• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Rancang Bangun Wireless Sensor Network Untuk Monitoring Suhu dan Kelembaban Pada Lahan Tanaman Jarak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Rancang Bangun Wireless Sensor Network Untuk Monitoring Suhu dan Kelembaban Pada Lahan Tanaman Jarak."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

MONITORINGSUHU DAN KELEMBABAN PADA LAHAN TANAMAN JARAK

Oleh :

Nama : Kusbiono Wisnu Pambudi NIM : 09.41020.0002

Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Komputer

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

Selama ini Indonesia mengalami ketergantungan terhadap minyak bumi. Mengingat jumlah pasokan dan cadangan minyak bumi Indonesia semakin berkurang, sudah saatnya mengembangkan sumber energi alternatif terbaru berbahan baku minyak nabati yaitu biodiesel.

Salah satu sumber minyak nabati yang sangat prospektif untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel adalah tanaman jarak, tetapi jenis tanaman jarak yang menghasilkan kandungan minyak terbanyak adalah jarak pagar (Jatropha Curcas L.). Akan tetapi untuk mendapatkan kandungan minyak yang maksimal dari tanaman jarak, dibutuhkan suhu dan kelembaban tanah yang terkontrol secara terus menerus. Maka dibutuhkan alat untuk monitoring tanaman. Dalam Tugas Akhir ini digunakan teknologi Wireless Sensor Network (WSN).

WSN merupakan jaringan nirkabel yang terdiri dari beberapa alat sensor yang saling bekerja sama untuk memonitor fisik dan lingkungan. Sehingga perangkat pendukung sensor ini dapat mempermudah monitoring suhu dan kelembaban tanah di sekitar perkebunan jarak. Proses dimulai dari endpoint mengirimkan data kepada coordinator, dimana endpoint bertugas mengirimkan data output dari sensor dan coordinator bertugas sebagai pengontrol data.

(3)

Halaman

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Pembatasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan ... 3

1.5 Kontribusi ... 3

1.6 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

2.1 Wireless Sensor Network (WSN) ... 5

2.1.1 Arsitektur WSN ... 6

2.2 Perangkat Keras ... 8

2.2.1 Arduino uno ... 8

2.2.2 Xbee ... 9

2.2.3 Soil moisture sensor (SEN0114) ... 11

2.2.4 DHT11 temperature and humidity Sensor (DFR0067) ... 13

(4)

2.2.4 Thermometer ... 14

2.3 Perangkat Lunak ... 15

2.3.1 Zigbee ... 15

2.3.2 X-CTU ... 15

2.3.3 IDE Arduino ... 16

2.4 Jarak Pagar (Jatropha Curca L.) ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Perancangan Perangkat Keras ... 20

3.1.1 Koneksi arduino dengan komputer ... 20

3.2 Perancangan Perangkat Lunak ... 21

3.2.1 Program xbee sebagai endpoint dan coordinator ... 22

3.2.2 Program arduino sebagai endpoint 1 dan endpoint 2 ... 22

3.2.3 Program arduino sebagai coordinator ... 30

3.3 Perakitan ... 34

BAB IV PENGUJIAN SISTEM ... 35

4.1 Pengujian Output Sensor Suhu ... 35

4.1.1 Tujuan ... 35

4.1.2 Alat yang digunakan ... 35

4.1.3 Prosedur pengujian ... 36

4.1.4 Hasil pengujian ... 36

4.2 pengujian Output Sensor kelembaban ... 39

4.2.1 Tujuan ... 39

4.2.2 Alat yang digunakan ... 39

(5)

4.2.4 Hasil pengujian ... 40

4.3 Pengujian Protokol Komunikasi ... 43

4.3.1 Tujuan ... 43

4.3.2 Alat yang digunakan ... 43

4.3.3 Prosedur pengujian ... 43

4.3.4 Hasil Pengujian ... 44

4.4 Pengujian Jarak Jangkau Kemampuan Pengiriman Data Xbee S2 ... 49

4.4.1 Tujuan ... 49

4.4.2 Alat yang digunakan ... 49

4.4.3 Prosedur pengujian ... 49

4.4.4 Hasil pengujian ... 50

BAB V PENUTUP ... 51

5.1 Kesimpulan ... 51

5.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 54

(6)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Selama ini Indonesia mengalami ketergantungan terhadap minyak bumi. Mengingat jumlah pasokan dan cadangan minyak bumi Indonesia semakin berkurang dan disertai oleh kenaikan harga minyak bumi dunia yang meningkat tajam hingga mencapai US$ 111,07 per barel pada 2013 (Daniel, 2013), maka sudah saatnya mengembangkan sumber energi alternatif terbaru berbahan baku minyak nabati yaitu biodiesel. Biodiesel dapat digunakan, baik secara murni maupun dicampuri dengan petrodiesel tanpa terjadi perubahan pada mesin diesel kendaraan atau mesin lain yang menggunakannya. Biodiesel juga bersifat ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), serta mampu mengeliminasi emisi gas buang dan efek rumah kaca.

Salah satu sumber minyak nabati yang sangat prospektif untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel adalah tanaman jarak. Beberapa jenis tanaman jarak yang tercatat di Indonesia diantaranya adalah jarak kaliki/kastor (Ricinus communis), jarak pagar (Jatropha curcas), jarak gurita (Jatropha

(7)

cangkang) jarak pagar mengandung 20-40% minyak nabati, namun bagian inti biji (biji tanpa cangkang) dapat mengandung 45-60% minyak kasar. Untuk mendapatkan kandungan minyak yang begitu besar salah satunya yang harus diperhatikan adalah suhu dan kelembaban air disekelilingnya. Suhu yang sesuai untuk tanaman jarak 20º – 35ºC (hambali & suryani, 2006) dan sedangkan untuk kelembaban tanah yang paling bagus adalah 65% dengan rentang 55%-75% (Riajaya P. D. dan Kadarwati T. F., 2007).

Selama ini proses monitoring suhu dan kelembaban tanah dilakukan secara manual. Untuk memudahkan para petani dalam melakukan monitoring suhu dan kelembaban tanah disekitar perkebunan jarak yang begitu luasnya, maka diperlukannya suatu alat yang dapat menginformasikan keadaan tersebut secara terus menerus (real time) yaitu Wireless sensor network. Dengan begitu para petani tidak perlu berkeliling mengecek satu persatu lokasi lahan tanaman jarak.

Wireless Sensor Network (WSN) merupakan jaringan nirkabel yang terdiri dari beberapa alat sensor yang saling bekerja sama untuk memonitor fisik dan kondisi lingkungan seperti temperature, air, suara, getaran atau gempa, polusi udara dan lain-lain ditempat yang berbeda. Perkembangan wireless sensor pada awalnya digunakan oleh pihak militer sebagai aplikasi untuk keperluan pengawasan (Arduino, 2011).

1.2 Perumusan Masalah

(8)

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam merancang bangun WSN untuk monitoring tanaman jarak, terdapat beberapa pembatasan masalah, antara lain:

1. Setiap perangkat node sensor dibuat untuk mengukur suhu dan kelembaban tanah.

2. Pada Tugas Akhir ini dibatasi sampai dengan perancangan perangkat keras pada sisi endpoint dan coodinator beserta protokol komunikasinya.

1.4 Tujuan

Tujuan pembuatan tugas akhir ini adalah rancang dan bangun Wireless

Sensor Network (WSN) dengan perangkat pendukung sensor node untuk mempermudah monitoring suhu dan kelembaban tanah di sekitar perkebunan tanaman jarak.

1.5 Kontribusi

Selama ini alat monitoring lahan tanaman jarak berbasis WSN masih belum ada. Karena tanaman jarak membutuhkan suhu dan kelembaban tanah tertentu supaya menghasilkan kandungan minyak yang maksimal, dengan alat monitoring

ini akan mengurangi waktu monitoring dan lebih mudah dalam proses monitoring

suhu udara dan kelembaban tanah pada lahan tanaman jarak.

