

penyajian data. Penulis menggunakan model analisis interaktif dalam

penelitian ini, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Model Analisis Interaktif

Ketiga komponen tersebut (proses analisa interaktif) dimulai pada

waktu pengumpulan data penelitian, dalam hal ini peneliti mengumpulkan

data berdasarkan wawancara dengan narasumber dari lokasi penelitian yaitu

Bank Indonesia di Surakarta, dengan mewawancarai pegawai yang ditunjuk,

yakni ibu Mega, salah seorang pegawai di bidang Perbankan pada kantor Bank Pengumpulan

data

Sajian

Data Reduksi

Data

Penarikan Kesimpulan /

(25)

commit to user

Indonesia Surakarta, Ibu Judith, salah seorang pegawai PT. Bank Negara

Indonesia (persero) Tbk di bagian Customers Service bidang Internet Banking,

serta Bapak Benny, S.H., salah seorang majelis hakim di Pengadilan

Karanganyar. Selanjutnya, peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian

data. Dan setelah pengumpulan data selesai, tahap selanjutnya peneliti mulai

menarik kesimpulan dengan memverifikasi berdasarkan apa yang terdapat

dalam sajian data. Aktifitas yang dilakukan dengan suatu siklus antara

komponen-komponen tersebut akan didapatkan data-data yang benar-benar

mewakili dan sesuai dengan masalah yang diteliti. Apabila kesimpulan dirasa

kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajian

datanya, maka peneliti wajib kembali melakukan kegiatan pengumpulan data

yang sudah terfokus untuk mencari pendukung kesimpulan yang ada dan juga

bagi pendalaman data. Penelitian kualitatif prosesnya berlangsung dalam

bentuk siklus (H.B. Soetopo, 2002 : 91-96).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk lebih memudahkan penulisan hukum ini, maka penulis dalam

penelitiannya membagi penulisan hukum ini menjadi empat bab dan dalam

tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan

pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian. Adapun sistematika penulisan

hukum ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini dikemukakan tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian dan sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab kedua ini membahas mengenai Kerangka Teoritis dan Kerangka

Pemikiran. Kerangka teoritis yang mendasari penulisan ini adalah

tinjauan umum mengenai cyber crime, pemahaman tentang internet

(26)

commit to user

bank sebagai pengguna fasilitas internet banking. Kerangka pemikiran

berisi alur pemikiran yang ditempuh oleh penulis yang dituangkan

dalam bentuk skema/bagan.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis memaparkan mengenai hasil dari penelitian yang

dilakukan, yaitu hasil tentang bentuk perlindungan yang diberikan oleh

Bank Indonesia kepada nasabah bank atas terjadinya cyber crime

dalam internet banking dikaitkan dengan bentuk perlindungan hukum

dari Pemerintah yang tertuang di dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) serta Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini sebagai bagian akhir dari penulisan penelitian mengenai

kesimpulan dan saran sebagai suatu masukan maupun perbaikan dari

(27)

commit to user

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Cyber Crime

a. Pengertian Cyber Crime

Teknologi merupakan hasil dari perkembangan budaya, ia dapat

menjadi alat perubahan di tengah masyarakat. Kemajuan teknologi

merupakan hasil budaya manusia di samping membawa dampak positif,

dalam arti dapat didayagunakan untuk kepentingan manusia juga

membawa dampak negatif terhadap perkembangan dan peradaban manusia

sendiri. Dampak negatif yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan

dunia kejahatan (Jurnal Sentris Teknologi dan Informasi Volume 3 Nomor

1 Tahun 2006, Ahmad Basori 2006:181).

Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi yang modern,

manusia mendapatkan kenyamanan dan kemudahan-kemudahan untuk

menyebarkan informasi dan menjalin komunikasi dengan orang lain di

belahan dunia manapun. Pengaruh internet telah mengubah jarak dan

waktu menjadi tidak terbatas. Melalui media internet, orang bisa

melakukan berbagai aktivitas yang sulit dilakukan dalam dunia nyata

(real) karena kendala jarak dan waktu. Internet mengubah paradigma

komunikasi manusia dalam bergaul, berbisnis, dan menjalin hubungan

dalam jejaring sosial dengan sesama.

