• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan dan merupakan inti dari pembahasan kasus BBLR, sedangkan saran merupakan alternative pemecahan masalah dan tanggapan dari kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Teori Medis

1. Bayi Baru Lahir (BBL) a. Definisi Bayi Baru Lahir

1) Bayi baru lahir bayi dalam usia bulan pertama kehidupan (Syaifuddin, 2002).

2) Bayi baru lahir adalah bayi baru lahir sampai 28 hari pertama kehidupan (Surasmi, 2003).

b. Ciri-ciri bayi normal

Menurut Stright (2005), ciri bayi normal adalah : 1) Berat badan 2500 – 4000 gram

2) Panjang badan lahir 48 – 52 cm 3) Lingkar dada 30 – 38 cm 4) Lingkar Kepala 33 – 35

5) Genetalia pada laki-laki testis sudah turun, sedangkan pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora

6) Kriteria neorologik neonatus normal

7) Eliminasi baik urine dan mekonium yang keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan seperti pasta.

c. Klasifikasi bayi baru lahir

Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), klasifikasi bayi baru lahir menurut usia gestasi yaitu :

1) Premature : Kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 hari)

2) Matur : Mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap (259 hari sampai 293 hari) 3) Postmatur : 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau

lebih)

d. Perubahan yang segera terjadi setelah bayi lahir

Menurut Wiknjosastro (2007), perubahan yang segera terjadi setelah bayi lahir adalah :

1) Pernafasan Pertama

Derajat hipoksia ringan merangsang usaha bernafas pertama kali pada neonatus setelah dilahirkan. Dengan usaha bernafas pertama kali ini cairan yang menempati jalan nafas didorong ke dalam alveoli yang mengembang, sehingga cairan ini dapat diabsorbsi dengan cepat ke dalam pembuluh dan sirkulasi limfe paru. Dalam 15 menit setelah lahir cairan ini hilang dan alveoli mengambang karena udara.

2) Perubahan Pola Sirkulasi Darah

Tekanan darah sistemik bayi sedikit meningkat mengakibatkan pembalikan arah aliran sementara melalui duktus asteriosus.

12

Ketika bayi bernafas, tegangan oksigen di dalam darah meningkat dan dinding maskular duktus ini berkontraksi sehingga darah yang melaluinya berhenti. Pada saat yang sama, tekanan di dalam atrium kanan menurun, terjadi peningkatan serentak aliran darah di seluruh paru. Darah masuk ke dalam atrium dan mengakibatkan peningkatan tekanan di dalam atrioum kiri. Karena terjadi perubahan-perubahan tekanan antara kedua atrium terjadilah penutupan foramen value.

3) Perubahan Fungsi Hati

Hati bayi dapat mengubah glukosa menjadi glikogen secara efisien sebagaimana hati orang dewasa, tetapi beberapa enzimnya masih matur yang mengakibatkan terjadinya ikterus fisiologik dalam 6 hari pertama setelah lahir.

4) Pengaturan Suhu Tubuh

Permukaan tubuh bayi baru lahir relatif besar sehingga pemeliharaan suhu tubuhnya relatif sulit. Suhu tubuh pada banyak bayi baru lahir menurun 1,5o C segera setelah lahir, karena hilangnya panas secara cepat dari kulit yang basah, tetapi kembali menjadi normal dalam beberapa jam.

e. Penilaian bayi baru lahir

Keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah lahir dengan penggunaan nilai apgar. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai adalah

warna kulit, frekuensi nadi, reaksi rangsangan, tonus otot dan pernafasan (Wiknjosastro, 2007).

Tabel 2.1 Apgar Skor pada Bayi Baru Lahir

Tanda 0 1 2

a. Appearance (Warna kulit)

Pucat Badan merah Ekstremitas biru Seluruh tubuh kemerah-merahan b. Pulse rate (Frekuensi nadi)

Tidak ada Kurang dari 100/menit Lebih dari 100/menit c. Grimace (Reaksi rangsangan)

Tidak ada Gerakan sedikit

Batuk atau bersin

d. Activity (Tonus otot)

Tidak ada Ekstrimitas fleksi sedikit

Gerakan aktif

e. Respiration (Pernafasan)

Tidak ada Lemah atau tidak teratur

Menangis kuat atau baik Sumber : Wiknjosastro, 2007

Pemeriksaan dapat dilakukan melalui penilaian Apgar Score pada menit pertama, kelima dan kesepuluh. Pada bayi BBLR terjadi penurunan tonus otot dan reaksi pengisapan. Denyut jantung dan warna kulit normal, kecuali jika ada penyulit dalam persalinan. Pernapasan frekuensi antara 40-50 kali per menit, tapi sering tidak teratur dan timbul apnea (Wiknjosastro, 2007).

2. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

a. Pengertian Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

14

1) Menurut Manuaba (2010):

Bayi dengan berat kurang dari 2500 gram terjadi karena umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Berat badan telah rendah dengan semestinya sekalipun umur kehamilannya cukup/ karena keduanya.

2) Menurut Proverawati dan Ismawati (2010):

Bayiyang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram. Tanpa memandang masa kehamilan.

3) Menurut Freser (2009):

Berat badan lahir rendah didasarkan pada berat badan itu sendiri dan tidak mempertimbangkan usia gestasi.

b. BBLR dibagi menjadi 2 golongan :

1) Premature murni yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai untuk usia kehamilan (Surasmi, 2003).

2) Dismatur adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi perubahan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK)

(Proverawati dan Ismawati, 2010) c. Klasifikasi BBLR

Berdasarkan umur kehamilan atau masa gestasi menurut Surasmi (2010), yaitu :

1) Bayi premature yaitu bayi baru lahir pada umur kehamilan tidak mencapai 37 minggu.

2) Bayi cukup bulan yaitu bayi yang lahir pada umur kehamilan dari pada 37 – 42 minggu.

3) Bayi lebih bulan yaitu bayi yang lahir pada umur kehamilan sesudah 42 minggu.

d. Etiologi yang menyebabkan terjadinya kelahiran BBLR menurut Djitowiyono dan Kristiyanasari (2010) antara lain :

1) Faktor ibu a) Penyakit

(1) Toksemia gravidarum (2) Perdarahan antepartum (3) Trauma fisik dan psikologi (4) Nefritis akut (5) Diabetes mellitus (6) Dll b) Usia ibu (1) Usia < 16 tahun (2) Usia > 35 tahun

(3) Multi garvida yang jarak kelahirannya terlalu dekat c) Keadaan sosial

(1) Golongan sosial ekonomi rendah (2) Perkawinan yang tidak syah

16

d) Sebab lain

(1) Ibu yang perokok

(2) Ibu yang peminum alcohol (3) Ibu pencandu narkotik 2. Faktor janin a) Hidramnion b) Kehamilan ganda c) Kelainan kromoson d) dll 3. Faktor lingkungan

a) Tempat tinggal dataran tinggi b) Radiasi

c) Zat-zat racun

d) Karakteristik (keadaan yang dijumpai)

e. Gambaran klinis BBLR menurut Proverawati dan Ismawati (2010), meliputi :

1) Berat lahir kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 46 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm dan umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

2) Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya banyak, lemak subkutan kurang dan sering tampak peristaltic usus.

3) Reflek tonik leher lemah dan reflek moro positif, daya hisap lemah terutama pada hari-hari pertama.

f. Tanda dan gejala BBLR menurut Proverawati dan Ismawati (2010), Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu

1) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gr 2) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm 3) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm 4) Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm 5) Rambut lanugo masih banyak

6) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

7) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga 8) Tumit mengkilap, telapak kaki halus

9) Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup labia mayora

10) Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah

11) Fungsi syarat yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflek isap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisnya lemah

18

12) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan otot dan jaringan lemak masih kurang

g. Komplikasi pada BBLR

Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim. Penyakit yang terjadi pada bayi BBLR berhubungan dengan belum matangnya fungsi organ-organ tubuhnya. Hal ini berhubungan dengan umur kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin tidak sempurna organ-organnya., hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal (Surasmi, 2003). Adapun masalah-masalah yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :

1) Hipotermia

Dalam kandungan bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan stabil yaitu 36oC-37o C, setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini member pengaruh pada kehilangan panas bagi tubuh selain itu hipotermi dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas yang sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, luas permukaan tubuh relatif besar dibanding dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas (Surasmi, 2003).