1.6 Sistematika Penulisan

(9)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penulisan laporan Tugas Akhir.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini membahas berbagai macam tentang teori yang mendukung Tugas Akhir ini, hal tesebut meliputi: Wireless sensor network

(WSN), Arduino Uno, Xbee, Soil Moisture Sensor, DHT11

Temperature and Humidity Sensor, Zigbee, X-CTU dan IDE Arduino. BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang blok diagram sistem, dimulai dari proses pembacaan sensor sampai dengan data yang akan dikirimkan dari

endpoint ke routeruser yang meliputi koneksi perangkat keras dengan perangkat lunak dan konfigurasi xbee untuk peranan masing-masing.

BAB IV : PENGUJIAN DAN EVALUASI

Bab ini berisi tentang hasil pengujian dan evaluasi dari sistem kerja yang telah dibuat yang meliputi pengujian dari setiap sensor, protokol komunikasi dan jarak jangkau kemampuan pengiriman data xbee S2.

BAB V : PENUTUP

(10)

LANDASAN TEORI

2.1 Wireless Sensor Network (WSN)

WSN adalah suatu infrastruktur jaringan wireless yang menggunakan sensor untuk memantau kondisi fisik atau kondisi lingkungan yang dapat terhubung ke jaringan. Masing–masing node dalam jaringan sensor nirkabel biasanya dilengkapi dengan radio tranciever atau alat komunikasi wireless lainnya, mikrokontroler, dan sumber energi, biasanya baterai.

Berdasarkan fakta di dunia, sekitar 98% prosesor bukan berada didalam sebuah komputer PC/laptop, namun terintegrasi dalam aplikasi militer, kesehatan, remote control, chip robotik, alat komunikasi dan mesin-mesin industri yang didalamnya telah dipasang sensor.

Perkembangan WSN dan kemajuan teknologi dapat direpresentasikan pada Gambar 2.1. Bahwa dengan berjalannya waktu, maka perkembangan teknologi semakin mengarah kepada konektivitas lingkungan fisik. Kebanyakan observasi yang dilakukan di lapangan melibatkan banyak faktor dan parameter – parameter untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan akurat. Jika peneliti hendak mengambil informasi langsung di lapangan, maka kendalanya adalah dibutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama untuk mendeteksi fenomena yang muncul sehingga menyebabkan performansi yang tidak efisien dan tidak praktis.

(11)

diakses dari jarak jauh melalui gadget seperti laptop, remote control, server dan sebagainya.

Gambar 2.1 Arsitektur WSN.

Beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari teknologi WSN adalah simpel / praktis / ringkas karena tidak perlu ada instalasi kabel yang rumit dan dalam kondisi geografi tertentu sangat menguntungkan dibanding Wired Sensor. Sensor menjadi bersifat mobile, artinya pada suatu saat dimungkinkan untuk memindahkan sensor untuk mendapat pengukuran yang lebih tepat tanpa harus khawatir mengubah desain ruangan maupun susunan kabel ruangan.

2.1.1 Arsitektur WSN

(12)

dapat mengumpulkan data dalam jumlah yang besar dari gejala yang timbul dari lingkungan sekitar.

Perkembangan node sensor mengikuti trend teknologi nano, dimana ukuran node sensor menjadi semakin kecil dari tahun ke tahun. Node sensor dapat direpresentasikan dalam Gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2 Perkembangan Dimensi Node Sensor Terhadap Waktu. Dan untuk arsitektur WSN secara umum dapat direpresentasikan dalam Gambar 2.3 sebagai berikut:

Gambar 2.3 Gambaran Arsitek Wireless Sensor Network.

(13)

diakses melalui berbagai platform seperti koneksi internet atau satelit sehingga memungkinkan user untuk dapat mengakses secara realtime melalui remote server (Rolis, 2012).

2.2 Perangkat Keras

2.2.1 Arduino uno

Arduino uno adalah papan mikrokontroler berbasis ATmega328. Dalam bahasa Italy “Uno” berarti satu, maka peluncuran arduino ini diberi nama Uno.

Gambar 2.4 Arduino Uno R3 Sisi Depan (Atas) Dan Belakang(Bawah) Arduino ini berisi semua yang diperlukan untuk mendukung mikrokontroler, untuk mengaktifkan cukup menghubungkannya ke komputer dengan kabel USB dengan adaptor AC-DC atau baterai. Berikut adalah spesifikasi dari Arduino Uno:

a. Mikrokontroler : ATMEGA328

b. Tegangan Operasi : 5V

(14)

d. Tegangan Input (limit) : 6-20 V

e. Pin digital I/O : 14 (6 diantaranya pin PWM) f. Pin Analog input : 6

g. Arus DC per pin I/O : 40 mA h. Arus DC untuk pin 3.3 V : 150 mA

i. Flash Memory : 32 KB dengan 0.5KB digunakan untuk bootloader j. SRAM : 2 KB

k. EEPROM : 1 KB

l. Kecepatan Pewaktuan : 16 Mhz

m. Memiliki koneksi USB (menggunakan ATmega8U2 sebagai konverter USB

to Serial)

n. Komunikasi : UART TTL, I2C, SPI dan USB (Virtual Com)

o. Pemograman menggunakan Arduino Software (berbasiskan bahasa C yang telah dilengkapi dengan library yang kompatibel dengan desain hardware Arduino)

p. Pengisian kode program dapat menggunakan koneksi USB

Dilengkapi dengan pengaman arus berlebih di port USB yang berfungsi melindungi PC/komputer dari kerusakan(Arduin, 2011).

2.2.2 Xbee

Xbee merupakan perangkat yang menunjang komunikasi data tanpa kabel (wireless). Ada 2 jenis xbee yaitu :

(15)

Xbee series 1 hanya dapat digunakan untuk komunikasi point to point dan topologi star dengan jangkauan 30 meter indoor dan 100 meter outdoor.

b. Xbee ZB Series 2

Xbee series 2 dapat digunakan untuk komunikasi point to point, point to multipoint dan topologi star, dan topologi mesh dengan jangkauan 40 meter indoor dan 100 meter outdoor.

Xbee series 1 maupun series 2 tersedia dalam 2 bentuk berdasarkan kekuatan transmisinya yaitu xbee reguler dan xbee-pro. Xbee reguler biasa disebut dengan xbee saja (Robosoccer, 2012). Xbee-PRO mempunyai kekuatan transmisi lebih kuat, ukuran perangkatnya lebih besar, dan harganya lebih mahal. Xbee-PRO mempunyai jangkauan indoor mencapai 60 meter dan outdoor mencapai 1500 meter. Xbee ini dapat digunakan sebagai pengganti serial /usb atau dapat memasukkannya ke dalam command mode dan mengkonfigurasinya untuk berbagai macam jaringan broadcast dan mesh. Shield membagi setiap pin Xbee. Xbee juga menyediakan header pin female untuk penggunaan pin digital 2 sampai 7 dan input analog, yang discover oleh shield (pin digital 8 sampai 13 tidak tercover oleh shield, sehingga dapat menggunakan header pada papan itu sendiri (Arduino, 2011).

(16)

Berikut parameter untuk mengkonfigurasi modul Xbee S2 dengan mode AT.

Tabel 2.1 Parameter Xbee

Perintah Keterangan Nilai valid Nilai Default ID Id jaringan modul Xbee 0-0Xffff 3332

CH Saluran dari modul

Xbee. 0x0B-0x1A 0x0C

Sh dan SL

Nomor seri modul Xbee(SH memberikan 32bit tinggi, SL32 bit rendah). Read-only.

0-0xFFFFFFFF berbeda untuk

setiap modul

MY Alamat16-bit dari

modul. 0-0xFFFF 0

Dh dan DL

Alamat tujuan untuk komunikasi

nirkabel(DH adalah 32bit tinggi, DL32 low).

0-0xFFFFFFFF 0(untuk kedua DH dan DL) (untuk kedua

DH dan DL)

BD

baud rate yang digunakan untuk komunikasi serial dengan papan Arduino atau komputer.

