• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini dibahas tenatang kesimpulan dan saran. Kesimpulan pada bab ini didapatkan dari hasil evaluasi sistem, sedangkan saran akan menjadi masukan untuk pengembangan aplikasi lebih lanjut.

5

BAB II

LANDASAN TEORI

Koperasi

Koperasi merupakan usaha bersama yang berlandaskan asas kekeluargaan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation, cooperative, atau bahasa Latin: coopere, atau dalam bahasa Belanda: cooperatie, cooperatieve, yang kurang lebih berarti bekerja bersama-sama, atau kerja bersama-sama, atau usaha bersama atau yang bersifat kerja sama.

Dalam pasal 33 UUD 1945 (Indonesia, 1945) dan UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian (Indonesia, 1992), yang dimaksud dengan koperasi adalah

“Badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi

dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai

gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan azas kekeluargaan”. Sedangkan tujuan

koperasi sebagaimana dikemukakan dalam pasal 3 UU No.25 tahun 1992 (Indonesia, 1992) adalah koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan pada masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Azas-Azas Koperasi

Dalam kongres komite pusat koperasi, The International Cooperative

Alliance (ICA), yang ke-23 di Vienna pada tahun 1966 (Hendrojogi, 1998),

dipatuhi oleh semua jenis koperasi dalam segala sistem ekonomi sosial. Azas-azas tersebut adalah sebagai berikut:

1. Keanggotaan sukarela dan terbuka (Voluntary and open membership).

Pengelolaan secara demokrasi (Democratric Administration). Bunga yang terbatas atas modal (Limited interest of capital).

Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota secara proposional sesuai dengan transaksi (Distribution of the surplus to the members in propotion to their

transaction).

Pendidikan koperasi (Coorperative education).

Kerjasama antar koperasi (Coorperation among coorperatives).

Manajemen Koperasi

Pengertian manajemen dapat merujuk pada orang/sekelompok orang atau bisa pada proses. Dalam hal tersebut, manajemen koperasi terdiri dari: Rapat Anggota, Pengurus, dan Manajer. Ada hubungan timbal balik anatara ketiga unsur tersebut. Maksudnya adalah tidak ada satu unsur pun yang dapat bekerja secara efektif tanpa dibantu atau didukung oleh unsure lainnya (Hendrojogi, 1998).

Manajemen dari koperasi melibatkan empat unsur (perangkat), yaitu: Anggota, Pengurus, Manajer, dan Karyawan. Khusus tentang karyawan ini dikatakan bahwa mereka merupakan penghubung antara manajemen dan anggota pelanggan (Hendrojogi, 1998).

Jenis Koperasi

Menurut Pachta (2005:25), pada dasarnya koperasi dibedakan sebagai berikut:

1. Koperasi Konsumsi (menyediakan barang konsumsi anggota).

2. Koperasi Produksi (menghasilkan barang bersama).

3. Koperasi Simpan Pinjam (menerima tabungan dan memberi pinjaman kepada

anggota).

4. Koperasi Serba Usaha (melakukan campuran dari seluruh kegiatan koperasi).

Sedangkan koperasi berdasarkan tingkatannya dibedakan menjadi:

1. Koperasi Primer (anggotanya masih perorangan).

2. Koperasi Sekunder (gabungan koperasi atau induk koperasi).

Simpan Pinjam

Simpan Pinjam adalah usaha yang bergerak dalam perolehan dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan simpanan berjangka dan menyalurkan dana yang diterima tersebut pada mastarakat lain yang membutuhkan dalam bentuk kredit atau pinjaman (Ashari, 2007). Kegiatan simpan pinjam biasanya dilakukan oleh koperasi simpan pinjam atau unit usaha simpan pinjam pada sebuah koperasi.

Simpanan Koperasi

Menurut Pachta (2005:117), simpanan adalah uang atau dana yang bersumber dari anggota yang diberikan kepada koperasi untuk disimpan oleh koperasi dan dapat dilakukan penarikan simpana oleh anggota sesuai dengan jumlah simpanannya.

