Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang merupakan ringkasan akhir yang diperoleh dalam penyusunan tugas akhir serta saran-saran penulis.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengadaan
2.1.1. Definisi Pengadaan
Menurut Alexandra (2009:1) “Pengadaan adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian, yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi/peralatan, yang spesifikasinya ditetapkan oleh pejabat pembuat komitmen (PPK)”.
Menurut Nofrisel, dkk (2011:53) “Dalam sebuah rantai pasokan, tiap perusahaan membeli barang dari pemasok awal, menambahkan nilai, dan menjualnya kepada konsumer akhir. Karena pada setiap perusahaan membeli dan menjual, barang-barang bergerak sepanjang rantai pasokan”
Menurut Siahaya (2012:1) “Pengadaan adalah upaya mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan yang dilakukan berdasarkan pemikiran yang logis dan sistematis dan mengikuti norma dan etika yang berlaku sesuai metode dan proses pengadaan barang dan jasa yang berlaku”.
Berdasarkan dari ketiga definisi tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa pengadaan adalah kegiatan untuk mendapatkan barang atau jasa yang dibutuhkan mulai dari proses perencanaan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan dan dilakukan sesuai dengan metode pengadaan barang dan jasa yang berlaku.
2.1.2. Fungsi dan Peranan Manajemen Pengadaan
Menurut Siahaya (2012 : 9) Manajemen pengadaan mempunyai berbagai macam fungsi yang dapat dikelompokkan menjadi :
1. Pembelian (Purchasing), merupakan kegiatan lebih difokuskan kepada pembelian barang (material) dan peralatan (equipment)
2. Penyewaan (Leasing), merupakan kegiatan sewa menyewa baik secara sewa murni atau sewa dengan opsi untuk membeli
3. Konstruksi (Construction), merupakan kegiatan membangun wujud fisik 4. Konsultasi (Consultation), merupakan kegiatan jasa keahlian profesional 5. Inspeksi (Inspection), merupakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian
6. Swakelola (Self Management), merupakan kegiatan yang dilaksanakan sendiri (internal)
7. Tukar Tambah (Trade-in), merupakan kegiatan tukar menukar barang dengan membayar selisih harga, untuk memperoleh barang yang sesuai dengan kebutuhan operasi, untuk menghindari kerugian perusahaan
8. Beli Kembali (Factory Buy-back), merupakan kegiatan pembelian kembali oleh pabrik pembuat terhadap barang yang tidak terpakai untuk mengurangi kerugian perusahaan
9. Barter (Exchange), merupakan kegiatan tukar menukar barang secara langsung (tukar guling).
Manajemen pengadaan berperan sebagai proses penentuan secara sistematik terhadap, apa (spesifikasi, kualitas), kapan (jadwal, delivery time), bagaimana
9
(sumber, sistem) dan berapa (kuantitas) untuk mengadakan barang dan jasa dari sumber pengadaan sampai ke tempat tujuan sesuai kualitas dan kuantitas, biaya yang optimal dan waktu suplai yang wajar untuk memenuhi kebutuhan.
2.1.3. Prinsip Pengadaan Barang dan Jasa
Menurut Alexandra (2009:4) Berdasarkan Keppres No 80 Tahun 2003, pengadaan barang dan jasa dilakukan dengan menerapkan prinsip efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil, dan akuntabel.
1. Efisien
Pengadaan barang atau jasa harus direncanakan dan diusahakan agar menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya.
2. Efektif
Pengadaan barang atau jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan prioritas yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.
3. Terbuka dan Bersaing
Pengadaan barang atau jasa terbuka bagi penyedia barang atau jasa yang memenuhi persyaratan. Proses pengadaan barang atau jasa dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara penyedia barang atau jasa yang setara dan memenuhi syarat atau kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan.
4. Transparan
Dalam proses pengadaan barang dan jasa, semua ketentuan dan informasi, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang atau jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang dan jasa yang berminat dan masyarakat luas pada umumnya.
5. Adil
Perlakuan yang sama dan adil bagi semua calon penyedia barang atau jasa dengan tidak mengarahkan untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun.