0 (1200 bps)

3 (9600 baud) 1 (2400 bps)

2 (4800 bps) 3 (9600 bps) 4 (19200 bps) 5 (38400 bps) 6 (57600 bps) 7 (115200 bps)

Catatan: meskipun nilai-nilai yang valid dan standar dalam Tabel di atas ditulis dengan awalan "0x" (untuk menunjukkan bahwa mereka adalah nomor heksadesimal), modul tidak akan mencakup "0x" ketika melaporkan nilai parameter, dan anda harus menghilangkan ketika menetapkan nilai-nilai (Arduino, 2011).

2.2.3 Soilmoisturesensor (SEN0114)

(17)

dalam tanah, kemudian membaca resistansinya untuk mendapatkan nilai tingkat kelembaban. Semakin banyak air membuat tanah lebih mudah menghantarkan listrik (resistansi kecil), sedangkan tanah yang kering sangat sulit menghantarkan listrik (resistansi besar).

Gambar 2.6 Soil Moisture Sensor.

Sensor ini sangat membantu mengingatkan tingkat kelembaban pada tanaman atau untuk memantau kelembaban tanah untuk pertanian. IO Expansion Shield adalah shield untuk menghubungkan sensor dengan Arduino (DFrobot, 2012). Pada sensor kelembaban mempunyai 3 macam output kondisi untuk dapat mencari nilai dalam satuan %R H, yaitu kering= 0~358, lembab= 359~460 dan basah= 461~495 yang seperti ditunjukkan pada spesifikasi berikut:

a. Power supply: 3.3v or 5v b. Output voltage signal: 0~4.2v c. Current: 35mA

d. Pin definition:

1-Analog output(Blue wire). 2-GND(Blackwire). 3-Power(Redwire).

(18)

1. 0~358 : dry soil 2. 359~460 : humid soil 3. 461~495 : in water

2.2.4 DHT11 Temperatureandhumidity sensor (DFR0067)

DHT11 adalah sensor Suhu dan Kelembaban, dia memiliki output sinyal digital yang dikalibrasi dengan sensor suhu dan kelembaban yang kompleks. Teknologi ini memastikan keandalan tinggi dan sangat baik stabilitasnya dalam jangka panjang. Mikrokontroler terhubung pada kinerja tinggi sebesar 8 bit. Sensor ini termasuk elemen resistif dan perangkat pengukur suhu NTC. Memiliki kualitas yang sangat baik, respon cepat, kemampuan anti-gangguan dan keuntungan biaya tinggi kinerja.

Setiap sensor DHT11 memiliki fitur kalibrasi sangat akurat dari kelembaban ruang kalibrasi. Koefisien kalibrasi yang disimpan dalam memori program OTP, sensor internal mendeteksi sinyal dalam proses, kita harus menyebutnya koefisien kalibrasi. Sistem antarmuka tunggal-kabel serial terintegrasi untuk menjadi cepat dan mudah. Kecil ukuran, daya rendah, sinyal transmisi jarak hingga 20 meter, sehingga berbagai aplikasi dan bahkan aplikasi yang paling menuntut.

(19)

Sensor ini memiliki 4 pin baris paket tunggal (DFrobot, 2010). Sensor ini memiliki spesifikasi sebagai berikut:

a. Power supply: 5 V.

b. Rentang temperatur :0-50 ° C kesalahan ± 2 ° C.

c. Kelembaban :20-90% RH d. Toleransi ± 5% RH error. e. Interface: Digital.

2.2.5 Soil moisturemeter

merupakan suatu alat /instrument atau peralatan yang digunakan untuk mengukur jumlah kandungan air dalam satuan %RH yang terdapat pada suatu tanah. Pada tugas akhir ini soil moisture meter digunakan sebagai pembanding dan kalibrasi dengan sensor kelembaban (soil moisture), agar hasil pengukuran sensor terhadap alat ukur atau kondisi sebenarnya mendapatkan hasil yang akurat.

Gambar 2.8 Soil Moisture Meter

2.2.6 Thermometer

(20)

Gambar 2.9 Thermometer 2.3 Perangkat Lunak

2.3.1 Zigbee

ZigBee adalah spesifikasi untuk jaringan protokol komunikasi tingkat tinggi, menggunakan radio digital berukuran kecil dengan daya rendah, dan berbasis pada standar IEEE 802.15.4-2003 untuk jaringan personal nirkabel tingkat rendah, seperti saklar lampu nirkabel dengan lampu, alat pengukur listrik dengan inovasi In-Home Display (IHD), serta perangkat-perangkat elektronik konsumen lainnya yang menggunakan jaringan radio jarak dekat dengan daya transfer data tingkat rendah.

Teknologi yang memenuhi spesifikasi dari ZigBee adalah perangkat dengan pengoperasian yang mudah, sederhana, membutuhkan daya sangat rendah serta biaya yang murah jika dibandingkan dengan WPANs lainnya, yakni Bluetooth. ZigBee fokus pada aplikasi Radio Frequency (RF) yang membutuhkan data tingkat rendah, baterai tahan lama, serta jaringan yang aman (Faludi, 2010).

2.3.2 X-CTU

(21)

bisa mengupdate firmware xbee dari coodinator menjadi Router/End Device(endpoint) ataupun sebaliknya (DIGI, 2008).

2.3.3 IDE arduino

IDE Arduino adalah sebuah editor yang digunakan untuk menulis program, mengcompile ke mikrokontroler keluarga AVR. Program ini memungkinkan penggunanya memprogram AVR dengan bahasa C/C++ yang relatif lebih familiar dibandingkan bahasa pemrograman lainnya. Dalam penggunaan, arduino hanya perlu mendefinisikan dua fungsi untuk membuat program runable, yaitu:

1. Setup() : fungsi dijalankan sekali pada awal program yang dapat

menginisialisasi pengaturan.

2. Loop() : fungsi yang disebut berulang-ulang sampai mikrokontoler off. Arduino IDE menggunakan GNU tool chain dan AVR libc untuk mengcompile program-program, dan menggunakan avrdude untuk mengupload program.

2.4 Jarak Pagar (Jatropha curca L.)

(22)

subtropis. Beberapa jenis tanaman jarak yang tercatat di Indonesia diantaranya adalah jarak kaliki/kastor (Ricinus communis), jarak pagar (Jatropha curcas), jarak gurita (Jatropha multifida), dan jarak landi (Jatropha gossypifolia) tanaman jarak pagar mampu tumbuh pada tanah berpasir, bebatu, lempung atau tanah liat, sehingga jarak pagar dapat dikembangkan pada lahan kritis. Tetapi untuk menghasilkan minyak dengan hasil yang maksimal perlu pengairan atau pada ketersediaan air yang cukup (perlakuan pengairan saat ketersediaan air tanah 65%) tanaman tumbuh lebih tinggi dan kanopi lebih lebar, meningkatkan jumlah cabang dan buah, serta bobot biji sehingga pada akhirnya meningkatkan hasil jarak pagar dibanding perlakuan tanpa pengairan (Riajaya P. D. dan Kadarwati T. F., 2007).

Gambar 2.10 Tanaman Jarak Pagar.

(23)

berbentuk jantung atau bulat telur. Tulang daun menjari dengan 5-7 tulang utama. Tangkai daun panjang, sekitar 4-15 cm. Daun berupa daun tunggal, berlekuk, bersudut tiga atau lima. Panjang tangkai daun antara 4-15 cm. Bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai. Bunga jantan dan bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, yang muncul di ujung batang atau ketiak daun.

(24)

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan pada pembuatan perangkat keras dan

perangkat lunak yaitu dengan studi kepustakaan. Dengan cara ini penulis berusaha

untuk mendapatkan dan mengumpulkan data-data, informasi, konsep-konsep yang

bersifat teoritis dari buku, bahan-bahan kuliah dan internet yang berkaitan dengan

permasalahan.

Dari data-data yang diperoleh maka dilakukan perencanaan rangkaian

perangkat keras. Dalam perangkat keras ini, penulis akan melakukan pengujian

perangkat keras dengan program-program yang telah dibuat. Pembuatan perangkat

lunak adalah tahapan selanjutnya. Terakhir adalah perakitan perangkat keras

dengan kerja perangkat lunak yang telah selesai dibuat.