Dalam menggunakan jasa pada dunia maya, masyarakat cenderung

bebas berinteraksi, beraktivitas dan berkreasi yang hampir sempurna pada

semua bidang. Masyarakat sedang membangun kebudayaan baru di ruang

maya yang dikenal dengan istilah cyber space. Menurut Howard

Rheingold, cyber space adalah sebuah ruang imajiner atau ruang maya

(28)

commit to user

dilakukan dalam kehidupan sosial sehari-hari dengan cara-cara yang baru

(Abdul Wahid, 2005: 32). Cyber space merupakan tempat kita berada

ketika kita mengarungi dunia informasi global interaktif yang bernama

internet.

Menurut John Suler dalam artikelnya yang berjudul The Psykology

of Cyber space, Overview And Guided Tour menganggap bahwa cyber

space adalah ruang psikologis, dan sebagai ruang psikologis,

keberadaannya tidaklah tergantung pada batas-batas konvensional

mengenai keberadaan benda-benda berwujud. Bedanya dengan benda yang

wujudnya berada dalam dunia nyata, cyber space sebagai hasil teknologi

tidak berada dalam dunia nyata, namun cyber space betul-betul ada (Agus

Raharjo, 2002: 93).

Realitas atau alam baru yang terbentuk oleh medium internet ini

pada perkembangannya menciptakan masyarakat baru sebagai warganya

yang dalam istilah pengguna dan pemerhati internet lazim disebut Netizen.

Cyber space menawarkan manusia untuk “hidup” dalam dunia alternatif.

Sebuah dunia yang dapat mengambil alih dan menggantikan realitas yang

ada, yang lebih menyenangkan dari kesenangan yang ada, yang lebih

fantastis dari fantasi yang ada, yang lebih menggairahkan dari kegairahan

yang ada, sehingga kehidupan manusia tidak lagi hanya merupakan

aktivitas yang bersifat fisik dalam dunia nyata (real) belaka, akan tetapi

menjangkau juga aktivitas non fisik yang dilakukan secara virtual.

Cyber space telah pula menciptakan bentuk kejahatan baru, sebagai

dampak negatif yang ditimbulkan oleh perkembangan dan kemajuan

teknologi informasi dan telekomunikasi yaitu kejahatan yang berkaitan

dengan aplikasi internet yang dalam istilah asing disebut cyber crime yaitu

segala kejahatan yang dalam modus operandinya menggunakan fasilitas

internet. Kejahatan ini sering dipersepsikan sebagai kejahatan yang

dilakukan dalam ruang atau dunia cyber. Cyber crime merupakan

kejahatan bentuk baru yang sama sekali berbeda dengan bentuk-bentuk

(29)

commit to user

internet, jenis kejahatan cyber crime tidak dapat sepenuhnya terjangkau

oleh hukum yang berlaku saat ini, bahkan tidak dapat sepenuhnya diatur

dan dikontrol oleh hukum.

Dalam beberapa literatur, cyber crime sering diidentikan dengan

computer crime. Menurut Kepolisian Inggris, cyber crime adalah segala

macam penggunaan jaringan komputer untuk tujuan kriminal dan atau

kriminal berteknologi tinggi dengan menyalahgunakan kemudahan

teknologi digital (Abdul Wahid, 2005: 32).

Cyber crime merupakan suatu istilah umum yang pengertiannya

mencakup berbagai tindak pidana yang menggunakan teknologi komputer

sebagai suatu komponen sentral. Dengan demikian cyber crime bisa

berupa: tindakan sengaja merusak properti, masuk tanpa ijin, pencurian

hak milik intelektual, perbuatan cabul, pemalsuan, pornografi anak,

pencurian dan beberapa tindak pidana lainnya.

