7
Bab 2.
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1. Deskripsi Umum
2.1.1 Sejarah Desa
Desa Karangsewu merupakan penggabungan tiga Kalurahan yaitu Imorenggo, Wonopeti
dan Kempleng pada Tahun 1949. Lurah pertama dijabat oleh H. Muh. Dawam Rozie dan
berturut-turut setelahnya adalah H. Aminuddin, H. Sastro Wiyono, R. Hery Suwignyo dan
terakhir Sudarsana, SH.
H. Muh. Dawam Rozie memimpin Desa Karangsewu pada periode Tahun 1949 s.d. 1953.
Pada masa kepemimpinannya, beliau dikenal dengan kedispilinannya dan menitikberatkan pada
pembangunan pertanian. Pada masa ini, perubahan positif terutama pada sistem dan fungsi
saluran air.
H. Sastro Wiyono al. H. Aminuddin memimpin Desa pada periode Tahun 1953 s.d. 1988.
Prestasi yang menonjol pada masa ini adalah diperolehnya Juara I Nasional Kejuaraan
Kelompok Tani Ternak yang diperoleh Kelompok Ternak Wahana Andhini Bakti di Bedoyo.
Selain itu, beliau juga memimpin pembangunan Balai Desa Karangsewu dan perbaikan sarana
dan sistem pengairan pertanian.
R. Hery Suwignyo merupakan Kepala Desa periode Tahun 1990 s.d. 2000. Pada masa ini
perencanaan pembangunan gedung serba guna mulai dilaksanakan. Realisasi dari perencanaan
ini adalah sudah dibangunnya pondasi bangunan. Melalui proyek PDKMK, Jalan Boro Bedoyo
dilakukan perbaikan dengan melakukan pengaspalan. Pada Proyek PDMKE, dibangun sarana
pintu air otomatis di Kali Galur. Sarana ini diperlukan untuk mengatasi banjir yang sering terjadi
di bulak (perladangan) dan sawah di sekitar Kali Galur. Prestasi yang menonjol pada masa ini
adalah Juara I tingkat Propinsi LombaKUBE dari Pedukuhan VII Wonopeti.
Pemimpin Desa pada Tahun 2002 s/d 2012 adalah Sudarsana, SH. Pembangunan
tersebut diantaranya adalah penyelesaian pembangunan gedung serba guna yang dimulai dan
perbaikan saran jalan dan irigasi. Program lain yang berjalan adalah kegiatan PNPM pada 2007
s.d. 2010. Program PNPM ini berupa pengerasan Jalan Siliran – Kempleng, Pengaspalan Jalan
Bedoyo – Gupit, Pembangunan sarana irigasi dan air serta pembangunan jalan rabat beton di
8
Pedukuhan 14 – 16 sepanjang 1,1 km. Pada Tahun 2009 – 2010 mendapatkan alokasi bantuan
dari PNPM Kelautan Perikanan berupa bantuan kelembagaan dan usaha kelompok budidaya
ikan dan pengolahan hasil perikanan.
2.1.2 Letak Geografis dan Administrasi
Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo. Desa ini terletak di
wilayah paling selatan diantara desa-desa di Kabupaten Kulon Progo. Batas wilayah desa yakni :
a. Barat : Desa Bugel
b. Timur : Desa Nomporejo
c. Utara : Desa Tirtorahayu
d. Selatan : Samudera Hindia
9
Secara administratif Desa Karangsewu memiliki luas wilayah sebesar 926,2 ha dan terdiri
dari 17 pedukuhan yaitu, Pedukuhan Boro I, Boro II, Bedoyo III, Gupit IV, Siliran V, Siliran VI,
Wonopeti VII, Mabeyan VIII, Sorogaten IX, Sorogaten X, Bapangan XI, Sewugalur XII, Dalen XIII,
Kempleng XIV, Kempleng XV, Barongan XVI, dan Imorenggo XVII.