Gambar 3.1 Blok Diagram Sebuah Sistem WSN untuk Monitoring Suhu dan

Kelembaban Tanah pada Lahan Tanaman Jarak.

Pada bab ini dibahas mengenai masalah yang timbul dalam perencanaan dan

(25)

kedua bagian tersebut akan dipadukan / diintegrasikan agar dapat bekerja sama

menjalankan sistem dengan baik.

Dalam perancangan sistem wireless sensor network untuk monitoring suhu

dan kelembaban tanah pada lahan tanaman jarak, digunakan blok diagram seperti

dalam Gambar 3.1.

Pada tugas akhir ini hanya dibahas sampai dengan coodinator (bagian kiri)

pada Gambar 3.1 yaitu:

1 Endpoint1 yang terdiri dari sensor suhu1 dan sensor kelembaban1 yang

terhubung dengan kabel serta arduino dan xbee yang terhubung dengan

shield xbee.

2 Endpoint2 yang terdiri dari sensor suhu2 dan sensor kelembaban2 yang

terhubung dengan kabel serta arduino dan xbee yang terhubung dengan

shield xbee.

3 Coodinator yang terdiri dari arduino dan xbee yang terhubung dengan

shield xbee.

3.1 Perancangan Perangkat Keras

3.1.1 Koneksi sensor pada arduino sebagai endpoint

Pada perancangan ini membahas tentang koneksi sensor dengan arduino

yang menggunakan kabel sebagai media penghubungnya, dan untuk program pada

arduino dapat dilihat pada lampiran. Sensor yang digunakan adalah sensor DHT11

sebagai sensor suhu dan soil moisture adalah sebagai sensor kelembaban tanah,

sebelum sensor dihubungkan dengan arduino harus menentukan pin dengan benar

(26)

input /output pada arduino ada dua tipe yaitu, digital dan analog. Dengan melihat

data sheet masing-masing sensor, sensor DHT11 memiliki output digital

sedangkan sensor moisture analog.

Pada Gambar 3.2 ditunjukkan dua buah sensor yang terhubung dengan

arduino yaitu sensor DHT11 dan sensor moisture, dengan ketentuan:

1. Pin out vcc pada sensor DHT11 dengan pin out 5v pada arduino.

2. Pin out data pada sensor DHT11 dengan pin in digital 2 pada arduino.

3. Pin out gnd pada sensor DHT11 dengan pin in gnd pada arduino.

4. Pin out vcc pada sensor moisture dengan pin out 3.3v pada arduino.

5. Pin out data pada sensor moisture dengan pin in analog 3 pada arduino.

6. Pin out gnd pada sensor moisture dengan pin in gnd pada arduino.

Gambar 3.2 Sensor yang Terhubung dengan Arduino.

3.2 Perancangan Perangkat Lunak

Selain perancangan hardware yang diperlukan pada perancangan sistem

wirelesssensornetwork untuk monitoring suhu dan kelembaban tanah pada lahan

tanaman jarak meliputi algoritma dan program pada IDE arduino beserta

(27)

3.2.1 Program xbee sebagai endpoint dan coodinator

Sebelum menetukan program masing-masing xbee harus menetukan toplogy

jaringannya, sehingga lebih mudah untuk proses konfigurasi xbee pada peranan

masing-masing dalam protokol komunikasi atau pengalamatan yang ditujukan.

Untuk pilihan topology menggunakan topology tree, karena dibutuhkan untuk

komunikasi point to point dan point to multipoint.

Gambar 3.3 Diagram WSN.

Pada Gambar 3.3 ditunjukan sebuah simbol panah dua arah, maksudnya

nodeendpoint1 maupun nodeendpoint2 dapat menerima dan mengirim data tetapi

hanya komunikasi point to point. Sedangkan pada node coodinator dapat

menerima sekaligus mengirim data dan berkomunikasi point to multipoint pada

node yang terhubung langsung yang disebut dengan broadcast. Untuk komunikasi

antara node coodinator dengan node router user, node coodinator dapat

mengirim data dan tidak dapat menerima data dari node endpoint user. Begitu

juga untuk noderouter user tidak dapat mengirim data pada nodecoodinator dan

hanya dapat menerima data dari nodecoodinator saja. Dan untuk konfigurasi xbee

dapat dilihat pada lampiran.

3.2.2 Program arduino sebagai endpoint 1 dan endpoint 2

Pada program arduino sebagai endpoint1 maupun endpoint2, maka dapat

(28)

1. Flowchartendpoint1, pada label inisialisasi berisikan:

unsigned long soil, data_out, suhu, data_in, cek=11, error;

(29)

2. Flowchartendpoint2 pada label inisialisasi berisikan:

unsigned long soil, data_out, suhu, data_in, cek=22, error;

Gambar 3.5 FlowchartEndpoint2.

(30)

a. Inisialisasi.

Pada dasarnya alur dari endpoint1 dengan endpoint2 sama hanya

terdapat perbedaan kode id endpoint masing-masing dan logika program

penerimaan masing-masing. Maka dalam pemrograman endpoint1 ini diberi

kode id 11 sedangkan endpoint2 adalah 22. Pada pemrograman ini

diasumsikan pada endpoint1 yaitu dimulai dari pembacaan sensor DHT11

dan sensor moisture, lalu data dari setiap sensor disimpan didalam variable

masing-masing yaitu variabel suhu untuk output data dari sensor DHT11

dan variabel soil untuk output data dari sensor moisture. Selanjutnya

dilakukan pengecekan status dari sensor DHT11 apakah sensor tidak ada

error misalnya ada kabel yang tidak terhubung dengan baik. Apabila sensor

tersebut terdapat error maka sensor akan memberikan informasi bahwa

error=1, sedangkan jika tidak terdapat error maka error=0. Pada program

ditulis sepert ini:

int chk = DHT11.read(2); switch (chk)

{

case 0: error=0; break; case -1: error=1; break; case -2: error=1; break; default: error=1; break; }

Kemudian pembacaan sensor dari sensor moisture dan hasil output

sensor disimpan ke dalam variabel soil, supaya nilai dari soil menjadi

satuan %RH dan terkalibrasi dengan alat ukur yang ditetapkan. Pada sensor

moisture ini memiliki rumus 3 macam kondisi, yaitu kering, lembab dan

basah. Begitu juga pada alat ukur kelembaban tanah juga menunjukkan 3

(31)

menunjukkan nilai 0-30%RH, kemudian pada kondisi lembab menunjukkan

nilai 31-79%RH dan pada kondisi basah menunjukkan 80-100%RH.

Sedangkan pada sensor kondisi kering menunjukkan 0-358, lembab 359-460

dan basah 461-495. Dari data yang diperoleh. maka dapat menggunakan

rumus perbagian untuk mencari nilai kelembaban 1%RH pada output dari

sensor.