Istilah cyber crime sampai saat ini belum ada kesatuan pendapat

bahkan tidak ada pengakuan internasional mengenai istilah baku, tetapi

ada yang menyamakan istilah cyber crime dengan computer crime.

Demikian juga sampai saat ini sepengetahuan penulis belum ada istilah

baku atau definisi secara yuridis untuk menunjuk jenis kejahatan yang

lebih dikenal dengan sebutan cyber crime ini.

b. Jenis-jenis Katagori Cyber Crime

Dikdik M. Arief Mansur menyebutkan jenis-jenis kejahatan yang

masuk dalam kategori cyber crime sebagai berikut (Dikdik M. Arief

Mansur, 2005:26-27):

1) Cyber pornography: penyebarluasan obscene materials termasuk

pornography, indecent exposure, dan child pornography.

2) Cyber harassment: pelecehan seksual melalui e-mail, websites dan

chat programs.

3) Cyber stalking: crimes of stalking melalui penggunaan komputer dan

(30)

commit to user

4) Hacking: penggunaan programming abilities dengan maksud yang

bertentangan dengan hukum.

5) Carding (credit card fraud): melibatkan berbagai macam aktifitas

yang melibatkan kartu kredit. Carding muncul ketika seseorang yang

bukan pemilik kartu kredit menggunakan kartu kredit tersebut secara

melawan hukum.

Kejahatan yang berhubungan erat dengan penggunaan teknologi

yang berbasis komputer dan jaringan telekomunikasi dikelompokkan

dalam beberapa bentuk sesuai modus operandi yang ada, antara lain (Sutan

Remy Sjahdeini, 2009:195):

1) Unauthorized Access to Computer System and Service

Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/menyusup ke

dalam suatusistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin atau

tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang

dimasukinya. Biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukannya

dengan maksud sabotase ataupun pencurian informasi penting dan

rahasia. Namun begitu, ada juga yang melakukannya hanya karena

merasa tertantang untuk mencoba keahliannya menembus suatu sistem

yang memiliki tingkat proteksi tinggi. Kejahatan ini semakin marak

dengan berkembangnya teknologi Internet.

2) IllegalContents

Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi

ke Internet tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat

dianggap melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum.

3) Data Forgery

Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada

dokumen-dokumen penting yang tersimpan sebagai scripless document melalui

Internet. Kejahatan ini biasanya ditujukan pada dokumen-dokumen

e-commerce dengan membuat seolah-olah terjadi "salah ketik" yang

(31)

commit to user

memasukkan data pribadi dan nomor kartu kredit yang dapat saja

disalah gunakan.

4) Cyber Espionage

Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan Internet

untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan

memasuki sistem jaringan komputer (computer network system) pihak

sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap saingan bisnis yang

dokumen ataupun data pentingnya (data base) tersimpan dalam suatu

sistem yang computerized (tersambung dalam jaringan komputer)

5) Cyber Sabotage and Extortion

Kejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan

atau penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem

jaringan komputer yang terhubung dengan Internet. Biasanya

kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan suatu logic bomb, yaitu

memasukan virus komputer ke dalam suatu program tertentu, sehingga

data, program komputer atau sistem jaringan komputer tidak dapat

digunakan, tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau berjalan

sebagaimana yang dikehendaki oleh pelaku.

6) Offense against Intellectual Property

Kejahatan ini ditujukan terhadap hak atas kekayaan intelektual

yang dimiliki pihak lain di Internet. Sebagai contoh, peniruan tampilan

pada web page suatu situs milik orang lain secara ilegal, penyiaran

suatu informasi di Internet yang ternyata merupakan rahasia dagang

orang lain, dan sebagainya.