Berdasarkan data kependudukan Pemerintahan Desa, jumlah penduduk Desa Karangsewu
yang tercatat secara administrasif, terdiri dari 2.094 KK dengan jumlah total 8.233 jiwa. Jumlah
penduduk berjenis kelamin laki-laki 3.966 jiwa, sedangkan berjenis kelamin perempuan
berjumlah 4.267 jiwa. Desa Karangsewu mempunyai luas 927 Ha, maka dengan jumlah
penduduk 8.233 jiwa didapatkan ratio kepadatan penduduk 889/Km. Desa Karangsewu
termasuk Desa dengan struktur penduduk usia muda sehingga pertumbuhan penduduknya
masih tergolong tinggi, diperlukan kebijakan pembangunan di bidang kependudukan terutama
Keluarga Berencana yang lebih intensif, di sisi lain kelompok usia 15 - 50 tahun yang merupakan
kelompok penduduk terbanyak merupakan golongan yang produktif yang merupakan potensi
bagi pembangunan desa.
2.1.3 Topografi dan Penggunaan Lahan
Desa Karangsewu terletak di kawasan tepi pantai dengan kondisi topografi yang landai
dan datar. Elevasi ketinggian rata-rata Desa Karangsewu adalah 2-7 meter diatas permukaan
laut. Bagian selatan dari Desa Karangsewu berbatasan langsung dengan Samudera Hindia,
dengan sedikit terdapat gumuk-gumuk pasir (sand dunes) diantara lahan pasir ini. Lahan pasir
ini terutama terdapat di Dukuh IV Gupit, Dukuh V Siliran, Dukuh VI Siliran dan Dukuh XVII
Imorenggo. Karangsewu merupakan wilayah pesisir alluvial dengan material penyusun tanah
berupa pasir bercampur dengan tanah regosol serta grumusol. Penyebaran jenis tanah tersebut
membuat wilayah desa menjadi cocok untuk budidaya tanaman pertanian, karena tingkat
kesuburan yang cukup baik selain juga material tambahan yang merupakan sedimentasi dari
vulkan gunung Merapi yang terendapkan lewat aliran sungai Progo.
Penggunaan lahan Desa Karangsewu yang mayoritas merupakan lahan pertanian terdiri
dari permukiman, sawah, kebun, ladang, tanah pasir. Potensi sumberdaya alam adalah
pertanian dan pertambangan dengan komoditas diantaranya tanaman padi, kelapa, sengon
laut, mangga, pisang, melon, semangka, sirih, jeruk, buah naga, dan lain sebagainya.Kondisi
pola penggunaan lahan yang ada di Karangsewu terluas berupa tegalan/pekarangan, yang
diikuti dengan sawah pengairan teknis.
10
2.1.4 Sosial Ekonomi
Perspektif sosial masyarakat Desa Karangsewu dipengaruhi oleh agama dan budaya
jawa dan kondisi kehidupan era pembangunan ini, kehidupan bermasyarakat masih memelihara
budaya gotong-royong yang telah tertanam sejak nenek moyang mereka ada hingga sekarang,
tetapi kehidupan modern yang ada sekarang menjadikan orang lebih mengutamakan dirinya
sangat mempengaruhi. Hal ini tercermin dalam berbagai kegiatan masyarakat dalam
bergotong-royong biasanya mereka banyak datang dalam acara tersebut tetapi waktu/lamanya
bergotong-royong terlihat tidak seperti dulu, sekarang mereka lebih memperhitungkan waktu.
Ada beberapa problematika sosial di Desa Karangsewu terkait dengan perubahan jaman
dan pembangunan antara lain :
1. Hilangnya kesenian wayang dan kerawitan di Desa Karangsewu yang dahulunya merupakan
Desa yang mempunyai kesenian tersebut, hal ini disebabkan peralatan kerawitan yang
sudah tidak ada dan minat generasi muda yang sangat kurang.
2. Adanya konflik kepentingan antara Pemerintah dengan warga penggarap tanah PA yang
merupakan tanah pasir dengan kandungan mineral biji besi, disatu sisi warga bertahan
untuk tidak memperbolehkan penambangan pasir besi di tanah garapan mereka dilain sisi
pemerintah berupaya menggali potensi pasir besi yang akan meningkatkan PAD pemerintah
setempat. Keadaan ini sangat tidak nyaman bagi warga dan pemerintah dalam berbagai hal.
3. Mulai berkurangnya semangat gotong-royong akibat kehidupan modern yang
mengutamakan kepentingan pribadi.