Adapun jenis-jenis simpanan dalam koperasi adalah sebagai berikut:

1. Simpanan pokok adalah sejumlah uang wajib yang disetorkan ke dalam kas

anggota. Simpanan pokok ini tidak dapat ditarik kembali oleh anggota koperasi tersebut selama yang bersangkutan masih tercatat sebagai anggota koperasi.

2. Simpanan wajib adalah sejumlah uang yang disetorkan kepada koperasi dan

harus dilkakukan oleh semua anggota koperasi. Mengenai besar kecil dari simpanan wajib ini dapat disesuaikan dengan tujuan usaha koperasi dan kebutuhan dan yang hendak dikumpulkan. Oleh karena itu akumulasi simpanan wajib para anggota harus diarahkan untuk mencapai suatu nilai tertentu agar dapat menunjang kebutuhan dana yang akan digunakan untuk menjalankan usaha koperasi.

3. Simpanan sukarela adalah iuran yang dibayar oleh anggota koperasi secara

sukarela atau tidak ada paksaan dimana besarnya iuran sesuai dengan kemampuan masing-masing anggota. Simpanan ini bisa diambil sewaktu-waktu sesuai dengan jumlah simpanan anggota yang bersangkutan.

Pinjaman Koperasi

Pinjaman merupakan piutang koperasi kepada anggotanya yang harus dicicil dalam tenggang waktu tertentu (Hendrojogi, 1998). Pemberian kredit pinjaman merupakan suatu usaha yang beresiko, oleh karena itu koperasi harus menyeleksi setiap usulan pinjaman secara selektif dan memberikan batas maksimal peminjaman. Adapun yang perlu diperhatikan bagi anggota yang akan mengajukan pinjaman adalah sebagai berikut:

1. Jumlah maksimal peminjaman oleh anggota yang ditentukan oleh pihak

2. Jangka waktu peminjaman yang diberikan kepada anggota ditentukan oleh pihak koperasi. Biasanya batas jumlah pinjaman berpengaruh pada jangka waktu yang diberikan.

3. Besar dan sistem bunga pinjaman. Masing-masing koperasi memiliki kebijakan

tersendiri dalam menentukan besar dan sistem bunga yang diterapkan dalam peminjaman.

Rekayasa Perangkat Lunak

Pengertian Rekayasa Perangkat Lunak

Perangkat lunak adalah program komputer, prosedur, aturan, dan dokumentasi yang berkaitan serta data yang bertalian dengan operasi suatu sistem komputer (Jogiyanto, 2003). Untuk mendapatkan perangkat lunak tersebut dibutuhkannya suatu proses rancang bangun yang disebut dengan rekayasa perangkat lunak (software engineer).

Rekayasa perangkat lunak (RPL) adalah pembentukan dan penggunaan prinsip rekayasa (engineering) untuk mendapatkan perangkat lunak secara ekonomis namun handal dan dapat bekerja secara efisien pada computer

(Herlambang dkk, 2005). Proses RPL dimulai jauh sebelum “coding” dilakukan dan

berlanjut terus setelah versi awal dari program selesai dikerjakan.

Metodologi Pengembangan Perangkat Lunak

Pengembangan perangkat lunak dapat diartikan sebagai proses membuat suatu perangkat lunak baru untuk menggantikan perangkat lunak lama secara keseluruhan atau memperbaiki perangkat lunak yang telah ada. Agar lebih cepat

dan tepat dalam mendeskripsikan solusi dan mengembangkan perangkat lunak, juga hasilnya mudah dikembangkan dan dipelihara, maka pengembangan perangkat lunak memerlukan suatu metodologi khusus. Metodologi pengembangan perangkat lunak adalah suatu proses pengorganisasian kumpulan metode dan konvensi notasi yang telah didefinisikan untuk mengembangkan perangkat lunak. Secara prinsip bertujuan untuk membantu menghasilkan perangkat lunak yang berkualitas.