6. Akuntabel
Prinsip akuntabel berarti proses pengadaan barang dan jasa harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaraan pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.1.4. Metode Pengadaan Barang
Menurut Alexandra (2009:19) Berdasarkan keputusan presiden No. 80 Tahun 2003, dalam pengadaan barang dan jasa, pemerintah dapat memilih penyedia barang dan jasa melalui empat metode, yaitu pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung dan penunjukan langsung.
11
Dalam pelelangan umum, pemerintah memberi kesempatan kepada masyarakat luas yang berminat dan memenuhi persyaratan untuk mengikuti lelang atau tender.
2. Pelelangan Terbatas
Bila pelelangan umum sulit dilaksanakan karena penyedia barang dan jasa yang mampu mengerjakan diyakini terbatas dan pekerjaannya kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi atau mempunyai resiko tinggi atau yang menggunakan peralatan yang didesai khusus atau bernilai di atas Rp. 50.000.000,- dalam pelelangan terbatas, calon pengguna barang dan jasa telah memiliki calon penyedia yang diyakini memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
3. Pembelian Langsung
Pembelian Langsung adalah metode pelaksanaan pengadaan barang dengan cara membeli langsung dipasar, dengan demikian nilainya berdasarkan harga pasar. Batasan nilai pengadaan barang dan jasa dan kebijakan pelaksanaan yang diproses dengan metode pembelian langsung.
4. Pemilihan Langsung
Bila pelelangan umum dan pelelangan terbatas sulit dilaksanakan dan kemungkinan tidak akan mencapai sasaran, panitia dapat melakukan pemilihan langsung. Pemilihan langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp. 100.000.000,- dalam metode pemilihan, panitia membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran,
sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran, dari penyedia barang atau jasa yang telah lulus prakualifikasi, dan telah lolos dalam negosiasi baik teknis maupun biaya. 5. Penunjukan Langsung
Berdasarkan ketentuan dalam Keputusan Presiden No. 8 Tahun 2003 tentang pedoman pengadaan barang dan jasa dan perubahannya, Penunjukan Langsung dalam pengadaan barang atau jasa pemerintah dapat dilaksanakan dalam hal memenuhi kriteria keadaan tertentu atau pengadaan barang atau jasa khusus. Dalam penunjukan langsung, panitia pengadaan barang dan jasa tidak membuat pengumuman, melainkan meminta penyedia barang dan jasa yang ditunjuk biasanya adalah yang sudah pernah memasok atau mengerjakan paket pekerjaan dengan baik atau tidak termasuk dalam daftar hitam rekanan jika belum pernah, penyedia barang dan jasa dapat mengirimkan brosur produk atau jasa yang ditawarkan sebagai promosi.
6. Swakelola
Swakelola adalah kegiatan pengadaan barang dan jasa yang mampu direncanakan sendiri, dikerjaan dan diawasi sendiri oleh unit kerja pengguna atau pemilik anggaran yang bersangkutan.
2.1.5. Etika Pengadaan
Menurut Siahaya (2012:14) Etika (kode etik) Pengadaan merupakan pedoman profesional individu pelaksana pengadaan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kegiatan pengadaan barang dan jasa.
13
Prinsip etika pengadaan adalah untuk menegakkan integritas, kehormatan, martabat dan meningkatkan kompetensi dan professional serta bersikap jujur dan adil setiap pelaksana pengadaan.
Pedoman praktik etika pengadaan :
1. Menjungjung tinggi profesi pengadaan
2. Melaksanakan prinsip pengadaan secara konsekuen dalam pengambilan keputusan secara terbuka , transparan, efisien, efektif, tidak diskriminatif, persaingan sehat, akuntabel dan kredibel.
3. Melakukan kegiatan sesuai peraturan, kaidah , kompetensi dan kewenangan. 4. Melakukan tugas dan tanggung jawab secara profesional, tertib, patuh dan taat
asas.
5. Menegakkan kehormatan, integritas, kejujuran dan martabat profesi pengadaan.
6. Menghindari konflik kepentingan
7. Tidak melakukan dan tidak kompromi terhadap korupsi, kolusi dan nepotisme.
8. Loyal kepada perusahaan dan isntitusi pemberi kerja. 9. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang. 10. Memegang teguh rahasia jabatan.
11. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan (conflict of interest).
13. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang telah ditetapkan.
14. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan. 15. Menghargai hak para pihak.
16. Tidak menerima, tidak memberi, tidak meminta, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi imbalan atau menerima hadiah berupa apa saja kepada dan dari siapapun yang diketahui dan patut diduga berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa.
17. Tidak memalsukan dokumen atau menggunakan dokumen yang tidak sah. 18. Menghindari loyalitas ganda.
19. Tidak melakukan insider trading (praktik kepentingan bisnis pribadi dalam perusahaan).
20. Meningkatkan pengetahuan pribadi.
2.1.6. Kebijakan Umum Pengadaan Barang dan Jasa
Menurut Sutedi (2008:13) Dengan pertimbangan besarnya belanja yang dilaksanakan melalui proses pengadaan barang dan jasa dan potensi proses pengadaan barang dan jasa yang dapat mempengaruhi perilaku birokrasi dan masyarakat, serta harapan untuk memecahkan permasalahan umum dalam lingkungan strategis yang ada, maka beberapa kebijakan umum yang diberlakukan untuk pengadaan barang dan jasa sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 Pasal 4 adalah sebagai berikut :
15
1. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perkayasaan nasional yang sasarannya adalah memperluas lapangan kerja dan mengembangkan industri dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing barang dan jasa produksi dalam negeri pada perdagangan internasional.
2. Meningkatkan peran serta usaha kecil termasuk koperasi kecil dan kelompok masyarakat dalam pengadaan barang dan jasa.
3. Menyederhanakan ketentuan dan tata cara untuk mempercepat proses pengambilan keputusan dalam pengadaan barang dan jasa.
4. Meningkatkan profesionalisme, kemandirian, dan tanggung jawab pengguna, panitia/pejabat pengadaan, dan penyedia barang dan jasa.
5. Meningkatkan penerimaan negara melalui sektor perpajakan. 6. Menumbuhkembangkan peran serta usaha nasional.
7. Mengharuskan pelaksanaan pemilihan penyedia barang dan jasa dilakukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
8. Kewajiban mengumumkan secara terbuka rencana pengadaan barang dan jasa kecuali pengadaan barang dan jasa yang bersifat rahasia pada setiap awal pelaksanaan anggaran kepada masyarakat luas.
2.1.7. Perencanaan Pengadaan dan Jenis Sumber Pengadaan
Menurut Siahaya (2012:17) penyusunan perencanaan pengadaan yang meliputi :
2. Target yang akan dicapai 3. Anggaran dan biaya pengadaan 4. Penyiapan dokumen pengadaan 5. Analisis pasar
6. Sumber pengadaan 7. Metode pengadaan
8. Proses pelaksanaan pengadaan yang mencakup tender (lelang), evaluasi, negosiasi dan kontrak.
9. Transportasi yang mencakup pengapalan, importasi dan kepabeanan 10. Inspeksi dan pengawasan mutu
11. Hubungan kemitraan dengan pemasok
12. Peningkatan penggunaan produk dalam negeri 13. Penyerahan dan serah terima pekerjaan. 14. Pelaporan.
2.1.8. Keuntungan dalam Pengadaan
Menurut Nofrisel, dkk (2011:55) Biasanya pengadaan barang diatur dalam sebuah departemen tersendiri untuk mendapatkan keuntungan berupa pembelian yang terpusat. Keuntungan tersebut termasuk:
1. Mengonsolidasikan semua pesanan bnarang yang sama dan mirip untuk mendapatkan diskon berdasarkan jumlahnya.
17
2. Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan terkait untuk mengurangi biaya transportasi, pembiayaan dan administrasi.
3. Menghapus yang terduplikasi dan praktek-praktek yang sembarangan.
4. Memiliki satu titik pandang dalam berhubungan dengan pemasok dan memberikan mereka informasi dan layanan yang konsisten.