2.2 Dampak Perubahan Iklim di Desa Karangsewu
Perubahan iklim yang terjadi telah dirasakan di berbagai belahan dunia. Hal ini dapat
dirasakan dari pergantian musim yang terjadi. Saat ini pergantian musim telah mengalami
perubahan waktu, dan hampir sulit untuk diprediksikan. Sebagai contoh adalah musim kemarau
yang panjang, musim dingin yang lebih panjang dari biasanya maupun sebaliknya dan
pergantian musim lainnya. Untuk di Indonesia perubahan iklim ditandai dengan pergeseran
musim hujan dan musim kemarau. Musim kemarau yang lebih panjang dari waktu normalnya
dapat berdampak pada menurunnya produktivitas pertanian dan mempengaruhi ketersediaan
pangan. Sebagaimana diketahui, bahwa sebagian besar lahan pertanian di Indonesia
merupakan lahan pertanian yang menggantungkan kebutuhan airnya pada air hujan. Jika hujan
11
tak datang tepat waktu, maka akan mempengaruhi produktivitas tanaman pertanian yang
mana sangat membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Demikian juga sebaliknya, jika musim
penghujan lebih panjang dari biasanya maka akan mempengaruhi sektor yang lain dan bahkan
bisa mengakibatkan terjadinya bencana, seperti banjir, tanah longsor dan lain sebagainya.
Wilayah pesisir juga merupakan salah satu wilayah yang rentan terhadap dampak
perubahan iklim. Perubahan iklim telah mengakibatkan kenaikan paras muka air laut. Kenaikan
muka air laut ini mengakibatkan terkikisnya wilayah pesisir melalui abrasi dan semakin
menggerus wilayah daratan.
Dampak yang dapat dirasakan masyarakat akibat adanya perubahan iklim antara lain :
Adanya peningkatan suhu udara baik di darat maupun di laut.
Sering terjadi pasang tinggi yang lebih lama dari biasanya pada bulan purnama.
Semakin berkurangnya hasil tangkapan di daerah tangkapan sebelumnya.
Musim gelombang kuat (musim barat) terasa lebih lama dari biasanya, sehingga
menyulitkan nelayan untuk kembali melaut.
Banjir pasang sering terjadi, sehingga membanjiri pemukiman warga.
Hasil tangkapan nelayan di laut menurun.
Abrasi telah terjadi di sepanjang pantai laut selatan. Nelayan Karangsewu sendiri selama
ini berangkat melaut melalui pantai Trisik yang terletak di wilayah desa Banaran karena belum
tersedianya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Desa karangsewu. Pantai Trisik yang menjadi lokasi
pemberangkatan dan pendaratan perahu milik nelayan juga mengalami abrasi yang
mengakibatkan bibir pantai menjadi curam sehingga menyulitkan nelayan dalam menambatkan
perahu. Padahal nelayan harus menambatkan perahu ke daratan tertinggi untuk menghindari
terjangan gelombang besar yang sering terjadi. Abrasi di Pantai trisik sendiri sudah berlangsung
sejak tahun 2009. Abrasi yang terus menggerus bibir pantai mengakibatkan semakin dekatnya
jarak pantai dengan pemukiman nelayan.
Dampak perubahan iklim yang dirasakan masyarakat tersebut memiliki pengaruh yang
cukup signifikan terhadap pola hidup dan kesejahteraan masyarakat di lokasi terdampak. Untuk
itu, dengan dampak perubahan iklim yang semakin nyata dirasakan oleh masyarakat, maka
perlu kiranya dirumuskan suatu perencanaan yang tepat dan implementatif dalam upaya untuk
bisa beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim.
12
Bab 3.
METODE PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN DESA
PESISIR KARANGSEWU 2012 - 2016
Model Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) sendiri terdiri atas tiga bagian, yaitu
: (1) rencana pengembangan desa pesisir; (2) penguatan kapasitas kelembagaan; dan (3)
pencapaian kegiatan sebagai tujuan PDPT. Untuk menghasilkan Rencana Pengembangan Desa
Pesisir dilakukan dengan menggunakan kombinasi pendekatan top down dan bottom up.
Pendekatan top down dilakukan dengan memperhatikan perencanaan yang dibuat oleh
pemerintah kabupaten/kota, antara lain seperti Rencana tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana
Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (WP3K), Rencana Zonasi WP3K, Rencana
pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Pengelolaan WP3K di
Kabupaten/Kota dan, Rencana Aksi Pengelolaan WP3K di Kabupaten/Kota. Penyusunan
rencana pengembangan desa pesisir dengan pendekatan bottom up dilakukan dengan
memperhatikan masukan masyarakat hasil dari Participation Rural Appraisal (PRA) dan Focus
Group Discussion (FGD).