2) Sindrom Gawat Nafas

Kesukaran pernapasan pada bayi BBLR dapat disebabkan belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli paru. Pertumbuhan surfaktan paru mencapai maksimum pada minggu ke-35 kehamilan (Surasmi, 2003).

3) Hipoglikemia

Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa hipoglikemia sebanyak 50% pada bayi BBLR. Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama, sedangkan bayi dengan berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dl (Surasmi, 2003). BBLR membutuhkan ASI atau PASI sesegera mungkin setelah lahir dan minum sangat sering setiap 2 jam pertama pada minggu pertama (Proverawati dan Ismawati, 2010).

4) Perdarahan Intrakranial

Pada bayi BBLR pembuluh darah masih sangat rapuh hingga mudah pecah. Perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir, diseminated (Surasmi, 2003).

5) Hiperbilirubinemia

Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar, kurangnya enzim glukorinil transferase sehingga konjugasi

20

bilirubin inderek menjadi bilirubin direk belum sempurna, dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar kurang (Surasmi, 2003).

6) Kerusakan integritas kulit

Lemak subkutan kurang atau sedikit. Struktur kulit yang belum matang dan rapuh, sensitivitas yang kurang akan memudahkan terjadinya integritas kulit, terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu lama (Surasmi, 2003).

h. Tindakan Bidan dalam menghadapi BBLR menurut Wiknjosastro (2007) adalah sebagai berikut :

1) Melakukan pemantauan terhadap kondisi bayi

2) Melakukan pemantaun terhadap tanda-tanda vital yaitu : suhu, respirasi dan heart rate

3) Mengkaji reflek menghisap 4) Mempertahankan kehangatan

5) Berkolaborasi dengan dokter spesialis anak 6) Memberitahukan hasil kolaborasi

7) Memberi nutrisi sesuai dengan kebutuhan bayi 8) Melakukan perawatan tali pusat

9) Melakukan penimbangan secara ketat

10) Memberikan informasi pada ibu/keluarga tentang keadaan bayinya

i. Reflek BBLR 1. Reflek moro :

Reaksi kejutan dentan menimbulkan perasaan jatuh pada bayi. Caranya: bayi pada posisi telentang kepalanya dibiarkan jatuh dengan cepat beberapa centimeter dengan hati-hati ke tangan pemeriksa. Bayi akan terkejut, lengan direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi dan tangan terbuka diikuti dengan gerakan lengan adduksi dan fleksi. Pada bayi BBLR tidak selalu diikuti oleh gerakan fleksi (Matondang, 2003).

2. Reflek rooting :

Jika pipi bayi disentuh, ia akan menolehkan kepalanya ke sisi yang disentuh itu untuk mencari puting susu (Farrer, 2003). Pada bayi BBLR lemah, karena otot hipotonik, kepala biasanya mengarah ke satu sisi, gerakan otot jarang (Wiknjosastro, 2005). 3. Reflek walking :

Jika bayi didirikan dengan memegang badannya di bawah kedua lengannya sedemikian rupa sehingga kedua kakinya menyentuh suatu permukaan yang keras, maka ia akan mengangkat mula-mula tungkai dan kemudian tungkai yang lainnya seperti gerakan mencoba berjalan atau melangkah. Reflek ini biasanya menghilang dalam tempo 48 jam (Farrer, 2003). Pada bayi BBLR otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam

22

keadaan kedua tungkai abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi (Hassan, 2005).

4. Reflek plantar grasp :

Reflek ini dilakukan dengan meletakkan sesuatu pada telapak kaki bayi, akan terjadi fleksi jari-jari kaki (Matondang, 2003). Refleks ini lebih kuat pada bayi prematur (Webmaster, 2006). 5. Reflek sucking :

Bayi normal yang matur akan berusaha menghisap setiap benda yang menyentuh bibirnya. Juga terdapat reflek menelan (Farrer, 2003). Pada bayi BBLR reflek lemah (Wiknjosastro, 2005) 6. Reflek tonic neck :

Bayi diletakkan pada posisi telentang, kepala digaris tengah, dan anggota gerak dalam posisi fleksi, kemudian kepala ditengokkan ke kanan. Maka akan terjadi ekstensi anggota gerak sebelah kanan, dan fleksi anggota gerak sebelah kiri (Matondang, 2003). Pada kasus bayi prematur reflek tonik leher lemah (Wiknjosastro, 2007).

