Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dari sistem terkait dengan tujuan dan permasalahan yang ada, serta saran untuk pengembangan sistem di masa mendatang.
LANDASAN TEORI
2.1 Wireless Sensor Network (WSN)
WSN adalah suatu infrastruktur jaringan wireless yang menggunakan sensor untuk memantau kondisi fisik atau kondisi lingkungan yang dapat terhubung ke jaringan. Masing–masing node dalam jaringan sensor nirkabel biasanya dilengkapi dengan radio tranciever atau alat komunikasi wireless lainnya, mikrokontroler, dan sumber energi, biasanya baterai.
Berdasarkan fakta di dunia, sekitar 98% prosesor bukan berada didalam sebuah komputer PC/laptop, namun terintegrasi dalam aplikasi militer, kesehatan, remote control, chip robotik, alat komunikasi dan mesin-mesin industri yang didalamnya telah dipasang sensor.
Perkembangan WSN dan kemajuan teknologi dapat direpresentasikan pada Gambar 2.1. Bahwa dengan berjalannya waktu, maka perkembangan teknologi semakin mengarah kepada konektivitas lingkungan fisik. Kebanyakan observasi yang dilakukan di lapangan melibatkan banyak faktor dan parameter – parameter untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan akurat. Jika peneliti hendak mengambil informasi langsung di lapangan, maka kendalanya adalah dibutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama untuk mendeteksi fenomena yang muncul sehingga menyebabkan performansi yang tidak efisien dan tidak praktis.
Dengan adanya teknologi WSN, memungkinkan peneliti untuk mendapat informasi yang maksimal tanpa harus berada di area sensor. Informasi dapat
diakses dari jarak jauh melalui gadget seperti laptop, remote control, server dan sebagainya.
Gambar 2.1 Arsitektur WSN.
Beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari teknologi WSN adalah simpel / praktis / ringkas karena tidak perlu ada instalasi kabel yang rumit dan dalam kondisi geografi tertentu sangat menguntungkan dibanding Wired Sensor. Sensor menjadi bersifat mobile, artinya pada suatu saat dimungkinkan untuk memindahkan sensor untuk mendapat pengukuran yang lebih tepat tanpa harus khawatir mengubah desain ruangan maupun susunan kabel ruangan.
2.1.1 Arsitektur WSN
Pada WSN, node sensor disebar dengan tujuan untuk menangkap adanya gejala atau fenomena yang hendak diteliti. Jumlah node yang disebar dapat ditentukan sesuai kebutuhan dan tergantung beberapa faktor misalnya luas area, kemampuan sensing node dan sebagainya. Tiap node memiliki kemampuan untuk mengumpulkan data dan meroutingkannya kembali ke Base Station. Node sensor
dapat mengumpulkan data dalam jumlah yang besar dari gejala yang timbul dari lingkungan sekitar.
Perkembangan node sensor mengikuti trend teknologi nano, dimana ukuran node sensor menjadi semakin kecil dari tahun ke tahun. Node sensor dapat direpresentasikan dalam Gambar 2.2 berikut:
Gambar 2.2 Perkembangan Dimensi Node Sensor Terhadap Waktu. Dan untuk arsitektur WSN secara umum dapat direpresentasikan dalam Gambar 2.3 sebagai berikut:
Gambar 2.3 Gambaran Arsitek Wireless Sensor Network.
Pada Gambar 2.3 dapat dilihat, node sensor yang berukuran kecil disebar dalam di suatu area sensor. Node sensor tersebut memiliki kemampuan untuk merutekan data yang dikumpulkan ke node lain yang berdekatan. Data dikirimkan melalui transmisi radio akan diteruskan menuju BS (Base Station) yang merupakan penghubung antara node sensor dan user. Informasi tersebut dapat
diakses melalui berbagai platform seperti koneksi internet atau satelit sehingga memungkinkan user untuk dapat mengakses secara realtime melalui remote server (Rolis, 2012).