Penyusunan rencana pengembangan dibatasi dalam kurun waktu tertentu sesuai
dengan target yang telah ditentukan. Rencana Pengembangan Desa Pesisir ini kemudian
digunakan sebagai salah satu referensi dalam penyusunan rencana detail kegiatan
pengembangan desa pesisir yang dijabarkan dalam lima fokus pengembangan kegiatan, yaitu
Bina Kesiapsiagaan terhadap Bencana dan Perubahan Iklim, Bina Lingkungan dan Infrastruktur,
Bina Sumberdaya, Bina Manusia dan Bina Usaha. Ilustrasi singkat mengenai penjelasan di atas
dapat dilihat pada Gambar 3.1
13
14
Bab 4.
KETERKAITAN DENGAN RENCANA LAIN
Tingkatan (hierarki) pemerintahan merupakan salah satu pertimbangan dalam
penyusunan RPJP Daerah. Sesuai dengan arahan dalam Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
Nomor 050/2020/SJ tanggal 11 Agustus 2005 perihal Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP
Daerah dan RPJM Daerah, diatur ketentuan mengenai RPJP Daerah Provinsi yang mengacu pada
RPJP Nasional, RPJP Daerah Kabupaten/Kota mengacu pada RPJP Daerah Provinsi.
Seperti yang di amanatkan dalam Undang-Undang No 27 Tahun 2007, Rencana
Pengembangan Desa 2011 – 2015 merupakan bagian yang tak terpisahkan dari RPJP Daerah
Kabupaten Kulon Progo. Dengan demikian diharapkan dapat terwujud keselarasan dan
konsistensi gerak langkah dan pencapaian pembangunan antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota seperti yang tertera pada gambar 4.1 berikut.
15
Bab 5.
RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR
KARANGSEWU
5.1. Fokus Perencanaan
Untuk mewujudkan ketangguhan desa diperlukan kebijakan berupa fokus pengembangan
kegiatan yang berorientasi pada penyelesaian masalah-masalah pokok yang dihadapi
masyarakat desa pesisir. Adapun fokus pengembangan kegiatan yang dimaksud, dapat dilihat di
Gambar 5.1
Gambar 5.1 Fokus Pengembangan kegiatan PDPT
Fokus perencanaan meliputi lima aspek bina program, yakni bina manusia, bina usaha, bina
sumberdaya, bina lingkungan dan infrastruktur, serta bina siaga bencana dan perubahan iklim.
Kelima aspek ini merupakan cerminan dari aktivitas yang dijalankan oleh masyarakat menuju
ketangguhan dan kesejahteraan desa pesisir. Adapun uraian ke lima bina yang dimaksud dapat
dilihat pada Tabel 5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1. Uraian Lima Bina Program sebagai Fokus Perencanaan Desa Pesisir
Bina Program Uraian
1. Manusia
• Investasi pada “human capital”, penekanan pada
bidang pendidikan dan kesehatan
16
baik formal maupun informal
• Memperluas dan meningkatkan kerjasama untuk
efisiensi
• Memperbaiki budaya kerja, gotong royong,
tanggung jawab, disiplin, dan hemat
• Menghilangkan sifat negatif, boros, konsumtif
2. Usaha
• Meningkatkan keterampilan usaha, perluasan mata
pencaharian alternatif, pengelolaan bisnis skala kecil
dan penguasaan teknologi
• Meningkatkan dan mempermudah akses terhadap
sumberdaya, teknologi, modal, pasar, dan informasi
pembangunan
• Membangun kemitraan dengan pelaku usaha
• Membangun sistem insentif administrasi serta
pendanaan formal dan informal
Bina Program Uraian
3. Bina Sumberdaya
• Memperkuat kearifan lokal dalam pengelolaan
sumberdaya
• Revitalisasi hak ulayat dan hak masyarakat lokal
• Menerapkan MCS dengan prinsip partisipasi
masyarakat lokal
• Menerapkan teknologi ramah lingkungan,
mendorong pengembangan teknologi asli
(indegenous technology)
• Merehabilitasi habitat, konservasi dan memperkaya
sumberdaya
4. Lingkungan dan
Infrastruktur
• Meningkatkan peran masyarakat dalam mengelola
dan menata lingkungan
• Membangun infrastruktur (jalan, listrik, air bersih,
sanitasi)
• Meningkatkan perencanaan dan pembangunan
secara spasial di pesisir
• Melakukan rehabilitasi vegetasi pantai dan
mengendalikan pencemaran
5 Siaga Bencana dan
Perubahan Iklim
• Melakukan usaha-usaha pengurangan risiko
bencana, perencanaan tanggap darurat dan
rehabilitasi pada tingkat masyarakat.