7) Infringements of Privacy

Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi

seseorang yang tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan

secara computerized, yang apabila diketahui oleh orang lain, maka

dapat merugikan korban secara materil maupun immateril, seperti

nomor kartu kredit atau nomor PIN ATM menjadi tidak dapat

(32)

commit to user

c. Pengaturan Cyber Crime dalam hukum positif di

Indonesia

Dalam upaya menangani kasus-kasus yang terjadi para penyidik

melakukan analogi atau perumpamaan dan persamaaan terhadap

Pasal-Pasal yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Pasal-Pasal di dalam KUHP biasanya digunakan lebih dari satu Pasal

karena melibatkan beberapa perbuatan sekaligus. Pasal-Pasal yang dapat

dikenakan dalam KUHP pada cyber crime antara lain :

1) Pasal 282 KUHP dapat dikenakan untuk penyebaran pornografi

maupun website porno yang banyak beredar dan mudah diakses di

Internet. Walaupun berbahasa Indonesia, sangat sulit sekali untuk

menindak pelakunya karena mereka melakukan pendaftaran domain

tersebut di luar negeri dimana pornografi yang menampilkan orang

dewasa bukan merupakan hal yang ilegal.

2) Pasal 303 KUHP dapat dikenakan untuk menjerat permainan judi yang

dilakukan secara online di Internet dengan penyelenggara dari

Indonesia.

3) Pasal 311 KUHP dapat dikenakan untuk kasus pencemaran nama baik

dengan menggunakan media Internet. Modusnya adalah pelaku

menyebarkan email kepada teman-teman korban tentang suatu cerita

yang tidak benar atau mengirimkan email ke suatu mailing list

sehingga banyak orang mengetahui cerita tersebut.

4) Pasal 335 KUHP dapat dikenakan untuk kasus pengancaman dan

pemerasan yang dilakukan melalui e-mail yang dikirimkan oleh pelaku

untuk memaksa korban melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

diinginkan oleh pelaku dan jika tidak dilaksanakan akan membawa

dampak yang membahayakan. Hal ini biasanya dilakukan karena

pelaku biasanya mengetahui rahasia korban.

5) Pasal 362 KUHP yang dikenakan untuk kasus carding pelaku mencuri

nomor kartu kredit milik orang lain, walaupun tidak secara fisik karena

(33)

commit to user

software card generator di internet untuk melakukan transaksi di

e-commerce. Setelah dilakukan transaksi dan barang dikirimkan,

kemudian penjual yang ingin mencairkan uangnya di bank ternyata

ditolak karena pemilik kartu bukanlah orang yang melakukan

transaksi.

6) Pasal 378 KUHP dapat dikenakan untuk penipuan dengan seolah olah

menawarkan dan menjual suatu produk atau barang dengan memasang

iklan di salah satu website sehingga orang tertarik untuk membelinya

lalu mengirimkan uang kepada pemasang iklan. Tetapi, pada

kenyataannya, barang tersebut tidak ada. Hal tersebut diketahui setelah

uang dikirimkan dan barang yang dipesankan tidak datang sehingga

pembeli tersebut menjadi tertipu.

7) Pasal 406 KUHP dapat dikenakan pada kasus deface atau hacking

yang membuat sistem milik orang lain, seperti website atau program

menjadi tidak berfungsi atau dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Pengaturan mengenai cyber crime yang berkaitan dengan

kerahasiaan, integritas dan keberadaan data dan sistem komputer

berdasarkan kebijakan hukum positif yang ada di Indonesia yang tertuang

di dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi adalah:

1) Illegal Access (akses secara tidak sah terhadap sistem komputer)

Merupakan tindakan yang dengan sengaja dan tanpa hak

melakukan akses secara tidak sah terhadap seluruh atau sebagian

sistem komputer, dengan maksud untuk mendapatkan data

komputer atau maksud tidak balk lainnya, atau berkaitan dengan

sistem komputer yang dihubungkan dengan sistem komputer lain.

Hacking merupakan salah satu dari jenis kejahatan ini yang sangat

sering terjadi. Perbuatan melakukan akses secara tidak sah terhadap

sistem komputer belum ada diatur secara jelas di dalam sistem

(34)

commit to user

pelaku dapat dijerat dengan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 11

tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi elektronik disebutkan,

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.

(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.

