• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini berisi kesimpulan yang menjawab pernyataan dalam perumusan masalah dan saran yang bermanfaat dalam pengembangan program di waktu mendatang.

5 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Aplikasi

Menurut Jogiyanto (1999:12), Pengertian Aplikasi adalah penggunaan dalam suatu komputer, instruksi (instructiom) atau pernyataan (statement) yang disusun sedemikian rupa sehingga komputer dapat memproses input menjadi output. Aplikasi merupakan program siap pakai yang dapat digunakan untuk menjalankan printah-printah dari pengguna aplikasi tersebut dengan tujuan mendapatkan hasil yang lebih akurat sesuai dengan tujuan pembuatan aplikasi tersebut, aplikasi mempunyai arti yaitu pemecahan masalah yang menggunakan salah satu tehnik pemrosesan data aplikasi yang biasanya berpacu pada sebuah komputansi yang diinginkan atau diharapkan maupun pemrosesan data yang diharapkan.

Beberapa aplikasi yang digabung bersama menjadi suatu paket kadang disebut sebagai suatu paket atau application suite. Contohnya adalah Microsoft Office dan OpenOffice.org, Bahasa Pemrograman yang menggabungkan suatu aplikasi pengolah kata, lembar kerja, serta beberapa aplikasi lainnya. Aplikasi-aplikasi dalam suatu paket biasanya memiliki antarmuka pengguna yang memiliki kesamaan sehingga memudahkan pengguna untuk mempelajari dan menggunakan tiap aplikasi. Selain itu aplikasi juga mempunyai fungsi sebagai pelayan kebutuhan beberapa aktivitas yang dilakukan oleh manusia seperti sistem untuk software jual beli, permainan atau game online, pelayanan mayarakat dan hampir semua proses yang dilakukan oleh manusia dapat dibantu dengan menggunakan suatu aplikasi. Beberapa aplikasi jika digabungkan akan menjadi satu paket atau sering juga disebut dengan aplication suite, dimana aplikasi tersebut memiliki

posisi antar muka yang mempunyai kesamaan sehingga dapat dengan mudah digunakan atau dipelajari penggunaan tiap aplikasi tersebut.

2.2 Penjualan

Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba (Jusup, 2001:69). Penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari penjualan dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil produk yang dihasikan.

Proses penjualan selalu diikuti dengan penerimaan uang, kapan suatu penjualan akan diterima uangnya tergantung pada syarat jual beli yang telah ditetapkan. Secara umum transaksi penjualan dapat dilakukan dengan dua cara antara lain:

a. Penjualan Tunai

Menurut Narko (2008:71), “Penjualan tunai adalah apabila pembeli sudah memilih barang yang akan dibeli, pembeli diharuskan membayar ke bagian kasir.” Sedangkan menurut Yadiati (2006:129), “Penjualan tunai adalah pembeli

langsung menyerahkan sejumlah uang tunai yang dicatat oleh penjual melalui

register kas.” Jadi dapat disimpulkan bahwa penjualan tunai adalah penjualan

yang transaksi pembayaran dan pemindahan hak atas barangnya langsung melalui register kas atau bagian kassa. Sehingga, tidak perlu ada prosedur pencatatan piutang pada perusahaan penjual.

7

b. Penjualan Kredit

Selain penjualan tunai, jenis penjualan lainnya adalah penjualan kredit.

Menurut Mulyadi (2008:206) adalah “Penjualan kredit dilaksanakan oleh

perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu, perusahaan mempunyai tagihan

kepada pembeli tersebut.”

Sedangkan menurut Soemarso (2009:160) yaitu “Penjualan kredit adalah transaksi

antara perusahaan dengan pembeli untuk menyerahkan barang atau jasa yang

berakibat timbulnya piutang, kas aktiva.”

Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa penjualan kredit adalah suatu transaksi antara perusahaan dengan pembeli, mengirimkan barang sesuai dengan order serta perusahaan mempunyai tagihan sesuai jangka waktu tertentu yang mengakibatkan timbulnya suatu piutang dan kas aktiva.