B.

Teori Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan yaitu proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan-penemuan ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan

yang logis untuk pengambilan satu keputusan yang berfokus pada pasien (Varney, 2007)

Proses manajemen menurut Varney (2007) ada 7 langkah dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Langkah 1 : Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada pasien (Varney, 2007). Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang pasien dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien yang meliputi :

a. Data Subyektif

Yaitu data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2009).

1) Biodata menurut Nursalam (2009), meliputi :

a) Nama bayi : Untuk mengetahui identitas bayi b) Umur bayi : Untuk mengetahui umur bayi yang

nantinya disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan

c) Tanggal/jam lahir : Untuk mengetahui kapan bayi lahir yang nantinya disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan

d) Berat badan : Untuk mengetahui kesesuaian antara berat badan umur kehamilan. Berat

24

badan pada BBLRkurang dari 2500 gram (Proverawati dan Ismawati, 2010) e) Panjang badan : Untuk mengetahui kesesuaian antara panjang badan dengan umur kehamilan. Panjang badan BBLR kurang dari 45 cm

(Winkjosastro, 2007)

f) Nama ayah/ibu : Untuk mengetahui identitas orang tua bayi.

g) Umur : Untuk mengetahui faktor-faktor resiko dan tingkat kesuburan

h) Suku/bangsa : Untuk mengetahui faktor pembawaan ras

i) Agama : Untuk mengetahui informasi kepada keluarga dengan agamanya

j) Pendidikan : Untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi keluarganya

k) Alamat : Untuk mendapatkan gambaran tentang tempat di mana pasien tinggal

2) Keluhan Utama

Keluhan utama adalah keluhan yang harus dinyatakan dengan singkat dan menggunakan bahasa yang dipakai oleh pemberi keterangan (Varney, 2004). Keluhan utama pada BBLR adalah

keluarga mengatakan bayinya sangat kecil atau kurang dari 2.500 gram (Surasmi, 2003).

3) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kehamilan sekarang

Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak. Sejak hamil berapa minggu tempat ANC dan riwayat kehamilan. (1) Imunisasi TT

Untuk mengetahui belum atau sudah, kapan dan berapa kali yang nantinya akan mempengaruhi kekebalan ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus.

(2) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan Hari Perkiraan Lahir (HPL) digunakan untuk menentukan umur kehamilan (Wiknjosastro, 2007).

b) Kebiasaan ibu waktu hamil

Untuk mengetahui adanya penyakit yang dapat mempengaruhi pertumbuhan janin, misalnya ibu tidak mempunyai riwayat penyakit perdarahan, preklamasi, eklamasi, penyakit kelamin (Manuaba, 2010).

c) Riwayat persalinan sekarang

Berisi tentang jenis persalinan, penolong, lama persalinan dari kala I sampai kala IV, keadaan anak, jumlah air ketuban dan adakah komplikasi dalam persalinan

26

d) Riwayat operasi

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah melakukan operasi (Nursalam, 2009).

b. Data Obyektif

Data yang dapat diobservasi dan diukur (Nursalam, 2009). 1) Pemeriksaan Khusus

Dilakukan dengan pemeriksaan apgar score pada menit pertama, kelima dan kesepuluh.

2) Pemeriksaan Umum a) Keadaan umum

Dikaji untuk mengetahui keadaan umum mencangkup keadaan umum baik, sedang, lemah (Matondang, 2003). b) Kesadaran

Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis, apatis, somnolen, spoor, delirium (Matondang, 2003). c) Tanda-tanda vital, meliputi :

(1) Pernafasan (Respirasi Rate)

Pemeriksaan harus mencakup frekuensi pernapasan, irama atau keteraturan, kedalaman, dan tipe atau pola pernapasan (Matondang, 2003). Pada bayi dengan BBLR pada hari pertama frekuensi pernafasan 40 – 50 per menit, hari-hari berikutnya 35 – 45 menit per menit (Wiknjosastro, 2005).