• Memperkuat kearifan lokal dalam antisipasi
bencana
• Menyusun rencana aksi desa pengurangan risiko
bencana, mengadakan penyadaran masyarakat,
gladi yang reguler, latihan tanggap darurat, akses
data dan informasi bencana, dan aktivitas lain
terkait penanggulangan bencana.
• Membangun sarana dan prasarana penanggulangan
bencana (jalur evakuasi , shelter , struktur pelindung
terhadap bencana, fasilitas kesehatan, cadangan
17
strategis desa, dan lain-lain
Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir ini menggunakan pendekatan pembangunan
berbasis komunitas yang memaksimalkan partisipasi masyarakat dan bertumpu pada
sumberdaya lokal yang dimiliki masyarakat desa pesisr dan juga melibatkan pemangku
kepentingan lainnya, seperti: perguruan tinggi, praktisi, dan birokrasi.
5.2 Perencanaan Pengembangan Desa Karangsewu
Perencanaan pengembangan Desa Karangsewu disusun berdasarkan kebutuhan yang
dirasakan warga dan fokus program (manusia, usaha, sumberdaya, lingkungan dan
infrastruktur, dan kesiagaan bencana alam dan perubahan iklim) dalam kurung waktu 5 (lima)
tahun. Dengan kata lain, bentuk program merupakan akumulasi kebutuhan dan harapan yang
disesuaikan dengan fokus program pembangunan desa pesisir tangguh.
Proses penyusunan dokumen Rencana Pengembangan Desa Pesisir dilakukan melalu
musyawarah desa dalam bentuk Forum Group Discussion (FGD) dengan melibatkan perwakilan
kelompok masyarakat. FGD tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat, tokoh Agama, RT /
RW, Pemerintah Desa beserta BPD dalam rangka penggalian gagasan. Dari penggalian gagasan
tersebut dapat diketahui permasalahan yang ada di Desa dan kebutuhan apa yang diperlukan
oleh masyarakat sehingga aspirasi seluruh lapisan masyarakat bisa tertampung. Sebagai wakil
dari masyarakat BPD berperan aktif membantu pemerintah Desa dalam menyusun program
Pembangunan. Pemerintah Desa beserta BPD merumuskan program Pembangunan Desa,
dalam hal ini menyusun program pembangunan yang sifatnya mendesak dan harus dilakukan
dengan segera dalam arti menyusun skala prioritas.
Proses yang dilakukan dalam penyusunan dokumen RPDP adalah membuat daftar
masalah dan potensi desa, kemudian dilakukan pengelompokan masalah, penentuan peringkat
masalah, pengkajian tindakan pemecahan masalah, dan penentuan peringkat tindakan.
Berdasarkan daftar masalah tersebut kemudian disusun bentuk program yang akan
dilaksanakan termasuk di dalamnya adalah perencanaan waktu pelaksanaan program kegiatan.
Dengan demikian perencanaan pengembangan Desa Karangsewu, dibagi ke dalam empat
bagian, meliputi: (1) perencanaan bina program manusia; (2) perencanaan bina program usaha
dan sumberdaya; (3) perencanaan bina program lingkungan dan infrastruktur; dan (4)
perencanaan bina program siaga bencana dan perubahan iklim.
18
Berdasarkan hasil musyawarah warga desa Karangsewu, permasalahan desa
Karangsewu dapat diklasifikasikan dalam 5 bidang permasalahan utama yang diklasifikasikan
dalam 5 bina yaitu Bina Manusia, Bina Usaha, Bina Sumberdaya, Bina Lingkungan dan
Infrastruktur, dan Bina Siaga Bencana dan Perubahan Iklim. Dari kelima bina tersebut,
musyawarah warga desa merumuskan harapan-harapan untuk lima tahun kedepan yang
diperjelas dengan program riil yang betul-betul mengacu pada titik permasalahan yang ada di
lapangan.