2.3 Penjualan Konsinyasi

Penjualan konsinyasi dalam pengertian sehari-hari dikenal dengan sebutan penjualan dengan cara penitipan. Konsinyasi merupakan penyerahan fisik barang-barang oleh pemilik kepada pihak lain, yang bertindak sebagai agen penjual dan biasanya dibuatkan persetujuan mengenai hak yuridis atas barang-barang yang dijual oleh pihak penjual. Pihak yang menyerahkan barang-barang (pemilik) disebut consignor (konsinyor) atau pengamanat sedang pihak yang menerima titipan barang disebutconsignee(konsinyi) atau komisioner.

Menurut Padji (2003:77) dalam kamus istilah keuangan dan perbankan disebutkan bahwa: Consignment (konsinyasi) adalah barang-barang yang dikirim untuk dititipkan kepada pihak lain dalam rangka penjualan dimasa mendatang atau

untuk tujuan lain, hak atas barang tersebut tetap melekat pada pihak pengirim (consignor). Penerimaan titipan barang tersebut (consignee) selanjutnya bertanggung jawab terhadap penanganan barang sesuai dengan kesepakatan.

Transaksi dengan cara penjualan konsinyasi mempunyai keuntungan-keuntungan tertentu dibandingkan dengan penjualan secara langsung barang-barang kepada perusahaan pengecer atau kepada pedagang. Adapun keuntungan dengan penjualan konsinyasi bagi konsinyor:

1) Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran yang dapat dijamin oleh seorang produsen, pabrikan atau distributor, terutama apabila: a. Barang-barang yang bersangkutan baru diperkenalkan,

b. Permintaan produk tidak menentu dan belum terkenal.

c. Harga barang menjadi mahal dan membutuhkan investasi yangcukup besar bagi pihak dealer apabila ia harus membeli barang-barang yang bersangkutan.

2) Harga barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh pengamanat, hal ini disebabkan kepemilikan atas barang tersebut masih ditangan pengamanat sehingga harga masih dapat dijangkau oleh konsumen.

3) Jumlah barang yang dijual dan persediaan barang yang ada digudang akan mudah dikontrol sehingga resiko kekurangan atau kelebihan barang dapat ditekan dan memudahkan untuk rencana produksi.

Sedangkan bagi komisioner lebih menguntungkan dengan cara penjualan konsinyasi karena alasan-alasan sebagai berikut :

1. Komisioner tidak dibebani resiko menaggung kerugian bila gagal dalam penjualan barang-barang konsinyasi.

9

2. Komisioner tidak mengeluarkan biaya operasi penjualan konsinyasi karena semua biaya akan diganti/ditanggung oleh pengamanat.

3. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi, sebab komisioner hanya berfungsi sebagai penerima dan penjual barang konsinyasi untuk pengamanat. 4. Komisioner berhak mendapatkan komisi dari hasil penjualan barang.

Metode pencatatan atas transaksi penjualan konsinyasi terdapat prosedur-prosedur pembukuan tersendiri yang biasanya diikuti oleh pihak konsinyor. Pada prinsipnya pendapatan dalam konsinyasi diakui pada saat penjualan terhadap barang-barang konsinyasi dilakukan oleh konsinyi kepada pihak ketiga. Jika konsinyor membutuhkan laporan penjualan dan untuk mengetahui laba atau rugi penjualan barang-barang konsinyasi, maka pencatatannya harus diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan reguler. Dalam metode administrasi barang-barang dagangan, terdapat dua alternatif, yaitu metode perpetual dan phisik. Apabila transaksi konsinyasi dicatat terpisah dari transaksi lain, maka metode apapun yang dipakai, pihak konsinyor harus menyelenggarakan rekening

“barang-barang konsinyasi”. Apabila transaksi konsinyasi tidak dicatat terpisah dari transaksi lain, maka pengiriman barang-barang konsinyasi dicatat dalam memorandum.