Penggunaan suatu metodologi sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan dan memenuhi kebutuhan pengguna akan menghasilkan suatu produk perekayasaan yang berkualitas dan terpelihara serta dapat menghindari masalah-masalah yang sering terjadi seperti estimasi penjadwalan dan biaya, perangkat lunak yang tidak sesuai dengan keinginan pengguna dan sebagainya. Metodologi pengembangan perangkat lunak (atau disebut juga model proses atau paradigma rekayasa perangkat lunak) adalah suatu strategi pengembangan yang memadukan proses, metode, dan perangkat (tools).

Menurut Pressman (1997) Komponen metodologi pengembangan perangkat lunak dapat dibagi dalam tiga unit, yaitu :

1. Prosedur, yang dipergunakan untuk mendefinisikan urut-urutan pekerjaan

(daur) dari metode dan alat bantu tersebut.

2. Alat bantu (Tools), yaitu alat-alat (manual atau otomatis) yang mendukung

pengembangan perangkat lunak. Terdapat 2 alat Bantu yang dapat digunakan yaitu : alat Bantu manual dan alat Bantu otomatis.

3. Metode, yaitu suatu cara atau teknik pendekatan yang sistematik yang

dipergunakan untuk mengembangkan perangkat lunak. Metode ini mencakup : Perencanaan proyek dan perkiraan, analisis keperluan sistem dan perangkat

lunak, perancangan struktur data, arsitektur program, prosedur algoritma, Coding, uji coba dan pemeliharaan.

Siklus Hidup Perangkat Lunak

Menurut Rizky (2011) siklus hidupm perangkat lunak atau yang biasa disebut dengan software life developmet (SDLC) merupakan urutan hidup sebuah perangkat lunak berdasarkan perkembangan perangkat lunak yang ditentukan oleh pengembang perangkat lunak itu sendiri. Siklus hidup yang paling terkenal adalah model waterfall.

Menurut Jalote (2008) Waterfall sendiri memiliki definisi bahwa proses hidup perangkat lunak memiliki sebuah proses yang linear dan sekuensial.meski demikian dalam perkembangannya tahapan yang telah ada dapat dimodifikasi dari bentuk aslinya dengan adaptasi pada kebutuhan sistem yang ada.

Menurut Sommerville (2001) waterfall model memiliki enam tahapan, yaitu:

1. Definisi kebutuhan (Requirement Definition)

2. Desain sistem dan perangkat lunak (Software Design System)

3. Implementasi dan testing unit (Implementation and Unit Testing)

4. Implementasi dan testing sistem (Implementation and System Testing)

5. Uji coba (Testing)

6. Operasional dan pemeliharaan (Operation and Maintenance)

Pada awalnya aplikasi web dibangun dengan hanya menggunakan bahasa yang disebut HyperText Markup Langauge (HTML). Pada perkembangan berikutnya, sejumlah skrip dan objek dikembangkan untuk memperluas kemampuan HTML seperti PHP dan ASP pada skrip dan Apllet pada objek. Aplikasi Web dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu aplikasi web statis dan dinamis.

Pengertian aplikasi berbasis web adalah “Aplikasi sisi server (server side) yang

menggunakan standar HTTP dan menggunakan browser untuk menggunakan

aplikasi. Termasuk didalamnya teknologi PHP, ASP dan lainnya” (Jogiyanto,

2003).

Arsitektur aplikasi web meliputi klien, web server, middleware dan basis data. Klien berinteraksi dengan web server. Secara internal, web server berkomunikasi dengan middleware dan middleware yang berkomunikasi dengan basis data. Contoh middleware adalah PHP dan ASP. Pada mekanisme aplikasi web dinamis, terjadi tambahan proses yaitu server menerjemahkan kode PHP menjadi kode HTML. Kode PHP yang diterjemahkan oleh mesin PHP yang akan diterima oleh klien (Herlambang, 2005).