Berikut ini adalah tabel skenario secara umum identifikasi permasalahan dan pola
penanggulangan ke depan :
Tabel 5.2. Tabel Identifikasi permasalahan
1. Bina Manusia
No. Masalah Penyebab Permasalahan Dukungan
Potensi
Gagasan
Kebutuhan
a. Rendahnya tingkat
pendapatan
penduduk.
Lemahnya kualitas
SDM.
Minimnya kemampuan
permodalan
Sebagian besar masih
mengandalkan
pendapatan dari
sektor pertanian
(budidaya tanaman
konvensional) belum
ke agrobisnis
Jumlah
angkatan
kerja yang
cukup
tinggi.
Desa
Karangsewu
dilewati
jalur
selatan P.
Jawa
Laut /
pantai
sepanjang
2,5 km.
Pelatihan
kewirausahaan
Pelatihan
Manajemen
industri kecil
Pelatihan
agrobisnis
Kemitraan
dengan pihak
swasta
b. Pengangguran
masih tinggi
Ketrampilan tng kerja
diberbagai sektor yang
Jumlah
angkatan
Pelatihan
kewirausahaan
19
masih rendah
Tidak adanya industri
berskala sedang/ besar
Sebagian angkatan kerja
masih gengsi untuk
bekerja di sektor
pertanian
kerja yang
cukup
tinggi.
Desa
Karangsewu
dilewati
jalur
selatan P.
Jawa
Laut /
pantai
sepanjang
2,5 km.
Pelatihan
Manajemen
industri kecil
Pelatihan
agrobisnis
Kemitraan
dengan pihak
swasta
Kurangnya tenaga
pendidik PNS di
Sekolah Dasar
swasta.
Kebijakan pemerintah
yang tidak mengangkat
PNS guru SD swasta
Guru Tidak
Tetap (GTT)
Komite
Sekolah
Pemberian Bantuan
kepada Sekolah
Swasta.
Kenakalan remaja
Kurangnya perhatian
ortu kepada anak
Kurangnya sarana
untuk kegiatan remaja
Tokoh
Masyarakat
Tokoh
Agama
Sekolah
Orang tua
Intensifkan
pembinaan mental
anak/pemuda mel.
tokoh masy., agama
Pencurian
Masih adanya mental
sebagian kecil masy. yang
kurang baik.
Tokoh
Masyarakat
Tokoh
Agama
Sekolah
Pembinaan bagi
anak yang punya
riwayat mencuri
Adanya pro dan
kontra rencana
penambangan pasir
Sosialisasi yang
benar-benar sampai pada semua
pihak selama ini masih
Tokoh
Masyarakat
Tokoh
Sosialisasi yang
benar-benar
20
besi yang berakibat
hubungan antar
warga kurang
harmonis
tersumbat oleh suatu
kondisi yang tidak
kondusif.
Agama
Pihak
Investor
pihak
2. Bina Usaha
No. Masalah Penyebab Permasalahan Dukungan
Potensi
Gagasan
Kebutuhan
a. Belum adanya
ruang/sarana
perdagangan yang
mendukung
pengembangan
usaha
Dana kas desa yang
tidak besar
Belum ada pihak lain
yang bersedia
membangun/bekerjasa
ma
Lahan kas
desa yang
berada di
dekat jalan
jalur
selatan
Permintaan
calon
pengguna
sudah ada
Pembuatan kios
desa yang
berdekatan
dengan Jalan
Deandels
b. Minimnya usaha
dibidang perikanan
kelautan
Ketrampilan
masyarakat yang
terbatas
Keterbatasan modal
usaha
Kurangnya kreatifitas
masyarakat
Desa
Karangsewu
dilewati
jalur
selatan P.
Jawa
Laut /
pantai
sepanjang
2,5 km.
Pelatihan usaha
pengolahan hasil
perikanan
Pelatihan
pemasaran
Bantuan
permodalan
3. Bina Sumberdaya
21
Potensi Kebutuhan
Abrasi pantai Tidak tersedia struktur
bangunan pelindung
pantai
Kurangnya vegetasi
pantai
Laut /
pantai
sepanjang
2,5 km.