Ketentuan pidana Pasal 30 Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik diatur

dalam Pasal 46 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

banyak Rp. 700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah). Sementara untuk

ayat 3, ketentuan pidananya adalah pidana penjara paling lama 8

(delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 800.000.000,00

(delapan ratus juta rupiah).

2) Data Interference (mengganggu data komputer)

Merupakan tindakan yang dengan sengaja melakukan

perbuatan merusak, menghapus, memerosotkan (deterioration),

mengubah atau menyembunyikan (suppression) data komputer tanpa

hak. Perbuatan menyebarkan virus komputer merupakan salah satu

dari jenis kejahatan ini yang sering terjadi. Pasal 32 ayat 1

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi

(35)

commit to user

atau melawan hukum dengan cara apa pun mengubah, menambah,

mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan,

memindahkan, menyembunyikan suatu informasi elektronik

dan/atau dokumen elektronik milik orang lain atau milik publik.”

Isi dari Pasal tersebut dapat digunakan untuk menjerat

pelaku kejahatan karena unsur-unsur pidananya telah terpenuhi.

Ketentuan Pidananya diatur dalam Pasal 48 ayat 1 Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,

yaitu pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda

paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

3) System Interference (mengganggu sistem komputer)

Merupakan tindakan yang dengan sengaja dan tanpa hak

melakukan gangguan terhadap fungsi sistem komputer dengan cara

memasukkan, memancarkan, merusak, menghapus, memerosotkan,

mengubah, atau menyembunyikan data komputer. Perbuatan

menyebarkan program virus komputer dan E-mail bombings (surat

elektronik berantai) merupakan bagian dari jenis kejahatan ini yang

sangat sering terjadi.

Prihal tentang kerusakan pada sistem, dasar hukumnya

diatur dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik yang berbunyi, "Setiap

orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

melakukan tindakan apapun yang mengakihatkan sistam elektronik

menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya."

Kemudian untuk ketentuan pidananya diatur dalam Pasal 49

Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi Dan

Transaksi elektronik, yaitu pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)

tahun dan/atau denda paling banyak 10.000.000,000,00 (sepuluh

(36)

commit to user

4) Illegal Interception In The Computers, Systems And Computer

Networks Operation (intersepsi secara tidak sah terhadap komputer,

sistem, dan jaringan operasional komputer)

Merupakan tindakan yang dengan sengaja melakukan

intersepsi tanpa hak, dengan menggunakan peralatan teknik, terhadap

data komputer, sistem komputer, dan atau jaringan operasional

komputer yang bukan diperuntukkan bagi kalangan umum, dari

atau melalui sistem komputer, tennasuk didalamnya gelombang

elektromagnetik yang dipancarkan dari suatu sistem komputer yang

membawa sejumlah data. Perbuatan dilakukan dengan maksud tidak

baik, atau berkaitan dengan suatu sistem komputer yang

dihubungkan dengan sistem komputer lainnya. Pasal 31 ayat 1

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan

Transaksi Elektronik telah mengatur permasalahan sebagai berikut:

(1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dalam suatu komputer dan/atau sistem elektronik tertentu milik orang lain.

Sedangkan untuk ketentuak pidananya ada pada Pasal 47

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan

Transaksi Elektronik yang berbunyi, "Setiap orang yang memenuhi

unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp. 800. 000. 000, 00 (delapan ratus

juta rupiah)."

5) Data Theft (mencuri data)

Pelaku memperoleh data komputer secara tidak sah, baik

untuk digunakan sendiri ataupun untuk diberikan kepada orang lain.

Identity theft (pencurian identitas) merupakan salah satu dari jenis

(37)

commit to user

Pencurian data merupakan suatu perbuatan yang telah mengganggu

hak pribadi seseorang, terutama jika si pemilik data tidak

menghendaki ada orang lain yang mengambil atau bahkan sekedar

membaca datanya tersebut.