Sistem Terintegrasi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (Depdikbud, 1996), sistem merupakan suatu kumpulan elemen yang saling berinteraksi satu sama lain sehingga membentuk suatu kesatuan, bersama-sama bekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini terdiri dari input, proses, dan output. Sedangkan integrasi sendiri memiliki arti penggabungan, pembauran hingga menjadi suatu kesatuan

yang bulat. Jadi sistem terintegrasi adalah suatu penggabungan beberapa sistem atau subsistem sehingga didapatkan output yang sesuai dengan kebutuhan.

Tanggung Renteng

Tanggung renteng memiliki arti tanggung jawab bersama diantara anggota dalam satu kelompok atas segala kewajiban terhadap koperasi dengan dasar keterbukaan dan saling mempercayai (Supriyanto, 2011). Oleh karena itu setiap keputusan yang dilakukan kelompok dilakukan secara musyawarah.

Peraturan Pada Kopwan SBW Jatim

Kopwan SBW Jatim menerapkan beberapa peraturan dalam pengelolaan sistem simpan pinjam. Aturan-aturan tersebut meliputi aturan yang terkait masalah registrasi anggota, unregistrasi anggota, simpanan, pinjaman, serta angsuran.

Peraturan Registrasi Anggota

Untuk dapat menjadi anggota koperasi tanggung renteng, seorang calon anggota harus tergabung dalam sebuah kelompok yang sudah terbentuk (Supriyanto, 2011). Registrasi anggota dilakukan oleh ketua kelompok setelah mendapat persetujuan anggota sedikitnya 2/3 anggota kelompok yang lain.

Peraturan Unregistrasi Anggota

Unregistrasi dilakukan dengan mengajukan permohonan pengunduran diri yang disertai dengan persetujuan anggota kelompok. Setiap anggota yang keluar harus menyelesaikan kewajibannya terlebih dahulu. Saat anggota keluar dilakukan

penyelesaian administrasi berupa perhitungan sisa pinjaman dan total simpanan anggota yang bersangkutan (Supriyanto, 2011).

Peraturan Pembentukan Kelompok

Menurut Supriyanto (2011) pembentukan kelompok baru merupakan inisiatif bersama dari calon anggota untuk menggabungkan diri membentuk kelompok. Koperasi dalam hal ini hanya mengesahkan. Dalam pembentukan kelompok, akan dilakukan survey sebelumnya. Kelompok dapat terbentuk baru atau terbentuk dari pecahan kelompok yang anggotanya sudah melebihi 50 orang. Jumlah minimum untuk dibentuknya kelompok baru adalah 15 orang. Setiap kelompok memiliki jadwal pertemuan rutin setiap bulan dan memiliki satu ketua kelompok yang bertugas sebagai perantara dan penanggung jawab dalam setiap transaksi yang terkait dengan koperasi.

Peraturan Dalam Transaksi Simpanan

Saat ini jenis simpanan yang ada pada Kopwan SBW Jatim ada lima macam, yaitu simpanan pokok (SP), simpanan wajib (SW), simpanan sukarela (SS), simpanan kelompok (SKel), dan simpanan wajib insidentil (SWi) (Supriyanto, 2011).

Adapun ketentuan dari simpanan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Simpanan Pokok (SP)

Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada Koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih

menjadi anggota (Indonesia, 1992). SP ditentukan oleh koperasi dengan nominal Rp 500.000,- dan dapat dicicil sebanyak minimum 2 kali dan maksimum lima kali.

b. Simpanan Wajib (SW)

Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada Koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota (Indonesia, 1992). Besar simpanan wajib saat ini adalah Rp 10.000,-. Jumlah SW ini mempengaruhi batas maksimum peminjaman dari anggota (Supriyanto, 2011).

c. Simpanan Sukarela (SS)