5. Mengembangkan keterampilan tertentu dan meningkatkan jalannya proses pengadaan barang.
6. Membiarkan orang lain untuk konsentrasi pada pekerjaan mereka sendiri tanpa mengalihkan perhatiannya pada pembelian.
7. Memusatkan tanggung jawab pada proses pengadaan barang, membuat pengawasan manajemen lebih mudah.
2.1.9. Pengawasan Pengadaan yang Baik dan Efektif
Adanya suatu sistem pengawasan pengadaan yang dibina dan dilaksanakan secara sehat dan tepat, serta didukung oleh tenaga kerja yang cakap dan dengan menggunakan formulir dan teknik yang telah dikemukan dalam bagian terdahulu, akan mencapai beberapa keuntungan.
Menurut Assauri (2008:289), kentungan-keuntungan yang diperoleh tersebut antara lain adalah:
1. Dapat terselenggaranya pengadaan dan penyimpanan persediaan bahan-bahan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan pabrik dalam jumlah (kuantitas) maupun mutu (kualitas).
2. Dapat dikuranginya penanaman modal atau investasi bahan-bahan sampai batas minimum.
3. Terjaminnya barang-barang yang diterima sesuai dengan spesifikasi yang dibuat pada purchase order.
4. Dilindungi semua bahan-bahan (dengan cara penyimpanan yang semestinya terhadap pencurian, kerusakan, dan kemerosotan mutu.
5. Dapat dilayani bagian produksi dengan bahan-bahan yang dibutuhkan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan, serta mencegah penyalahgunaan dan penyelewengan.
6. Terselenggaranya pencatatan persediaan yang menunjukan penerimaan, pengeluaran, penggunaan serta jumlah dan jenis barang yang ada dalam gudang.
19
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Tinjauan Umum Organisasi
3.1.1. Sejarah dan Perkembangan Organisasi
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonsia adalah Kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan pembangunan desa dan kawasan perdesaan, pemberdayaan masyarakat desa, percepatan pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian ini dipimpin oleh seorang Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang sejak 27 Oktober 2014 dijabat oleh Marwan Jafar.
Kementerian Negara Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia baru dibentuk pada Kabinet Gotong Royong dalam masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kementerian ini diganti namanya menjadi Kementerian Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan kemudian menjadi Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal. Pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam Kabinet Kerja, kementerian ini kembali berganti nama menjadi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Salah satu kementerian baru di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden
Jusuf Kalla adalah Kementerian Desa, Transmigrasi, dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Pembangunan daerah tertinggal bertujuan untuk memberdayakan masyarakat yang terbelakang agar terpenuhi hak dasarnya sehinga dapat menjalankan aktifitasnya untuk berperan aktif dalam pembangunan yang setara dengan masyarakat Indonesia lainnya.
Seperti diketahui, Kementerian Desa merupakan gabungan antara Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal dan Direktorat Transmigrasi yang awalnya menjadi bagian dari Kementerian Tenaga Kerja. Sekarang Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi pada Kabinet Kerja 2014-2019 memiliki lima Deputi, masing-masing; Deputi I Bidang Pengembangan Sumber Daya, Deputi II Bidang Peningkatan Infrastruktur, Deputi III Bidang Pembinaan Ekonomi dan Dunia Usaha, Deputi IV Bidang Pembinaan Lembaga Sosial dan Budaya, Deputi V Bidang Pengembagan Daerah Khusus, dan masing-masing Deputi memiliki 5 Asisten Deputi.
Visi
Berlandaskan pada kenyataan bahwa masih banyak daerah yang tertinggal, maka visi pembangunan daerah tertinggal adalah terwujudnya daerah tertinggal sebagai daerah yang maju dan setaraf dengan daerah lain di Indonesia.
21
Misi
1. Mengembangkan perekonomian lokal melalui pemanfaatan sumber daya lokal (sumber daya manusia, dan kelembagaan) melalui partisipasi semua pemangku kepentingan (stakeholders) yang ada.
2. Memberdayakan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan, penciptaan lapangan kerja, peningkatan akses modal usaha, teknologi, pasar, informasi.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat.
4. Memutuskan keterisolasian daerah tertinggal melalui peningkatan sarana dan prasarana komunikasi dan transportasi sehingga memiliki keterkaitan dengan daerah lainnya.