Pasal 32 ayat 2 UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008

Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik dapat digunakan untuk

menjerat pelaku yang berbunyi, "Setiap orang dengan sengaja dan

tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun

memindahkcrn atau mentransfer informasi elektronik dan/atau

dokumen elektronik kepada sistem elektronik orang lain yang tidak

berhak ", dapat dipidana dengan ketentuan pidana sebagaimana

diatur dalam Pasal 48 ayat 2, yaitu pidana penjara paling lama 9

(sembilan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.

3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

2. Tinjauan Umum Tentang Internet Banking

a. Pengertian Internet Banking

Persaingan dalam dunia perbankan harus dapat diimbangi dengan

peningkatan pelayanan bank kepada para nasabah, sehingga nasabah

tersebut tidak tertarik untuk menggunakan jasa bank lain. Salah satu jenis

pelayanan yang dapat bank berikan adalah internet banking. Menurut David

Whiteley, seorang pakar teknologi dari Inggris, Internet banking

didefinisikan sebagai salah satu jasa pelayanan yang diberikan bank kepada

nasabahnya, dengan maksud agar nasabah dapat mengecek saldo rekening

dan membayar tagihan selama 24 jam tanpa perlu datang ke kantor cabang.

Internet banking merupakan salah satu produk perbankan elektronik yang

ditawarkan untuk memberikan kemudahan bagi nasabah dalam melakukan

transaksi perbankan non tunai melalui komputer dan jaringan internet. Pada

prinsipnya layanan internet banking hampir serupa dengan layanan ATM.

(38)

commit to user

lapisan masyarakat sehingga menggunakan internet banking sama seperti

layaknya mempunyai kartu ATM. Layanan internet banking dirancang

sebagai salah satu sarana akses ATM dimana saja yang disebut dengan

virtual ATM. Sehingga apa yang dilakukan di ATM dapat dilakukan

kecuali mengambil uang tunai.

Perbedaan utama antara ATM dengan virtual adalah terletak pada

awal dan akhirnya yaitu untuk mulai melakukan transaksi pada virtual

ATM, nasabah terlebih dahulu harus mempunyai user ID dan nomor PIN.

Sedangkan ATM cukup dengan nomor PIN saja. Perbedaan lainnya yaitu

cara memberikan bukti transaksi. ATM akan mengeluarkan secarik kertas

dari mesin tersebut, sedangkan virtual ATM akan memberikan konfirmasi

melalui layar komputer dan mengirim ulang konfirmasi tersebut melalui

e-mail nasabah (Jurnal Hukum dan Teknologi, Arismendi 2006:122).

b. Tujuan Internet Banking

Institusi perbankan dalam penerapan internet banking harus

memberikan jasa pelayanan yang lebih sesuai dengan kehendak nasabah

dan lebih menjamin keamanannya sehingga dapat memberikan

kenyamanan dan kepuasan kepada para nasabah. Penggunaan internet

banking oleh nasabah akan memberikan pelayanan yang lebih baik tanpa

mengenal tempat dan waktu. Media internet dapat digunakan oleh bank

untuk beberapa tujuan, baik bagi pihak bank maupun pihak nasabah, yaitu:

1. Bagi Bank

a) Menjelaskan produk dan jasa seperti, pemberian pinjaman dan kartu

kredit.

b) Menyediakan informasi mengenai suku bunga dan kurs mata uang

asing yang terbaru.

c) Menunjukkan laporan tahunan perusahaan dan keterangan pers

lainnya.

d) Menyediakan informasi ekonomi dan bisnis seperti perkiraan bisnis.

(39)

commit to user

f) Memberikan daftar pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja baru.

g) Memberikan gambaran mengenai bank.

h) Menyediakan informasi mengenai sejarah bank dan peristiwa

terbaru.

i) Memberikan pelayanan kepada nasabah untuk memeriksa neraca

tabungan dan memindahkan dana antar tabungan.

j) Menyediakan algorithma yang sederhana sehingga para nasabah

dapat membuat perhitungan untuk pembayaran pinjaman,

perubahan atau pengurangan pembayaran hipotik, dan lain

sebagainya (Mary J.Cronin, 1998 : 75).