1%RH= (3.1)

Misalnya:

1. Kondisi kering

1%RH= 1%RH=11.93 (3.2)

Maka untuk dapat persentase kelembaban yang terukur oleh sensor pada

kondisi kering adalah sebagai berikut:

Kelembaban(%RH)=

. (3.3)

2. Kondisi lembab

1%RH== 1%RH=2.10 (3.4)

Maka untuk dapat persentase kelembaban yang terukur oleh sensor pada

kondisi lembab adalah sebagai berikut:

Kelembaban(%RH)=

. (3.5)

3. Kondisi basah

1%RH== 1%RH=1.7 (3.6)

Maka untuk dapat persentase kelembaban yang terukur oleh sensor pada

kondisi basah adalah sebagai berikut:

Kelembaban(%RH)=

(32)

Secara keseluruhan karakteristik persentase kelembaban terhadap

pengukuran sensor berdasarkan persamaan 3.3, 3.5 dan 3.7 ditunjukkan

[image:32.612.100.511.152.651.2]

dengan grafik seperti pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Grafik Karakteristik Sensor Kelembaban

Untuk potongan source code pada endpoint1/endpoint2, mulai dari

pembacaan nilai dari sensor sampai dengan perhitungan untuk kalibrasi

dengan alat ukur kelembaban yang sudah ditentukan yaitu:

unsigned long soilm=(analogRead(3)); if(soilm>=0 && soilm<=358)

{

soil=soilm/11.93;}

else if(soilm>=359 && soilm<=460) {

soil=(soilm-359)/2.10; soil=soil+31;

}

else if(soilm>=461) {

soil=(soilm-461)/1.7; soil=soil+80;

}

Karena sensor moisture adalah sensor analog maka kemungkinan data

(33)

terjadi demikian dibuat sebagai antipasipasi jika muncul nilai >100 maka

nilai harus muncul 100. Kemudian lanjut ke proses pembacaan sensor

DHT11, akan tetapi sebelum itu harus melihat nilai error dari pengecekan

sensor pada awal program. Apabila nilai error==0 maka proses pembacaan

dimulai, sedangkan nilai error==1 maka nilai suhu=0. Untuk potongan

sourcecode seperti dibawah ini:

if (error==0) {

suhu=(unsigned long)DHT11.temperature, 2; suhu=suhu*1000;

} else {

suhu=0; }

Gambar 3.7 Output Sensor Suhu Saat Terdapat Error.

b. Pengiriman data.

Dalam suatu jaringan selalu memiliki perbedaan id node

masing-masing. Selanjutnya nilai dari id digabungkan/encapsulasi dengan nilai-nilai

sensor masing-masing. Misanya pada endpoint1 nilai suhu=23 dan

kelembaban=100 maka data yang akan dikirimkan kepada node yang dituju

(coodinator) adalah 1123100, data ini berasal dari nilai id dikalikan

1100000 kemudian dijumlahkan dengan nilai dari suhu dikalikan 1000 dan

[image:33.612.101.513.234.509.2]
(34)
[image:34.612.312.381.76.190.2]

Gambar 3.8 Contoh Endpoint Menunjukkan Validasi.

c. Validasi data.

Setelah data dikirimkan ke coodinator, endpoint1 menunggu selama

60 detik untuk menunggu kabar dari coodinator. Apabila coodinator tidak

mengirim data ke endpoint1 selama proses menunggu selesai endpoint akan

membaca data dari sensor kembali, tetapi apabila coodinator mengirim data

kembali ke endpoint1 berarti terjadi perubahan data. Maksudnya perubahan

data yaitu data yang diterima oleh coordinator berbeda dengan data yang

sebelumnya(contohnya pada Gambar 3.8 data yang diterima oleh

coordinator adalah 1131071 selanjutnya coordinator menerima data

1131072). Data yang telah dikirimkan ke endpoint1 akan dicek lagi oleh

endpoint1 apakah data benar atau sama dengan nilai data terakhir yang telah

dikirimkan ke coodinator dari node endpoint. Apabila data sama, maka

endpoint1 akan mengirim kode(konfirmasi) id saja ke coodinator yang

seperti ditunjukkan Gambar 3.8.

Pada Gambar 3.9 menjelaskan keseluruhan proses pengiriman data atau

protokol komunikasi, dimulai dari pembacaan sensor kemudian digabung

(35)
[image:35.612.100.509.80.464.2]

Gambar 3.9 Proses Pengiriman Data

3.2.3 Program arduino sebagai coodinator

Coodinator sebenarnya hanya sebagai pengantar data ke alamat yang dituju,

tetapi disini coodinator pengiriman bersifat broadcast sehingga data sebenarnya

dikirim ke semua node yang terhubung langsung. Tetapi node yang menerima

data dari coodinator mengerti apakah data itu untuk node tersebut, jadi

kesimpulannya coodinator mengirim data secara broadcast tetapi data yang

terkirim selalu diterima pada node yang ditujukan. Untuk alur program pada

coodinator dapat dilihat flowchart dalam Gambar 3.10, pada bagian inisialisasi

berisikan:

(36)

Gambar 3.10 FlowchartCoodinator.

Program arduino sebagai coodinator dimulai dari menerima data awal dari

[image:36.612.102.511.72.627.2]
(37)

data dengan mengirim ke endpoint user, tetapi sebelum mengirim data tersebut

coodinator menambahkan id dari data tersebut. Misalnya data yang diterima

adalah 1123100, berarti data tersebut dari endpoint1 karena digit awal adalah 11

sebagai id dari endpoint1. Berikut potongan source code pada penerimaan data

dari endpoint1 :

if(data_masuk>0) {

if(data_masuk<2000000 && data_masuk>1000000 || data_masuk==11)//masuk dari data node1

{

if(data_lama1==0) {

data_lama1=data_masuk;

Serial.println(data_lama1 + 10000000); }

else if(data_masuk==11 && data_lama1!=0) {

Serial.println(data_cek1+10000000); }

else if(data_masuk==data_lama1 || data_masuk==data_cek1)

{

Serial.println(data_lama1 + 10000000); } else if(data_masuk!=data_lama1) { data_cek1=data_masuk; data_lama1=data_cek1; Serial.println(data_cek1); } }

Kemudian coodinator merubah id tersebut sebagai penandaan bahwa data

ini sudah di koreksi coodinator dan dikirim ke router user menjadi 111xxxxx,

yang berasal dari data yang diterima di tambah dengan nilai 10000000. Maka data

(38)
[image:38.612.213.426.78.212.2]

Gambar 3.11 Contoh Data yang Sudah di Cek oleh Coodinator.

Selanjutnya apabila sudah terdapat nilai awal yang tersimpan pada variabel

data_lama, maka coodinator pada proses selanjutnya yaitu menerima data lagi

dari endpoint1 ataupun endpoint2. Pada saat menerima data coodinator akan

memilah-milah data misalnya data yang diterima <2000000 dan data yang

diterima >1000000 , maka coodinator akan memproses bahwa data ini dari

endpoint1. Pada Gambar 3.11 terlihat bahwa coodinator mengirim data 11123100,

data ini berasal dari endpoint1 dengan data 1123100 saat coodinator

menerimanya. Saat pertama kali menerima coodinator akan langsung mengirim

ke routeruser karena masih belum ada nilai sebelumnya yang akan dibandingkan

dan merubah id terlebih dahulu. Selanjutnya coodinator mengirimkan data yang

sama pada router user karena coodinator menerima data yang sama dari

endpoint1 yaitu 1123100. Tetapi pada saat coordinator menerima data 1123090,

maka coodinator mengirim dengan nilai 1123090 ke endpoint1 karena terdapat

perbedaan data dari data sebelumnya saat coodinator menerima data ke endpoint1.

Dan apabila coodinator menerima data dengan nilai 11 maka coodinator akan

mengirim data yang sebelumnya sudah dikirim ke endpoint1, tetapi coodinator

(39)

yaitu menjadi 11123090 (8digit). Proses ini tidak ada perbedaan saat menerima

data dari endpoint1.

3.3 Perakitan

Setelah melakukan percobaan koneksi sensor dengan arduino serta

mengkonfigurasi xbee untuk peranan/ parameter masing-masing yang dibutuhkan

pada setiap node yaitu endpoint1, endpoint2 dan coodinator. Saatnya

menggabungkan antara perangkat keras dengan perangkat lunak yaitu xbee yang

sudah dikonfigurasi dan arduino dengan program endpoint1/endpoint2/coodinator

[image:39.612.98.514.285.537.2]

beserta sensor-sensor yang sudah terhubung sehingga menjadi terlihat dalam

Gambar 3.12.

(40)

PENGUJIAN SISTEM

Pengujian sistem yang dilakukan penulis merupakan pengujian terhadap

perangkat keras dan perangkat lunak secara keseluruhan dan digunakan untuk

mengetahui apakah sistem dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Sistem yang

diuji tersebut antara lain:

4.1 Pengujian Output Sensor Suhu

4.1.1 Tujuan

Pengujian sensor suhu dilakukan untuk mengetahui informasi suhu

sebenarnya yang terdiri dari dua node pada tempat atau kondisi yang sama pada

saat pengukuran. Data yang dihasilkan oleh sensor diolah oleh arduino supaya

dapat menghasilkan nilai suhu yang sebenarnya.