2.2 Perangkat Keras 2.2.1 Arduino uno
Arduino uno adalah papan mikrokontroler berbasis ATmega328. Dalam bahasa Italy “Uno” berarti satu, maka peluncuran arduino ini diberi nama Uno.
Gambar 2.4 Arduino Uno R3 Sisi Depan (Atas) Dan Belakang(Bawah) Arduino ini berisi semua yang diperlukan untuk mendukung mikrokontroler, untuk mengaktifkan cukup menghubungkannya ke komputer dengan kabel USB dengan adaptor AC-DC atau baterai. Berikut adalah spesifikasi dari Arduino Uno:
a. Mikrokontroler : ATMEGA328 b. Tegangan Operasi : 5V
d. Tegangan Input (limit) : 6-20 V
e. Pin digital I/O : 14 (6 diantaranya pin PWM) f. Pin Analog input : 6
g. Arus DC per pin I/O : 40 mA h. Arus DC untuk pin 3.3 V : 150 mA
i. Flash Memory : 32 KB dengan 0.5KB digunakan untuk bootloader j. SRAM : 2 KB
k. EEPROM : 1 KB
l. Kecepatan Pewaktuan : 16 Mhz
m. Memiliki koneksi USB (menggunakan ATmega8U2 sebagai konverter USB to Serial)
n. Komunikasi : UART TTL, I2C, SPI dan USB (Virtual Com)
o. Pemograman menggunakan Arduino Software (berbasiskan bahasa C yang telah dilengkapi dengan library yang kompatibel dengan desain hardware Arduino)
p. Pengisian kode program dapat menggunakan koneksi USB
Dilengkapi dengan pengaman arus berlebih di port USB yang berfungsi melindungi PC/komputer dari kerusakan(Arduin, 2011).
2.2.2 Xbee
Xbee merupakan perangkat yang menunjang komunikasi data tanpa kabel (wireless). Ada 2 jenis xbee yaitu :
Xbee series 1 hanya dapat digunakan untuk komunikasi point to point dan topologi star dengan jangkauan 30 meter indoor dan 100 meter outdoor. b. Xbee ZB Series 2
Xbee series 2 dapat digunakan untuk komunikasi point to point, point to multipoint dan topologi star, dan topologi mesh dengan jangkauan 40 meter indoor dan 100 meter outdoor.
Xbee series 1 maupun series 2 tersedia dalam 2 bentuk berdasarkan kekuatan transmisinya yaitu xbee reguler dan xbee-pro. Xbee reguler biasa disebut dengan xbee saja (Robosoccer, 2012). Xbee-PRO mempunyai kekuatan transmisi lebih kuat, ukuran perangkatnya lebih besar, dan harganya lebih mahal. Xbee-PRO mempunyai jangkauan indoor mencapai 60 meter dan outdoor mencapai 1500 meter. Xbee ini dapat digunakan sebagai pengganti serial /usb atau dapat memasukkannya ke dalam command mode dan mengkonfigurasinya untuk berbagai macam jaringan broadcast dan mesh. Shield membagi setiap pin Xbee. Xbee juga menyediakan header pin female untuk penggunaan pin digital 2 sampai 7 dan input analog, yang discover oleh shield (pin digital 8 sampai 13 tidak tercover oleh shield, sehingga dapat menggunakan header pada papan itu sendiri (Arduino, 2011).
Berikut parameter untuk mengkonfigurasi modul Xbee S2 dengan mode AT.
Tabel 2.1 Parameter Xbee
Perintah Keterangan Nilai valid Nilai Default ID Id jaringan modul Xbee 0-0Xffff 3332
CH Saluran dari modul
Xbee. 0x0B-0x1A 0x0C
Sh dan SL
Nomor seri modul Xbee(SH memberikan 32bit tinggi, SL32 bit rendah). Read-only. 0-0xFFFFFFFF berbeda untuk setiap modul MY Alamat16-bit dari modul. 0-0xFFFF 0 Dh dan DL
Alamat tujuan untuk komunikasi
nirkabel(DH adalah 32bit tinggi, DL32 low).