Penanaman
vegetasi pantai,
misal : cemara
udang
4. Bina Lingkungan dan Infrastruktur
No. Masalah Penyebab Permasalahan Dukungan
Potensi
Gagasan
Kebutuhan
2.2.1 Saluran irigasi
banyak yang belum
permanen dan
setiap MT banyak
sedimen yang
mengganggu aliran
irigasi.
Banyak saluran air yang
belum permanen
Banyak warga masy yang
kurang sadar buang
sampah di sungai.
APBDes
Bantuan
Instansi
terkait
PNPM
Tokoh
Masyarakat
Pembersihan sal.
air secara rutin.
Petugas rutin
perawat saluran
air
Pembangunan
sal. air (Bangket)
b. Jalan Desa dan
Pedukuhan yang
belum beraspal /
diperkeras
Kemampuan Pem. Desa
yang belum dpt
menjangkau semua ruas
jalan untuk diperkeras
APBDes
Bantuan
Instansi
terkait
PNPM
Tokoh
Masyarakat
Perkerasan jalan
Pengaspalan
jalan
Cor blok jalan
pedukuhan
c. Gedung Olahraga /
Serbaguna
Desa belum punya
sarana/gedung
olahraga/gedung serba
guna yang memadai
APBDes
Swadaya
masyarakat
Bantuan
pihak lain
Pembangunan
Gedung
Olahraga/serbag
una
d. Jembatan /
Gorong2 banyak
yang kurang baik
Banyak sarana jembatan
yang sudah tua dan
kondisinya rusak.
APBDes
Swadaya
Rehabilitasi
jembatan dan
gorong-gorong
22
kondisinya. (Jembt.
Barongan, Grg2
Sewugalur,
Wonopeti dll
masyarakat
Bantuan
pihak lain
desa.
e. Sawah yang tidak
terjangkau irigasi
(Candi dan Kitiran)
Sarana irigasi berupa
talangtidak ada sejak
1984
APBDes
Swadaya
masyarakat
Bantuan
pihak lain
Pembuatan talang
air menuju bulak
candi / kitiran
f. Tidak tersedia
Tempat Pelelangan
Ikan (TPI)
Dana pembangunan TPI
yang cukup besar.
Dana kas desa yang
terbatas
Belum ada pihak lain
yang bersedia
membangun/
Bekerjasama
Laut /
pantai
sepanjang
2,5 km.
APBDes
Bantuan
instansi
terkait
PNPM
Merintis
pembangunan
TPI.
5. Bina Siaga Bencana dan Perubahan Iklim
No. Masalah Penyebab Permasalahan Dukungan
Potensi
Gagasan
Kebutuhan
a. Kualitas jalan jalur
evakuasi yang
belum memadai
Kemampuan Pem. Desa
yang belum dpt
menjangkau semua ruas
jalan untuk diperbaiki
APBDes
Bantuan
Instansi
terkait
PNPM
Swadaya
Masyarakat
Perkerasan/ Rabat
beton/ Pengaspalan
jalan jalur evakuasi
b. Tidak tersedianya
plang petunjuk
arah jalur evakuasi
Dana kas desa yang
terbatas
Belum ada pihak lain
APBDes
Bantuan
Instansi
Pengadaan plang
penunjuk arah jalur
evakuasi.
23
yang bersedia
membangun/
Bekerjasama
terkait
PNPM
Swadaya
Masyarakat
c Tidak tersedianya
papan informasi
kebencanaan
Dana kas desa yang
tidak besar
Belum ada pihak lain
yang bersedia
membangun/
Bekerjasama
APBDes
Bantuan
Instansi
terkait
PNPM
Swadaya
Masyarakat
Pengadaan papan
informasi
kebencanaan.
d. Tidak tersedianya
shelter
penampungan
Dana kas desa yang
tidak besar
Belum ada pihak lain
yang bersedia
membangun/
Bekerjasama
APBDes
Bantuan
Instansi
terkait
PNPM
Swadaya
Masyarakat
Pembangunan
shelter
penampungan.
e. Tidak tersedianya
alat pendeteksi
tsunami atau
bencana alam
lainnya.
Dana kas desa yang
tidak besar
Belum ada pihak lain
yang bersedia
Dalam dokumen
RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP)
(Halaman 19-96)