4.1.2 Alat yang digunakan

Peralatan yang dibutuhkan pada setiap node dalam pengujian ini adalah

sebagai berikut:

1. Arduino.

2. Sensor suhu /DHT11.

3. Kabel USB printer.

4. Komputer.

(41)

4.1.3 Prosedur pengujian

1. Hubungkan sensor suhu pada arduino dengan kabel pada pin yang

ditentukan.

2. Hubungkan arduino dengan komputer menggunakan kabel USB.

3. Selanjutnya aktifkan komputer dan jalankan program Arduino.

4. Upload program yang digunakan untuk membaca output sensor suhu.

5. Buka serial monitor untuk melihat output dari sensor tersebut.

6. Amati dan bandingkan output sensor dengan thermometer.

4.1.4 Hasil pengujian

Pada pengujian sensor suhu dengan alat ukur yaitu thermometer, sensor

suhu DHT11 akan memulai membaca suhu saat arduino dinyalakan. Pengujian

[image:41.612.100.512.284.615.2]

dapat dilakukan seperti pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Node yang Sudah Diaplikasikan pada Tanaman Jarak.

Melalui hasil percobaan sensor suhu setelah melalui fungsi ini, program

(42)

void loop() {

int chk = DHT11.read(2); switch (chk)

{

case 0: error=0; break; case -1: error=1; break; case -2: error=1; break; default: error=1; break; }

suhu=(unsigned long)DHT11.temperature, 2; Serial.println(suhu);

[image:42.612.100.502.90.593.2]

}

Gambar 4.2 Pengertian Data yang Dikirim dari Suatu Node.

Setelah arduino dijalankan akan muncul tampilan seperti Gambar 4.3. Pada

tampilan tersebut memiliki arti seperti pada Gambar 4.2, yaitu warna biru adalah

id dari node sedangkan nilai sensor suhu ditunjukan angka pada kolom yang

berwarna kuning dan kolom merah adalah nilai sensor kelembaban.

Gambar 4.3 Hasil Data dari End Point1 dan End Point2.

Pada pengujian ini saat pembacaan sensor, sensor akan membaca ulang

dengan delay satu menit. Hal ini disebabkan perubahan suhu membutuhkan proses

(43)
[image:43.612.99.509.126.669.2]

Hasil pada sensor dan thermometer dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Sensor Suhu dengan Thermometer.

No Sensor

Node 1 Sensor Node 2 alat Ukur Selisih Sensor dengan Alat Ukur Node 1 Node 2

1 32 30 30 2 0

2 31 30 30 1 0

3 31 30 30 1 0

4 31 30 30 1 0

5 31 30 30 1 0

6 31 30 30 1 0

7 31 30 30 1 0

8 31 30 30 1 0

9 31 30 30 1 0

10 31 30 30 1 0

11 31 30 30 1 0

12 31 30 30 1 0

13 32 30 30 2 0

14 32 30 30 2 0

15 32 30 31 1 1

16 32 30 31 1 1

17 32 30 30 2 0

18 32 30 30 2 0

19 32 30 31 1 1

20 32 30 31 1 1

21 31 30 30 1 0

22 31 30 30 1 0

23 31 30 30 1 0

24 31 30 30 1 0

25 31 30 30 1 0

26 31 30 30 1 0

27 31 30 30 1 0

28 31 30 30 1 0

29 31 30 30 1 0

(44)

Dari hasil Tabel 4.1 bahwa pengukuran sensor suhu yaitu DHT11, mampu

bekerja dengan baik. Tingkat persentase error dari sensor suhu tersebut adalah

3.87% pada node1 sedangkan 0.43% pada node2, hasil perhitungan tersebut

didapat dari rata-rata jumlah error pada masing-masing node. Menurut data sheet

sensor DHT11 memiliki rentang temperatur : 0-50 ° C kesalahan ± 2 ° C,

[image:44.612.99.514.231.502.2]

sehingga hasil dari pengukuran masih dalam toleransi.

Gambar 4.4 Alat Pengukur Suhu / Thermometer.

4.2 Pengujian Output Sensor Kelembaban

4.2.1 Tujuan

Pengujian sensor kelembaban dilakukan untuk mengetahui informasi kadar

air tanah sebenarnya pada tempat lokasi yang diukur.

4.2.2 Alat yang digunakan

Peralatan yang dibutuhkan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:

1. Arduino.

2. Sensor kelembaban / SEN0114.

3. Kabel USB printer.

4. Komputer.

(45)

4.2.3 Prosedur pengujian

Langkah-langkah untuk melakukan pengujian sensor kelembaban adalah

sebagai berikut :

1. Hubungkan sensor kelembaban pada arduino dengan kabel pada pin yang

ditentukan.

2. Hubungkan arduino dengan komputer menggunakan kabel USB.

3. Selanjutnya aktifkan komputer dan jalankan program Arduino.

4. Upload program yang digunkan untuk membaca output sensor kelembaban.

5. Buka serial monitor untuk melihat output dari sensor tersebut.

6. Kemudian tunggu kurang lebih 1 menit untuk menstabilkan output sensor

tersebut.

7. Amati dan bandingkan output sensor dengan moisture meter.

4.2.4 Hasil pengujian

Pada pengujian sensor suhu dengan alat ukur yaitu moisture meter, sensor

kelembaban yaitu SEN0114 akan memulai membaca kelembaban tanah saat

arduino terhubung dengan komputer/catu daya. Pengujian dapat dilakukan seperti

[image:45.612.188.454.573.681.2]

pada Gambar 4.5.

(46)

Hasil percobaan sensor suhu setelah melalui fungsi ini, dengan cuplikan

program :

unsigned long soilm=(analogRead(3));

if(soilm>=0 && soilm<=358) {

soil=soilm/11.93; }

else if(soilm>=359 && soilm<=460) {

soil=(soilm-359)/2.10; soil=soil+30;

}

else if(soilm>=461) {

soil=(soilm-461)/1.7; soil=soil+79;

[image:46.612.102.507.147.506.2]

}

Gambar 4.6 Moisture Meter.

Pada pengujian ini saat pembacaan sensor, sensor akan membaca ulang

dengan delay 1menit. Karena sensor SEN0114 mempunyai output analog,

sehingga dibutuhkan sekitar 1 menit untuk mendapatkan nilai output yang stabil.

Kemudian pada saat melihat hasil output sensor, bandingkan dengan moisture

meter.

Hasil pada sensor dan moisture meter dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai

(47)
[image:47.612.101.509.101.630.2]

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Sensor Kelembaban dengan Moisture Meter.

No Sensor

Node 1 Sensor Node 2 alat Ukur Selisih Sensor dengan Alat Ukur Node 1 Node 2

1 27 27 28 1 1

2 27 27 27 0 0

3 27 27 25 2 2

4 27 27 24 3 3

5 26 28 23 3 5

6 26 28 22 4 6

7 27 28 24 3 4

8 27 28 25 2 3

9 27 28 25 2 3

10 28 28 26 2 2

11 47 48 46 1 2

12 45 46 47 2 1

13 47 47 49 2 2

14 49 48 49 0 1

15 50 48 49 1 1

16 50 48 50 0 2

17 51 48 50 1 2

18 52 48 50 2 2

19 52 48 50 2 2

20 53 49 50 3 1

21 100 100 100 0 0

22 100 100 100 0 0

23 100 100 100 0 0

24 100 100 100 0 0

25 100 100 100 0 0

26 100 100 100 0 0

27 100 100 100 0 0

28 100 100 100 0 0

29 100 100 100 0 0

30 100 100 100 0 0

Dengan melihat Tabel 4.2 maka dapat diketahui bahwa tingkat persentase

error dari sensor kelembaban tersebut adalah 4% pada node1 sedangkan 5.14%

(48)

masing-masing node. Dengan melihat nilai error, dapat diambil kesimpulan

bahwa nilai error tidak terlalu besar.