0-0xFFFFFFFF 0(untuk kedua DH dan DL) (untuk kedua DH dan DL) BD
baud rate yang digunakan untuk komunikasi serial dengan papan Arduino atau komputer. 0 (1200 bps) 3 (9600 baud) 1 (2400 bps) 2 (4800 bps) 3 (9600 bps) 4 (19200 bps) 5 (38400 bps) 6 (57600 bps) 7 (115200 bps)
Catatan: meskipun nilai-nilai yang valid dan standar dalam Tabel di atas ditulis dengan awalan "0x" (untuk menunjukkan bahwa mereka adalah nomor heksadesimal), modul tidak akan mencakup "0x" ketika melaporkan nilai parameter, dan anda harus menghilangkan ketika menetapkan nilai-nilai (Arduino, 2011).
2.2.3 Soilmoisturesensor (SEN0114)
Soil Moisture Sensor adalah sensor yang dapat mendeteksi kelembaban tanah disekitarnya. Sensor ini terdiri dari dua probe untuk melewatkan arus listrik
dalam tanah, kemudian membaca resistansinya untuk mendapatkan nilai tingkat kelembaban. Semakin banyak air membuat tanah lebih mudah menghantarkan listrik (resistansi kecil), sedangkan tanah yang kering sangat sulit menghantarkan listrik (resistansi besar).
Gambar 2.6 Soil Moisture Sensor.
Sensor ini sangat membantu mengingatkan tingkat kelembaban pada tanaman atau untuk memantau kelembaban tanah untuk pertanian. IO Expansion Shield adalah shield untuk menghubungkan sensor dengan Arduino (DFrobot, 2012). Pada sensor kelembaban mempunyai 3 macam output kondisi untuk dapat mencari nilai dalam satuan %R H, yaitu kering= 0~358, lembab= 359~460 dan basah= 461~495 yang seperti ditunjukkan pada spesifikasi berikut:
a. Power supply: 3.3v or 5v b. Output voltage signal: 0~4.2v c. Current: 35mA
d. Pin definition:
1-Analog output(Blue wire). 2-GND(Blackwire). 3-Power(Redwire).
e. Size: 60x20x5mm. f. Value range:
1. 0~358 : dry soil 2. 359~460 : humid soil 3. 461~495 : in water
2.2.4 DHT11 Temperatureandhumidity sensor (DFR0067)
DHT11 adalah sensor Suhu dan Kelembaban, dia memiliki output sinyal digital yang dikalibrasi dengan sensor suhu dan kelembaban yang kompleks. Teknologi ini memastikan keandalan tinggi dan sangat baik stabilitasnya dalam jangka panjang. Mikrokontroler terhubung pada kinerja tinggi sebesar 8 bit. Sensor ini termasuk elemen resistif dan perangkat pengukur suhu NTC. Memiliki kualitas yang sangat baik, respon cepat, kemampuan anti-gangguan dan keuntungan biaya tinggi kinerja.
Setiap sensor DHT11 memiliki fitur kalibrasi sangat akurat dari kelembaban ruang kalibrasi. Koefisien kalibrasi yang disimpan dalam memori program OTP, sensor internal mendeteksi sinyal dalam proses, kita harus menyebutnya koefisien kalibrasi. Sistem antarmuka tunggal-kabel serial terintegrasi untuk menjadi cepat dan mudah. Kecil ukuran, daya rendah, sinyal transmisi jarak hingga 20 meter, sehingga berbagai aplikasi dan bahkan aplikasi yang paling menuntut.
Sensor ini memiliki 4 pin baris paket tunggal (DFrobot, 2010). Sensor ini memiliki spesifikasi sebagai berikut:
a. Power supply: 5 V.
b. Rentang temperatur :0-50 ° C kesalahan ± 2 ° C. c. Kelembaban :20-90% RH
d. Toleransi ± 5% RH error. e. Interface: Digital.