Untuk setiap perjanjian dalam transaksi konsinyasi rekening barang-baranng yang dititipkan pada konsinyi pada dasarnya adalah rekening barang-barang konsinyasi yang merupakan persediaan bagi konsinyor. Apabila pihak konsinyor menghendaki laba atas penjualan konsinyasi harus ditetapkan tersendiri, maka rekening barang-barang konsinyasi untuk masing-masing konsinyi dibebani harga pokok barang yang dikirimkan kepada konsinyi dan semua biaya yang berkaitan dengan konsinyasi. Jika penjualan telah dilakukan

oleh konsinyi maka rekening ini di kredit. Laba atau rugi atas penjualan konsinyasi akhirnya dipindah bukukan dari perkiraan laba atau rugi konsinyasi keperkiraan laba atau rugi konsinyasi keperkiraaan laba atau rugi biasa yang mengikhtisiarkan hasil netto dari semua aktifitas.Sedangkan apabila pihak konsinyor menghendaki transaksi konsinyasi harus disatukan dengan transaksi biasa lainnya dan laba atau rugi usaha juga harus dihitung menyatu, maka pendapatan dan biaya penjualan konsinyasi dibukukan dalam perkiraan yang mengikhtisiarkan kegiatan usaha. (Sabeni,1999:159).

2.4 System Development Life Cycle (SDLC)

Menurut Pressman (2007)System Development Life Cycle (SDLC) adalah pendekatan melalui beberapa tahap untuk menganalisis dan merancang sistem yang dimana sistem tersebut telah dikembangkan dengan sangat baik melalui penggunaan siklus kegiatan penganalisis dan pemakai secara spesifik.

Dalam penerapan SDLC terdapat beberapa model pengembangan salah satunya model Sekuensiel Linier yang sering juga disebut siklus hidup klasik (classic life cycle) atau model air terjun (waterfall). Model Sekuensial linier mengusulkan sebuah pendekatan terhadap pengembangan perangkat lunak yang sistematis dan sekuensial yang mulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian dan pemeliharaan (Pressman,2007). Model sekuensial liniermelingkupi aktivitas-aktivitas sebagai berikut:

11

Gambar 2.1System Development Life Cycle (SDLC) Model Waterfall (Pressman:2007)

a. Analisis (Analysis)

Proses pengumpulan kebutuhan difokuskan khususnya pada perangkat lunak. Tahap analisis menjawab pertanyaan mengenai siapa yang akan menggunakan sistem, apa yang sistem akan lakukan, dan dimana serta kapan sistem akan digunakan. Seluruh kebutuhan software harus bisa didapatkan dalam fase ini, termasuk didalamnya kegunaan software yang diharapkan pengguna dan batasan software. Informasi ini biasanya dapat diperoleh melalui wawancara, survey atau diskusi. Informasi tersebut dianalisis untuk mendapatkan kebutuhan pengguna untuk digunakan pada tahap selanjutnya. Proses pengumpulan kebutuhan difokuskan khususnya pada perangkat lunak. Langkah-langkah identifikasi yang dilakukan untuk mengetahui permasalahan sesuai dengan tujuan awal, yaitu:

1. Survey / Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mendapatkan informasi tambahan yang tidak didapatkan dari pengumpulan data dengan cara wawancara. Dengan mengadakan penelitian dan analisa secara langsung terhadap kondisi

perusahaan yang ada, sehingga dapat menemukan kebutuhan sistem yang diinginkan pihak perusahaan. Observasi ini mencakup pencarian data yang akan digunakan dalam merancang sistem. Pengamatan dan peninjauan langsung terhadap obyek penelitian yaitu PT.Semesta Nustra Distrindo.

2. Wawancara

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan alat yang dinamakan interview guide(panduan wawancara).

Pada tahap analisis ini dilakukan analisa untuk menggali secara mendalam kebutuhan yang akan dibutuhkan. Kebutuhan ada bermacam-macam seperti halnya kebutuhan informasi bisnis, kebutuhan data dan kebutuhan user itu sendiri. Kebutuhan itu sendiri sebenarnya dibedakan menjadi tiga jenis kebutuhan. Pertama tentang kebutuhan teknologi. Dari hal ini dilakukan analisa mengenai kebutuan teknologi yang diperlukan dalam pengembangan suatu sistem, seperti halnya data penyimpanan informasi/ database. Kedua kebutuhan informasi, contohnya seperti informasi mengenai visi dan misi perusahaan, sejarah perusahaan, latar belakang perusahaan. Ketiga, kebutuhan user. Dalam hal ini dilakukan analisa terkait kebutuhanuserdan kategoriuser.

b. Desain (Design)

Tahap ini dilakukan sebelum melakukan coding, yang bertujuan untuk memberikan gambaran apa yang seharusnya dikerjakan dan bagaimana tampilannya. Tahap desain ini merupakan tahap untuk menentukan bagaimana sistem akan beroperasi, perangkat lunak (software), antar-muka pengguna (user

13

interface), dan database. Tahap ini membantu dalam menspesifikasikan kebutuhan perangkat lunak (software) dan serta definisi arsitektur sistem secara keseluruhan. Selanjutnya, hasil analisa kebutuhan sistem tersebut akan dibuat sebuah DFD, ERD, Design Database dan Design Input Output. Pada tahap ini merupakan tahapan dalam merancangsoftwareyang akan dibangun.