(2) Suhu

Pada umumnya yang diukur adalah suhu aksila. Dapat pula diukur di rektum, lipat paha, atau bawah lidah. Pada umumnya suhu aksila 1oC lebih rendah dari pada suhu rektum, sedangkan suhu mulut 0,5oC lebih rendah dari pada suhu rektum. Dalam keadaan normal suhu aksila adalah 36-37oC (Matondang, 2003).

Pada bayi dengan BBLR suhu tubuh berkisar 34oC – 37oC (Wiknjosastro, 2005).

(3) Denyut Jantung

Dinilai pada keempat ekstremitas. Penilaian mencakup frekuensi atau laju nadi, irama, kualitas nadi, dan ekualitas nadi (Matondang, 2003). Pada bayi normal frekuensi nadi 100-160 kali per menit (Kosim, 2004). Pada bayi BBLR nadi seperti bayi normal, yaitu 100-140 kali per menit (Wiknjosastro, 2005).

3) Pemeriksaan Fisik Sistematis

Pemeriksaan fisik secara sistematis adalah sebagai berikut :

a) Kepala : Bentuk mesochepal atau mikrochepal serta adakah kelainan cephal (Wong, 2004). b) Rambut : Bersih/tidak, mudah dicabut/tidak,

28

c) Muka : Bersih/tidak, warnanya apa, sistematis/tidak (FKUI, 2002).

d) Mata : Adakah kotoran di mata, warna putih disklera dan warna merah muda dikonjungtiva (Varney, 2004).

e) Hidung : Adakah nafas cuping, kotoran yang menyumbat di jalan nafas (Farrer, 2003). f) Telinga : Adakah serum atau cairan dan simetris atau

tidak (Wong, 2004). Pada BBLR tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga (Surasmi, 2003).

g) Mulut : Bibir warna apa, mukosa basah atau kering, adakah kelainan labioskisis atau labiopalatoskisis

(Surasmi, 2003).

h) Leher : Adakah pembesaran kelenjar thyroid, adakah keretakan pada clavicula (normal rata atau tanpa gumpalan di sepanjang tulang simetris) (Varney, 2004).

i) Dada : adakah pembesaran buah dada, pernafasan, adakah retraksi, frekuensi bunyi jantung, adakah kelainan (Wong, 2004).

j) Abdomen : Adakah pembesaran hati dan limfa, tali pusat berdarah atau tidak pembuluh darah pada tali pusat, warna tali pusat

(Farrer, 2003).

k) Kulit : Adakah lanugo sedikit atau berlebih, apakah kulit lembab atau hangat ketika disentuh, adakah pengelupasan pada kulit (Varney, 2004). Pada BBLR rambut lanugo masih banyak (Surasmi, 2003).

l) Genetalia : Jika laki-laki apakah testis sudah turun, jika perempuan apakah labia mayora sudah menutupi labia minora (Varney, 2004). Pada BBLR testis belum turun pada skrotum dan labia mayora belum menutupi labia minora (Wiknjosastro, 2007).

m) Ekstremitas : Adakah terdapat kelainan seperti oedema, polidaktili atau sindaktili, fraktur ekstremitas dan atrogiposis (pergerakan sendi yang terbatas) (Wong, 2004). Tumit mengkilap, telapak kaki halus (Surasmi, 2003).

30

n) Tulang Punggung : Adakah pembengkakan atau ada cekungan (Wong, 2004).

o) Anus : Adakah lubang anus atau tidak (Farrer, 2003).

4) Pemeriksaan Refleks

a) Reflek Moro : Rangsangan mendadak yang menyebabkan lengan terangkat ke atas dan ke bawah, terkejut dan relaksasi dengan cepat atau positif (Wiknjosastro, 2005). Pada BBLR tidak selalu diikuti oleh gerakan fleksi (Matondang, 2003).

b) Reflek Rooting : Sentuhan pada pipi atau bibir menyebabkan kepala menoleh ke arah sentuhan. Pada bayi prematur reflek rooting lemah (Stright, 2004). Pada bayi BBLR, karena otot hipotonik, kepala biasanya mengarah ke satu sisi, gerakan otot jarang

(Wiknjosastro, 2007).

c) Reflek Suching : Reflek menghisap pada bayi prematur reflek menghisap dan menelan belum sempurna pada BBLR reflek lemah (Wiknjosastro, 2007).