2.2.5 Soil moisturemeter
merupakan suatu alat /instrument atau peralatan yang digunakan untuk mengukur jumlah kandungan air dalam satuan %RH yang terdapat pada suatu tanah. Pada tugas akhir ini soil moisture meter digunakan sebagai pembanding dan kalibrasi dengan sensor kelembaban (soil moisture), agar hasil pengukuran sensor terhadap alat ukur atau kondisi sebenarnya mendapatkan hasil yang akurat.
Gambar 2.8 Soil Moisture Meter 2.2.6 Thermometer
Merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur suhu (derajat panas atau dingin) suatu benda. Pada tugas akhir ini thermometer sebagai pembanding dan kalibrasi dengan sensor DHT11 (suhu).
Gambar 2.9 Thermometer 2.3 Perangkat Lunak
2.3.1 Zigbee
ZigBee adalah spesifikasi untuk jaringan protokol komunikasi tingkat tinggi, menggunakan radio digital berukuran kecil dengan daya rendah, dan berbasis pada standar IEEE 802.15.4-2003 untuk jaringan personal nirkabel tingkat rendah, seperti saklar lampu nirkabel dengan lampu, alat pengukur listrik dengan inovasi In-Home Display (IHD), serta perangkat-perangkat elektronik konsumen lainnya yang menggunakan jaringan radio jarak dekat dengan daya transfer data tingkat rendah.
Teknologi yang memenuhi spesifikasi dari ZigBee adalah perangkat dengan pengoperasian yang mudah, sederhana, membutuhkan daya sangat rendah serta biaya yang murah jika dibandingkan dengan WPANs lainnya, yakni Bluetooth. ZigBee fokus pada aplikasi Radio Frequency (RF) yang membutuhkan data tingkat rendah, baterai tahan lama, serta jaringan yang aman (Faludi, 2010).
2.3.2 X-CTU
X-CTU adalah sebuah aplikasi yang disediakan oleh DIGI, dimana program ini dirancang oleh Digi untuk berinteraksi dengan Xbee. Pada aplikasi ini user
bisa mengupdate firmware xbee dari coodinator menjadi Router/End Device(endpoint) ataupun sebaliknya (DIGI, 2008).
2.3.3 IDE arduino
IDE Arduino adalah sebuah editor yang digunakan untuk menulis program, mengcompile ke mikrokontroler keluarga AVR. Program ini memungkinkan penggunanya memprogram AVR dengan bahasa C/C++ yang relatif lebih familiar dibandingkan bahasa pemrograman lainnya. Dalam penggunaan, arduino hanya perlu mendefinisikan dua fungsi untuk membuat program runable, yaitu:
1. Setup() : fungsi dijalankan sekali pada awal program yang dapat menginisialisasi pengaturan.
2. Loop() : fungsi yang disebut berulang-ulang sampai mikrokontoler off. Arduino IDE menggunakan GNU tool chain dan AVR libc untuk mengcompile program-program, dan menggunakan avrdude untuk mengupload program.
2.4 Jarak Pagar (Jatropha curca L.)
Tanaman jarak pagar adalah anggota dari famili Euphorbiaceae. Tanaman ini memiliki berbagai macam nama sebutan antara lain barbados nut, black vomit nut, curcas bean, kukui haole, physic nut, purge nut, purgeerboontjie dan purging nut tree. Sesuai dengan namanya, tanaman ini memang dimanfaatkan masyarakat sebagai tanaman pagar serta sebagai obat tradisional, disamping sebagai bahan bakar dan minyak pelumas. Tanaman jarak pagar ini berasal dari Amerika tropis dan tumbuh menyebar hampir di seluruh dunia khususnya di wilayah tropis dan
subtropis. Beberapa jenis tanaman jarak yang tercatat di Indonesia diantaranya adalah jarak kaliki/kastor (Ricinus communis), jarak pagar (Jatropha curcas), jarak gurita (Jatropha multifida), dan jarak landi (Jatropha gossypifolia) tanaman jarak pagar mampu tumbuh pada tanah berpasir, bebatu, lempung atau tanah liat, sehingga jarak pagar dapat dikembangkan pada lahan kritis. Tetapi untuk menghasilkan minyak dengan hasil yang maksimal perlu pengairan atau pada ketersediaan air yang cukup (perlakuan pengairan saat ketersediaan air tanah 65%) tanaman tumbuh lebih tinggi dan kanopi lebih lebar, meningkatkan jumlah cabang dan buah, serta bobot biji sehingga pada akhirnya meningkatkan hasil jarak pagar dibanding perlakuan tanpa pengairan (Riajaya P. D. dan Kadarwati T. F., 2007).