4.3 Pengujian Protokol Komunikasi

4.3.1 Tujuan

Pengujian protokol konunikasi bertujuan untuk mengetahui apakah

pengiriman data dari setiap node ke node yang dituju benar dan menunjukkan

validasi data apabila ada perubahan data dari end point1.

4.3.2 Alat yang digunakan

Peralatan yang digunakan pada setiap node dalam pengujian ini adalah

sebagai berikut:

1. Arduino dan xbee s2 beserta shield.

2. Sensor DHT11 dan sensor kelembaban (hanya digunakan pada node end

point1 dan end point2).

3. Komputer.

4. Program Arduino.

5. Kabel USB printer.

4.3.3 Prosedur pengujian

1. Hubungkan setiap node pada PC dengan kabel USB.

2. Selanjutnya aktifkan PC dan jalankan program Arduino.

3. Upload program masing yang digunakan pada node yang sudah ditentukan.

(49)

5. Amati dan bandingkan output masing-masing.

4.3.4 Hasil pengujian

Dari percobaan ini apabila upload program berhasil dikerjakan maka

program yang sudah diupload di arduino sudah berjalan. Kemudian akan muncul

[image:49.612.103.513.238.503.2]

tampilan pengiriman data masing-masing dari node seperti pada Gambar 4.7:

Gambar 4.7 Hasil Pengiriman dan Penerimaan Data antar End Point dengan

Coodinator.

Proses awal dimulai dari masing-masing sensor yang mengirimkan output

menuju end point, kemudian end point menambahkan angka yang berfungsi

sebagai id(data) di masing-masing end point dan menggabungkan kedua data

tersebut yaitu data suhu dan kelembaban. Setelah proses pemberian id dan

penggabungan data maka end point mengirimkan data tersebut ke coodinator,

dimana pada node coodinator ini terdapat dua proses yang sebelumnya melakukan

(50)
[image:50.612.156.485.81.255.2]

Gambar 4.8 Diagram WSN Monitoring Tanaman Jarak.

Proses pertama adalah saat coodinator belum mempunyai data awal, yang

dimaksud data awal adalah data yang pertama kali diterima oleh coodinator dari

setiap endpoint. Sehingga apabila coodinator baru pertama kali menerima data,

maka coodinator langsung mengirimkan data tersebut ke router user.

Sedangkan proses kedua adalah apabila coodinator sudah memiliki nilai

awal, maka coodinator akan mengirim balik ke endpoint untuk mengecek data

karena ada perubahan data dari yang sebelumnya. Kemudian pada endpoint

tersebut akan membandingkan data yang dikirim oleh coodinator dengan data

yang diterima oleh coodinator. Apabila data yang dibandingkan oleh endpoint

tersebut tidak sama maka endpoint tidak akan memprosesnya, tetapi apabila data

tersebut sama maka endpoint tersebut mengirimkan data dua digit awal dari data

tersebut saja. Selanjutnya apabila coodinator menerima data dua digit saja(id)

maka coodinator baru mengirimkan data yang diterima sebelumnya ke router

user. Proses kedua ini akan terjadi apabila direset pada bagian arduino

(51)

Pada Gambar 4.7 menampilkan pengiriman data dari setiap node kepada

node yang dituju (node endpoint kepada coodinator / coodinator kepada

endpoint). Misalnya data dari endpoint2(node2) mengirimkan data 2231081 yang

berarti data dari node2 mempunyai nilai suhu 31°C dan nilai kelembaban 81%RH

kepada coodinator. Kemudian coodinator menerima data 2231081 karena

coodinator hanya menerima data dari node2 dengan range >2000000 dan

<3000000, dengan cuplikan program seperti ini:

else if (data_masuk>2000000 && data_masuk<3000000 || data_masuk==22)

{

if(data_lama2==0) {

data_lama2=data_masuk;

Serial.println(data_lama2 + 20000000); }

else if(data_masuk==22 && data_lama2!=0) {

Serial.println(data_cek2+20000000); }

else if(data_masuk==data_lama2 || data_masuk==data_cek2)

{

Serial.println(data_lama2 + 20000000); } else if(data_masuk!=data_lama2) { data_cek2=data_masuk; data_lama2=data_cek2; Serial.println(data_cek2); }

Pada proses ini tidak jauh beda dengan proses pengiriman node1 dan

penerimaan oleh coodinator. Hanya terdapat perbedaan apabila node2 mempunyai

awalan data 22 sedangkan dari node1 adalah 11, serta coodinator menandai

(52)

Pengiriman data dari node2 ke coodinator, akan selalu terdapat perbedaan

data. Misalnya node2 mengirimkan data 2231081 tetapi data selanjutnya adalah

2231100, apabila terjadi seperti ini coodinator akan mengrim balik kepada node2

untuk diperiksa apakah data yang dikirim oleh node2 adalah 2231100. Kemudian

saat node2 menerima data 2231100 maka data tersebut dicocokkan dengan data

node2 yang telah dikirimkan sebelumnya dengan cuplikan program seperti ini :

if (Serial.available()) {

data_in=Serial.parseInt();

if(data_in>2000000 && data_in<3000000) {

if(data_out==data_in) {

Serial.print(cek);//cek =22 }

}

Apabila pemeriksaan data tersebut tidak sama dengan data sebelumnya

maka node2 tidak akan memprosesnya tetapi melakukan proses pembacaan sensor

dari awal dengan syarat proses menunggu data dari coordinator selesai.

Sedangkan apabila pemeriksaan data tersebut sama maka node2 akan mengirim

data 2 digit pertama dari data yang dikirimkan kepada coodinator, saat coodinator

menerima data 22 maka coodinator akan mengirimkan data ke node

[image:52.612.240.416.546.669.2]

selanjutnya(router user).

(53)

Proses ini tidak hanya terjadi pada node2 ke coodinator tetapi juga node1

kepada coodinator. Dan hasil pengujian dalam Gambar 4.7 dapat ditunjukkan

[image:53.612.101.515.178.543.2]

dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Proses Protokol Komunikasi WSN.

No Endpoint Coodinator Keterangan

Terima Kirim Terima Kirim E1 Co E2 Co Co E1 Co E2 Co Ru 1 2231100 2231100 22231100 Tidak Ya Tidak Tidak Ya

2 1131058 1131058 11131058 Ya Tidak Tidak Tidak Ya 3 2231081 2231081 2231081 Tidak Ya Tidak Ya Tidak

4 2231081 22 22 22231081 Tidak Ya Tidak Tidak Ya 5 1131025 1131025 1131025 Ya Tidak Ya Tidak Tidak

6 1131025 11 11 11131025 Ya Tidak Tidak Tidak Ya 7 2231009 2231009 2231009 Tidak Ya Tidak Ya Tidak

8 2231009 22 22 22231009 Tidak Ya Tidak Tidak Ya 9 1131033 1131033 1131033 Ya Tidak Ya Tidak Tidak

10 1131033 11 11 11131033 Ya Tidak Tidak Tidak Ya 11 2231082 2231082 2231082 Tidak Ya Tidak Ya Tidak

12 2231082 22 22 22231009 Tidak Ya Tidak Tidak Ya 13 1131025 1131025 1131025 Ya Tidak Ya Tidak Tidak

14 2231100 2231100 2231100 Tidak Ya Tidak Ya Tidak 15 1131025 11 11 11131025 Ya Tidak Tidak Tidak Ya

16 2231100 22 22 22231100 Tidak Ya Tidak Tidak Ya 17 1131033 1131033 1131033 Ya Tidak Ya Tidak Tidak

18 1131033 11 11 11131033 Ya Tidak Tidak Tidak Ya

Keterangan:

1. E1 Co = endpoint1 mengirim data ke coordinator

2. E2 Co = endpoint2 mengirim data ke coordinator

3. Co E2 = coordinator mengirim data ke endpoint2

4. Co Ru = coordinator mengirim data ke endpoint1

Pada proses pengiriman data dari node ke node pasti akan terjadi data crash

atau terdapat data yang bertabrakan, misalnya dalam pengujian ini dalam Tabel

4.3 nomor 13. Proses dimulai dari endpoint1mengirimkan data 1131025,

kemudian diterima oleh coodinator dengan data 1131025. Lalu coodinator

(54)

proses yang benar seharusnya coodinator menenrima kode 11 tetapi menerima

2231100. Proses ini terjadi karena data yang diterima coodinator dari endpoint1

dengan endpoint2 bertabrakan tetapi coodinator akan memproses data yang paling

awal diterima terlebih dahulu dan selanjutnya.