A. Data Flow Diagram(DFD)

Diagram Arus Data (Data Flow Diagram atau DFD) merupakan tahapan merancang diagram yang menggunakan notasi-notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem.DFD merupakan alat yang digunakan pada metodelogi pengembangan sistem yang tersetruktur (structured analysis and design). B. Entity Relationship Diagram(ERD)

Merupakan tahapan merancangentityyang digunakan untuk menampung data yang diinputkan oleh pengguna, atau hasil informasi yang telah diproses sistem.Masing-masing entity saling terhubung dengan entity lainya, melalui atribut-atribut yang ada didalam entity.Hal ini untuk memudahkan dalam mengakses informasi dengan menggabungkan beberapa atribut di setiap entity.

C. Desaininput-output

Merupakan tahapan untuk merancang desain antar muka input dan output sistem. Input berhubungan desain desain interface pengguna yang melakukan inputan terhadap sistem, sedangkan output berhubungan dengan hasil dari proses sistem yang dapat berupa laporan atau informasi.

c. Kode (Coding)

Desain harus diterjemahkan ke dalam bentuk mesin yang bisa dibaca. Langkah pembuatan kode melakukan tugas ini. Jika desain dilakukan dengan cara yang lengkap, pembuatan kode dapat diselesaikan secara mekanis.

Desain harus diterjemahkan ke dalam bentuk mesin yang bisa dibaca. Langkah pembuatan kode melakukan tugas ini. Jika desain dilakukan dengan cara yang lengkap, pembuatan kode dapat diselesaikan secara mekanis.

Menurut Pressman (2007), Code adalah tahap pengkodean untuk membangun sistem sesuai dengan hasil desain sistem yang telah dirancang sebelumnya. Dalam proses ini digunakan beberapasoftwarependukung, seperti: A. PHP

PHP adalah bahasa pemrograman yang didesain khusus untuk membuat halaman web. Notepad merupakan editor teks yang biasa digunakan. Fungsi-fungsi yang telah ada didalam PHP tidak case sensitive (membedakan huruf besar dengan huruf kecil), namun variabelnya case sensitive. Salah satu cara menuliskan script PHP adalah <?php (script anda) ?>.

B. Notepad++

Notepad++ adalah text editor yang digunakan oleh sebagaian programmer untuk membuat program. Notepad++ merupakan salah satu software dengan free lisensi, sehingga penggunaanya bebas dari biaya. Salah satu bahasa pemrograman yang menggunakan editor notepad++ adalah PHP.

C. MYSQL

MYSQL merupakansoftwareRDBMS (atau server database) yang mengelola database dengan sangat cepat, dapat menampung data dalam jumlah sangat besar, dapat diakses oleh banyak user (multi-user), dan dapat melakukan

15

suatu proses secara sinkron atau berbarengan (multi-threaded). Beberapa alasan mengapa menggunakan MYSQL sebagai server database:

1. Fleksibel

MYSQL dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi desktop maupun aplikasi web dengan menggunakan teknologi yang bervariasi. 2. Performa Tinggi

MYSQL memiliki mesin query dengan performa tinggi, dengan demikian proses transaksional dapat dilakukan dengan sangat cepat. Hal ini terbukti dengan digunakannya MYSQL sebagai database dari beberapa aplikasi web yang memilikitraffic(lalu lintas) sangat tinggi.

3. Lintas Platform

MYSQL dapat digunakan pada platform atau lingkungan (dalam hal ini sistem operasi) yang beragam, bisa Microsoft Windows, Linux, atau UNIX.

4. Proteksi Data yang Handal

MYSQL menyediakan mekanisme yang powerfull untuk menangani hal tersebut, yaitu dengan menyediakan fasilitas manajemen user, enkrispsi data, dan lain sebagainya.