5. Mengembangkan daerah perbatasan sebagai beranda Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi berbasis sumber daya alam dan pengembangan sektor-sektor unggulan.
6. Mempercepat rehabilitas dan pemulihan daerah-daerah pasca bencana alam dan pasca konflik serta mitigasi bencana.
3.1.2. Struktur dan Tata Kerja Organisasi 1. Struktur Organisasi
Dalam sebuah organisasi, terdapat proses pengaturan tanggung jawab dan wewenang yang akan memudahkan organisasi dalam mencapai tujuan. Garis tanggung jawab dan wewenang ini sangat jelas terlihat pada struktur organisasi yang ada pada Subdit Sarana dan Prasarana Permukiman Desa.
Sumber : Subdit Sarana dan Prasarana Permukiman Desa
Gambar III.1. Struktur Organisasi Subdit Permukiman
2. Tata Kerja Organisai
1. Kasubdit Sarana dan Prasarana Permukiman Desa
Tugas pokok dan fungsi dari Kepala Subdit Sarana dan Prasarana Permukiman Desa adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis dan supervisi, serta monitoring dan evaluasi bina pengelolaan sarana dan prasarana permukiman desa;
b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis dan supervisi, serta monitoring dan evaluasi bina pengelolaan fasilitasi pembangunan permukiman desa; dan
Kasubdit Sarpras Permukiman Desa Kasi Pembangunan Lingkungan Permukiman Kasi Pembangunan Permukiman Jabatan Fungsional Umum Tenaga Pendukung Administrasi Asisten Tenaga Ahli Tenaga Ahli
23
c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis dan supervisi, serta monitoring dan evaluasi bina pengelolaan fasilitasi pembangunan lingkungan permukiman desa.
2. Kepala Seksi Fasilitasi Pembangunan Permukiman Desa
a. Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis dan supervise; dan b. Serta monitoring dan evaluasi bina pengelolaan fasilitasi pembangunan
permukiman desa.
3. Kepala Seksi Fasilitasi Pembangunan Lingkungan Permukiman Desa
a. Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis dan supervise; dan b. Serta monitoring dan evaluasi bina pengelolaan fasilitasi pembangunan
lingkungan permukiman desa. 4. Jabatan Fungsional Umum
a. Mempunyai tugas dalam membantu kepala seksi fasilitasi pembangunan permukiman desa dan kepala seksi fasilitasi pembangunan lingkungan permukiman desa dalam melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis dan supervise; dan
c. Serta monitoring dan evaluasi bina pengelolaan fasilitasi permukiman desa. 5. Tenaga Ahli
Mempunyai tugas diantaranya :
b. Mampu merencanakan kegiatan dengan membuat term of reference (TOR) dan Rincian Anggaran Biaya (RAB) Workshop, Seminar, Bimbingan Teknis, maupun Rapat Koordinasi;
c. Dapat menyusun draft panduan bimbingan teknis, petunjuk pelaksanaan, dan modul pelatihan;
d. Mampu mengembangkan jaringan dengan instansi pemerintrah dan non pemerintah di tingkat nasional dan daerah dalam rangka keberlanjutan program; dan
e. Sanggup melakukan monitoring dan evaluasi. 6. Asisten Tenaga Ahli
Mempunyai tugas dan tanggung jawab diantaranya:
a. Dapat menyiapkan bahan-bahan untuk program kegiatan;
b. Mampu merencanakan kegiatan dengan membuat term of reference (TOR) dan Rincian Anggaran Biaya (RAB) Workshop, Seminar, Bimbingan Teknis maupun Rapat Koordinasi;
c. Dapat menyusun draft panduan bimbingan teknis, petunjuk pelaksanaan dan modul pelatihan;
d. Mampu mengembangkan jaringan dengan instansi pemerintah dan non pemerintah di tingkat nasional dan daerah dalam rangka keberlanjutan program;
e. Sanggup melakukan monitoring dan evaluasi;
f. Menyiapkan draft laporan administrasi dan keuangan; dan g. Menyiapkan bahan-bahan laporan realisasi kegiatan.