Gambar 2.10 Tanaman Jarak Pagar.
Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1-7 m dan bercabang tidak teratur. Batangnya berkayu dan silindris, bila terluka mengeluarkan getah. Daun tanaman ini tersebar di sepanjang batang. Permukaan atas dan bawah daun berwarna hijau, tetapi permukaan bawah lebih pucat dari permukaan atas. Daun
berbentuk jantung atau bulat telur. Tulang daun menjari dengan 5-7 tulang utama. Tangkai daun panjang, sekitar 4-15 cm. Daun berupa daun tunggal, berlekuk, bersudut tiga atau lima. Panjang tangkai daun antara 4-15 cm. Bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai. Bunga jantan dan bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, yang muncul di ujung batang atau ketiak daun.
Kelopak bunga berjumlah lima yang berbentuk bulat telur. Buah berbentuk bulat telur dengan diameter 2-4 cm, berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika masak. Jarak pagar memiliki buah yang terdiri dari daging buah, cangkang biji dan inti biji. Buah jarak memiliki tiga ruang yang masing-masing ruang diisi tiga biji. Biji berbentuk bulat lonjong, warna coklat kehitaman dan mengandung banyak minyak. Tanaman ini banyak dijumpai pada daerah-daerah berbatu dan berlereng pada perbukitan atau sepanjang saluran air dan batas-batas kebun. Tanaman jarak pagar hidup di daerah tropis dan subtropis yang mempunyai curah hujan yang sesuai yaitu 200-1500 mm/tahun. Pohon jarak biasanya digunakan untuk pembatas ladang dan sebagai pagar, sedangkan buah dan daunnya dibuat pakan ternak. Secara tradisional, tanaman jarak juga digunakan sebagai obat diare, penurun panas dan gatal (Alim, 2012).
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan pada pembuatan perangkat keras dan perangkat lunak yaitu dengan studi kepustakaan. Dengan cara ini penulis berusaha untuk mendapatkan dan mengumpulkan data-data, informasi, konsep-konsep yang bersifat teoritis dari buku, bahan-bahan kuliah dan internet yang berkaitan dengan permasalahan.
Dari data-data yang diperoleh maka dilakukan perencanaan rangkaian perangkat keras. Dalam perangkat keras ini, penulis akan melakukan pengujian perangkat keras dengan program-program yang telah dibuat. Pembuatan perangkat lunak adalah tahapan selanjutnya. Terakhir adalah perakitan perangkat keras dengan kerja perangkat lunak yang telah selesai dibuat.
Gambar 3.1 Blok Diagram Sebuah Sistem WSN untuk Monitoring Suhu dan Kelembaban Tanah pada Lahan Tanaman Jarak.
Pada bab ini dibahas mengenai masalah yang timbul dalam perencanaan dan pembuatan perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Dari
kedua bagian tersebut akan dipadukan / diintegrasikan agar dapat bekerja sama menjalankan sistem dengan baik.
Dalam perancangan sistem wireless sensor network untuk monitoring suhu dan kelembaban tanah pada lahan tanaman jarak, digunakan blok diagram seperti dalam Gambar 3.1.
Pada tugas akhir ini hanya dibahas sampai dengan coodinator (bagian kiri) pada Gambar 3.1 yaitu:
1 Endpoint1 yang terdiri dari sensor suhu1 dan sensor kelembaban1 yang terhubung dengan kabel serta arduino dan xbee yang terhubung dengan shield xbee.