5. Komunitas Luas

Karena banyaknya pengguna MYSQL, maka kita dapat mengikuti salah satu komunitas MYSQL. Hal ini dapat membantu sesame pengguna MYSQL dalam memecahkan masalah.

d. Tes (Testing)

Pada tahapan ini, unit-unit individu program atau program digabung dan diuji sebagai sebuah sistem lengkap untuk memastikan apakah sesuai dengan kebutuhan perangkat lunak atau tidak. Pengujian fungsional untuk menemukan kesalahan-kesalahan dan memastikan bahwa input akan memberikan hasil yang aktual sesuai yang dibutuhkan. Pengujian pada sistem pendukung keputusan ini menggunakan metode pengujian black-box yang merupakan pengujian yang menekankan pada fungsionalitas dari sebuah perangkat lunak tanpa harus mengetahui bagaimana struktur dari dalam perangkat lunak tersebut. Sebuah perangkat lunak yang diuji menggunakan metode black-box dikatakan berhasil jika fungsi-fungsi yang ada telah memenuhi spesifikasi kebutuhan yang telah dibuat sebelumnya.

e. Pemeliharaan(Maintenance)

Tahap terakhir adalah maintenance. Maintenance melibatkan pembetulan kesalahan yang tidak ditemukan pada tahapan-tahapan sebelumnya, meningkatkan implementasi dari unit sistem, dan meningkatkan layanan sistem sebagai kebutuhan baru. Pada tahap ini, jika sistem sudah sesuai dengan tujuan yang ditentukan dan dapat menyelesaikan masalah pada perusahaan, maka akan diberikan kepada pengguna. Setelah digunakan dalam periode tertentu, pasti terdapat penyesuaian atau perubahan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan, sehingga membutuhkan perubahan terhadap sistem tersebut. Tahap ini dapat juga diartikan sebagai tahap penggunaan perangkat lunak yang disertai dengan perawatan dan perbaikan.

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Sistem

Tahap analisis sistem merupakansuatu proses untuk menganalisis dan mengumpulkan data yang ada di perusahaan. Tujuan dari tahap ini adalah agar dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan serta kebutuhan yang ada di perusahaan sehingga dapat diusulkan perbaikan yang sesuai dengan kebutuhan PT.Semesta Nustra Distrindo. Dalam pengumpulan data yang digunakan untuk bahan penyusunan tugas akhir, diperlukan adanya pengamatan data dan informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan sehingga dapat memberikan masukan dalam pengembangan aplikasi yang akan dibuat. Kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data tersebut, antara lain sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada pihak perusahaan yang secara langsung berhubungan dengan ruang lingkup sistem atau bagian-bagian perusahaan yang nantinya akan menggunakan sistem sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

2. Observasi/Pengamatan

Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mendapatkan informasi tambahan yang tidak didapatkan dari pengumpulan data dengan cara wawancara. Dengan mengadakan penelitian dan analisa secara langsung terhadap kondisi perusahaan yang ada, sehingga dapat menemukan kebutuhan sistem yang diinginkan pihak perusahaan. Observasi ini mencakup pencarian data yang akan digunakan dalam merancang sistem. Pengamatan dan

peninjauan langsung terhadap obyek penelitian yaitu PT.Semesta Nustra Distrindo meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

a. Pengumpulan data terkait profil PT.Nustra Distrindo.

b. Mempelajari proses bisnis perusahaan terkait dengan proses penjualan konsinyasi.

3.1.1 Identifikasi Masalah

PT. Semesta Nustra Distrindo merupakan perusahaan dagang yang menjual bermacam-macam biskuit dan snack. Perusahaan ini melakukan penjualan dalam bentuk penjualan konsinyasi. Proses penjualan konsinyasi pada PT. Semesta Nustra Distrindo yang terjadi saat ini yaitu sales menitipkan barang ke outlet-outlet di area Surabaya dengan harga dan syarat waktu yang telah ditentukan, kemudian sales membuat nota penjualan konsinyasi dan menyerahkan nota tersebut ke outlet. Setelah proses distribusi selesai satu minggu kemudian sales kembali ke outlet untuk melakukan pengecekan barang untuk mengetahui adanya barang yang laku atau tidak, apabila ada barang yang laku sales melakukan penagihan ke outlet atas barang yang laku terjual dan sales mengganti barang yang laku terjual atau menambah stok barang di outlet tersebut dengan barang baru sesuai dengan permintaan pemilik outlet, apabila barang tidak laku dilakukan proses retur atau penarikan barang sesuai dengan perjanjian. Selama ini prosentase barang yang keluar dan belum terlunasi sebesar 20% dari seluruh penjualan, dan jumlah seluruh penjualan sebesar 90%, hal ini disebabkan karena masih adanya barang yang belum laku terjual, dan juga disebabkan karena adanya sales yang tidak maksimal saat melakukan penagihan.