25
7. Tenaga Pendukung Administrasi
Tugas dan tanggung jawab tenaga pendukung administrasi adalah sebagai berikut:
a. Dapat mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan;
b. Mengelola kearsipan dokumen sebagai bukti otentik terhadap ke-valid-an data terhadap pelaksanaan kegiatan;
c. Dapat mengumpulkan dan menyiapkan bahan, konsep-konsep surat serta daftar yang akan diketik;
d. Mampu mengoperasikan komputer minimal Microsoft Office dan menggunakan internet;
e. Sanggup melakukan monitoring dan evaluasi;
f. Menyiapkan draft laporan administrasi dan keuangan; g. Menyiapkan bahan-bahan laporan realisasi kegiatan; dan
h. Melakukan perjalanan dinas yang ditugaskan oleh pejabat pemberi tugas sesuai golongan tingkat biaya perjalanan dinas yang mengacu pada tingkat biaya A/B/C yang ditentukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dengan mempertimbangkan tingkat pendidikan/kepatuhan/tugas yang bersangkutan untuk mendukung terlaksananya kegiatan.
3.1.3. Kegiatan Organisasi
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mengacu pada Permendes No. 6 Tahun 2015 mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pembangunan desa dan kawasan perdesaan, pemberdayaan masyarakat desa, percepatan pembangunan daerah tertinggal, dan transmigasi untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi berdasarkan pada Permendes No. 6 Tahun 2015 menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan desa dan kawasan perdesaan, pemberdayaan masyarakat desa, pengembangan daerah tertentu, pembangunan daerah tertinggal penyiapan pembangunan permukiman, dan pengembangan kawasan transmigrasi;
2. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; 4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
5. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
27
6. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan, serta pengelolaan informasi di bidang pembangunan desa dan kawasan perdesaan, pemberdayaan masyarakat desa, pengembangan daerah tertentu, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi; dan
7. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
3.2. Hasil Penelitian
3.2.1. Prosedur Pengadaan Alat Tulis Kantor
Pengadaan alat tulis kantor pada subdit permukiman menggunakan metode pengadaan langsung. Berdasarkan hasil wawancara dan data yang penulis peroleh pengadaan langsung dilaksanakan dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut: 1. Membeli langsung kepada penyedia (umumnya penyedia perseorangan). 2. Negosiasi secara lisan antara pembeli dengan supplier.
3. Tidak memerlukan Harga Perkiraan Sendiri (HPS), yaitu perkiraan biaya atas pekerjaan barang/jasa sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan data yang dapt dipertanggungjawabkan.
4. Bukti pembelian yang digunakan dapat menggunakan bukti pembelian seperti faktur, nota atau kuitansi.
Supplier Subdit Permukiman Pejabat Pembuat Komitmen Bagian keuangan Tidak Ya Ya \
Tabel III.1 Tabel Flow Chart Pengadaan Alat Tulis Kantor
Sumber :Subdit Sarana dan Prasarana Permukiman Desa
Supplier Berkoordinasi dengan Bagian keuangan Melaksanakan Belanja ATK Menyerahkan Bukti Pembelian ATK Subdit Permukiman Membuat Dokumen Pertanggungj awaban Menerima Dokumen Pertanggung jawaban Menerima Dokumen Pertanggung jawaban Benda - hara Pengel -uaran Melakukan Proses Pembayaran Mulai Menginventarisasi ATK (Alat Tulis Kantor) Sesuai kebutuhan Arsip Selesai Input SIRA Dokumen Kembali
29
Keterangan :
1. Supplier
Supplier merupakan pemasok barang dalam proses pengadaan alat tulis kantor.
Biasanya supplier dalam proses pengadaan merupakan rekanan subdit permukiman. Syarat untuk menjadi supplier pada proses pengadaan alat tulis kantor adalah harus memiliki Nomor Pribadi Wajib Pajak (NPWP).
2. Subdit Permukiman
Membuat dokumen pertanggung jawaban yaitu dengan melengkapi kuitansi pembelian, daftar rincian pembelian, dan pajak. Selanjutnya subdit permukiman juga harus menyesuaikan apakah belanja atk yang dilaksanakan nilainya sudah sesuai dengan anggaran yang ada.