Simpanan sukarela merupakan simpanan yang tidak harus dibayarkan tiap bulannya. Simpanan ini bersifat sukarela dan seperti tabungan (Supriyanto, 2011). SS akan mendapat bunga tiap bulan. Besarnya suku bunga dapat berubah sesuai dengan kebijakan koperasi.

d. Simpanan Kelompok (SKel)

Simpanan kelompok merupakan simpanan yang dilakukan atas nama kelompok. Simpanan ini dapat diambil sewaktu-waktu jika dibutuhkan oleh kelompok. Simpanan ini bersifat sukarela namun melekat pada kelompok, bukan pada anggota secara perorangan. Simpanan ini digunakan pada saat terjadi tanggung renteng (Supriyanto, 2011).

Simpanan wajib insidentil merupakan simpanan wajib yang digunakan untuk meningkatkan batas pinjaman dari anggota. Simpanan ini dibayarkan setiap bulannya seperti simpanan wajib perorangan, bersifat wajib, dengan nominal tiap bulan yang ditentukan kelompok. Besar SWi saat ini berkisar antara Rp 10.000,- sampai dengan Rp 300.000,-. Besar SWi ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok. Jumlah SWi ini mempengaruhi batas maksimum peminjaman kelompok (Supriyanto, 2011).

Peraturan Dalam Transaksi Pinjaman

Saat ini jenis transaksi pinjaman pada Kopwan SBW Jatim ada empat jenis, yaitu pinjaman SP1, pinjaman SP2, pinjaman SP3, dan pinjaman Hari Raya. Perlu diketahui bahwa untuk dapat melakukan pinjaman dengan jenis yang sama, maka pinjaman sebelumnya harus paling tidak sudah dibayarkan 50%. Setiap peminjaman akan dikenakan suku bunga. Perhitungan bunga yang dibayarkan tiap bulannya adalah berdasarkan sisa pinjaman yang belum dibayarkan. Berikut ini adalah penjelasan untuk masing-masing jenis pinjaman yang berlaku di Kopwan SBW Jatim.

a. Pinjaman SP1

Pinjaman SP1 merupakan pinjaman tingkat pertama yang dapat dipinjam oleh anggota baru. Syarat pinjaman ini adalah anggota baru harus telah melunasi simpanan pokok. Total maksimum pinjaman pertama sebesar Rp 1.000.000,- dengan cicilan maksimum 10 kali. Untuk pinjaman selanjutnya, SP1 memiliki batas maksimum peminjaman Rp 12.000.000,- dengan cicilan maksimum 24 kali (Supriyanto, 2011).

b. Pinjaman SP2

Pinjaman SP2 merupakan pinjaman tingkat lanjut yang dapat dipinjam setelah melakukan peminjaman SP1. Total maksimum pinjaman pertama sebesar Rp 2.000.000,- dengan cicilan maksimum 15 kali. Syarat pada saat peminjaman SP2 pertama kali adalah SP1 sedikitnya telah lunas 50%. Untuk pinjaman selanjutnya, SP2 memiliki batas maksimum peminjaman Rp 5.000.000,- dengan cicilam maksimum 20 kali (Supriyanto, 2011).

c. Pinjaman SP3

Pinjaman SP3 merupakan pinjaman tingkat lanjut yang dapat dipinjam setelah melakukan peminjaman SP2 minimum 3 kali peminjaman. Anggota yang ingin melakukan peminjaman SP3 harus memiliki masa keanggotaan minimum satu tahun. Total maksimum peminjaman adalah 4 kali SW masing-masing anggota dengan maksimum cicilan 20 kali (Supriyanto, 2011).

d. Pinjaman Hari Raya

Pinjaman hari raya ini diadakan sekitar sebulan sebelum Idul Fitri dan Natal. Pinjaman ini memiliki batas maksimum peminjaman sebesar Rp 2.500.000,- dengan maksimum jumlah cicilan 15 kali.

Peraturan Dana Lain-Lain

Selain ada simpanan, anggota juga dikenakan biaya lain-lain yang meliputi dana kebersamaan anggota (DKA) dan iuran kebakaran.