d) Reflek Plantar : Jari-jari kaki bayi akan melekuk ke bawah bila jari diletakkan di dasar jari-jari kakinya (Matondang, 2003). Pada bayi BBLR reflek plantar berkurang (Stright, 2005).

e) Reflek Tonic Neck : Bayi melakukan perubahan posisi bila kepala diputar ke satu sisi. Normalnya reflek ini tidak terjadi setiap kali kepala diputar (Matondang, 2003). Pada bayi BBLR reflek tonic leher lemah (Wiknjosastro, 2006).

f) Reflek Palmar : Jari bayi melekuk di sekeliling benda dan menggenggamnya seketika bila jari diletakkan di telapak tangan (Stright, 2005). Pada BBLR gerakan otot jarang tetapi lebih baik dari bayi cukup bulan

(Wiknjosastro, 2007). 5) Pola kebutuhan sehari-hari menurut Ladewig (2006) :

a) Nutrisi

Pemberian nutrisi pada BBLR sekitar 3 jam setelah bayi lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan mencegah muntah dengan cara memasang sonde (Manuaba, 2010).

32

BBLR yang diberi makanan dengan tepat, setiap harinya dapat buang air sebanyak 1 – 6 kali dengan tinja yang berkonsistensi setengah padat.

6) Pemeriksaan Antropometri

a) Lingkar Kepala : Pada kasus BBLR biasanya lingkar kepala kurang dari 33 cm (Manuaba, 2010).

b) Lingkar dada : Pada kasus BBLR biasanya lingkar dada kurang dari 30 cm (Manuaba, 2010).

c) Panjang badan : Pada BBLR biasanya panjang badan kurang dari 45 cm (Surasmi, 2003).

d) Berat badan : Pada BBLR biasanya berat badan kurang dari 2.500 gr (Surasmi, 2003).

7) Data Penunjang

Data yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium (Doengoes, 2001). Pada BBLR dilakukan pemeriksaan penunjang antara lain darah rutin, glukosa darah, foto dada, USG kepala

(Proverawati dan Ismawati, 2010). 2. Langkah 2 : Interprestasi Data

Pada langkah interpretasi data ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan klien

a. Diagnosa kebidanan

Yaitu diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan (Varney, 2007).

Diagnosa : Bayi baru lahir By Ny X umur … dengan Berat Badan Lahir Rendah.

Dasar : Data Subyek : Ibu mengatakan bayi kecil

(Ladewig, 2006)

Data Objektif : Berat Badan kurang dari 2.500 gram (Wiknjosastro, 2007).

Panjang Badan kurang dari 46 cm Lingkar Kepala kurang dari 33 cm Lingkar Dada kurang dari 30 cm

Alat kelamin pada bayi laki-laki testisnya belum turun dan pada perempuan labia mayora belum menutupi minora.

Reflek bayi masih lemah.

b. Masalah

Yaitu hal-hal yang berhubungan dengan pengalaman pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney, 2007). Masalah yang umumnya muncul pada bayi baru

34

lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah adalah terjaadi hipotermi, sindrom gawat nafas, dan reflek yang lemah (Surasmi, 2003).

c. Kebutuhan

Yaitu hal-hal yang dibutuhkan atau diperlukan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah (Varney, 2007).

Kebutuhan-kebutuhan yang harus diberikan pada Berat Badan Lahir Rendah yaitu : mengkaji reflek hisap, mempertahankan kehangatan, member nutrisi sesuai dengan kebutuhan bayi (Wiknjosastro, 2007) 3. Langkah 3 : Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi dengan hati-hati dan kritis pola atau kelompok tanda dan gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien mengatasi atau mencegah masalah-masalah yang spesifik (Varney, 2007). Pada kasus Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ini potensial terjadi hipotermi, asfiksia, hipoglikemi,

hiperbilirubinemia, aspirasi mekonium (Varney, 2007). 4. Langkah 4 : Antisipasi

Antisipasi adalah masalah yang mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Beberapa data mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus segera bertindak atau untuk dikonsultasi dengan dokter atau untuk dikonsultasikan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi pasien (Varney, 2007).

a. Antisipasi gangguan pernafasan

Hindari kehilangan panas dengan cara metode Kangguru, periksa bayi dan hitung nafas dalam semenit, ukur suhu axilla, mendorong

Dokumen terkait