2. Bagi Nasabah

a) Mempermudah nasabah dalam bertransaksi perbankan, karena

dengan internet banking akses perbankan dapat dilakukan di

komputer pribadi (personal computer) nasabah bahkan lebih dekat,

tanpa harus datang ke kantor cabang.

b) Mempercepat kegiatan transaksi perbankan, hanya dengan modal

komputer pribadi, nasabah dapat mengakses transaksi apapun

dengan beberapa “klik” di mouse komputer. Tanpa

membuang-buang waktu untuk datang dan mengisi formulir di kantor cabang.

c) Menghemat biaya seperti menghemat ongkos jalan ke kantor

cabang.

c. Sistem Keamanan Internet Banking

Kesempatan Indonesia untuk mengembangkan internet banking

sangat terbuka luas. Hal itu dimungkinkan karena pertumbuhan

penggunaan internet di kawasan Asia sangat tinggi dan nasabah perbankan

juga memerlukan pelayanan yang lebih baik lagi (Abdul Wahid, 2005: 38).

Salah satu isu yang menjadi permasalahan dalam penggunaan

internet banking adalah sistem keamanan bertransaksi perbankan dengan

menggunakan internet. Masalah yang paling sering muncul adalah adanya

(40)

commit to user

oleh orang yang sesungguhnya tidak berhak. Nasabah harus diyakinkan

oleh pihak bank bahwa transaksi perbankan berjalan aman karena bank

bersangkutan memiliki perangkat keamanan untuk mencegah para hacker

mengganggu transaksi mereka. Ada dua jenis sistem keamanan yang

dipakai dalam internet banking yaitu (Mary J.Cronin, 1998 : 175):

a) Sistem Cryptography

Sistem ini menggunakan angka-angka yang dikenal dengan kunci

(key). Sistem ini disebut juga dengan sistem sandi. Ada dua tipe

cryptography yaitu simetris dan asimetris. Pada sistem simetris ini

menggunakan kode kunci yang sama bagi penerima dan pengirin pesan.

Kelemahan dari cryptography simetris adalah kunci ini harus dikirim

kepada pihak penerima dan hal ini memungkinkan seseorang untuk

mengganggu di tengah jalan. Sistem cryptography asimetris juga

mempunyai kelemahan yaitu jumlah kecepatan pengiriman data

menjadi berkurang karena adanya tambahan kode. Sistem ini biasanya

digunakan untuk mengenali nasabah dan melindungi informasi finansial

nasabah (Gary Lewis dan Kenneth Thygerson, 1997:100).

b) Sistem Firewall

Firewall merupakan sistem yang digunakan untuk mencegah

pihak-pihak yang tidak diizinkan untuk memasuki daerah yang

dilindungi dalam unit pusat kerja perusahaan. Firewall berusaha untuk

mencegah pihak-pihak yang mencoba masuk tanpa izin dengan cara

melipatgandakan dan mempersulit hambatan-hambatan yang ada.

Namun yang perlu diingatkan adalah bahwa sistem firewall ini tidak

dapat mencegah masuknya virus atau gangguan yang berasal dari dalam

perusahaan itu sendiri (Gary Lewis dan Kenneth Thygerson, 1997:102).

d. Pengaturan Internet Banking di Indonesia

Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/30/DPNP tentang

Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh

(41)

commit to user

teknologi sistem informasi diserahkan kepada masing-masing bank. Bank

Indonesia hanya memberikan pedoman sehingga di dalam pelaksanaanya

tidak merugikan nasabah dan bank itu sendiri.

Sementara itu, dalam Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.

9/30/DPNP tentang Pedoman Penerapan Manajemen Risiko dalam

Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum disebutkan bahwa

perkembangan pesat Teknologi Informasi (TI) dan globalisasi mendukung

Bank untuk meningkatkan pelayanan kepada nasabah secara aman, nyaman

dan efektif, diantaranya melalui media elektronik atau dikenal dengan

e-banking. Melalui e-banking, nasabah Bank pada umumnya dapat

mengakses produk dan jasa perbankan dengan menggunakan berbagai

peralatan elektronik (intelligent electronic device), seperti personal

computer (PC), personal digital assistant (PDA), anjungan tunai mandiri

(ATM), kios, atau telephone.

Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan Electronic Banking

(e-banking) adalah layanan yang memungkinkan nasabah Bank untuk

memperoleh informasi, melakukan komunikasi, dan melakukan transaksi

perbankan melalui media elektronik, seperti Automatic Teller Machine

(ATM), phone banking, electronic fund transfer (EFT), Electronic Data

Capture (EDC)/Point Of Sales (POS), internet banking dan mobile

(42)

commit to user

Bank Indonesia Pemerintah

Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/30/DPNP

(43)

commit to user

Keterangan:

Semakin meningkatnya perkembangan Teknologi Informasi dan Transaksi

Elektronik dewasa ini, telah mengakibatkan semakin beragam pula aneka jasa

fasilitas transaksi elektronik yang ada. Hal ini terlihat dari semakin canggihnya

produk-produk teknologi informasi yang mampu mengintergrasikan semua media

informasi dan salah satu kecanggihan teknologi informasi tersebut

terimplementasi dalam layanan internet banking. Seiring dengan eksistensi

internet yang berkembang di masyarakat, ternyata internet juga melahirkan

kecemasan-kecemasan baru, antara lain munculnya kejahatan baru yang lebih

canggih yang biasa disebut dengan cyber crime atau kejahatan mayantara,

misalnya: penyerangan situs atau email melalui virus (spamming), pencurian

nomor kartu kredit (carding), hacking, dan lain-lain.

Pemerintah telah mengesahkan salah satu Rancangan Undang-Undang yang

berkaitan dengan kejahatan dunia maya (cyber crime) yaitu Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, meskipun

dalam undang-undang ini tidak mengatur secara jelas mengenai cyber crime,

namun diharapkan dapat digunakan sebagai payung hukum yang dapat secara

tegas dan akurat dapat dipakai untuk melakukan penindakan terhadap pelaku

tindak pidana cyber crime. Selain itu, dalam masalah keamanan dan perlindungan

bagi nasabah bank, pihak Bank Indonesia mengeluarkan regulasinya yang

dituangkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/30/DPNP tentang

Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank

Umum tanggal 12 Desember 2007 dan Surat Edaran Bank Indonesia No.

13/28/DPNP tentang Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum tanggal 9

Desember 2011. Bank Indonesia juga mengeluarkan panduan Pengamanan

Penggunaan Teknologi Sistem Informasi oleh Bank dengan dikeluarkannya

Peraturan Bank Indonesia No. 9/15/PBI/2007 tentang Penerapan Manajemen

risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum yang

Gambar

Gambar 1. Model Analisis Interaktif

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sejalan dengan literatur Dwidjoseputro (1989) yang mengatakan bahwa Kalium merupakan hara esensial yang diperlukan tanaman bawang merah setelah unsur nitrogen

Intrument penelitian yang digunakan adalah interview (wawancara), kuesioner (angket) dan documentation (dokumentasi). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

produits de base sont plus faibles, assurant ainsi que les investissements pour financer le développement social et économique restent constants. Le Fonds de stabilisation

Wali hakim bisa menjadi wali nikah bila keseluruhan wali nasab sudah tidak ada, atau wali qarib dalam keadaan adhal atau enggan mengawinkan tanpa alasan yang di benarkan.

Saran yang dapat diberikan kepada pemilik usaha “ Spinonase ” setelah dilakukan penelitian riset pasar adalah memproduksi produk APE dari pin magnet untuk target customer TK, KB,

[r]

Beliau bekerja di ABN Amro Bank, Dubai sebagai Senior Vice President dan Regional Head, Consumer Lending Group Risk Management (Desember 2005-April 2006). Pada Mei 2006,

Subject Guide kanker merupakan alat bantu dalam penelusuran informasi untuk menghasilkan informasi yang memuat keberadaan koleksi, jenis koleksi dan ringkasan isi koleksi cetak