2 Endpoint2 yang terdiri dari sensor suhu2 dan sensor kelembaban2 yang terhubung dengan kabel serta arduino dan xbee yang terhubung dengan shield xbee.
3 Coodinator yang terdiri dari arduino dan xbee yang terhubung dengan shield xbee.
3.1 Perancangan Perangkat Keras
3.1.1 Koneksi sensor pada arduino sebagai endpoint
Pada perancangan ini membahas tentang koneksi sensor dengan arduino yang menggunakan kabel sebagai media penghubungnya, dan untuk program pada arduino dapat dilihat pada lampiran. Sensor yang digunakan adalah sensor DHT11 sebagai sensor suhu dan soil moisture adalah sebagai sensor kelembaban tanah, sebelum sensor dihubungkan dengan arduino harus menentukan pin dengan benar pada arduino. Supaya dalam pengiriman data dari sensor ke arduino sukses, Pin
input /output pada arduino ada dua tipe yaitu, digital dan analog. Dengan melihat data sheet masing-masing sensor, sensor DHT11 memiliki output digital sedangkan sensor moisture analog.
Pada Gambar 3.2 ditunjukkan dua buah sensor yang terhubung dengan arduino yaitu sensor DHT11 dan sensor moisture, dengan ketentuan:
1. Pin out vcc pada sensor DHT11 dengan pin out 5v pada arduino. 2. Pin out data pada sensor DHT11 dengan pin in digital 2 pada arduino. 3. Pin out gnd pada sensor DHT11 dengan pin in gnd pada arduino. 4. Pin out vcc pada sensor moisture dengan pin out 3.3v pada arduino. 5. Pin out data pada sensor moisture dengan pin in analog 3 pada arduino. 6. Pin out gnd pada sensor moisture dengan pin in gnd pada arduino.
Gambar 3.2 Sensor yang Terhubung dengan Arduino. 3.2 Perancangan Perangkat Lunak
Selain perancangan hardware yang diperlukan pada perancangan sistem wirelesssensornetwork untuk monitoring suhu dan kelembaban tanah pada lahan tanaman jarak meliputi algoritma dan program pada IDE arduino beserta flowchart yang menjelaskan alur proses program tersebut.
3.2.1 Program xbee sebagai endpoint dan coodinator
Sebelum menetukan program masing-masing xbee harus menetukan toplogy jaringannya, sehingga lebih mudah untuk proses konfigurasi xbee pada peranan masing-masing dalam protokol komunikasi atau pengalamatan yang ditujukan. Untuk pilihan topology menggunakan topology tree, karena dibutuhkan untuk komunikasi point to point dan point to multipoint.
Gambar 3.3 Diagram WSN.
Pada Gambar 3.3 ditunjukan sebuah simbol panah dua arah, maksudnya nodeendpoint1 maupun nodeendpoint2 dapat menerima dan mengirim data tetapi hanya komunikasi point to point. Sedangkan pada node coodinator dapat menerima sekaligus mengirim data dan berkomunikasi point to multipoint pada node yang terhubung langsung yang disebut dengan broadcast. Untuk komunikasi antara node coodinator dengan node router user, node coodinator dapat mengirim data dan tidak dapat menerima data dari node endpoint user. Begitu juga untuk noderouter user tidak dapat mengirim data pada nodecoodinator dan hanya dapat menerima data dari nodecoodinator saja. Dan untuk konfigurasi xbee dapat dilihat pada lampiran.
3.2.2 Program arduino sebagai endpoint 1 dan endpoint 2
Pada program arduino sebagai endpoint1 maupun endpoint2, maka dapat dilihat flowchart pada Gambar 3.4 dan 3.5:
1. Flowchartendpoint1, pada label inisialisasi berisikan:
unsigned long soil, data_out, suhu, data_in, cek=11, error;
2. Flowchartendpoint2 pada label inisialisasi berisikan:
unsigned long soil, data_out, suhu, data_in, cek=22, error;
Gambar 3.5 FlowchartEndpoint2. Pada Gambar 3.4 dan 3.5 terdiri tiga bagian utama yaitu:
a. Inisialisasi.