Dana kebersamaan anggota atau yang sering disebut dengan DKA ini merupakan iuran seluruh anggota koperasi yang ditarik hanya pada saat ada anggota atau keluarga anggota yang meninggal (Supriyanto, 2011). Iuran ini digunakan sebagai dana santunan anggota. Besarnya DKA ini ditentukan sama rata untuk seluruh anggota koperasi.

b. Iuran Gedung

Iuran gedung dibayarkan sekali saja saat anggota mendaftar. Iuran ini digunakan sebagai pembangunan koperasi. Iuran ini tidak dapat ditarik kembali.

c. Iuran Kebakaran

Iuran kebakaran diadakan secara sukarela jika ada anggota koperasi yang rumahnya terjadi kebakaran. Iuran ini dilakukan secara spontanitas.

19

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Sistem

Proses analisis dilakukan sebelum melakukan tahap desain sistem. Tahap ini merupakan tahap paling krisis dan penting karena kesalahan pada tahap ini menyebabkan kesalahan pada tahap selanjutnya.

Menurut Jogiyanto (2005), analisis sistem merupakan penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud

untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan,

kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi, dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.

Sebelum melakukan analisis sistem dilakukan observasi penelitian di Kopwan SBW Jatim dengan jumlah anggota sekitar 11.000 orang dan terdiri dari 386 kelompok. Alasan mengapa penulis memilih Kopwan SBW Jatim karena koperasi ini sudah mempunyai dasar hukum dan sudah mempunyai ijin usaha dari pemerintah serta memiliki anggota yang cukup banyak.

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi dan wawancara kepala sie (kasie) simpan pinjam, bagian admin, ketua kelompok, serta bagian pengembangan sistem. Sedangkan untuk data sekunder dilakukan dengan cara mempelajari buku, artikel, undang-undang dan jurnal yang berhubungan dengan koperasi simpan pinjam. Penelitian ini dilakukan untuk mengintegrasikan sistem simpan pinjam antar kantor cabang Kopwan SBW Jatim.

Berdasarkan observasi yang dilakukan, diperoleh informasi-informasi tentang kondisi perusahaan sebagai berikut:

1. Kopwan SBW Jatim menganut sistem tanggung renteng yang artinya tanggung

jawab atas segala kewajiban terhadap koperasi merupakan tanggung jawab bersama diantara anggota dalam satu kelompok dengan dasar keterbukaan dan saling mempercayai.

2. Keanggotaan di koperasi tersebut dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil

yang masing-masing kelompok memiliki satu orang penanggung jawab (PJ) atau ketua kelompok (KK).

3. Setiap bulan PJ akan menerima laporan simpanan dan kewajiban yang harus

dibayarkan masing-masing anggota dari kelompok yang bersangkutan.

4. Setiap bulan masing-masing kelompok mengadakan pertemuan rutin yang

sudah terjadwal.

5. Kewajiban setiap anggota kelompok dibayarkan ke koperasi melalui PJ

kelompok pada saat H+1 pertemuan rutin.

6. Simpanan anggota terdiri dari lima jenis simpanan, yaitu simpanan pokok (SP),

simpanan wajib (SW), simpanan sukarela (SS), simpanan kelompok (SKel), dan simpanan wajib insidentil (SWi).

7. Simpanan pokok merupakan simpanan yang hanya sekali dan wajib dibayarkan

pada saat mendaftar menjadi anggota. Simpanan ini dapat dicicil sebanyak 2-5 kali. Simpanan ini hanya dapat diambil kembali pada saat anggota mengundurkan diri dari keanggotaan koperasi.

8. Simpanan wajib merupakan simpanan yang wajib dibayarkan tiap bulan dengan jumlah yang sudah ditentukan koperasi. Simpanan ini hanya dapat diambil kembali pada saat anggota mengundurkan diri dari keanggotaan koperasi.