19

Pada saat proses penjualan konsinyasi sering terjadi kesalahan/pertukaran sales pada saat distribusi antara sales A dan sales B serta wilayah sales saat melakukan distribusi barang dan juga pada saat penagihan. Kemudian tidak mengetahui jumlah barang penjualan konsinyasi per sales karena tidak ada rekap penjualan per sales jadi bisa dimanipulasi oleh sales jumlah barang yang keluar tidak sesuai dengan catatan barang yang ada. Kemudian sering terjadinya over lapping saat distribusi barang yang dilakukan antara sales, hal ini bisa disebabkan karena belum adanya jadwal distribusi sales yang mengakibatkan barang yang diminta oleh pelanggan tidak bisa datang tepat waktu. Saat proses pemesanan barang pencatatan tidak dilakukan dengan baik dan tidak ada surat peryataan dari sales ke outlet, dan saat proses penagihan barang tidak di lakukan secara maksimal oleh sales sehingga masih banyak barang yang keluar dan belum terlunasi. Permasalahan lain yang timbul adalah pembuatan laporan penjualan konsinyasi barang tidak tepat waktu, yang artinya dibutuhkan laporan perbulan tetapi lebih dari satu bulan, akibatnya tidak bisa mengetahui barang yang di ditribusikan diakibatkan karena keterlambatan pembuatan laporan. Berikut adalah dokumen flow yang menjelaskan proses penjualan konsinyasi seperti Gambar 3.1

A. Dokflow Proses Penjualan Konsinyasi pada PT. Semesta Nustra Distrindo

Gambar 3.1 Alur Sistem PT.Semesta Nustra Distrindo Saat Ini

Proses penjualan konsinyasi yang ada pada PT.Semesta Nustra Distrindo dimulai dari admin membuat daftar penjadwalan distribusi sales untuk di

21

distribusikan ke outlet. sales menitipkan barang ke customer, kemudian sales menyerahkan nota penjualan konsinyasi kepada customer, setelah customer menerima barang dan nota penjualan kemudian customer menandatangani nota barang tersebut rangkap dua, setelah di beri tanda tangan customer nota barang tersebut yang rangkap dua di simpan oleh customer sedangakan nota barang penjualan konsinyasi rangkap satu di serahkan kembali ke sales. Satu minggu kemudian sales kembali lagi ke customer untuk melakukan penagihan dan pengecekan barang ada yang laku atau tidak. Sales menyerahkan nota penjualan konsinyasi kepada customer dan customer melakukan pembayaran . kemudian sales menyerahkan faktur penagihan kepada admin untuk membuat laporan penjualan konsinyasi. Setelah itu laporan penjualan konsinyasi di serahkan kepada menejer untuk pengecekan laporan. Alur proses penjualan konsinyasi pada PT.Semesta Nustra Distrindo dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

B. Workflow penjualan konsinyasi pada perusahaan

C. System Flow Penjualan Konsinyasi

23

Dalam Aplikasi pencatatan penjualan konsinyasi pada PT. Semesta Nustra Distrindo terdapat empat system, yaitu system penjadwalan, system penjualan konsinyasi dan system pembayaran. Adapun penjelasannya dijelaskan pada uraian berikut ini:

Pada sistem flow penjadwalan sales ini dimulai dari admin memilih menu penjadwalan kunjungan sales kemudian sistem akan menampilkan menu penjadwalan kemudian admin sales menginputkan tanggal, lokasi, nama customer, dan nama sales kemudian disimpan dalam database jadwal sales. Setelah itu admin sales menampilkan jadwal sales dan kemudian mencetak jadwal sales

Dokumen terkait