Pada dasarnya alur dari endpoint1 dengan endpoint2 sama hanya terdapat perbedaan kode id endpoint masing-masing dan logika program penerimaan masing-masing. Maka dalam pemrograman endpoint1 ini diberi kode id 11 sedangkan endpoint2 adalah 22. Pada pemrograman ini diasumsikan pada endpoint1 yaitu dimulai dari pembacaan sensor DHT11 dan sensor moisture, lalu data dari setiap sensor disimpan didalam variable masing-masing yaitu variabel suhu untuk output data dari sensor DHT11 dan variabel soil untuk output data dari sensor moisture. Selanjutnya dilakukan pengecekan status dari sensor DHT11 apakah sensor tidak ada error misalnya ada kabel yang tidak terhubung dengan baik. Apabila sensor tersebut terdapat error maka sensor akan memberikan informasi bahwa error=1, sedangkan jika tidak terdapat error maka error=0. Pada program ditulis sepert ini:
int chk = DHT11.read(2); switch (chk)
{
case 0: error=0; break; case -1: error=1; break; case -2: error=1; break; default: error=1; break; }
Kemudian pembacaan sensor dari sensor moisture dan hasil output sensor disimpan ke dalam variabel soil, supaya nilai dari soil menjadi satuan %RH dan terkalibrasi dengan alat ukur yang ditetapkan. Pada sensor moisture ini memiliki rumus 3 macam kondisi, yaitu kering, lembab dan basah. Begitu juga pada alat ukur kelembaban tanah juga menunjukkan 3 macam tipe kondisi yang dapat diukur, pada alat ukur kondisi kering
menunjukkan nilai 0-30%RH, kemudian pada kondisi lembab menunjukkan nilai 31-79%RH dan pada kondisi basah menunjukkan 80-100%RH. Sedangkan pada sensor kondisi kering menunjukkan 0-358, lembab 359-460 dan basah 461-495. Dari data yang diperoleh. maka dapat menggunakan rumus perbagian untuk mencari nilai kelembaban 1%RH pada output dari sensor.
1%RH= (3.1)
Misalnya:
1. Kondisi kering
1%RH= 1%RH=11.93 (3.2)
Maka untuk dapat persentase kelembaban yang terukur oleh sensor pada kondisi kering adalah sebagai berikut:
Kelembaban(%RH)=
. (3.3)
2. Kondisi lembab
1%RH== 1%RH=2.10 (3.4)
Maka untuk dapat persentase kelembaban yang terukur oleh sensor pada kondisi lembab adalah sebagai berikut:
Kelembaban(%RH)=
. (3.5)
3. Kondisi basah
1%RH== 1%RH=1.7 (3.6)
Maka untuk dapat persentase kelembaban yang terukur oleh sensor pada kondisi basah adalah sebagai berikut:
Kelembaban(%RH)=
Secara keseluruhan karakteristik persentase kelembaban terhadap pengukuran sensor berdasarkan persamaan 3.3, 3.5 dan 3.7 ditunjukkan dengan grafik seperti pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Grafik Karakteristik Sensor Kelembaban
Untuk potongan source code pada endpoint1/endpoint2, mulai dari pembacaan nilai dari sensor sampai dengan perhitungan untuk kalibrasi dengan alat ukur kelembaban yang sudah ditentukan yaitu:
unsigned long soilm=(analogRead(3)); if(soilm>=0 && soilm<=358)
{
soil=soilm/11.93;}
else if(soilm>=359 && soilm<=460) { soil=(soilm-359)/2.10; soil=soil+31; } else if(soilm>=461) { soil=(soilm-461)/1.7; soil=soil+80; }
Karena sensor moisture adalah sensor analog maka kemungkinan data kurang stabil, kejadian muncul nilai 101 akan akan terjadi, maka apabila
terjadi demikian dibuat sebagai antipasipasi jika muncul nilai >100 maka