9. Simpanan sukarela merupakan simpanan yang dengan sukarela dibayarkan oleh

anggota dengan besar yang tidak ditentukan. Simpanan ini mendapatkan bunga flat pertahun dan hanya dapat diambil setelah tutup tahun.

10.Setiap peminjaman dan pendaftaran anggota baru harus mendapatkan

persetujuan minimal 2/3 dari jumlah anggota kelompok terkait.

11.Terdapat beberapa jenis pinjaman yang ada pada Kopwan SBW Jatim, yaitu

pinjaman SP, pinjaman SP1, pinjaman SP2, dan pinjaman hari raya.

12.Jika seorang anggota ingin melakukan pinjaman sedangkan masih memiliki

tanggungan pinjaman, maka syarat yang harus dipenuhi adalah sisa pinjaman sebelumnya paling tidak telah lunas lima puluh persen.

3.1.1 Identifikasi Masalah

Kopwan SBW Jatim memiliki salah satu unit usaha yang bergerak dalam bidang simpan pinjam. Koperasi tersebut selama ini hanya memiliki satu kantor saja. Namun anggota koperasi mencapai 11.000 orang. Hal ini menimbulkan masalah antrian yang cukup panjang dalam hal pelayanan. Dalam satu hari antrian bisa mencapai kisaran 1500 orang. Hal ini menyebabkan ketidak efisiensian waktu. Antrian terjadi karena dalam satu proses transaksi terjadi validasi berangkap. Misalnya pada pembayaran simpanan, penyetoran simpanan diberikan pada penanggung jawab kartu (PJ Kartu) yang kemudian akan divalidasi oleh audit baru diproses oleh kasir untuk pelakukan cetak bukti transaksi. Begitu pula dalam proses

pengajuan pinjaman. Pengajuan akan diberikan kepada PJ Kartu dan memerlukan

approval dari kasie simpan pinjam. Setelah mendapat persetujuan baru dapat

dilakukan pengambilan pinjaman di kasir.

Selama ini proses approval maupun validasi masih secara manual sehingga tidak dapat dilakukan jika pejabat yang bersangkutan tidak ada di tempat. Selain masalah antrian dan approval, keanggotaan yang sudah mencapai Madura, Sidoarjo, Gresik, dan sekitarnya ini menyebabkan masalah bagi anggota yang rumahnya jauh dari kantor cabang. Untuk melakukan transaksi simpan pinjam, anggota harus datang ke kantor pusat yang jauh dari rumahnya. Hal ini menyebabkan ketidak efisienan waktu maupun tenaga.

Selain masalah-masalah di atas, koperasi pun memiliki keinginan untuk mengembangkan diri baik dari segi ruang lingkup konsumen maupun peningkatan pelayanan. Hal ini dibutuhkan untuk mempertahankan eksistensi koperasi dalam persaingan yang semakin ketat dalam era global ini.

3.1.2 Analisis Kebutuhan

Dari identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dibuatlah sebuah sistem baru yang dapat digunakan secara terintegrasi, baik di kantor pusat maupun kantor cabang. Aplikasi ini dibutuhkan untuk mendukung semua transaksi yang terjadi pada tiap kantor cabang agar data yang tersimpan secara terpusat merupakan data yang up to date dan memperkecil resiko terjadinya kesalahan pada pengolahan database. Aplikasi ini meliputi transaksi administrasi keanggotaan, simpanan, pinjaman, dan tanggung renteng.

3.2 Perancangan Sistem

Adapun perancangan sistem simpan pinjam pada Kopwan SBW Jatim dapat dilihat pada model pengembangan di bawah ini:

Sistem Simpan Pinjam Pada Kopwan SBW Jatim Cabang Pusat Server Kasie Kacab Ka.Usaha Ketua Kelompok Keanggotaan PJ Kartu Audit Kasir Ketua Kelompok Audit Kasir Keanggotaan PJ Kartu

Gambar 3.1 Model Pengembangan Aplikasi Simpan Pinjam Berbasis Web pada

Dokumen terkait