4.4 Pengujian Jarak jangkau Kemampuan Pengiriman Data Xbee S2

4.4.1 Tujuan

Pada pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan jangkauan area

Xbee S2 dalam melakukan pengiriman/penerimaan data pada Xbee S2.

4.4.2 Alat yang digunakan

Peralatan yang digunakan pada setiap node dalam pengujian ini adalah

sebagai berikut:

1. Arduino dan Xbee S2 beserta shield.

2. Sensor suhu dan kelembaban(pada node endpoint).

3. Kabel USB printer.

4. Komputer(pada node coodinator).

5. Baterai 9v(pada node endpoint).

4.4.3 Prosedur pengujian

1. Hubungkan node sebagai coodinator pada komputer dengan kabel usb.

2. Selanjutnya aktifkan komputer dan jalankan program Arduino.

3. Upload program sebagai coodinator yang digunakan pada node coodinator.

(55)

5. upload program untuk endpoint1 dan endpoint2 seperti pada saat upload

program coodinator.

6. Ukur jarak antar Xbee, dan carilah jangkauan penerimaan maksimal.

4.4.4 Hasil pengujian

Dari prosedur pengujian komunikasi data pada Xbee yang telah dilakukan di

[image:55.612.100.512.293.546.2]

luar ruangan (Outdoor Area) didapatkan hasil pengamatan sebagai berikut :

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Komunikasi Data pada Xbee Dalam Kondisi Di Luar

Ruangan (Outdoor Area).

No. Jarak

(meter) Keterangan

1 10 Ok

2 20 Ok

3 30 Ok

4 40 Ok

5 50 Ok

6 60 Ok

7 70 Ok

8 80 Ok

9 90 Ok

10 100 Ok

11 101 Gagal

12 102 Gagal

13 103 Gagal

14 104 Gagal

15 105 Gagal

Pada kondisi outdoor dengan jarak 1-100meter pada antar node dapat

berkomunikasi dengan baik, tetapi pada jarak 101meter tidak dapat

berkomunikasi. Artinya komunikasi antar node tersebut terputus, sehingga tidak

dapat menerima data dari node yang mengirimkan data pada node tersebut.

Dengan demikian hasil yang didapat sama dengan spesifikasi pada data sheet

(56)

PENUTUP

Berdasarkan pengujian pada perangkat keras dan perangkat lunak yang

dipergunakan dalam tugas akhir ini, maka dapat diambil kesimpulan dan

saran-saran dari hasil yang diperoleh.

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil pengujian terhadap pembacaan sensor yang telah

dilakukan dalam pembuatan alat monitoring lahan tanaman jarak berbasis

WSN dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Rata-rata persentase error sensor suhu pada node1 adalah 0.43% dan

pada node2 adalah 3.87%.

b. Rata-rata persentase error sensor kelembaban pada node1 adalah 4% dan

pada node2 adalah 5.14%.

2. Berdasarkan pengujian terhadap protokol komunikasi WSN, pengiriman dan

penerimaan data pada protokol komunikasi sesuai dengan alamat node yang

dituju.

3. Berdasarkan pengujian terhadap sistem dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

a. Sistem mampu menunjukkan validasi data jika terdapat perubahan data

dari data sebelumnya.

b. Sistem mampu menunjukkan pemberitahuan terhadap kondisi sensor

(57)

4. Berdasarkan hasil pengujian terhadap jarak jangkau pengiriman data xbee

series 2 dapat ditarik kesimpulan, bahwa jarak maksimal pengiriman data

adalah 100meter.

5.2 Saran

Sebagai pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan, penulis

memberikan saran sebagai berikut:

1. Perancangan ini merupakan sebuah prototype, sehingga diharapkan dapat

diimplementasikan pada kondisi yang real yaitu diterapkan langsung pada

lahan tanaman jarak yang sesungguhnya.

2. Menambah jumlah sensor dari setiap node, sehingga mendapatkan hasil

(58)

Alim, T. (2012, Oktober 1). Jarak pagar (Jatropha curca L.) dan Klasifikasinya. http://www.biologi-sel.com/2013_10_01_archive.html diakses 10 April 2013.

Arduino. (2011). Arduino XBee Shield.

http://arduino.cc/en/Guide/ArduinoXbeeShield diakses 11 mei 2013.

Daniel, W. (2013, maret 04). Harga Minyak RI Naik Jadi US$ 114,86/Barel di Februari.

http://finance.detik.com/read/2013/03/04/180625/2185426/1034/harga-minyak-ri-naik-jadi-us--11486-barel-di-februari diakses 23 Maret 2013.

DFrobot. (2010, july 30). DHT11 Temperature & Humidity Sensor.

http://www.dfrobot.com/wiki/index.php/DHT11_Temperature_and_Humidi ty_Sensor_(SKU:_DFR0067) diakses 20 Maret 2013.

DFrobot. (2012, January 1). Moisture Sensor (SKU:SEN0114).

http://www.dfrobot.com/wiki/index.php/Moisture_Sensor_(SKU:SEN0114) diakses 20 Maret 2013.

DIGI. (2008, Agustus 20). X-CTU Software. Retrieved November 16, 2013, http://www.digi.com/support/productdetail?pid=3352&osvid=57&type=utili ties diakses 11 mei 2013.

Faludi, R. (2010). Building Wireless Sensor Networks. In R. Faludi, Building Wireless Sensor Networks. United States of America: O’Reilly Media, Inc.

Riajaya P. D. dan Kadarwati F. T. (2007). Keragaan Produksi Biji Jarak Pagar pada Berbagai Ketersediaan Air Tanah , hlm 141.

Robosoccer. (2012, November 21). Konfigurasi Xbee Point to Multipoint. http://robotsoccer.wordpress.com/2012/11/21/konfigurasi-xbee-point-to-multipoint/ diakses 26 Mei 2013.

Gambar

Gambar 2.1 Arsitektur WSN.
Gambar 2.2 Perkembangan Dimensi Node Sensor Terhadap Waktu.
Gambar 2.4 Arduino Uno R3 Sisi Depan (Atas) Dan Belakang(Bawah)
Gambar 2.5 Xbee dan Xbee Shield.
+7

Referensi

Dokumen terkait

tinggi percepatan getaran pada sumbu pengukuran, maka semakin tinggi pula tingkat kebisingan yang dihasilkan seiring dengan meningkatnya tingkat kecepatan putaran

Perlu penguatan komitmen bersama baik itu dari atasan dan pegawai dalam menciptakan budaya organisasi yang kuat dengan cara : pimpinan RSUD Mukomuko perlu

Penyakit bronkitis kronik juga diawali dengan kebiasaan merokok, sehingga pekerja pekerja yang merokok lebih berisiko terkena penyakit bronkitis kronik dibandingkan dengan pekerja

Penulisan ini akan membahas proses pencarian kata kunci visual sebagai tahapan awal perancangan instalasi novel ‘Saraswati Si Gadis Dalam Sunyi’ yang mengisahkan

Sehingga dengan diterapkan model pembelajaran reciprocal teaching, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa serta penguasaan konsep siswa yang lebih

Penelitian ini mempelajari pengaruh penambahan bahan aditif Fe203 pada pembuatan grafit timan tahap proses grafitisasi suhu pemanggangan 1500 °c, terhadap

dikenal sebagai penyanyi yang saat bernyanyi selalu terlihat anggun dan dengan pakaian yang girly, Tetapi, lagi-lagi Jerry Aurum berpikir ke arah yang lain. Jerry

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, penulis sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarga-negaraan (PPKn) tertarik untuk